Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KOMPLIKASI MEDIS PADA SAAT KEHAMILAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3

1. Hesti Restu Handari 21390022


2. Murti Ratna Sari 21390034
3. Ni Putu Erawati 21390037
4. Nurayu Cendriana Azeta 21390038
5. Rita Septiana 21390045

PROFESI BIDAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya

sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai dengan judul

Komplikasi Medis Pada Saat Kehamilan. Penulis sangat berharap semoga


makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa

pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai

penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.

Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Komplikasi Medis Pada Saat Kehamilan Yaitu Penyakit Endokrin Lain....... 3
B. Komplikasi medis pada saat kehamilan yaitu penyakit darah........................ 16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................... 23
B. Saran............................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selain sistem saraf, tubuh manusia memiliki sistem lain yang berfungsi
mengontrol dan mengatur aktivitas organ-organ tubuh. Sistem lain tersebut adalah
sistem endokrin. Cara kerja sistem endokrin berbeda dengan sistem saraf. Pada
sistem saraf, informasi yang disampaikan berupa sinyal-sinyal listrik untuk
membuat sel-sel merespon. Adapun pada sistem endokrin, informasi yang
disampaikan berpa senyawa kimia. Sistem saraf endokrin bekerja dengan cara
menghasilkan hormon. Hormon adalah sinyal berupa senyawa kimia yang di
ekresikan ke dalam peredaran darah.
Hormon di hasilkan oleh suatu kelenjar yang disebut kelenjar endokrin. Akan
tetapi, terdpat suatu sel khusus yang menhasilkan hormon sekaligus
menyampaikan impuls saraf. Sel khusus tersebut dinamakan sel neurosekretori.
Selain kelenjar endokrin terdapat kelenjar lain yang berfungsi mensekresikan
senyawa kimia. Kelenjar tersebut adalah kelenjar eksokrin. Kelenjar eksokrin
mensekresikan senyawa kimia yang akan di keluarkan melalui suatu saluran
menuju rongga tubuh atau kulit, seperti kelenjar keringat.
Saat hamil, kondisi kesehatan ibu akan menentukan sehat-tidaknya
pertumbuhan janin. Namun sebetulnya, kehamilan itu sendiri bisa menjadi
penyebab menurunnya daya tahan ibu yang kemudian memicu munculnya
beberapa penyakit. Apa saja aneka penyakit yang kerap muncul dan bagaimana
hal tersebut bisa terjadi? Pendarahan Tidak sedikit wanita hamil mengalami
perdarahan. Kondisi ini terjadi di awal masa kehamilan (trimester pertama),
tengah semester (trimester kedua) atau bahkan pada masa kehamilan tua (trimester
ketiga). Perdarahan pada kehamilan merupakan keadaan yang tidak normal
sehingga harus diwaspadai. Ada beberapa penyebab perdarahan yang dialami oleh
wanita hamil. Setiap kasus muncul dalam fase tertentu. Ibu hamil yang mengalami
perdarahan perlu segera diperiksa untuk mengetahui penyebabnya agar bisa
dilakukan solusi medis yang tepat untuk menyelamatkan kehamilan. Adakalanya
kehamilan bisa diselamatkan, namum tidak jarang yang gagal. Pemeriksaan yang

1
dilakukan meliputi pemeriksaan kandungan disertai dengan pengajuan beberapa
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan terjadinya perdarahan. Bila
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti ultrasonographi (USG) dan
pemeriksaan laboratorium

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sistem endokrin dan eksokrin?
2. Apa pengertian dari Hormon ?
3. Apa saja kelenjar - kelenjar penghasil Hormon?
4. Apa fungsi dari masing-masing hormon?
5. Apa komplikasi medis pada saat kehamilan yaitu penyakit endokrin lain
6. Apa komplikasi medis pada saat kehamilan yaitu penyakit darah

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem endokrin dan eksokrin
2. Untuk mengetahui pengertian Hormon
3. Untuk mengetahui dan memahami kelenjar - kelenjar penghasil Hormon
4. Untuk mengetahui fungsi dari masing-masing hormone
5. Untuk mengetahui kelainan yang sering timbul dari sistem endokrin
terutama pada Masa kehamilan
6. Untuk mengetahui komplikasi medis pada saat kehamilan yaitu penyakit
darah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komplikasi Medis Pada Saat Kehamilan Yaitu Penyakit Endokrin Lain


