Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KASUS OKSIGENASI DAN PENERAPAN ASKEP

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar


Dosen Pengampu : Febriana Sartika sari S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Adnan Ivan Priyono (P27220022154)
2. Devi Aulia Putri (P27220022164)
3. Dyah Ayu Dwi Yuningsih (P27220022166)
4. Nugraini Sisca Larasati (P27220022182)
5. Vista Auliya (P27220022193)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya,sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Dasar dengan
materi “Kebutuhan Dasar Manusia”.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi semua pihak.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Surakarta, 11 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1


1.2. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
1.3. Manfaat Penulisan ............................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4

2.1. Konsep Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif ..................................... 4


2.1.1. Pengertian .............................................................................. 4
2.1.2. Etiologi .................................................................................. 4
2.1.3. Tanda dan Gejala ................................................................... 5
2.2. Konsep Tuberculosis Paru................................................................. 6
2.2.1. Pengertian Tuberculosis ......................................................... 6
2.2.2. Etiologi Tuberculosis ............................................................. 6
2.2.3. Tanda dan Gejala ................................................................... 7
2.2.4. Penatalaksanaan ..................................................................... 8

BAB III ANALISIS KASUS ......................................................................... 9

3.1. Pengkajian ......................................................................................... 9


3.2. Diagnosa.......................................................................................... 11
3.3. Intervensi ......................................................................................... 13

BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 16

4.1. Kesimpulan ..................................................................................... 16


4.2. Saran ................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan


dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau
tindakan (Murray dalam Bherm, 1996). Kebutuhan dasar manusia adalah
unsur-unsur yang dibutuhkan dalam menjaga keseimbangan fisiologis juga
psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Kebutuhan Dasar Manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki
Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar,
yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum), keamanan, cinta, harga diri, dan
aktualisasi diri. Seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan
orang yang sehat, dan sesorang dengan satu atau lebih kebutuhan yang tidak
terpe nuhi merupakan orang yang berisiko untuk sakit atau mungkin tidak
sehatpada satu atau lebih dimensi manusia. (Sumber : Potter dan Patricia,
1997).
Kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar adalah
kebutuhan oksigen. Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital
dalam kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigenasi
diperlukan untuk proses metabolism tubuh secara terus-menerus.
Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas (Tarwoto
dan Wartonah, 2015). Pengertian pernafasan atau respirasi adalah
suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran
karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia
dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan
membuang karbon dioksida ke lingkungan (Marjumder, 2015).

1
2

Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan


dalam proses kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam
proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen di dalam tubuh
harus terpenuhi karena apabila berkurang maka akan terjadi
kerusakan pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan
menyebabkan kematian Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada
manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui
saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang
menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki
organ pernafasan agar berfungsi secara normal (Taqwaningtyas,
Ficka (2013) dalam Hidayat dan Uliyah, 2005).
Kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan bila salah satu
organ sistem respirasi terganggu. Banyak kondisi yang
menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran
pernapasan diantaranya karena ada massa oleh karena pertumbuhan
jaringan yang tidak normal seperti tumor. Pada kondisi ini, individu
merasakan pentingnya oksigen (Kusnanto, 2016). Sumbatan pada
jalan nafas merupakan salah satu gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen asi yang menduduki peringkat pertama pemicu
kematian terbesar yang masih dapat diatasi dengan berbagai cara.
Penolong harus bisa menganalisis gejala dan tanda adanya
sumbatan jalan nafas dan mampu memberikan pertolongan segera
dengan atau tanpa alat bantuan (Mancini & Gale, 2011).

