Anda di halaman 1dari 15

BIOPSIKOLOGI

Y. WIDYA DWI UTAMI


PEMBAHASAN
• Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli
1. Menurut Sigmund Freud
2. Branca (1964) & Sartain DKK (1967)
3. Woodworth & Marquis (1975)
How Social Media
4. Crow & Crow
Influences Purchase
5. Ensiklopedia Pendidikan, Poerbakawatja dan Harahap (1981)
Decisions
6. Richard Mayer (1981)
• Manfaat pembelajaran Psikologi secara umum
• Sejarah Psikologi sejak jaman Yunani
• Pentingnya pembelajaran psikologi dalam dunia keperawatan
• Kesimpulan
PENGERTIAN PSIKOLOGI

Sigmund Freud Branca (1964) & Sartain DKK (1967)


Psikologi adalah ilmu tentang Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku (overt
ketidaksadaran manusia. behavior & inner behavior).

Crow & Crow


Woodworth & Marquis (1975) Pschycology is the study of human behavior and human
Psikologi adalah ilmu tentang aktivitas- relationship. (Psikologi ialah tingkah laku manusia,
aktivitas individu (motorik, kognitif dan yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya, baik
emosional). berupa manusia lain (human relationship) maupun
bukan manusia: hewan, iklim, kebudayaan, dan
sebagainya.
Ensiklopedia Pendidikan,
Poerbakawatja dan Harahap (1981)
Richard Mayer (1981)
Psikologi sebagai cabang ilmu
Psikologi merupakan analisi mengenai proses mental
pengetahuan yang mengadakan
dan struktur daya ingat untuk memahami perilaku
penyelidikan atas gejala-gejala dan
manusia.
kegiatan – kegiatan jiwa.
MANFAAT PEMBELAJARAN PSIKOLOGI

1 Meningkatkan Kemampuan dalam Berkomunikasi

2 Belajar untuk Mengelola Stres yang Baik

3 Membantu Mengenal Diri Lebih Baik

4 Memiliki Ilmu yang Bermanfaat bagi Orang Lain


SEJARAH PSIKOLOGI
SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI

1.Psikologi Sebagai Bagian dari Filsafat dan Ilmu Faal

Sebelum 1879, psikologi dianggap sebagai bagian dari filsafat atau ilmu faal. Pada mulanya ahli-ahli
filsafat dari zaman Yunani Kuno-lah yang mulai memikirkan gejala-gejala kejiwaan. Saat itu belum ada
pembuktian-pembuktian secara empiris atau ilmiah. Mereka mencoba menerangkan gejala-gejala kejiwaan
melalui mitologi. Cara pendekatan seperti itu disebut sebagai cara pendekatan yang naturalistik.

Di antara sarjana Yunani yang menggunakan pendekatan naturalistik adalah Thales (624-548 SM) yang
sering disebut sebagai Bapak Filsafat. Ia meyakini bahwa jiwa dan hal-hal supernatural lainnya tidak ada
karena sesuatu yang ada harus dapat diterangkan dengan gejala alam (natural phenomenon). Ia pun
percaya bahwa segala sesuatu berasal dari air dan karena jiwa tidak mungkin dari air maka jiwa
dianggapnya tidak ada.
Tokoh-tokoh Yunani kuno tersebut di atas pada dasarnya menganggap bahwa jiwa adalah satu dengan
badan. Jiwa dan badan berasal dari unsur-unsur yang sama dan tunduk pada hukum-hukum yang sama
(pandangan monoisme). Selain pandangan monoisme, tumbuh pula pandangan dualisme, yaitu pandangan
yang memisahkan jiwa dari badan, jiwa tidak sama dengan badan, dan masing-masing tunduk pada
peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang terpisah. Tokoh-tokoh terkenal yang menganut pandangan
dualisme antara lain: Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM).
Dalam perkembangan Psikologi selanjutnya, peran sejumlah sarjana ilmu Faal yang juga
menaruh minat terhadap gejala-gejala kejiwaan tidak dapat diabaikan. Tokohnya antara lain: C.
Bell (1774-1842), F. Magendie (1785-1855), J.P. Muller (1801-1858), P. Broca (1824-1880), dan
sebagainya. Nama seorang sarjana Rusia, I.P. Pavlov (1849-1936), tampaknya perlu dicatat
secara khusus karena dari teori-teorinya tentang refleks kemudian berkembang aliran
Behaviorisme, yaitu aliran dalam psikologi yang hanya mau mengakui tingkah laku yang nyata
sebagai objek studinya dan menolak anggapan sarjana lain yang mempelajari juga tingkah laku
yang tidak tampak dari luar. Selain itu, peranan seorang dokter berdarah campuran Inggris-
Skotlandia bernama William McDaugall (1871-1938) perlu pula dikemukakan. Ia juga telah
memberi inspirasi kepada aliran Behaviorisme di Amerika dengan teori-teorinya yang dikenal
dengan nama “Purposive Psychology”.
2.Psikologi Sebagai Ilmu yang Berdiri Sendiri

