Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar keperawatan dasar
Kelompok 1
Sofwatunnisa (23051050)
2023 / 2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan hiday
ah-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Konsep Kebutuhan Oksigen” ini dapat terselesai
kan dengan tepat pada waktunya. Tujuan dibuatnya makalah tersebut kami harap dapat me
nambah pengetahuan kami lebih mendalam tentang “Konsep Kebutuhan Oksigen” dan unt
uk para pembaca agar menambah pengetahuan. Kami menyadari bahwa penyusunan makal
ah ini tidak dapat kami selesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Kami sampaikan rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah me
mbantu.
Semoga makalah ini dapat memberikan kelancaran tugas kami selanjutnya dan dapa
t berguna bagi semua pihak. Kami juga harapkan adanya kritik dan saran yang membangu
n.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
2. Tujuan Khusus
1) Untuk Mendefinisikan Oksigen
2) Untuk Menjelaskan review anfis kardiovaskular dan pernapasan
3) Untuk Menjelaskan faktor yang mempengaruhi oksigenasi
4) Untuk Menjelaskan perubahan/gangguan fungsi pernapasan
5) Untuk menjelaskan askep oksigen
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1) Hidung Bagian ini terdiri atas narasinterior (saluran didalam lubang hidung) yang m
embuat kelenjar sebaceous dengan ditutupi bulu 7 kasar yang bermuara kerongga hidu
ng. Bagian hidung lain adalah rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lender yang me
ngandung pembuluh darah. Proses oksigenasi dimulai dari sini. Pada saat udara masuk
melalui hidung, udara akan disaring oleh bulu-bulu yang ada di vestibulum (bagian ron
gga hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan. 2) Faring Merupakan suatu pip
a yang memiliki panjang 12.5-13 cm yang yang terletak antara konae sampai belakang
laring. Faring dibagi menjadi 3 yaitu : a) Nasofaring terletak antara konae sampai langi
t-langit lunak pada nasofaring terletak tonsil faringila (ademoid) dan dua lubang tuba e
utakhius, dinding nasofaring dislaputi oleh epitel berlapis semu bersilia. b) Orofaring te
5
rletak dibelakang rongga mulut, diantara langitlangit lemak sampai tulang hyoid. Pada
orofaring terletak tonsil palatine dan tonsil lingualis. Orofaring diselaputi oleh epitel be
rlapis pipih, suatu selaput yang tahan gesekan karena merupakan tempat persilangan sa
luran pernapasan dan saluran pencernaan. c) Laringofaring terletak diantara tulang hylo
id sampai belakang laring 3) Laring (tenggorokan) Laring merupakan saluran pernapas
an setelah faring yang terdiri atas bagian tulang rawan yang diikat bersama ligament da
n membrane, yang terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis tengah. Laring me
nghubungkan faring dan trachea. Laring dikenal sebagai kotak suara (voice box) memp
unyai bentuk seperti tabung pendek dengan bagian besar diatas dan menyempit kebawa
h. 4) Epiglotis Merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu menutup larin
g ketika orang sedang menelan. 8 b. Saluran pernapasan bagian bawah Saluran pernapa
san bagian bawah terdiri atas trachea, tandan bronchus dan bronkhiolus yang berfungsi
mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan. 1) Trachea Trachea atau disebut juga b
atang tenggorok yang memiliki panjang kurang lebih 9 cm dimulai dari laring sampai k
ira-kira setinggi vertebrata thorakalis kelima, trachea tersebut tersusun atas enam belas
sampai dua puluh lingkaran. Trachea ini dilapisi oleh selaput lender yang terdiri atas ep
itelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing. 2) Bronchus Bentuk p
ercabangan atau kelanjutan dari trachea yang terdiri atas dua percabangan yaitu kanan
dan kiri yang memiliki 3 lobus atas,tengah dan bawah. Sedangkan bronchus bagian kiri
lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dalam lobus atas dan bawah, kemudian s
aluran setelah bronchus adalah bagian percabangan yang disebut sebagai bronkhiolus.
