Anda di halaman 1dari 80

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

MAKALAH METODOLOGI KEPERAWATAN

Disusun Oleh Kelompok 1A :

1. Ajeng Wanda Safitri (19005)


2. Anggie Revaldo Adinata (19009)
3. Annisa Nabila Setiawati (19013)
4. Ariyana Ali (19016)

Dosen pembimbing : Ns. Ayuda Nia Agustina, M.Kep, Sp.Kep.An

AKADEMI KEPERAWATAN FATMAWATI


JAKARTA
JUNI,2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Yang Maha Esa telah memberikan rahmat-Nya, sehingga
kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi” Penyusunan makalah ini bertujuan
sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Metodelogi Keperawatan penulis
menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan
dari pihak-pihak terkait. Atas moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. DWS Suarse Dewi, M.Kep., Sp.Kep.MB. selaku Direktur Akademi
Keperawatan Fatmawati Jakarta.
2. Ns. Tjahjanti Kristiyaningsih, M.Kep., Sp.Kep.J. selaku wali kelas angkatan XXII
Akademi Keperawatan Fatmawati Jakarta
3. Ns. Siti Utami Dewi, S.Kep., M.Kes, selaku penanggung jawab mata kuliah
Metodelogi Keperawatan Akademi Keperawatan Fatmawati Jakarta
4. Ns. Ayuda Nia Agustina, M.Kep., Sp.Kep.An. selaku dosen dan Pembimbing
Makalah Metodelogi Keperawatan Akademi Keperawatan Fatmawati Jakarta.
5. Orang tua tercinta yang telah membantu dalam segi material maupun dalam segi
motivasi selama dalam penyusunan makalah ini.
6. Rekan-rekan kelompok yang membantu selesainya pembuatan makalah.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, Juni 2020

Kelompok 1
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .......................................................................... 5
C. Metode Penulisan ......................................................................... 5
D. Sistematika Penulisan................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan .......................................... 7
B. Konsep Kebutuhan Oksigenasi .................................................... 8
C. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi ................................................................. 13
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Deskripsi Kasus ............................................................................ 24
B. Asuhan Keperawatan Pada Ny. M ............................................... 25
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan Studi Kasus.............................................................. 64
B. Keterbatasan Studi Kasus ............................................................. 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 69
B. Saran............................................................................................ 70

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling utama, mempunyai
beberapa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi jika ingin dalam keadaan sehat
dan seimbang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis
maupun psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh
atau paduan dari unsur biologis, psikologis, social dan spiritual. Sebagai
makhluk biologis, manusia tersusun atas sistem organ tubuh yang digunakan
untuk mempertahankan hidupnya, mulai dari lahir, tumbuh kembang, hingga
meninggal.

Salah satu kebutuhan fisiologis pada manusia adalah kebutuhan oksigenasi.


Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan
hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4
menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan
otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Oksigen
memegang peranan penting dalam semua prosestubuh secara fungsional. Oleh
karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan
sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari
kondisi sistem pernapasan secara fungsional (Kusnanto, 2016).

Asuhan Keperawatan dimulai dari proses pengkajian, diagnosa, intervensi,


implementasi, dan evaluasi. Pada pengkajian gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi ditandai dengan kondisi seperti: keluhan batuk

1
berdahak serta terkadang mengeluarkan darah sudah dirasakan sejak 3 minggu
lalu, pasien mengatakan keringat pada malam hari sebelum masuk rumah
sakit, adanya hipoksia (kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh), hiperventilasi (proses ini ditandai dengan adanya
peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya
konsentrasi CO2), dyspnea (ditandai dengan adanya sesak dan berat saat
pernapasan), ortopnea (ditandai dengan munculnya sesak nafas pada saat posisi
berbaring mendatar), pernapasan cheyne stokes (siklus pernapasan yang mula-
mula dangkal, makin naik kemudian menurun dan berhenti), takipnea
(frekuensi pernapasan yang jumlahnya meningkat di atas pernapasan normal),
bradipnea (frekuensi pernapasan yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi
pernapasan normal), pernapasan biot (pernapasan yang mirip dengan cheyne
stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea), pernapasan kussmaul
(pernapasan yang jumlah dan kedalamannya meningkat sering melebihi
20x/menit), hipoksemia (kekurangan oksigen di darah arteri), hipoksia
hipokinetik (hipoksia yang terjadi akibat adanya bendungan atau sumbatan),
overventilasi hipoksia (hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan
sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunanya), dan
hipoksia histotoksik (keadaan dimana darah kapiler jaringan mencukupi, tetapi
jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida).
Pada tahap pengkajian data yang dikaji yaitu mengidentifikasi kemampuan
ventilasi paru klien dan memperkirakan faktor penyebab yang menghambat
ventilasi. Hal ini dapat di kaji melalui riwayat perawatan dengan cara
wawancara seperti: apakah klien merasa keletihan, apakah klien merasa sesak
dan kesulitan bernapas, apakah klien ada batuk, apakah ada suara tambahan
pada saat klien bernapas, apakah klien merasa nyeri, apakah pada saat klien
batuk mengeluarkan sputum. Kemudian pemeriksaan fisik inspeksi (mengkaji
kulit dan warna membrane mukosa, tinkat kesadaran, pola pernapasan),
auskultasi paru (adalah wheezing, yang akan terdengar pada akumulasi
sekret), palpasi (palpasi dada
2
dapat diketahui jenis dan jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekana, taktil
fremitus), perkusi (mengetahui adanya cairan, udara, atau benda padat di
jaringan), Pemeriksaan diagnostic meliputi: pemeriksaan fungsi paru, gas
darah arteri, kecepatan aliran ekspirasi puncak,oksimetri (Rahayu, 2016).

Diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada pasien yang mengalami


masalah oksigenasi adalah: Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan produksi secret, pola napas tidak efektif berhubungan
dengan menurunnya ekspansi paru-paru, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi. Intervensi yang
disusun oleh penulis dalam jangka waktu 3x24 jam adalah auskultasi bunyi
nafas dengan rasional menunjukkan adanya suara tambahan pada
saat bernapas, ajarkan batuk efektif dengan rasional batuk efektif dapat
mengeluarkan sputum, dan anjurkan untuk minum air hangat dengan rasional
minum air hangat dapatmembantu pengenceran sputum. Tujuan dari
pemberian asuhan keperawatan ini adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam masalah keperawatan gangguan pemenuhan
oksigen teratasi dengan criteria hasil suara nafas vesikuler, tidak terdapat
sputum, dan pernafasan kembali normal 12-20x/menit. Implementasi yang
dilakukan pada gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi adalah sesuai
dengan rencana tindakan yang telah disusun oleh penulis berupa tindakan
mandiri, edukasi, maupunk olaborasi. Dalam tahap evaluasi, penulis
menggunakan metode SOAP. Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan
selama tiga hari sudah dilakukan secara komprehensif dengan rencana asuhan
keperawatan serta telah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Data yang
didapatkan dari hasil evaluasi keadaan pasien berdasarkan kriteria hasil yang
ingin dicapai (Rahayu, 2016).

Menurut penelitian Rofi’I, Warsito, Santoso, dan Ulliya tahun 2019 yang
berjudul Gambaran Intervensi Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien
3
Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit, melakukan intervensi yaitu memberi
oksigen, mengaajarkan batuk efektif, memberi posisi semi fowler,
mengajarkan napas dalam, menganjurkan minum air hangat, mengkaji
bersihan jalan napas, menganjurkan membuang dahak pada sputum
pot, mengobservasi penggunaan alat bantu pernafasan, dan mengkaji pola
batuk berdarah. Penelitian Zurimi tahun 2019 yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi dengan Pemberian Teknik
Batuk Efektif Pada Pasien TB paru, diberkan intervensi: Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan oksigen yang adekuat, memelihara kebersihan paru-
paru dan bebas dari tanda tanda distress pernapasan, mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnea (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah), memeriksa tanda-
tanda vital, memberikan Pendidikan kesehatan tentang teknik batuk efektif
efektif pada klien dan keluarga.

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien


diantaranya sebagai advokat, yaitu dengan menginterprestasikan berbagai
informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada
pasien, mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien. Peran advokat pada
masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi yaitu perawat harus menjelaskan
informasi-informasi yang terakait dengan pasien, seperti melakukan tindakan
yang akan dilakukan apakah pasien dapat setuju dan menerima tindakan
tersebut atau menolaknya. Peran perawat sebagai Pendidik /Edukator, perawat
bertugas memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dalam hal ini
individu, keluarga, serta masyarakat sebagai upaya menciptakan perilaku
individu/masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.

4
Untuk dapat melaksanakan peran sebagai pendidik (edukator), ada beberapa
kemampuan yang harus dimiliki seorang perawat sebagai syarat utama, yaitu
berupa wawasan ilmu pengetahuan yang luas, kemampuan berkomunikasi,
pemahaman psikologi, dan kemampuan menjadi model/contoh dalam perilaku
profesional. Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan
oksigenasi memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga untuk selalu
menjaga kebersihan lingkunga nrumah yang kurang baik dalam pengaturan
ventilasi.

Peran Perawat sebagai Konsultan, perawat sebagai tempat konsultasi terhadap


masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan (Budiono, 2016). Berdasarkan uraian
diatas kelompok tertarik ingin membahas lebih dalam mengenai gangguan
kebutuhan pemenuhan oksigenasi yang dialami oleh Ny. M sehingga
diharapkan perawat dapat memberi asuhan keperawatan kepada klien yang
tepat.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah menggambarkan asuhan
keperawatan pada gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep anatomi fisiologi system pernafasan
b. Menjelaskan konsep kebutuhan oksigenasi
c. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan gangguan pemenuhan
oksigenasi
d. Menguraikan asuhan keperawatan pada Ny.M
e. Mendeskripsikan kesenjangan yang ditemukan antara teori dan kasus

5
C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah studi
kepustakaan yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan bacaan tentang
asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi dari berbagai
macam sumber, seperti jurnal, makalah, artikel, buku, dan lainnya.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini terdiri dari 5 BAB yaitu, BAB
PENDAHULUAN yang terdiri dari tentang latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI yang
terdiri dari konsep anatomi fisiologi system pernapasan, konsep kebutuhan
oksigenasi. BAB III TINJAUAN KASUS yang terdiri dari deskripsi kasus, dan
proses asuhan keperawatan pada Ny.M. BAB IV PEMBAHASAN yang terdiri
dari pembahasan studi kasus dan keterbatasan studi kasus. BAB V PENUTUP
yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan


1. Pengertian Sistem Pernapasan
Pengertian sistem pernapasan adalah peristiwa menghirup atau pergerakan
udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) ke dalam tubuh atau paru-
paru serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi ke luar dari tubuh. Sistem
pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur. Seluruh struktur tersebut
terlibat dalam proses respirasi eksternal yaitu proses pertukaran oksigen
(O2) antara atmosfer dan darah serta pertukaran karbondioksida (CO2)
antara darah dan atmosfer (Moleenar, Rampengan, Marunduh, 2014).

2. Sistem Pernapasan Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi


Sistem tubuh yang berperan dalam membantu dalam pemenuhan
kebutuhan oksigenasi adalah saluran pernafasan bagian atas dan saluran
pernafasan bagian bawah. Saluran pernapasan bagian atas, terdiri atas:
a. Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui
hidung.
b. Eshopagus
c. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.
d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring
saat proses menutup.

Saluran pernapasan bagian bawah, terdiri atas:


a. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebrae torakalis kelima.

