Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAFASAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu:

Yosep Purnairawan, S.Kep.,Ners

Disusun Oleh: Kelompok 4

Anggita Julianty 32722001D20008

Dendi Ferdiansyah 32722001D20020

Helma Fortuna 32722001D20038

M. Wildan 32722001D20056

Noca Meisanty 32722001D20068

Sahla Nadia Sari 32722001D20090

Sonia 32722001D20106

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah
memberikan karunianya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan” disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik. Selawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita
rasakan pada saat sekarang ini. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam penyusunan makalah
ini terutama kepada dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik yaitu Bapak Yosep
Purnairawan, S.Kep.,Ners

Didalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak sekali


kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari rekan-
rekan semua sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi
mahasiswa/i Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi. Atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Sukabumi, 17 Oktober 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
2.1 Definisi Sistem Pernafasan.....................................................................5
2.2 Perubahan Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan Pada Usia Lanjut. 6
2.3 Faktor-faktor yang Memperburuk Fungsi Paru..................................8
2.4 Konsekwensi Perubahan Sistem Respirasi pada Lansia...................10
2.5 Patogenesis Penyakit Paru Pada Usia Lanjut.....................................11
2.6 Aspek Klinik..........................................................................................13
BAB III..................................................................................................................19
KASUS & ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................19
3.1. Pengkajian...............................................................................................19
3.2. Analisa Data............................................................................................24
3.4. Intervensi Keperawatan...........................................................................26
3.5. Implementasi dan Evaluasi......................................................................27
BAB IV...................................................................................................................iii
PENUTUP..........................................................................................................iii
3.6. Kesimpulan.........................................................................................iii
3.7. Saran.......................................................................................................iii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita ketahui bahwa setiap manusia akan mengalami proses pertumbuhan tubuh dan
perkembangan kognitif, mulai dari usia di dalam rahim ibu sampai mencapai usia lanjut
atau kita sebut sebagai lansia. Dari awal kehidupan, manusia sudah memiliki sistem imun
dalam tubuhnya sebagai daya tahan tubuh untuk menjaga tubuh dari serangan dan ancaman
penyakit namun belum terbentuk dengan sempurna. Seiring bertambahnya usia menginjak
usia masa kanak-kanak, remaja, kemudian dewasa, sistem pertahanan tubuh manusia
semakin kuat dan sempurna. Akan tetapi menginjak usia lanjut/ lansia, daya tahan tubuh
akan kembali melemah, karena lansia itu sendiri merupakan tahap lanjut dari suatu
kehidupan yang ditandai dengan adanya penurunan fungsi atau kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres atau pengaruh lingkungan.
Dengan pertambahan usia, ditambah dengan adanya faktor-faktor lingkungan yang
lain, terjadilah perubahan anatomik-fisiologik tubuh. Pada tingkat awal perubahan itu
mungkin merupakan homeostasis normal, kemudian bisa timbul homeostasis abnormal
atau reaksi adaptasi yang paling akhir terjadi kematian sel. Salah satu organ tubuh yang
mengalami perubahan anatomik-fisiologik akibat bertambahnya usia manusia adalah
sistem pernapasan.
Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat timbul pula
penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-prnyakit yang diderita
kelompok usia lanjut merupakan : (1) kelanjutan penyakit yang diderita sejak umur muda;
(2) akibat gejala sisa penyakit yang pernah diderita sebelumnya; (3) penyakit akibat
kebiasaan- kebiasaan tertentu di masa lalu (misalnya kebiasaan merokok, minum alkohol
dan sebagainya); dan (4) penyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut.
Penyakit-penyakit paru yang diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti pola penyebab
atau kejadian tersebut (Martono. 1999).
Pada kesempatan ini akan diuraikan mengenai gangguan sistem respirasi pada usia
lanjut, meliputi aspek anatomik-fisiologik, aspek epidemiologik, serta aspek klinik, dan
terapi modalitas yang akan diberikan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang
kelompok buat adalah:
1. Bagaimana konsep dasar proses penuaan?
2. Apa saja perubahan fisiologis pada proses penuaan?
3. Bagaimana perubahan anatomi dan fisiologis sistem respiratori pada lansia?
4. Apa saja masalah pada perubahan sistem respiratori pada lansia?
5. Bagaimana gambaran PPOM pada lansia?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem pernapasan pada
PPOM?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah diharapkan agar mahasiswa dapat menjelaskan
dan melakukan tentang:
1. Mengetahui konsep dasar proses penuaan.
2. Mengetahui Apa saja perubahan fisiologis pada proses penuaan.
3. Mengetahui Bagaimana perubahan anatomi dan fisiologis sistem respiratori pada
lansia.
4. Untuk mengetahui Apa saja masalah pada perubahan sistem respiratori pada lansia.
5. Untuk mengetahui gambaran PPOM pada lansia.
6. Untuk membuat asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem pernapasan
pada PPOM.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Pernafasan


