Anda di halaman 1dari 48

1|KELOMPOK 1 SKRINING PRA KONSEPSI

MAKALAH
SKRINING PRA KONSEPSI (PEMERIKSAAN FISIK
DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG)

MATA KULIAH : ASKEB PADA PRA NIKAH DAN PRA KONSEPSI


DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

ANDRIYANI DAHLIA PRATAMA (113420002) BQ. FENTY RAHMAWATI (113420009)


HIDAYATURRAHMI (113420016) BQ. RIDHA HANDAYANI (113420013)
EKA PUSPA DEWI (113420025) ERLIANA (113420017)
SULHIATI (113420059) ERNA YULIANA (113420019)
VERAWATI (113420061) FARIDA RAUDATUL. J (113420020)
RIZKI INTAN NOVITA (113420044) HASNIYATI (113420023)
IKA REZKI P (113420030) HUSNIAH (113420027)
RIZKINA AFWATI (113420043) IKA ANISA PERMATA H (113420029)
ROHYATUL AENI (113420045) LAELA QADARSIH L (113420032)
WAHYU IKA PURNMAMI (113420063) SOFIAH HAYATI (113420054)
HENI ROSDIANA (113420024) YULIANA (113420065)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR


LOMBOK TIMUR
TAHUN AJARAN 2020/2021
2|KELOMPOK 1 SKRINING PRA KONSEPSI

DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................5
1.3 TUJUAN .....................................................................................................................5
1.4 MANFAAT .................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI ..............................................................................................7
BAB III PENUTUP............................................................................................................47
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................47
3.2 SARAN.......................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................48
3|KELOMPOK 1 SKRINING PRA KONSEPSI

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur terucap untuk Allah Swt., Tuhan Yang Maha Sempurna. Hanya
karena kemurahan-Nya, makalah ini dapat selesai tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas kelompok pada mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Pra Nikah dan Pra Konsepsi. Melalui tugas ini
diharapkan pembaca dapat memahami materi tentang “Skrining Pra Konsepsi yaitu Pemeriksaan Fisik dan
Pemeriksaan Penunjang”
Makalah yang membahas tentang Skrining Pra Nikah ini dapat selesai dengan baik
tentunya tidak luput dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini pula, kami
akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
langsung ataupun tidak langsung kepada :
1. Drs. H. Muh Nagib, M.Kes, Ketua STIKES Hamzar Lombok Timur
2. Ns.Nandang D.D.Khairari, MAN, Wakil Ketua I STIKES Hamzar Lombok Timur
3. Muhammad Fadlurrahman, S.Kom, Wakil Ketua II STIKES Hamzar Lombok Timur
4. Ns. Supriadi, M.Kep, Wakil Ketua III STIKES Hamzar Lombok Timur
5. Fibrianti. S. ST., M. Kes, Kaprodi DIII Kebidanan STIKES Hamzar Lombok Timur
6. Eka Faizaturrohmi, S.ST., M.Kes, Kaprodi S1 Pendidikan Bidan STIKES Hamzar
Lombok Timur
7. Nurannisa Fitria Aprianti, STr.,M.K.M, selaku dosen Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
pada Pra Nikah dan Pra Konsepsi, terima kasih atas bimbingannya
8. Seluruh pengajar di Jurusan S1 Kebidanan dan Profesi, terima kasih atas ilmu dan
pengabdiannya dalam mendidik.
9. Teman-teman satu kelas S1 Kebidanan dan Profesi
Makalah yang kami buat ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca pada umumnya

Lombok Timur, 18 September 2020

Kelompok 1
4|KELOMPOK 1 SKRINING PRA KONSEPSI

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dengan usia istri berumur
antara 15 sampai dengan 49 tahun atau usia istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah
haid atau usia istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (BKKBN, 2013). Pada
pasangan suami istri usia subur yang baru menikah atau ingin mendapatkan anak lagi,
kehamilan merupakan saat-saat yang paling ditunggu. Hal itu juga merupakan saat yang
menegangkan ketika sebuah kehidupan baru bertumbuh dan berkembang di dalam rahim
(Sunarsih, 2011).
Kesehatan yang baik adalah salah satu faktor yang paling penting dalam kehamilan.
Kesehatan prakonsepsi adalah cara untuk meningkatkan hasil kehamilan yang positif dengan
mendorong perempuan untuk terlibat dalam gaya hidup yang sehat sebelum mereka hamil
(Williams & Wilkins, 2012). Perawatan prakonsepsi yang dimulai sebelum kehamilan dapat
menjadi strategi efektif untuk mengurangi gangguan bawaan dan meningkatkan kesehatan
wanita usia subur (Shanon et al, 2013).
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) (2006)
merekomendasikan bahwa selama periode reproduktif wanita, terutama mereka yang
merupakan bagian dari perawatan prakonsepsi, seharusnya mencakup konseling tentang
perawatan kesehatan dan perilaku untuk mengoptimalkan hasil kehamilan. Pada wanita yang
menerima perawatan prakonsepsi lebih cenderung mengadopsi perilaku sehat, sehingga
memiliki hasil kehamilan yang baik (Dean et al, 2013).
Perawatan prakonsepsi tidak hanya untuk wanita, tetapi juga untuk pria. Perawatan
prakonsepsi untuk pria juga penting yaitu untuk meningkatkan hasil kehamilan yang sehat
(Regina VT, 2011). Masalah umum dalam perawatan prakonsepsi yaitu keluarga berencana,
mencapai berat badan yang sehat, skrining dan pengobatan untuk penyakit menular,
memperbarui imunisasi yang tepat, meninjau obat untuk efek teratogenik, konsumsi
suplemen asam folat untuk mengurangi risiko cacat tabung saraf bagi wanita yang ingin
hamil, dan pengendalian penyakit kronis sangat penting untuk mengoptimalkan hasil
kehamilan (Farahi dan Zolotor, 2013).
5|KELOMPOK 1 SKRINING PRA KONSEPSI

Preconception Counseling adalah komponen penting dari perawatan prakonsepsi


(Williams et al, 2012). Preconception Counseling merupakan skrining dan memberikan
informasi serta dukungan kepada individu usia subur sebelum hamil untuk promosi
kesehatan dan mengurangi risiko (Bulechek, Butcher, & Dochterman, 2008). Preconception
Counseling memainkan peran utama dalam mempersiapkan kehamilan. Preconception
Counseling bertujuan untuk mengidentifikasi dan memodifikasi risiko yang berhubungan
dengan kesehatan dan hasil kehamilan ibu, serta sebelum kehamilan (Walfisch dan Koren,
2011).
Kunjungan konseling prakonsepsi adalah waktu yang ideal untuk mengevaluasi
pasien dan kehamilan (Lanik, 2012). Penelitian terbaru menunjukkan bahwa peristiwa-
peristiwa yang terjadi di dalam uterus, bahkan sebelum seorang wanita mengetahui dirinya
sedang hamil, mungkin memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan janin dan
hasil kehamilan (Saravelos dan Regan, 2011).
Dalam hal ini, peran bidan dalam perawatan prakonsepsi di tingkat dasar antara lain
pengkajian faktor risiko, promosi kesehatan, intervensi klinikal, dan psikososial. Bidan harus
memiliki akses, seperti informasi tentang perawatan sebelum konsepsi untuk memberikan
anjuran/nasihat kepada orang tua, mengevaluasi kehamilan dan bila menemukan suatu kelainan, dapat
merujuk ke dokter spesialis yang lebih kompeten sedini mungkin. Dari peran bidan yang dilakukan
tersebut, diharapkan dapat menghasilkan sebuah kehamilan yang sehat pada pasangan usia subur.
Dari masalah yang telah diuraikan diatas, maka pada kesempatan ini penulis
membuat makalah tentang skrining pra konsepsi berupa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
finansial calon orang tua.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah
menguraikan tentang skrining pra konsepsi berupa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
finansial calon orang tua
1.3 Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui jenis prosedur skrining pra
konsepsi
6|KELOMPOK 1 SKRINING PRA KONSEPSI

b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk mengetahui jenis prosedur pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan finansial pada saat skrining pra konsepsi
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Tenaga Pelayanan Kesehatan
Dapat meningkatkan pemahaman dan wawasan terhadap skrining pra konsepsi dan dapat
menerapkannya dalam memberikan pelayanan kepada calon orang tua serta memberikan
kepuasan bagi penerimanya dengan mengutamakan keamanan klien dan pelayanan yang
berkualitas.
b. Bagi Institusi Pendidikan STIKES Hamzar
Dapat memberikan institusi pendidikan kebidanan untuk membekali mahasiswa-
mahasiswa STIKES Hamzar dengan kemampuan melakukan penelitian di Puskesmas
khususnya tentang pelaksanaan skrining pra konsepsi.
7|KELOMPOK 1 SKRINING PRA KONSEPSI

BAB 1I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Prakonsepsi
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan
konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi pembuahan. Jadi
prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau
sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun
sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu
sekitar 100 hari sebelum konsepsi.
B. Tujuan Prakonsepsi
Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya berada
dalam status kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat dimulainya kehamilan. Tujuan
lainnya adalah memberikan serangkaian pilihan yang mungkin tidak tersedia saat kehamilan
dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun kehamilan bagi beberapa pasangan
mungkin tidak direncanakan, mayoritas pasangan yang memang merencanakan kehamilan
dapat memperoleh manfaat dari asuhan prakonsepsi, baik bagi mereka yang hanya ingin
memberikan yang terbaik bagi bayinya maupun sebagai upaya mengurangi kondisi yang
dapat membahayakan kehamilan.
C. Manfaat Prakonsepsi
Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara fisik dan
emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan
pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi.
Selain itu, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya
proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan upaya yang maksimal agar
bayi dapat lahir dengan sehat. Selain itu asuhan pra konsepsi juga bermanfaat untuk :
1. Identifikasi keadaan penyakit
2. Penilaian keadaan psikologis
3. Kesiap siagaan keuangan dan tujuan hidup
4. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk membantu
membuat keputusan tentang persalinan yang akan di hadapinya.
8|KELOMPOK 1 SKRINING PRA KONSEPSI

D. Langkah- langkah yang dilakukan dalam Pra Konsepsi


1. Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga tenaga kesehatan dapat
menilai keadaan kesehatan perempuan dan mengidentifikasi faktor resikonya.
2. Pemeriksan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium rutin artinya bahwa
pemeriksaan ini dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara lain : pemeriksaan
darah lengkap, golongan darah, titer virus Rubella, hepatitis B, pap smear, clamidia, HIV,
dan GO.
3. Pemberian imunisasi sebelum konsepsi
4. Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan penyebab banyak
masalah dalam kehamilan.
5. Identifikasi riwayat kesehatan keluarga ( kesulitan dalam kehamilan, persalinan, nifas
maupun kecacatan )
6. Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya konsepsi ( olah raga,
hindari minum alcohol, merokok atau penggunaan obat-obat terlarang/ hentikan bila ibu
sudah terbiasa )
7. Identifikasi masalah kesehatan ( DM, epilepsy,hipertensi dll ), berikan penanganan dan
observasi sebelum terjadi konsepsi.
8. Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah matang, dan yang
mengandung kotoran kucing karena dapat menyebabkan toxoplasmosis yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang janin.
9. Membersihkan lingkungan dari bahan kimia.
Michael C. LU, MD, MPH, David Geffen dalam Recommendations for
Preconception Care tahun 2007 menyatakan beberapa model asuhan prakonsepsi telah
dikembangkan. The American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians
dan Gynecologists mengklasifikasikan komponen utama asuhan prakonsepsi menjadi empat
kategori: penilaian fisik, skrining risiko, vaksinasi, dan konseling. Sebagian komponen
asuhan prakonsepsi (Tabel 1)
Table 1. Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi
Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi
Identifikasi risiko
Reproduksi rencana hidup Minta pasien jika ia berencana untuk memiliki
9|KELOMPOK 1 SKRINING PRA KONSEPSI

anak (atau anak-anak tambahan jika dia sudah


menjadi ibu) dan berapa lama ia berencana
untuk menunggu sampai ia menjadi hamil;
membantunya mengembangkan rencana,
berdasarkan nilai-nilai dan sumber daya,
untuk mencapai tujuan tersebut
Riwayat reproduksi Tinjau sebelumnya hasil kehamilan yang
merugikan (misalnya, kematian bayi,
kematian janin, cacat lahir, berat badan lahir
rendah, kelahiran prematur) dan menilai risiko
biobehavioral berkelanjutan yang dapat
menyebabkan kekambuhan pada kehamilan
berikutnya
Riwayat kesehatan Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat
kondisi yang dapat mempengaruhi kehamilan
berikutnya (misalnya, penyakit jantung
rematik, tromboemboli, penyakit autoimun);
layar untuk kondisi kronis yang sedang
berlangsung seperti hipertensi dan diabetes
Obat digunakan Meninjau penggunaan saat pasien obat;
menghindari FDA kehamilan kategori X obat
dan sebagian obat kategori D kecuali potensi
manfaat lebih besar daripada risiko janin ibu;
meninjau penggunaan obat tanpa resep, jamu,
dan suplemen
Infeksi dan imunisasi Skrining untuk periodontal, urogenital, dan
infeksi menular seksual seperti yang
ditunjukkan; memperbarui imunisasi hepatitis
B, rubella, varicella, Tdap, human
papillomavirus, dan vaksin influenza yang
diperlukan; nasihat pasien tentang mencegah
10 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

infeksi TORCH
Skrining genetik dan riwayat keluarga Menilai risiko pasien dari kelainan kromosom
atau genetik berdasarkan riwayat keluarga,
etnis latar belakang, dan usia; menawarkan
cystic fibrosis dan skrining operator lain
seperti yang ditunjukkan; mendiskusikan
pengelolaan kelainan genetik yang dikenal
(misalnya, fenilketonuria, trombofilia)
sebelum dan selama kehamilan
Penilaian gizi Menilai ABCDs gizi: faktor antropometri
(misalnya, BMI), faktor biokimia (misalnya,
anemia), faktor klinis, dan risiko diet
Penyalahgunaan zat Tanyakan pada pasien tentang tembakau,
alkohol, dan penggunaan narkoba;
menggunakan CAGE atau T-ACE kuesioner
untuk layar untuk alkohol dan
penyalahgunaan zat
Racun dan agen teratogenik Menasihati pasien tentang kemungkinan racun
dan paparan agen teratogenik di rumah, di
lingkungan, dan di tempat kerja (misalnya,
logam berat, pelarut, pestisida, endokrin,
alergen); meninjau Material Safety Data
Sheets dan berkonsultasi dengan spesialis
informasi teratologi lokal yang diperlukan
Kekhawatiran psikososial Skrining untuk depresi, kecemasan, kekerasan
dalam rumah tangga, dan stressor psikososial
utama
Pemeriksaan fisik Fokus pada periodontal, tiroid, jantung,
payudara, dan pemeriksaan panggul
Pengujian laboratorium Pengujian harus mencakup jumlah darah
lengkap; urinalisis; skrining golongan darah;
11 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

dan, jika diperlukan, skrining untuk rubella,


sifilis, hepatitis B, virus human
immunodeficiency, gonore, klamidia, dan
diabetes dan sitologi serviks;
mempertimbangkan pengukuran tiroid
merangsang kadar hormone
Promosi Kesehatan
Rencana keluarga Mempromosikan keluarga berencana
berdasarkan rencana hidup reproduksi pasien;
bagi wanita yang tidak berencana untuk
hamil, mempromosikan penggunaan
kontrasepsi yang efektif dan mendiskusikan
kontrasepsi darurat
Berat badan yang sehat dan gizi Mempromosikan berat badan sebelum hamil
yang sehat (ideal BMI adalah 19,8-26,0 kg
per m2) melalui latihan dan mendiskusikan
nutrisi; makro dan mikro, termasuk
mendapatkan "lima sehari" (yaitu, dua porsi
buah dan tiga porsi sayuran) dan
mengonsumsi multivitamin harian yang
mengandung asam folat
Perilaku sehat Mempromosikan perilaku sehat seperti
nutrisi, olahraga, seks yang aman,
penggunaan kontrasepsi yang efektif, flossing
gigi, dan penggunaan pelayanan kesehatan
preventif; mencegah perilaku berisiko seperti
douching, tidak mengenakan sabuk
pengaman, merokok (misalnya, menggunakan
lima A [Ask, Advise, Assess, Assist, Arrange]
untuk berhenti merokok), dan alkohol dan
penyalahgunaan zat
12 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

Ketahanan stress Promosikan nutrisi, olahraga, tidur yang


cukup, dan teknik relaksasi; mengatasi stres
yang sedang berlangsung (misalnya,
kekerasan dalam rumah tangga);
mengidentifikasi sumber daya untuk
membantu pasien mengembangkan
pemecahan masalah dan resolusi konflik
keterampilan, kesehatan mental yang positif,
dan hubungan yang kuat
Lingkungan yang sehat Diskusikan rumah tangga, lingkungan, dan
paparan pekerjaan untuk logam berat, pelarut
organik, pestisida, endokrin, dan alergen;
memberikan tips praktis seperti bagaimana
untuk menghindari paparan
Asuhan Interconception Mempromosikan menyusui, menempatkan
bayi di punggung mereka untuk tidur untuk
mengurangi risiko sindrom kematian bayi
mendadak, perilaku pengasuhan yang positif,
dan pengurangan risiko biobehavioral
berkelanjutan

Identifikasi risiko, Intervensi medis dan psikososial


Intervensi harus mengatasi risiko medis dan psikososial diidentifikasi; contoh termasuk
suplemen asam folat, pengujian untuk rubella seronegativity dan vaksinasi jika
diindikasikan, kontrol ketat diabetes pragestasional, manajemen hati-hati hipotiroidisme,
dan menghindari agen teratogenik (Misalnya, isotretinoin [Accutane], warfarin
[Coumadin], beberapa obat anti kejang, alkohol, tembakau)
FDA = U.S. Food and Drug Administration; Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria
toxoid, and acellular pertussis; TORCH =Toxoplasmosis, Other viruses, Rubella,
Cytomegaloviruses, Herpes (simplex) viruses; BMI = body mass index; CAGE = Cut
down on drinking, Annoyance with criticisms  about drinking, Guilt about drinking, and
13 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

using alcohol as an Eye opener; T-ACE = Tolerance, Annoyance, Cut down, Eye-opener
Narges Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD, DrPH dalam Recommendations for
Preconception Counseling and Care tahun 2013 menyatakan bahwa Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit mendefinisikan asuhan prakonsepsi sebagai seperangkat intervensi
yang bertujuan mengidentifikasi dan memodifikasi risiko biomedis, perilaku, dan sosial
untuk hasil kesehatan atau kehamilan wanita melalui pencegahan dan manajemen. Tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa wanita itu sesehat mungkin sebelum konsepsi untuk
mempromosikan kesehatan dan kesehatan anak-anak masa depannya. Asuhan prakonsepsi
merupakan bagian integral asuhan primer bagi perempuan di tahun-tahun reproduksi mereka.
Ini bukan kunjungan medis tunggal, melainkan harus dimasukkan ke dalam setiap keputusan
medis dan rekomendasi pengobatan untuk wanita ini.
Anjuran berdasarkan peringkat bukti yang dicantumkan dalam konseling prakonsepsi
menurut Narges Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD, DrPH dalam Recommendations for
Preconception Counseling and Care yaitu:
Tabel 2. Pedoman dalam konseling prakonsepsi
PERINGKAT
PEDOMAN KLINIS
BUKTI
Tanyakan wanita usia reproduksi tentang niat untuk hamil.
C
Memberikan konseling kontrasepsi disesuaikan dengan niat pasien.
Menyarankan suplemen asam folat (400 mcg setiap hari) untuk
A
mengurangi risiko cacat tabung saraf.
Menilai indeks massa tubuh, dan wanita nasihat yang kelebihan
berat badan, obesitas, atau underweight tentang mencapai berat C
badan yang sehat sebelum hamil.
Menasihati wanita dengan diabetes mellitus tentang pentingnya
kontrol glikemik sebelum konsepsi. Membantu pasien dalam
A
mencapai tingkat A1C sedekat normal mungkin untuk mengurangi
risiko kelainan kongenital.
Periksa penggunaan obat teratogenik sebagai bagian dari asuhan C
prakonsepsi, dan berubah menjadi obat yang lebih aman jika
memungkinkan. Gunakan obat paling sedikit pada dosis terendah
14 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

yang diperlukan untuk mengendalikan penyakit.


Skrining pasien yang ingin hamil untuk infeksi menular seksual dan
C
penyakit menular lainnya seperti yang ditunjukkan.
Memperbarui hepatitis B; influenza; campak, gondok, rubella; Tdap;
dan imunisasi varicella yang diperlukan pada pasien yang ingin C
hamil.
Ket :
Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and acellular pertussis.

A = konsisten, baik kualitas bukti pasien berorientasi; B = tidak konsisten atau terbatas
berkualitas bukti pasien berorientasi; C = konsensus, bukti penyakit-berorientasi, praktek
yang biasa, pendapat ahli, atau seri kasus.
Asuhan awal wanita usia reproduksi harus mencakup identifikasi risiko kesehatan
untuk dirinya dan anak-anak masa depannya, dan menerapkan intervensi untuk mengurangi
risiko ini. Masalah umum dalam asuhan prakonsepsi diringkas dalam Tabel 3.
Table 3: Masalah umum dalam asuhan Prakonsepsi
MASALAH SARAN
Paparan lingkungan a.       Menilai paparan lingkungan di tempat kerja
untuk toxicants; industri yang diketahui
menggunakan bahan kimia beracun termasuk
asuhan klinis dan laboratorium kesehatan, dry
cleaning, percetakan, manufaktur, dan
pertanian
b.      Menilai paparan lingkungan dalam rumah
tangga kepada agen yang berpotensi berbahaya
seperti logam berat, pelarut, dan pestisida
c.       Menasihati pasien tentang menghindari
paparan merkuri dengan tidak mengkonsumsi
ikan besar (misalnya, hiu, ikan todak, tilefish,
king mackerel) dan membatasi asupan ikan
15 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

lainnya
Riwayat genetik keluarga a.       Skrining riwayat pribadi atau keluarga dari
anomali kongenital atau kelainan genetik
b.      Rujuk pasangan untuk konseling genetik bila
faktor risiko diidentifikasi, dan menyediakan
tes pembawa saat tepat untuk menentukan
risiko kehamilan masa depan
Obat a.       Menilai penggunaan obat teratogenik
b.      Wanita dengan penyakit kronis, beralih ke
obat yang lebih aman bila mungkin, dan
menggunakan obat paling sedikit pada dosis
terendah yang diperlukan untuk mengendalikan
penyakit
Penyakit jiwa a.       Skrining untuk gangguan depresi dan
kecemasan
b.      Menasihati pasien tentang risiko depresi yang
tidak diobati selama kehamilan, serta risiko
pengobatan
Faktor psikososial a.       Skrining kekerasan pasangan intim
b.      Mengevaluasi keselamatan pasien, dan
memberikan rujukan ke sumber yang sesuai
Penggunaan zat a.       Skrining untuk penggunaan alkohol, dan
memberikan rujukan bagi perempuan dengan
ketergantungan alkohol
b.      Skrining untuk penggunaan tembakau, dan
memberikan pengobatan berhenti merokok bila
diperlukan; pasien nasihat tentang efek
merokok pada kehamilan dan kesehatan anak
c.       Memberikan intervensi perilaku singkat
untuk mengurangi rokok, alkohol, dan
16 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

penggunaan narkoba
Skrining dan pengobatan untuk penyakit menular, dan memberikan imunisasi sesuai
juga penting pada pasien prakonsepsi (Tabel 4).
Tabel 4. Skrining Penyakit menular dan imunisasi dalam asuhan prakonsepsi
SKRINING/IMUNISASI REKOMENDASI
Penyakit Menular
Chlamydia a.   Menyaring semua wanita yang lebih muda
dari 25 tahun dan wanita yang berada pada
risiko infeksi
b.   Mengobati pasien yang terinfeksi
Gonorrhea a.    Skrining wanita berisiko tinggi
b.   Mengobati pasien yang terinfeksi
Infeksi virus herpes simpleks Konseling tentang risiko penularan vertikal
Infeksi virus humana.   Screening universal
immunodeficiency b.   Konseling tentang risiko penularan vertikal
(Pengobatan mengurangi risiko ini)
Syphilis a.    Skrining wanita berisiko tinggi
b.   Mengobati pasien yang terinfeksi
Tuberkulosis a.   Skrining wanita berisiko tinggi
b.   Memperlakukan wanita dengan penyakit aktif
dan laten sebelum kehamilan
Imunisasi
Hepatitis B a.   Memvaksinasi semua wanita berisiko tinggi
sebelum kehamilan
b.   Pencegahan penularan vertikal
Influensa Memvaksinasi semua wanita yang akan hamil
selama musim flu dan wanita yang berisiko
komplikasi terkait influenza
Campak, gondok, rubella a.   Skrining  untuk kekebalan
b.   Memvaksinasi semua wanita untuk kekebalan
17 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

tubuh wanita yang tidak hamil


c.   Menasihati pasien untuk menghindari
kehamilan selama tiga bulan setelah vaksinasi
Tetanus, difteri, pertusis a.    Vaksinasi tetanus dapat melindungi terhadap
tetanus neonatal
b.   Vaksinasi dengan Tdap selama kehamilan
(waktu optimal adalah usia kehamilan 27-36
minggu) untuk mengurangi risiko pertusis
neonatal
Varicella a.   Skrining untuk kekebalan
b.   Memvaksinasi semua wanita untuk kekebalan
tubuh wanita yang tidak hamil
a.   Menasihati pasien untuk menghindari
kehamilan selama satu bulan setelah vaksinasi
Ket :
Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and acellular pertussis.
Menurut Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA dalam Systematic Review of
Preconception Risks and Interventions mengemukakan  intervensi yang dilakukan dalam
pengaturan kesehatan dapat memberikan akses yang lebih mudah untuk pasangan usia subur.
Namun, beberapa kontak yang diperlukan sebelum mereka menanggapi undangan untuk
menerima asuhan prakonsepsi. Sementara banyak wanita memiliki beberapa faktor risiko,
konseling prakonsepsi tidak memprovokasi kecemasan dan faktor risiko yang diidentifikasi
lebih mungkin untuk diatasi. Studi individu lanjut menunjukkan bahwa perempuan yang
menerima asuhan prakonsepsi mungkin lebih cenderung untuk merencanakan dan ruang
kehamilan mereka, berhenti merokok dan penggunaan alkohol, dan meningkatkan konsumsi
asam folat.
Pesan kunci yang di tujukan kepada pasangan usia subur yaitu :
1. Konseling Prakonsepsi memungkinkan untuk mengidentifikasi dan mengurangi faktor
risiko yang mungkin mengurangi hasil-hasil MNCH sebelum kehamilan. Meskipun
sebagian besar wanita memiliki setidaknya salah satu faktor risiko, dan banyak memiliki
beberapa risiko, konseling prakonsepsi tidak menyebabkan kecemasan.
18 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

2. Wanita yang menerima konseling prakonsepsi lebih mungkin untuk mengubah perilaku
berisiko. Oleh karena itu, wanita yang menerima konseling prakonsepsi memiliki
hasil MNCH yang lebih baik
3. Isi asuhan prakonsepsi telah rinci. Asuhan prakonsepsi setiap kali konseling dapat
dimulai dengan mengajukan dua pertanyaan sederhana: "Apakah Anda berencana untuk
hamil?" Dan "Apakah Anda saat ini menggunakan metode KB?"
Atrash H, Jack BW, Johnson K dalam Preconception care: A 2008 update 'Pedoman
mereka untuk Perinatal Care', AAP / ACOG menyatakan intervensi kelompok prakonsepsi
dibagi menjadi empat kategori:
1. Penilaian Ibu
Keluarga berencana dan kehamilan; sejarah keluarga; sejarah genetik – ibu dan
ayah; medis, bedah, paru, dan sejarah neurologis; obat saat ini – resep dan di atas meja;
penggunaan narkoba, termasuk alkohol, tembakau, dan obat-obatan terlarang; gizi;
domestic penganiayaan dan kekerasan; lingkungan dan pekerjaan eksposur; kekebalan dan
imunisasi status; risiko faktor untuk penyakit menular seksual; kebidanan sejarah; sejarah
ginekologi; pemeriksaan fisik umum; dan penilaian sosial ekonomi, pendidikan, dan
konteks budaya).
2. Vaksinasi
Vaksinasi untuk perempuan berisiko atau rentan terhadap Rubella, Varicella, dan
Hepatitis B.
3. Pemeriksaan
Semua perempuan HIV; tempat yang ditentukan untuk penyakit menular seksual,
untuk menilai penyebab keguguran berulang, untuk penyakit spesifik berdasarkan pada
riwayat medis atau reproduksi, dan untuk TB; untuk gangguan genetik berdasarkan
riwayat keluarga: cystic fibrosis, rapuh X, keterbelakangan mental, Duchene distrofi otot;
dan untuk kelainan genetic berdasarkan latar belakang ras / etnis: hemoglobinopathies
sabit- Afrika Amerika; B-Thalassemia - Mediterraneans, Asia Tenggara, Afrika Amerika;
a-Thalasemia - Amerika Afrika / kulit hitam dan Asia; Penyakit Sachs Tay - Ashkhenazi
Yahudi, Perancis Kanada, Cajun; Gaucher, Canavan, dan Nieman-Pilih Penyakit - Yahudi
Ashkenazi; dan cystic fibrosis - bule dan Yahudi Ashkenazi). Pada tahun 2001, ACOG
direvisi rekomendasi terkait dengan cystic fibrosis dan selanjutnya direkomendasikan
19 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

bahwa dokter kandungan / ginekolog membuat skrining DNA untuk cystic fibrosis
tersedia untuk semua pasangan yang mencari prakonsepsi atau asuhan prenatal - bukan
hanya mereka dengan riwayat pribadi atau keluarga membawa Cystic gen fibrosis.
4. Konseling
Berolahraga, mengelola berat badan, menghindari aditif makanan, mencegah
infeksi HIV, menentukan saat pembuahan oleh menstruasi yang akurat sejarah,
berpantang dari tembakau, alkohol, dan terlarang penggunaan narkoba sebelum dan
selama kehamilan, mengkonsumsi asam folat, dan mempertahankan kontrol yang baik
dari yang sudah ada sebelumnya setiap kondisi medis).
Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA dalam Preconception care: nutritional
risks and interventions menyatakan untuk menentukan kategori berat yang tidak normal,
WHO dan National Institutes of Health mengelompokkan berat menjadi empat kategori
menurut indeks massa tubuh individu: underweight (<18,5 kg / m2), normal (18,5-24,9 kg /
m), kelebihan berat badan (25,0-29,9 kg / m2), dan obesitas (30,0 kg / m ). Literatur
menunjukkan hubungan BMI antara obesitas pra-kehamilan dan kehamilan dapat merugikan
hasil kehamilan. Selanjutnya, berat badan pasca melahirkan berlebihan retensi adalah risiko
tidak hanya untuk kehamilan berikutnya, tetapi juga untuk pengembangan penyakit kronis
ibu. Meskipun pedoman yang ada untuk berat badan selama kehamilan menurut BMI ibu pra-
kehamilan, namun berat badan kehamilan tidak dibahas lebih lanjut karena berada di luar
lingkup prakonsepsi. Ulasan sebelumnya telah dinilai ibu lebih berat badan dan obesitas
menggunakan berbagai titik cut off untuk menentukan obesitas. Ulasan ini secara ekstensif
meneliti setiap hasil MNCH yang telah dilaporkan dengan semua kategori pengelompokan
berat, data dari studi individu ke underweight atau kelebihan berat badan dan
membandingkan ini untuk wanita dengan BMI yang normal seperti dijelaskan di atas.
Hasil review dari 34 studi yang membahas ibu underweight. Ulasan ini ditemukan
bahwa pada kasus underweight pra-kehamilan secara signifikan meningkatkan risiko
kelahiran prematur sebesar 32% (RR 1,32, 95% CI 1,22-1,43). Kasus underweight Pra-
kehamilan juga ditemukan secara signifikan meningkatkan risiko usia kecil-untuk-kehamilan
bayi (RR 1,64, 95% CI 1,22-2,21)., Meskipun sebelumnya pekerjaan telah menemukan efek
yang signifikan dari kasus underweight pra-kehamilan pada risiko memiliki bayi dengan
berat badan lahir rendah (RR 1,64 dan OR 1,82, ulasan ini menemukan tidak signifikan risiko
20 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

(RR 1,37, 95% CI 0,46-4,13) mungkin karena rendahnya jumlah studi termasuk karena ini
yang satu-satunya untuk menilai status berat badan ibu sebelum kehamilan. Tidak ada efek
yang ditemukan untuk underweight pra-kehamilan pada gangguan hipertensi kehamilan,
GDM, besar untuk-kehamilan usia atau makrosomia, atau cacat lahir bawaan.
Dunlop AL, MD, MPH, Jack B, MD, and Frey K, MD, MBA dalam National
Recommendations for Preconception Care: The Essential Role of the Family
Physician mengatakan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, bersama-sama dengan
Pilih Panel mitra eksternal, baru-baru ini menerbitkan rekomendasi nasional
untuk meningkatkan kesehatan prakonsepsi dan perawatan kesehatan. Rekomendasi nasional
harus dipandang sebagai rencana strategis untuk meningkatkan asuhan prakonsepsi melalui
penyediaan asuhan klinis sebagai promosi perubahan perilaku individu, kebijakan kesehatan,
dan strategi kesehatan masyarakat. Rekomendasi nasional dengan informasi latar belakang,
tinjauan bukti yang ada, dan referensi untuk menggabungkan asuhan prakonsepsi dalam
praktek ditemukan di situs web CDC. Sebuah deskripsi singkat dari 10 kunci rekomendasi
ditemukan pada Tabel 5.
Tabel 5. Ringkasan 10 Rekomendasi untuk Meningkatkan Kesehatan Prakonsepsi
1. Tanggung jawab individu di seluruh rentang kehidupan
Mendorong setiap wanita dan setiap beberapa memiliki rencana hidup
reproduksi.
2. Kesadaran pasien
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku kesehatan
prakonsepsi dan peningkatan penggunaan layanan asuhan prakonsepsi
menggunakan informasi dan alat yang sesuai usia, tidak buta huruf, sadar akan
kesehatan, dan budaya / konteks linguistik.
3. Intervensi Kunjungan
Sebagai bagian dari kunjungan asuhan primer, memberikan penilaian
risiko dan konseling (pendidikan dan promosi kesehatan) untuk semua wanita
usia subur untuk mengurangi risiko yang berkaitan dengan hasil kehamilan.
4. Intervensi untuk identifikasi risiko
Meningkatkan proporsi wanita yang menerima intervensi sebagai tindak
lanjut skrining risiko prakonsepsi, berfokus pada intervensi prioritas tinggi
21 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

(yaitu, orang-orang dengan penduduk yang dampak tinggi dan mencukupi bukti
efektivitas).
5. Asuhan Interconception
Gunakan periode interconception untuk memberikan intervensi intensif
untuk wanita yang telah memiliki sebelum kehamilan berakhir di hasil yang
merugikan (misalnya, kematian bayi, berat lahir rendah, atau kelahiran
prematur).
6. Cek up Prahamil
Penawaran, sebagai komponen asuhan bersalin, satu kunjungan pra-
kehamilan bagi pasangan berencana kehamilan.
7. Cakupan Kesehatan untuk wanita berpenghasilan rendah
Meningkatkan cakupan kesehatan kalangan wanita berpenghasilan rendah
untuk meningkatkan akses ke kesehatan, prakonsepsi, dan asuhan
interconception wanita pencegahan ini.
8. Program kesehatan masyarakat dan strategi
Menanamkan dan mengintegrasikan komponen kesehatan prakonsepsi ke
masyarakat yang ada terkait dengan program kesehatan, termasuk penekanan
pada orang-orang yang memiliki risiko pada kehamilan sebelumnya.
9. Penelitian
Meningkatkan pengetahuan penelitian yang berkaitan dengan kesehatan
prakonsepsi.
10. Perbaikan Pemantauan
Memaksimalkan pengawasan kesehatan masyarakat dan mekanisme
penelitian terkait untuk memantau kesehatan prakonsepsi.
Konsep asuhan prakonsepsi telah diartikulasikan selama lebih dari satu dekade, 5-20
namun belum menjadi bagian dari praktek rutin obat keluarga. Kurangnya pengetahuan
dokter yang direkomendasikan Intervensi adalah salah satu penghalang untuk penyediaan
asuhan prakonsepsi. CDC Publikasi alamat penghalang pengetahuan dengan menguraikan 14
intervensi asuhan prakonsepsi tertentu untuk yang pedoman praktek klinis dan bukti
efektivitas ada (Tabel 6).
Tabel 6. Intervensi dengan Bukti Asuhan Prakonsepsi untuk Meningkatkan Hasil
22 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

Kehamilan
Intervensi Terbukti Efek Kesehatan
Suplementasi asam folat Mengurangi terjadinya cacat neural tube defect
(NTD)
Vaksinasi Rubella Memberikan perlindungan terhadap sindrom
rubella bawaan.
Manajemen diabetes Secara substansial mengurangi kenaikan 3 kali
lipat dalam cacat lahir pada bayi dari wanita
diabetes.

Manajemen Hypothyroidism Menyesuaikan dosis levothyroxine


awal kehamilan melindungi
pengembangan neurologis yang tepat.
Vaksinasi hepatitis B selama Mencegah penularan infeksi pada bayi dan
perempuan berisiko menghilangkan risiko untuk wanita dari gagal
hati, kanker hati, sirosis, dan kematian akibat
infeksi HBV.
Screening HIV / AIDS dan Memungkinkan untuk pengobatan tepat waktu
pengobatan dan memberikan wanita (atau pasangan)
dengan informasi tambahan yang dapat
memengaruhi waktu kehamilan dan
pengobatan.
Screening dan pengobatan Sexually Mengurangi risiko kehamilan ektopik,
Transmitted Diseases (STD) kemandulan dan nyeri panggul kronis yang
berhubungan dengan Chlamydia trachomatis
dan Neisseria gonorrhea dan mengurangi
kemungkinan risiko pada janin kematian janin
dan cacat fisik dan perkembangan, termasuk
keterbelakangan mental dan kebutaan.
23 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

Manajemen ibu Mencegah bayi dari lahir dengan


PKU (Phenylketonuria) keterbelakangan mental-PKU terkait.
Manajemen penggunaan Menghindari penggunaan
antikoagulan oral antikoagulan teratogenik (yaitu, warfarin)
sebelum hamil untuk menghindari paparan
berbahaya. Wanita yang memerlukan
antikoagulan harus mengganti terapi
antikoagulannya dengan heparin sebelum
konsepsi.
Manajemen Antiepilepsi Mengganti obat ke regimen yang paling tidak
teratogenik / jika mungkin hentikan obat
sebelum kehamilan
Manajemen penggunaan Accutane Mencegah kehamilan bagi wanita yang
menggunakan isotretinoin (Accutane) atau
berhenti menggunakan isotretinoin sebelum
konsepsi, menghilangkan paparan berbahaya.
Konseling berhenti merokok Melengkapi berhenti merokok sebelum asuhan
kehamilan dapat mencegah terkait kelahiran
prematur merokok-, berat badan lahir rendah,
atau hasil perinatal yang merugikan lainnya.
Mengontrol alkohol pesta minuman keras dan /
Menghilangkan penggunaan alkohol atau sering minum sebelum kehamilan
mencegah sindrom alkohol janin dan cacat
lahir yang berhubungan dengan alkohol
lainnya.
Kontrol Obesitas Mencapai berat badan yang sehat sebelum
kehamilan mengurangi risiko cacat tabung
saraf, kelahiran prematur, diabetes, operasi
caesar, dan hipertensi dan penyakit
tromboemboli yang berhubungan dengan
24 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

obesitas.
Dalam jangka pendek, dokter dapat melakukan 2 hal untuk meningkatkan kesehatan
prakonsepsi dan kesehatan peduli. Pertama, meminta setiap wanita usia reproduksi apakah
dia bermaksud untuk hamil dalam tahun depan. Meminta setiap wanita reproduksi niat
mempromosikan gagasan bahwa kehamilan harus ditujukan dan direncanakan dengan
menyediakan kontrasepsi untuk wanita yang tidak berniat untuk hamil dan mempromosikan
strategi asuhan prakonsepsi untuk wanita jika mereka ada keinginan untuk hamil. Kedua,
menginformasikan perempuan yang kondisi kesehatan dan obat-obatan dapat mempengaruhi
hasil kehamilan dan kehamilan yang dapat mempengaruhi kesehatan wanita. Dalam jangka
panjang, aspek rekomendasi nasional bisa dimasukkan ke Proyek Masa Depan Kedokteran
Keluarga "New Model" dari kedokteran keluarga, yang mempromosikan penyediaan, asuhan
pasien berpusat berbasis tim dan komitmen untuk memberikan penting "keranjang layanan."
E. Pengkajian Data Asuhan Prakonsepsi
Adapun beberapa pengkajian data yang perlu dilakukan
1. Riwayat individu dan sosial
a. Usia
b. Latihan dan aktifitas
c. Penggunaan alkohol dan rokok
d. Penggunaan obat-obat terlarang
e. Keadaan lingkungan termasuk lingkungan keluarga
2. Riwayat kesehatan keuarga
a. Diabetes
b. Hipertensi
c. Cancer
d. Jantung
e. Retardasi mental
f. Keehamilan kembar
g. Thalasemia
h. Haemophilia
i. Anak lahir cacat
j. Down sindrom
25 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

k. Anemia sick cell


l. Still birth 3x atau lebih
3. Riwayat kesehatan/penyakit ibu
a. Diabetes
b. Hipertensi
c. Cancer
d. Jantung
e. Retardasi mental
f. Kehamilan kembar
g. Thalasemia
h. Haemophilia
i. Anak lahir cacat
j. Down sindrom
k. Anemia sick cell
l. Still birth 3x atau lebih
4. Riwayat reproduksi
a. Menarche, siklus, lamanya haid dl
b. b.      Riwayat obstetric (persalinan yang lalu )
c. c.        KB ( jenis, waktu penggunaan, efek samping )
d. d.      Riwayat hubungan sex ( pernikahan ke berapa, frekuensi, masalah dll )
5. Riwayat medication
F. Konseling Pra Konsepsi
1. Konseling Pra Konsepsi
Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan
secara sistematik dengan panduan keterampilan komunikasi interpersonal, tehnik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seorang
mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan
keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Saifuddin, Abdul Bari. 2000:39).
Menurut Rochman Natawidjaja, 2987:32, konseling adalah sebagai hubungan timbal balik
antara dua individu, dimana yang seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain
26 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

(yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan
masalah-masalah yang dihadapi pada waktu yang akan datang.
Konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam
membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu melalui pemahaman terhadap fakta-
fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien ( Saraswati Tarigan, 2002).
Proses konseling menggambarkan adanya kerjasama antara bidan selaku konselor
dengan klien mencari tahu tentang masalah yang dihadapi klien. Proses ini memerlukan
keterbukaan dari klien dan bidan agar mencapai jalan keluar pemecahan masalah klien.
Manfaat konseling adalah meningkatkan kemampuan klien dalam mengenal
masalah, merumuskan alternate, memecahkan  masalah dan memiliki pengalaman dalam
pemecahan masalah secara mandiri.
Konseling prakonsepsi dimulai dengan pembahasan tentang kesiapan psikologi
seorang wanita atau pasangan dalam mengasuh dan membesarkan anak. Pembahasan ini
mencakup topik-topik, seperti apakah tersedia kamar bagi anak-anak, bagaimana cara
mengasuh anak-anak, kemapanan ekonomi dan kestabilan emosi wanita atau pasangan,
serta harapan pengalaman usia subur dan menjadi orang tua.
Pengaturan usia subur sehubungan dengan upaya wanita atau pasangan untuk
menyelesaikan pendidikan/memulai suatu karier, bagaimana stress mempengaruhi
aktivitas. Sedangkan pada remaja, bagaimana dengan penyelesaian sekolah dan rencana
melanjutkan perguruan tinggi atau pelatihan kerja serta metode pengontrolan kehamilan.
Menghentikan Penggunaan Metode Kontrasepsi (KB) : apabila wanita telah
menggunakan metode hormonal jangka panjang, seperti suntikan, susuk/implan, ia harus
tahu bahwa dibutuhkan beberapa bulan sebelum akhirnya ovulasi berlangsung teratur.
Wanita dapat menggunakan metode barrier (contoh: kondom) sampai ia mengalami
menstruasi teratur sehingga tanggal kehamilan dapat diperkirakan dengan tepat.
Tidak ada efek berbahaya pada janin yang perlu diperhatikan bila kehamilan terjadi
setelah semua metode ini dihentikan.
Mempertahankan status nutrisi yang baik sebelmum mengalami kehamilan
merupakan hal yang sangat penting. Persiapan bagi pertumbuhan bayi sehat dan
mencegah berat lahir rendah dapat dilakukan dengan:
a. Mencapai berat badan ideal
27 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