7
b. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari 10rachea yang bercabang
menjadi bronchus kanan dan kiri.
c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
d. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran
oksigen dengan karbondioksida.
e. Paru-Paru (Pulmo), paru-paru merupakan organ utama dalam sistem
pernapasan.

B. Konsep Kebutuhan Oksigenasi


1. Pengertian Oksigen
Menurut Kusnanto (2016) Oksigenasi adalah suatu proses untuk
mendapatkan O2 dan mengeluarkan CO2. Kebutuhan fisiologis oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolism sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak
dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Oksigen memegang
peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Menurut
Poston (2009) dalam Mariyam, Rustina, dan Waluyanti (2013) Kebutuhan
oksigenasi merupakan kebutuhan fisiologis dasar bagi semua manusia
untuk kelangsungan hidupsel dan jaringan serta metabolism tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen sangat ditentukan oleh keadekuatan system
pernapasan dan system kardiovaskular.

Berdasarkan dua pengertian diatas, maka dapat disimpulkan yang


dimaksud oleh kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan yang diperlukan
untuk proses kehidupan yang sangat berperan dalam metabolism tubuh.
Kebutuhan oksigenasi harus terpenuhi apabila oksigen dalam tubuh
berkurang maka akan terjadi kerusakan pada otak dan lama kelamaan

8
akan menyebabkan kematian. System yang berperan dalam oksigenasi
adalah pernapasan dan kardiovaskuler.

2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen


Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh
memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan
oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup dan status kesehatan(Kusnanto,
2016).
a. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir
ke kulit. Hal tersebut mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui
kulit. Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan
kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang
dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan
darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
b. Latihan
Saat terjadi peningkatan aktivitas, maka dapat meningkatkan denyut
jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen
semakin tinggi.
c. Emosi
Takut, cemas, dan marah dapat mempercepat denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen meningkat.
d. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang
sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan
pembuluh darah arteri.

9
3. Gangguan Oksigenasi
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari
adanya gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi
maupun fisiologis dari organ-organ respirasi. Permasalahan dalam
pemenuhan tersebut dapat disebabkan adanya gangguan pada sistem tubuh
lain, misalnya sistem kardiovaskuler. Gangguan pada sistem respirasi dapat
disebabkan diantaranya oleh peradangan, obstruksi,trauma, kanker,
degeneratif dan lain-lain (Kusnanto, 2016).

Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh


tidak terpenuhisecara adekuat. Secara garis besar, gangguan-gangguan
respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama/frekuensi
pernapasan, insufisiensi pernapasan dan hipoksia.
1. Gangguan Irama atau Frekuensi
a. Gangguan Irama Pernapasan antara lain (Kusnanto, 2016):
a) Pernapasan “Cheyne-stokes” yaitu siklus pernapasan yang
amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik kemudian
menurun dan berhenti. Lalu pernapasan dimulai lagi dengan
siklus baru. Jenis pernapasan ini biasanya terjadi pada klien
gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan intrakranial,
overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis pernapasan ini
terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki
di atas permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
b) Pernapasan “Biot” yaitu pernapasan yang mirip dengan
pernapasan Cheynestokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai
apnea. Keadaan pernapasan ini kadang ditemukan pada
penyakit radang selaput otak.
c) Pernapasan “Kussmaul” yaitu pernapasan yang jumlah dan
kedalamannya meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis

10
pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asidosis
metabolik dan gagal ginjal.

b. Gangguan Frekuensi Pernapasan


a) Takipnea/hiperpnea, yaitu frekuensi pernapasan yang
jumlahnya meningkat di atas frekuensi pernapasanormal.
b) Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana ferkuensi
pernapasan yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi
pernapasan normal.

2. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok
utama yaitu (Kusnanto, 2016):
a) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:
Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomielitis,
transeksi servikal, Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi,
seperti asma, emfisema, TBC dan lain-lain.
b) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru: Kondisi yang
menyebabkan luas permukaan difusi berkurang, misalnya
kerusakan jaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain. Kondisi yang
menyebabkan penebalan membran pernapasan, misalnya pada
edema paru, pneumonia, danlain-lain. Kondisi yang menyebabkan
rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal dalam beberapa bagian
paru, misalnya pada trombosis paru.
c) Kondisi paru yangmenyebabkan terganggunya pengangkutan
oksigen dari paru-paru ke jaringan yaitu: Anemia dimana
berkurangnya jumlah total hemoglobin yang tersedia untuk transpor
oksigen.

11
3. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih tepat
daripada anoksia. Sebab, jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali
dalam jaringan.

Hipoksia dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu hipoksemia,


hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia dan hipoksiahistotoksik
(Kusnanto, 2016).
a) Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan oksigen di darah arteri. Terbagi atas
dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan
hipoksemia isotonik (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik
terjadi dimana tekanan oksigen arteri rendah karena karbondioksida
dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi
dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat
hemoglobin sedikit. Hal ini terdapat pada kondisi anemia,
keracunan karbondioksida.
b) Hipoksia Hipokinetik (stagnat anoksia/anoksia bendungan)
Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya
bendunagn atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi kedalam
dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik ischemic dan hipoksia
hipokinetik kongestif. Hipoksia hipokinetik ischemic terjadi
dimana kekurangan oksigen pada jaringan disebabkan karena
kuarngnya suplai darah ke jaringan tersebut akibat penyempitan
arteri. Hipoksia hipokinetik kongestif terjadi akibat penumpukan
darah secara berlebihanatau abnormal baik lokal maupun umum
yang mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terganggu,
sehingga jarinagn kekurangan oksigen.

12
c) Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas
yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih
rendah dari penggunaannya.
10
d) Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler
jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat menggunakan
oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut
mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah
yang lebih banyak daripada normal (oksigen darah vena
meningkat).

C. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen


1. Pengkajian pada Pasien dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
Menurut (Rahayu, 2016) pengkajian pada klien yang mengalami gangguan
kebutuhan oksigen meliputi:
1) Riwayat Perawatan
a) Keletihan: Klien melaporkan bahwa ia kehilangan daya tahan.
Untuk mengukur keletihan secara objektif, klien diminta untuk
menilai keletihan dengan skala 1 – 10.
b) Dispnea: Dispnea merupakan tanda klinis hipoksia dan
termanifestasi dengan sesak napas, yaitu pernapasan sulit dan tidak
nyaman.Tanda klinis dispnea, seperti usaha napas berlebihan,
penggunaan otot bantu napas, pernapasan cuping hidung,
peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan, napas pendek.
c) Batuk: Batuk merupakan pengeluaran udara dari paru yang tiba-tiba
dan dapat didengar. Batuk merupakan refleks untuk

13
membersihkan trakhea, bronkhus, dan paru untuk melindungi organ
tersebut dari iritan dan sekresi.
d) Mengi (Wheezing): Wheezing ditandai dengan bunyi bernada
tinggi, akibat gerakan udara berkecepatan tinggi melalui jalan napas
yang sempit. Wheezing dapt terjadi saat inspirasi, ekspirasi, atau
keduanya. Wheezing dikaitkan dengan asma, bronkhitis akut, atau
pneumonia.
e) Nyeri: Nyeri dada perlu dievaluasi dengan memperhatikan lokasi,
durasi, radiasi, dan frekuensi nyeri. Nyeri dapat timbul setelah
latihan fisik, rauma iga, dan rangkaian batuk yang berlangsung
lama. Nyeri diperburuk oleh gerakan inspirasi dan kadang-kadang
dengan mudah dipersepsikan sebagai nyeri dada pleuritik.
f) Pemaparan Geografi dan Lingkungan: Pemaparan lingkungan
didapat dari asap rokok (pasif/aktif), karbon monoksida (asap
perapian/cerobong), dan radon (radioaktif). Riwayat pekerjaan
berhubungan dengan asbestosis, batubara, serat kapas, atau inhalasi
kimia.
g) Infeksi Pernapasan: Riwayat keperawatan berisi tentang frekuensi
dan durasi infeksi saluran pernapasan. Flu dapat mengakibatkan
bronkhitis dan pneumonia. Pemaparan tuberkulosis dan hasil tes
tuberkulin, risiko infeksi HIV dengan gejala infeksi pneumocystic
carinii atau infeksi mikobakterium pneumonia perlu dikaji.
h) Faktor Resiko: Riwayat keluarga dengan tuberkulosis, kanker paru,
penyakit kardiovaskular merupakan faktor risiko bagi klien.
i) Obat-obatan: Komponen ini mencakup obat yang diresepkan, obat
yang dibeli secara bebas, dan obat yang tidak legal. Obat tersebut
mungkin memiliki efek yang merugikan akibat kerja obat itu sendiri
atau karena interaksi dengan obat lain. Obat ini mungkin
mempunyai efek racun dan dapat merusak fungsi kardiopulmoner

14
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi.
a) Inspeksi: Observasi dari kepala sampai ujung kaki untuk mengkaji
kulit dan warna membran mukosa (pucat, sianosis), penampilan
umum, tingkat kesadaran (gelisah), keadekuatan sirkulasi sistemik,
pola pernapasan, dan gerakan dinding dada.
b) Palpasi: Dengan palpasi dada, dapat diketahui jenis dan jumlah
kerja thoraks, daerah nyeri tekan, taktil fremitus, getaran dada
(thrill), angkat dada (heaves), dan titik impuls jantung maksimal,
adanya massa di aksila dan payudara. Palpasi ekstremitas untuk
mengetahui sirkulasi perifer, nadi perifer (takhikardia), suhu kulit,
warna, dan pengisian kapiler.
c) Perkusi: Perkusi untuk mengetahui adanya udara, cairan, atau
benda padat di jaringan. Lima nada perkusi adalah resonansi,
hiperresonansi, redup, datar, timpani.
d) Auskultasi: Auskultasi untuk mendengarkan bunyi paru. Pemeriksa
harus mengidentifikasi lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan kualitas.
Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan
udara di sepanjang lapangan paru : anterior, posterior, dan lateral.
Suara napas tambahan terdengar jika paru mengalami kolaps,
terdapat cairan, atau obstruksi.

3) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengukur keadekuatan
ventilasi dan oksigenasi, meliputi:
a) Pemeriksaan fungsi paru: Pemeriksaan fungsi paru dilakukan
dengan menggunakan spirometer. Klien bernapas melalui masker

15
b) mulut yang dihubungkan dengan spirometer. Pengukuran yang
dilakukan mencakup volume tidal (Vт), volume residual (RV),
kapasitas residual fungsional (FRC), kapasitas vital (VC), kapasitas
paru total (TLC).
c) Kecepatan Aliran Ekspirasi Puncak: (Peak Expiratory Flow
Rate/PEFR) PEFR adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama
ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan terjadinya
perubahan ukuran jalan napas menjadi besar.
d) Pemeriksaan Gas Darah Arteri: Pengukuran gas darah untuk
menentukan konsentrasi hidrogen (H+), tekanan parsial oksigen
(PaO2) dan karbon dioksida (PaCO2), dan saturasi oksihemoglobin
(SaO2), pH, HCO3.
e) Oksimetri: Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen
kapiler (SaO2), yaitu persentase hemoglobin yang disaturasi
oksigen.
f) Hitung Darah Lengkap: Darah vena untuk mengetahui jumlah
darah lengkap meliputi hemoglobin, hematokrit, leukosit, eritrosit,
dan perbedaan sel darah merah dan sel darah putih.
g) Pemeriksaan sinar X dada: Sinar X dada untuk mengobservasi
lapang paru untuk mendeteksi adanya cairan (pneumonia), massa
(kanker paru), fraktur (klavikula dan costae), proses abnormal
(TBC).
h) Bronkoskopi: Bronkoskopi dilakukan untuk memperoleh sampel
biopsi dan cairan atau sampel sputum dan untuk mengangkat plak
lendir atau benda asing yang menghambat jalan napas.
i) CT Scann: CT scann dapat mengidentifikasi massa abnormal
melalui ukuran dan lokasi, tetapi tidak dapat mengidentifikasi tipe
jaringan.
j) Kultur Tenggorok: Kultur tenggorok menentukan adanya
mikroorganisme patogenik, dan sensitivitas terhadap antibiotik.
16
k) Spesimen Sputum: Spesimen sputum diambil untuk
mengidentifikasi tipe organisme yang berkembang dalam sputum,
resistensi, dan sensitivitas terhadap obat.
l) Skin Tes: Pemeriksaan kulit untuk menentukan adanya bakteri,
jamur, penyakit paru viral, dan tuberculosis
m) Torasentesis: Torasentesis merupakan perforasi bedah dinding dada
dan ruang pleura dengan jarum untuk mengaspirasi cairan untuk
tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik atau untuk mengangkat
spesimen untuk biopsi.

