DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
PROFESI BIDAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2021
i
KATA PENGANTAR
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai dengan judul
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Komplikasi Medis Pada Saat Kehamilan Yaitu Penyakit Endokrin Lain....... 3
B. Komplikasi medis pada saat kehamilan yaitu penyakit darah........................ 16
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain sistem saraf, tubuh manusia memiliki sistem lain yang berfungsi
mengontrol dan mengatur aktivitas organ-organ tubuh. Sistem lain tersebut adalah
sistem endokrin. Cara kerja sistem endokrin berbeda dengan sistem saraf. Pada
sistem saraf, informasi yang disampaikan berupa sinyal-sinyal listrik untuk
membuat sel-sel merespon. Adapun pada sistem endokrin, informasi yang
disampaikan berpa senyawa kimia. Sistem saraf endokrin bekerja dengan cara
menghasilkan hormon. Hormon adalah sinyal berupa senyawa kimia yang di
ekresikan ke dalam peredaran darah.
Hormon di hasilkan oleh suatu kelenjar yang disebut kelenjar endokrin. Akan
tetapi, terdpat suatu sel khusus yang menhasilkan hormon sekaligus
menyampaikan impuls saraf. Sel khusus tersebut dinamakan sel neurosekretori.
Selain kelenjar endokrin terdapat kelenjar lain yang berfungsi mensekresikan
senyawa kimia. Kelenjar tersebut adalah kelenjar eksokrin. Kelenjar eksokrin
mensekresikan senyawa kimia yang akan di keluarkan melalui suatu saluran
menuju rongga tubuh atau kulit, seperti kelenjar keringat.
Saat hamil, kondisi kesehatan ibu akan menentukan sehat-tidaknya
pertumbuhan janin. Namun sebetulnya, kehamilan itu sendiri bisa menjadi
penyebab menurunnya daya tahan ibu yang kemudian memicu munculnya
beberapa penyakit. Apa saja aneka penyakit yang kerap muncul dan bagaimana
hal tersebut bisa terjadi? Pendarahan Tidak sedikit wanita hamil mengalami
perdarahan. Kondisi ini terjadi di awal masa kehamilan (trimester pertama),
tengah semester (trimester kedua) atau bahkan pada masa kehamilan tua (trimester
ketiga). Perdarahan pada kehamilan merupakan keadaan yang tidak normal
sehingga harus diwaspadai. Ada beberapa penyebab perdarahan yang dialami oleh
wanita hamil. Setiap kasus muncul dalam fase tertentu. Ibu hamil yang mengalami
perdarahan perlu segera diperiksa untuk mengetahui penyebabnya agar bisa
dilakukan solusi medis yang tepat untuk menyelamatkan kehamilan. Adakalanya
kehamilan bisa diselamatkan, namum tidak jarang yang gagal. Pemeriksaan yang
1
dilakukan meliputi pemeriksaan kandungan disertai dengan pengajuan beberapa
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan terjadinya perdarahan. Bila
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti ultrasonographi (USG) dan
pemeriksaan laboratorium
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sistem endokrin dan eksokrin?
2. Apa pengertian dari Hormon ?
3. Apa saja kelenjar - kelenjar penghasil Hormon?
4. Apa fungsi dari masing-masing hormon?
5. Apa komplikasi medis pada saat kehamilan yaitu penyakit endokrin lain
6. Apa komplikasi medis pada saat kehamilan yaitu penyakit darah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem endokrin dan eksokrin
2. Untuk mengetahui pengertian Hormon
3. Untuk mengetahui dan memahami kelenjar - kelenjar penghasil Hormon
4. Untuk mengetahui fungsi dari masing-masing hormone
5. Untuk mengetahui kelainan yang sering timbul dari sistem endokrin
terutama pada Masa kehamilan
6. Untuk mengetahui komplikasi medis pada saat kehamilan yaitu penyakit
darah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Sistem endokrin memperlihatkan waktu respon lebih lambat daripada
sistem saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna
hanya dalam waktu 1-5 milidektik, tetapi kerja endokrin melalui
hormone baru akan sempurna dalam waktu yang sangat berfariasi,
berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin
bekerja hanya dalam waktu singkat, namun hormon pertumbuhan
bekerja dalam waktu yang sagat lama. Dibawah kendali sistem endokrin
(menggunakan hormone pertumbuhan), proses pertumbuhan
memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat
pertumbuhan yang sempurna.
2. Pengertian Hormon
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin.
Kelenjar endokrin merupakan kelanjar buntu, artinya kelenjar itu tidak
mempunyai saluran. Oleh karena itu, hasil sekresi kelenjar endokrin, yaitu
horon, langsung masuk ke pembuluh darah. Hormon bersama darah diearan
keseluruh tubuh hal ini berdbeda dengan kelenjar-kelenjar pencernaan yang
menghasilkan enzn-enzim pencernaan sebagai sekretnya. Kelenjar
pencernaan disebut juga kelenjar eksorin.
Di dalam tubuh, hormon akan mengikuti peredaran darah ke seluruh
tubuh. Pada umumnya hormon mempunyai organ sasaran tertentu. Organ-
organ atau sel-sel yang menjadi sasaran hormon di sebut organ target.
Meskipun demikian, sebagian hormon mempengaruhi hampir semua sel
tubuh. Misalnya, hormon yang mempengaruhi pertumbuhan badan.
Hormon dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang cukup. Pengaruh
hormon terhadap tubuh sangat besar. Kekurangan atau kelebihan hormon
dapat mengakibatkan gangguan dalam proses kehidupan misalnya proses
pertumbuhan, reproduksi, dan proses-proses metabolisme dalam tubuh.
4
a. Kelenjar-kelenjar penghasil hormon :
1) Hipotalamus
Merupakan bagian kecil tapi penting dari otak. Ini berisi dari
beberapa inti yang kecil dengan berbagi fungsi. Itu memainkan peran
penting dalam system saraf serta system endokrin. Hipotalamus
terletak di bawah thamulus dan tepat di atas batang otak. Hipotalamus
bertanggung jawab untuk beberapa proses metabolic tertentu dan
aktivitas lain dalam system saraf otonomik serta mempersatukan
dan mensekresikan hormone saraf tertentu. Hipotalamus
mengendalikan suhu tubuh, rasa lapar, perilaku, rasa haus, rasa
lelah dan rasa kantuk.
5
d. Prolactin Inhibiting Factor (PIF) yang berperan menghambat
sekresi prolaktin.
6
4) Thyroid Stimulating Hormone (TSH) atau tryrotrophic
hormone. TSH berperan merangsang pertumbuhan dan fungsi
kelenjar tiroid (terletak di daerah leher) untuk mensekresikan
hormon tiroksin. Sintesis dan sekresi TSH diatur oleh TRH
(thyrotropin releasing hormone) dari hipotalamus. Kadar
tiroksin darah akan memberikan umpan balik negatif (negative
feedback) ke pituitaria atau hipofisis dan Hipotalamus.
5) Adrenocorticotropic hormone (ACTH) berperan
menstimulus korteks adrenal untuk merangsang kortisol dan
hormone steroid lainnya.
6) PRL (Prolaktin) berperan meningkatkan sekresi dan
produksi susu setelah bayi lahir
7) Gonadotropin hormone (GnH) berperan mengontrol fungsi
gonade (ovarium dan testis). Hormon gonadotropin dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Follicle Stimulating Hormone (FSH).
Pada wanita FSH berperan merangsang pertumbuhan folikel
khususnya pada fase proliferasi yang ditandai dengan
pertumbuhan folikel primer menjadi folikel Graaf, sintesis
estrogen, dan pembentukan reseptor LH pada folikel ovarium
(menstimulasi perkembangan ovum dalam ovarium).
Pada laki-laki FSH berperan merangsang testis untuk
meningkatkan spermatogenesis. Sekresi FSH dirangsang oleh
GnRH yang dihasilkan oleh hipotalamus.
b. Luteinizing Hormone (LH)
Pada wanita LH berperan merangsang ovulasi,
perkembangan (diferensiasi) sel granulosa menjadi sel luteal
(korpus luteum), dan produksi progesterone.
Pada laki-laki LH berperan merangsang testis untuk
mensintesis testoteron. Sekresi LH dirangsang oleh GnRH
yang dihasilkan oleh hipotalamus.
7
c. Pituitaria atau Hipofisis Posterior
Hormone yang dihasilkan oleh Pituitaria atau Hipofisis
Posterior adalah :
b) Antideuretik Hormone (ADH) atau vasopressin berfungsi mengatur
lahir.
8
c. Kelenjar Pineal
Kelenjar pineal berperan memproduksi melatonin yang penting dalam
pengaturan siklus tidur dan perasaan. Melatonin berperan menghambat
pelepasan gonadotropin dan menghambat produksi melanin oleh
melanosit kulit. Kelenjar pineal dipercaya mempunyai peran dalam
interaksi antara hipofisis dengan hipothalamus.
d. Kelenjar Timus
Kelenjar timus terletak dibagian atas dada, dekat jantung. Kelenjar ini
memproduksi hormone thymosin dan thymopoietin yang berfungsi untuk
perkembangan limfosit T yang merupakan tipe sel darah putih untuk
kekebalan tubuh. Pada masa anak-anak kelenjar timus membesar dan
biasanya kelenjar timus mengecilatau hilang setelah masa pubertas hingga
dewasa.
e. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin dan kalsitonin. Tiroksin
berperan merangsang pertumbuhan, metabolism pada semua sel
9
khususnya untuk mengubah sumber energi menjadi energy dan panas
dengan cara meningkatkan kecepatan metabolisme (metabolic rate) dari
penggunaan oksigen.
Kalsitonin berperan menghambat pelepasan dari tulang, menyimpan
kalsium (deposisi) ke dalam tulang, mencegah absorpsi kalsium oleh
usus, mencegah reabsorpsi kalsium oleh ginjal, pengaturan kadar kalsium
darah.
f. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin yang tidak di
control langsung oleh hormone pituitaria atau hipofisis. Kelenjar
paratiroid menghasilkan hormone parathormon (PTH). PTH atau
parathormon berperan meningkatkan kadar kalsium darah, mobilisasi
ion-ion kalsium dari tulang dengan menstimulasi sel-sel tulang,
pencegahan ion kalsium dalam urine dengan meningkatkan reabsorpsi
ion-ion kalsium dari tubulis kembali ke darah, meningkatkan penyerapan
kalsium dari dalam usus dan menurunkan kadar pospat darah.
Parathormon dapat bekerja dengan sangat baik berkaitan (berkerja sama)
dengan kalsitonin (yang menurunkan kalsium) untuk mempertahankan
konsentrasi ion kalsium dalam kadar yang stabil di dalam darah.
10
g. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal terletak di atas ginjal sehingga disebut juga kelenjar
suprarenalis. Kelenjar adrenal menghasilkan hormone glukokortikoid,
mineralokortikoid (aldosterone), gonadocorticoid. Glukokortikoid
berfungsi untuk pengaturan glukosa darah dari metabolism
karbohidrat, anti implamasi. Mineralokortikoid (aldosterone) berfungsi
untuk mengatur sodium, air dan pengeluaran kalsium oleh ginjal.
Gonadocorticoid berperan dalam karakteristik seks sekunder.
h. Pankreas
Pankreas berperan menghasilkan hormone insulin dan glukagon. Insulin
berperan menurunkan gula darah, meningkatkan simpanan glikogen
dalam hati, menstimulasi protein. Glucagon berfungsi
menstimulasipemecahan glikogen dalam hati, meningkatkan glukosa
11
darah.
12
5. Kegagalan pertambahan berat badan pada wanita yang non obese
walaupun mendapat asupan nutrisi yang normal atau meningkatkan
nutrisinya.
2) Hipotioridisme
Hipotiroidisme didiagnosis secara klinis bila kadar FT4 rendah dan
kadar thyrotropin meningkat. Dalam kehamilan jarang ditemukan karena
keadaan ini berhubungan dengan infertilitas. Hipotiroidisme pada
umumnya terjadi sekunder karena destruksi kelenjar tiroid oleh penyakit
autoimun, operasi atau terapi iodin radioaktif. Penderita hipotiroidisme
yang hamil mempunyai insiden komplikasi eklampsia dan solusio
plasenta yang tinggi serta berhubungan dengan tingginya kasus berat
badan lahir rendah dan kematian janin dalam rahim. Ditemukan pula
angka fetal distres yang tinggi dalam persalinan dan kegagalan jantung.
Hipotiroidisme subklinis adalah pasien yang asimptomatik dimana
terjadi peningkatan kadar serum thyrotropin yang abnormal dan kadar
T4 yang normal. Pada wanita berumur 18 – 45 insidennya sekitar 5 %,
dan dalam kurun waktu 1 -4 tahun sekitar 10-20% akan berkembang
menjadi hipotiroidisme. Faktor risiko adalah kadar thyrotropin lebih dari
10 mU/L dan adanya antibodi antimikrosomal. The American Thyroid
Association menganjurkan pemberian pengobatan sebelum keadaan ini
berkembang menjadi simptomatik.
Dampak hipotiroidisme subklinis terhadap kehamilan belum jelas
namun dianjurkan terapi sulih thyrotropin. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa keadaan ini mempunyai risiko untuk mengalami
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan dan persalinan prematur.
Penelitian lain menemukan penurunan kecerdasan pada anak-anak yang
lahir dari ibu dengan hipotiroidisme subklinis yang tidak mendapat
pengobatan.
13
menjadi ganas sekitar 5 – 30%, walaupun ganas, kebanyakan adalah
neoplasma derajat rendah. Pemeriksaan USG mampu mendeteksi nodul
yang berukuran lebih dari 0,5 cm dan juga dapat ditentukan apakah
konsistensinya padat atau kistik.
Aspirasi jarum halus merupakan metode terbaik untuk melakukan
evaluasi nodul tiroid pada saat hamil. Dianjurkan melakukan biopsi pada
pertengahan kehamilan, untuk lesi padat yang berukuran > 2 cm dan lesi
kistik yang berukuran > 4 cm. Biopsi dilakukan hanya bila ada
limfadenopati di leher atau bila nodul membesar.
Wanita hamil dengan nodul tiroid yang teraba harus menjalani
pemeriksaan fungsi tiroid untuk mengetahui apakah nodul tersebut
hiperaktif dan perlu dilakukan pemeriksaan USG pada kelenjar tiroid.
Pada umumnya nodul kistik berhubungan dengan tirotoksikosis dan tidak
ganas. Nodul ini berhubungan dengan goiter multinoduler dan adenoma
toksik soliter.
Berhubung karena sebagian besar karsinoma tiroid berdiferensiasi
baik maka bila terdiagnosis saat hamil operasi tiroidektomi dapat ditunda
sampai postpartum. Bila kehamilan kurang dari 24 - 26 minggu yang
merupakan waktu dimana operasi tidak menyebabkan persalinan
prematur maka tiroidektomi dapat dilakukan dengan aman.
4) Tiroiditis Postpartum
Tiroiditis postpartum merupakan kelainan tiroid postpartum yang
paling sering ditemukan, biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama
postpartum dan menyebabkan hipertiroidisme ringan atau sedang sampai
2 bulan dan kemudian diikuti oleh hipotiroidisme selama beberapa bulan
sesudahnya. Penyakit ini sering ditemukan pada stadium hipotiroid.
Penyebabnya diduga karena proses inflamasi yang diikuti oleh autoreaksi
dari sistem imun. Gambaran khas pada pemeriksaan berupa suatu
tiroiditis limfositik yang destruktif. Pada palpasi ditemukan goiter kecil
yang tidak lunak. Stadium hipertiroid pada penyakit ini dapat dibedakan
dengan penyakit Graves bila ada proptosis yang hanya terjadi pada
14
penyakit Graves. Namun demikian harus dilakukan pemeriksaan ambilan
RAI (radioactive iodine) yang meningkat pada penyakit Graves dan
hanya < 5% pada tiroiditis postpartum.
Keadaan hipertiroid dapat diobati dengan propranolol sedang gejala
hipotiroidisme diobati dengan pemberian tiroksin. Walaupun pada
sebagian besar penderita fungsi tiroid akan kembali normal, namun
kelainan ini dapat terjadi lagi pada kehamilan berikutnya dan
hipotiroidisme dapat menetap atau berulang pada sepertiga kasus.
5) Penyakit Paratiroid
Fungsi hormon paratiroid (PTH) untuk mempertahankan konsentrasi
kalsium pada cairan ekstraseluler . Hormon ini bekerja secara langsung
pada tulang dan ginjal dan secara tidak langsung pada usus melalui
efeknya pada sintesis vitamin D (1,25(OH)2 D) untuk meningkatkan
kalsium serum. Sekresi hormon paratiroid diatur oleh konsenstrasi
kalsium serum yang terionisasi melalui mekanisme umpan balik negatif.
Kalsitonin adalah hormon hipokalsemik yang poten diproduksi oleh
kelenjar tiroid, dan berperan dalam berbagai cara sebagai antagonis
hormon paratiroid yang fisiologis.
Dalam masa kehamilan terjadai peningkatan kebutuhan kalsium.
Janin memerlukan 300 mg kalsium perhari pada akhir kehamilan.
Hormon paratiroid berperan meningkatkan absorpsi kalsium di usus
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada saat kehamilan kadar kalsium
dalam serum akan menurun namun kadar kalsium yang terionisasi tidak
berubah.
6) Hiperparatiroidisme
Hiperparatiroidisme primer relatif sering ditemukan dengan
prevalensi 0,15% dan insidennya mencapai puncak antara dekade ketiga
dan keempat. Keadaan ini menyebabkan hiperkalsemia. Hampir 80%
disebabkan oleh adenoma soliter dan yang sisanya karena hiperplasia sel.
Hormon paratiroid yang dihasilkan oleh tumor sama dengan hormon
15
yang alamiah namun tidak identik sehingga biasanya tidak terdeteksi
pada pemeriksaan laboratorium rutin.
Dalam kehamilan hiperparatiroidisme jarang ditemukan. Dalam
tinjauan pustaka hanya dilaporkan pernah ada 100 kasus, mungkin karena
tidak terdeteksi atau tidak dilaporkan. Gejalanya berupa hiperemesis,
kelemahan umum, batu ginjal, pankreatitis dan kelainan psikiatri. Secara
teoritis kehamilan akan memperbaiki gejala penyakit ini karena adanya
transpor kalsium kepada janin dan peningkatan ekskresi di ginjal. Namun
setelah efek protektif ini berlalu maka dapat menjadi hiperkalsemia
postpartum yang berbahaya dan bahkan dapat menimbulkan krisis.
16
a. Masa plasenta besar (gamelli, penyakit trofoblas)
b. Diabetes mellitus
c. Faktor herediter
d. Masalah vaskuker
4). Ditemukan tanpa protein dan oedema, tekanan darah meningkat.
5). Kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalam
pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmhg.
Penanganan :
c. Preeklampsia
Adalah bila ditemukannya hipertensi yang ditambah dengan
proteinuria dan oedema. Proteinuria adalah tanda yang penting pada
preeklampsia, tidak adanya tanda ini akan membuat diagnosa
preeklampsia dipertanyakan. Proteinuria jika kadarnya lebih dari 300 mg
dalam urine 24 jam atau lebih dari 100 mg dalam urin 6 jam.
Ibu hamil mana pun dapat mengalami preeklampsia. Tapi,umumnya
ada beberapa ibu hamil yang lebih berisiko, yaitu :
1) Ibu hamil untuk pertama kali
2) Ibu dengan kehamilan bayi kembar
3) Ibu yang menderita diabetes
4) Memiliki hipertensi sebelum hamil
5) Ibu yang memiliki masalah dengan ginjal
6) Hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun.
7) Ibu yang pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan
sebelumnya akan ada kemungkinan berulang pada kehamilan
berikutnya
17
Sayangnya penyebab preeklampsia sampai saat ini masih merupakan
misteri. Tak bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang
dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Yang jelas,
preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil,
di samping infeksi dan perdarahan.
18
5) Nyeri kepala : Sering didaerah frontal dan kadang-kadang oksipital
yang tidak sembuh dengan analgetik biasa
6) Nyeri epigastrium : Sering merupakan gejala preeklampsia berat
7) Gangguan penglihatan : Disebabkan vasospasme, iskemia dan
perdarahan petekie pada korteks oksipital atau spasme arteriol.
b. Proteinuria (++)
c. Oliguria
d. Hiperrefleksia
e. Gangguan penglihatan
f. Nyeri epigastrium
19
e. Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat
dipulangkan
f. Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda
preeklampsia
g. Kontrol 2 kali seminggu
h. Jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali
i. Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap dirawat
j. Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat
pertimbangan terminasi kembali
k. Jika protein meningkat tangani sebagai preeklampsia berat
Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi
2) Penanganan konservatif
Adalah kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian
pengobatan kejang (sama dengan penanganan kejang pada
eklampsia).
