MAKALAH
SKRINING PRA KONSEPSI (PEMERIKSAAN FISIK
DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG)
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................5
1.3 TUJUAN .....................................................................................................................5
1.4 MANFAAT .................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI ..............................................................................................7
BAB III PENUTUP............................................................................................................47
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................47
3.2 SARAN.......................................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................48
3|KELOMPOK 1 SKRINING PRA KONSEPSI
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur terucap untuk Allah Swt., Tuhan Yang Maha Sempurna. Hanya
karena kemurahan-Nya, makalah ini dapat selesai tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas kelompok pada mata kuliah Asuhan Kebidanan pada Pra Nikah dan Pra Konsepsi. Melalui tugas ini
diharapkan pembaca dapat memahami materi tentang “Skrining Pra Konsepsi yaitu Pemeriksaan Fisik dan
Pemeriksaan Penunjang”
Makalah yang membahas tentang Skrining Pra Nikah ini dapat selesai dengan baik
tentunya tidak luput dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini pula, kami
akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
langsung ataupun tidak langsung kepada :
1. Drs. H. Muh Nagib, M.Kes, Ketua STIKES Hamzar Lombok Timur
2. Ns.Nandang D.D.Khairari, MAN, Wakil Ketua I STIKES Hamzar Lombok Timur
3. Muhammad Fadlurrahman, S.Kom, Wakil Ketua II STIKES Hamzar Lombok Timur
4. Ns. Supriadi, M.Kep, Wakil Ketua III STIKES Hamzar Lombok Timur
5. Fibrianti. S. ST., M. Kes, Kaprodi DIII Kebidanan STIKES Hamzar Lombok Timur
6. Eka Faizaturrohmi, S.ST., M.Kes, Kaprodi S1 Pendidikan Bidan STIKES Hamzar
Lombok Timur
7. Nurannisa Fitria Aprianti, STr.,M.K.M, selaku dosen Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
pada Pra Nikah dan Pra Konsepsi, terima kasih atas bimbingannya
8. Seluruh pengajar di Jurusan S1 Kebidanan dan Profesi, terima kasih atas ilmu dan
pengabdiannya dalam mendidik.
9. Teman-teman satu kelas S1 Kebidanan dan Profesi
Makalah yang kami buat ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca pada umumnya
Kelompok 1
4|KELOMPOK 1 SKRINING PRA KONSEPSI
BAB 1
PENDAHULUAN
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk mengetahui jenis prosedur pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan finansial pada saat skrining pra konsepsi
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Tenaga Pelayanan Kesehatan
Dapat meningkatkan pemahaman dan wawasan terhadap skrining pra konsepsi dan dapat
menerapkannya dalam memberikan pelayanan kepada calon orang tua serta memberikan
kepuasan bagi penerimanya dengan mengutamakan keamanan klien dan pelayanan yang
berkualitas.
b. Bagi Institusi Pendidikan STIKES Hamzar
Dapat memberikan institusi pendidikan kebidanan untuk membekali mahasiswa-
mahasiswa STIKES Hamzar dengan kemampuan melakukan penelitian di Puskesmas
khususnya tentang pelaksanaan skrining pra konsepsi.
7|KELOMPOK 1 SKRINING PRA KONSEPSI
BAB 1I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Prakonsepsi
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan
konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi pembuahan. Jadi
prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau
sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun
sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu
sekitar 100 hari sebelum konsepsi.
B. Tujuan Prakonsepsi
Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya berada
dalam status kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat dimulainya kehamilan. Tujuan
lainnya adalah memberikan serangkaian pilihan yang mungkin tidak tersedia saat kehamilan
dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun kehamilan bagi beberapa pasangan
mungkin tidak direncanakan, mayoritas pasangan yang memang merencanakan kehamilan
dapat memperoleh manfaat dari asuhan prakonsepsi, baik bagi mereka yang hanya ingin
memberikan yang terbaik bagi bayinya maupun sebagai upaya mengurangi kondisi yang
dapat membahayakan kehamilan.
C. Manfaat Prakonsepsi
Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara fisik dan
emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan
pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi.
Selain itu, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya
proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan upaya yang maksimal agar
bayi dapat lahir dengan sehat. Selain itu asuhan pra konsepsi juga bermanfaat untuk :
1. Identifikasi keadaan penyakit
2. Penilaian keadaan psikologis
3. Kesiap siagaan keuangan dan tujuan hidup
4. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk membantu
membuat keputusan tentang persalinan yang akan di hadapinya.
8|KELOMPOK 1 SKRINING PRA KONSEPSI
infeksi TORCH
Skrining genetik dan riwayat keluarga Menilai risiko pasien dari kelainan kromosom
atau genetik berdasarkan riwayat keluarga,
etnis latar belakang, dan usia; menawarkan
cystic fibrosis dan skrining operator lain
seperti yang ditunjukkan; mendiskusikan
pengelolaan kelainan genetik yang dikenal
(misalnya, fenilketonuria, trombofilia)
sebelum dan selama kehamilan
Penilaian gizi Menilai ABCDs gizi: faktor antropometri
(misalnya, BMI), faktor biokimia (misalnya,
anemia), faktor klinis, dan risiko diet
Penyalahgunaan zat Tanyakan pada pasien tentang tembakau,
alkohol, dan penggunaan narkoba;
menggunakan CAGE atau T-ACE kuesioner
untuk layar untuk alkohol dan
penyalahgunaan zat
Racun dan agen teratogenik Menasihati pasien tentang kemungkinan racun
dan paparan agen teratogenik di rumah, di
lingkungan, dan di tempat kerja (misalnya,
logam berat, pelarut, pestisida, endokrin,
alergen); meninjau Material Safety Data
Sheets dan berkonsultasi dengan spesialis
informasi teratologi lokal yang diperlukan
Kekhawatiran psikososial Skrining untuk depresi, kecemasan, kekerasan
dalam rumah tangga, dan stressor psikososial
utama
Pemeriksaan fisik Fokus pada periodontal, tiroid, jantung,
payudara, dan pemeriksaan panggul
Pengujian laboratorium Pengujian harus mencakup jumlah darah
lengkap; urinalisis; skrining golongan darah;
11 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
using alcohol as an Eye opener; T-ACE = Tolerance, Annoyance, Cut down, Eye-opener
Narges Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD, DrPH dalam Recommendations for
Preconception Counseling and Care tahun 2013 menyatakan bahwa Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit mendefinisikan asuhan prakonsepsi sebagai seperangkat intervensi
yang bertujuan mengidentifikasi dan memodifikasi risiko biomedis, perilaku, dan sosial
untuk hasil kesehatan atau kehamilan wanita melalui pencegahan dan manajemen. Tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa wanita itu sesehat mungkin sebelum konsepsi untuk
mempromosikan kesehatan dan kesehatan anak-anak masa depannya. Asuhan prakonsepsi
merupakan bagian integral asuhan primer bagi perempuan di tahun-tahun reproduksi mereka.
Ini bukan kunjungan medis tunggal, melainkan harus dimasukkan ke dalam setiap keputusan
medis dan rekomendasi pengobatan untuk wanita ini.
Anjuran berdasarkan peringkat bukti yang dicantumkan dalam konseling prakonsepsi
menurut Narges Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD, DrPH dalam Recommendations for
Preconception Counseling and Care yaitu:
Tabel 2. Pedoman dalam konseling prakonsepsi
PERINGKAT
PEDOMAN KLINIS
BUKTI
Tanyakan wanita usia reproduksi tentang niat untuk hamil.
C
Memberikan konseling kontrasepsi disesuaikan dengan niat pasien.
Menyarankan suplemen asam folat (400 mcg setiap hari) untuk
A
mengurangi risiko cacat tabung saraf.
Menilai indeks massa tubuh, dan wanita nasihat yang kelebihan
berat badan, obesitas, atau underweight tentang mencapai berat C
badan yang sehat sebelum hamil.
Menasihati wanita dengan diabetes mellitus tentang pentingnya
kontrol glikemik sebelum konsepsi. Membantu pasien dalam
A
mencapai tingkat A1C sedekat normal mungkin untuk mengurangi
risiko kelainan kongenital.
Periksa penggunaan obat teratogenik sebagai bagian dari asuhan C
prakonsepsi, dan berubah menjadi obat yang lebih aman jika
memungkinkan. Gunakan obat paling sedikit pada dosis terendah
14 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
A = konsisten, baik kualitas bukti pasien berorientasi; B = tidak konsisten atau terbatas
berkualitas bukti pasien berorientasi; C = konsensus, bukti penyakit-berorientasi, praktek
yang biasa, pendapat ahli, atau seri kasus.
Asuhan awal wanita usia reproduksi harus mencakup identifikasi risiko kesehatan
untuk dirinya dan anak-anak masa depannya, dan menerapkan intervensi untuk mengurangi
risiko ini. Masalah umum dalam asuhan prakonsepsi diringkas dalam Tabel 3.
Table 3: Masalah umum dalam asuhan Prakonsepsi
MASALAH SARAN
Paparan lingkungan a. Menilai paparan lingkungan di tempat kerja
untuk toxicants; industri yang diketahui
menggunakan bahan kimia beracun termasuk
asuhan klinis dan laboratorium kesehatan, dry
cleaning, percetakan, manufaktur, dan
pertanian
b. Menilai paparan lingkungan dalam rumah
tangga kepada agen yang berpotensi berbahaya
seperti logam berat, pelarut, dan pestisida
c. Menasihati pasien tentang menghindari
paparan merkuri dengan tidak mengkonsumsi
ikan besar (misalnya, hiu, ikan todak, tilefish,
king mackerel) dan membatasi asupan ikan
15 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
lainnya
Riwayat genetik keluarga a. Skrining riwayat pribadi atau keluarga dari
anomali kongenital atau kelainan genetik
b. Rujuk pasangan untuk konseling genetik bila
faktor risiko diidentifikasi, dan menyediakan
tes pembawa saat tepat untuk menentukan
risiko kehamilan masa depan
Obat a. Menilai penggunaan obat teratogenik
b. Wanita dengan penyakit kronis, beralih ke
obat yang lebih aman bila mungkin, dan
menggunakan obat paling sedikit pada dosis
terendah yang diperlukan untuk mengendalikan
penyakit
Penyakit jiwa a. Skrining untuk gangguan depresi dan
kecemasan
b. Menasihati pasien tentang risiko depresi yang
tidak diobati selama kehamilan, serta risiko
pengobatan
Faktor psikososial a. Skrining kekerasan pasangan intim
b. Mengevaluasi keselamatan pasien, dan
memberikan rujukan ke sumber yang sesuai
Penggunaan zat a. Skrining untuk penggunaan alkohol, dan
memberikan rujukan bagi perempuan dengan
ketergantungan alkohol
b. Skrining untuk penggunaan tembakau, dan
memberikan pengobatan berhenti merokok bila
diperlukan; pasien nasihat tentang efek
merokok pada kehamilan dan kesehatan anak
c. Memberikan intervensi perilaku singkat
untuk mengurangi rokok, alkohol, dan
16 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
penggunaan narkoba
Skrining dan pengobatan untuk penyakit menular, dan memberikan imunisasi sesuai
juga penting pada pasien prakonsepsi (Tabel 4).
Tabel 4. Skrining Penyakit menular dan imunisasi dalam asuhan prakonsepsi
SKRINING/IMUNISASI REKOMENDASI
Penyakit Menular
Chlamydia a. Menyaring semua wanita yang lebih muda
dari 25 tahun dan wanita yang berada pada
risiko infeksi
b. Mengobati pasien yang terinfeksi
Gonorrhea a. Skrining wanita berisiko tinggi
b. Mengobati pasien yang terinfeksi
Infeksi virus herpes simpleks Konseling tentang risiko penularan vertikal
Infeksi virus humana. Screening universal
immunodeficiency b. Konseling tentang risiko penularan vertikal
(Pengobatan mengurangi risiko ini)
Syphilis a. Skrining wanita berisiko tinggi
b. Mengobati pasien yang terinfeksi
Tuberkulosis a. Skrining wanita berisiko tinggi
b. Memperlakukan wanita dengan penyakit aktif
dan laten sebelum kehamilan
Imunisasi
Hepatitis B a. Memvaksinasi semua wanita berisiko tinggi
sebelum kehamilan
b. Pencegahan penularan vertikal
Influensa Memvaksinasi semua wanita yang akan hamil
selama musim flu dan wanita yang berisiko
komplikasi terkait influenza
Campak, gondok, rubella a. Skrining untuk kekebalan
b. Memvaksinasi semua wanita untuk kekebalan
17 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
2. Wanita yang menerima konseling prakonsepsi lebih mungkin untuk mengubah perilaku
berisiko. Oleh karena itu, wanita yang menerima konseling prakonsepsi memiliki
hasil MNCH yang lebih baik
3. Isi asuhan prakonsepsi telah rinci. Asuhan prakonsepsi setiap kali konseling dapat
dimulai dengan mengajukan dua pertanyaan sederhana: "Apakah Anda berencana untuk
hamil?" Dan "Apakah Anda saat ini menggunakan metode KB?"