3) Paru Paru merupakan orang utama dalam system pernapasan. Letak paru itu sendiri
dalam rongga thoraks setinggi tulang selangka sampai diafragma. Paru terdiri atas bebe
rapa lobus yang diselaputi oleh pleura yaitu pleura parientalis dan pleura vireseralis, ke
mudian juga dilindungi oleh cairan plura yang berisi surfaktan. Dalam proses pemenuh
an kebutuhan oksigenasi (pernapasan) di dalam tubuh ada 3 tahapan yakni ventilasi, dif
usi dan transportasi. 1) Ventilasi Proses ini merupakan proses keluar masuknya oksigen
di atmosfer ke dalam alveoli ke atmosfer, dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa
hal yang mempengaruhi diantaranya adalah perbedaan tekanan antara atmosfer dengan
paru. Semakin tinggi maka tekanan 9 udara semakin rendah. Demikian sebaliknya, sem
akin rendah tempat maka semakin tinggi tekanan udara. Hal yang mempengaruhi ventil
asi kemampuan thoraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kemb
ang kempisnya, adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdir
i atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh system saraf otonom, t
erjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat menjadi va
6
sodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan fase kontriksi sehing
ga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan dan adanya reflek batuk
dan muntah juga dapat mempengaruhi adanya proses ventilasi, adanya peran mucus cil
iaris sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron dapat mengikat virus
(Andarmoyo, 2012). 2) Difusi gas Difusi gas merupakan oertukaran gas antara oksigen
alveoli dengan kapiler paru dan CO2 kapiler dengan paru. Dalam proses pertukaran ini
terdapat beberapat factor yang dapat mempengaruhinya diantaranya luas permukaan pa
ru, tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisia
l. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi penebalan. Perbedaan te
kanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi seperti O2 dari alveoli masuk kedalam d
arah oleh karena O2 dalam darah vena pulmonasil (masuk kedalam darah secara berdif
usi) dan PCO2 dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli. Terakhir a
fnitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb (Andarmoyo, 20
12). 3) Transportasi gas Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh da
n CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi O2 akan berkaitan dengan H
b membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%) kemudian transport
asi CO2 akan berikatan dengan 10 Hb membentuk karbominohemoglobin (30%) dan la
rut dalam plasma (5%) kemudian sebagian menjadi HCO3 berada pada darah (65%)
a. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam dara
h arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri
(SaO2) di bawah normal (normal PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95%). Pada neonatus
PaO2 <50 mmHg atau SaO2 <90%. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan
ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada pada tempat yang kurang
oksigen.
Tanda dan gejala hipoksemia diantaranya sesak napas, frekuensi
napas 35 x/menit, nadi cepat dan dangkal, serta sianosis.
b. Hipoksia
Hipoksia merupakan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya
pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi atau
meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah
4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab hipoksia lainnya adalah:
1. Menurunnya hemoglobin
2. Berkurangnya konsentrasi oksigen
8
3. Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen
4. Menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah
5. Menurunnya perfusi jaringan
6. Kerusakan atau gangguan ventilasi
Tanda- tanda hipoksia adalah kelelahan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam,
sianosis, sesak napas, serta clubbing finger.
c. Gagal napas
Merupakan kedaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan
oksigen karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat
sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen.
Gagal napas ditandai oleh adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam
darah secara signifikan.Gagal napas dapat disebabkan oleh gangguan sistem
saraf pusat yang mengontrol sistem pernapasan, kelemahan neuromuskular,
keracunan obat, gangguan metabolisme, kelemahan otot pernapasan, dan
obstruksi jalan napas.
9
d. Perubahan pola napas
Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan pada orang dewasa
sekitar 18 - 22 x/menit, dengan irama teratur, serta inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi. Pernapasan normal disebut apnea. Perubahan
pola napas dapat berupa:
1. Dispnea, yaitu kesulitan bernapas, misalnya pada pasien
dengan asma.
2. Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti napas.
3. Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan
frekuensi napas lebih dari 24 x/menit.
4. Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal
dengan frekuensi kurang dari 16 x/menit.
5. Kusmaul, yaitu pernapasan dnegan panjang ekspirasi dan
inspirasi sama sehingga pernapasan menjadi lambat dan dalam,
misalnya pada penyakit diabetes melitus dan uremia.
6. Cheyne-stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam
kemudian berangsur-angsur dangkal dan diikuti periode apnea
yang berulang secara teratur.
7. Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea
dengan periode yang tidak teratur.
a. Anamnesis
1) Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien
baik secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan
perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya
terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan
dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya (Andarmoyo, 2012).
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa muncul antara lain batuk, peningkatan
produksi sputum, dispnea, hemoptisis, nyeri dada, ronchi (+), demam,
kejang, sianosis daerah mulut, hidung, muntah, dan diare.
(Andarmoyo,2012).
1) Batuk (cough)
Batuk merupakan gejala utama dan merupakan gangguan
yang paling sering di keluhkan. Tanyakan pada klien batuk
bersifat produktif atau non produktif.
2) Peningkatan produksi sputum
Sputum merupakan suatu subtansi yang keluar bersama
dengan batuk. Lakukan pengkajian terkait warna, konsistensi, bau,
dan jumlah dari sputum.
3) Dispnea
Dispnea merupakan suatu persepsi klien yang merasa
kesulitan untuk bernafas. Perawat harus menanyakan kemampuan
klien untuk melakukan aktivitas.
11
4) Homoptisis
Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut dengan di
batukan. Perawat harus mengkaji darimana sumber darah.
5) Nyeri dada
Nyeri dada dapat berhubungan dengan masalah jantung
dan paru- paru. Gambaran lengkap mengenai nyeri dada dapat
menolong perawat untuk membedakan nyeri pada pleura,
muskuloskeletal, kardiak, dan gastrointestinal.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Riwayat merokok
2) Pengobatan saat ini dan masa lalu
3) Alergi
4) Tempat tinggal
d. Riwayat kesehatan keluarga
1) Penyakit infeksi tertentu
2) Kelainan alergis
3) Klien bronkitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi
udaranya tinggi.
e. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada
posis duduk
b) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan
yang lainnya
c) Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya,
lesi, massa, dan gangguan tulang belakang
d) Catat jumlah irama, kedalaman pernapasan, dan
kesimetrisan pergerakan dada
e) Observasi tipe pernapasan
f) Inspeksi pada bentuk dada
g) Observasi kesimetrisan pergerakan dada
h) Observasi retraksi abnormal ruang intercostal selama insiprasi
12
2) Palpasi
a) Kaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas.
b) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji
saat inspeksi
c) Kaji kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
d) Vocal fremitus, yaitu getaran dinding dada yang dihasilkan
ketika berbicara.
3) Perkusi
a) Perkusi langsung, yakni pemeriksa memukul torak klien
dengan bagian palmar jari tengah keempat ujung jari
tangannya yang dirapatkan.
b) Perkusi tak langsung, yakni pemeriksa menempelkan suatu
objek padat yang disebut pleksimeter pada dada klien, lalu
sebuah objek lain yang disebut pleksor untuk memukul
pleksimeter tadi, sehingga menimbulkan suara. Suara perkusi
pada bronkopneumonia biasanya hipersonor/redup.
4) Auskultasi
Biasanya pada penderita ispa terdengar suara napas ronchi.
(Nursalam 2013).
Diagnosa keperawatan
Menurut PPNI (2017) dikutip dala buku SDKI diagnosa keperawatan
yang akan muncul pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
okisgenisasi adalah sebagai berikut:
f. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
1) Definisi: Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi
jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten
2) Faktor resiko: spasme jalan nafas,hipersekresi jalan nafas, disfungsi
neuromuskuler, benda asing dalam jalan nafas, adanya jalan nafas
buatan, sekresi yang tertahan, hiperplasia dinding jalan nafas,
13
proses infeksi, respon alergi, dan efek agen farmakologis (mis.