1.2. Tujuan Penulis


Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut :
3

1. Untuk mengetahui pengertian bersihan jalan nafaf efektif


2. Untuk mengetahui tanda dan gejala bersihan jalan nafas efektif.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala bersihan jalan nafas tidak efektif
4. Untuk mengetahui pengertian tuberkulosis
5. Untuk mengetahui klasifikasi tuberkulosis
6. Untuk mengetahui etologi, tanda dan gejala tuberkulosis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan tuberkulosis

1.3. Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah, yaitu bagi mahasiswa sebagai salah satu acuan
dalam pemahaman mengenai kebutuhan dasar manusia dalam kasus oksigenasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


2.1.1. Definisi Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana
individu mengalami ancaman yang nyata atau potensial berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif (Carpenito &
Moyet, 2013). Pengertian lain juga menyebutkan bahwa bersihan jalan
nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan secret atau
obtruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
(PPNI T. P., 2016).
2.1.2. Etiologi
1. Fisiologis
a. Spasme jalan napas,
Kontraksi otot yang tiba-tiba muncul dan terjadi penyempitan
pada jalan napas sehingga sekret yang tertahan sulit untuk
dikeluarkan dan mengakibatkan sesak.
b. Hipersekresi jalan napas
Produksi secret, sputum, dan lender yang berlebihan pada jalan
napas.Sehingga kemungkinan terjadi sumpatan jalan napas oleh
secret yang berlebihan besar terjadi, membuat penderita sesak
nafas karena kekurangan oksigen yang terhalang masuk.
c. Disfungsi neuromuskuler
Ketidakmampuan system saraf dan otot untuk bekerja
sebagaimana mestinya. Kelainan neuromuscular memengaruhi
kekuatan dari kedua system otot tubuh yang dapat menyebabkan
otot pernapasan juga ikut melemah. Melemahnya otot
pernapasan ini dapat menyebabkan masalah pernapasan.

4
5

d. Benda asing dalam jalan napas


Adanya benda asing yang normalnya tidak ada di jalan nafas. Bisa
terjadi karena insiden.
e. Adanya jalan napas buatan
Suatu keadaan yang terjadi karena tindakan medis
(mis.trakeostomi dan ETT)
f. Sekresi yang tertahan
Sekret atau sputum yang tertahan bisa dikarenakan sputum yang
terlalu kental, spasme jalan napas, batuk tidak efektif.
2. Situasional
a. Merokok aktif
b. Merokok pasif
c. erpajan polutan (PPNI T. P., 2016)
2.1.3. Tanda dan Gejala
a. Tidak ada batuk
b. Suara nafas tambahan (mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering)
c. Perubahan frekuensi napas
d. Perubahan irama napas
e. Sianosis
f. Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara
g. Penurunan bunyi napas
h. Dypsnea
i. Sputum dalam jumlah berlebih
j. Batuk tidak efektif
k. Orthopneu
l. Gelisah
m. Mata terbuka lebar (PPNI T. P., 2016
6

2.2. Konsep Tuberculosis Paru


2.2.1. Pengertian Tuberculosis
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium
Tuberculosis (Kemenkes RI, 2014). Selanjutnya menurut (Widoyono,
2011) tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis)
yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien
Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri
tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang
parenkim paru-paru dan disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis (Soemantri, 2009). Penularan bakteri Mycobacterium
Tuberculosis terjadi ketika pasien TB paru mengalami batuk
atau bersin sehingga bakteri Mycobacterium Tuberculosis juga
tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet yang
dikeluarkan penderita TB paru. Jika penderita TB paru sekali
mengeluarkan batuk maka akan menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak dan percikan dahak tersebut telah mengandung
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pasien suspek TB paru yang
mengalami gejala batuk lebih dari 48 kali/malam akan menginfeksi
48% dari orang yang kontak dengan pasien suspek TB paru,
sedangkan pasien suspek TB paru yang mengalami batuk kurang dari
12 kali/malam maka akan dapat menginfeksi 28% dari orang yang
kontak dengan pasien yang suspek TB paru (Apriadisiregar et
al., 2018)
.
2.2.2. Etiologi Tuberculosis
Tuberkulosis Paru disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis
sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan
tebal 0,3- 15 0,6/um. Kuman terdiri dari Asam Lemak, sehingga kuman
7