1. Penyakit Endokrin
a. Pengertian Sistem Endokrin Dan Eksokrin
Pada tubuh manusia terdapat dua jenis kelenjar, yaitu sistem kelenjar
endokrin dan sistem eksokrin. Sistem endokrin adalah sistem yang
mengatur kerja kelenjar tanpa saluran (buntu) yang menghasilkan atau
mensekresikan senyawa tersebut hormon yang tersirkulasi di tubuh aliran
darah untuk mempengaruhi organ- organ lain.
Kelenjar eksokrin adalah kelenjar yang memiliki saluran untuk hasil
sekresinya. Contoh kelenjar eksokrin adalah kelenjar ludah, kelenjar
mamae dan kelenjar keringat.
Kelenjar Endokrin berfungsi mensintesis substansi kimia yang
langsung disekresikan dalam sirkulasi darah yang akan mempengaruhi
kinerja organ target yang disebut hormon dan antara lain
a. Mengatur dan membedakan kerja sistem saraf dan sistem reproduksi
pada janin yang sedang berkembang
b. Mengasah dan menstimulus tahapan perkembangan tubh manusia
c. Mengkordinasi sistem reproduksi
d. Memelihara lingkungan internal ( didalam tubuh) seimbang dan
optimal
e. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat

b. Cara kerja Sistem Endokrin


Sendokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun
cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem
saraf. Paling tidak, ada dua perbedaan cara kerja antara kedua sistem
tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai beikut :
1. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih banyak
bekerja melalui transmisi kimia.

3
2. Sistem endokrin memperlihatkan waktu respon lebih lambat daripada
sistem saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna
hanya dalam waktu 1-5 milidektik, tetapi kerja endokrin melalui
hormone baru akan sempurna dalam waktu yang sangat berfariasi,
berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin
bekerja hanya dalam waktu singkat, namun hormon pertumbuhan
bekerja dalam waktu yang sagat lama. Dibawah kendali sistem endokrin
(menggunakan hormone pertumbuhan), proses pertumbuhan
memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat
pertumbuhan yang sempurna.

2. Pengertian Hormon
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin.
Kelenjar endokrin merupakan kelanjar buntu, artinya kelenjar itu tidak
mempunyai saluran. Oleh karena itu, hasil sekresi kelenjar endokrin, yaitu
horon, langsung masuk ke pembuluh darah. Hormon bersama darah diearan
keseluruh tubuh hal ini berdbeda dengan kelenjar-kelenjar pencernaan yang
menghasilkan enzn-enzim pencernaan sebagai sekretnya. Kelenjar
pencernaan disebut juga kelenjar eksorin.
Di dalam tubuh, hormon akan mengikuti peredaran darah ke seluruh
tubuh. Pada umumnya hormon mempunyai organ sasaran tertentu. Organ-
organ atau sel-sel yang menjadi sasaran hormon di sebut organ target.
Meskipun demikian, sebagian hormon mempengaruhi hampir semua sel
tubuh. Misalnya, hormon yang mempengaruhi pertumbuhan badan.
Hormon dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang cukup. Pengaruh
hormon terhadap tubuh sangat besar. Kekurangan atau kelebihan hormon
dapat mengakibatkan gangguan dalam proses kehidupan misalnya proses
pertumbuhan, reproduksi, dan proses-proses metabolisme dalam tubuh.

4
a. Kelenjar-kelenjar penghasil hormon :
1) Hipotalamus
Merupakan bagian kecil tapi penting dari otak. Ini berisi dari
beberapa inti yang kecil dengan berbagi fungsi. Itu memainkan peran
penting dalam system saraf serta system endokrin. Hipotalamus
terletak di bawah thamulus dan tepat di atas batang otak. Hipotalamus
bertanggung jawab untuk beberapa proses metabolic tertentu dan
aktivitas lain dalam system saraf otonomik serta mempersatukan
dan mensekresikan hormone saraf tertentu. Hipotalamus
mengendalikan suhu tubuh, rasa lapar, perilaku, rasa haus, rasa
lelah dan rasa kantuk.

Hipotalamus menghasilkan hormon


(1) neurofisika
(2) oksitosin
(3) vasopressin
Hipotalamus berperan mensintesis dan mensekresikan hormon-
hormon berikut:
a. Gonadotropin releasing hormone (GnRH) yangberperan memacu
sekresi Follicle Stimulting Hormone (FSH) dan Luteinzing
Hormone (LH).
b. Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang berperan
merangsang sekresi Thyroid Stimulating Hormone (TSH).
c. Corticotropin Releasing Hormone (CRH) yang berperan
merangsang sekresi ACTH.

5
d. Prolactin Inhibiting Factor (PIF) yang berperan menghambat
sekresi prolaktin.

b. Kelenjar Pituitaria (hipofise)


Kelenjar pituitaria disebut juga master gland karena berperan
mengatur aktivitas dan fungsi kelenjar endokrin lainnya Kelenjar
pituitaria dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Pituitaria atau Hipofisis Anterior

Fungsi kelenjar pituitaria dikontrol oleh releasing dan

Inhibiting factor dari hipotalamus. Hormon-hormon yang

dihasilkan pituitaria anterior adalah:

1) Somatropin (STH), atau growth hormone (GH).


Somatropin berperan merangsang sintesis somatomedin
oleh hati. Somatotropin memiliki reseptor pada semua jaringan
tubuh. Somatropin berperan menstimulasi pertumbuhan
tulang dan otot, meningkatkan sistesis protein, mobilisasi
lemak dan memacu pertumbuhan semua organ tubuh sehingga
dapat tumbuh secara proporsional.
2) Kelebihan produksi somatotropin pada masa
pertumbuhan anak-anak akan menimbulkan
pertumbuhan yang melebihi normal yang disebut tumbuh
raksasa (gigantisme). Apabila kelebihan produksi somatotropin
terjadi pada saat telah dewasa maka akan menyebabkan
pertumbuhan menyamping dari tulang rangka yang disebut
akromegali.
3) Sebaliknya, kekurangan produksi somatotropin akan
menyebabkan pertumbuhan terhambat atau kekerdilan
yang disebut dwarf. Somatotropin tidak begitu penting
untuk pertumbuhan syaraf, maka pada penderita dwarf tidak
mengalami retardasi mental.

6
4) Thyroid Stimulating Hormone (TSH) atau tryrotrophic
hormone. TSH berperan merangsang pertumbuhan dan fungsi
kelenjar tiroid (terletak di daerah leher) untuk mensekresikan
hormon tiroksin. Sintesis dan sekresi TSH diatur oleh TRH
(thyrotropin releasing hormone) dari hipotalamus. Kadar
tiroksin darah akan memberikan umpan balik negatif (negative
feedback) ke pituitaria atau hipofisis dan Hipotalamus.
5) Adrenocorticotropic hormone (ACTH) berperan
menstimulus korteks adrenal untuk merangsang kortisol dan
hormone steroid lainnya.
6) PRL (Prolaktin) berperan meningkatkan sekresi dan
produksi susu setelah bayi lahir
7) Gonadotropin hormone (GnH) berperan mengontrol fungsi
gonade (ovarium dan testis). Hormon gonadotropin dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Follicle Stimulating Hormone (FSH).
Pada wanita FSH berperan merangsang pertumbuhan folikel
khususnya pada fase proliferasi yang ditandai dengan
pertumbuhan folikel primer menjadi folikel Graaf, sintesis
estrogen, dan pembentukan reseptor LH pada folikel ovarium
(menstimulasi perkembangan ovum dalam ovarium).
Pada laki-laki FSH berperan merangsang testis untuk
meningkatkan spermatogenesis. Sekresi FSH dirangsang oleh
GnRH yang dihasilkan oleh hipotalamus.
b. Luteinizing Hormone (LH)
Pada wanita LH berperan merangsang ovulasi,
perkembangan (diferensiasi) sel granulosa menjadi sel luteal
(korpus luteum), dan produksi progesterone.
Pada laki-laki LH berperan merangsang testis untuk
mensintesis testoteron. Sekresi LH dirangsang oleh GnRH
yang dihasilkan oleh hipotalamus.

7
c. Pituitaria atau Hipofisis Posterior
Hormone yang dihasilkan oleh Pituitaria atau Hipofisis
Posterior adalah :
b) Antideuretik Hormone (ADH) atau vasopressin berfungsi mengatur

reabsopsi air pada tubulus kolektivus ginjal, dan penyempitan

(vasokontriksi) pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat

oleh karena itu disebut juga vasoprisin.

Mekanisme ADH dalam meregulasi keseimbangan cairan tubuh :


Pada kondisi tubuh kekurangan air dan tidak segera diganti maka
akan mengakibatkan dehidrasi, hiperosmolalitas, dan hipovolumia
yang akan dideteksi oleh sel-sel osmoreseptor dan baroreseptor yaitu
sel sensoris yang berperan memonitor perubahan konsentrasi ion
sodium atau volume air (tekanan osmotic) dalam darah. Sel-sel
baroreseptor tersebut terletak dalam dinding sinus karotid yang
berperan memberikan informasi ke tempat spesifik di otak
(hipotalamus). Selanjutnya hipotalamus merangsang pembebbasan
hormon vasopressin dari kelenjar pituitaria atau hipofisis posterior.
ADH merangsang sel tubulus koletivi ginjal untuk meningkatkan
reabsorpsi air.
Vasoprisin (penyempitan pembuluh darah) juga menyebabkan
kontriksi otot polos pembuluh darah sehingga mengakibatkan
takanan darah meningkat untuk kembali ke normal. Kelebihan ADH
dapat menyebabkan hipertensi karena vasokontriksi pembuluh darah.
Kekurangan ADH menyebabkan penyakit diabetes insipidus dengan
gejala seperti rasa haus berlebihan, banyak urine (encer), dan
dehidrasi.
c) Oksitosin berfungsi menstimulasi kontraksi otot polos uterus pada

saat melahirkan dan merangsang produksi air susu setelah bayi

lahir.

8
c. Kelenjar Pineal
Kelenjar pineal berperan memproduksi melatonin yang penting dalam
pengaturan siklus tidur dan perasaan. Melatonin berperan menghambat
pelepasan gonadotropin dan menghambat produksi melanin oleh
melanosit kulit. Kelenjar pineal dipercaya mempunyai peran dalam
interaksi antara hipofisis dengan hipothalamus.

d. Kelenjar Timus
Kelenjar timus terletak dibagian atas dada, dekat jantung. Kelenjar ini
memproduksi hormone thymosin dan thymopoietin yang berfungsi untuk
perkembangan limfosit T yang merupakan tipe sel darah putih untuk
kekebalan tubuh. Pada masa anak-anak kelenjar timus membesar dan
biasanya kelenjar timus mengecilatau hilang setelah masa pubertas hingga
dewasa.

e. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin dan kalsitonin. Tiroksin
berperan merangsang pertumbuhan, metabolism pada semua sel

9
khususnya untuk mengubah sumber energi menjadi energy dan panas
dengan cara meningkatkan kecepatan metabolisme (metabolic rate) dari
penggunaan oksigen.
Kalsitonin berperan menghambat pelepasan dari tulang, menyimpan
kalsium (deposisi) ke dalam tulang, mencegah absorpsi kalsium oleh
usus, mencegah reabsorpsi kalsium oleh ginjal, pengaturan kadar kalsium
darah.

f. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin yang tidak di
control langsung oleh hormone pituitaria atau hipofisis. Kelenjar
paratiroid menghasilkan hormone parathormon (PTH). PTH atau
parathormon berperan meningkatkan kadar kalsium darah, mobilisasi
ion-ion kalsium dari tulang dengan menstimulasi sel-sel tulang,
pencegahan ion kalsium dalam urine dengan meningkatkan reabsorpsi
ion-ion kalsium dari tubulis kembali ke darah, meningkatkan penyerapan
kalsium dari dalam usus dan menurunkan kadar pospat darah.
Parathormon dapat bekerja dengan sangat baik berkaitan (berkerja sama)
dengan kalsitonin (yang menurunkan kalsium) untuk mempertahankan
konsentrasi ion kalsium dalam kadar yang stabil di dalam darah.

10
g. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal terletak di atas ginjal sehingga disebut juga kelenjar
suprarenalis. Kelenjar adrenal menghasilkan hormone glukokortikoid,
mineralokortikoid (aldosterone), gonadocorticoid. Glukokortikoid
berfungsi untuk pengaturan glukosa darah dari metabolism
karbohidrat, anti implamasi. Mineralokortikoid (aldosterone) berfungsi
untuk mengatur sodium, air dan pengeluaran kalsium oleh ginjal.
Gonadocorticoid berperan dalam karakteristik seks sekunder.

h. Pankreas
Pankreas berperan menghasilkan hormone insulin dan glukagon. Insulin
berperan menurunkan gula darah, meningkatkan simpanan glikogen
dalam hati, menstimulasi protein. Glucagon berfungsi
menstimulasipemecahan glikogen dalam hati, meningkatkan glukosa

11
darah.

i. Ovarium dan Testis


Ovarium berperan mensintesis dan mensekresikan hormoneestrogen dan
progesterone. Estrogen disintesiskan dan disekresikan oleh folikel
ovarium. Esterogen berasal dari kolesterol. Esterogen berperan sebagai
feedback positif yaitu memacu proliferasi sel granulosa, meningkatkan
jumlah reseptor FSH pada sel granulosa, dan berperan sebagai feedback
negative yaitu menurunkan sekresi FSH-RH dari hipotalamus dan FSH
dari pituitaria atau hipofisis, serta memelihara sifat kelamin sekunder.
Progesterone disintesis dan disekresikan oleh korpus luteum dirangsang
oleh LH pada siklus menstruasi normal, sedangkanpada saat kehamilan
sintesis dan sekresi progerteron oleh korpusluteum juga dirangsang oleh
chorionic gonadotropin (CG) yang dihasilkan plasenta. Fungsi utama
hormone progesterone adalah mengatur panjang pendeknya siklus etrus,
menyiapkan uterus untuk implantasi, pertumbuhan kelenjar susu, dan
sifat keibuan. Disamping itu, korpus luteum juga menghasilkan hormone
relaksin yang berperan melebarkan (relaksasi) simpisis pubis (tulang
panggul) dan servik uteri.