Anastesi)
Situasional:
a) Merokok aktif
b) Merokok pasif
c) Terpajan polutan
3) Gejala dan tanda
mayor Subjektif: tidak
tersedia Objektif:
a) Batuk tidak efektif
b) Tidak mampu batuk
c) Sputum berlebih
d) Mengi,wheezing dan/atau ronkhi kering
e) Mekonium di jalan nafas (pada neonatus)
4) Gejala dan tanda
minor Subjektif:
a) Dispnea
b) Sulit bicara
c) Orthopne
a Objektif:
a) Gelisah
b) Sianosis
c) Bunyi nafas menurun
d) Frekuensi nafas berubah
e) Pola nafas berubah
14
2. Rencana keperawatan
Tabel 2.1
15
Tabel 2.2
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2018) Kriteria Hasil Bersihan
Jalan Nafas
16
BAB 3
KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit asma sejak lama dan batuk sejak 2 tahun yang lalu. Pasien memil
iki kebiasaan merokok sejak muda dan sudah berhenti sejak 3 tahun yang lalu. Pasien memiliki riwayat Hipertensi s
ejak 5 tahun yang lalu. Riwayat minum obat obat batuk (tidak tahu nama obat) dan amlodipine 5 mg ketika merasa
batuk dan tidak kuat bekerja. paisen tidak memiliki alergi terhadap obatobatan ataupun makanan. Pasien sudah
menikah memiliki seorang putri berumur 18 tahun, orangtua pasien memiliki riwayat hipertensi keturunan dari
ayah, keluarga istri pasien ibu sudah meninggal.
Kegiatan pasien selama di rumah sebelum masuk rumah sakit bekerja sebagai buruh bagunan bila mana
memiliki waktu luang aktivitas menonton tv dan bermain dengan keluarga. Pendidikan pasien lulusan SMK pasien
dari suku Betawi pasien biasa menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Tidak memiliki riwayat
kecelakaan pasien ketika memiliki masalah tidur, harapan setelah sehat bisa bekerja kembali untuk membiayai
sekolah putrinya dilingkungan pasien bersih dari asap rokok dan kendaraan.
Pola makan dirumah pasien 2 kali sehari dengan 1 piring penuh tidak ada penghambat nafsu makan, pasien
tidak memiliki program diet apapun, pasien biasa minum sehari 6 gelas kali. Saat dirumah sakit pasien memiliki
pola makan 3 kali sehari, porsi makan 1/2 piring nafsu makan tidak baik karena mual, pasien tidak ada program diet
pasien memiliki kebiasaan sebelum makan berdoa dirumah sakit pasien meminum air sebanyak 2.000 cc. Saat
pasien sebelum memasuki rumah sakit kencing sebanyak 4 kali sehari, BAB 2 sampai 3 kali sehari tidak
menggunakan obat pelancar BAB tidak memiliki keluhan selama di kamar mandi, di rumah sakit pasien BAK
sebanyak 5 sampai 6 kali sehari, BAB 1 kali sehari dengan waktu tidak tentu mengeluh sesak napas saat mengejan.
Pasien dirumah mandi sebanyak 2 kali sehari tidak lupa kramas dan gosok gigi, pasien tidur dirumah sebanyak
3 kali sehari pasien bekerja dari pagi hingga sore, selama dirumah sakit pasien tidak bekerja kegiatannya lebih
banyak beristirahat
17
3.2 Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 20/04/2022 Jam Masuk : 11.00 wib
Ruangan : IGD
Tgl. Pengkajian : 21/04/2022 Jam : 08.00 wib
1. Identitas
Umur : 45 thn
Suku/Bangsa : Betawi
Agama : islam
2. Riwayat Keperawatan
A. Riwayat Kesehatan Dulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit asma sejak lama dan batuk sejak 2 tahun yang la
lu. Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak muda dan sudah berhenti sejak 3 tahun yang lalu.
Pasien memiliki riwayat Hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Riwayat minum obat obat batuk (ti
dak tahu nama obat) dan amlodipine 5 mg. paisen tidak memiliki alergi terhadap obatobatan ata
upun makanan
18
Pasien datang dalam kondisi sadar diantar oleh anaknya 20 April 2021, Pukul 11.00 Wita ke IG
D RSUP Sanglah. Pasien mengeluh sesak sejak 2 hari yang lalu dan memburuk sejak 1 jam seb
elum MRS, pasien mengalami batuk berdahak sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu dan membe
rat serta tidak dapat mengeluarkan dahak sejak 3 hari yang lalu. Saat di IGD pasien dilakukan p
emeriksaan vital sign yaitu tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 90 x/menit, pernapasaran: 28 x/
menit, pola napas berubah (dyspnea), suhu 36,5 C dan saturasi oksigen 88%. Saat di IGD pasie
n tampak gelisah. Pasien mendapatkan terapi oksigen NRM 10 lpm, terapi nebulizer combivent
1 vial, infus IVFD 20 tpm. Pasien sementara observasi di UGD.