lebih tahan asam dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisis
(Manurung, 2008).
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil
ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar
matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria
Tuberkulosis yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin. Basil Tipe Bovin
berada dalam susu sapi yang menderita Mastitis Tuberkulosis Usus.
Basil Tipe Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di udara
yang berasal dari penderita Tuberkulosis dan orang yang terkena rentan
terinfeksi bila menghirupnya (Nurarif, 2015).
2.2.3. Tanda dan Gejala Tuberculosis
Pada stadium awal penyakit Tuberkulosis Paru tidak menunjukkan
tanda dan gejala yang spesifik. Namun seiring dengan perjalanan
penyakit akan menambah jaringan parunya pmengalami kerusakan,
sehingga dapat meningkatkan produksi sputum yang ditunjukkan
dengan seringnya klien batuk sebagai bantuk kompensasi pengeluaran
dahak.

Secara rinci tanda dan gejala Tuberkulosis Paru ini dapat dibagi atas 2
(dua) golongan yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik.

1. Gejala Sistemik
a. Demam
Demam merupakan gejala pertama dari Tuberkulosis Paru,
biasanya timbul pada sore dan malam hari disertai dengan keringat
mirip demam influenza yang segera mereda tergantung dari daya
tahan tubuh dan virulensi kuman, serangan demam yang berikut
dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan.
b. Malaise
Karena Tuberkulosis bersifat radang menahun, makan dapat terjadi
rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan
8

makin kurus, sakit kepala, mudah lelah pada wanita kadang-kadang


dapat terjadi gangguan siklus haid.
2. Gejala Respiratorik
a. Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus.
Batuk mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkhus, selanjutnya
akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi
produktif. Batuk produktif ini berguna untuk membuang produk
produk ekskresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid atau
purulen.
b. Batuk berdarah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan
ringannya batuk darah yang timbul, tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan
paru yang cukup luas. Pada awal gejala ini tidak pernah ditemukan.
d. Nyeri dada
Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang terdapat di pleura
terkena, gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik (Manurung,
2008).
2.2.4. Penatalaksanaan Tuberculosis
Pengobatan Tuberculosis’ bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT
(Obat Anti Tuberkulosis). Mikobakteri merupakan kuman tahan asam
yang sifatnya berbeda dengan kuman lain karena tumbuhnya sangat
lambat dan cepat sekali timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat.
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: INH, Rifampisin,
Streptomisin, Etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2):
Kanamisin, Amikasin, Kuinolon.
BAB III
ANALISIS
Contoh Kasus :

Nyonya K berusia 52 tahun dengan Berat Badan 50 kg. Dirawat


diruang penyakit dalam. Dari hasil pengkajian diperoleh data tekanan
darah 170/100 MmHg, nadi 98x / menit, Respiratory Rate 28x /
menit. Bunyi nafas ronkhi. SPO 98%, pasien mengeluh sesak nafas
dan batuk berdahak, mual, muntah sejak seminggu yang lalu. Pasien
mengatakan sulit untuk mengeluarkan dahak. Pasien pucat suhu
37,7°C. Diagnosa medis pasien menunjukkan TB paru.

Analisis Data :

3.1. Pengkajian Keperawatan


Data Subjektif:
1. Pasien mengeluhsesak napas, batuk berdahak, mual dan muntah.
2. Pasien mengatakan sulituntuk mengeluarkan dahak.

Data Objektif :
1. Respiratoty Rate28x /menit.
2. SPO2 96%

3. Nadi 98x /menit

4. Bunyi nafasronkhi

5. Tekanan Darah 170/ 100 MmHg

Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: Tn. K mengatakan batuk berdahak selama 1 bulan,
jika batuk nyeri terasa pada dada sebelah kanan.
b. Riwayat penyakit sekarang: Tn. K mengatakan sejak 1 bulan
terakhir klien mengalami batuk berdahak, dahak susah untuk
dikeluarkan, mengeluh batuk berdahak, sesak napas, demam, nafsu
makan menurun sejak seminggu terakhir, klien datang ke Wilayah

