Dosen Pengampu :
Ni Made Karlina Sumari Tangkas, S.ST.,MH
Oleh :
Kelompok Ni Made Yayuk Dwiyanti (NIM.20089152101)
1
DAFTAR ISI
Halaman
COVER…………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan………………………………………………………………. 2
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………………….. 2
1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………… 2
1.4 Manfaat…………………………………………………………….. 3
BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………….. 4
2.1 Kajian Teori Kasus………………………………………………. 4
2.1.1 Pengertian Pendidikan Pranikah……………………………. 4
2.1.2 Tujuan Asuhan Pranikah…………………………………….. 5
2.1.3 Kesiapan Menikah…………………………………………….. 5
2.1.4 Pelayanan Kesehatan Pranikah……………………………… 5
2.2 Kajian Teori Kasus Asuhan Kebidanan……………………… 16.
2.2.1 Informasi Tentang Kehamilan, Penundaan Kehamilan,
Persalinan Dan Pasca Salin…………………………………. 16
2.2.2 Definisi Prakonsepsi………………………………………….. 23
2.2.3 Pemeriksaan Kesehatan Prakonsepsi……………………….. 25
2.2.4 Perencanaan Kehamilan…………………………………….. 26
2.2.5 Persiapan Kehamilan………………………………………... 28
BAB III TINJAUAN KASUS………………………………………. 35
3.1 Data Subyektif…………………………………………………. 35
3.2 Data Obyektif………………………………………………….. 38
3.3 Analisa………………………………………………………….. 39
3.4 Penatalaksanaan………………………………………………. 39
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN……………………………… 43
2
4.1 Simpulan………………………………………………………. 43
4.2 Saran…………………………………………………………... 43
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………... 45
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah
menemukan belahan jiwa, setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain, berbagi
cerita dan berusaha menyatukan ide-ide. Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi.
Tentulah persiapan yang matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang paling
indah adalah layak untuk dilakukan. Saat ini, pendidikan pra nikah belum menjadi
prioritas bagi keluarga maupun calon pengantin. Padahal dalam kursus diajarkan
banyak hal yang dapat mendukung suksesnya kehidupan rumah tangga pengantin baru.
Angka perceraian pun dapat diminimalisir dengan adanya pendidikan pra nikah
(Triningtyas, 2017).
Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses
yang menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Idealnya tes
kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan pernikahan tetapi tes
kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama pernikahan belum berlangsung.
Upaya kesehatan terhadap pasangan pranikah yaitu upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.
Pemeriksaan kesehatan bagi pasangan pranikah sangat penting untuk mengetahui
tingat kesehatan dari pasangan, jika ditemukan masalah kesehatan maka dapat
langsung dilakukan intervensi untuk pengobatan. Pemeriksaan kesehatan sebelum
menikah atau hamil khususnya pada wanita akan mengurangi angka kesakitan dan
kematian ibu dan anak. Pemeriksaan kesehatan sebelum hamil merupakan sesuatu yang
sangat penting agar kehamilan dapat berjalan dengan baik. Kesadaran akan hal ini
masih sangat rendah sehingga angka kesakitan dan komplikasi kehamilan masih sangat
tinggi. Beberapa penyakit yang kemungkinan menganggu proses kehamilan dapat
dideteksi secara dini sehingga keadaan yang lebih buruk dapat cepat dihindari.
Jika dalam istilah menikah itu harus dipersiapkan lahir batin, yang juga harus
diperhatikan dan dimasukkan ke dalam list pra-nikah adalah persiapan kesehatan
1
2
pasangan. Berdasarkan definisi sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas
dari penyakit atau kecacatan (Zulaekha, 2013).
Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang
dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat
mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu
dan pasangan dapat melakukan upaya yang maksimal. Prakonsepsi terdiri dari dua
kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel
ovum dengan sperma sehingga terjadi pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum
terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum hamil.
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum
konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu
sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Jadi kesehatan pasangan pra nikah penting sekali
untuk mendukung tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari tua (Zulaekha,
2013).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah
“Bagaimanakah asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi pada calon pengantin
dalam mempersiapkan kehamilan sehat?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi pada calon
pengantin dalam mempersiapkan kehamilan sehat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pendidikan kesehatan pranikah dan prakonsepsi.