Pada kehamilan < 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending
20
eklampsia dengan keadaan janin baik dilakukan penanganan secara
konservatif.
f. Eklampsia
Eklampsia didiagnosa jika kejang yang timbul dari hipertensi yang
diinduksi dengan kehamilan atau hipertensi yang diperberat dengan
kehamilan.
Tanda dan Gejala :
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia
dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala dibagian frontal, gangguan
penglihatan, mual, nyeri epigastrium dan hiperrefleksia.
1) Penyebab kematian ibu : Perdarahan otak, dekompensasi kordis dan
edema paru
2) Penanganan Eklampsia : Tujuannya untuk menghentikan dan
mencegah kejang, mencegah dan mengatasi timbulnya penyulit
khususnya krisis hipertensi sebagai penunjang untuk stabilisasi
keadaan ibu seoptimal mungkin.
3) Sikap obstetrik : Mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal
mungkin untuk ibu.
Penanganan kejang :
21
1) Janin yang dikandung ibu hamil pengidap preeklampsia akan hidup
dalam rahim dengan nutrisi dan oksigen di bawah normal. Keadaan
ini bisa terjadi karena pembuluh darah yang menyalurkan darah ke
plasenta menyempit.
2) Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga
terjadi bayi dengan berat lahir yang rendah. Bisa juga janin dilahirkan
kurang bulan (prematur), biru saat dilahirkan (asfiksia), dan
sebagainya.
3) Pada kasus preeklampsia yang berat, janin harus segera dilahirkan
jika sudah menunjukkan kegawatan. Ini biasanya dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa ibu tanpa melihat apakah janin sudah dapat
hidup di luar rahim atau tidak. Tapi, adakalanya keduanya tak bisa
ditolong lagi.
4) Dokter tak akan membiarkan penyakit ini berkembang makin parah.
Bila perlu, tanpa melihat usia kehamilan, persalinan dapat dianjurkan
atau kehamilan dapat diakhiri. Tergantung keadaan, persalinan
dilakukan dengan induksi atau bedah caesar.
22
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem
endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu
mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan,
pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan
seksual dan reproduksi.
Hipertensi Dalam Kehamilan. Hipertensi esensial : Hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya dan ini termasuk juga hipertensi ringan. Hipertensi
Karena Kehamilan : Hipertensi yang disebabkan atau muncul selama
kahamilan Preeklampsia : Bila ditemukannya hipertensi yang ditambah
dengan proteinuria dan oedema Eklampsia : Didiagnosa jika kejang yang
timbul dari hipertensi yang diinduksi dengan kehamilan atau hipertensi yang
diperberat dengan kehamilan.
B. Saran
Seorang bidan diharapkan mengetahui penyakit yang diderita ibu selama
kehamilan sehingga mampu memberikan asuhan neonatus dengan baik dan
sesuai dengan kewenangan profesi.
Diharapkan pembaca dapat mengerti dan memahami pengertian dari
sistem endokrin, hormon, kelenjar-kelenjar penghasil hormon, fungsi dari
masing-masing hormon, dan kelainan pada sistem endokrin, terutama pada
masa kehamilan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat
beraktivitas dengan baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
ANDRIYANI, Rika dkk. Januari 2015 Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Yogyakarta: CV Budi Utama
Aryulina, Diah dkk. 2006 Biologi jilid 2. Jakarta: Esis
Communication limitied, Cambridge. 2002. Anatomi-Fisiologi untuk Smk Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran : EGC
Mamlukat, Indra. 2009 Menajadi Juara Olimpiade Biologi SMP. Jakarta: Pusa
Swara
Mikrajurddin, dkk. 2006 IPA Terpadu jilid 2. Jakarta: Esis
Nurcahyo, Heru. 2008. Ilmu Kesehatan jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.
Rumahrbo, Hotma. 1999. Asuhan keperawatan Klien dengan gangguan sistem
endokrin. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC
Sudewo, Bambang. 2009 Buku Pintar Hidup Sehat Cara Mas Dewo. Jakarta: PT.
Agro Media
Wijaya, Agung. 2008 Bologi. Jakarta: Grasindo
https://books.google.co.id/books?
id=N78JAQDz9g8C&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_
r&cad=0#v=onepage&q&f=false. 15 oktober 2016
https://maryabidan.wordpress.com/sistem-endokrin-pada-manusia/. 12 Oktober
2016 pukul 11.11 AM
24