19
3. Riwayat Observasi
b) Breathing
Fungsi pernafasan
Jenis pernafasan : dyspnea, SpO2 88 %
Frekwensi pernafasan : 28 x/menit
Retraksi otot bantu nafas : ada
Kelainan dinding thoraks : tidak ada
Bunyi nafas : ronchi (+), wheezing (+)
Hembusan nafas : ada
c) Circulation
Keadaan sirkulasi
Tingkat kesadaran : compos mentis
Perdarahan (internal/eksternal) : tidak ada
Kapilari refill : < 2 detik
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi radial/carotis : 90 x/menit
Akral perifer : dingin
d) Disability
20
Pemeriksaan neurologis GCS :
E: 4, V: 5, M: 6
(15 composmentis)
4. Pemeriksaan fisik head to toe
a. Kepala : Normochepal
Kulit kepala : Bersih,
tidak ada luka Mata : Pupil isokor, sklera tidak ikterik
Telinga : Simetris dan pendengaran normal
Hidung : Tulang hidung simetris dan hidung lembab
Mulut dan gigi : Mukosa bibir lembab dan mulut bersih, gigi tidak lengkap
Wajah : Simetris, bersih
Leher : Tidak terdapat pembesaran tiroid dan nadi karotis teraba
c. Jantung
Inspeksi : Tidak terdapat jejas atau luka
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Redup
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal regular, suara murmur tidak ada
d. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, tidak tampak adanya trauma
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, benjolan atau massa tidak ada, tanda ascites tidak ada
Perkusi : suara abdomen tympani
Auskultasi : terdengar bising usus 6 x/menit
21
e. Pelvis
Inspeksi : Simetris tidak terdapat benjolan/luka
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perineum dan rektum : -
f. Genitalia : -
g. Ekstremitas
Status sirkulasi : Nadi radialis
teraba 92x/menit, CRT < 2 detik
Keadaan injury : Tidak terdapat injury
h. Neurologis
Fungsi sensorik : Baik
Fungsi motorik : Baik
5. Terapi Dokter
Nebulizer combivent UDV 3 x1 vial inhalasi
Nebulizer Pulmicort 2 x 1 vial inhalas
Hidrocortison 2 x 100 mg intravena
NAC 3 x 1 tablet intraoral
Cefoferazone sulbactam 3 x 1 gr intravena
IVFD NaCl 500 m
22
6. Analisa data
DS DO
Pasien mengatakan memiliki riwayat asma Pasien tampak tidak dapat mengeluarkan dahak
semenjak 2 tahun yang lalu TD : 100/60 mmhg
Pasien mengeluh sesak sejak 2 hari yang lalu N : 90 x/menit
Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi sejak S : 36,5 c
5 tahun yang lalu
Saturasi 88%
Pasien tampak gelisah
23
BAB 4
PEMBAHASAN KASUS
4.1 Diagnosa
analisa data diagnosis etiologi
DS: Pasien mengatakan bersihan jalan nafas tidak Adanya benda asing dalam
memiliki riwayat asma efektif jalan nafas
TD : 100/60 mmhg
N : 90 x/menit
S : 36,5 c
Saturasi 88%
Pasien tampak gelisah
24
bersihan jalan nafas tidak setelah dilakukan intervensi observasi :
efektif b.d Adanya benda selama 3x 24 jam maka
asing dalam jalan nafas d.d diharapkan berihan jalan 1. identifikasi kemampuan
mengatakan memiliki nafas meningkat dengan batuk
riwayat asma semenjak 2 kriteria hasil : 2. monitor adanya retensi
tahun yang lalu, Pasien spuntum
mengeluh sesak sejak 2 1. produksi spuntum
hari yang lalu,Pasien menurun 3. monitor tanda dan gejala
tampak tidak dapat 2. batuk efektif meningkat inveksi saluran nafas
mengeluarkan dahak terapeutik :
3. frekuensi nafas membaik
TD : 100/60 mmhg 4. atur posisi semi fowler
4. pola nafas membaik
N : 90 x/menit atau fowler
kolaborasi :
8.kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran,jika perlu
25