2. Mampu melalukan konseling pranikah dan prakonsepsi.
3. Mampu menganalisa asuhan kebidanan pada Ny. SA di PMB SS.
4. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi yang
didukung kemampuan berpikir kritis dan rasionalisasi klinik dan reflektif.
5. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan pelaporan pelayanan kebidanan
3
4
5
psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria
(BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan pernikahan/akad
perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).
2.1.2Tujuan Asuhan Pranikah
Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas.
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.1.3Kesiapan Menikah (Kertamuda, 2009)
Upaya yang dapat dilakukan seorang individu untuk mencapai tujuan yang
telah dirumuskan dengan baik adalah dengan melakukan perencanaan dan
persiapan. Begitu pula dalam menyongsong kehidupan pernikahan yang bahagia,
akan ada begitu banyak hal yang harus dipersiapkan oleh seorang calon mempelai
baik lakilaki maupun perempuan. Hasil akhir dari persiapan ini diharapkan mampu
menumbuhkan kesiapan, sehingga pernikahan yang akan dibangun dapat berjalan
dengan baik serta tanpa ada kendala yang berarti. Beberapa kesiapan yang harus
dimiliki oleh kedua calon pengantin diantaranya yaitu; kesiapan fisik, kesiapan
mental, dan kesiapan ekonomi. Ketiga hal ini umumnya menjadi pemicu sebuah
ketakutan bagi orang-orang yang hendak memasuki jenjang pernikahan.
2.1.4 Pelayanan Kesehatan Pranikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis dalam
buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi
penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah baik daerah provinsi
maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya kesehatan,
6
BB (kg)
IMT =
[TB (m)]2
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai berikut:
7
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Jika seseorang termasuk kategori :
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes, 2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LILA pada kelompok Wanita
Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini yang mudah untuk
mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas
LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LILA < 23,5
cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK,
dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR
mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan
perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pramantya (2012) memberikan
hasil bahwa terdapat pengaruh dari citra tubuh terhadap asupan makan yang
menyebabkan terciptanya hubungan yang berkebalikan antara asupan makan dengan
status gizi. Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa pada kelompok
subjek yang tidak puas, rata-rata asupan makannya lebih rendah dibandingkan
dengan kelompok subjek yang puas. Responden yang tidak puas terhadap citra
tubuhnya cenderung memiliki status gizi lebih, sehingga pada kelompok subjek
dengan status gizi lebih rata-rata asupan makannya malah cenderung lebih rendah.
Pengambilan data mengenai citra tubuh dan asupan makan memiliki kerangka waktu
(time frame) yang sama yaitu dalam 1 bulan terakhir, sehingga pengaruh faktor
8
pencitraan tubuh terhadap asupan makan dapat terjadi. Untuk itu sebagai tenaga
kesehatan sebaiknya menekankan pentingnya status gizi yang baik untuk
mempersiapkan kehamilan di masa yang akan datang.
b. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas
pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang
diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan hemoglobin
untuk mengetahaui status anemia seseorang. Anemia didefinisikan sebagai
berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin,
hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut kriteria WHO anemi adalah
kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.
Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute,
anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan dibawah 12 g%
pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan
keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan
keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya (Oehadian, 2012). Anemia
defisiensi zat besi dan asam folat merupakan salah satu masalah masalah
kesehatan gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (Ringoringo,
2009). Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50
nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Fatimah, 2011).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah endemis),
hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella, ciromegalovirus, dan
herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta pemeriksaan lainnya sesuai
dengan indikasi.
a) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat mempengaruh
fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes tipe 1), meningkatkan risiko
9
ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan.
Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki
kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid
dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin.
3) Pada unmet need (wanita usia subur yang tidak ingin punya anak tetapi
tidak menggunakan alat kontrasepsi). Namun demikian, tidak ada yang
lebih membahagiakan pasangan suami istri selain dari kehadiran buah hati
dalam perkawinan mereka.
Kontrasepsi hormonal merupakan hormon progesteron atau
kombinasi estrogen dan progesteron, prinsip kerjanya mencegah
pengeluaran sel telur dari kandung telur , sehingga sel telur berjalan lambat
sehingga mengganggu waktu pertemuan sperma dan sel telur. Jenis
kontrasepsi hormonal terdiri dari pil kontrasepsi, kontrasepsi suntikan, dan
implan (Baziad dan Prabowo, 2011).
