Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

“SISTEM RESPIRASI PADA LANSIA”

Dosen Pengampuh Mata Kuliah:


Ns. Eni Sutria, S.Kep., M.Kes
Ns. Aidah Fitriani, S.Kep., M.Kep

Di susun Oleh:
Kelompok 2

A.Nur.Muh Imran B 70300116026


Muthmainnah 70300118014
Eka Rahmatia 70300118024
Sri Widya Noviana 70300118025
Nurhalizah 70300118033

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb...
Alhamdulillahi Robbil ‘alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas
Limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, yang Maha Menciptakan, Menghidupkan dan
Mematiakan, yang Rahmat-Nya meliputi langit dan bumi, dunia dan akhirat dan kepada-
Nyalah semua akan kembali. Shalawat semoga tercurah keharibaan Rasulullah SAW atas
do’a, teladan, perjuangan, kesabaran, yang telah diajarkan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “SISTEM RESPIRASI PADA LANSIA”. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen.
Menyangkut proses pembelajaran untuk kedepannya penyusun sangat mengaharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dalam
penyusunan makalah ini, kami banyak menghadapi banyak hambatan, namun berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Oleh karena itu dengan hati yang tulus, ikhlas, kami mengucapkan banyak terima kasih
yang sebesar-besarnya seluruh anggota kelompok yang telah bersama-sama menyelesaikan
makalah ini.

Gowa, 30 Oktober 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3

BAB I PENDAULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 4


B. Tujuan ..................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Medis
1. Definisi Sistem Respirasi ................................................................................... 6
2. Perubahan respirasi yang terjadi pada lansia ..................................................... 6
3. Factor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi respirasi lansia ............... 8
4. Gangguan patologis yang terjadi pada respirasi lansia ...................................... 8
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan..................................................................................... 14
2. Diagnosa keperawatan ....................................................................................... 15
3. Intervensi keperawatan ...................................................................................... 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 20
B. Saran ....................................................................................................................... 20

INTEGRASI KEISLAMAN ............................................................................................. 21


DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Populasi lansia diprediksi terus meningkat, baik secara global, lingkup Asia,
maupun Indonesia. Dari tahun 2015 Indonesia sudah memasuki era penduduk menua
karena jumlah penduduk usia lebih dari 60 tahun ke atas melebihi angka tujuh persen
dan diprediksi akan meningkat melebihi wilayah Asia tainnya. Penduduk usia kurang
dari 15 tahun masih lebih besar dari penduduk usia Iebih dari 60 tahun saat ini, tetapi
pada tahun 2040 baik secara global, Asia maupun Indonesia akan terjadi kondisi
sebaliknya. Sementara berdasarkan jumlah penduduk lansia di Indonesia tahun 2017
23,69 juta jiwa (9,03%), tahun 2020 sebesar 27,08 juta, tahun 2025 33,69 juta, lalu
tahun 2030 sekitar 40, 95 juta dan diperkirakan pada tahun 2035 mencapai 48,19 juta
lansia. (Pranata, Fari, & Sukistini, 2021)
Berdasarkan aspek kesehatan, lansia akan mengalami proses penuaan yang
ditandai dengan penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan terhadap penyakit.
Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansia yakni penurunan sistem tubuh seperti
sistem saraf, perut, limpa, dan hati, penurunan kemampuan panca indera seperti
penglihatan, penglihatan, penciuman, dan perasa, serta penurunan kemampuan
motorik seperti kekuatan dan kecepatan. Berbagai penurunan ini berpengaruh
terhadap kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan terhadap status
kesehatannya. Data dari Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa penyakit yang banyak
terjadi pada lansia yaitu Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti hipertensi, artritis,
stroke, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). (Festi
W, 2018)
Masalah respirasi juga menjadi masalah kesehatan lansia. menghindari salah
satu faktor masalah respirasi karena dapat menurunkan kerja silia otot permapasan
sehingga terjadi gangguan rahasia menjadi menurun. Akibat dari terhentinya jalan
napas dan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi saluran pemapasan
seperti pneumonia. Pada pasien yang mengalami penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK) terjadi kesulitan dalam proses bemapas akibat adanya penurunan
pengembangan kapasitas paru. (Sunaryo, et al., 2015)