b. Mengontrol gangguan makan dan pica


c. Mengembangkan kebiasaan diet nutrisi seimbang
Skrining Genetik: pada setiap konseling genetik, kuncinya adalah menetapkan
bahwa setiap bayi dari wanita dan pria tertentu memiliki kesempatan mengidap suatu
penyakit genetik. Apabila faktor risiko genetik telah diidentifikasi, maka dapat dirujuk ke
konselor genetik.
a. Konseling Genetika
1) Pengertian konseling genetic
Konseling genetik merupakan suatu proses pemberian informasi tentang
aspek genetik dari suatu penyakit yang diberikan oleh tenaga terlatih kepada
mereka yang mempunyai risiko tinggi atau kepada mereka yang memiliki
gangguan-gangguan yang bisa diwariskan kepada keturunannya.
Seorang pemberi konseling genetik (konselor genetik) dapat menjelaskan
bagaimana kelainan/ gangguan ini diwarisi oleh orangtua pada anak, risiko
kemungkinan berulang ; ditujukan kepada pasien, keluarga mereka dan tenaga
medis yang secara langsung memberikan pelayanan kepada mereka; dan
memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga yang mengalami penyakit Bagi
mereka yang memiliki riwayat keluarga yang memiliki gangguan genetik, konselor
genetik dapat menjelaskan risiko yang akan mereka hadapi nanti, yaitu memiliki
bayi yang mempunyai kondisi yang sama dengan mereka dan bagaimana kondisi
nantinya akan mempengaruhi si anak.
Klinik herediter merupakan pusat pemberi layanan konseling pertama yang
didirikan tahun 1940 di Universitas Michigan Amerika Serikat. Sejak itu banyak
pusat layanan seperti ini dibuka di seluruh dunia.
Selama beberapa tahun kemudian peranan genetik konselor mulai
dikembangkan dari membuat gambaran silsilah keluarga untuk mengetahui
komponen-komponen genetik dari penyakit dan cacat lahir sampai pada pendekatan
tidak langsung, dibutuhkan konselor untuk memberikan informasi dan umpan balik
kepada pasien yang mengalami penyakit dan risiko penyakit keturunan.
Individu yang datang untuk menemui konselor genetik mungkin mengalami 
gangguan tersendiri dan khawatir tentang keluarga mereka, pasangan yang
28 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

memiliki anak dengan gangguan genetic dan akan merencanakan kehamilan


berikutnya, pasangan yang merencanakan kehamilan pertama kalinya dan berharap
untuk mendapatkan informasi tentang kerentanan anak tersebut mangalami
penyakit sama halnya dengan mereka yang merencanakan kehamilan di usia tua
serta ingin menilai beberapa resiko potensialnya. Layanan konseling genetic sangat
berguna disetiap tahap perkembangan, bayi yang harus menjalani skrining, remaja
yang akan diperiksa untuk menilai adanya gen thalasemia atau menilai efek
samping genetic remaja saat memasuki pertengahan siklus hidup dalam memenuhi
perubahan gaya hidup.
Konselor genetik sekarang bekerja dalam ruang lingkup yang lebih luas
disamping kegiatan rutin di rumah sakit. Lahan pekerjaan mereka di pendidikan,
administrasi, pembuat kebijakan, dan dapat juga sebagai anggota dari perusahaan
bioteknologi. Beberapa dari mereka bekerjasama dengan ilmuwan dan dokter
dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
Kemajuan dan sumber teknologi telah memungkinkan konseling genetic
untuk memainkan peranan yang besar di beberapa negara berkembang dan
kedepannya ini akan disadari oleh negara-negara berkembang yang belum
melakukan konseling genetic, tapi ini masih harus dikembangkan; karena peran
konselor masih sangat terbatas dinegara-negara berkembang dimana tugasnya
masih dijalankan oleh profesi kesehatan lainnya tanpa spesialisasi.
Beberapa penyakit genetik atau cacat lahir dapat ditemukan sebelum bayi
tersebut lahir, yang lainnya tidak terdiagnosa sampai kelahiran atau sampai anak-
anak tumbuh besar.
Medical genetik dan konselor genetik dilatih untuk membantu keluarga-
keluarga untuk memahami tentang gangguan-gangguan genetic. Medikal genetik 
biasanya adalah seorang dokter, mereka melakukan pemeriksaan fisik saat
dibutuhkan dan juga membantu memberikan penyuluhan kepada pasien tentang
gangguan-gangguan genetik.
Konselor genetik memberikan informasi tentang factor risiko dan
menjelaskan tes genetika yang tersedia. Seorang individu atau pasangan dapat
menggunakan informasi ini untuk membantu mereka dalam membuat keputusan
29 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

untuk menjadi orangtua. Bagi orang-orang yang berhubungan dengan mereka yang
mempunyai riwayat keturunan, konselor genetic dapat:
a) Memberikan informasi komplit dan akurat tentang gangguan-gangguan yang
spesifik.
b) Menentukan pasangan-pasangan yang berisiko memiliki anak dengan
gangguan-gangguan tertentu.
c) Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang dapat menjelaskan bahwa
bayi memiliki gangguan sebelum atau setelah lahir.
2) Sasaran konseling genetic
Konseling genetk diberikan kepada mereka yang :
a) Sedang hamil atau berencana untuk hamil yang memiliki riwayat :
 Gangguan genetik seperti : kistik  fibrosis.
 Cacat lahir : bibir sumbing,    
 Abnormalitas kromosom : down sindrom
 Retardasi mental
b) Wanita yang memiliki riwayat abortus berulang
c) Wanita yang sulit hamil
d) Wanita yang telah dinyatakan telah terpapar dengan segala sesuatu yang
berbahaya terhadap bayi yang akan dilahirkan (termasuk di dalamnya sinar x,
radiasi, beberapa obt-obatan, alkohol, infeksi).
e) Wanita yang berusia  di atas 35 tahun.
f) Wanita yang berkepentingan untuk mendapatkan diagnosis prenatal
g) Wanita yang sebelumnya sudah diberitahukan bahwa kehamilannya
kemungkinan memiliki risiko tinggi mengalami komplikasi atau cacat lahir
berdasarkan hasil USG atau pemeriksaan darah.
Yang lainnya yang diuntungkan dari konseling genetik ini adalah :
a) Mereka yang memiliki riwayat keturunan kanker dan ingin mengetahui risiko
dari perkembangan kanker tersebut dan cara untuk mengurangi risiko.
b) Mereka yang mengalami gangguan perkembangan seksual sekunder.
Pada konseling genetik, konselor menanyakan individu atau pasangan
beberapa pertanyaan tentang riwayat keluarga dan riwayat medis. Ia juga
30 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat mengidentifikasi beberapa


permasalahan ( prenatal atau pemeriksaan darah). Konselor menjelaskan bagaimana
proses terjadinya kelainan tersebut, ia juga membicarakan tentang risiko penurunan
kondisi tersebut pada anak. Pemeriksaan fisik oleh medical genetic menjadi bagian
dari kegiatan konseling genetic. Ahli genetik ini bisa menyarankan beberapa tes
untuk membantu dalam menegakkan diagnosis
3) Proses konseling genetic
Selama konsultasi :
Riwayat kesehatan keluarga dikumpulkan untuk memberikan informasi
tentang kesehatan anggota keluarga, membuat diagnosis dari kondisi genetic, atau
dipastikan pada saat kehamilan, setelah persalinan, masa anak-anak, atau dalam
kehidupan lanjut setelah itu. Diagnosis dibuat, berdasarkan dari hasil pemerriksaan
biokimia atau genetic. Diagnosis yang dibuat ini  bisa juga berarti bahwa anggota
keluarga yang lain juga bisa mengalami resiko yang sama.
Berikut ini adalah hal-hal yang dilakukan oleh seorang konselor dalam
melakukan konseling terhadap kelurga yang bermasalah :
a) Memperkirakan resiko pada aggota keluarga yang lain, atau anak berikutnya,
yang akan terpengaruh oleh kondisi. Bagaimanapun mereka harus diyakinkan
untuk mengikuti konseling genetic dalam menemukan keadaan-keadaan yang
sepertinya tidak terjadi dalam keluarga mereka.
b) Mendiskusikan dampak dan pengaruh yang mungkin terjadi pada individu atau
keluarga dalam suasana yang mendukung. Informasi verbal dan tertulis
mengenai kondisi mereka diberikan untuk membantu mereka dalam menanggapi
beberapa isu yang mungkin muncul dari diagnosis yang telah dibuat tentang
kondisi genetik.
c) Mendiskusi bila terdapat pemeriksaan prenatal yang sesuai dan pilihan-pilihan
lainnya untuk memastikan bahwa keputusan yang dibuat tersebut berdasarkan
data dasar.
Beberapa kondisi genetik dapat dibuat sebelum bayi lahir:
31 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

a) Jika kondisi genetik ini diidentifikasi melalui diagnosis prenatal, konseling


genetik menjadi sarana yang menyediakan informasi langsung dan dengan
demikian keputusan dapat dibuat sehubungan dengan kelanjutan kehamilan.
b) Pada mereka yang telah terpapar zat teratogenik (kimia, obat-obatan, radiasi,
medikasi atau gen lingkungan lainnya yang dapat menimbulkan cacat lahir).
Konseling genetic memberikan kesempatan untuk memperoleh informasi dan
dukungan.
c) Mendiskusikan dan menyusun pemeriksaan genetik pada mereka yang carier,
yang diprediksikan dan mereka yang belum memperlihatkan gejala.
4) Konselor genetic
Yang memberikan konseling genetic :
Konseling genetik diberikan oleh tim profesional multidisiplin yang
termasuk di dalamnya :
a) ahli genetik klinik dan spesialis medis lainnya dengan keahlian dalam hal-hal
yang berkaitan dengan genetic di bidang mereka seperti : ahli onkologi dan ahli
saraf.
b)  Konselor genetic yaitu mereka yang telah menyelesaikan pendidikan kesehatan
professional dengan pelatihan khusus dan diberi sertifikat oleh HGSA (Human
Genetic Sosiety Australia).
c) Pekerja social yang memiliki ketertarikan terhadap genetic, bekerja sangat dekat
dengan klinik genetik, konselor genetik dan kelompok-kelompok yang
mendukungnya.
Ada beberapa alasan kenapa konseling genetik diperlukan :
a) Bila ada suatu kondisi dalam keluarga dan individu yang bersangkutan  yang
mana mereka atau anak mereka akan mengalami perkembangan kondisi.
b) Sebelum anak mengalami masalah serius dalam pertumbuhan, perkembangan
atau kesehatan.
c) Satu atau lebih anggota keluarga (hubungan darah yang tidak berhubungan
dengan perkawinan). Memiliki cirri-ciri yang tidak biasa, atau masalah
kesehatan yang serius.
32 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

d) Wanita yang berada pada usia pertengahan 30 atau lebih dan yang
merencanakan kehamilan atau mereka yang telah siap untuk hamil.
e) Saat suatu pasangan memiliki hubungan darah.
f) Individu atau pasangan mereka berhubungan dengan kondisi ini dan akan
menurunkan pada keturunannya.
g) Ketika abnormalitas fetus sudah terdeteksi selama kehamilan.
h) Jika terpapar dengan lingkungan yang bisa menyebabkan cacat lahir seperti :
obat-obatan, kimia, medikasi, radiasi.
Beberapa hal penting yang khususnya disampaikan oleh konseling genetic
jika disertai oleh factor-faktor resiko yang diterapkan pada anda:
a) Sebuah skrining tes kehamilan standar, seperti tes Alpha Fetoprotein, yang
mendapatkan hasil yang tidak normal.
b) Hasil amniosentesis yang tidak diharapkan (seperti kelainan kromosom dalam
kehamilan)
c) Orang tua/ keluarga dekat yang mewarisi penyakit atau cacat lahir.
d) Orang tua yang memiliki anak dengan cacat lahir atau gangguan genetic.
e) Ibu yang mengalami 2 atau lebih keguguran atau bayi lahir mati.
f) Ibu yang berusia 35 tahun atau lebih ketika melahirkan.
g) Kesempatan memiliki anak dengan Down Syndrome meningkat pada ibu
dengan usia: Seorang wanita mengalami 1 dari 350 kehamilan anak dengan
Down Syndrome pada usia 35 tahun, 1 dalam 110 kehamilan pada usia 40
tahun, dan 1 dalam 30 pada kehamilan dengan usia 45 tahun.
h) Anda yang berhubungan dengan kelainan genetic frekuensi kejadian dalam
etnik tertentu atau kelompok ras. Contoh, pasangan keturunan Africa
mempunyai resikoo tinggi memiliki anak dengan anemia bulan sabit; pasangan
dari Eropa Jewish (Ashekenazi) bagian timur atau tengah, Cajun, or keturunan
Irlandia memungkinkan sebagai carrier penyakit Tai-Sachs; dan pasangan
Italia, Yunani, atau keturunan Timur Tengah dapat membawa gen Thalasemia,
gangguan sel darah merah. 
Setelah Konseling:
33 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

Genetik konselor dapat membantu anda memahami masalah anda dan


memberikan anjuran-anjuran langsung kepada anda, anda beserta keluarga akan
memutuskan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Jika anda telah mendapatkan
informasi tentang konsepsi bahwa anda atau pasangan berisiko tinggi untuk
memiliki anak dengan kecacatan yang parah/ fatal pilihan anda adalah:
a) Diagnosis preimplantasi ; saat sel telur telah dibuahi dalam uterus dilakukan tes
untuk menilai kecacatan pada fase blastosis dan hanya blastosis yang tidak
terpengaruh yang ditanamkan di uterus untuk menghasilkan kehamilan.
b) Menggunakan donor sperma atau donor sel telur
c) Adopsi     
d) Jika anda mendapatkan diagnosis kecacatan yang fatal setelah konsepsi berikut
ini adalah piilihan-pilihan yang dapat anda lakukan:
 Menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan saat anda memiliki bayi.
 Pembedahan pada fetal untuk memperbaiki kecacatan sebelum dilahirkan.
(Pembedahan ini hanya dapat digunakan untuk mengatasi beberapa
kecacatan, seperti : spina bifida, atau hernia diafragma congenital).
 Mengakhiri kehamilan.
Faktor Risiko Medis
a. Obat-Obatan
Wanita yang menkonsumsi obat-obatan resep maupun yang dijual bebas,harus
dievaluasi efek teratogeniknya. selanjutnya dikaji apakah memang obat tersebut masih
dibutuhkan atau tidak.
b. Diabetes
Wanita penderita diabetes tipe I atau II menjadi sasaran utama penerima
konseling prakonsepsi ini, rencana asuhan difokuskan pada upaya mencapai dan
mempertahankan gula darah dalam kadar terkontrol untuk mengurangi insiden kelainan
kongenital dan bayi berat lahir rendah. Wanita penderita diabetes harus menemui ahli
obstetrik atau endokrinologi pada masa sebelum kehamilan, yang akan melakukan
penanganan terhadap diabetes selama kehamilan.
c. Penyakit Jantung
34 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

Wanita yang dicurigai atau diketahui memiliki penyakit jantung harus benar-
benar didorong untuk merencanakan waktu kehamilan dengan ahli kardiologi dan ahli
obstetrik. Selama masa prakonsepsi, status jantung harus tetap dikaji. risiko didasarkan
pada tiga faktor utama: lesi jantung; gangguan fungsi dasar tubuh; kemungkinan
komplikasi selama kehamilan.
d. Gangguan Kejang
Wanita yang diketahui memiliki gangguan kejang harus mengetahui frekuensi
kejang dan pengobatan yang sedang digunakan. pengobatan yang paling sering
digunakan untuk mengontrol kejang bersifat teratogenik bagi janin.
e. Hipertensi
Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan persalinan
normal. Wanita harus mengetahui tentang risiko preeklampsia dan hambatan
pertumbuhan janin.
f. Gangguan Tiroid
Bagi wanita yang menderita hipotiroid atau hipertiroid, sasaran yang ingin
dicapai adalah penderita menjadi eutiroid sebelum hamil. Konsultasikan kepada ahli
obstetrik dan endokrinologi untuk menyusun sebuah pengkajian kadar tiroid dan
pengobatan potensial selama kehamilan. bagi sebagian besar wanita dengan gangguan
tiroid, asuhan kebidanan meerupakan tindakan yang tepat jika disertai konsultasi.
g. Penyakit Infeksi
Masa prakonsepsi merupakan waktu yang tepat untuk mengkaji infeksi pada
wanita.
h. Fenilketonuria
Hal terbaik bagi penderita ini adalah dengan melakukan terapi diet yang telah
dicoba sebelum konsepsi, kemudian melanjutkan selama masa hamil. bantuan dari ahli
gizi sekaligus evaluasi medis yang menyeluruh sangat dianjurkan.
i. Komplikasi Kehamilan Sebelumnya
Ibu dengan Usia Lanjut : Masalah yang pasti muncul setelah usai 35 tahun
mencakup risiko kelainan genetik, diabetes gestasional, hipertensi, dan penyakit kronis
lainnya meningkat. Bagi wanota yang merencanakan kehamilan pertama setalah usia 35
tahun, masalah infertilitas merupakan masalah yang lebih besar lagi. Perubahan-
35 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

perubahan besar terhadap gaya hidup yang sudah mapan juga dialami oleh pasangan
berusia mapan, dan merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Masalah Lingkungan dan Tempat Kerja : paparan terhadap zat teratogen di
dalam rumah, di lingkungan, dan di tempat kerja merupakan masalah besar. Seseorang
wanita dapat terpapar pada bermacam-macam zat kimia, perubahan suhu yang ekstrem,
logam berat, radiasi, agen infeksi, dan berbagai faktor stres yang ada dirumah ataupun di
tempat kerja. semua hal ini dapat berdampak negatif terhadap perkembangan janin dan
dapat mengakibatkan kelainan kongenital.
Masalah Prakonsepsi Pada Pria : bagi pria dengan riwayat gangguan genetik
pribadi atau keluarga, terdapat peningkatan risiko penularan pada anak. kebiasaan
mengonsumsi alkohol dan merokok seorang ayah dapat meningkatkan risiko berat bayi
lahir rendah. Pria yang lebih tua memiliki risiko lebih tinggi mendapatkan anak
dengan sindrom Down dan anomali kromosom lain yang terkait dengan usia. baik
produksi maupun pergerakan sperma dapat menurun akibat kebiasaan merokok,
penggunaan alkohol, obat-obatan terlarang, dan beberapa preparat farmasi sehingga
menurunkan fertilitas. Pria juga sering kali mengemban tanggung jawab stabilitas
finansial keluarga dan merasakan hal ini cukup membuat tertekan ketika menghadapi
seorang anak, pria membutuhkan diskusi terbuka tentang hal ini dan perubahan dalam
hubungan serta tuntutan selama kehamilan dapat mengungkap suatu kebutuhan untuk
mendapat bantuan sebelum prekonsepsi.
2. Proses Konseling
Konseling merupakan suatu  bentuk percakapan wawancara, sedangkan wawancara
itu sendiri belum tentu merupakan suatu konseling. Proses konseling menurut saraswati
dalam buku komunikasi efektif  ibu selamat, bayi sehat, keluarga bahagia, 2002 terdiri
dari 4 unsur kegiatan:

a. Pembinaan hubungan baik (rapport)


Dilakukan sejak awal pertemuan  dengan klien dan dijaga selama pertemuan
konseling. Keterampilan membina hubungan baik merupakan dasar dari proses
36 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

komunikasi interpersonal bidan dengan klien, keluarga klien, tokoh masyarakat dan
sebagainya. Serta merupakan dasar dari proses pemberian bantuan.
Hubungan yang baik akan memudahkan klien untuk  memahami  saran bidan
sehingga mau mengikutinya, klien merasa puas dan akan kembali lagi untuk
memeriksakan diri ke bidan.
Tahapan dalam pembinaan hubungan baik sebagai berikut:
1) Mencari tahu seberapa klien memahami arti konseling dan apa yang dia harapkan
dari seorang konselor.
2) Klien menjajaki kemungkinan keterbukaan
3) Binalah hubungan kepercayaan
4) Biarkan klien bercerita tentang apa yang dirasakan walaupun cerita itu tidak
berurutan
5) Kesan pertama akan menentukan  keberhasilan konseling.
Perilaku respon positif yang mendukung terciptanya hubungan baik
1) Bersalaman dengan ramah
2) Mempersilahkan duduk
3) Bersabar
4) Tidak menginterupsi/memotong pembicaraan klien
5) Menjaga kerahasiaan klien
6) Tidak melakukan penilaian
7) Mendengarkan dengan penuh perhatian
8) Menanyakan alasan kedatangan klien
9) Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien.
b. Penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri dan
sebagainya).
Pengumpulan informasi merupakan tugas utama konselor. Pendalaman masalah
yang dihadapi klien, latar belakang, situasi dan kondisi klien, perasaan dan kebutuhan
klien, serta pemahaman klien terhadap masalah yang dipahami oleh konselor, akan
berdampak baik terhadap informasi yang dibutuhkan dan dipahami oleh klien.
Tahapan dalam penggalian informasi:
1) Arahkan klien agar bercerita dengan urutan yang benar
37 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

2) Selama bercerita, perhatikan bagaimana klien berbicara (malu, marah) sikap klien
terhadap konselor dan kesulitan selama berkomunikasi
3) Bila klien tampak cemas, tunda sampai klien dapat merumuskan ceritanya. Jangan
memaksa klien jika belum siap
4) Penting sekali peranan dari kedua belah pihak.
c. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perencanaan
Sesuai dengan masalah dan kondisi klien, konselor membantu klien
memecahkan masalah yang dihadapi atau membuat perencanaan untuk mengatasi.
Tahapan ini merupakan inti dari proses konseling:
1) Konselor membantu klien memahami permasalahannya
2) Konselor membantu memberikan alternative pemecahan masalah
3) Konselor membantu klien memilih alternative pemecahan masalah dengan segala
konsekuensinya.
4) Menindaklanjuti pertemuan
Mengakhiri pertemuan konseling, konselor merangkum jalannya dan hasil
pembicaraan selama pertemuan selanjutnya atau merujuk klien. Disebut juga dengan
tahapan penutup:
1) Konselor mengakhiri proses konseling secara bertahap
2) Beri waktu klien untuk merenungkan berbagai alternative pemecahan masalah
3) Membuat perjanjian kembali
4) Berikan dorongan dan semangat bagi klien untuk keputusan yang telah diambil
5) Jalannya proses konseling sangat tergantung pada percakapan konselor klien.
3. Pemeriksaan Fisik
Menurut Surussin dan Moh. Muhsin (2014) pertumbuhan jasmani dalam fase
kehidupan manusia akan mengalami perkembangan yang sangat signifikan ketika
memasuki usia remaja, karena pada usia remaja sudah mulai tumbuh dan berfungsi
organ reproduksinya. Pertumbuhan fisik akan semakin kuat saat mengakhiri usia remaja,
demikian pula dengan fungsi organ reproduksi akan berjalan dengan baik saat berakhir
usia remaja dan semakin matang ketika memasuki fase dewasa. Menurut ilmu kesehatan,
fase terbaik untuk melahirkan adalah usia 20-30 tahun.
38 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

Pemeriksaan fisik termasuk status gizi yang diperlukan oleh calon orang tua
antara lain adalah :
a. Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi status kesehatan
melalui pengukuran dan pemeriksaan (denyut nadi, frekuensi nafas, suhu tubuh dan
seluruh tubuh).
b. Pemeriksaan status gizi, dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi status gizi
dan deteksi awal anemia, melalui pengukuran atau pemeriksaan (berat badan, tinggi
badan, LILA dan tanda-tanda anemia)(BKKBN, 2018).
Pemeriksaan kesehatan penting untuk calon ibu di masa prakonsepsi. Pemeriksaan
kesehatan sebaiknya dilakukan 3-6 bulan sebelum hamil, agar tubuh calon ibu siap
menerima kehadiran janin dan menjalani kehamilan sehat.
Riwayat kesehatan calon ibu dan ayah perlu diperiksa, jika memiliki riwayat
kesehatan yang dapat menyebabkan kondisi kehamilan berisiko. Seperti, Toksoplasmosis,
Rubella (Campak Jerman), Gondongan (mumps), dan lain sebagainya. Sebaiknya atasi
penyakit atau gangguan kesehatan lebih dulu, baru kemudian melakukan upaya untuk
hamil. 
Sedangkan untuk riwayat kesehatan keluarga, jika calon ibu dan ayah memiliki
riwayat penyakit tertentu, sebaiknya melakukan tes genetika di laboratorim atau lembaga
khusus genetika. Deteksi dini penyakit thalasemia, masalah kromosom, dan penyakit
metabolisme dapat dilakukan dengan melakukan serangkaian tes. Untuk beberapa kasus,
deteksi dini membantu calon ayah dan ibu menyiapkan psikolog dan mental, jika terjadi
kehamilan berisiko tinggi. 
Tes kesehatan fisik secara menyeluruh untuk mengetahui kondisi fisik
sang wanita. Pemeriksaan ini mencakup:
 Cek tekanan darah untuk mengetahui apakah ada risiko tekanan darah tinggi
saat kehamilan terjadi di masa depan.
 Analisa riwayat kesehatan calon ibu untuk mengetahui apakah si calon ibu
mempunyai penyakit tertentu yang bisa mengganggu perencanaan
kehamilan
a. Pemeriksaan klinis bagi calon ibu
Berikut pemeriksaan klinis yang sebaiknya dilakukan:
39 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

1) Berat badan (BB) 


Berat Badan (BB) calon ibu bisa berpengaruh terhadap kesuburan. Jika
kelebihan BB, bisa terjadi ketidakseimbangan hormon yang menyebabkan tingkat
kesuburan menurun. Jika pun terjadi pembuahan saat BB berlebih, risiko calon ibu
untuk menderita diabetes cukup besar. Bahkan, calon ibu berisiko terserang pre-
eklampsia (gejala keracunan kehamilan). Janin juga menanggung risiko ini. Saat tiba
waktu persalinan, kegemukan juga bisa mempersulit persalinan.
Sebaliknya, jika calon ibu terlalu kurus, kesuburan akan terpengaruh,
gangguan keseimbangan hormon dan ketidakteraturan haid. Agar proses ovulasi
terjadi, tubuh calon ibu biasanya membutuhkan hormon estrogen. Agar hormon ini
diproduksi, BB tubuh akan bertambah sekitar 25% dari bobot normal.
2) Tekanan Darah
Ibu hamil dengan tekanan darah tinggi memiliki risiko preeklamsia dan
eklamsia pada kehamilannya. Tekanan darah tinggi ini dapat terjadi secara tiba-tiba
maupun telah terjadi sebelum masa kehamilan. Jika calon ibu hamil diketahui
memiliki riwayat hipertensi maka dokter secepat mungkin memberikan penanganan
untuk menjaga stabilitas tekanan darah pada masa perencanaan kehamilan dan
menjadikannya catatan masa saat kehamilan sehingga dapat menurunkan risiko
preeklamsia yang menganggu kehamilan dan persalinan.
3) Cek organ reproduksi
Organ reproduksi di tubuh wanita memiliki peranan penting dalam
proses kehamilan. Karena itu semua organ tersebut harus dalam kondisi
prima dalam rangka persiapan menikah dan hamil nantinya. Pemeriksaan
organ reproduksi ini akan melihat sejauhmana kondisi kesehatan vagina,
leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, dan sel telur Anda.

a. Histerosalpingografi (HSG)
Pemeriksaan radiologi ini bertujuan untuk melihat saluran indung telur. Bila
saluran indung telur mengalami gangguan dapat memengaruhi proses reproduksi.
b. USG (ultrasonografi)
40 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

Untuk melihat ada-tidaknya kelainan pada organ reproduksi, semisal kista atau
tumor rahim. Adanya kelainan pada organ reproduksi tentunya dapat
memengaruhi proses reproduksi.
c. Rongga panggul.
Pemeriksaan ini akan mendeteksi, apakah ada masalah pada organ reproduksi
calon ibu. Misalnya, kista indung telur yang menyebabkan menurunnya tingkat
kesuburan, bentuk dan posisi rahim tertentu yang  menghambat pembuahan, dan
pertumbuhan janin. Selain kista, keluhan calon ibu adalah mioma atau miom,
yakni sejenis tumor yang biasanya tumbuh di dinding rahim.
b. Pemeriksaan klinis bagi calon Ayah
Apabila sebuah kehamilan yang sangat diidamkan tak juga terwujud, dokter
spesialis andrologi (ahli kesuburan pria) dan kandungan yang ada di klinik fertilitas
akan menyarankan calon ayah untuk memeriksakan diri terlebih dulu dibandingkan
calon ibu, karena pemeriksaan terhadap calon ayah lebih mudah dilakukan dan
langkah-langkah yang dilakukan relatif lebih sederhana dibandingkan dengan
pemeriksaan kesuburan pada calon ibu.
1) Tes darah
Apabila Anda dan pasangan sudah satu tahun berupaya punya anak, tapi tak
juga berhasil, calon ayah dan ibu sangat dianjurkan untuk berkonsultasi ke klinik
fertilitas. Calon ayah perlu memastikan diri dalam kondisi sehat dan fit dengan
melakukan tes darah. Tes darah disarankan kepada calon ayah untuk mendeteksi
gangguan kesehatan yang mungkin saja memengaruhi kesuburan calon ayah.
Pemeriksaan darah berguna untuk mengetahui kadar FSH
(Follicle Stimulating Hormone) dan kadar hormon testosterone, FSH berperan
dalam proses pembentukan sperma (spermatogenesis). Sedangkan hormon
testosteron berperan dalam spermatogenesis dan stimulasi libido. Normalnya, kadar
FSH pada pria dewasa adalah 1,5-12,4 mIU/ml darah. Untuk kadar hormon
testosteron 300-1.200 mg/desiliter. Apabila ternyata calon ayah kekurangan hormon,
dokter biasanya akan menyarankan untuk mencoba proses penambahan hormon.
Contoh lain misalnya, adanya infeksi, tekanan darah tinggi, diabetes sampai
masalah hormonal. Apabila ditemukan adanya masalah yang terkait dengan
41 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

kesehatan ayah secara menyeluruh, bisa dipastikan kesuburan calon ayah pun
terganggu. 
2) Tes kesuburan
Di klinik fertilitas, dokter spesialis andrologi akan melakukan serangkaian tes
keseburan terhadap calon ayah. Yang pertama menjadi perhatian tentu kondisi dan
kualitas sperma.
Cairan mani calon ayah diambil untuk dianalisa. Jika cairan semen yang
keluar, ternyata hanya mengandung sedikit sperma atau bahkan tidak cukup untuk
membuahi sel telur maka dokter akan memberikan pengobatan agar kualitas sperma
menjadi baik. Setiap kali proses pembuahan normal terjadi, seorang pria harus siap
"meluncurkan" sekitar 200 sampai 300 juta sel sperma yang untuk mengejar satu sel
telur agar dibuahi. Tak hanya dalam hal jumlah, sperma calon ayah juga harus gesit
"mengejar" sel telur.
Jika jumlah atau kualitas sperma kurang, dokter spesialis andrologi (ahli
kesuburan pria) akan melakukan tindakan pengobatan. Secara berkala, tes sperma
akan dilakukan kembali. Untuk meningkatkan dan memantau kualitas sperma, total
pemeriksaan terhadap cairan mani akan dilakukan lebih dari satu kali.
3) Tes fisik
Di klinik fertilitas, calon ayah juga harus melalui pemeriksaan fisik Hal ini
merupakan pemeriksaan tahap awal dan sebaiknya dilakukan, untuk mengetahui
mengenai kondisi tubuh setelah melakukan pemeriksaan fisik. Fisik yang nantinya
diperiksa yaitu penis, buah zakar (skrotum), testis, epididimis, prostat, saluran
sperma, dan kelenjar cowper.
Apabila calon ayah kurang subur akibat masalah kualitas sperma, maka calon
ayah akan ditangani oleh seorang dokter spesialis andrologi. Apabila masalah calon
ayah terletak pada masalah mekanis testis yang berkait dengan fungsinya untuk
berkemih, maka dokter spesialis urologi (spesialis penyakit dan gangguan saluran
kemih pria) yang akan turun tangan.
Bedannya, androlog dan urolog, seorang androlog akan memeriksa kualitas
dan jumlah sel spermatozoa (berhubungan produksi benih atau sperma) dalam buah
zakar. Sedangkan seorang, urolog akan menangani gangguan atau infeksi pada
42 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

saluran kemih yang bisa mengganggu mekanisme proses hubungan suami-istri.


Apabila terjadi sumbatan pada saluran keluarnya sperma, dokter urologi akan
melakukan koreksi melalui proses operasi.
Apabila dalam buah zakar masih ada sel sperma dan akibat satu dan lain hal
sulit "dipertemukan" dengan sel telur, tim dokter di klinik kesuburan dapat
"mengambilnya" untuk  dipertemukan dengan sel telur. Seperti dalam proses
pembuahan di luar rahim atau disebut  in vitro fertilization (IVF) atau metode bayi
tabung.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Rutin
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui apakah ada
kemungkinan penyakit kelainan darah seperti anemia, leukimia, kadar
kolesterol, gula darah dan lemak di dalam darah, serta pemeriksaan lainnya.
Seperti namanya tes ini sebaiknya dilakukan secara berkala terutama saat
merencanakan kehamilanmaupun saat hamil kelak. Melalui pemeriksaan ini akan
diketahui adanya risiko anemia, infeksi, kelainan pembekuan darah hingga
kecenderungan adanya kanker darah. Setidaknya ada 6 komponen yang diteliti dalam
tes ini yaitu Hemoglobin (Hb), Hematokrit, Leukosit (sel darah putih), Trombosit,
Laju endap darah dan Eritrosit.
Selain pemeriksaan diatas terdapat pula pemeriksaan darah lengkap yang
mencakup pemeriksaan fungsi hati, ginjal hingga memantau tingkat glukosa di dalam
tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan bagi mereka yang memiliki kecenderungan penyakit
tertentu seperti penderita diabetes maupun pasangan dengan keluarga yang memiliki
riwayat diabetes.
b. Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Cek golongan darah dan dan resus
Tes ini dilakukan untuk mengetahui golongan darah dan rhesus pada pasangan tersebut.
apakah dia membawa gen thalasemia yang bisa diturunkan ke anak atau
tidak. Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk mengetahui kecocokan rhesus serta
efeknya terhadap ibu dan bayi. Sorang wanita dengan rhesus negatif yang menikahi
pria dengan rhesus positif kemungkinan akan memiliki bayi dengan rhesus positif.  
43 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

Pada proses kehamilan, kondisi ini menyebabkan isoimunisasi rhesus yang


memungkinkan darah bayi masuk dalam tubuh ibu. Kondisi ini diketahui dapat
meningkatkan produksi antibodi dalam tubuh ibu karena darah rhesus positif bayi
dianggap asing oleh sistem kekebalan tubuh ibu. Kondisi ini rentan menyebabkan bayi
terkena penyakit kuning maupun anemia.
c. Pemeriksaan penyakit menular seksual
1) HBsAG
Tes ini ditujukan untuk mengetahui adanya kemungkinan penyakit Hepatitis B yang
dapat ditularkan dari ibu ke janin. Jika hasil tes HBsAG ini dinyatakan pnegatif
maka calon ibu bisa mendapatkan vaksin hepatitis sebelum kehamilan, namun jika
hasilnya positif maka disarankan untuk melakukan pengobatan terlebih dahulu dan
jika terjadi kehamilan sebaiknya selalu dalam pengawasan dokter.
2) Pemeriksaan infeksi menular seksual (IMS)
Infeksi menular seksual adalah salah satu poin penting yang harus ada
dalam tes kesehatan sebelum menikah, baik untuk pria maupun wanita.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tes darah dan urine. Penyakit IMS
seperti HIV dan sifilis dapat dideteksi melalui cek darah. Dan penyakit
IMS lainnya seperti herpes, hepatitis, gonore, dan HPV dideteksi melalui
tes darah dan tes urine.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi yang bereaksi terhadap
bakteri sifilis, treponema pallidum, termasuk status HIV. Pada pasangan yang
dianggap beresiko tinggi terkena penyakit menular seperti HIV, Hepatitis C, sifilis
hingga penyakit seksual lainnya biasanya dokter juga akan menyarankan untuk
dilakukan tes terkait penyakit tersebut.
Daftar penyakit menular seksual di atas tidak menunjukkan gejala awal
yang signifikan Sehingga sulit dideteksi dan butuh pemeriksaan darah
untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Pemeriksaan penyakit IMS ini bertujuan untuk melindungi pasangan,
agar tidak tertular. Juga melindungi calon keturunan nanti, karena IMS
juga bisa menular dari ibu ke janin yang dikandungnya. Sehingga
pemeriksaan IMS sebelum menikah wajib dilakukan.
44 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

3) HIV (Human Immunodeficiency Virus)


Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menulari bayinya. Karenanya, pemeriksaan ini
penting dilakukan sebelum merencanakan kehamilan.
4) Infeksi Klamidia
Infeksi klamidia dapat menyebabkan kehamilan ektopik (hamil di luar kanduangan)
dan kemandulan lantaran terjadinya sumbatan di tuba fallopii. Infeksi ini biasanya
ditandai rasa sakit ketika berhubungan seks.
5)  VDRL (Veneral Diseases Research Laboratory)
Untuk melihat apakah sudah terinfeksi penyakit kelamin yang ditularkan melalui
hubungan seksual, seperti sifilis. Janin yang terinfeksi dapat mengalami gejalanya
saat lahir atau beberapa bulan setelah lahir. Gejalanya berupa pembesaran hati dan
limpa, kuning, anemia, lesi kulit, pembesaran kelenjar getah bening dan gangguan
sistem saraf. Pengobatan terhadap sifilis sebelum kehamilan bisa mencegah bayi
terkena kelainan kongenital.
d. Pemeriksaan urin rutin
Melalui air seni akan diteliti kemungkinan terjadinya masalah pada ginjal dan
saluran kemih. Terjadinya infeksi pada saluran kemih dapat membahayakan janin. Tes
ini juga berguna untuk mengetahui kondisi protein, bilirubin dan gula lewat urin yang
dapat mengindikasikan penyakit tertentu.
Pemeriksaan air seni bertujuan untuk mengetahui apakah ada masalah
kesehatan pada organ dalam yang bisa terdeteksi melalui urine. Contohnya
paru-paru, ginjal, kandung kemih, dan lain-lain.
Adapun yang diperiksa dalam tes urine ini ialah:
 Warna urine
 Kejernihan urine
 Tingkat pH di dalam urine
 Kondisi bilirubin
 Ada atau tidaknya kandungan darah di dalam urine
 Tingkat glukosa
 Albumin
e. Pemeriksaan penunjang lainya
45 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

1) Pap smear
Perempuan yang aktif dan pernah berhubungan seksual wajib melakukan tes
ini. Pemeriksaan ini untuk mendeteksi ada tidaknya kanker atau gangguan lain di
leher rahim. Dilakukan tiga tahun setelah melakukan hubungan seks pertama kali.
Pasien akan tiduran di kursi khusus dengan kaki ditumpangkan ke penahan kaki.
Selanjutnya vagina dibuka dengan alat bernama spekulum. Dokter atau bidan akan
mengambil olesan jaringan di mulut rahim. Olesan itulah yang dikirim ke
laboratorium untuk dianalisa. Apakah ada indikasi infeksi maupun sel abnormal
yang memilki kecenderungan berkembang menjadi sel kanker. Jika ditemukan
kelainan, maka harus disembuhkan sebelum calon ibu hamil.
2) Tes TORCH
TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus,
dan Herpes Simplex Virus. Tes ini sangat disarankan bagi mereka yang
merencanakan kehamilan terlebih jika pernah mengalami keguguran maupun
dianggap memiliki resiko tinggi terkena penyakit-penyakit tersebut seperti orang
yang dekat dengan binatang berbulu, gemar makan-makanan mentah dan berda
dilingkungan yang tidak sehat. Infeksi yang disebabkan Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus dapat menyebabkan bayi lahir
premature bahkan keguguran, gangguan pendengaran, penyakit kuning hingga
kelainan bawaan pada janin.
3) Analisa Genetika
Analisa genetikan atau analisa kromosom perlu dilakukan jika dalam
keluarga besar terdapat riwayat kelainan secara genetika seperti thalassemia,
hemophilia dan down syndrome. Tes ini dapat dilakukan pada laboratorium khusus
genetika untuk melihat apakah acalon ayah dan calon ibu memilki bakat kelainan
genetic.
Masalah akan muncul saat calon orang tua sama-sama membawa gen resesif
sehingga akan berdampak pada bakal janin. Dokter bisa melakukan beberapa
tindakan untuk mengurangi risiko kelainan genetika pada janin bila hal tersebut
diketahui sebelum kehamilan terjadi.
4) Skrining Ginekologi
46 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

Sebagai tempat berkembangnya janin, kesehatan Rahim sangat penting saat


kehamilan. Skirining dilakukan untuk memantau adanya masalah pada pada Rahim
dan masalah lain yang terkait gibekologi seperti sindrom PCOS (Polycystic
Ovarium Syndrome) yang dapat menghambat terjadinya kehamilan. Tes ini juga
memeriksa adanya kista, tumor jinak, radang panggul, dapat berdampak buruk saat
kehamilan terjadi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan
atau sebelum hamil.
47 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

2. Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya berada dalam
status kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat dimulainya kehamilan
3. Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara fisik dan emosional
yang optimal saat memasuki masa konsepsi.
4. Konseling prakonsepsi dimulai dengan pembahasan tentang kesiapan psikologi seorang
wanita atau pasangan dalam mengasuh dan membesarkan anak.
5. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasangan calon orang tua yaitu berupa pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang
5.2 Saran
Diharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis, instansi kesehatan
maupun institusi pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

ADHS. (2010). Arizona Preconception Health Strategic Plan 2011-2014. diunduh 22 September


2020 dari: http/www.azdhs.gov/phs/publicat/htm.

Atrash H, Jack BW, Johnson K. Preconception         care: A 2008    update. Obstetrics and


Gynecology. 2013 [diunduh 22 September 2020]; 20:1-9. Tersedia dari
URL: http://www.researchgate.net/publication/23456347
48 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I

Badriah, DL. (2011). Gizi dalam kesehatan reproduksi. Bandung: Refika Aditama

Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA. Systematic Review of Preconception Risks and
Interventions . Diambil dari zulfiqar.bhutta@aku.edu (diunduh 22 September 2020)

Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA. Preconception care: nutritional risks and
interventions. Reproductive Health . 2014 [diunduh 22 September 2020];11(Suppl 3):S3.
Tersedia dari URL: http://www.reproductive-health-journal.com/content/11/S3/S3

Dunlop LA, MD, MPH, Jack B, MD, Frey K, MD, MBA. National Recommendations for
Preconception Care: The Essential Role of the Family Physician. The Role of the Family
Physician in Preconception Care. Jan-Feb 2007 [diunduh 22 September 2020]; 20(1).
Tersedia dari URL: http://www.jabfm.org

Farahi N, MD, Zolotor A, MD, DrPH. Recommendations for Preconception Care. American


Family Physician. 2013 [diunduh 22 September 2020];  76(3). Tersedia dari
URL: www.aafp.org/afp

Michael C. LU, MD, MPH, Geffen D. Recommendations for Preconception Care. American


Family Physician. 2007 [diunduh 22 September 2020];  76(3). Tersedia dari
URL: www.aafp.org/afp

Varney, H. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC

Wulandari D. 2009. Komunikasi dan konseling dalam praktik kebidanan. Nuha. Medica.
Yogyakarta

 http://yopisuryatimpratiwi.blogspot.com/2016/08/asuhan-prakonsepsi.html (diakses tanggal 22


September 2020)

http://eprints.umm.ac.id/26082/2/jiptummpp-gdl-nikensepti-38005-2-babi.pdf (diakses tanggal 22


Septemebr 2020)

https://www.ayahbunda.co.id/prakonsepsi-gizi-kesehatan/pemeriksaan-fisik-calon-ibu (diakses
tanggal 22 Septemebr 2020)

https://review.bukalapak.com/mom/inilah-pemeriksaan-kesehatan-yang-harus-dilakukan-saat-
merencanakan-kehamilan-27973 (diakses tanggal 22 Septemebr 2020)

https://www.ruangmom.com/tes-kesehatan-wanita-sebelum-menikah.html (diakses tanggal 22 Septemebr


2020)

Anda mungkin juga menyukai