Sistem pernafasan atau disebut juga sistem respirasi yang berarti
“bernapas lagi”. Mempunyai peran atau fungsi menyediakan oksigen (O 2)
serta mengeluarkan karbondioksida (CO2) dari tubuh. O2 merupakan
sumber tenaga bagi tubuh yang harus dipasok terus-menerus, sedangkan
CO2 merupakan bahan toksik yang harus segera dikeluarkan dari tubuh.
Bila tertumpuk di dalam darah akan menurunkan PH sehingga
menimbulkan keadaan asidosis yang dapat mengganggu fungsi tubuh
bahkan dapat menyebabkan kematian (Hood Al sagaff dan Abdul Mukty,
2010).
Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang
mengenai hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi
sel, jaringan atau organ yang bersangkutan. Berikut yang mengalami
perubahan :
1. Dinding dada : tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang-tulang
rawan mengalami osifikasi, terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada.
Sudut epigastrik relative mengecil dan volume rongga dada mengecil.
2. Otot-otot pernafasan : mengalami kelemahan akibat atrofi.
3. Saluran nafas : akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis
bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cincin-
cincin tulang rawan bronkus mengalami perkapuran.
4. Struktur jaringan parenkrim paru : bronkiolus, duktus alveolaris dan
alveolus membesar secara progresif, terjadi emfisema senilis. Struktur
kolagen dan elastin dinding saluran nafas perifer kualitasnya
mengurang sehingga menyebabkan elastisitas jaringan parenkrim pam
mengurang. Penurunan elastisitas jaringan parenkrim paru pada usia
lanjut dapat karena menurunnya tegangan permukaan akibat
pengurangan daerah permukaan alveolus.

2.2 Perubahan Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan Pada Usia Lanjut


Pada orang orang sehat, peruhahan anatomik fisiologik tersebut
merupakan bagian dari proses menua, Usia Ianjut bukanlah merupakan
penyakit, tetapi merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang
ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi
terhadap stres atau pengaruh lingkungan. Proses menua melandasi
berbagai kondisi yang terjadi pada usia lanjut (Martono. 1999).
Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh
adalah disebabkan oleh proses menua dan bukan disebabkan oleh peayakit
yang menyertai proses menua, ada 4 kriteria yang harus dipenuhi :
1. Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifat
universal, artinya umum terjadi pada setiap orang.
2. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti perubahan
fungsi sel dan jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di
dalam sel dan bukan oleh faktor luar.
3. Proses menua terjadi secant progresif, berkelanjutan, berangsur
Iambat dan tidak dapat berbalik lagi.
4. Proses menua bersifat proses kemunduran/kerusakan (injury).
a. Perubahan anatomi sistem pernafasan
Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang
mengenai hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan
fungsi tel, jaringan atau organ yang bersangkutan. Yang mengalami
perubahan adalah :
1) Dinding dada : tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang -
tulang rawan mengalami osifikasi, terjadi perubahan bentuk dan
ukuran dada. Sudut epigastrik relatif mengecil dan volume rongga
dada mengecil.
2) Otot-otot pernafasan : mengalami kelemahan akibat atrofi.
3) Saluran nafas : akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan
elastis bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus
mengecil. Cincin-cincin tulang rawan bronkus mengalami
perkapuran.
4) Struktur jaringan parenkim paru : bronkiolus, duktus alveolaris
dan alveolus membesar secara progresip, terjadi emfisema senilis.
Struktur kolagen dan elastin dinding saluran nafas perifer
kualitasnya mengurang sehingga menyebabkan elastisitas jaringan
parenkim pam mengurang. Penurunan elastisitas jaringan
parenkim paru pada usia lanjut dapat karena menurunnya tegangan
perrnukaan akibat pengurangan daerah permukaan alveolus.

b. Perubahan-perubahan fisiologis sistem pernafasan


Perubahan fisiologis (fungsi) pada sistem pernafasan yang terjadi
antara lain :
1) Gerak pernafasan: adanya perubahan hentuk, ukuran dada,
maupun volume rongga dada akan merubah mekanika pernafasan,
amplitudo pernafasan menjadi dangkal, timbul keluhan sesak
nafas. Kelemahan otot pernafasan menimbulkan penurunan
kekuatan gerak nafas, lebihIebih apabila terdapat deformitas
rangka dada akibat penuaan.
2) Distribusi gas. Perubahan struktur anatomik saluran nafas akan
menimbulkan penumpukan Warn dalam alveolus (air trapping)
ataupun gangguan pendistribusian udara nafas dalam cabang-
cabang bronkus.
3) Volume dan kapasitas paru menurun. Hal ini disebabkan karena
beberapa faktor:
(1) kelemahan otot nafas,
(2) elastisitas jaringan parenkim parts menurun,
(3) resintensi saluran nafas (menurun sedikit). Secara umum
dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi
paru.
4) Gangguan transport gas
Pada usia lanjut terjadi penurunan Pa02 secara bertahap, yang
penyebabnya terutama disebabkan (adanya ketidakseimbangan
ventilasi - perfusi (Mangunegoro, 1992). Selain itu diketahui
bahwa pengambilan 02 oleh darah dari alveoli (difusi) dan
transport 02 ke jaringan-jaringan berkurang, terutama terjadi pada
saat melakukan olah raga. Penurunan pengambilan 02 maksimal
disebabkan antara lain karena : (1) berbagai perubahan pada
jaringan paru yang menghambat difusi gas, dan (2) karena
berkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnya curah jantung.
5) Gangguan perubahan ventilasi pain. Pada usia lanjut terjadi
gangguan pengaturan ventilasi paru, akibat adanya penurunan
kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral ataupun
pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata dan pons terhadap
rangsangan berupa penurunan Pa02, peninggian PaCO2,
perubahan pH darah arteri dan sebagainya.

