Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling utama, mempunyai
beberapa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi jika ingin dalam keadaan sehat
dan seimbang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis
maupun psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh
atau paduan dari unsur biologis, psikologis, social dan spiritual. Sebagai
makhluk biologis, manusia tersusun atas sistem organ tubuh yang digunakan
untuk mempertahankan hidupnya, mulai dari lahir, tumbuh kembang, hingga
meninggal.
1
berdahak serta terkadang mengeluarkan darah sudah dirasakan sejak 3 minggu
lalu, pasien mengatakan keringat pada malam hari sebelum masuk rumah
sakit, adanya hipoksia (kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh), hiperventilasi (proses ini ditandai dengan adanya
peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya
konsentrasi CO2), dyspnea (ditandai dengan adanya sesak dan berat saat
pernapasan), ortopnea (ditandai dengan munculnya sesak nafas pada saat posisi
berbaring mendatar), pernapasan cheyne stokes (siklus pernapasan yang mula-
mula dangkal, makin naik kemudian menurun dan berhenti), takipnea
(frekuensi pernapasan yang jumlahnya meningkat di atas pernapasan normal),
bradipnea (frekuensi pernapasan yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi
pernapasan normal), pernapasan biot (pernapasan yang mirip dengan cheyne
stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea), pernapasan kussmaul
(pernapasan yang jumlah dan kedalamannya meningkat sering melebihi
20x/menit), hipoksemia (kekurangan oksigen di darah arteri), hipoksia
hipokinetik (hipoksia yang terjadi akibat adanya bendungan atau sumbatan),
overventilasi hipoksia (hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan
sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunanya), dan
hipoksia histotoksik (keadaan dimana darah kapiler jaringan mencukupi, tetapi
jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida).
Pada tahap pengkajian data yang dikaji yaitu mengidentifikasi kemampuan
ventilasi paru klien dan memperkirakan faktor penyebab yang menghambat
ventilasi. Hal ini dapat di kaji melalui riwayat perawatan dengan cara
wawancara seperti: apakah klien merasa keletihan, apakah klien merasa sesak
dan kesulitan bernapas, apakah klien ada batuk, apakah ada suara tambahan
pada saat klien bernapas, apakah klien merasa nyeri, apakah pada saat klien
batuk mengeluarkan sputum. Kemudian pemeriksaan fisik inspeksi (mengkaji
kulit dan warna membrane mukosa, tinkat kesadaran, pola pernapasan),
auskultasi paru (adalah wheezing, yang akan terdengar pada akumulasi
sekret), palpasi (palpasi dada
2
dapat diketahui jenis dan jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekana, taktil
fremitus), perkusi (mengetahui adanya cairan, udara, atau benda padat di
jaringan), Pemeriksaan diagnostic meliputi: pemeriksaan fungsi paru, gas
darah arteri, kecepatan aliran ekspirasi puncak,oksimetri (Rahayu, 2016).
Menurut penelitian Rofi’I, Warsito, Santoso, dan Ulliya tahun 2019 yang
berjudul Gambaran Intervensi Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien
3
Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit, melakukan intervensi yaitu memberi
oksigen, mengaajarkan batuk efektif, memberi posisi semi fowler,
mengajarkan napas dalam, menganjurkan minum air hangat, mengkaji
bersihan jalan napas, menganjurkan membuang dahak pada sputum
pot, mengobservasi penggunaan alat bantu pernafasan, dan mengkaji pola
batuk berdarah. Penelitian Zurimi tahun 2019 yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi dengan Pemberian Teknik
Batuk Efektif Pada Pasien TB paru, diberkan intervensi: Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan oksigen yang adekuat, memelihara kebersihan paru-
paru dan bebas dari tanda tanda distress pernapasan, mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnea (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah), memeriksa tanda-
tanda vital, memberikan Pendidikan kesehatan tentang teknik batuk efektif
efektif pada klien dan keluarga.
4
Untuk dapat melaksanakan peran sebagai pendidik (edukator), ada beberapa
kemampuan yang harus dimiliki seorang perawat sebagai syarat utama, yaitu
berupa wawasan ilmu pengetahuan yang luas, kemampuan berkomunikasi,
pemahaman psikologi, dan kemampuan menjadi model/contoh dalam perilaku
profesional. Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan
oksigenasi memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga untuk selalu
menjaga kebersihan lingkunga nrumah yang kurang baik dalam pengaturan
ventilasi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah menggambarkan asuhan
keperawatan pada gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep anatomi fisiologi system pernafasan
b. Menjelaskan konsep kebutuhan oksigenasi
c. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan gangguan pemenuhan
oksigenasi
d. Menguraikan asuhan keperawatan pada Ny.M
e. Mendeskripsikan kesenjangan yang ditemukan antara teori dan kasus
5
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah studi
kepustakaan yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan bacaan tentang
asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi dari berbagai
macam sumber, seperti jurnal, makalah, artikel, buku, dan lainnya.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini terdiri dari 5 BAB yaitu, BAB
PENDAHULUAN yang terdiri dari tentang latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI yang
terdiri dari konsep anatomi fisiologi system pernapasan, konsep kebutuhan
oksigenasi. BAB III TINJAUAN KASUS yang terdiri dari deskripsi kasus, dan
proses asuhan keperawatan pada Ny.M. BAB IV PEMBAHASAN yang terdiri
dari pembahasan studi kasus dan keterbatasan studi kasus. BAB V PENUTUP
yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
7
b. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari 10rachea yang bercabang
menjadi bronchus kanan dan kiri.
c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
d. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran
oksigen dengan karbondioksida.
e. Paru-Paru (Pulmo), paru-paru merupakan organ utama dalam sistem
pernapasan.
8
akan menyebabkan kematian. System yang berperan dalam oksigenasi
adalah pernapasan dan kardiovaskuler.
9
3. Gangguan Oksigenasi
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari
adanya gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi
maupun fisiologis dari organ-organ respirasi. Permasalahan dalam
pemenuhan tersebut dapat disebabkan adanya gangguan pada sistem tubuh
lain, misalnya sistem kardiovaskuler. Gangguan pada sistem respirasi dapat
disebabkan diantaranya oleh peradangan, obstruksi,trauma, kanker,
degeneratif dan lain-lain (Kusnanto, 2016).
10
pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asidosis
metabolik dan gagal ginjal.
2. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok
utama yaitu (Kusnanto, 2016):
a) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:
Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomielitis,
transeksi servikal, Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi,
seperti asma, emfisema, TBC dan lain-lain.
b) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru: Kondisi yang
menyebabkan luas permukaan difusi berkurang, misalnya
kerusakan jaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain. Kondisi yang
menyebabkan penebalan membran pernapasan, misalnya pada
edema paru, pneumonia, danlain-lain. Kondisi yang menyebabkan
rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal dalam beberapa bagian
paru, misalnya pada trombosis paru.
c) Kondisi paru yangmenyebabkan terganggunya pengangkutan
oksigen dari paru-paru ke jaringan yaitu: Anemia dimana
berkurangnya jumlah total hemoglobin yang tersedia untuk transpor
oksigen.
11
3. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih tepat
daripada anoksia. Sebab, jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali
dalam jaringan.
12
c) Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas
yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih
rendah dari penggunaannya.
10
d) Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler
jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat menggunakan
oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut
mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah
yang lebih banyak daripada normal (oksigen darah vena
meningkat).
13
membersihkan trakhea, bronkhus, dan paru untuk melindungi organ
tersebut dari iritan dan sekresi.
d) Mengi (Wheezing): Wheezing ditandai dengan bunyi bernada
tinggi, akibat gerakan udara berkecepatan tinggi melalui jalan napas
yang sempit. Wheezing dapt terjadi saat inspirasi, ekspirasi, atau
keduanya. Wheezing dikaitkan dengan asma, bronkhitis akut, atau
pneumonia.
e) Nyeri: Nyeri dada perlu dievaluasi dengan memperhatikan lokasi,
durasi, radiasi, dan frekuensi nyeri. Nyeri dapat timbul setelah
latihan fisik, rauma iga, dan rangkaian batuk yang berlangsung
lama. Nyeri diperburuk oleh gerakan inspirasi dan kadang-kadang
dengan mudah dipersepsikan sebagai nyeri dada pleuritik.
f) Pemaparan Geografi dan Lingkungan: Pemaparan lingkungan
didapat dari asap rokok (pasif/aktif), karbon monoksida (asap
perapian/cerobong), dan radon (radioaktif). Riwayat pekerjaan
berhubungan dengan asbestosis, batubara, serat kapas, atau inhalasi
kimia.
g) Infeksi Pernapasan: Riwayat keperawatan berisi tentang frekuensi
dan durasi infeksi saluran pernapasan. Flu dapat mengakibatkan
bronkhitis dan pneumonia. Pemaparan tuberkulosis dan hasil tes
tuberkulin, risiko infeksi HIV dengan gejala infeksi pneumocystic
carinii atau infeksi mikobakterium pneumonia perlu dikaji.
h) Faktor Resiko: Riwayat keluarga dengan tuberkulosis, kanker paru,
penyakit kardiovaskular merupakan faktor risiko bagi klien.
i) Obat-obatan: Komponen ini mencakup obat yang diresepkan, obat
yang dibeli secara bebas, dan obat yang tidak legal. Obat tersebut
mungkin memiliki efek yang merugikan akibat kerja obat itu sendiri
atau karena interaksi dengan obat lain. Obat ini mungkin
mempunyai efek racun dan dapat merusak fungsi kardiopulmoner
14
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi.
a) Inspeksi: Observasi dari kepala sampai ujung kaki untuk mengkaji
kulit dan warna membran mukosa (pucat, sianosis), penampilan
umum, tingkat kesadaran (gelisah), keadekuatan sirkulasi sistemik,
pola pernapasan, dan gerakan dinding dada.
b) Palpasi: Dengan palpasi dada, dapat diketahui jenis dan jumlah
kerja thoraks, daerah nyeri tekan, taktil fremitus, getaran dada
(thrill), angkat dada (heaves), dan titik impuls jantung maksimal,
adanya massa di aksila dan payudara. Palpasi ekstremitas untuk
mengetahui sirkulasi perifer, nadi perifer (takhikardia), suhu kulit,
warna, dan pengisian kapiler.
c) Perkusi: Perkusi untuk mengetahui adanya udara, cairan, atau
benda padat di jaringan. Lima nada perkusi adalah resonansi,
hiperresonansi, redup, datar, timpani.
d) Auskultasi: Auskultasi untuk mendengarkan bunyi paru. Pemeriksa
harus mengidentifikasi lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan kualitas.
Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan
udara di sepanjang lapangan paru : anterior, posterior, dan lateral.
Suara napas tambahan terdengar jika paru mengalami kolaps,
terdapat cairan, atau obstruksi.
3) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengukur keadekuatan
ventilasi dan oksigenasi, meliputi:
a) Pemeriksaan fungsi paru: Pemeriksaan fungsi paru dilakukan
dengan menggunakan spirometer. Klien bernapas melalui masker
15
b) mulut yang dihubungkan dengan spirometer. Pengukuran yang
dilakukan mencakup volume tidal (Vт), volume residual (RV),
kapasitas residual fungsional (FRC), kapasitas vital (VC), kapasitas
paru total (TLC).
c) Kecepatan Aliran Ekspirasi Puncak: (Peak Expiratory Flow
Rate/PEFR) PEFR adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama
ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan terjadinya
perubahan ukuran jalan napas menjadi besar.
d) Pemeriksaan Gas Darah Arteri: Pengukuran gas darah untuk
menentukan konsentrasi hidrogen (H+), tekanan parsial oksigen
(PaO2) dan karbon dioksida (PaCO2), dan saturasi oksihemoglobin
(SaO2), pH, HCO3.
e) Oksimetri: Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen
kapiler (SaO2), yaitu persentase hemoglobin yang disaturasi
oksigen.
f) Hitung Darah Lengkap: Darah vena untuk mengetahui jumlah
darah lengkap meliputi hemoglobin, hematokrit, leukosit, eritrosit,
dan perbedaan sel darah merah dan sel darah putih.
g) Pemeriksaan sinar X dada: Sinar X dada untuk mengobservasi
lapang paru untuk mendeteksi adanya cairan (pneumonia), massa
(kanker paru), fraktur (klavikula dan costae), proses abnormal
(TBC).
h) Bronkoskopi: Bronkoskopi dilakukan untuk memperoleh sampel
biopsi dan cairan atau sampel sputum dan untuk mengangkat plak
lendir atau benda asing yang menghambat jalan napas.
i) CT Scann: CT scann dapat mengidentifikasi massa abnormal
melalui ukuran dan lokasi, tetapi tidak dapat mengidentifikasi tipe
jaringan.
j) Kultur Tenggorok: Kultur tenggorok menentukan adanya
mikroorganisme patogenik, dan sensitivitas terhadap antibiotik.
