Dosen Pengampu:
M. Wildan 32722001D20056
Sonia 32722001D20106
2022
i
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah
memberikan karunianya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan” disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik. Selawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita
rasakan pada saat sekarang ini. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam penyusunan makalah
ini terutama kepada dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik yaitu Bapak Yosep
Purnairawan, S.Kep.,Ners
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
2.1 Definisi Sistem Pernafasan.....................................................................5
2.2 Perubahan Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan Pada Usia Lanjut. 6
2.3 Faktor-faktor yang Memperburuk Fungsi Paru..................................8
2.4 Konsekwensi Perubahan Sistem Respirasi pada Lansia...................10
2.5 Patogenesis Penyakit Paru Pada Usia Lanjut.....................................11
2.6 Aspek Klinik..........................................................................................13
BAB III..................................................................................................................19
KASUS & ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................19
3.1. Pengkajian...............................................................................................19
3.2. Analisa Data............................................................................................24
3.4. Intervensi Keperawatan...........................................................................26
3.5. Implementasi dan Evaluasi......................................................................27
BAB IV...................................................................................................................iii
PENUTUP..........................................................................................................iii
3.6. Kesimpulan.........................................................................................iii
3.7. Saran.......................................................................................................iii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Perubahan Konsekwensi
B. Klasifikasi
Ada 2 bentuk asma : asma bronkhial menurut Subuea (2005),
yaitu:
1. Asma esktrinsik, mulai pada usia muda, sering pada anak kecil
Gejala awal berupa ekzema/hay fever (bersin-bersin dengan
ingus yang encer) hayfever dan eksema dapat timbul pada
penderita yang berdasarkan sifat imunologik, peka terhadap
alergen yaitu bahan yang terdapat dalam udara. Keadaan ini
disebutatopi. Alergen yang telah lama dikenal ialah tepung sari dari
bunga, rumput-rumputan, pohon, bulu kucing atau debu rumah.
C. Etiologi
Menurut Surya (1990) dalam buku Manual Ilmu Penyakit Paru,
penyebab asmayaitu:
1) Faktor Predisposisi
i. Atopi: Gejala seperti rinitis musiman (hay fever) atau eksema
maupun secara imunologis (berupa tes prick kulit yang positif
terhadap satu atau lebih alergen, atau peningkatan kadar IgE
serum.
ii. Riwayat keluarga: Suatu riwayat keluarga asma seringkali
diperoleh pada anamnesis.
2) Faktor Presipitasi
a) Latihan: Asma, terutama pada remaja, seringkali dicetuskan oleh
latihan.
b) Suhu udara: Inhalasi udara kering dan dingin seringkali
mencetuskan asma dan beberapa pasien mungkin mengalami
mengi pada perubahan udara dingin menjadi panas.
c) Musim, mempengaruhi asma melalui efeknya pada suhu udara,
melalui terjadinya
d) infeksi saluran napas atas atau melalui alergen "air borne"
musiman
e) Alergi: Alergen domestol yang paling umum menyebabkan
asma adalah bulu binatangdan debu rumah, tetapi itu mungkin
tidak mungkin diketahui atau dibuktikanhubungannya. Musiman
terdiri dari serbuk sari pohon (musim semi), serbuk sarik rumput
(musim panas) lumut (musim gugur) dan banyak yang lainnya
f) Pekerjaan.
g) Makanan dan minuman
h) Bahan pengawet (sulfur dioksida dalam minuman dan beberapa
makanankalengan), bahan pewarna (terutama tartrazine dalam
makanan dan minuman) ataucampuran (seperti rezin dan bahan
lain dalam anggur).
i) g. Emosi: Emosi mungkin berperan dalam mencetuskan
serangan asma pada orang yangsudah diketahui menderita asma.
j) h. Obat-obatan: Obat-obatan beta blocker akan memperburuk
asma yang sudah ada, analgetik (terutama tetapi tak selalu
aspirin) mungkin mencetuskan asma terutama pada pasien yang
lebih tua yang juga mempunyai polip hidung
k) Infeksi saluran napas atas Merupakan pencetus yang umum
untuk kambuhnya asma (Surya, 1990).
D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya penyempitan saluran nafas pada asma
disebabkan oleh adanya proses:
a. Kontraksi otot polos bronkus (bronkospasme)
b. Adanya hiperreaktifitas bronkus
c. Proses peradangan (inflamasi) saluran napas
E. Manifestasi Klinis
Menurut Baughman (2002) adalah:
1) Gejala umum seperti batuk, dispnea dan Mengi (Samekto, 2002)
2) Serangan asma
a. Seringkali terjadi pada malam hari
b. Mulai secara mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada
c. Kemudian pernapasan lambat, laborius, mengi
d. Ekspirasi lebih kuat dan lama dari inspirasi
e. Obstruksi jalan napas membuat sensasi dispnea
f. Batuk sulit dan kering pada awalnya, diikuti dengan batuk
yang lebih kuat dengan sputum yang berbeda dari lendir encer.
g. Total serangan dapat berlangsung 30 menit sampai beberapa
jam dan dapat menghilang secara spontan
3) Tanda-tanda lanjut
a. Sianosis sekunder akibat, hipoksia berat
b. Gejala-gejala retensi karbon inonoksida (seperti berkeringat,
takikardia dan desakan nadi melebar)
c. Reaksi yang berhubungan
d. Eksem
e. Urtikaria
f. Edema angioneurotik
F. .Pemeriksaan Penunjang
Menurur Samekto (2002) dan Suryo (1990) adalah:
1) Foto ronsen data Biasanya normal pada saat diantara serangan
asma kecuali pada asma yang berat dan lama (ketika terjadi
inflamasi berlebihan dan penebalan dinding dada) atau jika tak
terjadi komplikasi, seperti aspergilosis bronkhopulmonal.
2) Pemeriksaan laboratorium
Darah : cosinofilia (5-15% total leukosit)
Sputum : eosinofilis, spiral crushman, kristal charcot leyden –
Tes kulit dengan alergen
Pengukuran kadar IgE serum
3) Pemeriksaan Radiologi
a. Normal atau hiperinflasi
b. -Penting untuk mengetahui adanya komplikasi :
pneumothorak, pneumonia, atelektasit, pneumomediastinum,
dan lain-lain
4) Tes provokasi bronkus
a. Untuk menunjukkan adanya hiperreaktifitas bronkus :
b. Provokasi beban kerja: Provokasi dengan hiperventilasi
isokaonik udara dingin Provokasi inhalasi dengan bahan:
Spesifik : alergen tertentu
Non spesifik : histamin, metakilin, prostaglandin F2 alfa
5) Anlisa gas darah
Pemeriksaan ini atas indikasi untuk menentukan derajat
beratnya asma atau gagal nafas.
6) Pemeriksaan EKG
Untuk menentukan seberapa jauh pengaruh serangan asma
terhadap jantung.
G. Penatalaksanaan
Menurut Baughman (2000) adalah:
1) Terapi obat
Agonis beta
Metilsantin
Antikolinergik
Kortikosteroid
Inhibitor sel mast
2) Penatalaksanaan asma tergantung atas beratnya serangan,
berdasarkan anjuran WHO penatalaksanaan asma secara global
(GINA : Global Initiative for Asthma) sebagai berikut :
Menurut Samekto (2000)
Tujuan umum terapi asma adalah :
a. Pertahankan aktifitas normal, pekerjaan sehari-hari
b. Pertahankan faal paru mendekati normal
c. Cegah gejala kronik dan eksaserbasi
d. Hindari efek samping obat-obatan asma
3) Pencegahan
Menurut Baughman (2000) adalah :
a. Evaluasi dan identifikasi protein asing yang mencetuskan
serangan
b. Lakukan uji kulit terhadap bahan dan matras dan bantal jika
serangan terjadi padamalam hari
c. Lakukan uji kulit yang dibuat dengan senyawaan kerokan
antigen dari rambut atau kulit jika serangan tampak berkaitan
dengan binatang
d. Hindari pemajanan terhadap bercak serbuk yang
membahayakan, misal : tinggal dalam ruangan ber-AC selama
musim serbuk atau jika memungkinkan ubah zona iklim
e. Cegah asma yang diakibatkan oleh latihan (EIA) dengan
melakukan inspirasi udara pada 37oC dan kelembaban relatif
100%
f. Tutup hidung dan mulut dengan masker untuk aktivitas yang
menyebabkan serangan
BAB III
3.1. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 67 Tahun
Status : Janda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
No. RM : 012xxxx
Nama : Tn. S
Usia : 42 Tahun
Status : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
3. Riwayat Penyakit
e. Faktor pencetus
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum :
1) Kesadaran : Composmentis
2) GCS :15
3) TTV :
TD : 120/80mmHg
Nadi : 100x/menit
Suhu : 36,0’C
Respirasi : 28x/menit
b. Kulit
c. Kepala :
d. Mata :
e. Hidung
f. Mulut
g. Telinga
h. Leher
1) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
i. Jantung
j. Paru-paru
4) Keluhan : Sesak
k. Punggung
l. Abdomen
m. Eksteremitas
n. Neurologi :
Kesadaran : Composmentiis 2)
GCS : 4 – 5 – 6 = 15
5. Psikososial
Kklien tidak tahan akan sesak nya dan merasa tidak diperhatikan oleh
keluarga nya terutama anak. An. S mengatakan Ny. N mampu
melakukan sendiri, sesekali meminta bantuan. Karena menurutnya,
apabila tidak melakukan kegiatan dirinya merasa sakit.
6. Sosial Ekonomi
7. Psikologis
9. Spiritual
Klien mengatakan melakukan ibadah setiap hari nya, dan terus berdoa
agar penyakitnya disembuhkan.
HB : 13,25 g/dl
11. Terapi
Data Objektif:
Frekuensi pernapasan 28
x/menit.
TTV :
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36.0C
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan ( NOC ) Intervensi ( NIC )
Hari/tanggal/
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf
waktu
Bersihan Jalan Nafas tidak Jum’at, 21 1. Memposisikan pasien semi fowler Subjektif :
Efektif ( Domain Oktober 2022 atau fowler untuk memaksimalkan
Ny N mengatakan masih
11.Keamanan/Perlindungan, ventilasi Hasil : Ny. N merasa lebih
09.30 merasa Sesak
kelas. Cedera Fisik, Kode nyaman dengan posisi semi fowler,
00031 Bersihkan jalan nafas respirasi 24x/menit Ny N mengatakan masih batuk
tidak efektif berhubungan dan sulit untuk mengeluarkan
2. Memeriksa auskultasi suara nafas
dengan obstruksi jalan nafas dahak
Hasil : terdengar bunyi nafas tambahan
Objektif :
(ronchi)
Keadaan umum : Lemah
09.40 3. Memberikan minum air hangat
Ny. N nampak sesak
Hasil : dahak yang kental menjadi
encer, sehingga mudahkan keluarnya Ny. N nampak batuk
secret dari jalan nafas Pernapasan cepat
Assesment :
Planning:
Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
3.6.Kesimpulan
Pada usia lanjut terjadi penularan analomi - fisiologi paru dan
saluran nafas, antara lain berupa pengurangan elastic recoil paru;
kecepatan arus ekspirasi, tekanan oksigen acted serta respons pusat reflek
pernafasan terhadap rangsangan oksigen arteri atau hiperkapnia. Hal-hal
tersebut berpengaruh pada mekanisme perthanan tubuh terhadap
timbulnya penyakit paru.
Penyakit paru yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah
infeksi saluran nafas akut bagian bawah PPOM. Berhagai cara dapat
dilakukan untuk pencegahan terhadap timbulnya infeksi pernafasan akut
bagian bawah, PPOM. Untuk mencegab melanjunya penurunan fungsi
paru, antara lain dapat diatasi dengan melakukan olah raga atau latihan
fisik yang teratur, selain meningkatkan taraf kesehatan usia lanjut. Laju
penurunan fungsi paru dapat diketahui dengan pemeriksaan faal paru
secara berkala.
3.7. Saran
Sebagai salah satu tim kesehatan di bidang keperawatan, tentunya kita
harus mengenal bagaimana kemampuan dan fungsi tubuh pada usia lanjut/
lansia, agar dapat menegakkan asuhan keprawatan secara tepat dan
sempurna sebagai salah satu cara untuk mensejahterakan kehidupan lansia.
DAFTAR PUSTAKA