3. Kelainan Sistem Endokrin pada kehamilan


Kelainan yang timbul akibat gangguan system endokrin :
1) Hipertiroidisme
Insiden tirotoksikosis atau hipertiroidisme dalam kehamilan berkisar 1 :
2000 kehamilan. Tirotoksikosis yang ringan sulit didiagnosis pada saat
kehamilan, untuk itu ada beberapa tanda yang dapat membantu :
1. Takikardia yang melebihi peningkatan yang berhubungan dengan
kehamilan normal.
2. Peningkatan denyut nadi pada waktu tidur.
3. Thyromegali
4. Exophtalmus

12
5. Kegagalan pertambahan berat badan pada wanita yang non obese
walaupun mendapat asupan nutrisi yang normal atau meningkatkan
nutrisinya.

2) Hipotioridisme
Hipotiroidisme didiagnosis secara klinis bila kadar FT4 rendah dan
kadar thyrotropin meningkat. Dalam kehamilan jarang ditemukan karena
keadaan ini berhubungan dengan infertilitas. Hipotiroidisme pada
umumnya terjadi sekunder karena destruksi kelenjar tiroid oleh penyakit
autoimun, operasi atau terapi iodin radioaktif. Penderita hipotiroidisme
yang hamil mempunyai insiden komplikasi eklampsia dan solusio
plasenta yang tinggi serta berhubungan dengan tingginya kasus berat
badan lahir rendah dan kematian janin dalam rahim. Ditemukan pula
angka fetal distres yang tinggi dalam persalinan dan kegagalan jantung.
Hipotiroidisme subklinis adalah pasien yang asimptomatik dimana
terjadi peningkatan kadar serum thyrotropin yang abnormal dan kadar
T4 yang normal. Pada wanita berumur 18 – 45 insidennya sekitar 5 %,
dan dalam kurun waktu 1 -4 tahun sekitar 10-20% akan berkembang
menjadi hipotiroidisme. Faktor risiko adalah kadar thyrotropin lebih dari
10 mU/L dan adanya antibodi antimikrosomal. The American Thyroid
Association menganjurkan pemberian pengobatan sebelum keadaan ini
berkembang menjadi simptomatik.
Dampak hipotiroidisme subklinis terhadap kehamilan belum jelas
namun dianjurkan terapi sulih thyrotropin. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa keadaan ini mempunyai risiko untuk mengalami
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan dan persalinan prematur.
Penelitian lain menemukan penurunan kecerdasan pada anak-anak yang
lahir dari ibu dengan hipotiroidisme subklinis yang tidak mendapat
pengobatan.

3) Penyakit Tiroid Noduler


Evaluasi dan penanganan nodul tiroid dalam kehamilan tergantung pada
tahapan kehamilan. Nodul yang soliter mempunyai kemungkinan

13
menjadi ganas sekitar 5 – 30%, walaupun ganas, kebanyakan adalah
neoplasma derajat rendah. Pemeriksaan USG mampu mendeteksi nodul
yang berukuran lebih dari 0,5 cm dan juga dapat ditentukan apakah
konsistensinya padat atau kistik.
Aspirasi jarum halus merupakan metode terbaik untuk melakukan
evaluasi nodul tiroid pada saat hamil. Dianjurkan melakukan biopsi pada
pertengahan kehamilan, untuk lesi padat yang berukuran > 2 cm dan lesi
kistik yang berukuran > 4 cm. Biopsi dilakukan hanya bila ada
limfadenopati di leher atau bila nodul membesar.
Wanita hamil dengan nodul tiroid yang teraba harus menjalani
pemeriksaan fungsi tiroid untuk mengetahui apakah nodul tersebut
hiperaktif dan perlu dilakukan pemeriksaan USG pada kelenjar tiroid.
Pada umumnya nodul kistik berhubungan dengan tirotoksikosis dan tidak
ganas. Nodul ini berhubungan dengan goiter multinoduler dan adenoma
toksik soliter.
Berhubung karena sebagian besar karsinoma tiroid berdiferensiasi
baik maka bila terdiagnosis saat hamil operasi tiroidektomi dapat ditunda
sampai postpartum. Bila kehamilan kurang dari 24 - 26 minggu yang
merupakan waktu dimana operasi tidak menyebabkan persalinan
prematur maka tiroidektomi dapat dilakukan dengan aman.

4) Tiroiditis Postpartum
Tiroiditis postpartum merupakan kelainan tiroid postpartum yang
paling sering ditemukan, biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama
postpartum dan menyebabkan hipertiroidisme ringan atau sedang sampai
2 bulan dan kemudian diikuti oleh hipotiroidisme selama beberapa bulan
sesudahnya. Penyakit ini sering ditemukan pada stadium hipotiroid.
Penyebabnya diduga karena proses inflamasi yang diikuti oleh autoreaksi
dari sistem imun. Gambaran khas pada pemeriksaan berupa suatu
tiroiditis limfositik yang destruktif. Pada palpasi ditemukan goiter kecil
yang tidak lunak. Stadium hipertiroid pada penyakit ini dapat dibedakan
dengan penyakit Graves bila ada proptosis yang hanya terjadi pada

14
penyakit Graves. Namun demikian harus dilakukan pemeriksaan ambilan
RAI (radioactive iodine) yang meningkat pada penyakit Graves dan
hanya < 5% pada tiroiditis postpartum.
Keadaan hipertiroid dapat diobati dengan propranolol sedang gejala
hipotiroidisme diobati dengan pemberian tiroksin. Walaupun pada
sebagian besar penderita fungsi tiroid akan kembali normal, namun
kelainan ini dapat terjadi lagi pada kehamilan berikutnya dan
hipotiroidisme dapat menetap atau berulang pada sepertiga kasus.

5) Penyakit Paratiroid
Fungsi hormon paratiroid (PTH) untuk mempertahankan konsentrasi
kalsium pada cairan ekstraseluler . Hormon ini bekerja secara langsung
pada tulang dan ginjal dan secara tidak langsung pada usus melalui
efeknya pada sintesis vitamin D (1,25(OH)2 D) untuk meningkatkan
kalsium serum. Sekresi hormon paratiroid diatur oleh konsenstrasi
kalsium serum yang terionisasi melalui mekanisme umpan balik negatif.
Kalsitonin adalah hormon hipokalsemik yang poten diproduksi oleh
kelenjar tiroid, dan berperan dalam berbagai cara sebagai antagonis
hormon paratiroid yang fisiologis.
Dalam masa kehamilan terjadai peningkatan kebutuhan kalsium.
Janin memerlukan 300 mg kalsium perhari pada akhir kehamilan.
Hormon paratiroid berperan meningkatkan absorpsi kalsium di usus
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada saat kehamilan kadar kalsium
dalam serum akan menurun namun kadar kalsium yang terionisasi tidak
berubah.

6) Hiperparatiroidisme
Hiperparatiroidisme primer relatif sering ditemukan dengan
prevalensi 0,15% dan insidennya mencapai puncak antara dekade ketiga
dan keempat. Keadaan ini menyebabkan hiperkalsemia. Hampir 80%
disebabkan oleh adenoma soliter dan yang sisanya karena hiperplasia sel.
Hormon paratiroid yang dihasilkan oleh tumor sama dengan hormon

15
yang alamiah namun tidak identik sehingga biasanya tidak terdeteksi
pada pemeriksaan laboratorium rutin.
Dalam kehamilan hiperparatiroidisme jarang ditemukan. Dalam
tinjauan pustaka hanya dilaporkan pernah ada 100 kasus, mungkin karena
tidak terdeteksi atau tidak dilaporkan. Gejalanya berupa hiperemesis,
kelemahan umum, batu ginjal, pankreatitis dan kelainan psikiatri. Secara
teoritis kehamilan akan memperbaiki gejala penyakit ini karena adanya
transpor kalsium kepada janin dan peningkatan ekskresi di ginjal. Namun
setelah efek protektif ini berlalu maka dapat menjadi hiperkalsemia
postpartum yang berbahaya dan bahkan dapat menimbulkan krisis.

B. Komplikasi medis pada saat kehamilan yaitu penyakit darah


1. Hipertensi Dalam Kehamilan
a. Hipertensi esensial
Adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ini termasuk
juga hipertensi ringan.
Gejalanya :
Biasanya tidak terasa ada keluhan dan pusing atau berat ditekuk kepala.
a. Tekanan darah sistolenya antara 140-160 mmhg
b. Tekanan darah diastolenya antara 90-100 mmhg
c. Tekanan darahnya sukar diturunkan
Penanganannya :
Memantau tekanan darah apabila diketahui tinggi dan mengurangi segala
sesuatu yang bisa menyebabkan tekanan darah naik seperti : gaya hidup,
diet dan psikologis.

b. Hipertensi Karena Kehamilan


Adalah hipertensi yang disebabkan atau muncul selama kahamilan

1). Terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu, selama


persalinan dan 48 jam pasca persalinan.
2). Lebih sering pada primigravida
3). Risiko meningkat pada :

16
a. Masa plasenta besar (gamelli, penyakit trofoblas)
b. Diabetes mellitus
c. Faktor herediter
d. Masalah vaskuker
4). Ditemukan tanpa protein dan oedema, tekanan darah meningkat.
5). Kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalam
pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmhg.