16
k) Spesimen Sputum: Spesimen sputum diambil untuk
mengidentifikasi tipe organisme yang berkembang dalam sputum,
resistensi, dan sensitivitas terhadap obat.
l) Skin Tes: Pemeriksaan kulit untuk menentukan adanya bakteri,
jamur, penyakit paru viral, dan tuberculosis
m) Torasentesis: Torasentesis merupakan perforasi bedah dinding dada
dan ruang pleura dengan jarum untuk mengaspirasi cairan untuk
tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik atau untuk mengangkat
spesimen untuk biopsi.
17
d) Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
e) Risiko Aspirasi
Definisi: berisiko mengalami masuknya sekresi gastrointestinal,
sekresi orofaring, benda cair atau padat ke dalam saluran
trakeobronkial akibat disfungsi mekanisme protektif saluran napas.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2016).
Intervensi yang dirumuskan pada gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi diantaranya:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
bersihan jalan napas teratasi dengan kriteria hasil :
1) Tidak terdapat suara napas abnormal
2) Saturasi dalam batas normal (95-100%)
3) Frekuensi dalam batas normal (12-20 x/menit)
4) Tidak terdapat dispnea dan sianosis
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas
Rasional: Menunjukan adanya suara tambahan pada saat bernapas
b. Berikan posisi semi atau fowler.
Rasional: Meningkatkan ekspansi paru dan memudahkan
pernapasan
18
c. Ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam
Rasional: Batuk efektif dapat membantu mengeluarkan sputum
d. Lakukan fisioterapi dada (postural drainage, clapping, perkusi, dan
vibrasi)
Rasional: Meminimalkan dan mencegah sumbatan/obstruksi
saluran pernapasan.
e. Berikan obat seperti agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid
sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen
trakeabronkial berguna jika terjadi hipoksia pada kavitas yang luas.
Intervensi:
1) Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal,
peningkatanupaya respirasi, keterbatasan ekspansi dan kelemahan.
Rasional: Pada beberapa penyakit saluran pernapasan (misalnya :
tuberkulosis paru) dapat menyebabkan luasnya jangkauan dalam
paru-paru yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas
menjadi inflamasi, nekrosis, efusi pleura, dan meluasnya fibrosis
dengan gejala-gejala respirasi distress.
19
2) Monitor gas darah.
Rasional : menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau meningkatnya
PCO2 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih adekuat atau
perubahan terapi.
3) Monitor tanda vital dan status jantung.
Rasional: Perubahan tekanan darah menunjukan efek hipoksia
sistemik pada fungsi jantung.
4) Tinggikan kepala tempat tidur dan bantu untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernapas (misalnya : fowler atau semi fowler).
Rasional : Suplai oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk
tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas,
tindakan ini juga bisa meningkatkan ekspansi paru secara
maksimal.
5) Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai
kebutuhan. Rasional: Mengurangi konsumsi oksigen pada periode
aspirasi.
Intervensi:
1) Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada.
Rasional: Kecepatan biasanya mencapai kedalam pernapasan
bervariasi tergantung derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas
yang berhubungan dengan atelaksis dan atau nyeri dada.
20
2) Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas tambahan.
Rasional: Ronkhi dan wheezing menyertai obstruksi jalan
napas/kegagalan pernapasan.
3) Tinggikan kepala dan bantu dan mengubah posisi fowler atau semi
fowler.
Rasional: Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan
mempermudah pernapasan.
4) Ajarkan latihan napas dalam.
Rasional: Meningkatkan kemampuan otot-otot pernapasan.
5) Berikan oksigen tambahan, misalnya : nebulizer, pemberian O2.
Rasional: Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas,
memberikan kelembaban pada membrane mukosa, dan membantu
pengenceran sekret.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang
harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan
komunikasi yang efektif, menciptakan hubungan yang saling percaya,
kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi,
dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).
Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan,
antara lain:
1) Independent implementations adalah implementasi yang diprakarsai
sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi
masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam
memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri,
mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
21
memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-
spiritual, perawatan alat invasive yang dipergunakan klien, melakukan
dokumentasi, dan lain-lain.
b) Tujuan:
Klien akan mendemonstrasikan pengetahuan tentang manajemen
disfungsi pernapasan secara optimal. Kriteria hasil:
a. setelah mengikuti pendidikan kesehatan, klien dapat
mendemonstariskan teknik napas dalam
b. setelah mengikuti pendidikan kesehatan, pada beberapa
pengobatan yang diberikan untuk masalah pernapasan, klien
menggambarkan nama, cara kerja, dan efek samping obat, dosis
yang diberikan, dan beberapa pertimbangan khusus untuk
pemberian
c. sebelum pulang, klien mendemonstrasikan penggunaan peralatan
oksigen di rumah secara aman
c) Tujuan:
Klien akan mengeluarkan sekresi pulmonar. Kriteria hasil:
a. Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, klien
mendemonstrasikan teknik batuk yang tepat
b. Klien minum paling sedikit 6 gelas air sehari, sebagai indikasi
dalam catatan sehari-hari
c. Klien mendemonstrasikan teknik suction sendiri dengan benar
sebelum pulang
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Deskripsi Kasus
Klien Ny. M berusia 63 tahun, berjenis kelamin perempuan, status menikah,
beragama Islam, suku bangsa Jawa, pendidikan tamat SLTA. Bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Indonesia, pekerjaan klien yaitu Ibu rumah tangga dan
bertempat tinggal di Jalan Tanah Kusir II No. 35 RT 09 RW 09 Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan. Klien dirawat mulai pada tanggal 31 Maret 2016 dengan diagnosa
medis Tuberkulosis Paru dan nomor registrasi 01143026. Sumber biaya askes
sosial dan sumber informasi diperoleh dari buku status, klien dan keluarga.