2.3 Faktor-faktor yang Memperburuk Fungsi Paru


Selain penurunan fungsi paru akibat proses penuaan, terdapat
beberapa faktor yang dapat memperburuk fungsi paru (Silverman dan
Speizer, 1996; Tim Pneumonia Indonesia, 1994). Faktor-faktor yang
memperburuk fungsi paru antara lain:
1. Faktor merokok
Merokok akan memperburuk fungsi paru, yaitu terjadi penyempitan
saluran napas. Pada tingkat awal, saluran napas akan mengalami
obstruksi dan terjadi penurunan nilai VEP1 yang besarnya tergantung
pada beratnya penyakit paru tadi. Pada tingkat lanjut dapat terjadi
obstruksi yang irreversibel, timbul penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK).
2. Obesitas
Kelebihan berat badan dapat memperburuk fungsi paru seseorang.
Pada obesitas, biasanya terjadi penimbunan lemak pada leher, dada,
dan dinding perut, akan dapat mengganggu compliance dinding dada,
berakibat penurunan volume paru atau terjadi keterbatasan gerakan
pernapasan (restriksi) dan timbul gangguan fungsi paru tipe restriktif.
3. Imobilitas
Imobilitas akan menimbulkan kekakuan atau keterbatasan gerak saat
otot-otot berkontraksi, sehingga kapasitas vital paksa atau volume paru
akan “relatif” berkurang. Imobilitas karena kelelahan otot-otot
pernapasan pada usia lanjut dapat memperburuk fungsi paru (ventilasi
paru). Faktor-faktor lain yang menimbulkan imobilitas (paru),
misalnya efusi pleura, pneumotoraks, tumor paru dan sebagainya.
Perbaikan fungsi paru dapat dilakukan dengan menjalankan olah raga
secara intensif.
4. Operasi
Tidak semua operasi (pembedahan) mempengaruhi faal paru. Dari
pengalaman para ahli diketahui bahwa yang pasti memberikan
pengaruh faal paru adalah : (1) pembedahan toraks (jantung dan paru);
(2) pembedahan abdomen bagian atas; dan (3) anestesi atau jenis obat
anestesi tertentu. Perubahan fungsi paru yang timbul, meliputi
perubahan proses ventilasi, distribusi gas, difusi gas serta perfusi darah
kapiler paru. Adanya perubahan patofisiologik paru pasca bedah
mudah menimbulkan komplikasi paru: atelektasis, infeksi atau sepsis
dan sejenisnya mudah terjadi kematian karena timbulnya gagal napas.
5. Infeksi paru
Infeksi paru terutama yang berulang akan memperjelek fungsi paru.
2.4 Konsekwensi Perubahan Sistem Respirasi pada Lansia

Perubahan Konsekwensi

Perubahan degeneratif Snoring, mouth breathing,


mempengaruhi struktur hidung dan menurunkan efisiensi batuk dan
saluran napas atas refleks muntah, persepsi hidung
tersumbat

Peningkatan diameter Meningkatnya penggunaan pada


anteroposterior, kekakuan dinding otot tambahan, meningkatnya
dada, kelemahan otot dan diafragma energi yang dikeluarkan untuk
efisiensi pernapasan

Pembesaran pada alveoli, penipisan Berkurangnya efisiensi pada


pada dinding-dinding alveoli, pertukaran gas, menurunnya
berkurangnya jumlah kapilaris tekanan oksigen arterial (PaO2)