9
10

c. Kerja Puskesmas Siak Hulu I pada tanggal 03 Desember 2022


sekitar 09.00 WIB dibantu oleh keluarganya, pasien terlihat lemas,
tampak meringis kesakitan, BB: 50 Kg (Sekarang), BB: 60 Kg
(sebelum Sakit).
d. Riwayat Penyakit Dahulu: Tn. K mengatakan sejak 1 bulan terakhir
klien mengalami batuk berdahak, sesak napas, demam, nafsu
makan menurun sejak seminggu terakhir. Tn. K mengatakan sudah
sering mengalami batuk berbulan-bulan namun sembuh dengan
membeli obat di warung, pasien tidak memiliki penyakit lain selain
batuk dan tidak pernah dirawat di rumah sakit.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga: tidak ada anggota keluarganya yang
menderita penyakit menular, keluarga juga menyatakan bahwa
tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menurun
seperti DM, dan Hipertensi.

Pemeriksaan Fisik :
Hasil Pemeriksaan TTV
a. Tekanan Darah: 170/100 mmHg,
b. Nadi: 98x/menit,
c. Respirasi: 28X/menit,
d. Suhu: 37,7C

1. Kepala
Inspeksi : wajah tampak pucat, wajah tampak meringis, konjungtiva
anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir
kering.
2. Thorak
Inpeksi : terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada, biasanya
pasien kesulitan saat inspirasi Palpasi Perkusi Auskultasi
3. Abdomen
Fremitus paru yang terinfeksi lemah : saat diperkusi terdapat suara
pekak : terdapat bronki
11

inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi :


a. tampak simetris
b. tidak ada pembesaran hepar
c. terdapat suara tympani
d. bising usus pasien tidak terdengar
4. Ekremitas atas
CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
5. Ekremitas bawah
CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema

Faktor pendukung :
a. Riwayat Lingkungan
Pasien mengatakan tinggal dipemukiman padat industri , dengan
kondisi udara yang buruk.
b. Pola Hidup
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan
tidur.
12

3.2. Diagnosis Keperawatan

Ds ( Data Subjektif ) Do ( Data Objektif ) Masalah Diagnosis


Keperawatan Keperawatan
3. Pasien 1. Respiratoty Bersihan jalan Diagnosa keperawatan
mengeluh Rate28x nafas tidak efektif utama dalam studi kasus

sesak /menit. (D.001) ini yaitu bersihan jalan


nafas tidak efektif
napas, 2. SPO2 96%
(D.0149) berhubungan
batuk 6. Nadi 98x
/menit dengan sekresi yang
berdahak,
7. Bunyi tertahan yang ditandai
mual dan
dengan pasien
nafas
muntah.
mengeluh sesak nafas,
ronkhi
4. Pasien batuk berdahak dan
8. Tekanan
mengatakan dahak yangsulit
Darah 170/
sulituntuk dikeluarkan, kecepatan
100 MmHg
mengeluark pernapasan 28 x/mnt
an serta terdapat suara

dahak. napas tambahan ronchi.


13

3.3. Intervensi Keperawatan


Adapun tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
kemampuan membersihkan jalan napas meningkat dengan kriteria target
frekuensi :
1. Pernapasan normal
2. Produksi sputum menurun
3. Mampu mengeluarkan sekret dan
4. Tidak ada suara napas tambahan.
5. Respiratoty Rate 16 – 20x / menit
6. SPO2 100 %

Adapun fokus intervensi utama dalam studi kasus ini yaitu Latihan batuk
efektif, Manajemen jalan nafas dan pemantauan respirasi.

a. Latihan Batuk Efektif


1) Identifikasi kemampuan batuk
2) Monitor adanya retensi sputum
3) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
4) Monitor input dan output cairan ( misal jumlah dan karakteristik )
5) Atur posisi semi-Fowler atau fowler
6) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
7) Buang sekret pada tempat sputum
8) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
9) Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik kemudian dikeluarkan dari mulut dengan bibir mencuci (
dibulatkan ) selama 8 detik.
10) Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
11) Anjurkan batuk dengan kuat
12) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke
-3.
13) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
14

b. Manajemen Jalan Nafas :