Sebelum masuk ke RSUP Fatmawati klien berobat jalan di Rumah Sakit
Muhammadiyah Jakarta 1 bulan yang lalu dan mendapatkan obat OAT Kategori
I yaitu 2HRZE (isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol diminum dalam
2 bulan) namun klien hanya minum obat selama 1 bulan dan tidak kontrol ketika
obat habis. Pada tanggal 31 Maret 2019 klien berobat ke RS. Veteran Jakarta
dengan keluhan batuk berdahak mengeluarkan darah, lemas, mual dan muntah,
kemudian klien dirujuk ke IGD RSUP Fatmawati pada pukul 14.35 WIB.
24
Saat dikaji oleh mahasiswa diperoleh data: Klien mengatakan batuk-batuk
mengeluarkan dahak berwarna putih kental kadang batuk mengeluarkan darah
sesak ± 3 minggu yang lalu, badan terasa lemas, mual, serta nafsu makan
menurun. Faktor pencetus yaitu klien mengatakan tetangga dekat rumah ada yang
terkena penyakit sama paru seperti klien, dan klien putus obat OAT selama 1
bulan yang seharusnya klien minum selama 2 bulan, timbulnya keluhan bertahap,
lamanya keluhan ± 3 minggu sebelum masuk rumah sakit dan klien mengatasinya
dengan beristirahat dan berobat ke rumah sakit terdekat. Data riwayat kesehatan
masa lalu didapatkan Klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan,
tidak ada riwayat alergi seperti obat, makanan dan lain-lain. Klien mengatakan
memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus dan mengkonsumsi obat Metformin.
Dalam keluarga tidak ada yang mengalami menderita penyakit yang sama seperti
klien yaitu penyakit paru.
Klien mengatakan orang terdekatnya saat ini adalah suami dan anak bungsu, pola
komunikasi klien dalam keluarga terbuka, pembuat keputusan diambil secara
musyawarah, hal yang dipikirkan saat ini klien mengatakan ingin cepat sembuh
dan pulang ke rumah, harapan setelah menjalani pengobatan adalah klien dapat
pulih, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit klien mengatakan tidak dapat
beraktivitas seperti biasanya, klien juga mengatakan tidak ada nilai-nilai yang
bertentangan dengan kesehatan, klien juga tidak sholat selama dirawat, tetapi
klien tetap berdoa.
Klien mengatakan kondisi rumah jauh dari polusi (jalan raya dan pabrik) namun
klien tinggal dilingkungan padat penduduk. Ventilasi rumah kurang dan sinar
matahari kurang dapat masuk ke dalam rumah. Pola kebiasaan sehari-hari selama
di rumah sakit diperoleh data: klien makan 3 x sehari, nafsu makan kurang hanya
menghabiskan 1 porsi makan, klien juga mendapat diit TKTP, klien minum obat
1 jam sebelum makan yakni Rifampisin 450 mg dan tidak menggunakan alat
bantu seperti NGT.
25
Klien BAK 4-5 x/hari, warna urine kuning kemerahan dan tidak ada keluhan saat
BAK. frekuensi BAB 1 x/hari waktunya pagi, warna feses kuning kecoklatan, bau
khas, konsistensi lunak, tidak ada keluhan saat BAB dan tidak menggunakan obat
pencahar, tidak ada keluhan dalam eliminasi. Klien mandi dilap dan dibantu total
oleh perawat dan keluarga, untuk kebersihan mulut yang dilakukan dengan gosok
gigi 1 x/hari pada pagi hari, dan selama dirumah sakit klien belum mencuci
rambut. Klien mengatakan rambutnya gatal dan berketombe. Aktivitas klien
dibantu total dengan keluarga dan perawat (mandi, makan, BAB, BAK), klien
juga mengatakan lemas saat beraktivitas.
B. Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Tanggal Pengkajian : 31 Maret 2019
Tanggal Masuk RS : 31 Maret 2019
Ruang/Kelas : Ruang Rawat Lantai IV
No. Register : 01143026
A. Data Biografi
1. Nama Pasien : Ny. M
2. Tempat Tanggal Lahir/ Umur : Jakarta, 23 Juli 1957 / 63 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status Perkawinan : Menikah
5. Agama : Islam
6. Suku Bangsa/ Bahasa : Jawa / Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
9. Alamat Rumah : Jalan Tanah Kusir II No. 35 RT 09
RW 09 Kebayoran Lama, Jakarta
Selatan
10. Sumber Biaya : Askes Sosial
26
11. Sumber Informasi : Pasien, Keluarga, dan Rekam medis
A. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Diagnosa medis : Tuberkulosis Paru
b. Tanggal mulai Sakit : 31 Maret 2016
c. Keluhan yang dirasakan : Keluhan batuk berdahak serta terkadang
mengeluarkan darah sudah dirasakan sejak ± 3 minggu yang lalu,
keringat pada malam hari sebelum masuk rumah sakit, mual dan
muntah, nafsu makan menurun, berat badan menurun
1) Fakor pencetus keluhan : Klien mengatakan tetangga dekat
rumah ada yang terkena penyakit sama paru seperti klien, dan
klien putus obat OAT selama 1 bulan
2) Terjadinya keluhan : ( ) Tiba-tiba ( √) Berangsur-angsur
3) Lama keluhan : 3 minggu sebelum masuk RS
4) Faktor yang dapat mengurangi : Beristirahat dan berobat ke RS
terdekat
5) Faktor yang dapat memperberat : -
d. Dikirim oleh : ( ) Dokter praktek: (√ ) RS: Veteran Jakarta
( ) Puskesmas : ( ) Lain-lain
e. Alat bantu yang digunakan: (-) Kaca mata (-) Gigi palsu
(-) Kursi roda (-) Lain-lain
27
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Genogram (keterangan tiga generasi dari pasien) :
Keterangan:
= laki-laki
= perempuan
= menikah
= anak
= meninggal
= pasien
= tinggal serumah
b. Penyakit yang pernah dialami keluarga (penyakit menular/keturunan):
Pasien mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit menular atau
keturunan
28
4) Ventilasi Udara : Pasien mengatakan ventilasi rumah kurang dan sinar
matahari kurang dapat masuk
5) Luas Rumah : 100 meter
6) Kemungkinan Bahaya : Pasien mengatakan rumahnya jauh dari jalan
raya dan pabrik namun tinggal di lingkungan padat penduduk
b. Di Rumah Sakit
1) Tempat tidur
a) Penghalang : Ada disisi kanan dan kiri pasien
b) Ketinggian : 30 cm
2) Kamar mandi
a) Kebersihan : Bersih, tidak terdapat lumut dilantai kamar mandi
b) Letak : Di dalam ruangan dan dekat kamar pasien
3) Ventilasi ruangan : Terdapat ventilasi di ruangan
4) Kebisingan : Tidak ada kebisingan di ruangan
5) Kelembaban : Tidak ada kelembaban di dalam ruangan atau kamar
pasien
6) Keadaan lantai : Tidak licin dan bersih
7) Peralatan di ruangan
a) Bel : Terdapat bel di dekat tempat tidur pasien
b) Alat-alat listrik : Terdapat alat listrik di ruangan
c) Dan lain-lain : Terdapat benda yang lain di ruangan
29
5. Keadaan Psikososial Spiritual
a. Suasana hati/ mood : Tidak suka berada dirumah sakit dan pasien dapat
menerima kenyataan
b. Karakter : Pasien terlihat tidak senang saat mengetahui penyakitnya
c. Perkembangan mental : Sesuai dengan usia
d. Daya konsentrasi : Pasien dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan yang
diberikan
e. Kepekaan terhadap lingkungan : Pasien tidak suka dengan lingkungan yang
kotor, Pasien dapat beradaptasi dengan lingkungan RS
f. Persepsi terhadap sehat/sakit : Pasien selalu memikirkan penyakit yang
dialami, pasien ingin cepat sembuh dan cepat pulang ke rumah
g. Persepsi terhadap konsep diri
1) Gambaran diri : Berat badan turun dan lemas
2) Identitas diri : Pasien terganggu dengan penyakitnya
3) Ideal diri : Pasien berharap ingin cepat sembuh
4) Peran : Sebagai ibu rumah tangga terganggu
5) Harga diri : Pasien percaya diri akan sembuh
h. Persepsi terhadap agama : Pasien sangat yakin dengan agama yang
dianutnya
i. Penerapan agama : Pasien tidak sholat selama dirawat namun tetap berdoa
j. Persepsi terhadap penyakit/keluhan dan perawatan/pengobatannya : Pasien
merasa cemas akan penyakitnya
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Sedang
2. Tanda-tanda vital :
a) Keasadaran : Composmentis
b) Tekanan darah : 130/90 mmHg
c) Pernafasaan : 24 x/menit
d) Denyut nadi : 80 x/menit
e) Temperatur : 36, 5º C
3. Pemerikasaan Sensori :
a) Penciuman : Pasien dapat memebadakan aroma atau bau
b) Pengecapan : Pasien dapat membedakan rasa pahit, manis, asin
c) Penglihatan : Pasien dapat melihat jarak jauh atau jarak dekat
d) Perabaan : Pasien dapat meraba kondisi kulit
e) Pendengaran : Pasien dapat mendengar dengan jelas
4. Oksigenasi (respirasi dan sirkulasi)
a. Anamnesa
(-) Sesak napas (-) Nyeri dada (-) Lemas/lesu
(√) Batuk-batuk (-) Batuk darah (-) Palpitasi
b.Inspeksi
(-) Tachypnea (-) Bradypnea (-) Sianosis
(-) Kussmaul (-) Cheyne stokes (-) Napas dangkal
(-) Pernapasan cuping hidung (-)Konjungtivapucat
(-) Distensi V. Jugularis
(-) Retraksi otot sternocloidomastoideus/intercostal/diafragma/….
(-) Ada massa/ post operasi daerah thorax/ abdomen/WSD/faraktur
iga/…
31
(-) Skoliosis/lordosis/kifosis
(-) Ekspansi dada tidak simetris
(-) Diameter antero posterior meningkat
(-) Clubbing finger
(-) Edema
c. Palpasi
a) Tenderness : Tidak terdapat tenderness
b) Tactile fremitus : Simetris
c) Massa/ Tumor : Tidak ada
d) Nadi perifer : Denyut nadi normal (80 x/menit)
e) Temperatur kulit : Akral hangat (36, 5 ºC)
f) Capillary refill : < 3 detik
d. Perkusi
a) Paru : Bunyi paru resonan
b) Jantung : Baik
c) Ekskursi diafragma : Normal
e. Auskultasi
1) Bunyi paru
a. Vesikuler : Normal terdengar di semua area lapang paru
b. Abnormal : Ronchi/wheezing/rales di area tidak ada
2) Jantung
a. Bunyi S1 dan S2 :
b. Gallop : Tidak ada
c. Abnormal : Tidak ada
5. Keseimbangan Cairan (intake-output)
a. Cairan yang dikonsumsi (intake cairan)
1) Minum : 800 ml/ 24 jam
2) Makanan : 1.286 ml/ 24 jam
3) NGT : -
4) Infus : 500 ml/ 24 jam
5) Lain-lain : -
Total : 2. 586 ml/ 24 jam
b. Pengeluaran/ output urine
1) Urine : 1. 900 ml/ 24 jam
2) Muntah :-
3) Drain :-
4) NGT :-
5) IWL : 600 ml/ 24 jam
Total : 2. 500 ml/ 24 jam
c. Keseimbangan cairan : intake – output = 2. 586 – 2. 500 = 86 ml/ 24 jam
33
(-) Edema (-) Elastis (√) Tidak elastis
d. Mata
(√) Tampak bersih (√) Posisi mata : simetris
(√) Kelopak mata: normal/ptosis (√) konjungtiva: pucat/ anemis
(-) Konjungtiva hyperemis (-) Sclera icteric
(v) Pergerakan bola mata : normal/abnormal
(-) Pupil : isokor/anisokor/midriasis/miosis
(-) Tanda- tanda infeksi : tidak ada
(-) Kelainan mata : strabismus/penurunan visus/ kebutaan
e. Mulut, Gigi dan Gusi
(-) Membran mukosa bibir lembab (√) Warna normal
(√) Kering/pecah (-) Bengkak
(-) Ada lesi/ stomatitis (-) Bibir pucat
(-) Perdarahan gusi (-) Peradangan gusi
(-) Lidah edema/ radang (-) Lidah hyperemis
(-) Atropi papillae (-) Hypertropi papillae
(-) Gangguan pengecapan (-) Caries pada gigi
(-) Nyeri gigi (√) Kotor
f. Leher
(v) Tidak ada kelainan (-) Pembesaran kelenjar tiroid
(-) Pembesaran kelenjar limfe (-) Lain-lain
(-) Nyeri menelan
g. Gastrointestinal
Nafsu makan: (-) Baik (√) Menurun (-) Meningkat
(-) Muntah (-) Dispagia (-) Sulit mengunyah
(-) Flatulence
(-) Abdomen tegang (-)Pembesaran liver/lien
(-) Asites (-)Teraba massa pada colon
(-) Pasca pembedahan …..
34
h. Nutrisi/Diit
Waktu Jenis Makanan
Makan Nasi/ Pengganti Lauk Sayur Buah Air minum/ susu
(1 porsi: 200 gr) (ptg/butir) (mangkuk) (1 gls: 200 cc)
Pagi ½ porsi Bubur 1 ptg - I ptg 1 gls air putih
(200 gr) sedang melon (200 cc)
(85 gr) (100
gr)
Snack 1 lembar roti - - - 1 gls susu
Siang (35 gr) (200 cc)
Siang 1 porsi nasi 1 ptg ikan Sayur sup 1 buah 1 gls air putih
(200 gr) tongkol (250 cc) pisang (200 cc)
(100 gr) (101
gr)
Snack - - - - -
Sore
Malam ½ porsi nasi 1 ptg Capcai - 1 gls air putih
(100 gr) tempe (200 cc) (200 cc)
goreng (15
gr)
lain- - - - - 1 gls air putih
lain (200 cc)
Total/
24 jam 435 gr 200 gr 450 gr 201 gr
7. Eliminasi
a. Keluhan/ anamnesa
1.Buang air kecil
(-) Dysuria (-) Hesistensi (-) Retensi
35
(-) Inkontinensia (-) Poliuria (-) Oliguria
(-) Anuria (-) Hematuria (-) Urgency
(-) Nokturia (-) Piuria
(-) Enuresis (-) Penggunaan diuretik
(-) Nyeri/ kolik pada area costa vertebra/ suprapubik
Bau : Amonia
b. Inspeksi
1. Abdomen tampak : (-) Tegang (-) Kembung (-) Asites
(-) Ada massa pada area : Tidak ada
(-) Luka op : Tidak ada
(-) Ostomi/ tube pada area : Tidak ada ; tipe : - ; Kondisi ostomi/
tube : -
2. Supra pubik : (-) Distensi (-) Ostomi, kondisi : Tidak ada
3.Genetalia/anus/ perineum :
(-) Sekret (-) Darah (-) Pus (-) Iritasi
(-) Edema, pada area : Tidak ada (-) Massa/ Tumor pada : Tidak
ada
(-) Kateter, tipe, - ; kondisi kateter dan orifisium : Tidak ada
c. Auskultasi abdomen
1. Peristaltik : peningkatan 10 x/menit
2. Suara bruit/ murmur : Normal
d. Palpasi
1. Ginjal : Tidak terjadi pembengkakan
36
2. Hepar : Tidak terjadi pembengkakan
3. Lien : Tidak terjadi pembengkakan
4. Gaster : Tidak terjadi pembengkakan dan massa
5. Colon / usus : Tidak terdapat massa
6. Supra pubik kandung kemih : Tidak tegang
d.Tingkat Energi
(- ) Lethargic (√) Fatiqued
9. Aktivitas
a. Keluhan / anamnesa
Tingkat Aktivitas
1) Subyektif :
a.Tingkat kekuatan:1. Kuat 2. Sedang 3. Mudah lelah
b.Kemampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari
1. Personal hygiene : mandiri/ dibantu total/ sebagian
2. Eliminasi : Dibantu total
3. Makan/minum : Dibantu total
4. Mobilisasi : Dibantu sebagian
5. Lain-lain : Tidak ada
2) Riwayat Activity
Aktivitas sehari - hari yang perlu dibantu Ya Tidak
1. Makan (√) ()
2. Berpakaian (√) ()
3. Mandi (√) ()
4. Eliminasi (√) ()
5. Pindah : - Tempat tidur telungkup () (√)
- Masuk & Keluar dari kamar mandi (√) ()
3) Activity tolerance
Banyaknya aktivitas & tipe aktivitas yang membuat lelah: saat ke kamar
mandi
Masalah yang dihadapi dalam mengikuti aktivitas ringan/sedang
(-) Pusing (-) Jumlah pernapasan meningkat
(-) Napas pendek (v) Lain-lain : Lemas
38
4) Exercise
Tipe exercise yang biasa dilakukan : Tidak ada
Kepercayaan bahwa exercise menguntungkan untuk kesehatan : Tidak
ada
5) Faktor yang mempengaruhi mobility
Faktor lingkungan ( ) Masalah Kesehatan (√) Financial ( )
b.Body Aligment
1) Berdiri : Harus dibantu karena klien mengeluh lemas
2)Duduk :Dapat duduk dengan nyaman
c) Berjalan : Dibantu keluarga
d) Pergerakan sendi :
(-) Swelling (-) Rednes (-) Deformity
(-) Crepitation (-) Peningkatan suhu (-) Derajat pergerakan
c.Extermitas
Kekuatan otot:
555 5 555 5
5 5 55555 5
39
10. Integumen
Integritas kulit
a. Luka : tidak ada
b. Dekubitus : Tidak ada Pada bagian : -
c. Derajat decubitus : -
d. Trauma : Tidak ada
e. Keluhan sebjektif : Tidak ada
40
12. Persepsi/ pengetahuan tentang kondisi dan perawatan pengobatan : Pasien
mengetahui tentang kondisinya saat ini, sehingga ia mengurangi aktivitas
yang dapat memperberat kondisinya
41
D. Penatalaksanaan (therapy/pengobatan termasuk diet)
a. Pengobatan
Nama Obat Dosis Bentuk Cara Keterangan
Obat Pemberian (fungsi dan
efek obat)
Rifampisin 450 mg Tablet Oral Obat TBC
Yang mengkaji
(Kelompok 1)
42
DATA FOKUS
ANALISA DATA
PRIORITAS MASALAH
No Tanggal Diambil Diagnose Diagnosa Keperawatan (P.E.S)
Keperawatan
1. 22 Maret 2020 Deficit perawatan diri: cuci rambut b.d
kelemahan
2. 22 Maret 2020 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d
penumpukan secret
3. 22 Maret 2020 Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan
metabolisme
Agen mukolitik
6. Kolaborasi menurunkan
dengan dokter kekentalan
dalam sputum untuk
pemberian
obat agen memudahkan
mukolitik: pembersihan
Ambroxol
6. Kolaborasi Memenuhi
dengan ahli kebutuhan energi
gizi dalam dan protein untuk
pemberian mencegah dan
diet TKTP mengurangi
dan evaluasi kerusakan
hasil jaringan tubuh.
laboratorium Pemeriksaan
biokimia laboratorium
dilakukan untuk
memberikan
informasi
mengenai status
biokimia
5. Anjurkan Mempertahankan
melakukan perawatan diri
perawatan diri dan dapat melatih
secara hidup bersih
konsisten
sesuai
kemampuan
6. Kolaborasi Memberikan
dalam dukungan
memotivasi melakukan
pasien untuk perawatan diri
melakukan agar terhindar
perawatan diri dari penyakit lain
dan memperbaiki
gambaran atau
persepsi terhadap
kebersihan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari, Tanggal Diagnosa Implementasi Tanda
Jam Keperawatan Tangan
Senin, 23 Maret Bersihan jalan 1. Memonitor tanda-tanda
2020 napas tidak efektif vital
07.30 WIB b.d Penumpukan RH/
sekret TTV: S: 36,2̊C, N:
80x/mnt, RR: 17x/mnt,
TD: 120/80mmhg
Pasien mengatakan
keadaan umumnya baik
baik saja
Selasa, 24 1. Mengevaluasi
Maret 2020 pemasukan diet pasien
08.00 WIB RH/
Porsi makan pasien habis
¾ porsi
Pasien mengatakan
sudah mulai nafsu makan
3. Berkolaborasi dengan
ahli gizi dalam
memberikan diet TKTP
dan mengevaluasi hasil
laboratorium biokimia
RH/
Pasien dapat kooperatif
Pasien menyukai
makanan diet TKTP
Hasil Laboratorium:
Kalsium: 4,0
Kalium: 13,5
Natrium: 110
Klorida: 1,0
5. Berkolaborasi dalam
motivasi pasien
untuk melakukan
perawatan diri
RH/ Pasien terlihat
mengerti untuk
melakukan
perawatan diri
Pasien mengatakan
akan selalu lakukan
perawatan diri
EVALUASI KEPERAWATAN
Hari, Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf
Jam Keperawatan
Rabu, 25 Maret Bersihan jalan S : Pasien mengatakan batuk sudah
2020 napas tidak efektif berkurang, Pasien mengatakan
17.00 b.d penumpukan tidak terdapat sputum
secret O : Pasien terlihat bernapas secara
normal, Suara napas vasikuler
RR : 17x/mnt
A : Bersihan jalan napas tidak
efektif teratasi
P : Intervensi dihentikan
- Auskultasi bunyi napas
- Ajarkan batuk efektif
- Anjurkan banyak minum
air hangat
ii.
i.
i.
64
BAB IV
PEMBAHASAN
65
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang bekaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
66
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2016). Berdasarkan diagnose diatas
maka kelompok mengambil intervensi:
Pada Diagnosa pertama yaitu deficit perawatan diri: cuci rambut berhubungan
dengan kelemahan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan deficit perawatan diri:cuci rambut teratasi. Di dalam kasus saat dikaji
didapatkan hasil pasien mengatakan pasien mengatakan rambutnya gatal dan
berketombe , pasien mengatakan selama dirumah sakit belum mencuci rambut,
pasien mengatakan lemas saat beraktivitas, aktivitas pasien juga dibantu dengan
keluarga (makan, mandi, bab, bak), rambut pasien terlihat kusam. Maka intervensi
yang kelompok angkat yaitu evaluasi kebersihan tubuh: rambut dengan rasional
rambut sangat menentukan status kesehatan, bantu pasien menyiapkan alat-alat
mencuci rambut dengan rasional meningkatkan rasa keinginan untuk mencuci
rambut, lakukan tindakan mencuci rambut dengan rasional mencuci rambut dapat
menghilangkan ketombe dan rasa gatal, ajarkan pada keluarga cara mencuci
rambut pasien dengan rasional membantu dalam mempertahankan kesehatan
rambut pasien, anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan dengan rasional mempertahankan perawatan diri dan dapat melatih
hidup bersih.
Pada diagnose kedua yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan secret. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan bersihan jalan napas tidak efektif teratasi. Di dalam kasus pasien
mengatakan bahwa pasien batuk mengeluarkan dahak berwarna putih kental,
batuk mengeluarkan darah dan sesak 3 minggu yang lalu, pasien terlihat batuk-
batuk, sputum pasien berwarna putih dengan konsistensi kental, suara nafas
terdengar ronchi.