2. Diagnosa Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Kebutuhan


Oksigen
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengientifikasi respons klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang bekaitan dengan kesehatan.Diagnosis
keperawatan yang terkait adalah menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016) yaitu:
a) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
b) Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eleminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
c) Gangguan Ventilasi Spontan
Definisi: penurunan cadangan energy yang mengakibatkan individu
tidak mampu bernapas secara adekuat.

17
d) Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
e) Risiko Aspirasi
Definisi: berisiko mengalami masuknya sekresi gastrointestinal,
sekresi orofaring, benda cair atau padat ke dalam saluran
trakeobronkial akibat disfungsi mekanisme protektif saluran napas.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2016).
Intervensi yang dirumuskan pada gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi diantaranya:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
bersihan jalan napas teratasi dengan kriteria hasil :
1) Tidak terdapat suara napas abnormal
2) Saturasi dalam batas normal (95-100%)
3) Frekuensi dalam batas normal (12-20 x/menit)
4) Tidak terdapat dispnea dan sianosis

Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas
Rasional: Menunjukan adanya suara tambahan pada saat bernapas
b. Berikan posisi semi atau fowler.
Rasional: Meningkatkan ekspansi paru dan memudahkan
pernapasan

18
c. Ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam
Rasional: Batuk efektif dapat membantu mengeluarkan sputum
d. Lakukan fisioterapi dada (postural drainage, clapping, perkusi, dan
vibrasi)
Rasional: Meminimalkan dan mencegah sumbatan/obstruksi
saluran pernapasan.
e. Berikan obat seperti agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid
sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen
trakeabronkial berguna jika terjadi hipoksia pada kavitas yang luas.

b. Diagnosa Gangguan Pertukaran Gas


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria hasil :
1) Tidak terdapat sianosis dan dispnea
2) Ventilasi adekuat
3) AGD dalam rentang normal

Intervensi:
1) Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal,
peningkatanupaya respirasi, keterbatasan ekspansi dan kelemahan.
Rasional: Pada beberapa penyakit saluran pernapasan (misalnya :
tuberkulosis paru) dapat menyebabkan luasnya jangkauan dalam
paru-paru yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas
menjadi inflamasi, nekrosis, efusi pleura, dan meluasnya fibrosis
dengan gejala-gejala respirasi distress.

19
2) Monitor gas darah.
Rasional : menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau meningkatnya
PCO2 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih adekuat atau
perubahan terapi.
3) Monitor tanda vital dan status jantung.
Rasional: Perubahan tekanan darah menunjukan efek hipoksia
sistemik pada fungsi jantung.
4) Tinggikan kepala tempat tidur dan bantu untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernapas (misalnya : fowler atau semi fowler).
Rasional : Suplai oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk
tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas,
tindakan ini juga bisa meningkatkan ekspansi paru secara
maksimal.
5) Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai
kebutuhan. Rasional: Mengurangi konsumsi oksigen pada periode
aspirasi.

c. Pola Napas Tidak Efektif


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan pola napas tidak efektif teratasi dengan kriteria hasil :
1) Tidak terdapat dyspnea
2) Frekuensi napas normal (16-20 x per menit)

Intervensi:
1) Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada.
Rasional: Kecepatan biasanya mencapai kedalam pernapasan
bervariasi tergantung derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas
yang berhubungan dengan atelaksis dan atau nyeri dada.

20
2) Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas tambahan.
Rasional: Ronkhi dan wheezing menyertai obstruksi jalan
napas/kegagalan pernapasan.
3) Tinggikan kepala dan bantu dan mengubah posisi fowler atau semi
fowler.
Rasional: Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan
mempermudah pernapasan.
4) Ajarkan latihan napas dalam.
Rasional: Meningkatkan kemampuan otot-otot pernapasan.
5) Berikan oksigen tambahan, misalnya : nebulizer, pemberian O2.
Rasional: Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas,
memberikan kelembaban pada membrane mukosa, dan membantu
pengenceran sekret.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang
harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan
komunikasi yang efektif, menciptakan hubungan yang saling percaya,
kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi,
dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).
Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan,
antara lain:
1) Independent implementations adalah implementasi yang diprakarsai
sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi
masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam
memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri,
mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
21
memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-
spiritual, perawatan alat invasive yang dipergunakan klien, melakukan
dokumentasi, dan lain-lain.

2) Interdependen/ Collaborative implementations adalah tindakan


keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau
dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal
pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube
(NGT), dan lain-lain. Keterkaitan dalam tindakan kerjasama ini
misalnya dalam pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek
samping merupakan tanggungjawab dokter tetapi benar obat,
ketepatan jadwal pemberian, ketepatan cara pemberian, ketepatan
dosis pemberian, dan ketepatan klien, serta respon klien setelah
pemberian merupakan tanggung jawab dan menjadi perhatian
perawat.
3) Dependent implementations adalah tindakan keperawatan atas dasar
rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog
dan sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada klien
sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik
(mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.

5. Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan


Oksigen
Evaluasi keperawatan dilakukan dengan cara bekerja sama dengan klien
untuk mengembangkan tujuan dan kriteria hasil individu, tergantung pada
status pernapasan klien saat ini (Rahayu, 2016).
a) Tujuan:
Klien akan mendemonstrasikan pengetahuan tentang
pencegahan disfungsi pernapasan. Kriteria hasil:
a. setelah mengikuti pendidikan kesehatan, klien
22
mendemonstrasikan teknik napas dalam dan batuk
b. setelah mengikuti pendidikan kesehatan, klien tidak terdapat
dispnea dan sianosis
c. setelah mengikuti pendidikan kesehatan, suara napas klien
normal

b) Tujuan:
Klien akan mendemonstrasikan pengetahuan tentang manajemen
disfungsi pernapasan secara optimal. Kriteria hasil:
a. setelah mengikuti pendidikan kesehatan, klien dapat
mendemonstariskan teknik napas dalam
b. setelah mengikuti pendidikan kesehatan, pada beberapa
pengobatan yang diberikan untuk masalah pernapasan, klien
menggambarkan nama, cara kerja, dan efek samping obat, dosis
yang diberikan, dan beberapa pertimbangan khusus untuk
pemberian
c. sebelum pulang, klien mendemonstrasikan penggunaan peralatan
oksigen di rumah secara aman

c) Tujuan:
Klien akan mengeluarkan sekresi pulmonar. Kriteria hasil:
a. Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, klien
mendemonstrasikan teknik batuk yang tepat
b. Klien minum paling sedikit 6 gelas air sehari, sebagai indikasi
dalam catatan sehari-hari
c. Klien mendemonstrasikan teknik suction sendiri dengan benar
sebelum pulang

23
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Deskripsi Kasus
Klien Ny. M berusia 63 tahun, berjenis kelamin perempuan, status menikah,
beragama Islam, suku bangsa Jawa, pendidikan tamat SLTA. Bahasa yang
digunakan yaitu bahasa Indonesia, pekerjaan klien yaitu Ibu rumah tangga dan
bertempat tinggal di Jalan Tanah Kusir II No. 35 RT 09 RW 09 Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan. Klien dirawat mulai pada tanggal 31 Maret 2016 dengan diagnosa
medis Tuberkulosis Paru dan nomor registrasi 01143026. Sumber biaya askes
sosial dan sumber informasi diperoleh dari buku status, klien dan keluarga.
Sebelum masuk ke RSUP Fatmawati klien berobat jalan di Rumah Sakit
Muhammadiyah Jakarta 1 bulan yang lalu dan mendapatkan obat OAT Kategori
I yaitu 2HRZE (isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol diminum dalam
2 bulan) namun klien hanya minum obat selama 1 bulan dan tidak kontrol ketika
obat habis. Pada tanggal 31 Maret 2019 klien berobat ke RS. Veteran Jakarta
dengan keluhan batuk berdahak mengeluarkan darah, lemas, mual dan muntah,
kemudian klien dirujuk ke IGD RSUP Fatmawati pada pukul 14.35 WIB.

Keluhan batuk berdahak serta terkadang mengeluarkan darah sudah dirasakan


sejak ± 3 minggu yang lalu, keringat pada malam hari sebelum masuk rumah sakit,
mual dan muntah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, klien senang
begadang dengan menonton TV hingga larut malam dan klien mengatakan ada
tetangga dekat rumah yang terkena penyakit paru-paru namun klien tidak
mengetahui secara pasti penyakit yang dialami tetangganya tersebut. Setiap hari
klien sering mengobrol dengan tetangganya tersebut di rumah klien. Klien
dipindahkan dari IGD ke ruangan rawat lantai IV Selatan pukul 20.00 WIB.

24
Saat dikaji oleh mahasiswa diperoleh data: Klien mengatakan batuk-batuk
mengeluarkan dahak berwarna putih kental kadang batuk mengeluarkan darah
sesak ± 3 minggu yang lalu, badan terasa lemas, mual, serta nafsu makan
menurun. Faktor pencetus yaitu klien mengatakan tetangga dekat rumah ada yang
terkena penyakit sama paru seperti klien, dan klien putus obat OAT selama 1
bulan yang seharusnya klien minum selama 2 bulan, timbulnya keluhan bertahap,
lamanya keluhan ± 3 minggu sebelum masuk rumah sakit dan klien mengatasinya
dengan beristirahat dan berobat ke rumah sakit terdekat. Data riwayat kesehatan
masa lalu didapatkan Klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan,
tidak ada riwayat alergi seperti obat, makanan dan lain-lain. Klien mengatakan
memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus dan mengkonsumsi obat Metformin.
Dalam keluarga tidak ada yang mengalami menderita penyakit yang sama seperti
klien yaitu penyakit paru.

Klien mengatakan orang terdekatnya saat ini adalah suami dan anak bungsu, pola
komunikasi klien dalam keluarga terbuka, pembuat keputusan diambil secara
musyawarah, hal yang dipikirkan saat ini klien mengatakan ingin cepat sembuh
dan pulang ke rumah, harapan setelah menjalani pengobatan adalah klien dapat
pulih, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit klien mengatakan tidak dapat
beraktivitas seperti biasanya, klien juga mengatakan tidak ada nilai-nilai yang
bertentangan dengan kesehatan, klien juga tidak sholat selama dirawat, tetapi
klien tetap berdoa.

