DOSEN PENGAMPU
Nisrina, S. Kep, Ma, M.K.M
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Program dan kebijakan kesehatan
reproduksi di Indonesia" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Program dan kebijakan kesehatan
reproduksi di Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nisrina, S. Kep, Ma, M.K.M selaku dosen
Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Permasalahan kesehatan reproduksi ini dapat dialami oleh siapa saja, baik itu
wanita maupun pria.
Permasalahan kesehatan reproduksi pada wanita
Ada berbagai jenis masalah kesehatan reproduksi wanita yang bisa terjadi.
Tingkat keparahannya pun beragam, ada yang mudah diobati dan ada pula yang
sampai membahayakan nyawa. Berikut adalah jenis-jenisnya.
1. Disfungsi seksual
4
Tidak hanya pria, wanita juga dapat mengalami disfungsi seksual. Beberapa
bentuk disfungsi seksual yang bisa dialami wanita, yaitu tidak ada gairah seksual, rasa
sakit saat berhubungan seksual, hubungan seksual yang tidak memuaskan, dan lain
sebagainya.
Masalah kesehatan reproduksi wanita ini dapat disebabkan oleh masalah fisik dan
mental. Untuk mengatasi masalah ini, Anda dapat berkonsultasi dengan ahli
profesional.
2. Endometriosis
Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan yang seharusnya melapisi dinding
rahim tumbuh di luar rahim. Misalnya pada ovarium, belakang rahim, dinding perut,
dan lain sebagainya.
Kondisi ini dapat menyebabkan rasa sakit dan nyeri, menstruasi berat, hingga bisa
memengaruhi kemampuan untuk memiliki anak alias kesuburan Anda.
3. Kanker
Kanker adalah salah satu masalah kesehatan reproduksi yang paling ditakuti.
Penyakit ini dapat tumbuh di area reproduksi dan bermacam-macam bentuknya.
Kanker yang paling sering terjadi pada area reproduksi wanita adalah kanker
serviks (mulut rahim). Selain itu ada juga kanker ovarium, kanker rahim, kanker
vagina, dan kanker vulva.
4. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
PCOS adalah masalah kesehatan reproduksi yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormon akibat kelebihan hormon pria yang memengaruhi
kemampuan seorang wanita dalam berovulasi.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan tumbuhnya kista ovarium, sakit panggul,
rambut tubuh yang tumbuh secara berlebihan, serta ketidaksuburan.
5. Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi yang dapat memengaruhi kesehatan reproduksi dan
kesuburan adalah menopause dini dan primary ovarian
insufficiency (POI). Menopause dini ataupun POI umumnya terjadi pada wanita yang
berusia di bawah 40 tahun.
Pada kasus menopause dini, siklus menstruasi akan berhenti secara permanen.
Sementara pada POI, haid masih bisa terjadi, hanya saja tidak teratur dan mungkin
berhenti selama berbulan-bulan.
6. Fibroid rahim
5
Fibroid rahim adalah masalah kesehatan reproduksi berupa pertumbuhan sel otot
dan jaringan di dalam rahim. Tumor ini bersifat jinak dan mungkin sebagian wanita
tidak mengalami gejala apa pun.
Akan tetapi, fibroid rahim juga dapat memengaruhi kesuburan dan meningkatkan
berbagai risiko komplikasi kehamilan yang berbahaya, seperti keguguran
atau persalinan prematur.
Permasalahan kesehatan reproduksi pada pria
Sama seperti wanita, ada pula sejumlah masalah kesehatan pada sistem
reproduksi pria. Berbagai bentuk masalah keseharan reproduksi pria di antaranya
adalah:
1. Masalah kesuburan
Salah satu masalah kesehatan reproduksi pria yang dapat mengganggu kesuburan
adalah jumlah sperma yang tidak memadai. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa
hal, seperti: Gangguan hormon, Masalah pada testis (baik karena cedera atau kelainan
bawaan), Akibat pengobatan kanker, Gangguan autoimun yang menyerang sel sperma,
Efek samping obat-obatan, Gangguan struktural, dan Masalah kromosom atau
genetik.