Atrash H, Jack BW, Johnson K dalam Preconception care: A 2008 update 'Pedoman
mereka untuk Perinatal Care', AAP / ACOG menyatakan intervensi kelompok prakonsepsi
dibagi menjadi empat kategori:
1. Penilaian Ibu
Keluarga berencana dan kehamilan; sejarah keluarga; sejarah genetik – ibu dan
ayah; medis, bedah, paru, dan sejarah neurologis; obat saat ini – resep dan di atas meja;
penggunaan narkoba, termasuk alkohol, tembakau, dan obat-obatan terlarang; gizi;
domestic penganiayaan dan kekerasan; lingkungan dan pekerjaan eksposur; kekebalan dan
imunisasi status; risiko faktor untuk penyakit menular seksual; kebidanan sejarah; sejarah
ginekologi; pemeriksaan fisik umum; dan penilaian sosial ekonomi, pendidikan, dan
konteks budaya).
2. Vaksinasi
Vaksinasi untuk perempuan berisiko atau rentan terhadap Rubella, Varicella, dan
Hepatitis B.
3. Pemeriksaan
Semua perempuan HIV; tempat yang ditentukan untuk penyakit menular seksual,
untuk menilai penyebab keguguran berulang, untuk penyakit spesifik berdasarkan pada
riwayat medis atau reproduksi, dan untuk TB; untuk gangguan genetik berdasarkan
riwayat keluarga: cystic fibrosis, rapuh X, keterbelakangan mental, Duchene distrofi otot;
dan untuk kelainan genetic berdasarkan latar belakang ras / etnis: hemoglobinopathies
sabit- Afrika Amerika; B-Thalassemia - Mediterraneans, Asia Tenggara, Afrika Amerika;
a-Thalasemia - Amerika Afrika / kulit hitam dan Asia; Penyakit Sachs Tay - Ashkhenazi
Yahudi, Perancis Kanada, Cajun; Gaucher, Canavan, dan Nieman-Pilih Penyakit - Yahudi
Ashkenazi; dan cystic fibrosis - bule dan Yahudi Ashkenazi). Pada tahun 2001, ACOG
direvisi rekomendasi terkait dengan cystic fibrosis dan selanjutnya direkomendasikan
19 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
bahwa dokter kandungan / ginekolog membuat skrining DNA untuk cystic fibrosis
tersedia untuk semua pasangan yang mencari prakonsepsi atau asuhan prenatal - bukan
hanya mereka dengan riwayat pribadi atau keluarga membawa Cystic gen fibrosis.
4. Konseling
Berolahraga, mengelola berat badan, menghindari aditif makanan, mencegah
infeksi HIV, menentukan saat pembuahan oleh menstruasi yang akurat sejarah,
berpantang dari tembakau, alkohol, dan terlarang penggunaan narkoba sebelum dan
selama kehamilan, mengkonsumsi asam folat, dan mempertahankan kontrol yang baik
dari yang sudah ada sebelumnya setiap kondisi medis).
Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA dalam Preconception care: nutritional
risks and interventions menyatakan untuk menentukan kategori berat yang tidak normal,
WHO dan National Institutes of Health mengelompokkan berat menjadi empat kategori
menurut indeks massa tubuh individu: underweight (<18,5 kg / m2), normal (18,5-24,9 kg /
m), kelebihan berat badan (25,0-29,9 kg / m2), dan obesitas (30,0 kg / m ). Literatur
menunjukkan hubungan BMI antara obesitas pra-kehamilan dan kehamilan dapat merugikan
hasil kehamilan. Selanjutnya, berat badan pasca melahirkan berlebihan retensi adalah risiko
tidak hanya untuk kehamilan berikutnya, tetapi juga untuk pengembangan penyakit kronis
ibu. Meskipun pedoman yang ada untuk berat badan selama kehamilan menurut BMI ibu pra-
kehamilan, namun berat badan kehamilan tidak dibahas lebih lanjut karena berada di luar
lingkup prakonsepsi. Ulasan sebelumnya telah dinilai ibu lebih berat badan dan obesitas
menggunakan berbagai titik cut off untuk menentukan obesitas. Ulasan ini secara ekstensif
meneliti setiap hasil MNCH yang telah dilaporkan dengan semua kategori pengelompokan
berat, data dari studi individu ke underweight atau kelebihan berat badan dan
membandingkan ini untuk wanita dengan BMI yang normal seperti dijelaskan di atas.
Hasil review dari 34 studi yang membahas ibu underweight. Ulasan ini ditemukan
bahwa pada kasus underweight pra-kehamilan secara signifikan meningkatkan risiko
kelahiran prematur sebesar 32% (RR 1,32, 95% CI 1,22-1,43). Kasus underweight Pra-
kehamilan juga ditemukan secara signifikan meningkatkan risiko usia kecil-untuk-kehamilan
bayi (RR 1,64, 95% CI 1,22-2,21)., Meskipun sebelumnya pekerjaan telah menemukan efek
yang signifikan dari kasus underweight pra-kehamilan pada risiko memiliki bayi dengan
berat badan lahir rendah (RR 1,64 dan OR 1,82, ulasan ini menemukan tidak signifikan risiko
20 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
(RR 1,37, 95% CI 0,46-4,13) mungkin karena rendahnya jumlah studi termasuk karena ini
yang satu-satunya untuk menilai status berat badan ibu sebelum kehamilan. Tidak ada efek
yang ditemukan untuk underweight pra-kehamilan pada gangguan hipertensi kehamilan,
GDM, besar untuk-kehamilan usia atau makrosomia, atau cacat lahir bawaan.
Dunlop AL, MD, MPH, Jack B, MD, and Frey K, MD, MBA dalam National
Recommendations for Preconception Care: The Essential Role of the Family
Physician mengatakan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, bersama-sama dengan
Pilih Panel mitra eksternal, baru-baru ini menerbitkan rekomendasi nasional
untuk meningkatkan kesehatan prakonsepsi dan perawatan kesehatan. Rekomendasi nasional
harus dipandang sebagai rencana strategis untuk meningkatkan asuhan prakonsepsi melalui
penyediaan asuhan klinis sebagai promosi perubahan perilaku individu, kebijakan kesehatan,
dan strategi kesehatan masyarakat. Rekomendasi nasional dengan informasi latar belakang,
tinjauan bukti yang ada, dan referensi untuk menggabungkan asuhan prakonsepsi dalam
praktek ditemukan di situs web CDC. Sebuah deskripsi singkat dari 10 kunci rekomendasi
ditemukan pada Tabel 5.
Tabel 5. Ringkasan 10 Rekomendasi untuk Meningkatkan Kesehatan Prakonsepsi
1. Tanggung jawab individu di seluruh rentang kehidupan
Mendorong setiap wanita dan setiap beberapa memiliki rencana hidup
reproduksi.
2. Kesadaran pasien
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku kesehatan
prakonsepsi dan peningkatan penggunaan layanan asuhan prakonsepsi
menggunakan informasi dan alat yang sesuai usia, tidak buta huruf, sadar akan
kesehatan, dan budaya / konteks linguistik.
3. Intervensi Kunjungan
Sebagai bagian dari kunjungan asuhan primer, memberikan penilaian
risiko dan konseling (pendidikan dan promosi kesehatan) untuk semua wanita
usia subur untuk mengurangi risiko yang berkaitan dengan hasil kehamilan.
4. Intervensi untuk identifikasi risiko
Meningkatkan proporsi wanita yang menerima intervensi sebagai tindak
lanjut skrining risiko prakonsepsi, berfokus pada intervensi prioritas tinggi
21 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
(yaitu, orang-orang dengan penduduk yang dampak tinggi dan mencukupi bukti
efektivitas).
5. Asuhan Interconception
Gunakan periode interconception untuk memberikan intervensi intensif
untuk wanita yang telah memiliki sebelum kehamilan berakhir di hasil yang
merugikan (misalnya, kematian bayi, berat lahir rendah, atau kelahiran
prematur).
6. Cek up Prahamil
Penawaran, sebagai komponen asuhan bersalin, satu kunjungan pra-
kehamilan bagi pasangan berencana kehamilan.
7. Cakupan Kesehatan untuk wanita berpenghasilan rendah
Meningkatkan cakupan kesehatan kalangan wanita berpenghasilan rendah
untuk meningkatkan akses ke kesehatan, prakonsepsi, dan asuhan
interconception wanita pencegahan ini.
8. Program kesehatan masyarakat dan strategi
Menanamkan dan mengintegrasikan komponen kesehatan prakonsepsi ke
masyarakat yang ada terkait dengan program kesehatan, termasuk penekanan
pada orang-orang yang memiliki risiko pada kehamilan sebelumnya.
9. Penelitian
Meningkatkan pengetahuan penelitian yang berkaitan dengan kesehatan
prakonsepsi.
10. Perbaikan Pemantauan
Memaksimalkan pengawasan kesehatan masyarakat dan mekanisme
penelitian terkait untuk memantau kesehatan prakonsepsi.
Konsep asuhan prakonsepsi telah diartikulasikan selama lebih dari satu dekade, 5-20
namun belum menjadi bagian dari praktek rutin obat keluarga. Kurangnya pengetahuan
dokter yang direkomendasikan Intervensi adalah salah satu penghalang untuk penyediaan
asuhan prakonsepsi. CDC Publikasi alamat penghalang pengetahuan dengan menguraikan 14
intervensi asuhan prakonsepsi tertentu untuk yang pedoman praktek klinis dan bukti
efektivitas ada (Tabel 6).
Tabel 6. Intervensi dengan Bukti Asuhan Prakonsepsi untuk Meningkatkan Hasil
22 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
Kehamilan
Intervensi Terbukti Efek Kesehatan
Suplementasi asam folat Mengurangi terjadinya cacat neural tube defect
(NTD)
Vaksinasi Rubella Memberikan perlindungan terhadap sindrom
rubella bawaan.
Manajemen diabetes Secara substansial mengurangi kenaikan 3 kali
lipat dalam cacat lahir pada bayi dari wanita
diabetes.
obesitas.
Dalam jangka pendek, dokter dapat melakukan 2 hal untuk meningkatkan kesehatan
prakonsepsi dan kesehatan peduli. Pertama, meminta setiap wanita usia reproduksi apakah
dia bermaksud untuk hamil dalam tahun depan. Meminta setiap wanita reproduksi niat
mempromosikan gagasan bahwa kehamilan harus ditujukan dan direncanakan dengan
menyediakan kontrasepsi untuk wanita yang tidak berniat untuk hamil dan mempromosikan
strategi asuhan prakonsepsi untuk wanita jika mereka ada keinginan untuk hamil. Kedua,
menginformasikan perempuan yang kondisi kesehatan dan obat-obatan dapat mempengaruhi
hasil kehamilan dan kehamilan yang dapat mempengaruhi kesehatan wanita. Dalam jangka
panjang, aspek rekomendasi nasional bisa dimasukkan ke Proyek Masa Depan Kedokteran
Keluarga "New Model" dari kedokteran keluarga, yang mempromosikan penyediaan, asuhan
pasien berpusat berbasis tim dan komitmen untuk memberikan penting "keranjang layanan."
E. Pengkajian Data Asuhan Prakonsepsi
Adapun beberapa pengkajian data yang perlu dilakukan
1. Riwayat individu dan sosial
a. Usia
b. Latihan dan aktifitas
c. Penggunaan alkohol dan rokok
d. Penggunaan obat-obat terlarang
e. Keadaan lingkungan termasuk lingkungan keluarga
2. Riwayat kesehatan keuarga
a. Diabetes
b. Hipertensi
c. Cancer
d. Jantung
e. Retardasi mental
f. Keehamilan kembar
g. Thalasemia
h. Haemophilia
i. Anak lahir cacat
j. Down sindrom
25 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
(yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan
masalah-masalah yang dihadapi pada waktu yang akan datang.
Konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam
membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu melalui pemahaman terhadap fakta-
fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien ( Saraswati Tarigan, 2002).
Proses konseling menggambarkan adanya kerjasama antara bidan selaku konselor
dengan klien mencari tahu tentang masalah yang dihadapi klien. Proses ini memerlukan
keterbukaan dari klien dan bidan agar mencapai jalan keluar pemecahan masalah klien.
Manfaat konseling adalah meningkatkan kemampuan klien dalam mengenal
masalah, merumuskan alternate, memecahkan masalah dan memiliki pengalaman dalam
pemecahan masalah secara mandiri.