Penanganan :

1). Pantau tekanan darah, proteinuria, reflek dan kondisi janin


2). Jika tekanan darah meningkat tangani sebagai preeklampsia
3). Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin
terhambat, rawat dan pertimbangan terminasi kehamilan.

c. Preeklampsia
Adalah bila ditemukannya hipertensi yang ditambah dengan
proteinuria dan oedema. Proteinuria adalah tanda yang penting pada
preeklampsia, tidak adanya tanda ini akan membuat diagnosa
preeklampsia dipertanyakan. Proteinuria jika kadarnya lebih dari 300 mg
dalam urine 24 jam atau lebih dari 100 mg dalam urin 6 jam.
Ibu hamil mana pun dapat mengalami preeklampsia. Tapi,umumnya
ada beberapa ibu hamil yang lebih berisiko, yaitu :
1) Ibu hamil untuk pertama kali
2) Ibu dengan kehamilan bayi kembar
3) Ibu yang menderita diabetes
4) Memiliki hipertensi sebelum hamil
5) Ibu yang memiliki masalah dengan ginjal
6) Hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun.
7) Ibu yang pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan
sebelumnya akan ada kemungkinan berulang pada kehamilan
berikutnya

17
Sayangnya penyebab preeklampsia sampai saat ini masih merupakan
misteri. Tak bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang
dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Yang jelas,
preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil,
di samping infeksi dan perdarahan.

Gejala Yang Muncul :


1) Kondisi preeklampsia sangat kompleks dan sangat besar pengaruhnya
pada ibu maupun janin. Gejalanya dapat dikenali melalui
pemeriksaan kehamilan yang rutin. Kendati tak jarang si ibu merasa
dirinya sehat-sehat saja.
2) Adanya preeklampsia bisa diketahui dengan pasti, setelah pada
pemeriksaan didapatkan hipertensi, bengkak, dan protein dalam urin
3) Preeklampsia biasanya muncul pada trimester ketiga kehamilan. Tapi
bisa juga muncul pada trimester kedua. Bentuk nonkompulsif dari
gangguan ini terjadi pada sekitar 7 % kehamilan. Gangguan ini bisa
terjadi sangat ringan atau parah.

Aspek Klinik Dari Preeklampsia :

1) Gambaran klinik : Dua gejala yang sangat penting preeklampsia


adalah hipertensi dan proteinuria
2) Tekanan darah : Kelainan dasar pada preeklampsia adalah
vasospasme arteriol, peningkatan tekanan darah adalah tanda
peringatan awal dari preeklampsia. Tekanan diastolik lebih bermakna
dari pada tekanan sistolik, tekanan diastolik sebesar 90 mmhg atau
lebih yang menetap menunjukkan keadaan abnormal.
3) Kenaikan Berat Badan : Peningkatan berat badan yang tiba-tiba dapat
mendahului serangan preeklampsia, peningkatan BB lebih dari 1 kg
perminggu atau 3kg perbulan kemungkinan terjadinya preeklampsia.
4) Proteinuria : Merupakan indikator penting untuk menentukan
beratnya preeklampsia

18
5) Nyeri kepala : Sering didaerah frontal dan kadang-kadang oksipital
yang tidak sembuh dengan analgetik biasa
6) Nyeri epigastrium : Sering merupakan gejala preeklampsia berat
7) Gangguan penglihatan : Disebabkan vasospasme, iskemia dan
perdarahan petekie pada korteks oksipital atau spasme arteriol.

Perbedaan preeklampsia ringan dan preeklampsia berat


1) Preeklampsia ringan
a. Kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalam 2

pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110


mmhg
b. Proteinuria (+)
2) Preeklampsia berat
a. Tekanan diastolik > 110 mmhg

b. Proteinuria (++)
c. Oliguria
d. Hiperrefleksia
e. Gangguan penglihatan
f. Nyeri epigastrium

d. Penanganan Preeklampsia Ringan


Jika kehamilan < 37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan lakukan
penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :

1) Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin.


2) Lebih banyak istirahat
3) Diet biasa
4) Tidak perlu diberi obat-obatan
5) Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit :
a. Diet biasa
b. Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteiuria 1x sehari
c. Tidak perlu obat-obatan
d. Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat oedema paru,
dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut

19
e. Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat
dipulangkan
f. Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda
preeklampsia
g. Kontrol 2 kali seminggu
h. Jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali
i. Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap dirawat
j. Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat
pertimbangan terminasi kembali
k. Jika protein meningkat tangani sebagai preeklampsia berat
Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi

e. Penanganan Preeklampsia Berat


1) Penanganan aktif
Adalah kehamilan diakhiri atau diterminasi bersamaan dengan
pemberian obat kejang (sama dengan pengobatan kejang pada
eklampsia). Penderita harus segera dirawat dan sebaiknya dirawat
diruangan khusus di daerah kamar bersalin, tidak diperlukan ruangan
yang gelap tetapi rungan dengan penerangan yang cukup. Penderita
yang ditangani dengan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan
yaitu :
a. Ibu dengan kehamilan 35 minggu atau lebih
b. Adanya tanda-tanda impending eklampsia
c. Adanya syndrome HELLP (haemolysis elevated liver enzymes
and low platelet) atau kegagalan penanganan konservatif
d. Adanya gawat janin atau IUGR

2) Penanganan konservatif
Adalah kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian
pengobatan kejang (sama dengan penanganan kejang pada
eklampsia).
Pada kehamilan < 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending

20
eklampsia dengan keadaan janin baik dilakukan penanganan secara
konservatif.

f. Eklampsia
Eklampsia didiagnosa jika kejang yang timbul dari hipertensi yang
diinduksi dengan kehamilan atau hipertensi yang diperberat dengan
kehamilan.
Tanda dan Gejala :
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia
dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala dibagian frontal, gangguan
penglihatan, mual, nyeri epigastrium dan hiperrefleksia.
1) Penyebab kematian ibu : Perdarahan otak, dekompensasi kordis dan
edema paru
2) Penanganan Eklampsia : Tujuannya untuk menghentikan dan
mencegah kejang, mencegah dan mengatasi timbulnya penyulit
khususnya krisis hipertensi sebagai penunjang untuk stabilisasi
keadaan ibu seoptimal mungkin.
3) Sikap obstetrik : Mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal
mungkin untuk ibu.

Penanganan kejang :

1) Beri obat antikonvulsan


2) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan,
masker oksigen, oksigen).
3) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma.
4) Aspirasi mulut dan tenggorokan.
5) Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk
mengurangi resiko aspirasi.
6) Beri O2 4-6 liter/ menit

Akibat Hipertensi dalam Kehamilan Pada Janin

21
1) Janin yang dikandung ibu hamil pengidap preeklampsia akan hidup
dalam rahim dengan nutrisi dan oksigen di bawah normal. Keadaan
ini bisa terjadi karena pembuluh darah yang menyalurkan darah ke
plasenta menyempit.
2) Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga
terjadi bayi dengan berat lahir yang rendah. Bisa juga janin dilahirkan
kurang bulan (prematur), biru saat dilahirkan (asfiksia), dan
sebagainya.
3) Pada kasus preeklampsia yang berat, janin harus segera dilahirkan
jika sudah menunjukkan kegawatan. Ini biasanya dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa ibu tanpa melihat apakah janin sudah dapat
hidup di luar rahim atau tidak. Tapi, adakalanya keduanya tak bisa
ditolong lagi.
4) Dokter tak akan membiarkan penyakit ini berkembang makin parah.
Bila perlu, tanpa melihat usia kehamilan, persalinan dapat dianjurkan
atau kehamilan dapat diakhiri. Tergantung keadaan, persalinan
dilakukan dengan induksi atau bedah caesar.

22
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem
endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu
mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan,
pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan
seksual dan reproduksi.
Hipertensi Dalam Kehamilan. Hipertensi esensial : Hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya dan ini termasuk juga hipertensi ringan. Hipertensi
Karena Kehamilan : Hipertensi yang disebabkan atau muncul selama
kahamilan Preeklampsia : Bila ditemukannya hipertensi yang ditambah
dengan proteinuria dan oedema Eklampsia : Didiagnosa jika kejang yang
timbul dari hipertensi yang diinduksi dengan kehamilan atau hipertensi yang
diperberat dengan kehamilan.

B. Saran
Seorang bidan diharapkan mengetahui penyakit yang diderita ibu selama
kehamilan sehingga mampu memberikan asuhan neonatus dengan baik dan
sesuai dengan kewenangan profesi.
Diharapkan pembaca dapat mengerti dan memahami pengertian dari
sistem endokrin, hormon, kelenjar-kelenjar penghasil hormon, fungsi dari
masing-masing hormon, dan kelainan pada sistem endokrin, terutama pada
masa kehamilan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat
beraktivitas dengan baik.

23
DAFTAR PUSTAKA

ANDRIYANI, Rika dkk. Januari 2015 Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Yogyakarta: CV Budi Utama
Aryulina, Diah dkk. 2006 Biologi jilid 2. Jakarta: Esis
Communication limitied, Cambridge. 2002. Anatomi-Fisiologi untuk Smk Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran : EGC
Mamlukat, Indra. 2009 Menajadi Juara Olimpiade Biologi SMP. Jakarta: Pusa
Swara
Mikrajurddin, dkk. 2006 IPA Terpadu jilid 2. Jakarta: Esis
Nurcahyo, Heru. 2008. Ilmu Kesehatan jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.
Rumahrbo, Hotma. 1999. Asuhan keperawatan Klien dengan gangguan sistem
endokrin. Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC
Sudewo, Bambang. 2009 Buku Pintar Hidup Sehat Cara Mas Dewo. Jakarta: PT.
Agro Media
Wijaya, Agung. 2008 Bologi. Jakarta: Grasindo
https://books.google.co.id/books?
id=N78JAQDz9g8C&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_
r&cad=0#v=onepage&q&f=false. 15 oktober 2016
https://maryabidan.wordpress.com/sistem-endokrin-pada-manusia/. 12 Oktober
2016 pukul 11.11 AM

24

Anda mungkin juga menyukai