4
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi system respirasi
2. Untuk mengetahui perubahan apa saja yang terjadi pada system respirasi lansia
3. Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi fungsi system
respirasi lansia
4. Untuk mengetahui gangguan patologis yang sering terjafi pada system respirasi
lansia
5. Untuk mengetahui pengkajian respirasi pada lansia
6. Untuk mengetahui diagnosa apa saja yang muncul pada system respirasi lansia
7. Untuk mengetahui intervensi yang sesuai dengan masalah kesehatan lansia

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
System respirasi atau system pernapasan adalah system organ yang
digunakan sebagai pertukaran gas. System pernapasan pada umumnya
termasuk aliran yang digunakan sebagai membawa udara ke dalam paru-paru.
Pernapasan adalah proses pengambilan (menghirup) oksigen (O2) atau
zat asam ke dalam tubuh serta mengeluarkan karbondioksida (CO2) atau zat
asam arang dan uap air ke luar tubuh. Pernapasan pada manusia menggunakan
beberapa alat pernapasan yaitu : hidung, selanjutnya melalui tenggorokan
kemudian masuk ke paru-paru. Udara yang masuk melalui hidung disaring
menggunakan alat penyaring atau filter berupa rambut-rambut atau bulu-bulu
yang rerdapat di dalam hidung. Alat penyaring atau filter ini berfungsi
menyaring oksigen atau udara agar udara yang masuk tersebut benar-benar
bersih, sehingga tidak mengotori alat-alat pernapasan lain. (Khamim, 2019)

2. Perubahan yang terjadi pada system respirasi lansia


Proses menua memberikan pengaruh minimal terhadap fungsi
respirasi. Perubahan fungsi respirasi akibat proses menua terjadi secara
bertahap sehingga umumnya lansia dapat mengkompensasi perubahan yang
terjadi. Menurut (Dewi, Sofia Rhosma, 2014), Perubahan yang terjadi akibat
proses menua yaitu:
1) Cavum thorak Cavum thorak menjadi kaku seiring dengan proses
kalsifikasi kartilago Vertebrae thorakalis mengalami pemendekan, dan
osteoporosis menyebabkan postur bungkuk yang akan menurunkan
ekspansi paru dan membatasi pergerakan thorak
2) Otot bantu pernafasan Otot abdomen melemah sehingga meurunkan usaha
nafas baik inspirasi maupun ekspirasi
3) Perubahan intrapulmonal
 Daya recoil paru semakin bertambah seiring pertambahan usia
 Alveoli melar dan menjadi lebih tipis, dan walaupun jumlahnya
konstan, jumlah alveoli yang bekerja meningkat secara keseluruhan

6
 Peningkatan ketebalan membran alveoli - kapiler, menurunkan area
permukaan fungsional untuk terjadinya pertukaran gas.

Perubahan struktural pada sistem respirasi berpengaruh terhadap


jumlah aliran udara yang mengalir dari dan ke dalam paru, demikian pula
pertukaran gas di tingkat alveolar. Dengan adanya penurunan daya elastisitas
recoil, maka volume residu meningkat. Artinya pada dasar paru terjadi
respirasi minimal yang mengakibatkan peningkatan sisa udara dan sekresi
yang tertinggal di paru. Pola nafas lansia yang dalam, sekunder akibat
perubahan postur, berkontribusi terhadap penurunan aliran udara. Penurunan
kekuatan dada meningkatkan kemampuan untuk batuk efektif sehingga
meningkatkan risiko mengalami pneumonia. Pola nafas dalam juga
berpengaruh terhadap pertukaran gas. Saturasi oksigen menurun. Sebgai
contoh, tekanan parsial oksigen di alveoli (Pa02) sekitar 90 mmHg untuk
orang dewasa normal, namun Pa02 sebesar 75 mmHg untuk lansia berusia 70
tahun masih bisa diterima. Penurunan fungsi ini menyebabkan penurunan
toleransi saat beraktivitas dan menyebabkan lansia membutuhkan istirahat di
tengah - tengah aktivitas yang dilakukannya. (Dewi, Sofia Rhosma, 2014)

Menurut (Erni Setiyorini & Ning Anti Wulandari, 2018), Sistem


Respirasi Beberapa perubahan yang terjadi pada sistem respirasi pada lansia
antara lain:

1) Penurunan cairan tubuh akan menurunkan kemampuan hidung menjaga


kelembaban udara
2) Jumlah silia yang ada di hidung juga menurunan kemampuan untuk
menyaring partikel-partikel berkurang, sehingga banyak ditemukan lansia
mengalami penyakit asma bronkial.
3) Lansia mengalami penurunan elastisitas jaringan paru, sehingga pertukaran
gas meningkat disertai peningkatan akumulasi rahasia di lobus paru bagian
darah
4) Pengapuran rawan yang dialami lansia akan berdampak pada kekakuan
tulang rusuk dan penurunan kapasitas paru.

7
3. Factor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi system respirasi
lansia
Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang mengenai hampir
seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan atau organ
yang bersangkutan. Berikut factor-faktor yang mempengaruhi perubahan
system respirasi lansia :
1) Dinding dada : tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang-tulang rawan
mengalami osifikasi, terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut
epigastrik relative mengecil dan volume rongga dada mengecil.
2) Otot-otot pernafasan : mengalami kelemahan akibat atrofi.
3) Saluran nafas : akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis
bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cincin-cincin
tulang rawan bronkus mengalami perkapuran.
4) Struktur jaringan parenkrim paru : bronkiolus, duktus alveolaris dan
alveolus membesar secara progresif, terjadi emfisema senilis. Struktur
kolagen dan elastin dinding saluran nafas perifer kualitasnya mengurang
sehingga menyebabkan elastisitas jaringan parenkrim pam mengurang.
Penurunan elastisitas jaringan parenkrim paru pada usia lanjut dapat
karena menurunnya tegangan permukaan akibat pengurangan daerah
permukaan alveolus.

4. Gangguan patologis yang terjadi pada system respirasi lansia


Ada beberapa penyakit sistem respirasi yang sering terjadi pada lansia, yaitu
sebagai berikut
1. Patofisiologi Perubahan Struktur dan Fungsi Paru Terkait Usia
Usia memiliki pengaruh penting bagi fungsi paru. Bukti menunjukkan
bahwa penurunan fungsi paru terkait dengan penurunan drive napas neural
namun lebih berkaitan lagi dengan perubahan struktural pada sistem
pernapasan terkait usia. Perubahan struktur dan anatomis pada paru antara
lain: gangguan dan hilangnya serabut elastin, perubahan cross-linking
matriks (elastin dan kolagen), pengecilan diameter bronkiolus kecil,
pembesaran airspace terminal, penambahan jumlah pori-pori Kohn,

8
pengurangan total area permukaan alveolar, dan pengurangan jumlah
kapiler per alveolus. (Helmia Hasan, 2017)
Penuaan, tanpa adanya kelainan tambahan, tidak mengakibatkan
hipoksia atau pneumonia. Perubahan anatomi dan fungsional sistem
pernapasan yang berhubungan dengan usia berkontribusi terhadap
peningkatan frekuensi pneumonia, peningkatan kemungkinan hipoksia,
dan penurunan penyerapan oksigen maksimum pada individu yang berusia
tua. Paru mengalami sejumlah perubahan anatomi antara lain duktus
alveolar melebar karena hilangnya jaringan elastis sehingga luas
permukaan pertukaran gas menurun. Sekitar sepertiga dari luas permukaan
per volume jaringan paru berkurang selama hidup dan terjadi peningkatan
dead-space anatomis. Komposisi surfaktan juga berubah seiring usia dan
cairan alveolar memiliki kandungan protein proinflamasi yang lebih besar
dan mengurangi profil anti-inflamasi. (Helmia Hasan, 2017)
Matriks paru mengalami remodelling karena struktur dan turnover
elastin dari kolagen berubah disertai penurunan elastic recoil paru. Terjadi
peningkatan diameter penampang saluran pernapasan distal (duktus
alveolaris dan alveoli) bersamaan dengan berkurangnya luas permukaan
pertukaran gas alveolar dan penurunan jumlah kapiler per alveolus. Hal ini
disertai dengan penurunan pengikatan saluran udara kecil, yang mengarah
ke penurunan diameter mereka dan kecenderungan untuk menutup pada
volume paru berapa pun yang diberikan, yang mengarah pada penurunan
laju aliran ekspirasi dan gas trapping saat saluran udara menutup saat
ekspirasi, menyebabkan peningkatan volume residual dengan
mengorbankan kapasitas vital. (Helmia Hasan, 2017)
2. Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM)
Penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) adalah kondisi patologis
akibat terpajang pada iritan (misalnya asap rokok) dan tidak terbatas hanya
PPOM merupakan pada lansia. PPOM merupakan penyebab keempat
kematian pada lansia. PPOM ditandai oleh batuk dan nafas pendek. Paru-
paru mengalami hiperinflasi dan diafragma menjadi datar. Sehingga lansia
menggunakan otot abdomen dan otot intercostalis untuk bernafas.
Penggunaan obat bantu nafas membutuhkan energi lebih banyak
dibandingkan penggunaan diafragma.

9
Lansia dengan PPOM memiliki dada dengan bentuk barrel chest. Hal
ini terjadi karena adanya retensi volume udara di dalam paru-paru karena
rusaknya dinding alveoli. Bila ini terjadi, maka daerah fungsional paru
akan menjadi berkurang sehingga lansia akan memiliki postur kifosis.
Ketika lansia mengalami PPOM maka ia harus melakukan penyesuaian
dalam gaya hidup, kebiasaan dan pekerjaan. (Dewi, 2014)
3. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
PPOK sendiri biasanya menyerang usia di atas 50 tahun dan memiliki
angka kematian yang tinggi. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
merupakan suatu kelainan dengan ciri-ciri adanya keterbatasan aliran
udara yang tidak sepenuhnya reversible Pada klien PPOK paru-paru klien
tidak dapat mengembang sepenuhnya dikarenakan adanya sumbatan
dikarenakan sekret yang menumpuk pada paru-paru Saluran napas dan
paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen untuk
keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai
hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi
dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam
paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh
darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi.
Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan
pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran
udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat
gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan
obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas
vital paksa (VEP1/KVP). (Mengko, 2018)
4. Tuberculosis
Proses menua disertai penurunan fungsi organ menyebabkan individu
menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit infeksi, termasuk TB.
Lansia dengan infeksi TB merupakan populasi yang perlu mendapat
perhatian dari pemberi layanan kesehatan karena dampak dari TB dapat
menimbulkan permasalahan bagi lansia dan berpotensi menimbulkan
beban bagi keluarga dan masyarakat. Seseorang yang terdiagnosa TB,
terutama lansia, sering mendapatkan efek negatif dari terapi, hal ini

10
dikaitkan dengan beberapa faktor yang telah banyak diteliti, seperti
pengaruh umur dan adanya komorbid lainnya, imunosupresi, dan reaksi
efek samping obat. (RILANGI, 2020)
Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung
dari penderita penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian,
penularan penyakit tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara
penderita dan orang yang tertular (terinfeksi), misalnya berada di dalam
ruangan tidur atau ruang kerja yang sama. Penyebaran penyakit
tuberculosis sering tidak mengetahui bahwa ia menderita sakit
tuberculosis. Droplet yang mengandung basil tuberculosis yang dihasilkan
dari batuk dapat melayang di udara sehingga kurang lebih 1 - 2 jam
tergantung ada atau tidaknya sinar matahari serta kualitas ventilasi ruangan
dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat
bertahan sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Jika droplet terhirup
oleh orang lain yang sehat, maka droplet akan masuk ke system
pernapasan dan terdampar pada dinding system pernapasan. Droplet besar
akan terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan droplet
kecil akan masuk ke dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada predileksi
lokasi terdamparnya droplet kecil. Pada tempat terdamparnya, basil
tuberculosis akan membentuk suatu focus infeksi primer berupa tempat
pembiakan basil tuberculosis tersebut dan tubuh penderita akan
memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan menyebar
melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase yaitu akan
dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, sehingga berkurang
atau tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrophage. Karena
fungsi dari macrofage adalah membunuh kuman atau basil apabila
prosesini berhasil dan macrofage lebih banyak maka klien akan sembuh
dan daya tahan tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya
menurun pada saat itu maka kuman tersebut akan bersarang di dalam
jaringan paruparu dengan membentuk tuberkel (biji-biji kecil sebesar
kepala jarum). Tuberkel lama-kelamaan akan bertambah besar dan
bergabung menjadi satu dan lama-lama akan timbul perkejuan di tempat
tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis tersebut dikeluarkan saat

11
penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien
akan batuk darah (hemaptoe). (RILANGI, 2020)
5. Bronkitis
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang menyebabkan
inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang
bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan mambaik tanpa terapi
dalam 2 minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti
Rhinovirus, RSV, virus influenza, virus parainfluinza, Adenovirus, virus
rubeola, dan paramyxovirus dan bronkitis karena bakteri biasanya
dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia, Bordetella pertussis, atau
Corynebacterium diphtheriae. Usia lanjut merupakan salah satu faktor
yang meningkatkan kerentanan infeksi pada saluran nafas bawah, hal ini
dikaitkan dengan mekanisme pertahanan tubuh diantaranya gangguan
mukosilier, gangguan reflek, imunologi dan sistim kardiopulmonal
(Kuswarhidayat, 2019)
Obstruksi jalan nafas menyebabkan reduksi aliran udara yang beragam
bergantung pada penyakit. Pada bronkitis kronis dan brinkhiolis, terjadi
penumpakan lendir dan sekresi yang sangat banyak sehingga menyumbat
jalan nafas. Pada emfisema, obstruksi pada pertukaran oksigen dan karbon
dioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh
overekstensi ruang udara dalam paru. Pada asma, jalan nafas bronkial
menyempit dan membatasi jumlah udara yang mengalir ke dalam paru.
Protokol pengobatan tertentu digunakan dalam semua kelainan ini, meski
patofisiologi dan masing-masing kelainan ini membutuhkan pendekatan
spesifisik. (Kuswarhidayat, 2019)
Bronkitis dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan
interaksi genetik dengan lingkungan. Merokok, polusi udara dan paparan
di tempat kerja (terhadap batu bara, kapas, dan padi-padian) merupakan
faktor resiko penting yang menunjang terjadinya penyakit ini. Prosesnya
dapat terjadi dalam rentang lebih dari 20-30 tahun. Bronkitis juga
ditemukan terjadinya pada individu yang tidak mempunyai enzim yang
normal untuk mencegah penghancuran paru oleh enzim tertentu. Bronkitis
merupakan kelainan dengan kemajuan lambat yang membutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk menunjukkan awitan (onset) gejala klinisnya seperti

12
kerusakan fungsi paru. Bronkitis sering menjadi simptomatik selama
tahun-tahun usia baya, tetapi insidennya meningkat sejalan dengan
peningkatan usia. Meskipun aspek-aspek fungsi paru tertentu seperti
kapasitas vital (VC) dan volume eskpirasi paksa(FEV) menurun sejalan
dengan peningkatan usia. Bronkitis dapat memperburuk perubahan
fisiologi yang berkaitan dengan penuan dan mengakibatkan obstruksi jalan
nafas misalnya pada bronkitis serta kehilangan daya pengembangan
(elastisitas) paru misalnya pada emfisema. Oleh karena itu, terdapat
perubahan tambahan dalam rasio ventilasi perfusi pada klien lansia dengan
Bronkitis. (Kuswarhidayat, 2019)
6. Pneumonia
Pneumonia atau yang biasa dikenal dengan istilah paru-paru basah
adalah infeksi yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, antara lain
bakteri, virus, atau jamur. Infeksi ini menyebabkan peradangan pada
kantung udara (alveoli) di salah satu atau bahkan kedua paru-paru,
sehingga kantung udara dipenuhi cairan atau nanah. Pneumonia pada
lansia kerap kali terabaikan sebab biasanya gejala awal kondisi ini terlihat
ringan. Padahal, pneumonia pada lansia berpotensi menimbulkan
komplikasi yang serius, bahkan fatal, bila tidak segera ditangani. (kasrini
Safitri, 2021)
Penyakit pneumonia sering kali diderita sebagian besar kelompok usia
lanjut dan kelompok populasi dengan penyakit kronik, sebagai akibat dari
kerusakan sistem imunitas tubuh. Seiring dengan bertambahnya usia,
fungsi pulmoner pada sistem respirasi mengalami berbagai perubahan
anatomis yang berkontribusi pada berbagai perubahan fungsional.
Perubahan anatomis pada sistem pulmoner tersebut meliputi :
a) Penurunan diameter rata-rata dari bronkus dan bronkiolus
b) Penurunan diameter dari sakus alveolaris yang menyebabkan
terjadinya penyempitan
c) Penurunan jumlah serat elastik dan peningkatan jumlah kolagen
tipe III.