Klien mengatakan kondisi rumah jauh dari polusi (jalan raya dan pabrik) namun
klien tinggal dilingkungan padat penduduk. Ventilasi rumah kurang dan sinar
matahari kurang dapat masuk ke dalam rumah. Pola kebiasaan sehari-hari selama
di rumah sakit diperoleh data: klien makan 3 x sehari, nafsu makan kurang hanya
menghabiskan 1 porsi makan, klien juga mendapat diit TKTP, klien minum obat
1 jam sebelum makan yakni Rifampisin 450 mg dan tidak menggunakan alat
bantu seperti NGT.
25
Klien BAK 4-5 x/hari, warna urine kuning kemerahan dan tidak ada keluhan saat
BAK. frekuensi BAB 1 x/hari waktunya pagi, warna feses kuning kecoklatan, bau
khas, konsistensi lunak, tidak ada keluhan saat BAB dan tidak menggunakan obat
pencahar, tidak ada keluhan dalam eliminasi. Klien mandi dilap dan dibantu total
oleh perawat dan keluarga, untuk kebersihan mulut yang dilakukan dengan gosok
gigi 1 x/hari pada pagi hari, dan selama dirumah sakit klien belum mencuci
rambut. Klien mengatakan rambutnya gatal dan berketombe. Aktivitas klien
dibantu total dengan keluarga dan perawat (mandi, makan, BAB, BAK), klien
juga mengatakan lemas saat beraktivitas.

B. Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Tanggal Pengkajian : 31 Maret 2019
Tanggal Masuk RS : 31 Maret 2019
Ruang/Kelas : Ruang Rawat Lantai IV
No. Register : 01143026
A. Data Biografi
1. Nama Pasien : Ny. M
2. Tempat Tanggal Lahir/ Umur : Jakarta, 23 Juli 1957 / 63 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status Perkawinan : Menikah
5. Agama : Islam
6. Suku Bangsa/ Bahasa : Jawa / Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
9. Alamat Rumah : Jalan Tanah Kusir II No. 35 RT 09
RW 09 Kebayoran Lama, Jakarta
Selatan
10. Sumber Biaya : Askes Sosial
26
11. Sumber Informasi : Pasien, Keluarga, dan Rekam medis

A. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Diagnosa medis : Tuberkulosis Paru
b. Tanggal mulai Sakit : 31 Maret 2016
c. Keluhan yang dirasakan : Keluhan batuk berdahak serta terkadang
mengeluarkan darah sudah dirasakan sejak ± 3 minggu yang lalu,
keringat pada malam hari sebelum masuk rumah sakit, mual dan
muntah, nafsu makan menurun, berat badan menurun
1) Fakor pencetus keluhan : Klien mengatakan tetangga dekat
rumah ada yang terkena penyakit sama paru seperti klien, dan
klien putus obat OAT selama 1 bulan
2) Terjadinya keluhan : ( ) Tiba-tiba ( √) Berangsur-angsur
3) Lama keluhan : 3 minggu sebelum masuk RS
4) Faktor yang dapat mengurangi : Beristirahat dan berobat ke RS
terdekat
5) Faktor yang dapat memperberat : -
d. Dikirim oleh : ( ) Dokter praktek: (√ ) RS: Veteran Jakarta
( ) Puskesmas : ( ) Lain-lain
e. Alat bantu yang digunakan: (-) Kaca mata (-) Gigi palsu
(-) Kursi roda (-) Lain-lain

2. Riwayat Kesehatan Sebelum Sakit :


a. Penyakit yang pernah dialami (infeksi, kecelakaan, trauma fisik dan lain-
lain) :Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus
b. Operasi yang pernah dialami : Pasien mengatakan tidak pernah
c. Dirawat di rumah sakit : Pasien mengatakan tidak pernah
d. Obat-obatan yang biasa diminum : obat OAT

27
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Genogram (keterangan tiga generasi dari pasien) :

Keterangan:
= laki-laki
= perempuan
= menikah
= anak
= meninggal
= pasien
= tinggal serumah
b. Penyakit yang pernah dialami keluarga (penyakit menular/keturunan):
Pasien mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit menular atau
keturunan

4. Riwayat Kesehatan Lingkungan:


a. Dirumah
1) Kebersihan : Pasien mengatakan membersihkan rumahnya setiap hari
2) Polusi (air/udara) : Pasien mengatakan kondisi rumah jauh dari polusi
3) Sumber Air : Pasien mengatakan sumber air yang dipakai dari jet pump

28
4) Ventilasi Udara : Pasien mengatakan ventilasi rumah kurang dan sinar
matahari kurang dapat masuk
5) Luas Rumah : 100 meter
6) Kemungkinan Bahaya : Pasien mengatakan rumahnya jauh dari jalan
raya dan pabrik namun tinggal di lingkungan padat penduduk

b. Di Rumah Sakit
1) Tempat tidur
a) Penghalang : Ada disisi kanan dan kiri pasien
b) Ketinggian : 30 cm
2) Kamar mandi
a) Kebersihan : Bersih, tidak terdapat lumut dilantai kamar mandi
b) Letak : Di dalam ruangan dan dekat kamar pasien
3) Ventilasi ruangan : Terdapat ventilasi di ruangan
4) Kebisingan : Tidak ada kebisingan di ruangan
5) Kelembaban : Tidak ada kelembaban di dalam ruangan atau kamar
pasien
6) Keadaan lantai : Tidak licin dan bersih
7) Peralatan di ruangan
a) Bel : Terdapat bel di dekat tempat tidur pasien
b) Alat-alat listrik : Terdapat alat listrik di ruangan
c) Dan lain-lain : Terdapat benda yang lain di ruangan

c. Pemahaman pasien/keluarga terhadap peraturan RS : Pasien mengatakan


paham tentang jam besuk

d. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penegahan bahaya : pasien


mengatakan jika tidak menggunakan penghalang tempat tidur akan
berbahaya

29
5. Keadaan Psikososial Spiritual
a. Suasana hati/ mood : Tidak suka berada dirumah sakit dan pasien dapat
menerima kenyataan
b. Karakter : Pasien terlihat tidak senang saat mengetahui penyakitnya
c. Perkembangan mental : Sesuai dengan usia
d. Daya konsentrasi : Pasien dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan yang
diberikan
e. Kepekaan terhadap lingkungan : Pasien tidak suka dengan lingkungan yang
kotor, Pasien dapat beradaptasi dengan lingkungan RS
f. Persepsi terhadap sehat/sakit : Pasien selalu memikirkan penyakit yang
dialami, pasien ingin cepat sembuh dan cepat pulang ke rumah
g. Persepsi terhadap konsep diri
1) Gambaran diri : Berat badan turun dan lemas
2) Identitas diri : Pasien terganggu dengan penyakitnya
3) Ideal diri : Pasien berharap ingin cepat sembuh
4) Peran : Sebagai ibu rumah tangga terganggu
5) Harga diri : Pasien percaya diri akan sembuh
h. Persepsi terhadap agama : Pasien sangat yakin dengan agama yang
dianutnya
i. Penerapan agama : Pasien tidak sholat selama dirawat namun tetap berdoa
j. Persepsi terhadap penyakit/keluhan dan perawatan/pengobatannya : Pasien
merasa cemas akan penyakitnya

6. Pola Kebiasaan (data yang diperoleh dari pernyataan klien/keluarga)


No. Hal yang Dikaji Pola Kebiasaan
Sebelum Di Rumah
sakit Sakit
1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan: …x/hari 2x 3x
b. Nafsu makan : baik/ tidak Baik Tidak
Alasan: (mual, muntah, sariawan, Tidak ada Mual
dll)

c. Posi makan yang di habiskan 1 porsi 1 porsi


d. Makanan yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
e. Makanan yang membuat alergi Tidak ada Tidak ada
f. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
g. Makanan diet Tidak ada TKTP
h. Penggunaan obat-obatan Tidak ada Rifampisin
sebelum makan
i. Penggunaan alat bantu (NGT, Tidak ada Tidak ada
dll)
2. Pola Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK)
1) Frekuensi : …x/hari 4x 4-5x
2) Warna Kuning Kuning
jernih kemerahan
3) Cara: Mandiri/dibantu mandiri Dibantu
Di tempat tidur/ kamar mandi - Ke kamar
mandi
4) Keluhan Tidak ada Tidak ada
5) Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
(kateter, dll)
b. Buang Air Besar
1) Frekuensi : …x/hari 1x 1x
2) Waktu : pagi/siang/ Pagi Pagi
malam/tidak tentu
3) Warna Cokelat Kuning
kecoklatan
4) Konsisitensi Lunak Lunak
5) Cara : mandiri/ dibantu Mandiri Dibantu
Ditempat tidur/ ke kamar mandi - Ke kamar
mandi
6) Keluhan Tidak ada Tidak ada
7) Penggunaan laxative Tidak ada Tidak ada
3. Pola Personal Hygiene
a. Mandi
1) Frekuensi : …x/hari 2x 1x
2) Waktu: Pagi dan Pagi
pagi /siang/ malam sore
b. Oral Hygiene
1) Frekuensi: …x/hari 2x 1x
2) Waktu pagi/siang/malam Pagi dan Pagi
setelah
makan
c. Cuci Rambut
Frekuensi: …x/ hari 1x Belum
mencuci
rambut
4. Pola Istirahat dan Tidur
a. Lama tidur siang : … jam/hari 2 jam 3 jam
b. Lama tidur malam : … jam/hari 7 jam 6 jam
c. Kebiasaan sebelum tidur Nonton Tidak ada
TV
d. Penggunaan obat tidur Tidak Tidak
5. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Waktu bekerja: pagi/ siang/ - -
malam
b. Olahraga : ya /tidak Ya Tidak
c. Jenis olahraga Jalan Tidak
kaki
d. Frekuensi olahraga:…x/mg 1x Tidak
e. Keluhan dalam aktivitas: Tidak Tidak ada
pergerakan tubuh/ mandi/
mengenakan pakaian/ sesak
setelah beraktivitas, dll

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Sedang
2. Tanda-tanda vital :
a) Keasadaran : Composmentis
b) Tekanan darah : 130/90 mmHg
c) Pernafasaan : 24 x/menit
d) Denyut nadi : 80 x/menit
e) Temperatur : 36, 5º C
3. Pemerikasaan Sensori :
a) Penciuman : Pasien dapat memebadakan aroma atau bau
b) Pengecapan : Pasien dapat membedakan rasa pahit, manis, asin
c) Penglihatan : Pasien dapat melihat jarak jauh atau jarak dekat
d) Perabaan : Pasien dapat meraba kondisi kulit
e) Pendengaran : Pasien dapat mendengar dengan jelas
4. Oksigenasi (respirasi dan sirkulasi)
a. Anamnesa
(-) Sesak napas (-) Nyeri dada (-) Lemas/lesu
(√) Batuk-batuk (-) Batuk darah (-) Palpitasi
b.Inspeksi
(-) Tachypnea (-) Bradypnea (-) Sianosis
(-) Kussmaul (-) Cheyne stokes (-) Napas dangkal
(-) Pernapasan cuping hidung (-)Konjungtivapucat
(-) Distensi V. Jugularis
(-) Retraksi otot sternocloidomastoideus/intercostal/diafragma/….
(-) Ada massa/ post operasi daerah thorax/ abdomen/WSD/faraktur
iga/…
31
(-) Skoliosis/lordosis/kifosis
(-) Ekspansi dada tidak simetris
(-) Diameter antero posterior meningkat
(-) Clubbing finger
(-) Edema
c. Palpasi
a) Tenderness : Tidak terdapat tenderness
b) Tactile fremitus : Simetris
c) Massa/ Tumor : Tidak ada
d) Nadi perifer : Denyut nadi normal (80 x/menit)
e) Temperatur kulit : Akral hangat (36, 5 ºC)
f) Capillary refill : < 3 detik
d. Perkusi
a) Paru : Bunyi paru resonan
b) Jantung : Baik
c) Ekskursi diafragma : Normal
e. Auskultasi
1) Bunyi paru
a. Vesikuler : Normal terdengar di semua area lapang paru
b. Abnormal : Ronchi/wheezing/rales di area tidak ada
2) Jantung
a. Bunyi S1 dan S2 :
b. Gallop : Tidak ada
c. Abnormal : Tidak ada
5. Keseimbangan Cairan (intake-output)
a. Cairan yang dikonsumsi (intake cairan)
1) Minum : 800 ml/ 24 jam
2) Makanan : 1.286 ml/ 24 jam
3) NGT : -
4) Infus : 500 ml/ 24 jam
5) Lain-lain : -
Total : 2. 586 ml/ 24 jam
b. Pengeluaran/ output urine
1) Urine : 1. 900 ml/ 24 jam
2) Muntah :-
3) Drain :-
4) NGT :-
5) IWL : 600 ml/ 24 jam
Total : 2. 500 ml/ 24 jam
c. Keseimbangan cairan : intake – output = 2. 586 – 2. 500 = 86 ml/ 24 jam

6. Nutrisi & Metabolisme


a. Postur tubuh : Normal
1) BB sebelum sakit : 47 kg
2) BB sekarang : 43,5 kg
3) Tinggi badan : 155 cm
4) IMT : 18,1
5) Berat badan normal : (155-100) - 15 % = 46, 75 kg
6) Peningkatan/ penurunan berat badan : 3,5 kg
7) Lingkar lengan atas bagian tengah (MAC) : 16 cm
8) Lipatan otot tricep (TSF) : -
9) MAMC : MAC – (TSF x 3,14) : -
b. Kondisi rambut
(-) Mengkilat/ bersih (-) Kokoh (-)Tidakpatah-patah/pecah
(√) Kusam (-) Kering (-) Kemerahan
(-) Patah/ pecah (-) Tipis (-) Rontok
(-) Distribusi rambut
c. Kulit
(-) Lembut/lembab (√) Kering (-) Pucat (-) Kotor
(-) Iritasi/lesi (-) Petechiae (-) Ada lemak subcutan

33
(-) Edema (-) Elastis (√) Tidak elastis

d. Mata
(√) Tampak bersih (√) Posisi mata : simetris
(√) Kelopak mata: normal/ptosis (√) konjungtiva: pucat/ anemis
(-) Konjungtiva hyperemis (-) Sclera icteric
(v) Pergerakan bola mata : normal/abnormal
(-) Pupil : isokor/anisokor/midriasis/miosis
(-) Tanda- tanda infeksi : tidak ada
(-) Kelainan mata : strabismus/penurunan visus/ kebutaan
e. Mulut, Gigi dan Gusi
(-) Membran mukosa bibir lembab (√) Warna normal
(√) Kering/pecah (-) Bengkak
(-) Ada lesi/ stomatitis (-) Bibir pucat
(-) Perdarahan gusi (-) Peradangan gusi
(-) Lidah edema/ radang (-) Lidah hyperemis
(-) Atropi papillae (-) Hypertropi papillae
(-) Gangguan pengecapan (-) Caries pada gigi
(-) Nyeri gigi (√) Kotor
f. Leher
(v) Tidak ada kelainan (-) Pembesaran kelenjar tiroid
(-) Pembesaran kelenjar limfe (-) Lain-lain
(-) Nyeri menelan
g. Gastrointestinal
Nafsu makan: (-) Baik (√) Menurun (-) Meningkat
(-) Muntah (-) Dispagia (-) Sulit mengunyah
(-) Flatulence
(-) Abdomen tegang (-)Pembesaran liver/lien
(-) Asites (-)Teraba massa pada colon
(-) Pasca pembedahan …..
34
h. Nutrisi/Diit
Waktu Jenis Makanan
Makan Nasi/ Pengganti Lauk Sayur Buah Air minum/ susu
(1 porsi: 200 gr) (ptg/butir) (mangkuk) (1 gls: 200 cc)
Pagi ½ porsi Bubur 1 ptg - I ptg 1 gls air putih
(200 gr) sedang melon (200 cc)
(85 gr) (100
gr)
Snack 1 lembar roti - - - 1 gls susu
Siang (35 gr) (200 cc)
Siang 1 porsi nasi 1 ptg ikan Sayur sup 1 buah 1 gls air putih
(200 gr) tongkol (250 cc) pisang (200 cc)
(100 gr) (101
gr)
Snack - - - - -
Sore
Malam ½ porsi nasi 1 ptg Capcai - 1 gls air putih
(100 gr) tempe (200 cc) (200 cc)
goreng (15
gr)
lain- - - - - 1 gls air putih
lain (200 cc)
Total/
24 jam 435 gr 200 gr 450 gr 201 gr

7. Eliminasi
a. Keluhan/ anamnesa
1.Buang air kecil
(-) Dysuria (-) Hesistensi (-) Retensi

35
(-) Inkontinensia (-) Poliuria (-) Oliguria
(-) Anuria (-) Hematuria (-) Urgency
(-) Nokturia (-) Piuria
(-) Enuresis (-) Penggunaan diuretik
(-) Nyeri/ kolik pada area costa vertebra/ suprapubik
Bau : Amonia

2. Buang air besar


(-) Kembung/ flatulence (-) Konstipasi, sejak : tidak ada
(-) Diare, frekuensi/ 24 jam: tidak ada, sejak tgl : -
Bentuk : Tidak ada , disertai darah/lendir : Tidak ada
(-) Inkontinensia (-) Nyeri saat BAB

b. Inspeksi
1. Abdomen tampak : (-) Tegang (-) Kembung (-) Asites
(-) Ada massa pada area : Tidak ada
(-) Luka op : Tidak ada
(-) Ostomi/ tube pada area : Tidak ada ; tipe : - ; Kondisi ostomi/
tube : -
2. Supra pubik : (-) Distensi (-) Ostomi, kondisi : Tidak ada
3.Genetalia/anus/ perineum :
(-) Sekret (-) Darah (-) Pus (-) Iritasi
(-) Edema, pada area : Tidak ada (-) Massa/ Tumor pada : Tidak
ada
(-) Kateter, tipe, - ; kondisi kateter dan orifisium : Tidak ada
c. Auskultasi abdomen
1. Peristaltik : peningkatan 10 x/menit
2. Suara bruit/ murmur : Normal
d. Palpasi
1. Ginjal : Tidak terjadi pembengkakan
36
2. Hepar : Tidak terjadi pembengkakan
3. Lien : Tidak terjadi pembengkakan
4. Gaster : Tidak terjadi pembengkakan dan massa
5. Colon / usus : Tidak terdapat massa
6. Supra pubik kandung kemih : Tidak tegang

8. Istirahat & Tidur


a. Keluhan/anamnesa
1. Masalah tidur
(-) Susah tidur (-) Sering terbangun malam
(-) Bangun pagi-pagi dan sulit tidur kembali (-) Mendengkur
(-) Sering tidur tiba-tiba (-) Berjalan dalam tidur
(-) Berbicara dalam tidur (-) Menggemeretakan gigi sewaktu

Bila ada masalah dalam tidur


(1) Kapan timbulnya : Tidak ada
(2) Berapa lama : Tidak ada
(3) Faktor pencetus : Tidak ada
(4) Pengaruh pada klien : Tidak ada
(5) Apa yang dilakukan untuk mengatasinya : Tidak ada
(6) Apakah membantu : Tidak ada
2. Lingkungan tidur
(-) Gelap (√) Terang (-) Dingin
(-) Berisik (√) Tenang
b. Inspeksi
Wajah : (-) Kehitaman pada mata (-) Kemerahan pada konjungtiva
(-) Kelopak mata membengkak (-) Kantung mata
c. Tingkah Laku
(-) Mudah marah (-) Tangan tremor (√) Gelisah (-) Menguap terus
(-) Tidak perhatian (-) Bingung (-) Bicara lambat
37
(-) Postur melungkup (-) Tidak terkoordinasi

d.Tingkat Energi
(- ) Lethargic (√) Fatiqued

9. Aktivitas
a. Keluhan / anamnesa
Tingkat Aktivitas
1) Subyektif :
a.Tingkat kekuatan:1. Kuat 2. Sedang 3. Mudah lelah
b.Kemampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari
1. Personal hygiene : mandiri/ dibantu total/ sebagian
2. Eliminasi : Dibantu total
3. Makan/minum : Dibantu total
4. Mobilisasi : Dibantu sebagian
5. Lain-lain : Tidak ada
2) Riwayat Activity
Aktivitas sehari - hari yang perlu dibantu Ya Tidak
1. Makan (√) ()
2. Berpakaian (√) ()
3. Mandi (√) ()
4. Eliminasi (√) ()
5. Pindah : - Tempat tidur telungkup () (√)
- Masuk & Keluar dari kamar mandi (√) ()
3) Activity tolerance
Banyaknya aktivitas & tipe aktivitas yang membuat lelah: saat ke kamar
mandi
Masalah yang dihadapi dalam mengikuti aktivitas ringan/sedang
(-) Pusing (-) Jumlah pernapasan meningkat
(-) Napas pendek (v) Lain-lain : Lemas
38
4) Exercise
Tipe exercise yang biasa dilakukan : Tidak ada
Kepercayaan bahwa exercise menguntungkan untuk kesehatan : Tidak
ada
5) Faktor yang mempengaruhi mobility
Faktor lingkungan ( ) Masalah Kesehatan (√) Financial ( )
b.Body Aligment
1) Berdiri : Harus dibantu karena klien mengeluh lemas
2)Duduk :Dapat duduk dengan nyaman
c) Berjalan : Dibantu keluarga
d) Pergerakan sendi :
(-) Swelling (-) Rednes (-) Deformity
(-) Crepitation (-) Peningkatan suhu (-) Derajat pergerakan

c.Extermitas
Kekuatan otot:
555 5 555 5
5 5 55555 5

Tonus otot : baik / kurang


(-) Terderness pada: Tidak ada
(-) Paresthesia
(-) Atrofi, pada bagian : Tidak ada
(-) Kontraktur, pada bagian : Tidak ada
(-) Bengkak/ kemerahan/ nyeri sendi, pada bagian : Tidak ada
(v) Penurunan ROM, pada bagian : Seluruh tubuh
(-) Fraktur pada : Tidak ada

39
10. Integumen
Integritas kulit
a. Luka : tidak ada
b. Dekubitus : Tidak ada Pada bagian : -
c. Derajat decubitus : -
d. Trauma : Tidak ada
e. Keluhan sebjektif : Tidak ada

11. Personal Hygiene


a. Rambut
Kebersihan : Tampak kusam Keluhan gatal: Ada
Kulit kepala :Berketombe
b. Gigi dan Mulut
Kelengkapan gigi : Tidak lengkap Masalah gigi : Tidak ada
Kebersihan : Gigi sedikit kotor
c. Kuku tangan dan kaki
Bentuk kuku : Bulat seperti jengkol Sudut antar kuku : Normal
Warna kuku : Merah muda Kebersihan : Bersih
d. Genitalia
Kelainan : Tidak ada Keluhan gatal : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada Lesi : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
e. Kulit
Erithema : Tidak ada Tekstur : Kering
Turgor :Kurang Elastis Kebersihan : Bersih
Jaundice : Tidak ada Petechie : Tidak ada
Keluhan gatal : tidak ada Kelembaban : Baik

40
12. Persepsi/ pengetahuan tentang kondisi dan perawatan pengobatan : Pasien
mengetahui tentang kondisinya saat ini, sehingga ia mengurangi aktivitas
yang dapat memperberat kondisinya

C. Data Penunjang (pemeriksaan daignostik yang menunjang masalah : Lab


(darah, urine, sputum), radiologi, endoskopi, CT scan, dll) :
a. Hematologi
a) Hemoglobin : 13, 2 gr/dl (11.7-15.5)
b) Hematokrit : 37% (33-45)
c) Leukosit: 21.5 ribu/ul (5.0-10.0)
d) Trombosit : 305 ribu/ul (150-440)
e) Eritrosit : 4.19 jt/ul (3.80-5.20)
f) SGOT : 25 (<37)
g) SGPT : 20 (<41)
h) Kalsium : 2,4 (3,6 – 5,5)
i) Kalium : 13,5 (13,5 – 15,5)
j) Natrium : 120 (75 – 108)
k) Klorida : 90 (0,8 - 1,0)

41
D. Penatalaksanaan (therapy/pengobatan termasuk diet)
a. Pengobatan
Nama Obat Dosis Bentuk Cara Keterangan
Obat Pemberian (fungsi dan
efek obat)
Rifampisin 450 mg Tablet Oral Obat TBC

b. Terapi Cairan : Nacl 0.9% 500cc /12 jam


c. Diet : TKTP

Jakarta, 22 Maret 2019

Yang mengkaji
(Kelompok 1)

42
DATA FOKUS

Data Objektif Data Subjektif


1. Pasien terlihat lemas 1. Pasien mengatakan batuk-batuk
2. Kesadaran composmentis mengeluarkan dahak berwarna
3. Pasien terlihat batuk-batuk putih kental
4. Sputum berwarna putih dengan 2. Pasien mengatakan kadang batuk
konsistensi kental mengeluarkan darah sesak ± 3
5. Suara nafas pasien terdengar minggu yang lalu
ronchi 3. Pasien mengatakan tetangga
6. TTV: dekat rumah ada yang terkena
TD: 130/90 mmHg penyakit sama paru seperti
N : 80 x/menit pasien
S : 36,5 C 4. Pasien mengatakan keringat pada
RR: 24 x/menit malam hari sebelum masuk
7. Antropometri: rumah sakit
BB sebelum sakit: 47kg 5. Pasien mengatakan badan terasa
BB setelah sakit: 43,5kg lemas
TB: 155cm 6. Pasien mengatakan mual
IMT: 18,1 7. Pasien mengatakan nafsu makan
Biokimia: menurun
Kalsium : 2,4 8. Pasien mengatakan rambutnya
Kalium : 3,5 gatal dan berketombe
Natrium : 120 9. Pasien mengatakan selama di
Klorida : 90 rumah sakit belum mencuci
Clinical: rambut
Posisi mata simetris 10. Pasien mengatakan lemas saat
Konjungtiva anemis beraktivitas
Sklera anikterik
Turgor kulit kurang elastis
Diit: TKTP
8. Nafsu makan kurang hanya
menghabiskan 1 porsi makan
9. Aktivitas pasien dibantu total
dengan keluarga dan perawat
(mandi, makan, BAB, BAK)
10. Pasien mandi dilap dan dibantu
total oleh perawat dan keluarga
11. Rambut pasien terlihat kusam
12. Therapy:
Rifampisin 450 mg

ANALISA DATA

Data Masalah Etiologi


Data Subjektif: Bersihan jalan napas Penumpukan secret
1. Pasien mengatakan tidak efektif
batukbatuk mengeluarkan
dahak berwarna putih
kental
2. Pasien mengatakan kadang
batuk mengeluarkan darah
sesak ± 3 minggu yang lalu
3. Pasien mengatakan
tetangga dekat rumah ada
yang terkena penyakit
sama paru seperti pasien
4. Pasien mengatakan
keringat pada malam hari
sebelum masuk rumah
sakit
Data Objektif :
1. Pasien terlihat lemas
2. Kesadaran composmentis
3. Pasien terlihat batuk-batuk
4. Sputum berwarna putih
dengan konsistensi kental
5. Suara nafas pasien terdengar
ronchi
6. TTV:
TD: 130/90 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 C
RR: 24 x/menit
7. Therapy
Rifampisin 450 mg
Data Subjektif : Defisit Nutrisi Peningkatan
1. Pasien mengatakan badan Kebutuhan
terasa lemas Metabolisme
2. Pasien mengatakan mual
3. Pasien mengatakan
nafsumakan menurun
Data Objektif :
1. Pasien terlihat lemas
2. Antropometri:
BB sebelum sakit: 47kg
BB setelah sakit: 43,5kg
TB: 155cm
IMT: 18,1
Biokimia:
Kalsium : 2,4
Kalium : 3,5
Natrium : 120
Klorida : 90
Clinical:
Posisi mata simetris
Konjungtiva anemis
Sklera anikterik
Turgor kulit kurang elastis
Diit: TKTP
3. Nafsu makan kurang
hanyamenghabiskan 1 porsi
makan

Data Subjektif: Defisit Perawatan Diri: Kelemahan


1. Pasien mengatakan Cuci rambut
rambutnya gatal dan
berketombe
2. Pasien mengatakan
selama di rumah sakit
belum mencuci rambut
3. Pasien mengatakan lemas
saat beraktivitas
Data Objektif:
1. Aktivitas pasien dibantu
total dengan keluarga dan
perawat (mandi, makan,
BAB, BAK)
2. Pasien mandi dilap dan
dibantu total oleh
perawat dan keluarga
3. Rambut pasien terlihat
kusam

PRIORITAS MASALAH
No Tanggal Diambil Diagnose Diagnosa Keperawatan (P.E.S)
Keperawatan
1. 22 Maret 2020 Deficit perawatan diri: cuci rambut b.d
kelemahan
2. 22 Maret 2020 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d
penumpukan secret
3. 22 Maret 2020 Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan
metabolisme

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NY. M


Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Intervensi Rasional
Masalah Kriteria Hasil
Kolaborasi
Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Evaluasi Mendeteksi
napas tidak efektif tindakan keperawatan tanda-tanda adanya
b.d penumpukan selama 3 x 24 jam vital perubahan
secret diharapkanbersihan system tubuh
jalan napas tidak efektif
teratasi. Dengan kriteria 2. Auskultasi
hasil : bunyi nafas
1. Suara nafas Menunjukkan
vesikuler adanya suara
2. Tidak terdapat tambahan pada
sputum saat bernapas
3. Pernafasan
normal yaitu 12-
20 x/menit 3. Berikan Posisi dapat
4. Tidak terdapat pasien posisi meningkatkan
batuk semi fowler/ gerakan sputum
5. Pasien dapat fowler kedalam jalan
mempertahankan nafas besar untuk
jalan nafas dikeluarkan
6. Tidak terdapat
hemoptoe

4. Ajarkan batuk Batuk efektif


efektif dapat
mengeluarkan
sputum

5. Anjurkan Minum air hangat


untuk banyak dapat membantu
minum air pengenceran
hangat sputum

Agen mukolitik
6. Kolaborasi menurunkan
dengan dokter kekentalan
dalam sputum untuk
pemberian
obat agen memudahkan
mukolitik: pembersihan
Ambroxol

Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan 1. Evaluasi Membantu dalam


peningkatan tindakan keperawatan pemasukan mengidentifikasi
kebutuhan selama 3 x 24 jam diet defisiensi dan
metabolisme diharapkan defisit nutrisi kebutuhan diet
teratasi dengan kriteria
hasil : 2. Berikan Meningkatkan
1. Nafsu makan makanan nafsu makan
meningkat sedikit tapi pasien
2. Berat badan sering
meningkat
3. Porsi makan 3. Tawarkan Perawatan mulut
habis 1 porsi perawatan menyejukan dan
4. Tidak terdapat mulut membantu
mual dan muntah sebelum/ menyegarkan
sesudah rasa mulut
makan

4. Ukur berat Menilai hasil


badan setiap 1 peningkatan atau
hari penurunan berat
badan dan
mengetahui
status gizi
5. Berikan Memberikan
keluarga pasien tindakan
pasien/ orang kontrol dalam
terdekat daftar pembatasan diet
makanan yang
di izinkan

6. Kolaborasi Memenuhi
dengan ahli kebutuhan energi
gizi dalam dan protein untuk
pemberian mencegah dan
diet TKTP mengurangi
dan evaluasi kerusakan
hasil jaringan tubuh.
laboratorium Pemeriksaan
biokimia laboratorium
dilakukan untuk
memberikan
informasi
mengenai status
biokimia

Deficit perawatan Setelah dilakukan 1. Evaluasi Pemeliharaan


diri : cuci rambut tindakan keperawatan kebersihan kebersihan tubuh:
b.d kelemahan 1 x 24 jam di harapkan tubuh: rambut rambut sangat
defisit perawatan diri: menentukan
mencuci rambut teratasi. status kesehatan
Dengan kriteria hasil :
1. Rambut pasien 2. Bantu pasien Meningkatkan
tampak lebih untuk rasa keinginan
bersih menyiapkan untuk mencuci
2. Pasien alat-alat rambut
mengatakan mencuci
lebih segar rambut
3. Rambut terbebas
dari ketombe dan
rasa gatal 3. Lakukan Mencuci rambut
tindakan dapat
mencuci menghilangkan
rambut ketombe dan rasa
gatal

4. Ajarkan pada Membantu dalam


keluarga cara mempertahankan
mencuci kesehatan rambut
rambut pasien pasien

5. Anjurkan Mempertahankan
melakukan perawatan diri
perawatan diri dan dapat melatih
secara hidup bersih
konsisten
sesuai
kemampuan

6. Kolaborasi Memberikan
dalam dukungan
memotivasi melakukan
pasien untuk perawatan diri
melakukan agar terhindar
perawatan diri dari penyakit lain
dan memperbaiki
gambaran atau
persepsi terhadap
kebersihan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari, Tanggal Diagnosa Implementasi Tanda
Jam Keperawatan Tangan
Senin, 23 Maret Bersihan jalan 1. Memonitor tanda-tanda
2020 napas tidak efektif vital
07.30 WIB b.d Penumpukan RH/
sekret TTV: S: 36,2̊C, N:
80x/mnt, RR: 17x/mnt,
TD: 120/80mmhg
Pasien mengatakan
keadaan umumnya baik
baik saja

08.25 WIB 2. Mengauskultasi bunyi


nafas
RH/
Terdengar adanya bunyi
ronchi
Pasien mengatakan tidak
nyaman saat bernapas
3. Mengajarkan batuk
efektif
RH/
09.00 WIB Pasien dapat mengerti
apa yang diajarkan
Pasien dapat melakukan
batuk efektif secara
mandiri
Pasien mengatakan
dahak mudah
dikeluarkan setelah
batuk efektif

Selasa, 24 Maret 1. Mengukur tanda-tanda


2020 vital
08.00 WIB RH/
TTV: S: 36,5̊C, N:
78x/mnt, RR: 18x/mnt,
TD: 120/80mmhg

10.00 WIB 2. Berkolaborasi dengan


dokter dalam pemberian
obat agen mukolitik:
Ambroxol
RH/
Pasien diberi Ambroxol
1x75 gr melalui oral
Sebelum diberikan obat,
sputum belum keluar
Setelah diberikan obat,
sputum keluar dengan
35 cc/hari
Pasien mengatakan
setelah diberi obat,
batuk berkurang

10.15 WIB 3. Memberikan pasien posisi


fowler/semi fowler
RH/
Pasien terlihat nyaman
Pasien mengatakan dapat
bernapas secara normal

Rabu, 25 Maret 1. Menganjurkan untuk


2020 banyak minum air hangat
14.00 WIB RH/
Pasien terlihat mengerti
apa yang dianjurkan
Pasien mengatakan akan
meminum air hangat
untuk membantu
pengenceran dahak

15.40 WIB 2. Mengajarkan batuk efektif


RH/
Saat berlatih batuk efektif
tidak terdapat sputum
yang keluar
Pasien mengatakan tidak
ada batuk
Pasien mengatakan tidak
terdapat sputum
Pasien mengatakan
bernapas secara normal

17.00 WIB 3. Mengauskultasi bunyi


napas
RH/
Suara napas pasien
vasikuler
RR: 17x/mnt
Pasien mengatakan dapat
bernapas secara normal
Hari, Tanggal Diagnosa Implementasi Tanda
Jam Keperawatan Tangan
Senin, 23 Maret Defisit nutrisi b.d 1. Mengevaluasi
2020 peningkatan pemasukan diet pasien
07.30 WIB kebutuhan RH/
metabolisme Pasien makan habis ½
porsi
Pasien mengatakan
masih belum nafsu
makan

09.30 WIB 2. Memberikan makan


sedikit tapi sering
RH/
Pasien memakan
camilan/ snack yang
diberikan
Pasien mengatakan
ketika bosan lebih
memilih makan snack

12.30 WIB 3. Menawarkan perawatan


mulut sebelum/sesudah
makan
RH/
Pasien menerima
tawaran untuk
melakukan perawatan
mulut/menggosok gigi
sesudah makan
Pasien mengatakan
mulutnya terasa segar

Selasa, 24 1. Mengevaluasi
Maret 2020 pemasukan diet pasien
08.00 WIB RH/
Porsi makan pasien habis
¾ porsi
Pasien mengatakan
sudah mulai nafsu makan

09.30 WIB 2. Memberikan keluarga/


orang terdekat daftar
makanan yang di izinkan
untuk pasien
RH/
Keluarga kooperatif
Keluarga mengatakan
akan memberikan
makanan sesuai dengan
yang diizinkan

12.00 WIB 3. Berkolaborasi dengan


ahli gizi dalam
memberikan diet TKTP
RH/
Pasien dapat menerima
makanan diet tinggi
kalori dan tinggi protein
Pasien mengatakan
menyukai menu diet

Rabu, 25 Maret 1. Mengevaluasi


2020 pemasukan diet pasien
14.00 WIB RH/
Porsi makan pasien habis
1 porsi
Pasien mengatakan nafsu
Makan meningkat
Pasien mengatakan mual
16.00 WIB tidak ada

2. Mengukur berat badan


pasien
RH/
BB : 45kg
TB : 155cm
IMT : 18,7
Pasien terlihat senang
17.00 WIB Pasien mengatakan
senang BB naik

3. Berkolaborasi dengan
ahli gizi dalam
memberikan diet TKTP
dan mengevaluasi hasil
laboratorium biokimia
RH/
Pasien dapat kooperatif
Pasien menyukai
makanan diet TKTP
Hasil Laboratorium:
Kalsium: 4,0
Kalium: 13,5
Natrium: 110
Klorida: 1,0

Hari, Tanggal Diagnosa Implementasi Tanda


Jam Keperawatan Tangan
Senin, 23 Maret Defisit Perawatan 1. Mengavaluasi
2020 Diri : Cuci kebersihan tubuh:
07.30 WIB Rambut b.d rambut
Kelemahan RH/
Rambut pasien terlihat
kusam
Pasien mengatakan
sangat ingin keramas
Pasien mengatakan
tidak nyaman

09.15 WIB 2. Menganjurkan


melakukan perawatan
diri secara konsisten
RH/
Pasien dapat mengerti
anjuran yang telah
diberikan
Pasien mengatakan akan
melakukan perawatan
diri dengan baik

09.00 3. Membantu pasien


untuk menyiapkan
alat-alat mencuci
rambut RH/
Pasien terlihat senang
ketika dibantu
Pasien mengatakan
senang dibantu
mempersiapkan
untuk keramas

09.15 WIB 4. Melakukan tindakan


mencuci rambut
pasien
RH/
Sebelum keramas
rambut pasien sangat
kusam.
Setelah keramas
rambut pasien terlihat
lebih bersih.
Pasien mengatakan
lebih segar setelah
keramas
Pasien mengatakan
tidak gatal setelah
keramas

5. Berkolaborasi dalam
motivasi pasien
untuk melakukan
perawatan diri
RH/ Pasien terlihat
mengerti untuk
melakukan
perawatan diri
Pasien mengatakan
akan selalu lakukan
perawatan diri
EVALUASI KEPERAWATAN
Hari, Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf
Jam Keperawatan
Rabu, 25 Maret Bersihan jalan S : Pasien mengatakan batuk sudah
2020 napas tidak efektif berkurang, Pasien mengatakan
17.00 b.d penumpukan tidak terdapat sputum
secret O : Pasien terlihat bernapas secara
normal, Suara napas vasikuler
RR : 17x/mnt
A : Bersihan jalan napas tidak
efektif teratasi
P : Intervensi dihentikan
- Auskultasi bunyi napas
- Ajarkan batuk efektif
- Anjurkan banyak minum
air hangat

ii.

Hari, Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


Jam Keperawatan
Rabu, 25 Maret Defisit nutrisi b.d S : Pasien mengatakan nafsu
2020 peningkatan makan meningkat, Pasien
17.00 metabolisme mengatakan senang BB naik
O : Makan habis 1 porsi BB 45kg,
TB 155cm, IMT 18,7, Pasien
terlihat tidak mual, Hasil
Laboratorium: Kalsium: 4,0,
Kalium: 13,5, Natrium: 110,
Klorida: 1,0
A : Defisit nutrisi teratasi
P : Intervensi dihentikan
- Evaluasi pemasukan diet
- Tawarkan perawatan mulut
sebelum/sesudah makan
- Ukur berat badan setiap hari
satu kali

i.

Hari, Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


Jam Keperawatan
Senin, 23 Maret Defisit Perawatan S : Pasien mengatakan rambut
2020 Diri: Cuci Rambut lebih segar, Pasien mengatakan
b.d Kelemahan rambut tidak gatal
11.00 WIB O : Pasien terlihat lebih segar,
Rambut pasien terbebas dari
Ketombe, Rambut pasien
tercium lebih wangi
A : Defisit perawatan diri: Cuci
rambut teratasi
P : Intervensi dihentikan
- Monitor kebersihan tubuh:
Rambut
- Lakukan tindakan mencuci
rambut

i.

64
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Studi Kasus


1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Dalam kata
lain Pengkajian adalah proses melakukan pemeriksaan atau penyelidikan yang
dilakukan oleh perawat untuk mempelajari keadaan pasien sebagai langkah
awal yang akan dijadikan dasar pengambilan keputusan (Rohmah& Walid,
2019). Pasien dengan masalah oksigenasi dapat disebabkan oleh beberapa hal
salah satunya adalah penyakit. Pasien pada kasus memiliki riwayat TB paru
sehingga ia meminum obat OAT. Pada pasien TB paru akan mengalami
gangguan oksigenasi karena sistem pernafasan dan organ paru-paru yang
bermasalah. Berdasarkan teori, data pengkajian pada pasien
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen yaitu ditandai adanya keletihan,
dispnea, batuk, mengi (wheezing), nyeri, dan infeksi pernapasan. Pengkajian
kasus yang kelompok kami dapat kan terkait dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigen pada Ny.M adalah yaitu pasien terdiagnosa Tuberculosis
Paru, pasien tersebut mengalami keluhan batuk berdahak mengeluarkan darah,
lemas, mual, dan muntah. Namun setelah Ny.M dikaji oleh mahasiswa diperoleh
data yaitu pasien mengatakan batuk- batuk mengeluarkan dahak berwarna putih
kental, kadang batuk mengeluarkan darah yang menandakan kerusakan
pembuluh darah yang berada di sekitar saluran pernapasan biasanya pada pasien
TBC. Darah yang keluar bersama dahak dalam jumlah besar atau hanya
berbentuk bercak-bercak. Lalu pasien merasa sesak 3 minggu yang lalu, badan
terasa lemas, mual, serta nafsu makan menurun. Ny.M mengatasi keluhan
tersebut dengan beristirahat dan berobat kerumah sakit terdekat. Ny.M pun juga
mengeluh belum mencuci rambut, dan mengatakan rambutnya gatal dan
berketombe.

65
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang bekaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Berdasarkan teori diagnose yang terkait dengan gangguan pemenuhan


kebutuhan oksigen yaitu: Bersihan jalan napas tidak efektif, Gangguan
pertukaran gas, Pola napas tidak efektif, Risiko Aspirasi. Sementara pada kasus
di atas kelompok mengambil 3 (tiga) diagnosa, yang pertama yaitu: Deficit
perawatan diri: cuci rambut berhubungan dengan kelemahan, data yang
diperoleh adalah pasien mengatakan rambutnya gatal dan berketombe , pasien
mengatakan selama dirumah sakit belum mencuci rambut, pasien mengatakan
lemas saat beraktivitas, aktivitas pasien juga dibantu dengan keluarga (makan,
mandi, bab, bak), rambut pasien terlihat kusam. Diagnosa kedua yaitu Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret, karena dari
data yang didapatkan yaitu pasien batuk mengeluarkan dahak berwarna putih
kental, batuk mengeluarkan darah dan sesak 3 minggu yang lalu, pasien terlihat
batuk-batuk, sputum pasien berwarna putih dengan konsistensi kental, suara
nafas terdengar ronchi. Diagnose ketiga yaitu defisit nutrisi berhubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh Karena setelah di kaji pasien mengatakan
badan terasa lemas, pasien mengatakan mual, pasien mengatakan nafsu makan
menurun, pasien terlihat lemas, konjungtiva anemis, sclera anikterik, turgor kulit
kurang elastic, bb sebelum sakit 47kg, bb setelah sakit 43,5kg, tb 155cm, imt
18,1, pasien mendapat diit TKTP.

66
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2016). Berdasarkan diagnose diatas
maka kelompok mengambil intervensi:

Pada Diagnosa pertama yaitu deficit perawatan diri: cuci rambut berhubungan
dengan kelemahan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan deficit perawatan diri:cuci rambut teratasi. Di dalam kasus saat dikaji
didapatkan hasil pasien mengatakan pasien mengatakan rambutnya gatal dan
berketombe , pasien mengatakan selama dirumah sakit belum mencuci rambut,
pasien mengatakan lemas saat beraktivitas, aktivitas pasien juga dibantu dengan
keluarga (makan, mandi, bab, bak), rambut pasien terlihat kusam. Maka intervensi
yang kelompok angkat yaitu evaluasi kebersihan tubuh: rambut dengan rasional
rambut sangat menentukan status kesehatan, bantu pasien menyiapkan alat-alat
mencuci rambut dengan rasional meningkatkan rasa keinginan untuk mencuci
rambut, lakukan tindakan mencuci rambut dengan rasional mencuci rambut dapat
menghilangkan ketombe dan rasa gatal, ajarkan pada keluarga cara mencuci
rambut pasien dengan rasional membantu dalam mempertahankan kesehatan
rambut pasien, anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan dengan rasional mempertahankan perawatan diri dan dapat melatih
hidup bersih.