67
Maka intervensi yang kelompok angkat yaitu monitor tanda-tanda vital dengan
rasional mendeteksi adanya perubahan system tubuh, auskultasi bunyi nafas
dengan rasional menunjukan adanya suara napas tambahan, berikan posisi semi
fowler dengan rasional posisi dapat menggerakan sputum ke dalam jalan nafas
besar untuk dikeluarkan, ajarkan batuk efektif dengan rasional batuk efektif dapat
mengeluarkan sputum, anjurkan banyak minum air hangat dengan rasional
membantu pengenceran dahak/sputum, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat agen mukolitik dengan rasional agen mukolitik dapat menurunkan
kekentalan sputum untuk memudahkan pembersihan.
68
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang
harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan
komunikasi yang efektif, menciptakan hubungan yang saling percaya,
kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan
kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).
Pada diagnosa kedua yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan sekret yaitu memonitor tanda-tanda vital yang dilakukan
untuk mendeteksi adanya perubahan pada system tubuh pasien, hasil dalam
pemeriksaan didapatkan suhu 36,2 C, nadi 80x/mnt, respirasi 17x/mnt, dan
tekanan darah 120/80 mmhg, kemudian tindakan kedua yaitu mengauskultasi
bunyi napas untuk menentukan adanya suara napas tambahan didapatkan
terdengar bunyi ronchi,
69
dan tindakan yang terakhir untuk hari pertama yaitu mengajarkan batuk efektif
untuk membantu pengeluaran sputum, dengan hasil pasien dapat
mengeluarkan sputumnya setelah batuk.
Lalu pada implementasi hari kedua diagnose bersihan jalan napas tidak efektif
yaitu berkolaborasi dengan dokter dalam pemberiabn obat agen
mukolitik yaitu ambroxol, pasien diberi ambroxol 1x75 gr melalui oral, setelah
diberikan obat sputum mudah dikeluarkan dan batuknya berkurang, kemudian
dilanjutkan untuk memberi pasien posisi semifowler/fowler agar pasien dapat
bernapas secara normal. Pada implementasi hari ketiga dengan diagnose
bersihan jalan napas tidak efektif yaitu menganjurkan pasien untuk meminum
air hangat karena dapat membantu pengenceran dahak/sputum dan
mengajarkan batuk efektif kembali. Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
teratasi, ditandai dengan tidak terdengar suara napas yang abnormal, tidak
terdapat sputum, tidak terdapat batuk, dan frekuensi pernapasan 12
20x/menit.
Dilihat dari hasil SOAP pada Ny.M dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
Oksigenasi dan dibandingkan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan, maka
dapat dikatakan masalah atau diagnose defisit perawatan diri: cuci rambut teratasi,
bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi, dan defisit nutrisi teratasi.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manusia mempunyai beberapa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi jika ingin
dalam keadaan sehat dan seimbang. Kebutuhan dasar manusia merupakan
unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan
keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Salah satu kebutuhan fisiologis
pada manusia adalah kebutuhan oksigenasi. oksigenasi merupakan kebutuhan
dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
untuk mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.
Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien
akan meninggal.
72
3. Intervensi Keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2016).Intervensi yang
direncanakan yaitu auskultasi bunyi napas, ajarkan batuk efektif, anjurkan
minum air hangat. Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikanrencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif, menciptakan hubungan yang saling
percaya,kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan
advokasi, dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008). Implementasi yang
dilakukan perawat yaitu dependen, independen, dan interdependent. Evaluasi
keperawatan merupakan tahapan dalam proses keperawatan pada
tahapevaluasi ini dilakukan kembali pengkajian ulang mengenai responpasien
terhadap tindakan yang sudah diberikan oleh perawat. Hasil dari evaluasi pada
Ny.M yaitu masalah bersihan jalan napas tidak efektif sudah teratasi dan
memenuhi kriteria hasil yang telah ditetapkan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Sebaiknya sebelum melakukan asuhan keperawatan terhadap klien,
mahasiswa memahami konsep dasar terkait kasus yang akan ditangani
sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan lebih komprehensif dan
sesuai dengan teori. Mahasiswa dapat mempertahankan dan meningkatkan
akan pengetahuan terkait kode etik keperawatan, supaya kelak menjadi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kode etik
keperawatan yang berlaku.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Instalasi Pelayanan Kesehatan diharapkan mampu meningkatkan kinerja
perawat dan tenaga medis yang lain sesuai dengan Standar Operasional
73
Prosedur (SOP) sehingga mampu meningkatkan asuhan keperawatan yang
bertujuan untuk menurunkan angka kejadian penyakit terutama TB paru
dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
3. Bagi Keluarga
Bagi keluarga diharapkan mampu untuk mengenali penyakit yang diderita
klien yaitu TB paru agar tidak terjadi penularan terhadap orang lain. Dan
keluarga harus selalu memberi semangat dan motivasi pada klien untuk
menjaga kesehatannya, keluarga juga harus mengawasi dan mengingatkan
klien untuk selalu minum obat sesuai dengan yang dianjurkan dan jangan
sampai berhenti atau lupa minum obat.
74
DAFTAR PUSTAKA
Mariyam, Rustina, R., dan Waluyanti, F.T. (2013). Aplikasi teori konservasi levine
pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi di ruang
perawatan anak. Jurnal Keperawatan Anak, Vol.1 (2), hal 104-112
Molenaar, R.E., Rampengan, J.J.V., dan Marunduh S.R. (2014). Forced expiratory
volume in one second (FEV-1) pada penduduk yang tinggal di dataran tinggi.
Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol. 2 (3)
Rahayu, S., & Harnanto, A.M. (2016). Kebutuhan dasar manusia II. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Rofi’I, M., Warsito, B.E., Santoso, A., dan Ulliya, S. (2019). Gambaran Intervensi
Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien Tuberkolosis Paru di Rumah Sakit.
Jurnal of Holistic Nursing and Health Science, Vol. 2(2) hal 1-9
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar diagnosis keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI