b. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari beberapa individu yang terikat dengan adanya
hubungan perkawinan atau darah. Keluarga yang terdiri dari Ayah, ibu dan anak biasanya di
sebut dengan keluarga inti. Keluarga ini memiliki fungsi dimana individu-individu itu pada
dasarnya dapat menikmati bantuan utama dari sesamanya, serta keamanan dalam hidupnya.
Namun keluarga tidak hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak akan tetapi orang yang hidup
serumah bisa saja di sebut keluarga dengan ada atau tidaknya hubungan darah.
c. Pengertian Masyarakat
Masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup
(atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada
dalam kelompok tersebut. Umumnya, masyarakat adalah kumpulan dari penduduk yang
menjalani kehidupan sosial di suatu wilayah.
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta
alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan
sebagai manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi
sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian.
Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis,
masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat
peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai
kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
Masalahnya
Pada umumnya masalah yang terjadi adalah bagaimana sebuah keluarga mempersiapkan seorang
individu ke dalam masyarakat. Ada beberapa faktor dalam mempersiapkan seorang individu,
antara lain:
– Agama
Agama adalah sikap masyarakat atau kelompok manusia terhadap kekuasaan dan kekuatan
mutlak yang dianggap atau diyakini sebagai suatu yang menentukan atau berperan menentukan
kepentingan nasib sekelompok manusia itu sendiri. Dalam kehidupan manusia, khususnya
masyarakat Indonesia agama merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Hal itu terbukti
dengan di masukkannya keTuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dalam Pancasila, yang
merupakan dasar Negara. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menghargai suasana
kehidupan yang bersifat keagamaan dengan saling menghormati dalam memperingati hari
agama.
– Tata karma.
Tata karma atau sering pula yang disebut sopan santun adalah aturan yang berlaku dalam
kehidupan atau pergaulan dalam masyarakat, yang sudah berlaku secara turun temurun. Dengan
adanya tata krama dan sopan santun yang baik dalam pergaulan di masyarakat diharapkan akan
tercipta suatu ketenangan dan ketentraman hidup. Di sini orang tua punya peranan yang sangat
penting, orang tua dianggap sebagai tuntunan atau panutan dari anak-anaknya. Dalam
menanamkan nilai-nilai tata krama para orang tua sering menemui hambatan, antaranya adanya
pandangan dari generasi muda, bahwa nasehat orang tua sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan
masa sekarang. anggapan seperti itu sungguh sangat memprihatinkan, karena bila nasehat orang
tua sudah tidak di dengar atau di perhatikan anak, anak cenderung lepas kendali, dan bisa berbuat
semaunya sendiri. Tata karma merupakan unsur utama yang harus diperhatikan, karena
membawa nama baik keluarga di lingkungan dimanapun mereka berada.
– Perlindungan.
Dalam kehidupan di masyarakat, keluarga merupakan tempat berlindung yang pertama kali dan
paling penting bagi anggotanya. Secara sosial budaya keluarga sebagai pelindung pertama bagi
anak-anaknya. Anak selalu dididik, diarahkan dan dilindungi dari pengaruh linkungan khususnya
yang negatif bagi perkembangan jiwanya. Sementara secara fisik keluarga berusaha melindungi
atau menghindarkan anak-anak dari serangan penyakit yang dapat mengakibatkan terganggunya
perkembangan fisik atau bahkan merenggut jiwanya. Perlindungan non fisik bagi perkembangan
anak menurut sebagian besar masyarakat memang diperlukan.hal ini dikarenakan jika tidak
dibekali dari awal tentang masalah-masalah sosial yang nantinya di hadapi dalam pergaulan di
masyarakat, mereka khawatir anaknya cenderung terpengaruh perilaku yang negatif.
Perlindungan bagi anak-anak sangat penting dalam kehidupan suatu keluarga, dalam satu
kehidupan harus ada keterbukaan supaya anak mempunyai keberanian meminta atau
mengemukakan masalah yang sedang di hadapinya. Perlindungan memberikan rasa aman kepada
lingkungan mereka.
– Keharmonisan.
Harmonis sama dengan selaras atau serasi. Keselarasan atau keserasian hubungan antar individu
didalam satu keluarga yang terdiri dari beberapa individu merupakan suatu cita-cita setiap orang
dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Namun demikian, untuk mencapai nilai ideal
seperti diatas kiranya tidaklah mudah. Sebab bagaimanapun dalam kehidupan keluarga tidak
akan lepas sama sekali dari permasalahan atau konflik. Hanya saja tinggal bagaimana keadaan
konflik tersebut, apakah hanya temporer dan mampu diatasi atau sering bahkan menjurus ke
perpecahan.
Untuk itu setiap anggota keluarga diharapkan mampu melakukan komunikasi dan mau
menghargai serta saling pengertian. Yang lebih penting adalah kedekatan hubungan orang tua
dengan anak yang dibutuhkan anak bukan pemenuhan materi, namun pemenuhan perhatian,
kasih sayang yang diberikan orang tua kepada dirinya. Keharmonisan juga membantu mereka
membaur dengan masyarakat luas.
– Sosialisasi dan pendidikan
Sosialisasi dan pendidikan ini menjadi fungsi yang sangat penting, pendidikan selain digunakan
sebagai sarana mencari lapangan kerja, juga dapat berfungsi sebagai modal pergaulan dalam
kehidupan di masyarakat, serta melatih anak agar lebih bertanggung jawab atau lebih mampu
mandiri.
Seseorang disadarkan akan adanya hubungan peran tersebut, karena proses sosialisasi yang
sudah berlangsung sejak masa anak-anak, yaitu suatu proses dimana dia belajar mengetahui apa
yang dikehendaki oleh aggota keluarga lain, yang akhirnya menimbulkan kesadaran tentang
kebenaran yang dikehendaki. Karya etika dan moral yang tertua, menerangkan bahwa
masyarakat kehilangan kekuatan jika anggotanya gagal dalam melaksanakan tanggung jawab
keluarganya. Sosialisasi dan pendidikan menjadi fasilitas dalam perkembangan di dalam
masyarakat.
Pengertian Pemuda
Ir.Soekarno pernah mengatakan dalam pidatonya, “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan
kuguncangkan dunia!”. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa pemuda memiliki pengaruh besar
sebagai agen perubahan bagi suatu negara. Karena di tangan merekalah tongkat estafet
pembangunan negara akan diwariskan. Dengan kata lain pemuda adalah generasi penerus yang
dapat menciptakan perubahan pada suatu Negara bahkan dunia. Jika dilihat dari definisi pemuda,
seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2009 (Pasal 1
Ayat (1)), menyebutkan, pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting
pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun.
Sedangkan karakteristik pemuda menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 tahun
2009 (Pasal 6) adalah memiliki semangat kejuangan, kesukarelaan, tanggungjawab, dan ksatria,
serta memiliki sifat kritis, idealis, inovatif, progresif, dinamis, reformis, dan futuristik.
Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui media pembelajaran dan penyesuaian
diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Istilah sosialisasi menunjuk pada semua faktor dan proses yang membuat manusia menjadi
selaras dalam hidup ditengah-tengah orang lain. Proses sosialisasilah yang membuat seseorang
menjadi tahu bagaimana mesti ia bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan
budayanya. Dari proses tersebut, seseorang akan memliki cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan
hidupnya. Semua warga negara mengalami proses sosialisasi tanpa kecuali dan kemampuan
untuk hidup ditengah-tengah orang lain atau mengikuti norma yang berlaku dimasyarakat. Ini
tidak datang begitu saja ketika seseorang dilahirkan, melainkan melalui proses sosialisasi.
Pengertian sosialisasi juga dapat berarti suatu proses belajar seorang individu yang akan
mengubah dari seseorang yang tidak tahu menahu tentang diri dan lingkungannya menjadi lebih
tahu dan memahami tentang diri dan lingkungannya.
Warga Negara
Warga Negara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah tertentu dalam hubungannya dengan
negara. Dalam hubungan antara warga Negara dan Negara, warga negara mempunyai kewajiban-
kewajiban terhadap Negara dan sebaliknya, warga negara juga mempunyai hak-hak yang harus
diberikan dan dilindungi oleh Negara.
Dalam hubungan internasional di setiap wilayah Negara selalu ada warga Negara dan orang
asing yang semuanya disebut penduduk. Setiap warga Negara adalah penduduk suatu negara,
sedangkan setiap penduduk belum tentu warga negara, karena kemungkinan seorang asing yang
tinggal di Indonesia atau Negara lain yang bukan Negara asalnya.
Negara
Secara etimologis, “Negara” berasal dari bahasa asing Staat (Belanda, Jerman), atau State
(Inggris). Kata Staat atau State pun berasal dari bahasa Latin, yaitu status atau statum yang
berarti “menempatkan dalam keadaan berdiri, membuat berdiri, dan menempatkan”. Kata status
juga diartikan sebagai tegak dan tetap. Dan Niccolo Machiavelli memperkenalkan istilah La
Stato yang mengartikan Negara sebagai kekuasaan.
Apa yang terjadi di Sampang Madura terhadap kaum Syiah adalah bukti negara kembali
mengabaikan prinsip hak asasi manusia (HAM). Hal ini terlihat ketika ada yang menjadi korban
yang meninggal jiwa, luka-luka serta rumah warga dibakar oleh sekelompok masyarakat.
Pertikaian komunal di Sampang Madura adalah bentuk bagaimana sekelompok mayoritas
melakukan tindakan di luar nalar kemanusiaan, hanya karena faktor satu kelompok masyarakat
tidak berkeyakinan layaknya mereka.
Diperkuat dengan bukan kali pertama perisitiwa serupa terjadi, beberapa bulan yang lalu
peristiwa pembakaran rumah terhadap kaum Syiah juga terjadi. Hal inilah menjadi sebuah tanda
tanya besar bagi Pemerintah terkhusus kepada pihak berwenang dalam hal ini kepolisian yang
seharusnya memberikan perlindungan terhadap warga masyarakat. Tetapi seiring dengan adanya
korban jiwa dan korban luka menunjukkan bahwa ada terjadi pembiaran yang sistematis.
Pembiaran yang sangat diluar prosedural, dimana peran kepolisian tidak optimal bukan karena
tidak tahu, tetapi sepertinya karena faktor kesengajaan.
Jadi kalaupun banyak kabar yang beredar seputar kasus di Sampang Madura, hal yang harus
disorot adalah kaitan telah terjadi Intoleransi dan pelanggaran hak asasi manusia yang
mengakibatkan hilangnya nyawa. Karena kasus ini meninggalkan bekas yang dalam bagi korban
yang kesemuanya adalah kaum Syiah, kecuali tadi banyak kelompok masyarakat didalamnya,
mungkin alasan beberapa pihak yang mengatakan bahwa kasus Sampang disebabkan oleh
persoalan asmara atau keluarga atau lainnya.
Masyarakat juga harus memahami dan melihat benar bahwa peristiwa ini telah membuat
masyarakat Syiah Sampang Madura, mengungsi dan kehilangan tempat tinggal. Bahkan
perhatian pemerintah yang datangpun sepertinya akibat terjebak dengan sudah terlalu besar
peristiwa itu, andai masih peristiwanya seperti beberapa bulan yang lalu maka pemerintah tidak
akan ambilpusing terutama pemerintah pusat yakni Presiden SBY.
Bahkan respons Presiden SBY yang menyatakan bahwa intelijen lemah melakukan deteksi,
hanya untuk menyelamatkan citra dirinya di mata internasional, bukan pembelaan terhadap
korban penyerangan, kata Hendardi melalui siaran pers di Jakarta, Selasa. Menurut dia, cara
seperti itu adalah lalim karena semata-mata demi dirinya sendiri yang tidak mau kehilangan
muka. Respon reaktif bukan untuk memperbaiki kinerja menjamin kebebasan warga, tapi hanya
untuk merawat paras dirinya.
Bahasa pura-pura SBY tersebut menunjukkan akibat peristiwa penyerangan sekaligus bentrokan
tersebut telah menjerat namanya sebagai kepala negara yang tidak becus mengurus persoalan
seperti Intoleransi di Indonesia. Presiden SBY sudah membaca bahwa reaksi lembaga dan
elemen lain serta Internasionala akan mengarah kepadanya, maka dia membentuk sebuah
kekawatiran yang tidak seperti biasanya ketika terjadi peristiwa yang serupa.
Untuk kemudian mengacu pada pengembalian hak-hak masyarakat sipil dalam hal ini kaum
Syiah maka presiden ditantang untuk bertindak tegas. Tidak memberikan kekawatiran terhadap
masyarakat, lakukan pengamanan terhadap masyarakat dan libatkan semua elemen yang
berweweanag untuk mempercepat rekonsiliasi. Pemerintah harus menjamin peristiwa ini tidak
berkepanjangan, tindak tegas pelaku dibelakangnya. Kalau itu harus melibatkan pemerintah
daerah sekalipun, kenapa tidak mereka semua ditindak sesuai Hukum yang berlaku.
Ketegasan inilah sekarang yang ditunggu oleh masyarakat khususnya masyarakat korban yang
sedang berada di pengungsian dan tempat-tempat perlindungan lainnya. Persoalan Syiah
Sampang Madura sekarang bukan lagi hanya persoalan masyarakat Jawa Timur tetapi sudah
menjadi persoalan berbangsa dan bernegara dan bahkan sudah masukke ranah Internasional.
Bahkan lembaga bukan Pemerintah diantaranya beberapa elemen di Indonesia akan melaporkan
peristiwa ini ke Dewan HAM PBB, sehingga pada sidang Universal Periodic Review (UPR)
September bulan depan, Indonesia pasti akan dicecar kembali. Bersiap-siaplah Pemerintah untuk
memberikan jawaban dan keterangan atas setiap kasus intoleransi dan pelanggaran hak asasi
manusia di Indonesia.
Kesamaan Derajat
Cita-cita kesamaan derajat sejak dulu telah diidam-idamkan oleh manusia. Agama mengajarkan
bahwa setiap manusia adalah sama. PBB juga mencita-citakan adanya kesamaan derajat.
Terbukti dengan adanya universal Declaration of Human Right, yang lahir tahun 1948
menganggap bahwa manusia mempunyai hak yang dibawanya sejak lahir yang melekat pada
dirinya. Beberapa hak itu dimiliki tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama atau kelamin,
karena itu bersifat asasi serta universal.
Indonesia, sebagai Negara yang lahir sebelum declaration of human right juga telah
mencantumkan dalam paal-pasal UUD 1945 hak-hak azasi manusia. Pasal 2792) UUD 1945
menyatakan bahwa, tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan. Pasal 29(2) menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya itu.
Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya
kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan
bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
Contoh: Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa
depan.
Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih
baik.
Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat
industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki
kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.
Transportasi jika ditilik dari sisi sosial lebih merupakan proses afiliasi budaya dimana ketika
seseorang melakukan transportasi dan berpindah menuju daerah lain maka orang tersebut akan
menemui perbedaan budaya dalam bingkai kemajemukan Indonesia. Disamping itu sudut
pandang sosial juga mendeskripsikan bahwa transportasi dan pola-pola transportasi yang
terbentuk juga merupakan perwujudan dari sifat manusia. Contohnya, pola pergerakan
transportasi penduduk akan terjadi secara massal dan masif ketika mendekati hari raya. Hal ini
menunjukkan perwujudan sifat manusia yang memiliki tendesi untuk kembali ke kampung
halaman setelah lama tinggal di perantauan.
Pada umumnya perkembangan sarana transportasi di Indonesia berjalan sedikit lebih lambat
dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan regulasi pemerintah masing-masing negara dalam menangani kinerja sistem
transportasi yang ada. Kebanyakan dari Negara maju menganggap pembangunan transportasi
merupakan bagian yang integral dari pembangunan perekonomian. Pembangunan berbagai
sarana dan prasarana transportasi seperti halnya dermaga, pelabuhan, bandara, dan jalan rel dapat
menimbulkan efek ekonomi berganda (multiplier effect) yang cukup besar, baik dalam hal
penyediaan lapangan kerja, maupun dalam memutar konsumsi dan investasi dalam
perekonomian lokal dan regional.
Kurang tanggapnya pemerintah dalam menanggapi prospek perkembangan ekonomi yang dapat
diraih dari tansportasi merupakan hal yang seharusnya dihindari. Sistem transportasi dan logistik
yang efisien merupakan hal penting dalam menentukan keunggulan kompetitif dan juga terhadap
pertumbuhan kinerja perdagangan nasional dalam ekonomi global. Jaringan urat nadi
perekonomian akan sangat tergantung pada sistem transportasi yang andal dan efisien, yang
dapat memfasilitasi pergerakan barang dan penumpang di berbagai wilayah di Indonesia.
Seperti yang dijelaskan diatas seiring dengan berkembangnya sector industri dan teknologi
transportasi terjadi perubahan juga dari “kebutuhan” menjadi “gaya hidup”. Seseorang enggan
menggunakanangkutan kota dan lebih memilihberkendara sengan kendaraan pribadi karena lebih
efisian.maksudnya dapat sampai ditempat tujuantanpa harus berganti kendaraan.Selain itu
kendaraan pribadi memberi nilai lebih bagi pemiliknya. Mereka yang mempunyai kendaraan
lebih bagus atau mewah dari pada yang lain maka akan berkedudukan diatas yang lainnya yang
tidak mempunyai kendaraan yang lebih mewah. Mewah tidaknya kendraan dan banyaknya
kendaraa pribadi yang dimiliki menempatkan pemiliknya pada status social yang lebih tinggi.
Sebagai contoh, bagi masyarakat perkotaan, ketika mereka ingin berlibur, pasti mereka ingin
berlibur di suatu desa yang sejuk dan damai, yang jauh dari kebisingan kota yang selama ini
bergulat dengannya. Begitu pula bagi masyarakat pedesaan, ketika merasa pekerjaan di desa
sudah tidak mencukupi lagi, pasti mereka ingin hijrah ke kota untuk mengadu nasib yang lebih
baik lagi. Di sini terjadi hubungan antara keduanya. Ketika salah seorang dari kota pergi
berlibur ke suatu desa, mereka bertemu dengan penduduk di desa tersebut. Dia bisa saja
membawa salah satu dari orang desa tersebut untuk bekerja di kota karena ia melihat pekerjaan
di desa sudah tidak mendukung dan masih banyak pekerjaan di kota yang menjanjikan
. Di sinilah peran masyarakat kota untuk membuat lapangan pekerjaan untuk orang-orang dari
desa yang hijrah ke kota. Jika semakin banyak masyarakat desa yang hijrah ke kota, maka
seharusnya semakin banyak pula lapangan pekerjaan yang harus disediakan. Tapi, jika lapangan
pekerjaan yang disediakan sedikit, sedangkan masyarakat desa yang hijrah ke kota semakin
banyak, maka justru akan terjadi peningkatan angka pengangguran di kota.