Pada akhir abad ke-19 terjadilah babak baru dalam sejarah Psikologi. Pada tahun 1879, Wilhem
Wundt (Jerman, 1832-1920) mendirikan laboratorium Psikologi pertama di Leipzig yang
menandai titik awal Psikologi sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Sebagai tokoh Psikologi
Eksperimental, Wundt memperkenalkan metode Introspeksi yang digunakan dalam eksperimen-
eksperimennya. Ia dikenal sebagai tokoh penganut Strukturalisme karena ia mengemukakan
suatu teori yang menguraikan struktur dari jiwa.
Perkembangan lebih lanjut dari psikologi Gestalt adalah munculnya “Teori Medan (Field Theory)” dari
Kurt Lewin (1890-1947). Mulanya Lewin tertarik pada faham Gestalt, tetapi kemudian ia mengeritiknya
karena dianggap tidak adekuat. Namun demikian, berkat Lerwin, sebagai perkembangan lebih lanjut di
Amerika Serikat lahir aliran “Psikologi Kognitif” yang merupakan perpaduan antara aliran Behaviorisme
yang tahun 1940-an sudah ada di Amerika dengan aliran Gestalt yang dibawa oleh Lewin.

Akhirnya, lahirnya aliran Psikoanalisa yang besar pengaruhnya dalam perkembangan psikologi hingga
sekarang, perlu mendapat perhatian khusus. Meskipun peranan beberapa dokter ahli jiwa (psikiater),
seperti Jean Martin Charcot (1825-1893) dan Pierre Janet 1859-1947) tidak kurang pentingnya dalam
menumbuhkan aliran ini, namun Sigmund Freud-lah (1856-1939) yang dianggap sebagai tokoh utama
yang melahirkan Psikoanalisa. Karena Psikoanalisa tidak hanya berusaha menjelaskan segala sesuatu yang
tampak dari luar saja, tetapi secara khusus berusaha menerangkan apa yang terjadi di dalam atau di bawah
kesadaran manusia, maka Psikoanalisa dikenal juga sebagai “Psikologi Dalam (Depth Pshology)”.
PENTINGNYA PSIKOLOGI DALAM KEPERAWATAN

PSIKOLOGI KEPERAWATAN

Psikologi dan keperawatan saling berhubungan. Psikologi sangat dibutuhkan dalam


praktek keperawatan. Ilmu psikologi ini dapat membantu perawat dalam mengkaji
dan memberikan asuhan keperawatan secara terintegrasi dan holistik tidak hanya
meliputi kondisi fisik saja melainkan juga dari sisi psikologi pasien.

Menurut konsep kajian keperawatan yang berdasarkan pada respon bio, psiko, sosio,
spiritual, dan kultural ini psikologi masuk pada salah satu kajian profesi
keperawatan. Perawat juga perlu menggali kondisi pasien lebih dalam terhadap
kondisi fisik, sosio, spiritual, dan kultural melalui pendekatan psikologi dengan
menanamkan rasa percaya pada pasien.
Perawat mengkaji kondisi pasien dari segi psikologi untuk menjadi dasar hubungan
terapeutik dan komunikasi efektif dengan menerapkan ilmu psikologi dalam
keperawatan, perawat menjadi lebih sensitif untuk terbuka dan memahami perasaan
pasien ketika sakit, sumber – sumber penguat bagi pasien, keinginan pasien lebih
dalam, harapan , dan lainnya

