Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN MENOPAUSE


SEMESTER 8

Dosen Pengampu :
Dr. K. Kasiati, SPd, S.Tr.Keb, M.Kes.

Disusun Oleh :

Kelompok 4

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2023
Nama Anggota Kelompok 4

P27824419002 Aida Amaliya


P27824419010 Dentamira Anggata Rohmadona
P27824419015 Felicia Archita Anindhita Putri
P27824419022 Inayatul Amaliyah Widodo
P27824419029 Maharani Agustin Lestari
P27824419035 Nike Hastuti Indriana
P27824419041 Rosa Permata Sari
P27824419047 Titin Nur Alfiana Handaryani
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu.
Makalah ini merupakan tugas kelompok bagi mahasiswa Program studi
Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya untuk memenuhi tugas
mata kuliah Asuhan Kebidanan Menopause. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb.., selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Surabaya
2. Dwi Purwanti, S.Kp., SST., M.Kes selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya
3. Dr. K. Kasiati, SPd, S.Tr.Keb, M.Kes., selaku dosen pengampu mata kuliah
Asuhan Kebidanan Menopause Poltekkes Kemenkes Surabaya
4. Seluruh pihak yang turut membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan
makalah tepat pada waktunya
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita,
Amin.

Surabaya, 20 Januari 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
BAB I .............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2. Tujuan ....................................................................................................................2
1.2.1. Tujuan Umum .....................................................................................................2
1.2.2. Tujuan Khusus ....................................................................................................2
1.3. Manfaat...................................................................................................................3
1.3.1. Bagi Penulis .........................................................................................................3
1.3.2. Bagi Pembaca ......................................................................................................3
1.3.3. Bagi Institusi ........................................................................................................3
1.4. Sistematika Penulisan.............................................................................................3
BAB II ...........................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................4
2.1 Menopause ...........................................................................................................4
2.2 Penyebab Menopause ..........................................................................................4
2.3 Tahapan Menopause ...........................................................................................5
2.4 Usia Menopause ...................................................................................................6
2.5 Siklus Menopause ................................................................................................6
2.6 Keluhan Fisik dan Psikologis Pada Masa Menopause .......................................7
2.7 Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Masa Menopause ....................... 10
2.8 Penyakit yang Terjadi Pada Saat Menopause .................................................. 12
2.9 Penanganan ....................................................................................................... 14
BAB III ........................................................................................................................ 16
PENUTUP ................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 16
3.2 Saran .............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18
LAMPIRAN SOAL ............................................................................................. 19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menopause adalah kondisi berhentinya menstruasi secara permanen akibat
hilangnya aktivitas ovarium. Pada wanita yang masa kesuburannya menurun akan
sering terjadi menopause (Wardiyah et al., 2019). Dalam jurnal gambaran klinis
menopause dan cara mengatasinya menurut Yuli & Suparni tahun 2016 dalam
jurnal Astikasari et al 2019, data statistik menopause dini dari Hasil Survei
Demografi Kesehatan Indonesia 2012, menunjukkan bahwa wanita berusia 30-34
tahun mengalami menopause dini sebanyak 11,4%, dan wanita yang berusia 35-39
sebanyak 13,6. Eka et al, 2021 dalam Fitria (2021) Data di Indonesia untuk angka
harapan hidup wanita 72,4 tahun lebih tinggi dibandingkan pria 68,4 tahun, dapat
dikatakan sepertiga kehidupan wanita akan berada pada masa menopause dan
mengalami perubahan hormonal.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 tentang menopause di


Canada didapatkan hasil 38% mengalami gangguan tidur, 30-50% mengalami
gangguan urogenital, 50 % mengalami kekeringan vagina disertai rasa sakit. Pada
Simposium Nasional Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI) 21—22 April
2017 di Jakarta dikemukakan lima gejala utama yang dialami dalam menghadapi
masa menopause seperti, nyeri otot atau sendi (77,7%), rasa letih dan hilang energi
(68,7%), kehilangan nafsu seksual (61,3%), kerutan di kulit (60%), hot flushes
(29,5%) (Eko Saputra, 2022).

Sebagian besar wanita mulai mengalami gejala menopause pada usai 40-an
dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun. Kebanyakan mengalami gejala kurang
dari 5 tahun dan sekitar 25% lebih dari 5 tahun. Namun bila diambil rata-ratanya,
umumnya seorang wanita akan mengalami menopause sekitar usia 45-50 tahun.
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 jumlah perempuan berusia di atas 50
tahun baru mencapai 15,5 juta orang atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan
tahun 2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30,0 juta atau 11,5% dari
total penduduk. Menopause ini terjadi pada perempuan pada akhir masa siklus haid

1
2

yang terakhir, namun kepastiannya apabila perempuan sudah tidak lagi mengalami
siklus haid selama paling kurang 12 bulan. Karena itu masa menopause ini mulai
terjadi pada rata-rata umur 50 tahun, tetapi bisa juga terjadi secara normal pada
wanita yang berusia diatas atau dibawah usia 50 tahun (Di & Jelantik, 2021).

Wanita pada usia 40 sampai 50 tahun mengalami masa peralihan dari siklus
haid yang rutin setiap bulan ke masa menopause dimana, terjadi perubahan-
perubahan fisik dan juga kejiwaan pada diri seorang wanita. Pada masa menjelang
menopause, estrogen yang dihasilkan semakin turun sampai masa menopause tiba.
Sulit memang untuk menentukan batasan dan mengelompokkan gejala serta tanda-
tanda menopause secara medis dengan tepat. Misalnya, mengartikan menopause
dengan berhentinya haid, padahal menopause bukan hanya ditandai oleh
berhentinya haid, tetapi beberapa tahun sebelumnya sudah ditandai oleh keluhan-
keluhan fisik maupun psikis (Larasati, 2020).

Wanita yang mengalami menopause merasakan pergeseran dan perubahan-


perubahan fisik dan psikis yang mengakibatkan timbulnya satu krisis dan
dimanifestasikan diri dalam simpton-simptom psikologis antara lain adalah depresi,
murung, mudah tersinggung dan mudah jadi marah, mudah curiga, diliputi banyak
kecemasan, insomia atau tidak bisa tidur karena sangat bingung dan gelisah.
Perubahan lain sering pula terjadi, yang disebabkan gangguan metabolisme tubuh.
Ditandai dengan peningkatan kolestrol, kekurangan kalsium tubuh, dan gangguan
metabolisme karbohidrat. Perubahan ini dapat menimbulkan penyempitan
pembuluh darah dan gangguan pada tulang (oesteporosis). Gejala-gejala ini tidak
akan muncul, atau kadang tidak ada sama sekali. Kondisi ini tergantung individual
masing-masing (Larasati, 2020).

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum


Untuk mengetahui dan memahami masalah kesehatan menopause dan
penanganannya.

1.2.2. Tujuan Khusus


1.2.2.1. Untuk mengetahui definisi menopause.
3

1.2.2.2. Untuk mengetahui penyebab menopause.

1.2.2.3. Untuk mengetahui tahapan menopause.

1.2.2.4. Untuk mengetahui usia menopause.

1.2.2.5. Untuk mengetahui siklus menopause.

1.2.2.6. Untuk mengetahui keluhan fisik dan psikologis masa menopause.

1.2.2.7. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keluhan masa


menopause dan penanganannya.

1.3. Manfaat

1.3.1. Bagi Penulis


Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai materi terkait.

1.3.2. Bagi Pembaca


Sebagai bahan kajian literasi untuk mahasiswa maupun masyarakat dalam
ruang lingkup asuhan kebidanan menopause.

1.3.3. Bagi Institusi


Sebagai bahan ajar ataupun literatur bagi mahasiswa maupun civitas
akademika.

1.4. Sistematika Penulisan


BAB 1 Pendahuluan

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 3 Penutup

Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menopause
Kata menopause berasal dari Bahasa Yunani, yakni dari kata ‘men’ yang
artinya bulan dan kata ‘peuseis’ yang artinya penghentian sementara. Secara
linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang berarti masa berhentinya
haid. Menopause merupakan tahap dalam kehidupan wanita ketika menstruasi
berhenti, dengan demikian tahun – tahun melahirkan anak juga berhenti. Wanita
dikatakan telah menopause jika sudah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan
sejak menstruasi terakhir yang disebabkan oleh penurunan fungsi ovarium
(Suryoprajogo, 2019). Untuk lebih memastikan akan dilakukan pemeriksaan
Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan hormon estrogen. Seorang wanita
dikatakan mengalami menopause apabila kadar FSH meningkat, sedangkan kadar
estrogennya rendah. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan Tyroid Stimulating
Hormone (TSH) dan hormon tiroid. Pemeriksaan ini untuk memastikan penderita
tidak mengalami hipotiroidisme atau penurunan hormon tiroid yang bisa
menimbulkan gejala serupa dengan menopause (Jalilah & Prapitasari, 2020).
2.2 Penyebab Menopause
Menurut Baziad (2003) dalam Lubis (2016), oogenesis pada wanita akan
berakhir pada saat fetus berusia 5 bulan dan yang tinggal hanya tujuh juta oosit.
Mulai usia lima bulan sampai saat lahir terjadi pengurangan jumlah primordial
folikel hingga menyisakan 500.000 sampai 1.000.000 dan dalam perjalanan waktu
akan terus berkurang jumlahnya. Jumlah folikel yang masih tersedia pada setiap
wanita berbeda - beda. Sebagian wanita pada usia 35 tahun memiliki sebanyak
100.000 folikel, sedangkan wanita lainnya pada usia yang sama hanya memiliki
10.000 folikel. Berkurangnya jumlah folikel disebabkan oleh folikel itu sendiri
yang mana seperti sel tubuh yang lain oosit yang terkandung dalam folikel
primordial juga dipengaruhi oleh stress biologik, kerusakan DNA yang permanen
dan bertumpuknya bahan kimia akibat proses metabolisme tubuh.
Husniawati (2010) dalam Suparni & Astutik (2016), menjelaskan bahwa
pada tiap siklus haid, 20 – 30 folikel primordial dalam proses perkembangan dan

4
5

sebagian besar diantaranya mengalami atresia atau kerusakan. Selama masa


reproduksi kurang lebih 400 oosit mengalami proses pematangan dan sebagian lagi
hilang spontan akibat usia yang bertambah. Pada waktu menopause tinggal
beberapa ribu buah. Produksi estrogen pun berkurang. Folikel yang tersisa lebih
resistan terhadap rangsangan gonadotropin. Sehingga siklus ovarium yang terdiri
dari pertumbuhan folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum lama-kelamaan
berhenti. Hilangnya folikel secara terus menerus setelah kelahiran, hanya
menyisakan kurang lebih beberapa ratus folikel pada saat menopause yang
menimbulkan gejala amenore dan ketidakteraturan haid

2.3 Tahapan Menopause


Tahapan Menopause Penurunan kadar estrogen menyebabkan periode
menstruasi yang tidak teratur. Inilah yang biasanya dijadikan sebagai tanda
dimulainya masa menopause. Terdapat empat tahapan menopause yaitu :
1. Pra-menopause
Pra-menopause yaitu masa 4-5 tahun sebelum menopause, biasanya terjadi pada
usia 40-45 tahun. Pra-menopause ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak
teratur dan biasanya disertai rasa nyeri. Pada wanita tertentu, terdapat keluhan
vasomotorik atau keluhan sindrom prahaid. Dari hasil analisis hormonal,
ditemukan kadar FSH dan estrogen yang tinggi ataunormal. Kadar FSH yang
tinggi dapat mengakibatkan stimulasi ovarium yang berlebihan sehingga kadar
estrogen menjadi sangat tinggi. Keluhan yang muncul pada fase premenopause
dapat terjadi pada kondisi sistem hormon yang normal maupun tinggi (Saraniga,
2017).
2. Perimenopause
Perimenopause umumnya dimulai pada umur 40 tahun, ditandai dengan
penurunan hormon estrogen dan progesterone yang menyebabkan siklus
mestruasi menjadi tidak teratur, perdarahan ketika menstruasi memanjang dan
rasa neyeri ketika menstruasi (Ginting, 2017).
3. Menopause
Menopause yaitu terjadinya haid terakhir sekitar umur 45-55 tahun. Menopause
terjadi ketika jumlah folikel-folikel menurun dibawah suatu ambang rangsang
yang kritis, kira-kira jumlahnya hanya 1.000 folikel dan tidak tergantung umur.
6

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kadar estrogen tidak mulai mengalami


penurunan yang besar sampai kira-kira satu tahu sebelum menopause (Diniyati
& Heriyani, 2016).
4. Pasca-menopause
Pasca-menopause yaitu masa 3-5 tahun setelah menopause. Pasca menopause
adalah masa setelah menopause sampai senium yang dimulai setelah 12 bulan
amenorea. Kadar FSHdan LH sangat tinggi dan kadar estrodiol yang rendah
mengakibatkan endometrium menjadi atropi sehingga haid tidak mungkin
terjadi lagi. Namun, pada wanita yang gemuk masih dapat ditemukan kadar
estradiol yang tinggi. Hampir semua wanita pasca menopause umumnya telah
mengalami berbagai macam keluhan yang diakibatkan oleh rendahnya kadar
estrogen (Saraninga, 2017).

2.4 Usia Menopause


Wanita umumnya mengalami menopause pada rentang usia 45 – 55
tahun. Di Indonesia, usia rata – rata wanita mengalami menopause adalah 50
tahun. Usia menopause wanita bisa terjadi lebih awal atau lebih lambat dari yang
seharusnya. Hal ini tergantung dari pola hidup dan kebiasaan para wanita.
Kebiasaan yang kurang baik atau tidak sehat dapat memicu terjadinya menopause
dini atau insufisiensi ovarium prematur. Maka dari itu, menjaga kesehatan dan pola
hidup yang sehat diperlukan untuk mencegah terjadinya menopause dini. Jangan
takut, karena menopause pada wanita adalah hal yang normal.

2.5 Siklus Menopause


Pembentukan sel telur dalam ovarium ( Indung telur ) terjadi sejak dalam
kandungan. Setelah lahir jumlah oosit ( Sel telur) sampai terjadinya menopouse
karena adanya proses ovulasi dan proses atresi. Pada setiap siklus menstruasi,
sejumlah folikel akan mengalami ovulasi. Menopause dapat terjadi karena 2 proses
yaitu :
1. proses hilangnya oocyt pada ovarium
2. hilangnya fungsi ovarium secara tetap
7