Menurunnya elastik recoil dan Perubahan dalam volume paru,


penutupan saluran napas dini sedikit penurunan dalam efisiensi
keseluruhan

Faktor tambahan yang mempengaruhi kemampuan pada usia lanjut


untuk melawan infeksi pernapasan, diantaranya adalah; kelemahan,
dispagia, penyakit serius, dan berkurangnya status fungsional (Fragoso dan
Gill, 2012). Miskinnya perawatan mulut dalam pasien hospitalisasi dan
dalam jangka panjang dalam beberapa kondisi dapat meningkatkan resiko
pneumonia (Tada dan Miura, 2012).
2.5 Patogenesis Penyakit Paru Pada Usia Lanjut
Mekanisme timbulnya penyakit yang menyertai usia lanjut dapat
dijelaskan atau dapat dikaitkan dengan perubahan-perubahan yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan-perubahan tersebut adalah :
1. Perubahan anatomik-fisiologik
Dengan adanya perubahan anatomik-fisiologik sistem pernapasan
ditambah adanya faktor-faktor lainnya dapat memudahkan timbulnya
beberapa macam penyakit paru: bronkitis kronis, emfisema paru,
PPOK, TB paru, kanker paru dan sebagainya
2. Perubahan daya tahan tubuh
Pada usia lanjut terjadi penurunan daya tahan tubuh, antara lain karena
melemahnya fungsi limfosit B dan T, sehingga penderita rentan
terhadap kuman-kuman patogen, virus, protozoa, bakteri atau jamur.
3. Perubahan metabolik tubuh
Pada orang usia lanjut sering terjadi perubahan metabolik tubuh, dan
paru dapat ikut mengalami perubahan. Penyebab tersering adalah
penyakit-penyakit yang bersifat sistemik: diabetes mellitus, uremi,
artitis rematoid dan sebagainya. Faktor usia peranannya tidak jelas,
tetapi lamanya menderita penyakit sistemik mempunyai andil untuk
timbulnya kelainan paru tadi.
4. Perubahan respon terhadap obat
Pada orang usia lanjut, bisa terjadi bahwa pada penggunaan obat-obat
tertentu akan memberikan respons atau perubahan pada paru dan
saluran napas, yang mungkin perubahan-perubahan tadi tidak terjadi
pada usia muda. Contoh yaitu penyakit paru akibat idiosinkrasi
terhadap obat yang sedang digunakan dalam pengobatan penyakit yang
sedang dideritanya, yang mana proses tadi jarang terjadi pada usia
muda.
5. Perubahan degeneratif
Perubahan degeneratif merupakan perubahan yang tidak dapat
dielakkan terjadi pada individu-individu yang mengalami proses
penuaan. Penyakit paru yang timbul akibat proses (perubahan)
degeneratif tadi, misalnya terjadinya bronkitis kronis, empisema paru,
penyakit paru obstruktif menahun, karsinoma paru yang terjadi pada
usia lanjut dan sebagainya.
6. Perubahan atau kejadian lainnya
Ada pengaruh-pengaruh lain yang terjadi sebelum atau selama usia
lanjut yang dapat mempengaruhi dirinya sehingga dapat memudahkan
timbulnya penyakit paru tertentu pada usia lanjut, misalnya:
a. Kebiasaan merokok di masa lalu dan sekarang
Merokok yang berlangsung lama dapat menimbulkan perubahan-
perubahan struktur pada saluran napas, juga dapat menurunkan
fungsi sistem pertahanan tubuh yang diperankan oleh paru dan
saluran napas, sehingga memudahkan timbulnya infeksi pada paru
dan saluran napas. Merokok selain dapat memberikan perubahan-
perubahan pada saluran napas, dapat pula memudahkan timbulnya
keganasan paru, PPOK, bronkitis kronis dan sebagainya.
b. Pengaruh atau akibat kekurangan gizi
Pada usia lanjut telah diketahui terjadi penurunan daya tahan
tubuh, terutama respons imun seluler. Ini merupakan konsekuensi
lanjut atas terjadinya involusi kelenjar timus pada usia lanjut.
Proses involusi kelenjar timus menyebabkan jumlah hormon timus
yang beredar dalam peredaran darah menurun, berakibat proses
pemasakan limfosit T berkurang dan limfosit T yang beredar dalam
peredaran darah juga berkurang. Imunitas humoral pada usia lanjut
juga terdapat perubahan yang berarti, bahkan terdapat peninggian
kada autoantibodi. IgA dan IgG terdapat peningkatan, sedangkan
IgM mengalami penurunan.
2.6 Aspek Klinik
Ada beberapa penyakit paru yang menyertai orang usia lanjut,
dianataranya penyakit paru obstruktif (PPOM).

A. Definisi Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM)


PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi
paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh
adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami
perubahan dalam masa observasi beberapa waktu. PPOM adalah
klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis,
bronkiektasis, emfisema dan asma.
Menurut Stein (1998), asma adalah obstruksi akut pada bronkus
yang disebabkanoleh penyempitan yang intermitten pada saluran napas
di banyak tingkat mengakibatkanterhalangnya aliran udara, sedangkan
menurut Surya (1990), asma adalah obstruksi jalannapas generalisata
yang bervariasi dalam hal spontanitas atau responnya terhadap
pengobatan.
Asma adalah penyakit obstruksi jalan napas yang dapat pulih dan
intermitten yangditandai oleh penyempitan jalan napas, mengakibatkan
dispnea, batuk dan mengi(Baughman, 2000).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan asma
adalah penyakitinflamasi obstruksi yang ditandai oleh episodik spasme
otot polos dalam dinding saluranudara bronchial (spasme bronkus).
Spasme bronkus ini menyempitkan jalan napassehingga membuat
pernapasan menjadi sulit (dispnea), menimbulkan bunyi mengi dan
batuk.