2. Disfungsi seksual
Salah satu jenis masalah kesehatan reproduksi pria yang paling umum adalah
disfungsi seksual. Bentu disfungsi seksual yang dapat terjadi pada pria,
yaitu disfungsi ereksi, ejakulasi dini, ejakulasi tertunda atau terhambat, hingga libido
rendah.
3. Kanker
Ada dua jenis kanker yang termasuk dalam masalah kesehatan reproduksi pria.
Kedua jenis kanker ini adalah kanker prostat dan kanker testis.
Seiring bertambahnya usia, risiko Anda mengalami kanker prostat semakin tinggi.
Selain itu, riwayat kanker dalam keluarga juga meningkatkan risiko terjadinya kanker
prostat dan kanker testis.
4. Gangguan prostat
Gangguan prostat termasuk salah satu masalah kesehatan reproduksi pria,
khususnya bagi Anda yang telah lanjut usia. Sejumlah masalah yang biasanya
menyerang kelenjar prostat adalah pembesaran prostat, peradangan prostat, dan
kanker prostat.
6
5. Gangguan testis
Berikut adalah beberapa masalah kesehatan reproduksi pria yang berkaitan
dengan kondisi testis:
- Testis tidak turun atau undesensus testis, yaitu masalah kesehatan reproduksi
bawaan lahir yang ditandai dengan testis tidak turun ke skrotum. Kondisi ini
sebaiknya ditangani sebelum bayi berusia 1 tahun. Jika dibiarkan testis dapat
mengalami kerusakan, menyebabkan kemandulan, serta berisiko mengembangkan
kanker testis.
- Varikokel, yakni kondisi saat pembuluh vena di sekitar testis mengalami pelebaran.
- Hidrokel, yakni kondisi terjadinya penumpukan cairan di sekitar testis yang bisa
berbahaya.
Selain gangguan masalah kesehatan reproduksi secara spesifik bagi kedua jenis
kelamin, ada juga beberapa masalah gangguan reproduksi yang dapat terjadi pada pria
dan wanita. Hal ini biasanya berkaitan dengan penyakit tertentu, seperti
HIV/AIDS atau penyakit menular seksual.
7
terinfeksi penyakit menular seksual (IMS), HIV dan AIDS serta penyalahgunaan
Narkoba. Adanya motivasi dan pengetahuan yang memadai untuk menjalani masa
remaja secara sehat, diharapkan remaja mampu untuk memelihara kesehatan dirinya
sehingga mampu memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi sehat.
- Lansia
Masalah kesehatan usia lanjut semakin meningkat bersamaan dengan
bertambahnya presentase penduduk usia lanjut. Masalah prioritas pada kelompok ini
antara lain meliputi gangguan pada masa menopause, osteoporisis, kanker prostat, dan
penyakit kerdiovaskular serta penyakit degeneratif, yang dapat berpengaruh terhadap
organ reproduksi. Di samping itu, kekurangan gizi dan gangguan otot serta sendi
sering memperburuk keadaan tersebu
- Calon Pengantin
Kesehatan Reproduksi (Kespro) sangat penting diberikan pada calon pengantin
(Catin) khusunya pasangan yang akan menikah. Pasalnya, jika pengetahuan seperti ini
belum diperoleh, dikhawatirkan akan terjadi hal negatif. Misalnya, seperti pernikahan
dini bahkan melahirkan sebelum tepat usia. Bukan hanya sebatas terbebas dari
kehamilan yang yang tidak di inginkan, aborsi yang tidak aman, penyakit menular
seksual (PMS), ataupun HIV dan AIDS, serta bentuk tindak kekerasan dan pemaksaan
seksual.
- Pekerja Seks
Perilaku seks bebas, misalnya dengan bergonta-ganti pasangan, bisa
meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit. Risiko ini dapat dialami oleh
kedua belah pihak yang tidak menerapkan prinsip seks aman, baik PSK maupun pihak
atau orang yang menyewa jasanya. Hal ini dapat menimbulkan beberapa resiko
penyakit seperti herpes genital, gonore atau kencing nanah, sifilis atau penyakit raja
singa, terinfeksi Human papillomavirus (HPV) dan juga terinfeksi HIV
2. Sasaran antara
Sasaran antara dalam kespro, meliputi petugas dan tenaga kesehatan seperti
Dokter, Bidan, Perawat dan Pemberi pelayanan berbasis masyarakat
8
1. Meningkatkan kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya;
2. Meningkatkan hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan
kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan;
3. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari
perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan
pasangan dan anak-anaknya;
4. Adanya dukungan yang menunjang wanita untuk menbuat keputusan yang
berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan
pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan
reproduksi secara optimal.
Sangat penting memberi informasi kepada para wanita untuk selalu menjaga
kondisi kesehatan reproduksinya, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, istri maupun
ibu sampai kondisi perempuan tersebut memasuki masa menopause. Pendidikan
kesehatan mempunyai tujuan agar wanita mau berperilaku hidup sehat, khususnya
dalam menjaga organ reproduksinya sehingga tidak timbul masalah di salah satu
organ reproduksinya.
Tujuan program kesehatan reproduksi remaja
Program kesehatan reproduksi remaja ini bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman, sikap, dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak
reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan
kehidupan berkeluarga dalam mendukung upaya peningkatan kualitas generasi
mendatang.
9
masih rendah yang disebabkan oleh faktor kurangnya akses masyarakat baik terhadap
informasi maupun terhadap pelayanan kesehatan reproduksi (BKKBN, 2004).
Kebijakan Pemerintah tentang kesehatan reproduksi remaja dewasa ini sudah
dicanangkan pada setiap daerah dan sebagai kelompok masyarakat/remaja termasuk
remaja pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas (SLTA/SMA) di Indonesia. Dengan diterimanya program Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR) oleh masyarakat sekarang, dimana isi, pesan dan tujuan yang ingin
dicapai tidak terlalu jauh beda dengan konsep program pendidikan seks (Seks
Education) yang lalu.
Munculnya program kesehatan reproduksi remaja sebagai salah satu program
pembangunan nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
dengan PP No. 5 Tahun 2007 make program tersebut sudah dapat diterima oleh
berbagai kalangan. Program Kesehatan Reproduksi Remaja difokuskan pada empat
sasaran utama yaitu: (1) Peningkatan komitmen terhadap program KRR, (2)
Intensifikasi komunikasi perubahan perilaku remaja, (3) Peningkatan kemitraan dan
kerjasama dalam program KRR, dan (4) Peningkatan akses dan kualitas pengelolaan
dan pelayanan pusat informasi dan konseling KRR (PIK KRR).
Secara garis besar ruang lingkup substansi kesehatan reproduksi remaja rneliputi:
(1) Perkembangan seksual dan seksualitas (termasuk pubertas dan kehamilan tidak
diinginkan), (2) HIV/AIDS, dan (3) NAPZA (Narkotika, alkohol, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya). Ketiga substansi tersebut biasa dikenal dengan sebutan "Triad
KRR" yang mempunyai kaftan sebab akibat antara satu dengan lainnya.
10
4. Menguatnya wacana tubuh perempuan dalam kebijakan kesehatan reproduksi
akibat ketidaksetaraan dan keadilan gender merupakan suatu hal yang penting dan
mendesak untuk diungkapkan, disingkap dan bahkan untuk dibongkar.
Sebagaimana dikemukakan dalam RAN Pemenuhan Hak Kesehatan Reproduksi
(2007: 13-16), bahwa: ”ketidak setaraan dan ketidak adilan gender, rendahnya
kemampuan dan kesempatan perempuan dalam pengambilan keputusan, pemahaman
akan hak reproduksi serta kondisi ekonomi mengakibatkan kurang terpenuhinya hak
reproduksi perempuan”. Ketika ketidak setaraan dan ketidak adilan gender terus
terjadi, selama perempuan tidak memiliki akses dan posisi tawar dalam pengambilan
keputusan, maka selama itulah hak kesehatan reproduksi perempuan sulit dapat
terpenuhi.
Terdapat 9 temuan yang menunjukkan adanya ketidak-konsistenan dalam
kebijakan kesehatan reproduksi, sebagaimana dapat dibaca dalam uraian-uraian
berikut:
1. Pertama, pada Pasal 2 UU Kesehatan telah memuat asas-asas dalam pembangunan
kesehatan, yakni: asas perikemanusiaan, manfaat, perlindungan, penghormatan
terhadap hak-hak dan kewajiban, keadilan, gender dan non-diskriminatif, serta
norma-norma agama. Namun, terdapat ketidak-konsistenan pada penjabaran
Asas-Asas tersebut dalam Pasal demi Pasal Undang-Undang Kesehatan, di mana asas
yang digunakan hanya asas norma agama sebagaimana dapat dilihat pada Pasal-Pasal
dalam UUKesehatan. Sedangkan asas-asas lain seperti: perikemanusiaan, manfaat,
perlindungan, penghormatan terhadap hak-hak dan kewajiban, keadilan, gender dan
non-diskriminatif, tidak digunakan dalam penjabaran pada Pasal-Pasal, khususnya
pada Pasal yang mengatur Kesehatan Reproduksi.
2. Kedua, pada UU Kesehatan masih terdapat beberapa
pengaturan yang tumpang-tindih. Ada masalah kontrasepsi diatur dalam Pasal
Kesehatan Reproduksi, tetapi juga ada
pengaturan perihal “Upaya Kehamilan Diluar Cara yang
Alamiah” yang diatur dalam Pasal Kesehatan Ibu.
3. Ketiga, pada UU Kesehatan dapat dilihat beberapa kerancuan pengertian tentang:
“kesehatan reproduksi perempuan”, “keluarga berencana”, “kesehatan ibu”, dan
“kesehatan seksual”. Dapat dilihat dari ketidakjelasan apa yang dimaksud dengan
pengertian-pengertian tentang kesehatan reproduksi, keluarga berencana dan
11
kesehatan ibu. Selain itu juga dalam kebijakan kesehatan reproduksi diwarnai
ketidak-konsistenan karena tidak diaturnya kesehatan seksual.
4. Keempat, pada Undang-Undang Kesehatan, terdapat permasalahan tentang
kewajiban Pemerintah dalam memberikan informasi dan sarana pelayanan kesehatan
reproduksi yang aman, bermutu dan terjangkau, terkait dengan tidak ada penjelasan
yang cukup sebagaimana prasyarat untuk memberikan informasi dan sarana
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Dapat disebutkan bahwa
dalam UU Kesehatan terdapat suatu pengaturan yang bersifat kontradiktif dengan
realitas yang ada pada masyarakat yang menunjukkan keterbatasan akses perempuan
terhadap informasi dan pelayanan kesehatan karena kendala sosial, budaya, ekonomi
dan politik.
5. Kelima, walaupun pengaturan kesehatan reproduksi pada UU Kesehatan tidak
secara eksplisit menyatakan bahwa yangdiatur adalah kesehatan reproduksi
perempuan, namun fokus pengaturan kesehatan reproduksi cenderung pada kesehatan
reproduksi perempuan. Dalam UU Kesehatan pengaturan kesehatan reproduksi
dimaknai hanya sebagai urusan perempuan di mana pengaturan hanya dibatasi pada
seputar kehamilan dan aborsi, sedangkan perihal haid dan menopause tidak diatur.
6. Keenam, pengaturan kesehatan reproduksi perempuan hanya dibatasi pada
kesehatan fisik yang berkaitan dengan fungsi biologis reproduksi semata. Dalam UU
Kesehatan tidak ditemukan pengaturan kesehatan reproduksi perempuan secara utuh
(holistik) yang meliputi kesehatan secara fisik, psikis, mental dan sosial. Pada Bagian
Penjelasan UU Kesehatan: hanya tertulis meliputi upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.
7. Ketujuh, pengaturan kesehatan reproduksi dalam UU Kesehatan tidak diatur secara
eksplisit perihal kesehatan reproduksi laki-laki. Tidak diaturnya kesehatan reproduksi
laki-laki dapat dilihat sebagai: ketidak-konsistenan, pengingkaran serta diskriminasi
dalam pengaturan kesehatan reproduksi pada Undang-Undang Kesehatan. Padahal
pada Pasal 71 ayat (1) Undang-Undang Kesehatan dijelaskan pengertian kesehatan
reproduksi yang merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh,
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
fungsi, danproses reproduksi pada laki-laki dan perempuan. Selain tidak mengatur
kesehatan reproduksi laki-laki, dalam UU Kesehatan tersebut juga tidak mengatur
peranserta laki-laki dalam menegakkan pemenuhan hak kesehatan reproduksi
perempuan.
12
8. Kedelapan, tidak diaturnya kesehatan reproduksi maupun peranserta laki-laki juga
merupakan petunjuk tentang ketidak-konsistenan dan pengabaian terhadap kebijakan
serta dokumen-dokumen yang sudah ada sebelumnya, antara lain:
- UU No.7 /1984 tentang ratifikasi CEDAW;
- Inpres No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam semua bidang
pembangunan;
- Buku Pintar Gender “Panduan Pelayanan Sensitif Gender Bagi Petugas Kesehatan”,
yang dihasilkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2006;
- Pedoman Umum Pelaksanaan Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang
dikeluarkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan pada tahun 2007.
9. Kesembilan, dalam UU Kesehatan, perihal kesehatan reproduksi maupun kesehatan
seksual remaja belum mendapat perhatian serius sebagaimana dapat dilihat pada Pasal
136 dan Pasal 137. Padahal dalam “Kebijaksanaan Program Pencegahan &
Pemberantasan IMS Termasuk AIDS di Indonesia”, yang dikeluarkan oleh
Subdirektorat Pencegahan & Pemberantasan IMS/AIDS dan Frambusia Direktorat
Jenderal PPM&PLP, Departemen Kesehatan RI (2007), disebutkan bahwa sasaran
kebijaksanaan tentang IMS dan AIDS adalah kelompok masyarakat dalam usia
seksual aktif, yaitu mereka yang berusia 14 sampai 45 tahun, yang dibagi menjadi
kelompok resiko tinggi dan rendah tertular IMS termasuk AIDS. Remaja usia 14
tahun yang umumnya duduk dibangku sekolah tingkat SMP merupakan kelompok
usia yang sudah waktunya untuk mendapat pelayanan KIE dan sarana pelayanan
kesehatan reproduksi yang memuat juga materi tentang kesehatan seksual.Dapat
disimpulkan bahwa kebijakan kesehatan reproduksi dalam wacana tubuh perempuan
dengan penjelasan bahwa:
- Dalam kebijakan kesehatan reproduksi terdapat kecenderungan monopoli medis
yang menyebabkan terjadinya proses medikalisasi tubuh yang mengarah pada
iatrogenisis sosial dan budaya yang akan mempengaruhi upaya pemenuhan hak
kesehatan reproduksi perempuan;
- Adanya kecenderungan pengabaian sisi personal perempuan, di mana perempuan
ditempatkan sebagai sang Liyan;
- Adanya kecenderungan untuk penyeragaman dengan menguatnya asas norma agama,
patut menjadi catatan penting yang dapat menjadi efek samping yang tidak
diharapkan yang melalui konsep iatrogenesis.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial
secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan. Baik
laki-laki dan perempuan harus menjaga kesehatan reproduksi masing-masing.
Menjaga kesehatan reproduksi merupakan hal yang penting karena terkait dengan
bagaimana kita menjamin keberlangsungan hidup manusia dari generasi ke generasi
sehingga generasi berikutnya bisa lebih berkualitas dibanding dengan generasi pada
saat ini.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang telah kami selesaikan, guna memenuhi tugas mata
kuliah Kesehatan reproduksi. Kami sadar dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karna itu, kritik dan saran sangatlah kami hargai dan
harapkan demi perbaikan penyusunan makalah dimasa yang akan datang, kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi kami sendiri.
14
DAFTAR PUSTAKA
15