Pada diagnose kedua yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan secret. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan bersihan jalan napas tidak efektif teratasi. Di dalam kasus pasien
mengatakan bahwa pasien batuk mengeluarkan dahak berwarna putih kental,
batuk mengeluarkan darah dan sesak 3 minggu yang lalu, pasien terlihat batuk-
batuk, sputum pasien berwarna putih dengan konsistensi kental, suara nafas
terdengar ronchi.
67
Maka intervensi yang kelompok angkat yaitu monitor tanda-tanda vital dengan
rasional mendeteksi adanya perubahan system tubuh, auskultasi bunyi nafas
dengan rasional menunjukan adanya suara napas tambahan, berikan posisi semi
fowler dengan rasional posisi dapat menggerakan sputum ke dalam jalan nafas
besar untuk dikeluarkan, ajarkan batuk efektif dengan rasional batuk efektif dapat
mengeluarkan sputum, anjurkan banyak minum air hangat dengan rasional
membantu pengenceran dahak/sputum, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat agen mukolitik dengan rasional agen mukolitik dapat menurunkan
kekentalan sputum untuk memudahkan pembersihan.

Diagnosa ketiga yaitu defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan


metabolisme tubuh. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi. Di
dalam kasus saat dikaji didapatkan hasil pasien mengatakan badan terasa lemas,
pasien mengatakan mual, pasien mengatakan nafsu makan menurun, pasien
terlihat lemas, konjungtiva anemis, sclera anikterik, turgor kulit kurang elastic, bb
sebelum sakit 47kg, bb setelah sakit 43,5kg, tb 155cm, imt 18,1, pasien mendapat
diit TKTP. Maka intervensi yang kelompok angkat yaitu evaluasi pemasukan diet
dengan rasional membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet,
berikan makan sedikit tapi sering dengan rasional meningkatkan nafsu makan
pasien, tawarkan perawatan mulut sebelum/sesudah makan dengn rasional
perawatan mulut menyejukkan dan membantu menyegarkan rasa mulut, ukur
berat badan dengan rasional menilai hasil peningkatan atau penurunan berat badan
dan mengetahui status gizi, kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
TKTP dengan rasional memenuhi kebutuhan energy danprotein untuk mencegah
dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.

68
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang
harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan
komunikasi yang efektif, menciptakan hubungan yang saling percaya,
kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan
kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).

Setelah menentukan intervensi masing-masing diagnose, intervensi yang


dilakukan hari pertama tanggal 23 maret 2020 pukul 07.30 WIB pada
diagnose deficit perawatan diri: cuci rambut berhubungan dengan kelemahan
dilakukan implementasi hari pertama yang diawali dengan mengevaluasi
kebersihan tubuh khususnya rambut, mengajarkan pada keluarga cara mencuci
rambut pasien, dan menganjurkan untuk melakukan perawatan diri secara
konsisten. Kemudian dilanjutkan tindakan membantu pasien untuk
menyiapkan alat –alat mencuci rambut, melakukan tindakan mencuci rambut
pasien, dan senantiasa berkolaborasi dalam motivasi pasien untuk melakukan
perawatan diri. Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam deficit perawatan diri:
cuci rambut berhubungan dengan kelemahan teratasi, ditandai dengan rambut
pasien tampak lebih bersih, pasien mengatakan lebih segar, rambut terbebas
dari ketombe dan rasa gatal.

Pada diagnosa kedua yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan sekret yaitu memonitor tanda-tanda vital yang dilakukan
untuk mendeteksi adanya perubahan pada system tubuh pasien, hasil dalam
pemeriksaan didapatkan suhu 36,2 C, nadi 80x/mnt, respirasi 17x/mnt, dan
tekanan darah 120/80 mmhg, kemudian tindakan kedua yaitu mengauskultasi
bunyi napas untuk menentukan adanya suara napas tambahan didapatkan
terdengar bunyi ronchi,

69
dan tindakan yang terakhir untuk hari pertama yaitu mengajarkan batuk efektif
untuk membantu pengeluaran sputum, dengan hasil pasien dapat
mengeluarkan sputumnya setelah batuk.

Lalu pada implementasi hari kedua diagnose bersihan jalan napas tidak efektif
yaitu berkolaborasi dengan dokter dalam pemberiabn obat agen
mukolitik yaitu ambroxol, pasien diberi ambroxol 1x75 gr melalui oral, setelah
diberikan obat sputum mudah dikeluarkan dan batuknya berkurang, kemudian
dilanjutkan untuk memberi pasien posisi semifowler/fowler agar pasien dapat
bernapas secara normal. Pada implementasi hari ketiga dengan diagnose
bersihan jalan napas tidak efektif yaitu menganjurkan pasien untuk meminum
air hangat karena dapat membantu pengenceran dahak/sputum dan
mengajarkan batuk efektif kembali. Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
teratasi, ditandai dengan tidak terdengar suara napas yang abnormal, tidak
terdapat sputum, tidak terdapat batuk, dan frekuensi pernapasan 12
20x/menit.

Pada diagnose defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme


tubuh dilakukan implementasi hari pertama dengan diawali mengevaluasi
pemasukan diet pasien, memberikan makan sedikit tapi sering, dan
menawarkan perawatan mulut sebelum/sesudah makan. Kemudian dilanjutkan
pada hari kedua yaitu diawali dengan mengevaluasi pemasukan diet pasien,
memberikan keluarga atau orang terdekat makanan yang diizinkan untuk
pasien, berkolaborasi dengan ahli gizi dalam memberikan diet TKTP. Pada
implementasi hari terakhir yaitu mengevaluasi pemasukan diet pasien kembali,
mengukur berat badan pasien, selalu berkolaborasi dengan ahli gizi dalam
memberikan diet TKTP. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh
teratasi, ditandai dengan nafsu makan pasien meningkat, berat badan ideal,
porsi makan habis 1 porsi, pasien tidak mual.
70
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan dalam proses keperawatan pada Tahap
evaluasi ini dilakukan kembali pengkajian ulang mengenai respon pasien terhadap
tindakan yang sudah diberikan oleh perawat.

Pada asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi, kelompok


membuat evaluasi dengan format SOAP yaitu Subjektif, Objektif, Analisa, dan
Planning. Dalam tahap ini perawatmembandingkan perubahan keadaan pasien
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dipersiapkan pada tahap intervensi. Kemudian
perawat menanyakan kembali segala sesuatu yang telah dijelaskan oleh perawat
untuk mengklarifikasi atau memastikan pemahaman pasien ataupun keluarga
terhadap pengetahuan yang telah diberikan. Pertanyaan dilakukan untuk
memastikan bahwa pasien dan keluarga benar benar memahami apa yang
disampaikan oleh perawat.

Dilihat dari hasil SOAP pada Ny.M dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
Oksigenasi dan dibandingkan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan, maka
dapat dikatakan masalah atau diagnose defisit perawatan diri: cuci rambut teratasi,
bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi, dan defisit nutrisi teratasi.

B. Keterbatasan Studi Kasus


Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan kebutuhan oksigen pada pasien
Tuberkulosis Paru terdapat beberapa keterbatasan yang terjadi, salah satunya adalah
pengalaman penulis yang masih kurang dalam melaksanakan asuhan keperawatan
kebutuhan oksigen pada pasien Tuberkulosis Paru, selanjutnya perawat bekerja
sama dengan keluarga, dokter, ahli gizi dalam pemberian asuhan keperawatan.

71
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Manusia mempunyai beberapa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi jika ingin
dalam keadaan sehat dan seimbang. Kebutuhan dasar manusia merupakan
unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan
keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Salah satu kebutuhan fisiologis
pada manusia adalah kebutuhan oksigenasi. oksigenasi merupakan kebutuhan
dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
untuk mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.
Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien
akan meninggal.

2. Asuhan Keperawatan dimulai dari proses pengkajian, diagnosa, intervensi,


implementasi, maupun evaluasi. Pengkajian adalah tahap awal dan dasar
dalam proses keperawatan. Data pengkajian yang didapatkan padalah pasien
mengalami keluhan batuk berdahak mengeluarkan darah, lemas, mual, dan
muntah. Namun setelah Ny.M dikaji oleh mahasiswa diperoleh data yaitu
pasien mengatakan batuk-batuk mengeluarkan dahak berwarna putih kental,
kadang batuk mengeluarkan darah, sesak 3 minggu yang lalu, badan terasa
lemas, mual, serta nafsu makan menurun. Diagnosa Keperawatan adalahsuatu
penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun
potensial(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Diagnosa yang dialami Ny.M
adalah bersihan jalan napas tidak efektif.

72
3. Intervensi Keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2016).Intervensi yang
direncanakan yaitu auskultasi bunyi napas, ajarkan batuk efektif, anjurkan
minum air hangat. Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikanrencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif, menciptakan hubungan yang saling
percaya,kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan
advokasi, dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008). Implementasi yang
dilakukan perawat yaitu dependen, independen, dan interdependent. Evaluasi
keperawatan merupakan tahapan dalam proses keperawatan pada
tahapevaluasi ini dilakukan kembali pengkajian ulang mengenai responpasien
terhadap tindakan yang sudah diberikan oleh perawat. Hasil dari evaluasi pada
Ny.M yaitu masalah bersihan jalan napas tidak efektif sudah teratasi dan
memenuhi kriteria hasil yang telah ditetapkan.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Sebaiknya sebelum melakukan asuhan keperawatan terhadap klien,
mahasiswa memahami konsep dasar terkait kasus yang akan ditangani
sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan lebih komprehensif dan
sesuai dengan teori. Mahasiswa dapat mempertahankan dan meningkatkan
akan pengetahuan terkait kode etik keperawatan, supaya kelak menjadi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kode etik
keperawatan yang berlaku.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Instalasi Pelayanan Kesehatan diharapkan mampu meningkatkan kinerja
perawat dan tenaga medis yang lain sesuai dengan Standar Operasional
73
Prosedur (SOP) sehingga mampu meningkatkan asuhan keperawatan yang
bertujuan untuk menurunkan angka kejadian penyakit terutama TB paru
dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

3. Bagi Keluarga
Bagi keluarga diharapkan mampu untuk mengenali penyakit yang diderita
klien yaitu TB paru agar tidak terjadi penularan terhadap orang lain. Dan
keluarga harus selalu memberi semangat dan motivasi pada klien untuk
menjaga kesehatannya, keluarga juga harus mengawasi dan mengingatkan
klien untuk selalu minum obat sesuai dengan yang dianjurkan dan jangan
sampai berhenti atau lupa minum obat.

74
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC.

Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan . Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

Kasiati & Rosmalawati, W.D. (2016). Kebutuhan dasar manusia I. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Kusnanto. (2016). Modul pembelajaran pemenuhan kebutuhan oksigen. Surabaya:


Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Mariyam, Rustina, R., dan Waluyanti, F.T. (2013). Aplikasi teori konservasi levine
pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi di ruang
perawatan anak. Jurnal Keperawatan Anak, Vol.1 (2), hal 104-112

Molenaar, R.E., Rampengan, J.J.V., dan Marunduh S.R. (2014). Forced expiratory
volume in one second (FEV-1) pada penduduk yang tinggal di dataran tinggi.
Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol. 2 (3)

Rahayu, S., & Harnanto, A.M. (2016). Kebutuhan dasar manusia II. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Rofi’I, M., Warsito, B.E., Santoso, A., dan Ulliya, S. (2019). Gambaran Intervensi
Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pasien Tuberkolosis Paru di Rumah Sakit.
Jurnal of Holistic Nursing and Health Science, Vol. 2(2) hal 1-9

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar diagnosis keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI

Zurimi, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenisasi dengan


Pemberian Teknik Batuk Efektif pada Pasien TB Paru. Jurnal Tunas-Tunas Riset
Kesehatan,. Vol.9 (3) hal 243-248. e-ISSN: 2548-5970

Anda mungkin juga menyukai