2.6 Keluhan Fisik dan Psikologis Pada Masa Menopause


a. Keluhan fisik
Menurut Nurlina (2021), keluhan fisik pada masa menopause adalah sebagai
berikut.
1) Hotflashes(semburanpanas)
Hot flashes merupakan suatu kondisi ketika tubuh mengalami rasa panas
yang menyebar dari wajah hingga ke seluruh tubuh. Hot flashes dapat berlangsung
selama satu sampai dua tahun setelah menopause atau dalam beberapa kasus dapat
berlanjut sampai 10 tahun atau lebih (Riyadina, 2019). Siregar (2019) dalam
Zolekhah & Sholihah (2018), mengatakan hot flases berkaitan dengan vasodilatasi
dan peningkatan suhu tubuh yang menghasilkan keringat serta peningkatan
konduktansi kulit akibat penurunan kadar hormon estrogen. Kondisi ini tidak
berbahaya namun menimbulkan rasa tidak nyaman.
Hot flashes yang terjadi selama tidur disebut night sweat atau keringat
malam Kemunculan Hot flashes berhubungan erat dengan cuaca panas dan lembab,
ruang sempit, kafein, alkohol, makanan pedas, pakaian yang telalu ketat atau tidak
menyerap keringat sehingga hal tersebut perlu dihindari agar tidak memperparah
hot flashes. Keluhan hot flashes akan berkurang seiring dengan tubuh yang
menyesuaikan dengan kadar estrogen yang rendah (Hekhmawati, 2016).
2) Vaginakering
Penelitian oleh David (2018) dalam Hekhmawati (2019), mengatakan
penurunan hormon estrogen pada masa menopause mengakibatkan perubahan pada
vagina. Vagina akan menjadi atrofi, kering, gatal, dan panas sehingga nyeri atau
tidak nyaman saat berhubungan seks. Untuk mengatasi hal ini, wanita menopause
dapat menggunakan pelumas vagina atau krim sebagai pengganti hormon estrogen
dengan mengusapkannya pada vagina atau melakukan foreplay lebih lama.
3) Uretra mengering, menipis, kurang elastis
Uretra adalah saluran yang menyalurkan air seni dari kandung kemih ke luar
tubuh. Pada masa menopause, kadar estrogen menurun hal ini menyebabkan
dinding dan lapisan otot polos uretra mengering, menipis, elastisitasnya berkurang,
serta mengalami gangguan pada penutupan uretra sehingga terjadi inkontinensia
8

urine, perubahan pola aliran urine, serta mudah terjadi infeksi pada saluran kemih
bagian bawah (Widjayanti, 2018).
4) Hilangnya jaringan penunjang
Kadar estrogen yang rendah juga berpengaruh pada kolagen yang
merupakan bagian dari jaringan penunjang. Hilangnya kolagen menyebabkan kulit
kering dan keriput, rambut rontok, gigi mudah goyang, gusi berdarah, sariawan,
kuku rusak, dan rasa nyeri pada persendian.
5) Penambahan berat badan
Sebanyak 29% wanita pada masa menopause mengalami kenaikan berat
badan dan 20% diantaranya memperlihatkan kenaikan yang mencolok. Hal ini
disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar
metabolisme lemak. Selain itu juga disebabkan oleh kurangnya aktivitas wanita
pada usia menopause.
6) Gangguan pada tulang dan persendian
Hormon estrogen sangat berperan dalam mempertahankan keseimbangan
kerja osteoblast (pembentukan tulang) dan osteoklast (penyerapan tulang).
Estrogen akan berikatan dengan reseptor estrogen pada osteoblast yang secara
langsung memodulasi aktivitas osteoblastik dan secara tidak langsung mengatur
pembentukan osteoklast yang bertujuan menghambat resorpsi tulang sehingga
apabila kadar estrogen turun maka tidak ada yang menghambat resorpsi tulang yang
mengakibatkan gangguan pada proses tulang tersebut yang kemudian menyebabkan
pengeroposan tulang sehingga timbul rasa tidak nyaman pada tulang dan persendian
(Widjayanti, 2018).
7) Penyakit
Perubahan hormonal masa menopase akan menyebabkan wanita menopause
lebih rentan terserang kanker dan penyakit degeneratif seperti diabetes serta
penyakit jantung. Faktor genetik dan gaya hidup juga berpengaruh. Hipertensi atau
demensia tipe alzheimer juga ditemukan pada masa menopause yang mana
penurunan kadar hormon seks steroid menyebabkan perubahan neuroendokrin
sistem susunan saraf pusat maupum biokimiawi otak. Di kondisi ini, terjadi proses
degeneratif sel neuro di hampir semua bagian otak yang berkaitan dengan fungsi
9

ingatan yang mana hal ini menyebabkan sulit berkonsentrasi dan hilangnya fungsi
memori jangka pendek.

b. Keluhan Psikologis
Menurut Nurlina (2021), keluhan psikologia pada masa
menopause adalah sebagai berikut:
1) Kecemasan
Penelitian oleh Joyce (2018) dalam Hekhmawati (2016), mengatakan
sebanyak 51% wanita menopause mengalami kecemasan yang disebabkan oleh
perubahan fisik masa menopause yang menimbulkan perasaan tidak berharga yang
memicu kekhawatiran akan kemungkinan orang yang dicintai akan berpaling dan
meninggalkannya.
2) Kelelahan mental
Kelelahan mental berupa lebih mudah marah atau tersinggung dan
perubahan suasana hati yang begitu cepat. Biasanya hal ini tidak disadari oleh
wanita dan tidak jarang orang di sekitarnya dibuat bingung. Maka dari itu
diperlukan pendekatan khusus seperti mengobrol ringan dengan sahabat atau siapa
saja yang pernah mengalami hal yang sama sehingga dapat menjadi dukungan
emosi.
3) Kurang tidur (insomnia)
Penelitian oleh Tao (2018) dalam Hekhmawati (2018), menemukan
sebanyak 42,2% wanita menopause mengalami gangguan tidur. Insomnia pada
masa menopause biasanya disebabkan oleh hot flashes yang menimbulkan rasa
panas, wajah memerah, serta keringat di malam hari yang menjadikan tidur terasa
tidak nyaman.
4) Daya ingat menurun
Penelitian oleh Chou (2018) dalam Hekhmawati (2019), mengatakan
sebagian wanita menopause (48%) mengalami penurunan daya ingat sehingga
sesuatu yang harus diingat harus di ulang – ulang terlebih dahulu. Hal ini
disebabkan oleh penurunan kadar estrogen dalam sistem saraf pusat yang mana
estrogen mempengaruhi fungsi kognitif yang artinya berpengaruh terhadap fungsi
otak. Selain itu, kemampuan berpikir juga mengalami penurunan.
10

5) Depresi
Pada masa menopause wanita dapat mengalami perasaan tertekan, terpuruk,
dan merasa hidupnya tidak berguna lagi. Di masa menopause, anak – anaknya
sudah tumbuh dewasa dan biasanya sibuk dengan urusan masing – masing. Di saat
inilah wanita benar – benar kehilangan perannya. Gejala depresi meliputi lelah terus
menerus, murung, sedih, sulit tidur pulas terutama menjelang dini hari, sulit
membuat keputusan, dan dorongan untuk menangis.

2.7 Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Masa Menopause


a. Usia menopause
Usia menopause adalah usia di saat wanita mengalami menopause. Usia
menopause terdiri dari menopause dini, menopause normal, dan menopause
terlambat. Suparni & Astutik (2018), mengatakan menopause normal merupakan
menopause yang biasanya dialami oleh wanita pada rentang usia 45 – 55 tahun.
Usia menopause mempengaruhi kesiapan wanita dalam menghadapi menopause.
Wanita dengan usia menopause normal tentu lebih dewasa pemikirannya dan lebih
siap dalam menghadapi menopause.
Penelitian oleh Juliana et al. (2021), bahwa keluhan menopause lebih berat dialami
oleh wanita dengan usia menopause tidak normal (44,4%) dibandingkan wanita
dengan usia menopause normal (12,6%). Penelitian yang dilakukan Avis et al.
(2019) menyatakan usia menopause memiliki hubungan yang signifikan dengan
keluhan psikomatik pada masa menopause. Keluhan psikologis seperti kecemasan,
bingung, cepat sedih, dan depresi lebih sering dialami oleh wanita yang mengalami
menopause dini (Syalfina, 2020).
b. Lama Menopause
Lama menopause dihitung sejak usia saat mengalami menopause sampai
ketika penelitian ini dilakukan. Lama menopause mempengaruhi adaptasi fisik dan
psikologis wanita terhadap perubahan pada masa menopause. Semakin lama
mengalami menopause maka tubuh telah beradaptasi dengan baik terhadap
penurunan kadar estrogen yang menimbulkan perubahan pada fisik serta psikologis
yang memunculkan berbagai keluhan masa menopause (Syalfina, 2020).
c. Pendidikan
11

Kodrati (2019) mengatakan pendidikan merupakan proses belajar yang


berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang
lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang (Syalfina, 2019). Menurut Notoadmojo
(2020), tingkat pendidikan dibagi menjadi pendidikan dasar (SD - SMP),
pendidikan menengah (SMA), dan pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi). Semakin
tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik pengetahuan seseorang. Dengan
pengetahuan yang baik maka seorang wanita akan lebih siap dalam menghadapi
keluhan masa menopause (Tsuraya et al., 2020).
Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi kemampuan berpikir. Semakin tinggi
tingkat pendidikan maka maka semakin mudah seseorang untuk menerima dan
semakin banyak pula pengetahuannya. Lusiana (2020), mengatakan sebagian
wanita dengan pengetahuan kurang tentang menopause (56,7%) mengalami
kecemasan dalam menghadapi menopause (37,5%) (Tsuraya et al., 2020).
Penelitian oleh Freedman (2021) menunjukkan wanita dengan pendidikan tinggi
memiliki prevalensi dan intensitas gejala menopause yang lebih rendah (Chontessa
et al., 2021).
d. Pekerjaan
Pekerjaan menggambarkan bagaimana seorang wanita menopause
berkecimpung dalam sosialnya dan untuk memprediksi adanya kecenderungan
stress yang dialami. Wanita menopause yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah
tangga tentunya kesibukan dirinya adalah pekerjaan rumah tangga yang cenderung
lebih berisiko mengalami kejenuhan. Sedangkan wanita menopause yang selain
menjadi ibu rumah tangga tetapi juga bekerja, mereka lebih bisa mencari solusi
untuk menghilangkan kejenuhan dengan bercanda dengan teman kerjanya. Namun,
secara waktu lebih sempit dan cenderung berisiko mengalami stres akibat pekerjaan
(Indarwati & Maryatun, 2019).
Hamamm et al. (2021), mengatakan wanita dengan stress pekerjaan akan
lebih cepat mengalami gejala atau keluhan menopause (Indarwati & Maryatun,
2019). Penelitian oleh Griffits (2019) menjelaskan wanita yang bekerja tidak
sempat memikirkan gangguan atau keluhan selama masa menopause, begitu pula
wanita yang tidak bekerja yang mana pekerjaan rumah tangga cukup membuatnya
12

sibuk sehingga juga tidak sempat memikirkan keluhan masa menopause


(Hekhmawati, 2020).
Mubarak (2019) dalam Indarwati & Maryatun (2019), mengatakan
lingkungan pekerjaan juga dapat menjadi tempat seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Seseorang yang bekerja memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan
dengan yang tidak bekerja. Azwar (2019), mengatakan pesan – pesan sugestif yang
dibawa informasi apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai
sesuatu sehingga terbentuklah sikap tertentu (Indarwati & Maryatun, 2019).
e. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga merupakan gabungan dari pendapatan suami dan istri
perbulan.Pendapatan menggambarkan status ekonomi wanita menopause. Apakah
mereka mampu untuk membeli makanan yang bergizi, rumah yang layak, dan
mengakses pelayanan kesehatan. Menopause yang sangat rentan adalah wanita
yang tidak memiliki aset, sedikit atau tidak memiliki tabungan, tidak ada pensiunan,
dan bagian dari keluarga dengan pendapatan sedikit atau rendah (Syalfina, 2019).
Pendapatan dengan finansial yang memadai dari seseorang dapat
meningkatkan kesejahteraan aspek psikologis, meningkatkan semangat, dan
motivasi diri untuk selalu bersikap dan berperilaku sehat. Kemampuan finansial
menyebabkan seseorang lebih mudah untuk mencari informasi tentang menopause
sehingga akan memperkecil kemungkinan untuk menggunakan mekanisme koping
yang maladaptif dalam menghadapi keluhan masa menopause (Tsuraya et al, 2020).
2.8 Penyakit yang Terjadi Pada Saat Menopause
Banyak wanita melewati menopause tanpa perlu nasihat atau pengobatan
medis untuk menghilangkan gejala-gejalanya. Akan tetapi perubahan kadar
hormon, khususnya hormon estrogen dapat mengakibatkan sejumlah komplikasi di
kemudian hari. Komplikasi yang dapat terjadi pada wanita usia menopause menurut
Mulyani (2013) dan Fox-Spencer & Brown (2007) diantaranya:
a. Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit serius yang berpotensi terjadi di mana
kepadatan tulang menjadi berkurang sehingga menyebabkan tulang menjadi
lemah dan mudah patah. Faktor risiko osteoporosis yang paling penting
13

pada wanita adalah menopause dan hal ini secara langsung berkaitan dengan
penurunan kadar estrogen yang terjadi pada saat menopause. Hormon
estrogen yang dihasilkan oleh ovarium membantu mengontrol regenerasi
tulang. Pada masa menopause, produksi hormon estrogen menurun
sehingga menyebabkan tulang menjadi mudah keropos.
b. Penyakit Kardiovaskuler
Risiko wanita terkena penyakit kardiovaskuler mulai meningkat secara
signifikan setelah mengalami menopause. Hal ini dikarenakan penurunan
kadar estrogen meningkatkan tekanan darah dan berat badan yang
mengakibatkan pembuluh darah yang mengalir ke jantung tidak bergerak
dengan baik. Selain itu terjadi peningkatan kadar LDL (kolesterol jahat)
sehingga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
c. Penyakit Kanker
Pada usia menopause, risiko terkena kanker menjadi meningkat. Hal ini
disebabkan turunnya beberapa fungsi organ tubuh dan beberapa hormon
lainnya sehingga menurunkan ketahanan tubuh terhadap penyakit kanker
payudara, kanker serviks, maupun kanker endometrium.
d. Obesitas
Menopause sering kali dijadikan sebagai penyebab peningkatan berat
badan, hal ini disebabkan karena berkurangnya kemampuan tubuh untuk
membakar energi akibat menurunnya efektivitas proses dinamika fisik pada
umumnya. Setelah menopause kelebihan lemak akan disimpan di sekitar
panggul dan paha yang menyebabkan bentuk butuh wanita seperti buah
apel.
e. Asam Urat
Asam urat merupakan hasil metabolisme tubuh oleh salah satu unsur protein
(zat purin), yang kestabilan kadar dan pembuangan sisanya melalui air seni
diatur oleh ginjal. Penyakit asam urat yang dikenal dengan penyakit gout
terjadi karena penimbunan kristal monosodium urat dalam tubu sehingga
menyebabkan nyeri sendi, benjolan-benjolan pada bagian tubuh tertentu,
dan gangguan pada saluran kemih.
f. Kencing Manis (Diabetes Melitus)
14

Hormon estrogen dan progesteron mempengaruhi kinerja sel-sel tubuh


dalam merespon insulin. Setelah memasuki masa menopause, kedua
hormon tersebut bisa saja mengalami ketidakseimbangan dan
mempengaruhi kadar gula dalam darah. Jika kadar gula tidak dapat
dikontrol, akan meningkatkan risiko penderitanya mengalami peningkatan
kadar gula darah.
g. Demensia (pikun)
Hubungan antara menopause dan masalah memori tidak sepenuhnya jelas,
tetapi hormon estrogen memainkan beberapa peran dalam fungsi otak.
Penurunan hormon estrogen akan mengakibatkan berkurangnya
neurotransmitter pada otak yaitu serotonin, endorphin, dan dopamin.
Penurunan kadar neurotransmitter tersebut dapat mengakibatkan penurunan
daya ingat dan suasana hati sering berubah-ubah.
2.9 Penanganan
Secara garis besar, terdapat dua cara penanganan dalam menghadapi
menopause, yaitu terapi hormonal dan terapi non-hormonal (Pinem, 2009).
a. Terapi Hormonal (Terapi Sulih Hormon/TSH) Terapi hormon yang biasa
digunakan pada wanita menopause adalah sulih estrogen, karena gejala
menopause disebabkan oleh defisiensi estrogen. Terapi sulih hormon
terdapat dalam beberapa jenis sediaan seperti tablet, plester (patch), implan,
semprot hidung, cincin vagina, gel, dan krim atau tablet vaginal (Fox-
Spencer & Brown, 2007).
b. Terapi Non-hormonal Rasa kurang nyaman dalam menghadapi menopause
akan semakin terasa berat bila wanita dalam kondisi takut atau cemas.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu wanita lebih
siap dalam menghadapi masa menopause, diantaranya:
1. Teknik Relaksasi
Relaksasi seperti meditasi dan yoga merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk mengurangi stres, kekalutan emosi, dan
mengurangi berbagai gangguan fisiologi dalam tubuh. Melakukan
relaksasi sangat menguntungkan terutama bagi wanita yang
15

mengalami sindrom menopause karena dapat memberikan rasa


tenang dan terhindar dari rasa panik. (Mulyani, 2013).
2. Menjaga pola makan
Pola makan yang dianjurkan untuk wanita yang mendekati usia
tengah baya diantaranya adalah menghindari makanan berlemak,
mengurangi asupan garam untuk mengurangi kemungkinan tekanan
darah tinggi, serta meningkatkan asupan serat yang akan melindungi
dari berbagai penyakit seperti diabetes dan kanker (Hadibroto,
2003).
3. Olah raga teratur
Olah raga ringan seperti bersepeda, berenang, atau berlari dapat
menjaga jantung tetap sehat sehingga menurunkan risiko terkena
penyakit kardiovaskular, selain itu olah raga juga dapat membantu
mempertahankan bahkan meningkatkan massa tulang sehingga
dapat mencegah osteoporosis (Fox-Spencer & Brown, 2007).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menopause merupakan tahap dalam kehidupan wanita ketika menstruasi
berhenti, dengan demikian tahun – tahun melahirkan anak juga berhenti. Wanita
dikatakan telah menopause jika sudah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan
sejak menstruasi terakhir yang disebabkan oleh penurunan fungsi ovarium
(Suryoprajogo, 2019). Wanita menopause mengalami depresi karena merasa
tertekan dimana kehilangan seluruh perannya sebagai wanita, kehilangan
kesempatan untuk memiliki anak, kehilangan daya tarik dan mereka merasa belum
siap menerima keadaan yang dialaminya, bahkan tidak mengerti dengan perubahan
pada dirinya. Gejala depresi pada menopause meliputi gejala fisik dan psikis.
Penanggulangan yang dilakukan adalah pengobatan , konseling dan terapi hormon.
Untuk lebih memastikan akan dilakukan pemeriksaan Follicle Stimulating
Hormone (FSH) dan hormon estrogen. Seorang wanita dikatakan mengalami
menopause apabila kadar FSH meningkat, sedangkan kadar estrogennya rendah.
Selain itu dilakukan juga pemeriksaan Tyroid Stimulating Hormone (TSH) dan
hormon tiroid.

3.2 Saran
1. Institusi kebidanan
Bagi institusi pendidikan terkait, diharapkan hasil makalah ini dapat
menjadi bahan atau materi pembelajaran baik kalangan mahasiswa
pendidikan sarjana maupun profesi agar dapat melaksanakan asuhan
kebidanan
2. Mahasiswa
Dapat menjadikan makalah ini sebagai pertimbangan dasar untuk
menyusun makalah selanjutnya agar lebih baik lagi kedepannya.
3. Klien

16
17

Ibu dan keluarga diharapkan lebih kooperatif dalam menerima asuhan


yang diberikan dan bersedia melaksanakan anjuran-anjuran yang
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Di, M., & Jelantik, D. (2021). Education Class and Menopausal Syndrome
Counseling on Menopause. 3(November), 38–44.
Eko Saputra, Y. (2022). Gambaran Menopause dan Cara Mengatasi Menopause.
Surabaya Biomedical Journal, 1(2), 104–113.
https://doi.org/10.30649/sbj.v1i2.15
Larasati, T. (2020). Jurnal Kualitas Hidup Pada Wanita Yang Sudah Memasuki
Masa Menopause. 4(1), 88–100.
https://www.academia.edu/5964260/JURNAL_KUALITAS_HIDUP_PA
DA_WANITA_YANG_SUDAH_MEMASUKI_MASA_MENOPAUSE
Wardiyah, A., Setiawati, S., Aprina, F., & Yuliana, Y. (2019). Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Tentang Menopause Terhadap Pengetahuan Ibu Premenopause
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabumi I Lampung Utara. Malahayati
Nursing Journal, 1(1), 12–24. https://doi.org/10.33024/manuju.v1i1.220
Suparni, I. E., & Astutik, R. Y. (2016). Menopause masalah dan penanganannya.
Yogyakarta: Deepublish

Jalilah, N.H. & Prapitasari, R. (2020). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana. Jawa Barat: Penerbit Adab.

Jadhav, A., & Bavaskar, Y. (2017). An epidemiological study of the


perimenopausal and menopausal health problems in women living in an
urban area of Mumbai, Maharashtra. International Journal Of Community
Medicine And Public
Health, 4(9), 3088-3093

18
LAMPIRAN SOAL

1. Ny. S berusia 45 tahun dengan keluhan vasomotrik atau keluhan sindrom


prahaid. Dari hasil analisis hormonal, ditemukan kadar FSH dan estrogen
yang tinggi. Berada di tahap menopause manakah Ny. S?
a. Pra-menopause
b. Peri menopause
c. Menopause
d. Pasca menopause
e. Semi menopause
2. Pada tahapan menopause seorang perempuan mengalami penurunan jumlah
folikel-folikel estrogen kira-kira sebanyak berapa folikel?
a. 1.000
b. 2.000
c. 3.000
d. 4.000
e. 5.000
3. Ny. H berusia 56 tahun dan sudah sejak 1 tahun yang lalu tidak mengalami
menstruasi. Ny. H berada di tahapan menopause yang mana?
a. Pra-menopause
b. Peri menopause
c. Menopause
d. Pasca menopause
e. Semi menopause
4. Ny. A usia 50 tahun dating ke posyandu lansia mengalami keluhan rasa
panas yang menyebar dari wajah hingga ke seluruh tubuh. Disebut apakah
yang dirasakan oleh Ny. A?
a. Demensia
b. Amnesia
c. Hot flashes
d. Diabetes
e. Cold flashes

19
20

5. Ny. A usia 50 tahun dating ke posyandu lansia mengalami keluhan rasa


panas yang menyebar dari wajah hingga ke seluruh tubuh. Edukasi sepeti
apa yang dapat dilakukan oleh bidan?
a. Menjaga pola makan dengan makan makanan yang sehat dan bergizi,
memakai pakaian yang longgar dan menyerap keringat
b. Tidur di kamar yang panas dan lembab
c. Makan makanan pedas
d. Minup kopi dan alcohol
e. Mandi tengah malam
6. Ny. M usia 60 tahun dating ke poli lansia dengan anaknya. Anaknya
mengatakan bahwa ibunya Ny. M mengalami demensia. Bagaimanakah
demensia dapat terjadi?
a. Penurunan kadar hormone seks steroid yang berkaitan dengan fungsi
ingatan yang mana hal ini menyebabkan sulit berkonsentrasi dan
hilangnya fungsi memori jangka pendek.
b. Reseptor estrogen pada osteoblast yang secara langsung memodulasi
aktivitas osteoblastik dan secara tidak langsung mengatur pembentukan
osteoklast mengalami penurunan
c. Vasodilatasi dan peningkatan suhu tubuh yang menghasilkan keringat
serta peningkatan konduktansi kulit akibat penurunan kadar hormon
estrogen
d. Penurunan kadar estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar
metabolisme lemak
e. Insomnia pada lansia
7. Ny. D dan Ny. E yang sama-sama berusia 49 tahun dan sudah menopause.
Mereka mempunyai latar belakang yang berbeda, Ny. D bekerja dan
bertemu dengan banyak teman sehingga dalam masa menopause nya ia
tidak mengalami kejenuhan, berbeda dengan Ny. S yang hanya dirumah
ditemani dengan cucunya dan sering merasa kelelahan. Faktor apakah yang
berhubungan dengan keluhan menopause diatas?
a. Usia
b. Pendidikan
21

c. Ekonomi
d. Lama menopause
e. Pekerjaan
8. Pada masa menopause rawan terjadi kecemasan akibat perubahan fisik yang
menimbulkan perasaan tidak berharga yang memicu kekhawatiran akan
kemungkinan orang yang dicintai akan berpaling dan meninggalkannya.
Apa yang dapat terjadi jika hal ini tidak diketahui?
a. Demensia
b. Depresi
c. Insomnia
d. Alzhaeimer
e. Anemia
9. Ibu dari Ny. M yang berusia 50 tahun bertanya pada bidan mengapa kulitnya
menjadi keriput dan kering, dan juga sering mengalami rambut rontok. Apa
yang menyebabkan hal itu terjadi?
a. Kadar estrogen yang menurun berpengaru pada kolagen yang
merupakan bagian dari jaringan penunjang
b. Penurunan kadar hormone seks steroid yang berkaitan dengan fungsi
ingatan yang mana hal ini menyebabkan sulit berkonsentrasi dan
hilangnya fungsi memori jangka pendek.
c. Reseptor estrogen pada osteoblast yang secara langsung memodulasi
aktivitas osteoblastik dan secara tidak langsung mengatur pembentukan
osteoklast mengalami penurunan
d. Vasodilatasi dan peningkatan suhu tubuh yang menghasilkan keringat
serta peningkatan konduktansi kulit akibat penurunan kadar hormon
estrogen
e. Penurunan kadar estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar
metabolisme lemak
10. Ny. Y dating ke PMB berusia 46 tahun dan sudah menopause. Beliau
bercerita bahwa ia sudah malas untuk melakukan hubungan seksual dengan
suaminya. Menurut bidan apa yang dapat dilakukan Ny. Y untuk
mengurangi keluhan tersebut?
22

a. Memakai celana dalam longgar dan menyerap keringat


b. Menolak ajakan suami
c. Rajin berolahraga
d. Melakukan foreplay lebih lama atau menggunakan pelumas/krim
vagina
e. Makan-makanan yang bergizi dan sehat

Anda mungkin juga menyukai