1) Monitor pola napas (frekuensui, kedalaman, usahan napas )
2) Monitor bunyi napas tambahan ( misal gurling, mengi wheezing ,
ronkhi kering )
3) Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma )
4) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilit dan chin-lift ( jaw
thrust jika curiga trauma servical )
5) Posisikan semi-Fowler atau fowler
6) Berikan minum hangat
7) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
8) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
9) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
10) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
11) Berikan oksigen, jika perlu
12) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
13) Ajarkan teknik batuk efektif
14) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran, mukolitik, jika perlu
c. Pemantauan Respirasi :
1) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas.
2) Monitor pola nafas + seperti bradipnea, trakipnea, hiperventilasu,
kussmaul, cheyne-strokes, biot, artistik
3) Monitor kemampuan batuk efektif
4) Monitor adanya produksi sputum
5) Monitor adanya sumbatan jalan napas
6) Palpasi kesumetrisan ekspansi paru
7) Auskultasi bunyi nafas
8) Monitor saturasi oksigen
9) Monitor nilai A G D
10) Monitor hasil x-ray toraks
11) Atur interval pemantauan Respirasi sesuai kondisi pasien
12) Dokumentasi hasil pemantauan
15

13) Jelaskan tujuan dan prosesor pemantauan


14) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif dapat dikatakan sebagai suatu keadaan
dimana individu mengalami ancaman yang nyata atau potensial
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif .
2. Etiologi bersihan jalan nafas tidak efektif terdiri dari dua yaitu fisiologis (
hipersekresi jalan nafas,, sekresi yang tertahan, dll )dan
situasional.(merokok aktif, merokok pasif)
3. Contoh tanda dan gejala bersihan jalan nafas tidak efektif :
a. Tidak ada batuk
b. Suara nafas tambahan (mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering)
c. Perubahan frekuensi napas
d. erubahan irama napas
e. Sianosis
4. Penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok
Mycobacterium. Tuberkulosis dapat ditularkan melalui udara (droplet
nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang
mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas.
5. Penatalaksanaan Pengobatan Tuberculosis bertujuan menyembuhkan
pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Obat
Anti Tuberkulosis).
6. Tanda dan gejala Pada stadium awal penyakit Tuberkulosis Paru tidak
menunjukkan tanda dan gejala yang spesifik. Secara rinci tanda dan gejala
Tuberkulosis Paru ini dapat dibagi atas 2 golongan yaitu gejala sistemik dan
gejala respiratorik.

16
17

4.2. Saran

1. Bagi pasien
TBC hendaknya meningkatkan motivasinya dalam pengobatan TB, seperti
selalu mengingatkan pasien agar patuh berobat. Hal ini karenakan proses
pengobatan TB berjaslan lama dan dapat menyebabkan kebosanan pada
pasien TB.
2. Bagi masyarakat
Masyarakat hendaknya juga senantiasa memperhatikan konsisi lingkungan
sekitar, baik terhadap informasi adanya warga masyarakat yang mengalami
tanda dan gejala TB, sehingga deteksi pasien TB dapat ditemukan dan
pengobatan segera dilaksanakan.
3. Bagi petugas kesehatan
Petugas kesehatan dapat melakukan upaya-upaya seperti meningkatkan
pengetahuan pasien mengenai pencegahan, penularan tuberculosis secara
maksimal untuk meningkatkan kesadaran pasien TB dalam mematuhi
pengobatan TB.
DAFTAR PUSTAKA

Dachi, R.A., Hakim, L.,& Wandra, T. (2O22).Sosialisasi Tentang Penyakit


Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Putri Hijau Medan. Jurnal Abdimas
Mutiara, 3 (2), 367-374.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2017). Standar diagnosis
keperawatan Indonesia: Definisi dan indikator diagnostik. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar intervensi


keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar luaran keperawatan


Indonesia: Definisi dan luaran keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Putri, Nia. 2017. Asuhan Keperawatan Gangguan Oksigenasi Pada Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronis di Ruang VI Rumah Sakit TK III Dr. Reksodiwiryo
padang. Padang

Tyas, Nurwening dkk. Buku Ajar 1 Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya

Wahyudianto, G. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Tuberkulosis Paru


di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai