Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASKEB PADA PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

“SKRINING PRAKONSEPSI”

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

1. SUHARNI 9. NONIK PRANADANI 17. MAHYUNIATI


2. ERNAWATI 10. SITI RAEHANUN 18. SUHARTATI
3. ETY NURMAYANTI 11. NANIK HIDAYATI 19. SHOLATIAH
4. MINDRIANA EKA N. 12. ZURYATUN TOYIBAH 20. MARNI SOPIA
5. DINA DWI RATNA 13. YULIA SAFITRI 21. ANI MARIANI
6. NURMATITA SEPTIANA 14. BAIQ HENI SULISTIAWATI 22. SIFA TRIAWATI
7. HJ.PRIHATIN IDAWATI 15. DEWI ENDANG PRASTINI
8. NI PUTU AYU NOVA S. 16. THULU’UL FAJRIANI

PROGRAM STUDI S1-KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES HAMZAR)

LOMBOK TIMUR

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan izin dan kuasa-Nya
kami masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah Asuhan Pranikah dan
Prakonsepsi ini yang berjudul “ SKRINING PRAKONSEPSI”

Pada kesempatan ini tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak terutama kepada Dosen pengajar yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita khususnya mengenai skrining prakonsepsi. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari apa
yang diharapkan.

Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini
di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Praya,19 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 3
C. Tujuan ..................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 4

A. Pengertian prakonsepsi .............................................................................................. 4


B. Tujuan prakonsepsi ........................................................................................................ 4
C. Manfaat prakonsepsi....................................................................................................... 4
D. Langkah- langkah yang dilakukan dalam prakonsepsi ................................................ 5
E. Tahapan Skrining Prakonsepsi ................................................................................... 5
F. Pelayanan status gizi .................................................................................................. 7
G. Pemeriksaan darah rutin ........................................................................................... 10
H. Skrining PMS .......................................................................................................... 16
I. Pemeriksaan urine rutin ........................................................................................... 17

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 21


A. Kesimpulan.............................................................................................................. 21
B. Saran ....................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Premarital screening check up atau tes pranikah merupakan serangkaian tes yang
harus dilakukan pasangan sebelum menikah. Di negaranegara lain, premarital skrining sudah
menjadi persyaratan wajib bagi pasangan yang akan menikah. Hal tersebut dikarenakan
tidak semua orang mempunyai riwayat kesehatan yang baik. Seseorang yang tampak sehat
dapat dimungkinkan memiliki sifat pembawa penyakit. Pemeriksaan yang dilakukan
meliputi pemeriksaan genetik, penyakit menular dan infeksi melalui darah (Kemenkes,
2018).
Pemeriksaan bertujuan untuk mencegah agar penyakit tersebut tidak menurun pada
keturunannya di kemudian hari sehingga hidup sehat bersama keluarga bisa tercapai. Waktu
pelaksanaan premarital skrining yang disarankan adalah 6 bulan sebelum calon mempelai
menikah. Pemeriksaan premarital yang terdiri atas pemeriksaan umum, yakni uji
pemeriksaan fisik secara lengkap. Hal ini dilakukan karena umumnya status kesehatan dapat
dilihat lewat tekanan darah. Umumnya, tekanan darah tinggi dapat berbahaya bagi
kandungan sebab membuat tumbuh kembang janin dalam kandungan terhambat (Kemenkes,
2018).
Selain itu, pemeriksaan premarital juga dapat mengetahui apakah pasangan tersebut
mempunyai beberapa riwayat penyakit ataukah tidak, misalnya diabetes. Selanjutnya,
Pemeriksaan premarital penyakit hereditas, Penyakit hereditas biasanya diturunkan dari
kedua orang tua, misalnya gangguan kelainan darah yang membuat penderitanya tidak bisa
memproduksi hemoglobin (sel darah merah) secara normal. Pemeriksaan premarital
penyakit menular harus dilakukan oleh calon pengantin, diantaranya seperti hepatitis B,
hepatitis C, dan HIV-AIDS. Pemeriksaan tersebut penting sekali dilakukan, mengingat
penyakit-penyakit menular tersebut sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Pemeriksaan
premarital organ reproduksi juga sangat 2 penting, Pemerikaan ini berkaitan dengan
kesuburan serta organ reproduksi untuk pria maupun wanita. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk memeriksa kondisi kesehatan organ reproduksi diri sendiri dan pasangan (Kemenkes,
2018).
Dalam prioritas kesehatan dunia sangat perlu diperhatikan porsentase angka
kematian dan angka kesakitan reproduksi pada wanita. Salah satu prioritas kesehatan dunia
adalah angka kematian dan kesakitan ibu. Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian
ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
kematian ibu di negaranegara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian
ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di
sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran (Puspitaningrum, 2015).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia turun dari 4.999 pada tahun 2015 menjadi
4912 di tahun 2016, dan di tahun 2017 sebanyak 1712 kasus. Faktor Penyebab terjadinya

1
Kematian Ibu paling sering terjadi yaitu pendarahan saat mengandung atau melahirkan,
eklampsia dan infeksi, tidak hanya itu saja faktor kesehatan ibu seperti kekurangan gizi saat
mengandung dapat mengakibatkan anemia, hipertensi, dapat memicu terjadinya kematian.
Pemenuhan gizi ibu hamil selama kehamilan ibu di anjurkan untuk konsumsi makanan sehat
dan bergizi yang mengandung vitamin, mineral, protein dan sejenisnya serta pola makan
yang seimbang (Kompasiana, 2018).
Angka Kematian Bayi (AKB) di desa/kelurahan 0-1 per tahun sebanyak 83.447, di
Puskesmas AKB 7-8 per tahun sebanyak 9.825, dan AKB di rumah sakit 18 per tahun
sebanayak 2.868. Dipaparkan tentang penyebab kematian ibu akibat gangguan hipertensi
sebanyak 33,07%, perdarahan obstetrik 27.03%, komplikasi non obstetric 15.7%,
komplikasi obstetric lainnya 12.04% infeksi pada kehamilan 6.06% dan penyebab lainnya
4.81%. Sementara penyebab kematian bayi tertinggi disebabkan oleh komplikasi kejadian
intraparum tercatat 283%, akibat gangguan respiratori dan kardiovaskular 21.3%, BBLR dan
premature 19%, kelahiran kongenital 14, 3 8%, akibat tetanus neonatorum 1,2%, infeksi
7.3% dan akibat lainnya 8.2% (Rakerkesnas, 2019).
Untuk menurunkan AKI dan AKB serta meningkatkan kualitas kesehatan, salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah perawatan kesehatan yang dimulai pada saat sebelum
terjadinya konsepsi, yang dapat dimulai pada saat remaja. Perawatan kesehatan prakonsepsi
mengacu pada intervensi biomedis, perilaku, dan preventif sosial yang dapat meningkatkan
kemungkinan memiliki bayi yang sehat.
Untuk dapat menciptakan kesehatan prakonsepsi dapat dilakukan melalui skrining
prakonsepsi. Skrining prakonsepsi sangat berguna dan memiliki efek positif terhadap
kesehatan ibu dan anak. Penerapan kegiatan promotif , intervensi kesehatan preventif dan
kuratif sangat efektif dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak sehingga membawa
manfaat kesehatan untuk remaja, baik perempuan dan laki-laki selama masa reproduksinya
baik sehat secara fisik, psikologis dan sosial, terlepas dari rencana mereka untuk menjadi
orang tua (WHO, 2013).
Beberapa negara sudah memasukkan Premarital screening sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan izin menikah secara hukum legal. Selain pemeriksaan kesehatan,
diadakan pula program konseling atau pembekalan di bidang kesehatan kepada pasangan
yang akan menikah (Kompasiana, 2016). Sebuah survei yang dilakukan perusahaan
kontrasepsi Durex, mengungkapkan fakta bahwa 21 % masyarakat Indonesia tidak
mengetahui apakah pasangan mereka pernah mengidap infeksi menular seksual (IMS) atau
tidak. Sekitar 27 % laki-laki tidak mengetahui bahwa pasangan mereka pernah menderita
IMS dan hanya 13 % perempuan yang tidak mengetahui bahwa pasangannya pernah
mengidap IMS. Jika seorang laki-laki mengidap hepatitis B dan akan menikah, calon istrinya
harus memiliki kekebalan terhadap penyakit ini.
Caranya adalah dengan mendapatkan imunisasi hepatitis B. Inilah manfaat
pemeriksaan kesehatan pranikah (Kompasiana, 2016). Pemeriksaan laboratorium meliputi
hepatitis B, hepatitis C, dan HIVAIDSbisa mengetahui penyakit herediter untuk
keturunannya nanti atau kesulitan mendapatkan keturunan. Sesuai menurut Sarah definisi
dari faktor resiko adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang

2
diderita induvidu yang mana secara statistik berhubungan dengan peningkatan kejadian
kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat). Dari
faktor resiko inilah bila diketahui sebelumnya maka bisa dijadikan dasar penentuan tindakan
pencegahan dan penanggulangan. Sehingga dalam program premarital skrining bisa menjadi
awal tindakan bila terdeteksi penyakit-penyakit tertentu (Sarah, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan prakonsepsi ?
2. Apa tujuan dari pra konsepsi ?
3. Apa manfaat dari pra konsepsi ?
4. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan dalam tahap pra konsepsi?
5. Bagaimana tahap screening pra konsepsi?
6. Bagaimana pelayanan status gizi pada pra konsepsi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari prakonsepsi
2. Mengetahui tujuan dari pra konsepsi
3. Mengetahui manfaat dari pra konsepsi
4. Mengetahui langkah-langkah apa saja yang dilakukan dalam tahap pra konsepsi
5. Mengetahui bagaimana tahap screening pra konsepsi
6. Mengetahui bagaimana pelayanan status gizi pada pra konsepsi

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Prakonsepsi
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan
konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi pembuahan. Jadi
prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan
atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga
satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan
sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Asuhan yang diberikan pada
perempuan sebelum terjadi konsepsi.
Skrining pra konsepsi atau disebut juga perawatan prakonsepsi adalah
serangkaian intervensi yang bertujuan mengidentifikasi dan memodifikasi risiko
biomedis, perilaku, dan sosial yang berkaitan dengan kesehatan wanita serta hasil
kehamilan nantinya. Skrining prakonsepsi dilakukan sebagai langkah pertama untuk
memastikan kesehatan calon ibu serta calon anak sedini mungkin, bahkan sebelum proses
pembuahan terjadi.(CDC,2006) Yang termasuk dalam Perawatan masa prakonsepsi yaitu
pada masa sebelum konsepsi dan masa anatara konsepsi yang dapat dimulai dalam jangka
waktu dua tahun sebelum konsepsi. (WHO, 2013)

B. Tujuan Prakonsepsi
Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya
berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat dimulainya
kehamilan. Tujuan lainnya adalah memberikan serangkaian pilihan yang mungkin tidak
tersedia saat kehamilan dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun kehamilan
bagi beberapa pasangan mungkin tidak direncanakan, mayoritas pasangan yang memang
merencanakan kehamilan dapat memperoleh manfaat dari asuhan prakonsepsi, baik bagi
mereka yang hanya ingin memberikan yang terbaik bagi bayinya maupun sebagai upaya
mengurangi kondisi yang dapat membahayakan kehamilan.

C. Manfaat Prakonsepsi
Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara fisik dan
emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui asuhan prakonsepsi, ibu
dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat mendukung persiapan saat
prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang
menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan
upaya yang maksimal agar bayi dapat lahir dengan sehat. Selain itu asuhan pra konsepsi
juga bermanfaat untuk :
1. Identifikasi keadaan penyakit
2. Penilaian keadaan psikologis
3. Kesiap siagaan keuangan dan tujuan hidup

4
4. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk membantu
membuat keputusan tentang persalinan yang akan di hadapinya.

D. Langkah- langkah yang dilakukan dalam PraKonsepsi


1. Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga tenaga kesehatan
dapat menilai keadaan kesehatan perempuan dan mengidentifikasi faktor resikonya.
2. Pemeriksan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium rutin artinya bahwa
pemeriksaan ini dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara lain :
pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, titer virus Rubella, hepatitis B, pap
smear, clamidia, HIV, dan GO.
3. Pemberian imunisasi sebelum konsepsi
4. Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan penyebab banyak
masalah dalam kehamilan.
5. Identifikasi riwayat kesehatan keluarga ( kesulitan dalam kehamilan, persalinan, nifas
maupun kecacatan )
6. Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya konsepsi ( olah raga,
hindari minum alcohol, merokok atau penggunaan obat-obat terlarang/ hentikan bila
ibu sudah terbiasa )
7. Identifikasi masalah kesehatan ( DM, epilepsy,hipertensi dll ), berikan penanganan
dan observasi sebelum terjadi konsepsi.
8. Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah matang, dan yang
mengandung kotoran kucing karena dapat menyebabkan toxoplasmosis yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang janin.
9. Membersihkan lingkungan dari bahan kimia.

E. Tahapan Skrining Prakonsepsi


1. Anamnesa
Anamnesa merupakan sebuah komunikasi atau dialogis yang aktif antara dokter
dan tenaga medis dengan pasien, sehingga komunikasi yang aktif tersebut adalah
bentuk komunikasi yang bersifat tetapi lebih dari itu komunikasi yang
empati.Anamnesa dapat membantu tenaga medis mediagnosa dan menyusun
perencanaan yang baik untuk pasien dalam melakukan rencana prakonsepsi.
Tujuan anamnesa adalah mendapatkan data atau informasi tentang keluhan yang
sedang dialami atau diderita oleh pasien. Anamnesa yang tepat dapat membantu
penegakan assesment dan diagnosa dan membangun komunikasi yang baik antara
seorang petugas medis dengan pasiennya. Anamnesa yang tepat dapat membuka
hubungan dan kerjasama yang baik yang bermanfaat untuk pemeriksaan selanjutnya.
Anamnesa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Autoanamnesa, ialah anamnesa
yang dilakukan secara langsung kepada pasien. Pasien sendirilah yang menjawab
semua pertanyaan dan menceritakan kondisinya. Allonamnesa, ialah anamnesa yang
dilakukan dengan orang lain seperti keluarga pasien atau sahabat pasien guna
memperoleh informasi yang tepat tentang keadaan pasien. Biasanya pada pasien yang

5
tidak sadarkan diri, bayi, anak-anak. Pada anamnesa jenis ini petugas medis harus
memastikan bahwa sumber informasi berasal dari orang yang tepat.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan kesehatan selama masa prakonsepsi perlu dilakukan. Dengan alasan
pemeriksaan ini bisa mendeteksi gangguan yang mengancam selama dalam tahap
prakonsepsi. Ha tersebut guna untuk mempersiapkan kesehatan saat hamil. Yang
perlu diperiksa di masa prakonsepsi seperti riwayat penyakit dan genetik (jika usia
calon ibu di atas 36 tahun) siklus haid, dan alat kontrasepsi.
Pemeriksaan fisik ini meliputi analisis urine, pemeriksaan tekanan darah, dan
analisis darah. Pemeriksaan urin diperlukan untuk melihat apakah terdapat sel-sel
normal atau abnormal yang terkandung dalam tubuh yang dapat mempengaruhi
keturunan. Pemeriksaan tekanan darah sama pentingnya. Menurut Mayo Clinic, risiko
gangguan kehamilan dan melahirkan akan lebih tinggi pada wanita yang memiliki
tekanan darah tinggi, salah satunya pre-eklampsia. Selain itu akan ada tes golongan
darah (ABO-RH) untuk mengetahui apakah calon istri memiliki Rh-negatif. Jika ada,
dokter akan memberitahu mereka tentang risiko dalam kehamilan istri dengan Rh-
negatif.
3. Pemeriksaan laboratorium pada suami istri
Pemerikaaan laboratorium penting dilakukan pada suami istri yang sedang dalam
prakonsepsi. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah ada virus atau
penyakit-penyakit yang pada suami istri tersebut yang akan mempengaruhi kesehatan
calon janin. Seperti penyakit hepatitis, HIV, urinalisa, dan virus-virus lainnya
(Sutriyanto, 2019).
Pemeriksaan ini mempunyai banyak sekali manfaat, diantaranya untuk
mengetahui kesehatan reproduksi dari suami istri, mengetahui kesiapan masing-
masing untuk memiliki anak ( baik secara fisik, psikologis, maupun bekal
pengetahuan terkait). Banyak kelainan atau penyakit yang dapat di deteksi melalui
pemeriksaan laboratoriu antara lain penyakit hereditas atau yang diturunkan orang tua
( thalassemia, hemophilia, sickle cell disease), penyakit menular (hepatitis B, hepatitis
C, HIV/AIDS, penyakit menular seksual, infeksi TORCH, dan penyakit menahun.
4. Konseling persiapan kehamilan
Konseling merupakan bentuk cara penyampaian informasi yang dilakukan dengan
berusaha menggali permasalahan seseorang secara individual dan mendalam.
Informasi yang diberikan melalui konseling tidak bersifat instruktif atau memaksakan
seseorang untuk melakuakan apa yang di informasikan kepadanya, karena hal
tersebut tidak akan merubah perilaku seseorang bahkan lebih kepada memaksakan
Bandiyah (2009)
Dalam praktik petugas kesehatan, peran konseling begitu banyak ditawarkan
dalam konteks hubungan dan fokus utamanya untuk pemecahan masalah. Dalam
konseling klien dapat mengemukakan pikirannya, perasaan, sikap, harapan dan
keinginannya. Bila klien telah menaruh kepercayaan kepada seorang bidan, maka

6
klien akan membicarakan segala masalahnya, baik yang disadari maupun yang tidak
disadarinya (Pieter, 2012).
Tari (2015) mengatakan pasangan subur yang mendambakan kehamilan sangan
dianjurkan untuk dapat mengikuti konseling prakehamilan. Pasangan bisa
menghubungi dokter atau tenaga medis lainnya untuk berkonsultasi. Banyak
informasi dan hal-hal penting yang harus pasangan suami istri ketahui sebagai
persiapan untuk mendapatkan kehamilan yang sehat. Perencanaan yang matang
menjadi modal utama untuk keberhasilan kehamilan yang sehat. Informasi yang
diperlukan dan konseling pra kehamilan yaitu data biografi secara lengkap, riwayat
kesehatan, riwayat genetika, perilaku hidup, dan beberapa pertanyaan lainnya.
5. Evidance based terkait asuhan prakonsepsi
Selama ini, banyak orang yang kurang memahami pentingnya kondisi-kondisi
pada masa-masa sebelum terjadinya proses konsepsi, sehingga para calon bapak dan
ibu hanya berkonsentrasi pada persiapan proses kehamilan dan persalinan saja. Hal
ini dapat dimengerti karena pengetahuan yang kurang tentang kondisi-kondisi
prakonsepsi disebabkan tidak adanya penyuluhan-penyuluhan terhadap mereka
(Sujiono, 2004). Pengetahuan, kesadaran, dan keyakinan tentang perawatan
prakonsepsi tidak mendorong wanita untuk datang pada pada praktik kesehatan
prakonsepsi. Wanita prakonsepsi muda dan wanita yang sudah mempunyai anak
kurang terlibat dalam perilaku kesehatan prakonsepsi.
Evidance based yang terdapat dalam asuhan prakonsepsi yaitu berguna untuk
pasien, suami dan dokter atau petugas kesehatan lainnya dalam merencanakan
program kesehatan reproduksi dan mempersiapkannya dengan baik sesuai kebutuhan
dan keadaan masing-masing individu. Ibu yang ingin hamil dievaluasi kesehatan alat
reproduksi dan pendukungnya, sementara ibu yang belum ingin hamil tetap harus
dijaga kesehatan reproduksinya dan ditawari metode keluarga berencana yang
sesuai(Krisnadi,2015).

F. Pelayanan status Gizi


Pelayanan gizi dilakukan pada WUS Catin dan Ibu hamil. Pelayanan gizi pada
WUS Catin berupa pemeriksaan antropometri (BB, TB, LiLA) yang hasilnya
diinformasikan ke Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai prasarat layak nikah.
Secara rinci pelayanan gizi untuk WUS Catin diuraikan sebagai berikut:
1. WUS Catin
a. Penapisan Status Gizi
Penapisan status gizi dilakukan dengan pengukuran LiLA.
b. Penentuan Status Gizi
Penentuan status gizi dilakukan dengan 2 cara : dengan menghitung IMT dan
atau mengukur LiLA
1) Normal jika IMT 18,5 s/d 24,9 kg/m2 (Institute of Medicine, 2009 ) dan
LiLA ≥ 23,5 cm
2) Kurus jika IMT < 18,5 kg/m2

7
3) KEK bila LiLA < 23,5 cm

Cara menghitung
IMT: BB (kg)
IMT=TB m x TB m

Contoh jika WUS dengan BB 38 kg, TB 145


cm maka IMT = 38 = 18,0 kg/m2

1,45 x1,45

Kesimpulan : WUS dengan status gizi


kurang/KEK
c. Pelayanan Gizi
Pelayanan Gizi pada WUS Catin terdiri dari WUS Catin Normal dan WUS Catin
KEK sesuai dengan Gambar 3.

2. WUS Catin Normal

Pelayanan gizi pada WUS Catin normal dilakukan edukasi gizi seimbang,
menerapkan PHBS dan dianjurkan minum tablet tambah darah untuk mencegah
anemia sebanyak 1 tablet per minggu dan 1 tablet per hari selama menstruasi.

3. WUS Catin KEK

Pelayanan gizi pada WUS Catin gizi kurang/ KEK dengan tujuan meningkatkan
BB melalui konseling gizi tentang makanan dengan gizi seimbang dan cara pemilihan
makanan yang tepat menggunakan Daftar Bahan Makanan Penukar (Lampiran 8) serta
menerapkan PHBS. Pantau berat badan tiap bulan, bila dalam 1 bulan tidak ada
peningkatan berat badan segera dirujuk.

WUS KEK umumnya disertai Anemia.


a) Bila kadar Hb ≥ 8 - < 12 gr/dl, dianjurkan untuk mengonsumsi bahan
makanan sumber zat besi dan pemberian TTD 1 x 1 tablet/hari dan
dilakukan pemeriksaan Hb setelah 1 bulan. Bila tidak ada perubahan
dalam waktu 1 bulan segera dirujuk.
b) Bila kadar Hb < 8 gr/dl (anemia moderate), segera rujuk.

Daerah dengan prevalensi anemia pada ibu hamil


tinggi ( > 20% ) maka dianjurkan Pemda untuk
melakukan pemberian TTD kepada remaja putri
(sejak mulai haid) dan WUS

8
9
G. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan darah rutin meliputi 6 jenis pemeriksaan

1. Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin atau yang sering disingkat dengan Hb merupakan salah satu dari sekian
banyak tolak ukur apakah anda terkena anemia atau tidak. Hemoglobin adalah suatu
protein yang berada di dalam darah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Jadi,
oksigen yang telah dihirup dan masuk ke paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh
hemoglobin di dalam darah untuk didistribusikan ke otak, jantung, ginjal, otot, tulang dan
seluruh organ tubuh. Orang-orang yang tidak pernah atau jarang mengkonsumsi vitamin
dan mineral, ibu hamil, orang yang mengalami perdarahan akibat terluka, terkena infeksi
kronis atau penyakit kronis seperti TBC, tumor, gangguan hati, dan gangguan kesehatan
lainnya, bisa saja terjadi penurunan kadar Hb. Raut wajah akan terlihat pucat dan kuyu.
Tubuh pun menjadi lemas, tidak bertenaga dan mudah lelah.

Nilai normal

a. Dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL,

b. Wanita hamil 10-15 gram/dL

c. Wanita 12-16 gram/dL

d. Anak 11-16 gram/dL

e. Balita 9-15 gram/dL,bayi 10-17 gram/dL

f. Neonatus 14-27 gram/dL

Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi.


Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia
leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-
obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid.
Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.

10
Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD
(bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera,
dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan
gentamisin.

2. Hematokrit (Ht)

Hematokrit atau biasa disingkat Ht merupakan perbandingan antara proporsi


volume sampel darah Anda dengan sel darah merah (eritrosit) yang diukur dalam satuan
millimeter per desiliter dari darah keseluruhan, bias juga dinyatakan dalam persen. Jadi
pengukuran ini bisa dihubungkan dengan tingkat kekentalan darah. Semakin tinggi
presentasenya berarti semakin tinggi kekentalan darahnya, atau sebaliknya. Bersama
kadar hemoglobin, kadar hematokrit biasanya dikaitkan dengan derajat anemia yang
diderita.

Nilai normal

a. dewasa pria 40-54%

b. wanita 37-47%

c. wanita hamil 30-46%

d. anak 31-45%, balita 35-44%

e. bayi 29-54%

f. neonatus 40-68%

Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah. Secara


kasar, hematokrit biasanya sama dengan tiga kali hemoglobin. Ht rendah hemodilusi (<
30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung, perlemakan hati,
hemolisis, leukemia, kehamilan,malnutrisi, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang
bahaya adalah Ht <15%.

11
Leukosit juga disebut sel darah putih walaupun sebenarnya tidak berwarna
alias bening. Di dalam sel darah putih terkandung unsur-unsur darah seperti basofil,
eosinofil, neutrofil, limfosit, dan monosit. Keadaan dimana leukosit meninggi disebut
leukositosis, biasa muncul pada darah setelah menjalani latihan olah raga yang berat,
terkena infeksi kronis (tifus, cacingan, TBC, dan lain-lain), atau setelah terkena luka bakar
yang luas. Pada saat leukemia kadar leukosit sangat tinggi, bisa mencapai 10 kali lipat
dibandingkan kadar normalnya. Jika kadar leukosit terlalu tinggi, leukosit tersebut justru
akan merusak leukosit lainnya, dan ini juga akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.

Kadar leukosit akan turun seiring dengan sembuhnya satu sumber penyakit. Jika
memang yang bermasalah adalah leukosit itu sendiri misalnya leukemia, dokter akan
memberikan pengobatan khusus untuk menurunkan kadar leukosit. Ada juga yang
disebut leukopenia. Kondisi ini terjadi karena kadar leukosit anda kurang dari normal.
Leukopeni biasanya timbul akibat mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat-obatan
kanker, keracunan benzene, urethane, dan logam-logam tertentu, infeksi kronis, anemia,
dan juga faktor keturunan. Jika kadarnya terlalu rendah, tentu akan berpengaruh pada
system kekebalan tubuh. Tubuh akan lebih mudah terkena berbagai penyakit infeksi,
agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya
dengue), keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain
antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan
beberapa antibiotik lainnya.

12
Nilai normal 4500-10000 sel/mm3

a. Neonatus 9000-30000 sel/mm3

b. Bayi sampai balita rata-rata 5700-18000 sel/mm3

c. Anak 10 tahun 4500-13500/mm3

d. ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3,

e. postpartum 9700-25700 sel/mm3

Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan
sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:

a. Anemia hemolitik
b. Sirosis hati dengan nekrosis
c. Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
d. Keracunan berbagai macam zat
e. Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan sulfonamid.

Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia
aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan
kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi,
sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa
antibiotik lainnya.

3. Trombosit

Trombosit sering dikaitkan dengan penyakit demam berdarah atau DBD. Pada
penderita DBD, terjadi penurunan kadar trombosit dalam darah secara signifikan.
Trombosit yang menurun menyebabkan terjadinya pendarahan pada kulit karena
trombosit berfungsi sebagai salah satu pembeku darah. Tidak semua trombosit yang
rendah lantas dikaitkan dengan DBD. Rendahnya trombosit juga bias merupakan kelainan
bawaan. Hal ini terjadi karena produksi trombosit seseorang memang sangat
rendah.Trombosit yang rendah menimbulkan gangguan pada system pembekuan darah.

13
Oleh karena itu, pada penderita DBD dengan kadar trombosit rendah akan mempermudah
munculnya titik-titik pendarahan pada kulit, hidung bahkan otak.

Nilai normal

a. dewasa 150.000-400.000 sel/mm3

b. anak 150.000-450.000 sel/mm3.

Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam berdarah dengue


(DBD), anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada <30.000
sel/mm3.

4. Laju endap darah(LED)

Pemeriksaan ini ditujukan untuk melihat kecepatan darah dalam membentuk


endapan. Sekian cc darah akan dimasukkan ke dalam satu tabung pengukuran dan dinilai
pada berapa millimeter pengendapan itu muncul. Laju endap darah dilakukan untuk
menilai berapa kecepatan eritrosit atau sel darah merah bisa mengendap dalam tabung
pengukuran yang diukur selama satu jam. Laju endap darah bisa menurun akibat
kelainan-kelainan sel darah merah seperti polisitemia vera yaitu suatu penyakit dimana
sel darah merah sangat banyak sehingga darah menjadi sangat kental. Jika dilakukan
pemeriksaan laju endap darah maka kecepatan timbulnya pengendapan menjadi sangat
lambat karena volume sel darah merah hamper sama dengan darah keseluruhan.
Pemeriksaan laju endap darah sangat berguna untuk mendeteksi adanya suatu peradangan
dan bahkan perjalanan atau aktivitas suatu penyakit.

Nilai normal

a. dewasa pria <15 mm/jam pertama

b. wanita <20 mm/jam pertama

c. Lansia pria <20 mm/jam pertama

d. Lansia wanita <30-40 mm/jam pertama

14
e. Wanita hamil 18-70 mm/jam pertama

f. anak <10 mm/jam pertama

Hitung eritrosit

Eritrosit atau sering disebut sel darah merah, adalah bagian darah dengan
komposisi terbanyak di dalam darah. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat metabolisme
makanan untuk dapat menghasilkan energi serta mengangkut O2 (oksigen) dan CO2
(karbon dioksida). Pada penyakit-penyakit kronis seperti penyakit hati, anemia, dan
leukemia bias ditemui penurunan jumlah sel darah merah. Pada pemeriksaan lanjutan,
biasanya laboratorium akan melampirkan nilai-nilai seperti MCV dan MCHC. MC (mean
cospuscular) adalah jenis pemeriksaan untuk menilai kadar eritrosit rata-rata. Pemeriksaan
ini biasanya dijadikan indikator untuk melihat kadar anemia seseorang. MCV atau mean
cospuscular volume digunakan untuk mengukur indeks volume eritrosit dalam darah. MCH
atau mean cospuscular haemoglobin untuk mengukur indeks warna pada eritrosit dalam
darah. Adapun MCHC atau mean cospuscular haemoglobin concentration untuk mengukur
indeks saturasi eritrosit dalam darah. Sekali lagi, pemeriksaan ini ditujukan untuk
menegakkan penyakit anemia yang diderita seseorang. Nilai-nilai ini menggambarkan
beraneka ragam bentuk atau wajah sel darah merah. Hal ini penting untuk mengetahui
apakah ada kelainan pada sel darah merah.

Nilai normal

a. wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3

b. pria 4.5-6.2 juta sel/mm3.

c. Bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3

d. anak 3.6-4.8 juta sel/mm3.

Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka bakar,
perdarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia, anemiasickle cell. Penurunan

15
jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia, kehamilan, penurunan fungsi
sumsum tulang, malaria, mieloma multipel, lupus, konsumsi obat (kloramfenikol,
parasetamol, metildopa, tetrasiklin, INH, asam mefenamat)

H. Skrining PMS

Skrining PMS khusus HIV direkomendasikan untuk dilakukan setidaknya satu kali seumur
hidup, termasuk dalam check-up rumah sakit rutin mulai dari usia 15-65 tahun. Orang-orang
yang berusia sekitar 15 tahun atau kurang dari itu diharuskan menjalankan skrining jika
mereka berada pada risiko yang sangat tinggi terhadap infeksi menular seksual (IMS).
Skrining HIV dilakukan setiap tahun jika Anda berisiko tinggi terhadap infeksi.
Berikut kelompok orang yang perlu menjalankan skrining penyakit menular seksual seperti
HIV, sifilis, dan hepatitis:
1. Terdiagnosis positif mengidap penyakit kelamin lain yang berarti Anda berisiko lebih
besar terhadap penyakit lainnya.

2. Memiliki pasangan seksual lebih dari satu orang sejak skrining terakhir.

3. Menggunakan narkotika suntik.

4. Anda seorang pria dan pernah berhubungan seks dengan pria lain.

5. Anda sedang hamil atau merencanakan kehamilan.

6. Anda pernah terlibat dalam aktivitas seksual atas dasar paksaan.

Skrining sifilis dilakukan dengan uji darah atau tes usap dari sampel jaringan
genital Anda. Skrining HIV dan hepatitits hanya membutuhkan uji darah. Herpes genital
atau herpes oral adalah infeksi virus yang mudah ditularkan bahkan jika orang tersebut tidak
menunjukkan gejala apapun. Hingga saat ini belum ada skrining penyakit menular seksual
yang spesifik untuk mendeteksi herpes. Akan tetapi, dokter bisa melakukan biopsi (sampel
jaringan) dari kutil atau luka lecet untuk memeriksa herpes. Sampel ini kemudian dianalisis
lebih lanjut di laboratorium. Ketika hasil tes skrining IMS negatif bukan berarti Anda tidak
memiliki herpes. Biasanya, dokter menyarankan untuk melakukan uij darah. Hanya saja,
hasil pemeriksaan tersebut tidak bisa pasti karena tergantung dari tingkat sensitivitas tes dan
stadium infeksi yang Anda alami. Masih terdapat peluang kesalahan dalam hasil skrining
infeksi menular seksual untuk herpes.

16
Beberapa tipe human papillomavirus (HPV) bisa mengakibatkan kanker rahim,
sedangkan jenis lainnya bisa menyebabkan kutil kelamin. Orang-orang yang terinfeksi HPV
bisa saja tidak menunjukkan tanda dan gejala sama sekali. Virus ini umumnya hilang dalam
2 tahun sejak kontak pertama. Skrining infeksi menular seksual untuk HPV untuk pria belum
tersedia. Menurut Mayo Clinic, biasanya HPV pada pria didiagnosis dari pemeriksaan visual
oleh dokter atau biopsi dari kutil genital.Sementara untuk wanita, skrining penyakit menular
seksual yang perlu dilakukan adalah
1. Pap test, yaitu tes untuk memeriksa adanya pertumbuhan sel abnormal di dalam rahim.
Pap test direkomendasikan dilakukan oleh wanita setiap tiga tahun sekali mulai usia 21-
65 tahun.
2. Tes HPV
Tes HPV biasanya dilakukan sebagai tindak lanjut bagi wanita usia 30 tahun ke atas
setelah melakukan pap test. Jadwal tes HPV dapat dilakukan setiap 5 tahun sekali jika
pap test sebelumnya tergolong normal. Wanita berusia 21-30 tahun akan disarankan tes
HPV bila menunjukkan hasil abnormal pada pap test terakhir. HPV juga dikaitkan
dengan kanker vulva, vagina, penis, anus, serta kanker mulut dan tenggorokan. Vaksin
HPV bisa melindungi wanita dan pria dari beberapa jenis infeksi HPV, tetapi hanya
efektif jika diberikan sebelum memulai aktivitas seksual.

I. Pemeriksaan urine rutin

Tes urin atau urinalisis adalah prosedur untuk memeriksa kondisi visual,
kimiawi, dan mikroskopik urine. Pemeriksaan ini dilakukan untuk beragam tujuan, mulai
dari mendeteksi penyakit atau kondisi hingga memantau efektivitas pengobatan. Tes
urine dilakukan dengan mengambil sampel urine pasien yang kemudian diperiksa di
laboratorium guna mengetahui kondisi urine sebagai bahan diagnosis suatu penyakit atau
kondisi. Tes urine sangat umum dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan atau laboratorium
karena cukup mudah dan aman.

Meskipun tidak dapat mendiagnosis suatu penyakit secara spesifik, tes urine dapat menjadi bukti
awal adanya gangguan kesehatan pada seseorang. Tes urine biasanya akan dikombinasikan
dengan pemeriksaan lain agar mendapat hasil diagnosis yang akurat. Selain itu, tes urine juga

17
dapat dilakukan secara rutin untuk memantau kesehatan seseorang atau untuk memeriksa kondisi
kesehatan pasien sebelum menjalani suatu prosedur medis.

Indikasi Tes Urine

Dokter dapat menyarankan pasien untuk menjalani tes urine dengan tujuan sebagai berikut:

1. Memantau kondisi kesehatan pasien secara rutin, terutama penderita diabetes, penyakit
ginjal, dan hipertensi
2. Mendiagnosis gangguan kesehatan pada orang yang mengalami gejala atau tanda suatu
penyakit, seperti nyeri perut atau buang air kecil berdarah
3. Memantau perkembangan penyakit pada orang yang telah didiagnosis menderita suatu
penyakit, misalnya memantau tingkat keparahan diabetes
4. Memantau efektivitas suatu pengobatan atau terapi
5. Mendeteksi kehamilan

Peringatan Tes urine

Sebelum menjalani tes urine, terlebih dahulu beri tahu dokter terkait obat-obatan,
suplemen, atau produk herbal yang sedang digunakan. Pasalnya, beberapa obat-obatan dan
suplemen dapat memengaruhi kondisi urine, seperti warna urine, sehingga hasil tes menjadi tidak
akurat.

Berikut ini adalah beberapa obat-obatan yang dapat memengaruhi kondisi urine:

1. Klorokuin
2. Triamterene
3. Riboflavin
4. Levodopa
5. Nitrofurantoin

Selain obat-obatan, beri tahu dokter juga jika Anda menderita gangguan pada
fungsi sistem urinaria, seperti tidak bisa menahan kencing (inkontinensia urine) atau tidak
bisa kencing (retensi urine). Jika Anda menderita kondisi ini, pengambilan sampel urine
mungkin perlu dilakukan dengan bantuan kateter.

18
Sebelum Tes urine pasien tidak perlu berpuasa untuk menjalani tes urine. Namun,
jika tes urine dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan lain, misalnya tes kolesterol, dokter
mungkin akan menganjurkan pasien untuk berpuasa sebelum prosedur dilakukan. Pasien
wanita yang akan menjalani tes urine harus menginformasikan kepada dokter jika
sedang menstruasi. Hal tersebut dikhawatirkan dapat memengaruhi hasil analisis mikroskopik
tes urine.Selain itu, meski masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, pasien yang akan
menjalani tes urine sebaiknya tidak berhubungan seks selama 24 jam sebelum pengambilan
sampel urine. Pasalnya, berhubungan seks sebelum tes urine dapat memengaruhi hasil
pemeriksaan.

Pengambilan sampel urine hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Berikut ini
adalah tahapan-tahapan yang dilakukan pasien dalam pengambilan sampel urine:

1. Bersihkan area kemaluan menggunakan tisu steril, agar area tersebut bersih dari bakteri
dan tidak terbawa ke dalam sampel.
2. Buang sedikit urine yang pertama kali keluar, lalu segera tampung aliran urine berikutnya
ke wadah penampung.
3. Tampung urine kurang lebih sebanyak 30–60 ml ke wadah penampung yang disediakan
dokter.
4. Buang sisa aliran urine ke toilet jika sampel sudah mencukupi.
5. Tutup rapat wadah yang berisi sampel urine agar tidak tumpah atau terkontaminasi.
6. Bersihkan bagian luar wadah penampung urine menggunakan tisu steril dan cuci
tangan setelah melakukan pengambilan sampel.
7. Berikan sampel urine ke dokter untuk dianalisis di laboratorium.

Bagi pasien pria, area kemaluan yang harus dibersihkan sebelum melakukan
pengambilan sampel adalah ujung kemaluan. Sedangkan bagi pasien wanita, area kemaluan
harus dibersihkan dari depan ke belakang. Pasien wanita juga harus membersihkan cairan
vagina atau darah menstruasi jika ada. Pada pasien yang tidak dapat melakukan pengambilan
sampel urine secara mandiri, dokter biasanya akan menggunakan kateter, yaitu selang karet
yang dipasang melalui lubang kencing (uretra).

19
Sampel urine yang diambil pada pasien pengguna kateter harus langsung dari selang
kateter, tidak boleh dari kantung penampungan. Tujuannya adalah untuk menghindari urine
terkontaminasi.

Berikut ini adalah beberapa zat yang dapat diperiksa dalam tes strip:

1. PH urine
2. Kandungan protein
3. Kandungan gula
4. Konsentrasi urine
5. Kandungan keton
6. Kandungan bilirubin
7. Adanya darah dalam urine

Kelebihan dari tes strip ini adalah mudah dilakukan, cepat, dan terjangkau. Akan
tetapi, tes strip ini juga memiliki kekurangan, yaitu tidak terlalu akurat, informasi yang
diberikan terbatas, dan hasilnya sangat dipengaruhi oleh waktu pencelupan strip ke dalam
urine. Analisis kimiawi menggunakan tes strip ini hanya memberikan informasi mengenai
ada tidaknya kandungan zat kimia tertentu di dalam urine dan apakah kadarnya sudah tidak
normal. Untuk mengetahui kadar zat kimia tersebut secara akurat, perlu dilakukan analisis
tambahan.

Setelah Tes urine pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Dokter akan
memberitahukan hasil analisis sampel urine dalam beberapa jam atau keesokan harinya.
Hasil tes urine yang tidak normal dapat menunjukkan adanya kondisi atau gangguan
tertentu. Dokter akan membandingkan hasil tes urine dengan gejala yang dialami pasien
untuk menentukan diagnosa penyakit yang sedang diderita pasien. Hasil tes urine yang
normal belum tentu menunjukkan bahwa pasien sehat-sehat saja. Jika pasien mengeluhkan
gejala penyakit tertentu tapi hasil tes urine tidak menunjukkan kelainan, maka diperlukan
pemeriksaan lanjutan lainnya.

20
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Prakonsepsi adalah sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau
pembuahan atau sebelum hamil. Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya
kesiapan secara fisik dan emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui
asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat mendukung
persiapan saat prakonsepsi. Pemeriksaan kesehatan selama masa prakonsepsi perlu
dilakukan. Dengan alasan pemeriksaan ini bisa mendeteksi gangguan yang mengancam
selama dalam tahap prakonsepsi. Hal tersebut guna untuk mempersiapkan kesehatan saat
hamil, begitu juga dengan pemeriksaan lainnya.

B. SARAN
Sebagai tenaga kesehatan kita harus mengetahui dan mampu melakukan asuhan
kebidanan pada prakonsepsi karena jika calon orang tuanya sehat maka generasi yang
dihasilkan juga akan sehat, disamping itu untuk masyarakat umumnya harus memiliki
kesadaran untuk memeriksakan diri paling tidak 6 bulan sebelum menikah.

21
DAFTAR PUSTAKA

ADHS. (2010). Arizona Preconception Health Strategic Plan 2011-2014. 11


Agustus 2015. Diambil dari: http/www.azdhs.gov/phs/publicat/htm.

Atrash H, Jack BW, Johnson K. Preconception care: A


2008 update. Obstetrics and Gynecology. 2013 [11 Agustus 2015]; 20:1-9. Tersedia
dari URL: http://www.researchgate.net/publication/23456347

Badriah, DL. (2011). Gizi dalam kesehatan reproduksi. Bandung: Refika Aditama

Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA. Systematic Review of Preconception
Risks and Interventions . Diambil dari zulfiqar.bhutta@aku.edu

Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA. Preconception care: nutritional risks
and interventions. Reproductive Health . 2014 [ diunduh 12 agustus 2015];11(Suppl
3):S3. Tersedia dari URL: http://www.reproductive-health-journal.com/content/11/S3/S3

Dunlop LA, MD, MPH, Jack B, MD, Frey K, MD, MBA. National
Recommendations for Preconception Care: The Essential Role of the Family Physician.
The Role of the Family Physician in Preconception Care. Jan-Feb 2007 [diunduh 11
Agustus 2015]; 20(1). Tersedia dari URL: http://www.jabfm.org

Farahi N, MD, Zolotor A, MD, DrPH. Recommendations for Preconception


Care. American Family Physician. 2013 [diunduh 12 Agustus 2015]; 76(3). Tersedia dari
URL: www.aafp.org/afp

Michael C. LU, MD, MPH, Geffen D. Recommendations for Preconception


Care. American Family Physician. 2007 [diunduh 12 Agustus 2015]; 76(3). Tersedia dari
URL: www.aafp.org/afp

22

Anda mungkin juga menyukai