Konseling prakonsepsi dimulai dengan pembahasan tentang kesiapan psikologi
seorang wanita atau pasangan dalam mengasuh dan membesarkan anak. Pembahasan ini
mencakup topik-topik, seperti apakah tersedia kamar bagi anak-anak, bagaimana cara
mengasuh anak-anak, kemapanan ekonomi dan kestabilan emosi wanita atau pasangan,
serta harapan pengalaman usia subur dan menjadi orang tua.
Pengaturan usia subur sehubungan dengan upaya wanita atau pasangan untuk
menyelesaikan pendidikan/memulai suatu karier, bagaimana stress mempengaruhi
aktivitas. Sedangkan pada remaja, bagaimana dengan penyelesaian sekolah dan rencana
melanjutkan perguruan tinggi atau pelatihan kerja serta metode pengontrolan kehamilan.
Menghentikan Penggunaan Metode Kontrasepsi (KB) : apabila wanita telah
menggunakan metode hormonal jangka panjang, seperti suntikan, susuk/implan, ia harus
tahu bahwa dibutuhkan beberapa bulan sebelum akhirnya ovulasi berlangsung teratur.
Wanita dapat menggunakan metode barrier (contoh: kondom) sampai ia mengalami
menstruasi teratur sehingga tanggal kehamilan dapat diperkirakan dengan tepat.
Tidak ada efek berbahaya pada janin yang perlu diperhatikan bila kehamilan terjadi
setelah semua metode ini dihentikan.
Mempertahankan status nutrisi yang baik sebelmum mengalami kehamilan
merupakan hal yang sangat penting. Persiapan bagi pertumbuhan bayi sehat dan
mencegah berat lahir rendah dapat dilakukan dengan:
a. Mencapai berat badan ideal
27 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
untuk menjadi orangtua. Bagi orang-orang yang berhubungan dengan mereka yang
mempunyai riwayat keturunan, konselor genetic dapat:
a) Memberikan informasi komplit dan akurat tentang gangguan-gangguan yang
spesifik.
b) Menentukan pasangan-pasangan yang berisiko memiliki anak dengan
gangguan-gangguan tertentu.
c) Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang dapat menjelaskan bahwa
bayi memiliki gangguan sebelum atau setelah lahir.
2) Sasaran konseling genetic
Konseling genetk diberikan kepada mereka yang :
a) Sedang hamil atau berencana untuk hamil yang memiliki riwayat :
Gangguan genetik seperti : kistik fibrosis.
Cacat lahir : bibir sumbing,
Abnormalitas kromosom : down sindrom
Retardasi mental
b) Wanita yang memiliki riwayat abortus berulang
c) Wanita yang sulit hamil
d) Wanita yang telah dinyatakan telah terpapar dengan segala sesuatu yang
berbahaya terhadap bayi yang akan dilahirkan (termasuk di dalamnya sinar x,
radiasi, beberapa obt-obatan, alkohol, infeksi).
e) Wanita yang berusia di atas 35 tahun.
f) Wanita yang berkepentingan untuk mendapatkan diagnosis prenatal
g) Wanita yang sebelumnya sudah diberitahukan bahwa kehamilannya
kemungkinan memiliki risiko tinggi mengalami komplikasi atau cacat lahir
berdasarkan hasil USG atau pemeriksaan darah.
Yang lainnya yang diuntungkan dari konseling genetik ini adalah :
a) Mereka yang memiliki riwayat keturunan kanker dan ingin mengetahui risiko
dari perkembangan kanker tersebut dan cara untuk mengurangi risiko.
b) Mereka yang mengalami gangguan perkembangan seksual sekunder.
Pada konseling genetik, konselor menanyakan individu atau pasangan
beberapa pertanyaan tentang riwayat keluarga dan riwayat medis. Ia juga
30 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
d) Wanita yang berada pada usia pertengahan 30 atau lebih dan yang
merencanakan kehamilan atau mereka yang telah siap untuk hamil.
e) Saat suatu pasangan memiliki hubungan darah.
f) Individu atau pasangan mereka berhubungan dengan kondisi ini dan akan
menurunkan pada keturunannya.
g) Ketika abnormalitas fetus sudah terdeteksi selama kehamilan.
h) Jika terpapar dengan lingkungan yang bisa menyebabkan cacat lahir seperti :
obat-obatan, kimia, medikasi, radiasi.
Beberapa hal penting yang khususnya disampaikan oleh konseling genetic
jika disertai oleh factor-faktor resiko yang diterapkan pada anda:
a) Sebuah skrining tes kehamilan standar, seperti tes Alpha Fetoprotein, yang
mendapatkan hasil yang tidak normal.
b) Hasil amniosentesis yang tidak diharapkan (seperti kelainan kromosom dalam
kehamilan)
c) Orang tua/ keluarga dekat yang mewarisi penyakit atau cacat lahir.
d) Orang tua yang memiliki anak dengan cacat lahir atau gangguan genetic.
e) Ibu yang mengalami 2 atau lebih keguguran atau bayi lahir mati.
f) Ibu yang berusia 35 tahun atau lebih ketika melahirkan.
g) Kesempatan memiliki anak dengan Down Syndrome meningkat pada ibu
dengan usia: Seorang wanita mengalami 1 dari 350 kehamilan anak dengan
Down Syndrome pada usia 35 tahun, 1 dalam 110 kehamilan pada usia 40
tahun, dan 1 dalam 30 pada kehamilan dengan usia 45 tahun.
h) Anda yang berhubungan dengan kelainan genetic frekuensi kejadian dalam
etnik tertentu atau kelompok ras. Contoh, pasangan keturunan Africa
mempunyai resikoo tinggi memiliki anak dengan anemia bulan sabit; pasangan
dari Eropa Jewish (Ashekenazi) bagian timur atau tengah, Cajun, or keturunan
Irlandia memungkinkan sebagai carrier penyakit Tai-Sachs; dan pasangan
Italia, Yunani, atau keturunan Timur Tengah dapat membawa gen Thalasemia,
gangguan sel darah merah.
Setelah Konseling:
33 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
Wanita yang dicurigai atau diketahui memiliki penyakit jantung harus benar-
benar didorong untuk merencanakan waktu kehamilan dengan ahli kardiologi dan ahli
obstetrik. Selama masa prakonsepsi, status jantung harus tetap dikaji. risiko didasarkan
pada tiga faktor utama: lesi jantung; gangguan fungsi dasar tubuh; kemungkinan
komplikasi selama kehamilan.
d. Gangguan Kejang
Wanita yang diketahui memiliki gangguan kejang harus mengetahui frekuensi
kejang dan pengobatan yang sedang digunakan. pengobatan yang paling sering
digunakan untuk mengontrol kejang bersifat teratogenik bagi janin.
e. Hipertensi
Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan persalinan
normal. Wanita harus mengetahui tentang risiko preeklampsia dan hambatan
pertumbuhan janin.
f. Gangguan Tiroid
Bagi wanita yang menderita hipotiroid atau hipertiroid, sasaran yang ingin
dicapai adalah penderita menjadi eutiroid sebelum hamil. Konsultasikan kepada ahli
obstetrik dan endokrinologi untuk menyusun sebuah pengkajian kadar tiroid dan
pengobatan potensial selama kehamilan. bagi sebagian besar wanita dengan gangguan
tiroid, asuhan kebidanan meerupakan tindakan yang tepat jika disertai konsultasi.
g. Penyakit Infeksi
Masa prakonsepsi merupakan waktu yang tepat untuk mengkaji infeksi pada
wanita.
h. Fenilketonuria
Hal terbaik bagi penderita ini adalah dengan melakukan terapi diet yang telah
dicoba sebelum konsepsi, kemudian melanjutkan selama masa hamil. bantuan dari ahli
gizi sekaligus evaluasi medis yang menyeluruh sangat dianjurkan.
i. Komplikasi Kehamilan Sebelumnya
Ibu dengan Usia Lanjut : Masalah yang pasti muncul setelah usai 35 tahun
mencakup risiko kelainan genetik, diabetes gestasional, hipertensi, dan penyakit kronis
lainnya meningkat. Bagi wanota yang merencanakan kehamilan pertama setalah usia 35
tahun, masalah infertilitas merupakan masalah yang lebih besar lagi. Perubahan-
35 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
perubahan besar terhadap gaya hidup yang sudah mapan juga dialami oleh pasangan
berusia mapan, dan merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Masalah Lingkungan dan Tempat Kerja : paparan terhadap zat teratogen di
dalam rumah, di lingkungan, dan di tempat kerja merupakan masalah besar. Seseorang
wanita dapat terpapar pada bermacam-macam zat kimia, perubahan suhu yang ekstrem,
logam berat, radiasi, agen infeksi, dan berbagai faktor stres yang ada dirumah ataupun di
tempat kerja. semua hal ini dapat berdampak negatif terhadap perkembangan janin dan
dapat mengakibatkan kelainan kongenital.
Masalah Prakonsepsi Pada Pria : bagi pria dengan riwayat gangguan genetik
pribadi atau keluarga, terdapat peningkatan risiko penularan pada anak. kebiasaan
mengonsumsi alkohol dan merokok seorang ayah dapat meningkatkan risiko berat bayi
lahir rendah. Pria yang lebih tua memiliki risiko lebih tinggi mendapatkan anak
dengan sindrom Down dan anomali kromosom lain yang terkait dengan usia. baik
produksi maupun pergerakan sperma dapat menurun akibat kebiasaan merokok,
penggunaan alkohol, obat-obatan terlarang, dan beberapa preparat farmasi sehingga
menurunkan fertilitas. Pria juga sering kali mengemban tanggung jawab stabilitas
finansial keluarga dan merasakan hal ini cukup membuat tertekan ketika menghadapi
seorang anak, pria membutuhkan diskusi terbuka tentang hal ini dan perubahan dalam
hubungan serta tuntutan selama kehamilan dapat mengungkap suatu kebutuhan untuk
mendapat bantuan sebelum prekonsepsi.
2. Proses Konseling
Konseling merupakan suatu bentuk percakapan wawancara, sedangkan wawancara
itu sendiri belum tentu merupakan suatu konseling. Proses konseling menurut saraswati
dalam buku komunikasi efektif ibu selamat, bayi sehat, keluarga bahagia, 2002 terdiri
dari 4 unsur kegiatan:
komunikasi interpersonal bidan dengan klien, keluarga klien, tokoh masyarakat dan
sebagainya. Serta merupakan dasar dari proses pemberian bantuan.
Hubungan yang baik akan memudahkan klien untuk memahami saran bidan
sehingga mau mengikutinya, klien merasa puas dan akan kembali lagi untuk
memeriksakan diri ke bidan.
Tahapan dalam pembinaan hubungan baik sebagai berikut:
1) Mencari tahu seberapa klien memahami arti konseling dan apa yang dia harapkan
dari seorang konselor.
2) Klien menjajaki kemungkinan keterbukaan
3) Binalah hubungan kepercayaan
4) Biarkan klien bercerita tentang apa yang dirasakan walaupun cerita itu tidak
berurutan
5) Kesan pertama akan menentukan keberhasilan konseling.
Perilaku respon positif yang mendukung terciptanya hubungan baik
1) Bersalaman dengan ramah
2) Mempersilahkan duduk
3) Bersabar
4) Tidak menginterupsi/memotong pembicaraan klien
5) Menjaga kerahasiaan klien
6) Tidak melakukan penilaian
7) Mendengarkan dengan penuh perhatian
8) Menanyakan alasan kedatangan klien
9) Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien.
b. Penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri dan
sebagainya).
Pengumpulan informasi merupakan tugas utama konselor. Pendalaman masalah
yang dihadapi klien, latar belakang, situasi dan kondisi klien, perasaan dan kebutuhan
klien, serta pemahaman klien terhadap masalah yang dipahami oleh konselor, akan
berdampak baik terhadap informasi yang dibutuhkan dan dipahami oleh klien.
Tahapan dalam penggalian informasi:
1) Arahkan klien agar bercerita dengan urutan yang benar
37 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
2) Selama bercerita, perhatikan bagaimana klien berbicara (malu, marah) sikap klien
terhadap konselor dan kesulitan selama berkomunikasi
3) Bila klien tampak cemas, tunda sampai klien dapat merumuskan ceritanya. Jangan
memaksa klien jika belum siap
4) Penting sekali peranan dari kedua belah pihak.
c. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perencanaan
Sesuai dengan masalah dan kondisi klien, konselor membantu klien
memecahkan masalah yang dihadapi atau membuat perencanaan untuk mengatasi.
Tahapan ini merupakan inti dari proses konseling:
1) Konselor membantu klien memahami permasalahannya
2) Konselor membantu memberikan alternative pemecahan masalah
3) Konselor membantu klien memilih alternative pemecahan masalah dengan segala
konsekuensinya.
4) Menindaklanjuti pertemuan
Mengakhiri pertemuan konseling, konselor merangkum jalannya dan hasil
pembicaraan selama pertemuan selanjutnya atau merujuk klien. Disebut juga dengan
tahapan penutup:
1) Konselor mengakhiri proses konseling secara bertahap
2) Beri waktu klien untuk merenungkan berbagai alternative pemecahan masalah
3) Membuat perjanjian kembali
4) Berikan dorongan dan semangat bagi klien untuk keputusan yang telah diambil
5) Jalannya proses konseling sangat tergantung pada percakapan konselor klien.
3. Pemeriksaan Fisik
Menurut Surussin dan Moh. Muhsin (2014) pertumbuhan jasmani dalam fase
kehidupan manusia akan mengalami perkembangan yang sangat signifikan ketika
memasuki usia remaja, karena pada usia remaja sudah mulai tumbuh dan berfungsi
organ reproduksinya. Pertumbuhan fisik akan semakin kuat saat mengakhiri usia remaja,
demikian pula dengan fungsi organ reproduksi akan berjalan dengan baik saat berakhir
usia remaja dan semakin matang ketika memasuki fase dewasa. Menurut ilmu kesehatan,
fase terbaik untuk melahirkan adalah usia 20-30 tahun.
38 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
Pemeriksaan fisik termasuk status gizi yang diperlukan oleh calon orang tua
antara lain adalah :
a. Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi status kesehatan
melalui pengukuran dan pemeriksaan (denyut nadi, frekuensi nafas, suhu tubuh dan
seluruh tubuh).
b. Pemeriksaan status gizi, dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi status gizi
dan deteksi awal anemia, melalui pengukuran atau pemeriksaan (berat badan, tinggi
badan, LILA dan tanda-tanda anemia)(BKKBN, 2018).
Pemeriksaan kesehatan penting untuk calon ibu di masa prakonsepsi. Pemeriksaan
kesehatan sebaiknya dilakukan 3-6 bulan sebelum hamil, agar tubuh calon ibu siap
menerima kehadiran janin dan menjalani kehamilan sehat.
Riwayat kesehatan calon ibu dan ayah perlu diperiksa, jika memiliki riwayat
kesehatan yang dapat menyebabkan kondisi kehamilan berisiko. Seperti, Toksoplasmosis,
Rubella (Campak Jerman), Gondongan (mumps), dan lain sebagainya. Sebaiknya atasi
penyakit atau gangguan kesehatan lebih dulu, baru kemudian melakukan upaya untuk
hamil.
Sedangkan untuk riwayat kesehatan keluarga, jika calon ibu dan ayah memiliki
riwayat penyakit tertentu, sebaiknya melakukan tes genetika di laboratorim atau lembaga
khusus genetika. Deteksi dini penyakit thalasemia, masalah kromosom, dan penyakit
metabolisme dapat dilakukan dengan melakukan serangkaian tes. Untuk beberapa kasus,
deteksi dini membantu calon ayah dan ibu menyiapkan psikolog dan mental, jika terjadi
kehamilan berisiko tinggi.
Tes kesehatan fisik secara menyeluruh untuk mengetahui kondisi fisik
sang wanita. Pemeriksaan ini mencakup:
Cek tekanan darah untuk mengetahui apakah ada risiko tekanan darah tinggi
saat kehamilan terjadi di masa depan.
Analisa riwayat kesehatan calon ibu untuk mengetahui apakah si calon ibu
mempunyai penyakit tertentu yang bisa mengganggu perencanaan
kehamilan
a. Pemeriksaan klinis bagi calon ibu
Berikut pemeriksaan klinis yang sebaiknya dilakukan:
39 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
a. Histerosalpingografi (HSG)
Pemeriksaan radiologi ini bertujuan untuk melihat saluran indung telur. Bila
saluran indung telur mengalami gangguan dapat memengaruhi proses reproduksi.
b. USG (ultrasonografi)
40 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
Untuk melihat ada-tidaknya kelainan pada organ reproduksi, semisal kista atau
tumor rahim. Adanya kelainan pada organ reproduksi tentunya dapat
memengaruhi proses reproduksi.
c. Rongga panggul.
Pemeriksaan ini akan mendeteksi, apakah ada masalah pada organ reproduksi
calon ibu. Misalnya, kista indung telur yang menyebabkan menurunnya tingkat
kesuburan, bentuk dan posisi rahim tertentu yang menghambat pembuahan, dan
pertumbuhan janin. Selain kista, keluhan calon ibu adalah mioma atau miom,
yakni sejenis tumor yang biasanya tumbuh di dinding rahim.
b. Pemeriksaan klinis bagi calon Ayah
Apabila sebuah kehamilan yang sangat diidamkan tak juga terwujud, dokter
spesialis andrologi (ahli kesuburan pria) dan kandungan yang ada di klinik fertilitas
akan menyarankan calon ayah untuk memeriksakan diri terlebih dulu dibandingkan
calon ibu, karena pemeriksaan terhadap calon ayah lebih mudah dilakukan dan
langkah-langkah yang dilakukan relatif lebih sederhana dibandingkan dengan
pemeriksaan kesuburan pada calon ibu.
1) Tes darah
Apabila Anda dan pasangan sudah satu tahun berupaya punya anak, tapi tak
juga berhasil, calon ayah dan ibu sangat dianjurkan untuk berkonsultasi ke klinik
fertilitas. Calon ayah perlu memastikan diri dalam kondisi sehat dan fit dengan
melakukan tes darah. Tes darah disarankan kepada calon ayah untuk mendeteksi
gangguan kesehatan yang mungkin saja memengaruhi kesuburan calon ayah.
Pemeriksaan darah berguna untuk mengetahui kadar FSH
(Follicle Stimulating Hormone) dan kadar hormon testosterone, FSH berperan
dalam proses pembentukan sperma (spermatogenesis). Sedangkan hormon
testosteron berperan dalam spermatogenesis dan stimulasi libido. Normalnya, kadar
FSH pada pria dewasa adalah 1,5-12,4 mIU/ml darah. Untuk kadar hormon
testosteron 300-1.200 mg/desiliter. Apabila ternyata calon ayah kekurangan hormon,
dokter biasanya akan menyarankan untuk mencoba proses penambahan hormon.
Contoh lain misalnya, adanya infeksi, tekanan darah tinggi, diabetes sampai
masalah hormonal. Apabila ditemukan adanya masalah yang terkait dengan
41 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
kesehatan ayah secara menyeluruh, bisa dipastikan kesuburan calon ayah pun
terganggu.