Berbagai perubahan anatomis ini kemudian menyebabkan berbagai


perubahan fungsional yang meliputi :

13
a) penurunan elastic recoil,
b) penurunan kapasitas difusi oksigen,
c) penyempitan jalan nafas yang menyebabkan terjebaknya udara di
dalam paru-paru,
d) penurunan tingkat aliran ekspirasi. Sedangkan perubahan spirometri
yang terjadi meliputi penurunan volume inspirasi, penurunan volume
ekspirasi, dan penurunan kapasitas vital paru. Sebagai tambahan,
bersihan mukosilier ikut menurun seiring dengan pertambahan usia.
Pada akhirnya, perubahan yang terjadi pada sistem respirasi usia lanjut
baik perubahan secara anatomis maupun fungsional, menyebabkan
meningkatnya kemungkinan masuknya mikroorganisme infeksius ke
dalam paru akibat ketidakmampuan paru untuk melakukan ekspirasi dan
membersihkan paru melalui sistem mukosilier secara sempurna. (kasrini
Safitri, 2021)

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian kebutuhan pemenuhan oksigen meliputi perawatan, pemeriksaan
fisik, serta pengumpulan data dari catatan dan laporan. (Senja & Prasetyo,
2019)
a) Riwayat perawatan yang sesuai dengan pemenuhan oksigenasi untuk
mengetahui riwayat perawatan yang sesua, tanyakan beberapa pertanyaan
berikut.
1) Masalah pernapasan, seperti wheezing dan napas pendek, kapan
aktivitas klien dapat menyebabkan tanda-tanda masalah pernapasan
muncul?
2) Riwayat penyakit pernapasan, apa klien mempunya asma, batuk
disertai sesak, bronchitis/pneumonia, batuk produktif/tidak produktif?
Bila produktif, tanyakan kapan sputum ada, bagaimana jumlah, warna,
kekentalan, dan bau?
3) Gaya hidup, apa klien merokok? Bila ya, berapa banyaknya, dan
adakah anggota keluarga yang merokok?
4) Masalah cardio pulmonal, apakah klien mempunyai masalah cardio
atau sirkulasi darah?

14
5) Nyeri, apakah klien mempunya rasa nyeri yang berhubungan dengan
pernapasan dan aktivitas? Bagaimana klien menggambarkan? Kapan
terakhir terjadi, apa didahului dengan aktivitas, apa pengaruh nyeri
pada pernapasan?
6) Factor risiko, apa ada factor risiko yang mengganggu oksigenasi?
7) Riwayat pengobatan, apa klien memakai obat untuk jantung, tekanan
darah, dan pernapasan; berapa dosis, waktu pemberian, pengaruh pada
klien, dan efek sampingnya?
8) Stressor, apa ada stressor pada hidup klien?
9) Status kesehatan, apa tanggapan klien dengan status kesehatannya?
10) Kekuatan, apa klien selalu kuat setiap waktu, apa pandangan klien
tentang kesehatannya, apa mengikuti pemberian terapi?
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan empat teknik, yaitu inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi. Bagian yang dilihat dalam pemeriksaan sebagai
berikut.
1) Respirasi : jumlah, kedalaman, irama, dan kualitas
2) Postur : posisi juga penting untuk menilai pernapasan
3) Bentuk toraks : kesimetrisan, ada tidaknya kelainan bentuk toraks
4) Paru : bunyi dan suara napas, dikaji pula penyimpangan
diafragma
5) Jantung : ada pengahalang aliran darah fan pengiriman oksigen
ke jaringan
2. Diagnosa
Menurut (PPNI, 2017) diagnosis keperawatan sistem pernapasan pada lansia
yang dapat diambil
1) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b/d Sekresi yang Tertahan
2) Ganggguan Pertukaran Gas b/d Perubahan Membran Alveolus-Kapiler
3) Gangguan Ventilasi Spontan b/d Kelelahan Otot Pernapasan
4) Pola Nafas Tidak Efektif b/d Penurunan Energi
5) Deficit Pengetahuan Tentang PPOM b/d Kurang informasi, salah menegrti
tentang informasi, kurang mengingat / keterbatasan kognitif
6) Intoleransi Aktifitas b/d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen

15
3. Intervensi
1) Bersihan jalan napas tidak efektif
Intervensi : Manajemen jalan napas
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas
Tindakan :
Observasi
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi napas tambahan
- Monitor sputum

Terapeutik

- Posisikan semi fowler atau fowler


- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi


- Ajarkan teknik batuk efektif
2) Gangguan pertukaran gas
Intervensi : Pemantauan respirasi
Definisi : mengumpulkan dan menganalisis data untuk memastikann
kepatenan jalan napas dan keefektifan pertukaran gas
Tindakan :
Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Monitor pola napas
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nila AGD

16
Terapeutik

- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien


- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3) Gangguan ventilasi spontan
Intervensi : Dukungan ventilasi
Definisi : Memfasilitasi dalam mempertahankan pernapasan spontan untuk
memaksimalkan pertukaran gas di par-paru
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
- Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernapasan
- Monitor status respirasi dan oksigenasi

Terapeutik

- Pertahankan kepatenan jalan napas


- Berikan posisi semi fowler atau fowler
- Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan

Edukasi

- Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam


- Ajarkan teknik batuk efektif
4) Pola napas tidak efektif
a. Intervensi : Manajemen jalan napas
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas
Tindakan :
Observasi
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi napas tambahan

17
- Monitor sputum

Terapeutik

- Posisikan semi fowler atau fowler


- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi


- Ajarkan teknik batuk efektif

b. Intervensi : Manajemen energy


Definisi : mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energy untuk
mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses
pemulihan
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Edukasi
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
5) Deficit pengetahuan
Intervensi : Edukasi kesehatan
Definisi : mengajarkan pengelolaan factor risiko penyakit dan perilaku
hidup bersih dan sehat

18
Tindakan ;
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik

- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


- Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

- Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
6) Intoleransi aktivitas
Intervensi : Manajemen energy
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energy untuk
mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses
pemulihan
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif

Edukasi

- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap


- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan


makanan

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
System respirasi atau system pernapasan adalah system organ yang digunakan sebagai
pertukaran gas. System pernapasan pada umumnya termasuk aliran yang digunakan
sebagai membawa udara ke dalam paru-paru.
Sistem Respirasi Beberapa perubahan yang terjadi pada sistem respirasi pada lansia
antara lain: Penurunan cairan tubuh, Jumlah silia yang ada di hidung juga menurunan,
Lansia mengalami penurunan elastisitas jaringan paru, Pengapuran rawan yang
dialami lansia akan berdampak pada kekakuan tulang rusuk dan penurunan kapasitas
paru. Adapun penyakit bisa terjadi saat berusia lanjut yaitu PPOM, PPOK, bronchitis,
pneumonia, dan TBC. Sehingga dalam keperawatan dapat memunculkan masalah
seperti manajemen jalan napas tidak efektif, pola napas tidak efektif, dan gangguan
pertukaran gas.
B. Saran
Kami sebagai penulis atau penyusun makalah ini menyadari jika makalah ini, masih
banyak memiliki kekurangan sehingga masih belum dikatakan sempurna. Tentunya,
kami akan memperbaiki makalh ini dengan mengacu pada sumber yang bisa
dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah diatas.

20
INTEGRASI KEISLAMAN

Proses penuaan memberikan dampak penurunan bagi fungsi-fungsi sistem


tubuh lansia sehingga sistem tubuh mengalami perubahan dan masalah kesehatan.
Kekuatan otot dan sistem tubuh akan mulai mengalami perubahan kondisi seiring
bertambahnya usia seseorang. Semakin tua umur seseorang kondisinya akan semakin
lemah baik dari segi fisik, bio, psikis maupun spiritual.