Efek samping dari kontrasepsi hormonal adalah adanya gangguan
dari menstruasi. Efek samping kontrasepsi DMPA (Depo
Medroxyprogesteron Asetat) dan implan yang paling utama adalah
gangguan menstruasi berupa amenore, spotting, perubahan siklus, frekuensi,
lama menstruasi dan jumlah darah yang hilang (Hartanto,2013). Efek
samping suatu metode kontrasepsi merupakan suatu faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan keputusan terhadap kelangsungan
pemakaian metode kontrasepsi (Anggraeni, 2009 dalam Susilowati dan
Prasetyo, 2015).
b. Tanda-tanda kehamilan
1) Tes kehamilan poitif (+).
2) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak
menstruasi pada siklus haid bulan berikutnya).
3) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi hari
serta sering buang air kecil.
4) Tidak ada nafsu makan.
5) Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang jarang ada
atau tidak pernah dimakannya.
6) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat terdengar
detak jantung janin.
18
6) Memakai kutang yang dapat menahan payudara yang membesar serta memakai
alas kaki bertumit rendah.
7) Posisi hubungan seks perlu diatur agar tidak menekan perut Ibu
8) Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit tiap hari atau
berolahraga ringan seperti senam hamil dilakukan dengan hati-hati dan seksama
9) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular dan orang yang
merokok
10) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter
11) Makan bergizi seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi sehari
f. Nutrisi Makanan Ibu Hamil
Makanan ibu hamil harus diperhatikan karena selai untuk kebutuhan ibu
juga dibutuhkan untuk perkembangan janin. Kekurangan gizi akan mengakibatkan
ibu hamil cepat lelah dan pusing, muka pucat, mudah terserang penyakit.
KekuranganASI atau ASI tidak keluar pada saat menyusui. Kekurangan gizi pada
Ibu hamil juga bisa menyebabkan janin keguguran, pertumbuhan janin terganggu
sehingga bayi lahir dengan berat lahir rendah, perkembangan otak janin terhambat
hingga dapat menyebabkan kecerdasan berkurang atau cacat, bayi lahir sebelum
waktunya dan yang paling parah adalah kematian pada bayi.
Menurut penelitian Mulyati (2013) Kurang Energi Kronis merupakan
keadaan dimana seseorang menderita ketidak seimbangan asupan gizi (energi dan
protein) yang berlangsung menahun Seseorang dikatakan menderita risiko Kurang
Energi Kronis bilamana LILA (Lingkar Lengan Atas) < 23,5 cm berarti risiko
Kekurangan Energi Kronis dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko Kekutangan Energi
Kronis (Lubis, 2003; h. 6). Status Kekurangan Energi Kronis sebelum kehamilan
dalam jangka panjang dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan
bayi dengan berat badan lahir rendah. Di samping itu, akan mengakibatkan anemia
pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus, dan terhambatnya pertumbuhan
otak janin (Supariasa, 2016).
g. Kehamilan dan Persalinan Berisiko
21
Kehamilan dan persalinan berisiko tinggi biasanya terjadi karena faktor: 4 terlalu
dan 3 terlambat.
Empat Terlalu yaitu:
1) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)
2) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun
3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3)
4) Terlau dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun)
Tiga Terlambat yaitu:
1) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis kedaruratan
2) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan
3) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat.
Usia terbaik perempuan untuk hamil antara 20-35 tahun, sementara jarak
kehamilan yang baik adalah minimal 2 tahun karena dengan jarak kelahiran tersebut
akan memberi kesempatan bagi organ - organ reproduksi si ibu untuk
mengembalikan fungsinya dengan baik dan memberi kesempatan bagi organorgan
reproduksi si ibu untuk kembali normal dengan baik dan memberi kesempatan bagi
anak yang lahir untuk tumbuh dan berkembang dengan perhatian yang penuh kasih
sayang. Sebelum merencanakan punya anak lagi sebaiknya dipertimbangkan secara
matang, misalnya bagaimana persiapan biaya perawatannya, penyediaan kesempatan
untuk mengenyam pendidikan dan kehidupan yang layak.