Psikologi dalam keperawatan tidak hanya diterapkan pada pasien saja namun juga
pada keluarga, rekan perawat, dan juga kolaboratif dengan tenaga medis yang lain.
Psikologi digunakan dalam beragam konteks di dunia keperawatan untuk
memberikan pelayanan yang holistik dan berkualitas, menitikberatkan pada kepuasan
pasien secara fisik dan psikologis selama menerima perawatan dalam suatu rumah
sakit.
PERAN PSIKOLOGI KEPERAWATAN

1.Terjalinnya hubungan interpersonal


Hubungan interpersonal yang baik memungkinkan pasien untuk lebih terbuka
terhadap apa yang dirasakannya dan kemudian menyampaikannya pada perawat. Hal
ini akan sangat membantu perawat untuk memberikan pilihan yang terbaik selama
masa pengobatan dan juga dapat menurunkan tingkat kecemasan. Dengan hubungan
interpersonal yang baik, klien merasa lebih senang, merasa lebih puas terhadap
pelayanan, merasa aman, klien percaya dengan semua rencana tindakan yang akan
dilakukan, klien lebih kooperatif, dan manfaat baik lainnya.
2.Komunikasi yang baik antara perawat dan klien
Komunikasi yang baik perlu selalu dijaga. Komunikasi yang baik bertujuan untuk
mendorong klien menyampaikan keluhan yang sedang dirasakan dan juga
komunikasi yang baik membantu perawat penyampaikan rencana tindakan yang
mudah dipahami. Dalam komunikasi antara kedua pihak akan memunculkan rasa
diperhatikan yang lebih dan memberi kepuasaan pelayanan. Komunikasi efektif
terdiri dari verbal dan nonverbal.
Komunikasi verbal dilakukan dengan beberapa hal berikut : memperhatikan intonasi
suara yang halus, kata – kata yang mudah dimengerti, dan nada suara yang tetap.
Sedangkan komunikasi nonverbal terdiri dari : sikap tubuh, perilaku, kontak mata,
raut wajah, senyum, dan lainnya. Komunikasi non verbal ini biasa disebut dengan 5S
atau Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun.
3.Menumbuhkan rasa saling percaya antara klien dengan perawat
Rasa saling percaya antara klien dengan perawat akan tercipta apabila kedua peran
diatas sudah dilakukan dengan baik. Rasa percaya ini akan mempermudah proses
pemberian asuhan keperawatan karena klien menjadi sangat kooperatif.
Menanamkan rasa percaya tersebut merupakan bentuk pendekatan secara psikologis.

4.Memberikan motivasi pada klien


Apabila ketiga tahap peran perawat diatas sudah dilakukan, maka perawat dapat
memberikan dukungan atau motivasi untuk klien dan keluarga dalam bentuk berupa
sikap menghibur agar klien tertawa, memberikan keyakinan pada klien terhadap
kesembuhannya, memberi keyakinan pada klien terhadap suatu treatment tertentu
yang mendukung kesembuhan, memotivasi klien untuk berani ketika mendapatkan
tindakan, dan juga memotivasi pikiran positif lainnya.
KESIMPULAN
Psikologi juga digunakan dalam mengkaji keluarga pasien dan juga pemberian
asuhan pada keluarga. Keperawatan memiliki peranan pemberian pelayanan
dalam empat konsep paradigma yang sudah diutarakan yaitu manusia, kesehatan,
keperawatandan lingkungan. Dengan begitu, target pemberian layanan
keperawatan di tempat layanan kesehatan dilakukan oleh perawat tidak hanya
tertuju pada pasien saja melainkan juga terhadap keluarga, dan lingkungan pasien.

Perawat mengkaji permasalahan yang ada pada diri pasien, keluarga, dan
lingkungan untuk mewujudkan kesehatan yang diinginkan. Paradigma tersebut
menjadi dasar praktik keperawatan profesional. Psikologi digunakan dalam proses
interaksi untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan menjalin hubungan yang saling
percaya pada keluarga dan pasien, perawat dapat memodifikasi perilaku,
lingkungan, dan faktor faktor yang mempengaruhi kesehatan. Sehingga
didapatkan proses perawatan yang holistik dan memuaskan.
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai