DISUSUN OLEH
S1KEBIDANAN REG B
JUDUL ………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
B. Konseling……………………………………………………
C. Pengetahuan………………………………………………………
D. Macam-Macam Penyakit Menular Seksual……………………………………………
1. Kesimpulan…………………………………………………………
2. Saran ………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
untuk mata kuliah Evidance Based dalam Praktik Kebidanan dengan judul ” ASUHAN
KEBIDANAN PRAKONSEPSI
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
saran dan kritik sehingga makalah ini terselesaikan,
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikerenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu , kami
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang membangun. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
kesehatan.
Penulis
BAB 1 : PENDAHULUAN
Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah wanita
akan segera menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum
kehamilan.Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum
konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100
hari sebelum konsepsi. Status gizi WUS atau wanita pranikah selama tiga sampai enam bulan
pada masa prakonsepsi akan menentukan kondisi bayi yang dilahirkan.
Prasayarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal
dan sehat (Susilowati & Kuspriyanto, 2016). Rhode Island Departement of Health (2012)
menyimpulkan bahwa wanita prakonsepsi merupakan wanita yang siap menjadi ibu,
merencanakan kehamilan dengan memperhatikan kesehatan diri atau kesehatan reproduksi,
kesehatan lingkungan, serta pekerjaannya.Oleh sebab itu, masa prakonsepsi ini harus diawali
dengan hidup sehat, seperti memperhatikan makann yang dimakan oleh calon ibu. Perawatan
prakonsepsi juga merupakan suatu langkah-langkah penilaian dan intervensi yang bertujuan
untuk mengidentifikasi dan memodifikasi resiko medis, perilaku, dan sosial kesehatan wanita,
serta hasil kehamilannya dari sebelum konsepsi (Hadar, et al, 2015).
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengidintifikasi empat tujuan untuk
meningkatkan kesehatan prakonsepsi di antaranya yaitu:
b) Meyakinkan bahwa semua wanita usia subur bisa menerima pelayanan perawatan prakonsepsi
yang akan memungkinkan mereka akan kesehatan yang optimal.
c) Mengurangi resiko lahir cacat.
d) Mengurangi hasil kehamilan yang merugikan (Rhode Island Departement of Health, 2012).
a. Kebutuhan Gizi
pada Masa Prakonsepsi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorpsi, transportasi. Penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan, dan fungsi normal dari organorgan serta menghasilkan energi (Supariasa, dkk.
2002). Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein,
oksidasi zatzat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan
atau aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk zat organik yang mengandung karbon yang dapat
dibakar, jumlah zat gizi yang paling banyak terdapat dalam pangan dan disebut juga zat
pembakar (Almatsier, 2011) Pedoman Gizi Seimbang merupakan pedoman untuk konsumsi
makan sehari-hari yang harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai
dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur, mengandung berbagai zat gizi (energi,
protein, vitamin dan mineral), serta dapat dijadikan sebagai pedoman makan, aktivitas fisik,
perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal (Kemenkes,2014).
Secara umum terdapat pesan khusus gizi seimbang yang perlu diperhatikan bagi calon
pengantin adalah mengonsumsi aneka ragam makanan untuk memenuhi kebutuhan energinya.
Hal tersebut meliputi konsumsi zat gizi makro dan mikro (karbohidrat, protein, vitamin dan
mineral) yang akan digunakan sebagai proses pertumbuhan tubuh yang cepat, peningkatan
volume darah dan peningkatan hemoglobin dalam darah yang berguna untuk mencegah anemia
yang disebabkan karena kehilangan zat besi selama proses menstruasi (Kemenkes,2014).
Gizi yang memengaruhi prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak, protein, asam folat,
vitamin A, E, dan B12, mineral zinc, besi, kalsium, dan omega-3. Pasangan yang akan
melangsungkan pernikahan sebaiknya mulai mengubah pola makan menjadi teratur dan baik
selambat-lambatnya enam bulan sebulan sebelum kehamilan. Hal ini dapat membantu
memperbaiki tingkat kecukupan gizi pasangan (Susilowati & Kuspriyanto, 2016).
Berikut pola makan yang disarankan pada pasangan prakonsepsi untuk mengonsumsi
dalam jumlah yang mencukupi:
c. Asam Folat Kecukupan nutrisi asam folat dapat mengurangi resiko bayi lahir
kecacatan system saraf dengan neutral tube defect(NTD) seperti spina bifida sebanyak 70%.
d. Vitamin B6 Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, ginjal, beras merah, kacang
kedelai, kacang tanah, pisang, dan kol.
e. Vitamin D Vitamin D dirodukski dari dalam tubuh dengan bantuan sinar matahari,
selain itu dapat diperoleh dari susu, telur, mentega, keju, minyak ikan, ikan tuna, dan ikan
salmon.
f. Zinc Zinc sangat penting untuk calon ibu karena zinc membantu produksi materi
genetik ketika pembuahan terjadi. Menjaga asupan zinc sesuai AKG, yaitu 15 mg/hari dapat
membantu menjaga sistem reproduksi berfungsi normal.
g. Zat besi Kekurangan zat besi pada calon ibu dapat menyebabkan anemia dengan
menunjukkan gejala lelah, sulit konsentrasi, dan gampang infeksi.Juga dapat mengurangi resiko
ibu hamil mengalami defisiensi anemia gizi besi yang dapat membahayakan ibu dan
kandungannya.(Susilowati & Kuspriyanto, 2016).
B. Konseling
1. Pengertian Konseling
Salah satu upaya untuk menyadarkan masyarakat mengenai gizi adalah melalui konseling gizi.
Secara umum, definisi konseling adalah suatu proses dua arah yang terjadi antara konselor dan
klien yang bertujuan untuk membantu klien mengatasi dan mengambil keputusan yang benar
dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapi (Supariasa, 2014). Konseling gizi adalah suatu cara
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu atau keluarga melalui bentuk
pendekatan guna mendapatkan pengertian yang lebih baik, sehingga diharapkan individu atau
keluarga mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi termasuk perubahan
pola makan serta memecahkan masalah terkait gizi kearah kebiasaan hidup sehat (Cornelia, dkk
2013). Peran keluarga juga turut membantu dalam keberhasilan konseling gizi. Anggota keluarga
yang lain dapat mendukung pelaksanaan perubahan pola makan klien. Hingga pada akhirnya
klien dapat menerapkan pola makan yang baik sesuai dengan yang diharapkan.
2. Tujuan Konseling
Tujuan konseling gizi adalah secara umum adalah membantu klien dalam upaya megubah
prilaku yang berkaitan dengan gizi, sehingga status gizi klien menjadi lebih baik.Perilaku yang
diubah meliputi pengetahuan dan sikap.
3. Manfaat Konseling
Dalam melakukan konseling diperlukan hubungan yang baik antara konselor dan klien melalui
kesepakatan untuk bekerja sama, melakukan komunikasi, dan terlibat dalam proses yang
berkesinambungan dalam upaya memberikan pengetahuan, keterampilan, serta sumber daya.
Proses konseling diharapkan dapat memberikan manfaat pada klien sebagai berikut:
a)Membantu klien untuk mengenali masalah kesehatan dan gizi yang dihadapi. 11 Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang
d)Membantu klien untuk memilih cara pemecahan masalah yang paling sesuai baginya.
e) Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi klien.
4. Tempat Konseling
Pada prinsipnya dapat dilaksanakan dimana saja asal memenuhi konsep kenyamanan dan
informasi yang disampaikan klien tidak didengar orang yang tidak berkepentingan serta dijamin
kerahasiaanya (Supariasa, 2014).
Namun, ada beberapa persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan layak
sebagai tempat dilakukannya konsultasi, antara lain :
a) Ruangan tersendiri terpisah dengan ruangan lain sehingga klien merasa nyaman.
c)Lokasi mudah dijangkau oleh klien, termasuk klien yang memiliki keterbatasan fisik.
e) Ruangan didukung dengan fasilitas yang memadai antara lain tersedia poster, leflet, dan food
model.
5. Waktu
Waktu pelaksanaan konseling sangat bergantung pada kasus yang ditangani berat ringannya
masalah, keaktifan klien, dan waktu kunjungan, yaitu kunjungan awal/pertama, kedua, ketiga dan
seterusnya.Secara umum waktu pelaksanaan konseling berkisar antara 30-60 menit.Dengan
pembagian 30 menit diawal digunakan untuk menggali data, dan 30 menit berikutnya untuk
diskusi dan pemecahan masalah.
C. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Bloom, pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman
penelitian tertulis bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah
merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah
dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak
atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarak, 2007)
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2007) mempunyai
enam tingkatan, yaitu:
1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Disebut juga dengan istilah recall (mengingat kembali) terhadap suatu yang spesifik
terhadap suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar, tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.Orang yang
telah paham terhadap obyek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil (sebenarnya). Aplikasi ini 13 Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisa Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu sama
lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata karena dapat menggambarkan,
membedakan, dan mengelompokkan.
6) Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian ini berdasarkan suatu keriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang
telah ada sebelumnya. 1. Faktor yang memengaruhi tingkat pengetahuan Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:
b. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas.
c. Budaya Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang
meliputi sikap dan kepercayaan.
e. Sosial Ekonomi Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dalam hidup.
a. Media Cetak Media cetak adalah alat-alat yang dapat member informasi, media cetak
tersebut antara lain :
1) Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu informasi
tentang gizi seimbang.
2) Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan mengenai pengetahuan gizi
pada remaja.
3) Poster adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan yang biasanya
ditempel pada dinding, di tempat umum atau kendaraan umun.
b. Media Elektronik Media elektronik adalah sebagai sarana untuk menyampaikan pesan
atau informasi kesehatan. Jenis-jenis media elektronik antara alain :
1) Televisi, menyimpaikan pesan atau informasi tentang gizi, melalui media ini dalam
bentuk forum diskusi atau Tanya jawab masalah gizi.
2) Radio, menyampaikan informasi atau pesan tentang gizi dalam berbagai bentuk antara
lain obrolan (tanya jawab), ceramah.
. c. Media Papan Media papan merupakan suatu media yang terdapat di tempat-tempat
umum, dapat diisi informasi pengetahuan, seperti halnya informai tentang gizi.
3. Pengetahuan Gizi
1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.
2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu
menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan
energy
3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar
menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi. Menurut Khomsan (2004), individu
memiliki pengetahuan yang baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan
gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan mencakupi
kebutuhan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2012). Pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan dengan menggunakan
instrument berbentuk pertanyaan pilihan dan berganda (multiple choice test), instrumen ini
merupakan bentuk tes obyektif yang paling sering digunakan. Di dalam menyusun instrument ini
diperlukan jawaban-jawaban yang sudah tertera diatas.Dan responden hanya memilih jawaban
yang menurutnya benar (Khomsan).
BAB V
1.1 KESIMPULAN
Asuhan kebidanan berkesinambungan merupakan pasien hamil trimester ketiga dengan faktor
risiko anemia ringan yaitu dengan kadar Hb 10,4 gr/dl pada trimester tiga. Asuhan kehamilan
yang diberikan pada Ny F untuk mengatasi anemia meliputi KIE mengenai pemenuhan nutrisi,
ketepatan meminum tablet Fe serta ANC rutin dan anemia dapat terkoreksi dengan kenaikan
kadar Hb pada kunjungan ANC terakhir menjadi 12 gr/dl
2.1 SARAN
1. Bagi institusi dapat dijadikan bahan evaluasi pada penelitian berbasis Continuity of Care
. 2. Bagi mahasiswa dapat lebih mempelajari asuhan-asuhan dalam ruang lingkup kebidanan,
sehingga penelitian yang dilakukan dapat lebih baik lagi hasilnya.
3. Bagi pemberi asuhan, guna memberikan asuhan yang memperhatikan kepentingan klien
sebaiknya kualitas pelayanan kebidanan lebih ditingkatkan. Pengkajian dilakukan lebih
mendalam sehingga keluhankeluhan klien dapat teratasi dengan baik.
4. Bagi klien sebaiknya lebih terbuka dengan pemberi asuhan, sehingga dapat menyampaikan
keluhan atau kondisi kesehatannya tanpa ada rasa malu atau canggung dan percaya pada pemberi
asuhan bahwa tindakan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1465/6/6.%20BAB%20II%20%281%29.pdf
http://eprints.umm.ac.id/26082/2/jiptummpp-gdl-nikensepti-38005-2-babi.pdf