QS. Ar-Rum Ayat 54

ُ ‫شا ٓ ُء ۖ َوه َُو ْٱلعَلِي ُم ْٱلقَد‬


‫ِير‬ َ َ‫ش ْيبَةً ۚ يَ ْخلُ ُق َما ي‬ َ ٍ‫ضعْفٍ قُ هوةً ث ُ هم َجعَ َل مِ ۢن بَ ْع ِد قُ هوة‬
َ ‫ض ْعفًا َو‬ َ ‫ٱَّللُ ٱلهذِى َخلَقَ ُكم ِمن‬
َ ‫ضعْفٍ ث ُ هم َجعَ َل مِ ۢن بَ ْع ِد‬ ‫ه‬

Artinya:

"Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan
apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa"

Ayat ini emenjelaskan bahwa manusia itu saat masih bayi berada dalam
kondisi lemah, bahkan sebelum itu mereka dalam ketiadaan. Allah-lah yang
menciptakan kamu dari keadaan lemah, yakni pada masa bayi. Kemudian Dia
menjadikan kamu setelah keadaan lemah itu menjadi kuat dan berdaya, yakni pada
masa dewasa, sehingga kamu dapat melakukan banyak hal, kemudian Dia menjadikan
kamu setelah kuat dan berdaya itu lemah kembali dan beruban, yakni masa tua. Masa
dimana seseorang akan mengalami berbagai penurunan sistem dan fungsi tubuh
seperti, sistem saraf, sistem pencernaan, pendengaran pernfasan, perasa dan sistem
tubuh laiinya. Kekuasaan Allah yang akan akan menciptakan kekuatan ataupun
kelemahan pada setia manusia yang dikehendakinya. Dan Dia Maha Mengetahui atas
segala pengaturan ciptaan-Nya, Mahakuasa atas segala sesuatu yang Dia kehendaki,
termasuk membangkitkanmu kembali dari kematian.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.

Erni Setiyorini & Ning Anti Wulandari. (2018). Asuhan keperawatan lanjut usia dengan
penyakit degeneratif. Malang: Media Nusa Creative.

Festi W, P. (2018). Lanjut Usia Perspektif dan Masalah. Surabaya: UM Surabaya Publishing.

Helmia Hasan, R. A. (2017). Perubahan Fungsi Paru Pada Usia Tua. JURNAL RESPIRASI
(JR).

kasrini Safitri, N. N. (2021). Peranan Multivitamin Pada Pasien Geriatri Dengan Pneumonia.
Wal'afiat Hospital Journal, 63-74.

Khamim. (2019). Alat-Alat Pernapasan. Jawa Tengah: ALPRIN.

Kuswarhidayat, M. A. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny F DENGAN


DIAGNOSA MEDIS BRONKITIS DI RUANG MELATI RSUD BANGIL
PASURUAN. Karya Tulis Ilmiah.

Mengko, C. Y. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF


KRONIS(PPOK ) PADA PASIEN Tn. “T” DI RUANG BOUGENVIL RUMAH
SAKIT dr. SOEDJONO MAGELANG. Karya Tulis Ilmiah.

Pranata, L., Fari, A. I., & Sukistini, A. S. (2021). Keperawatan Gerontik "Pengelolaan &
Penatalaksanaan Lansia Gangguan Insomnia. Sumatera Barat: CV Insan Cendekia
Mandiri.

RILANGI, A. R. (2020). TESIS FAKTOR RISIKO TUBERKULOSIS PARU PADA


PASIEN LANJUT USIA DI RUMAH SAKIT I LAGALIGO KABUPATEN LUWU
TIMUR TAHUN 2020. TESIS.

Senja, A., & Prasetyo, T. (2019). Perawatan Lansia Oleh Keluarga dan Care Giver. Jakarta:
Bumi Medika.

Sunaryo, Wijayanti, R., Kuhu, M. M., Sumerdi, T., Widayanti, E. D., Sukrillah, U. A., et al.
(2015). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV Andi Offset.

22
23

Anda mungkin juga menyukai