2) Tes kesuburan
Di klinik fertilitas, dokter spesialis andrologi akan melakukan serangkaian tes
keseburan terhadap calon ayah. Yang pertama menjadi perhatian tentu kondisi dan
kualitas sperma.
Cairan mani calon ayah diambil untuk dianalisa. Jika cairan semen yang
keluar, ternyata hanya mengandung sedikit sperma atau bahkan tidak cukup untuk
membuahi sel telur maka dokter akan memberikan pengobatan agar kualitas sperma
menjadi baik. Setiap kali proses pembuahan normal terjadi, seorang pria harus siap
"meluncurkan" sekitar 200 sampai 300 juta sel sperma yang untuk mengejar satu sel
telur agar dibuahi. Tak hanya dalam hal jumlah, sperma calon ayah juga harus gesit
"mengejar" sel telur.
Jika jumlah atau kualitas sperma kurang, dokter spesialis andrologi (ahli
kesuburan pria) akan melakukan tindakan pengobatan. Secara berkala, tes sperma
akan dilakukan kembali. Untuk meningkatkan dan memantau kualitas sperma, total
pemeriksaan terhadap cairan mani akan dilakukan lebih dari satu kali.
3) Tes fisik
Di klinik fertilitas, calon ayah juga harus melalui pemeriksaan fisik Hal ini
merupakan pemeriksaan tahap awal dan sebaiknya dilakukan, untuk mengetahui
mengenai kondisi tubuh setelah melakukan pemeriksaan fisik. Fisik yang nantinya
diperiksa yaitu penis, buah zakar (skrotum), testis, epididimis, prostat, saluran
sperma, dan kelenjar cowper.
Apabila calon ayah kurang subur akibat masalah kualitas sperma, maka calon
ayah akan ditangani oleh seorang dokter spesialis andrologi. Apabila masalah calon
ayah terletak pada masalah mekanis testis yang berkait dengan fungsinya untuk
berkemih, maka dokter spesialis urologi (spesialis penyakit dan gangguan saluran
kemih pria) yang akan turun tangan.
Bedannya, androlog dan urolog, seorang androlog akan memeriksa kualitas
dan jumlah sel spermatozoa (berhubungan produksi benih atau sperma) dalam buah
zakar. Sedangkan seorang, urolog akan menangani gangguan atau infeksi pada
42 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
1) Pap smear
Perempuan yang aktif dan pernah berhubungan seksual wajib melakukan tes
ini. Pemeriksaan ini untuk mendeteksi ada tidaknya kanker atau gangguan lain di
leher rahim. Dilakukan tiga tahun setelah melakukan hubungan seks pertama kali.
Pasien akan tiduran di kursi khusus dengan kaki ditumpangkan ke penahan kaki.
Selanjutnya vagina dibuka dengan alat bernama spekulum. Dokter atau bidan akan
mengambil olesan jaringan di mulut rahim. Olesan itulah yang dikirim ke
laboratorium untuk dianalisa. Apakah ada indikasi infeksi maupun sel abnormal
yang memilki kecenderungan berkembang menjadi sel kanker. Jika ditemukan
kelainan, maka harus disembuhkan sebelum calon ibu hamil.
2) Tes TORCH
TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus,
dan Herpes Simplex Virus. Tes ini sangat disarankan bagi mereka yang
merencanakan kehamilan terlebih jika pernah mengalami keguguran maupun
dianggap memiliki resiko tinggi terkena penyakit-penyakit tersebut seperti orang
yang dekat dengan binatang berbulu, gemar makan-makanan mentah dan berda
dilingkungan yang tidak sehat. Infeksi yang disebabkan Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus dapat menyebabkan bayi lahir
premature bahkan keguguran, gangguan pendengaran, penyakit kuning hingga
kelainan bawaan pada janin.
3) Analisa Genetika
Analisa genetikan atau analisa kromosom perlu dilakukan jika dalam
keluarga besar terdapat riwayat kelainan secara genetika seperti thalassemia,
hemophilia dan down syndrome. Tes ini dapat dilakukan pada laboratorium khusus
genetika untuk melihat apakah acalon ayah dan calon ibu memilki bakat kelainan
genetic.
Masalah akan muncul saat calon orang tua sama-sama membawa gen resesif
sehingga akan berdampak pada bakal janin. Dokter bisa melakukan beberapa
tindakan untuk mengurangi risiko kelainan genetika pada janin bila hal tersebut
diketahui sebelum kehamilan terjadi.
4) Skrining Ginekologi
46 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan
atau sebelum hamil.
47 | K E L O M P O K 1 S K R I N I N G P R A K O N S E P S I
2. Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya berada dalam
status kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat dimulainya kehamilan
3. Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara fisik dan emosional
yang optimal saat memasuki masa konsepsi.
4. Konseling prakonsepsi dimulai dengan pembahasan tentang kesiapan psikologi seorang
wanita atau pasangan dalam mengasuh dan membesarkan anak.
5. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasangan calon orang tua yaitu berupa pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang
5.2 Saran
Diharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis, instansi kesehatan
maupun institusi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Badriah, DL. (2011). Gizi dalam kesehatan reproduksi. Bandung: Refika Aditama
Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA. Systematic Review of Preconception Risks and
Interventions . Diambil dari zulfiqar.bhutta@aku.edu (diunduh 22 September 2020)
Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA. Preconception care: nutritional risks and
interventions. Reproductive Health . 2014 [diunduh 22 September 2020];11(Suppl 3):S3.
Tersedia dari URL: http://www.reproductive-health-journal.com/content/11/S3/S3
Dunlop LA, MD, MPH, Jack B, MD, Frey K, MD, MBA. National Recommendations for
Preconception Care: The Essential Role of the Family Physician. The Role of the Family
Physician in Preconception Care. Jan-Feb 2007 [diunduh 22 September 2020]; 20(1).
Tersedia dari URL: http://www.jabfm.org
Wulandari D. 2009. Komunikasi dan konseling dalam praktik kebidanan. Nuha. Medica.
Yogyakarta
https://www.ayahbunda.co.id/prakonsepsi-gizi-kesehatan/pemeriksaan-fisik-calon-ibu (diakses
tanggal 22 Septemebr 2020)
https://review.bukalapak.com/mom/inilah-pemeriksaan-kesehatan-yang-harus-dilakukan-saat-
merencanakan-kehamilan-27973 (diakses tanggal 22 Septemebr 2020)