B. Klasifikasi
Ada 2 bentuk asma : asma bronkhial menurut Subuea (2005),
yaitu:
1. Asma esktrinsik, mulai pada usia muda, sering pada anak kecil
Gejala awal berupa ekzema/hay fever (bersin-bersin dengan
ingus yang encer) hayfever dan eksema dapat timbul pada
penderita yang berdasarkan sifat imunologik, peka terhadap
alergen yaitu bahan yang terdapat dalam udara. Keadaan ini
disebutatopi. Alergen yang telah lama dikenal ialah tepung sari dari
bunga, rumput-rumputan, pohon, bulu kucing atau debu rumah.

2. Asma bronkhial intrinsik


Asma ini timbul pada usia yang lebih lanjut, hampir
sepanjang hidup penderita ini tidak kita temukan suatu faktor alergi
yang menjadi penyebabnya tetapiditemukan kepekaan yang
berlebihan dari bronkus terhadap sejumlah stimulus yangnon
alergi, misal : infeksi virus/bakteri dari bronkus, kadang-kadang
kegiatan jasmani, kadang-kadang karena menghirup udara dingin.

C. Etiologi
Menurut Surya (1990) dalam buku Manual Ilmu Penyakit Paru,
penyebab asmayaitu:
1) Faktor Predisposisi
i. Atopi: Gejala seperti rinitis musiman (hay fever) atau eksema
maupun secara imunologis (berupa tes prick kulit yang positif
terhadap satu atau lebih alergen, atau peningkatan kadar IgE
serum.
ii. Riwayat keluarga: Suatu riwayat keluarga asma seringkali
diperoleh pada anamnesis.
2) Faktor Presipitasi
a) Latihan: Asma, terutama pada remaja, seringkali dicetuskan oleh
latihan.
b) Suhu udara: Inhalasi udara kering dan dingin seringkali
mencetuskan asma dan beberapa pasien mungkin mengalami
mengi pada perubahan udara dingin menjadi panas.
c) Musim, mempengaruhi asma melalui efeknya pada suhu udara,
melalui terjadinya
d) infeksi saluran napas atas atau melalui alergen "air borne"
musiman
e) Alergi: Alergen domestol yang paling umum menyebabkan
asma adalah bulu binatangdan debu rumah, tetapi itu mungkin
tidak mungkin diketahui atau dibuktikanhubungannya. Musiman
terdiri dari serbuk sari pohon (musim semi), serbuk sarik rumput
(musim panas) lumut (musim gugur) dan banyak yang lainnya
f) Pekerjaan.
g) Makanan dan minuman
h) Bahan pengawet (sulfur dioksida dalam minuman dan beberapa
makanankalengan), bahan pewarna (terutama tartrazine dalam
makanan dan minuman) ataucampuran (seperti rezin dan bahan
lain dalam anggur).
i) g. Emosi: Emosi mungkin berperan dalam mencetuskan
serangan asma pada orang yangsudah diketahui menderita asma.
j) h. Obat-obatan: Obat-obatan beta blocker akan memperburuk
asma yang sudah ada, analgetik (terutama tetapi tak selalu
aspirin) mungkin mencetuskan asma terutama pada pasien yang
lebih tua yang juga mempunyai polip hidung
k) Infeksi saluran napas atas Merupakan pencetus yang umum
untuk kambuhnya asma (Surya, 1990).
D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya penyempitan saluran nafas pada asma
disebabkan oleh adanya proses:
a. Kontraksi otot polos bronkus (bronkospasme)
b. Adanya hiperreaktifitas bronkus
c. Proses peradangan (inflamasi) saluran napas
E. Manifestasi Klinis
Menurut Baughman (2002) adalah:
1) Gejala umum seperti batuk, dispnea dan Mengi (Samekto, 2002)
2) Serangan asma
a. Seringkali terjadi pada malam hari
b. Mulai secara mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada
c. Kemudian pernapasan lambat, laborius, mengi
d. Ekspirasi lebih kuat dan lama dari inspirasi
e. Obstruksi jalan napas membuat sensasi dispnea
f. Batuk sulit dan kering pada awalnya, diikuti dengan batuk
yang lebih kuat dengan sputum yang berbeda dari lendir encer.
g. Total serangan dapat berlangsung 30 menit sampai beberapa
jam dan dapat menghilang secara spontan
3) Tanda-tanda lanjut
a. Sianosis sekunder akibat, hipoksia berat
b. Gejala-gejala retensi karbon inonoksida (seperti berkeringat,
takikardia dan desakan nadi melebar)
c. Reaksi yang berhubungan
d. Eksem
e. Urtikaria
f. Edema angioneurotik
F. .Pemeriksaan Penunjang
Menurur Samekto (2002) dan Suryo (1990) adalah:
1) Foto ronsen data Biasanya normal pada saat diantara serangan
asma kecuali pada asma yang berat dan lama (ketika terjadi
inflamasi berlebihan dan penebalan dinding dada) atau jika tak
terjadi komplikasi, seperti aspergilosis bronkhopulmonal.
2) Pemeriksaan laboratorium
 Darah : cosinofilia (5-15% total leukosit)
 Sputum : eosinofilis, spiral crushman, kristal charcot leyden –
Tes kulit dengan alergen
 Pengukuran kadar IgE serum
3) Pemeriksaan Radiologi
a. Normal atau hiperinflasi
b. -Penting untuk mengetahui adanya komplikasi :
pneumothorak, pneumonia, atelektasit, pneumomediastinum,
dan lain-lain
4) Tes provokasi bronkus
a. Untuk menunjukkan adanya hiperreaktifitas bronkus :
b. Provokasi beban kerja: Provokasi dengan hiperventilasi
isokaonik udara dingin Provokasi inhalasi dengan bahan:
Spesifik : alergen tertentu
Non spesifik : histamin, metakilin, prostaglandin F2 alfa
5) Anlisa gas darah
Pemeriksaan ini atas indikasi untuk menentukan derajat
beratnya asma atau gagal nafas.
6) Pemeriksaan EKG
Untuk menentukan seberapa jauh pengaruh serangan asma
terhadap jantung.
G. Penatalaksanaan
Menurut Baughman (2000) adalah:
1) Terapi obat
 Agonis beta
 Metilsantin
 Antikolinergik
 Kortikosteroid
 Inhibitor sel mast
2) Penatalaksanaan asma tergantung atas beratnya serangan,
berdasarkan anjuran WHO penatalaksanaan asma secara global
(GINA : Global Initiative for Asthma) sebagai berikut :
Menurut Samekto (2000)
Tujuan umum terapi asma adalah :
a. Pertahankan aktifitas normal, pekerjaan sehari-hari
b. Pertahankan faal paru mendekati normal
c. Cegah gejala kronik dan eksaserbasi
d. Hindari efek samping obat-obatan asma
3) Pencegahan
Menurut Baughman (2000) adalah :
a. Evaluasi dan identifikasi protein asing yang mencetuskan
serangan
b. Lakukan uji kulit terhadap bahan dan matras dan bantal jika
serangan terjadi padamalam hari
c. Lakukan uji kulit yang dibuat dengan senyawaan kerokan
antigen dari rambut atau kulit jika serangan tampak berkaitan
dengan binatang
d. Hindari pemajanan terhadap bercak serbuk yang
membahayakan, misal : tinggal dalam ruangan ber-AC selama
musim serbuk atau jika memungkinkan ubah zona iklim
e. Cegah asma yang diakibatkan oleh latihan (EIA) dengan
melakukan inspirasi udara pada 37oC dan kelembaban relatif
100%
f. Tutup hidung dan mulut dengan masker untuk aktivitas yang
menyebabkan serangan
BAB III

KASUS & ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERNAFASAN (ASMA BRONKHIAL)

3.1. Pengkajian
1. Identitas Pasien

Nama : Ny. N

Umur : 67 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Janda

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Alamat : Ciandam, Sukabumi

Tanggal Masuk/Jam : 18 Oktober 2022/ 07. 30 WIB

Tanggal Pengkajian/Jam : 18 Oktober 2022/ 08. 20 WIB

No. RM : 012xxxx

Diagnosa Medis : Asma Bronkial

2. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. S

Usia : 42 Tahun

Jenis kelamin : Laki – laki

Status : Kawin

Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Ciandam, Sukabumi

Hubungan dengan pasien : Anak

3. Riwayat Penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang ( Keluhan utama )

Ny. N mengatakan sesak napas

b. Keluhan yang menyertai

Ny. N mengatakan batuk dan pilek

c. Riwayat penyakit dahulu

Ny.N mengatakan mempunyai riwayat penyakit asma kurang lebih


3 tahun

d. Riwayat penyakit keluarga

Ny. N mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang diderita


dari keluarga.

e. Faktor pencetus

Ny N mengatakan sesak terjadi apabila kedinginan

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum :

1) Kesadaran : Composmentis

2) GCS :15

3) TTV :

TD : 120/80mmHg

Nadi : 100x/menit

Suhu : 36,0’C
Respirasi : 28x/menit

b. Kulit

1) Inspeksi :Tidak pucat, tidak sianosis, tidak ada lesi

2) Palpasi :Turgor kulit kurang baik

c. Kepala :

1) Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan

2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

d. Mata :

1) Inspeksi : Pergerakan bola mata simetris, Reeflek pupil


normal, Konjungtivita anemis, Kornea bening

2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

e. Hidung

1) Inspeksi : Bentuk simetris, ada pernapasan cuping, terpasang


oksigen

2) Palpasi : Tidak nyeri tekan

f. Mulut

1) Inspeksi : Mukosa bibir kering, Pucat, gigi dan lidah bersih

2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

g. Telinga

1) Inspeksi : Bentuk daun telinga simetris, bersih, tidak ada


secret

2) palpasi : Tidak ada nyeri tekan

3) Perkusi : Pendengaran normal

h. Leher
1) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid

2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

i. Jantung

1) Inspeksi : Dada simetris

2) Palpasi : Pergerakan napas simetris

3) Keluhan nyeri dada : Tidak ada

j. Paru-paru

1) Inspeksi : Bentuk dada simetris

2) Palpasi : Pregerakan napas simetris

3) Auskultasi : Irama napas tidak teratur dan cepat, terdengar


suara napas tambahan (ronchi)

4) Keluhan : Sesak

k. Punggung

Inspeksi : Bentuk punggung simteris, tidak ada lesi

l. Abdomen

1) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran hepar dan


limfe

2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

3) Auskultasi : Bising usus 14x/menit

m. Eksteremitas

Inspeksi : Eksteremitas atas dan bawah Tidak ada kelainan

n. Neurologi :

Kesadaran : Composmentiis 2)
GCS : 4 – 5 – 6 = 15

5. Psikososial

Kklien tidak tahan akan sesak nya dan merasa tidak diperhatikan oleh
keluarga nya terutama anak. An. S mengatakan Ny. N mampu
melakukan sendiri, sesekali meminta bantuan. Karena menurutnya,
apabila tidak melakukan kegiatan dirinya merasa sakit.

6. Sosial Ekonomi

Sumber keuangan Ny. N bersumber dari anak pertamanya yaitu An. S.


Ny. N sering melakukan kegiatan seperti biasa sehingga ia sering
merasa letih. Ny. N tinggal bersama anaknya dan ia menganggap
lingkungannya sangat baik. Klien mengisi waktu luang dengan dengan
membereskan rumah dan juga klien tinggal bersama anaknya. Ny. N
jarang bertemu dengan orang lain diluar rumahnya dan klien dapat
melakukan hoby nya dengan fasilitas yang ada dirumah.

7. Psikologis

Dalam menyikapi proses penuaan Ny. N merasa dirinya sudah tidak


mampu membantu banyak anak-anaknya dan ia merasa bahwa dirinya
hanya merepotkan anak-anaknya. Klien mengetahui bahwa dirinya
mempunyai penyakit asma, klien merasa dirinya dibutuhkan, klien
merasa optimis penyakit nya akan sembuh dan klien mau minum obat
untuk mengatasi sesak nafasnya.

8. Identifikasi Masalah Emosi

Klien mengatakan tidur nyenyak, tidak sering gelisah. Klien


mengatakan senang menyendiri di rumah dan sering khawatir jika
penyakit nya kambuh dan penyakit yang dideritanya tersebut sudah 3
tahun.

9. Spiritual
Klien mengatakan melakukan ibadah setiap hari nya, dan terus berdoa
agar penyakitnya disembuhkan.

10. Pemeriksaan Laboratorium

HB : 13,25 g/dl

Leukosit : 12.900 jul

11. Terapi

a. Nebuleizer dosis : 1 amp combivent : 2 ml Nacl 2 kali perhari

b. Ambroksol tablet dosis : 3 kali 1 tablet perhari

c. Cetrisin Tablet dosis : 3 kali 1 tablet perhari

d. Oksigen dosis : 5 Liter permenit

3.2. Analisa Data

Data Masalah Keperawatan

Data Subjektif: Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

 Ny. N mengatakan sesak napas


dan batuk berdahak

 Ny N mengatakan ketika batuk


sulit untuk mengeluarkan dahak

 Ny, N mengatakan serangan


asma terjadi jika ia merasa
kedinginan, atau terkena
paparan debu.

 Ny. N mengatakan sesak sering


terjadi tiba-tiba dan terjadi di
malam hari

 Ny. N Mengatakan ketika


serangan terjadi gejala lain yang
timbul yaitu pilek, mual dan
batuk

Data Objektif:

 Klien tampak sesak.

 Terdapat bunyi suara napas


tambahan (ronchi)

 Frekuensi pernapasan 28
x/menit.

 Irama napas cepat, batuk


berdahak dengan konsistensi
kental dan berwarna kuning.

 TTV :

TD : 120/80 mmHg

Respirasi : 28x/ menit.

Nadi : 100x /menit

Suhu : 36.0C

3.3. Diagnosa Keperawatan

Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif ( Domain 11.Keamanan/Perlindungan, kelas.


Cedera Fisik, Kode 00031 Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan obstruksi jalan nafas
3.4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
Tujuan ( NOC ) Intervensi ( NIC )

1. Bersihan Jalan Nafas tidak Respiratory status : Airway Airway management


Efektif ( Domain patency
1. Posisikan pasien untuk
11.Keamanan/Perlindungan,
Setelah dilakukan asuhan memaksimalkan ventilasi
kelas. Cedera Fisik, Kode
keperawatan selama 3 x 24
00031 Bersihkan jalan nafas 2. Auskultasi suara nafas,catat
jam diharapkan lender dapat
tidak efektif berhubungan adanya suara nafas tambahan
keluar dan sesak nafas
dengan obstruksi jalan nafas 3. Anjurkan pasien minum air
berkurang dengan indicator :
hangat
1. Menunjukan jalan nafas
paten ( klien tidak terasa 4. Lakukan fisioterapi dada
tercekik,irama nafas,frekuensi dengan menggunakan Teknik
pernafasan dalam rentang postural draineage
normal,tidak suara nafas
abnormal
3.5. Implementasi dan Evaluasi

Hari/tanggal/
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf
waktu

Bersihan Jalan Nafas tidak Jum’at, 21 1. Memposisikan pasien semi fowler Subjektif :
Efektif ( Domain Oktober 2022 atau fowler untuk memaksimalkan
 Ny N mengatakan masih
11.Keamanan/Perlindungan, ventilasi Hasil : Ny. N merasa lebih
09.30 merasa Sesak
kelas. Cedera Fisik, Kode nyaman dengan posisi semi fowler,
00031 Bersihkan jalan nafas respirasi 24x/menit  Ny N mengatakan masih batuk
tidak efektif berhubungan dan sulit untuk mengeluarkan
2. Memeriksa auskultasi suara nafas
dengan obstruksi jalan nafas dahak
Hasil : terdengar bunyi nafas tambahan
Objektif :
(ronchi)
 Keadaan umum : Lemah
09.40 3. Memberikan minum air hangat
 Ny. N nampak sesak
Hasil : dahak yang kental menjadi
encer, sehingga mudahkan keluarnya  Ny. N nampak batuk
secret dari jalan nafas  Pernapasan cepat

10.00 4. Melakukan visioterapi dada dengan  Terdapat bunyi suara napas


teknik postural drainege tambahan (ronchi)
10.15
Hasil : Ny. N diajurkan tarik nafas  TTV :
dalam (tiup melalui hidung keluarkan
TD : 120/80 mmHg
melalui mulut) Sebanyak 3 kali
kemudian pada nafas ketiga tahan Respirasi : 24 kali permenit
selama 10 detik dan batukan dengan
Nadi : 90 kali permenit
kuat menggunakan otot abnormal
sebanyak dua kali Suhu : 36,5ºC

Assesment :

Masalah Ny N belum teratasi

Planning:

Intervensi dilanjutkan
BAB IV

PENUTUP

3.6.Kesimpulan
Pada usia lanjut terjadi penularan analomi - fisiologi paru dan
saluran nafas, antara lain berupa pengurangan elastic recoil paru;
kecepatan arus ekspirasi, tekanan oksigen acted serta respons pusat reflek
pernafasan terhadap rangsangan oksigen arteri atau hiperkapnia. Hal-hal
tersebut berpengaruh pada mekanisme perthanan tubuh terhadap
timbulnya penyakit paru.
Penyakit paru yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah
infeksi saluran nafas akut bagian bawah PPOM. Berhagai cara dapat
dilakukan untuk pencegahan terhadap timbulnya infeksi pernafasan akut
bagian bawah, PPOM. Untuk mencegab melanjunya penurunan fungsi
paru, antara lain dapat diatasi dengan melakukan olah raga atau latihan
fisik yang teratur, selain meningkatkan taraf kesehatan usia lanjut. Laju
penurunan fungsi paru dapat diketahui dengan pemeriksaan faal paru
secara berkala.

3.7. Saran
Sebagai salah satu tim kesehatan di bidang keperawatan, tentunya kita
harus mengenal bagaimana kemampuan dan fungsi tubuh pada usia lanjut/
lansia, agar dapat menegakkan asuhan keprawatan secara tepat dan
sempurna sebagai salah satu cara untuk mensejahterakan kehidupan lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi . Jakarta, t.thn.

Doengoes, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. (diakses 2022).

Price, Syna, A and Wilson, Lorraine M. Patofisiologi, Konsep KLinis proses-


proses penyakit, edisi ke-4. 1999.

Siregar, Abidinsyah. Perubahan dan Gangguan Pernapasan Pada Lansia.


Oktober 2018. https://www.golansia.com/perubahan-dan-gangguan-
sistem-pernafasan-pada-lansia-204/ (diakses Oktober 2022).

Anda mungkin juga menyukai