Penelitian yang dilakukan oleh Wiyastuti an Susilawati (2007) di Rumah
Sakit Umur Daerah Palembang Bari (2007), didapatkan hasil resiko plasenta previa
pada ibu yang usianya kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, dua kali lipat
jika dibandingkan dengan ibu yang usianya antara 20 tahun sampai 35 tahun. Dari
penelitrian Abdat (2010) di Rumah Sakit Dr Moewardi Surakarta didaptkan hasil
bahwa resiko plasenta previa pada multipara 2,53 kali jika dibaningkan dengan
primipara.
h. Penundaan Kehamilan
22
Menunda kehamilan dengan kontrasepsi yang tepat, tidak semua pasangan yang baru
menikah ingin segera hamil. Untuk menunda kehamilan tersedia beberapa metode
KB yang dianjurkan misalnya seperti:
1) Metode modern jangka pendek seperti pil, kondom
2) Metode modern jangka panjang seperti implan/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah
Kulit), IUD/AKDR (Alat Kontraepsi alam Rahim)
3) Metode alamiah seperti pantang berkala seperti pengukuran suhu basal, penilaian
lendir vagina.
i. Tanda Bahaya Kehamilan
Masa kehamilan merupakan proses yang menghubungkan antara ibu dan janin, hal
itu dalam masa kehamilan kemungkinan akan terjadi tanda-tanda yang dapat
mengancam jiwa ibu atau janin yang dikandungnya.
Beberapa tanda bahaya yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
1) Perdarahan waktu hamil walaupun hanya sedikit.
2) Bengkak di kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang.
3) Demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari.
4) Keluarnya cairan yang berlebihan dari liang rahim dan kadang berbau.
5) Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan.
6) Muntah terus dan tidak mau makan.
7) Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3.
8) Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak sama sekali.
j. Kesehatan Jiwa Ibu Hamil
Ibu yang hamil akan sehat secara mental jika suami, orangtua, ipar dan keluarganya
mendukungnya. Selain itu, persiapan fisik, sosial dan ekonomi juga harus
diperhatikan agar Ibu tidak stres. Ibu hamil juga tidak boleh dibebani dengan
pekerjaan atau tugas menumpuk.
Beberapa kondisi emosiaonal yang terjadi pada ibu hamil :
1) Ibu hamil mudah tersinggung, sensitif, uring-uringan, manja, mudah marah, tidak
semangat.
23
2) Perasaan mudah lelah, tidak mau makan, tidak bisa tidur nyenyak, tidak nyaman,
merasa sesak. Hal-hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan kondisi fisiknya.
3) Mencemaskan perubahan fisiknya, khawatir terhadap perkembangan bayinya dalam
rahim, khawatir bila bayinya meninggal, atau cacat.
4) Merasa belum siap menjadi orangtua dan belum siap secara ekonomi
5) Ingin diperhatikan, pada waktu mengidam menginginkan makanan yang mungkin
tidak pada musimnya sehingga sulit didapat. Hal tersebut semata-mata karena ingin
diperhatikan keluarga dan suami
Ibu hamil bisa memeriksakan diri 1 kali di tiap 3 bulan kehamilan untuk
mendeteksi dini kondisi kesehatan jiwa seperti ada tidaknya depresi, cemas, tekanan-
tekanan/stres dalam berkeluarga.
Beberapa tips dalam menghadapi kasus depresi, cemas, tekanan/ stres pada ibu hamil :
1) Ibu dapat melakukan relaksasi sederhana sehingga menimbulkan perasaan nyaman.
Relaksasi dilakukan satu kali dalam sehari selama 20 menit.
2) Ketika ibu merasa santai, ajarkan untuk menenangkan pikirannya, dengan meminta si
ibu membayangkan dirinya berada di sebuah tempat yang nyaman, tempat yang
pernah dikenalnya dan disukainya. Misalnya merasa sedang berada di pantai yang
tenang atau mendengarkan musik yang lembut.
2.2.2 Definisi Prakonsepsi
Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi, namun
masaprakonsepsi tidak selalu digolongkan ke dalam masa pranikah. Merencanakan
kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan
guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan
yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013). Prakonsepsi berasal
dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya sebelum (Setiawan, 2017).
Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel telur (ovum) dengan
sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah masa sebelum
kehamilan terjadi (Katherine, dkk, 2013). Sehingga prakonsepsi adalah sebelum
terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma yang dapat menyebabkan
kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah perawatan yang diberikan sebelum
24
pada masa kehamilan dini untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Winardi,
2016).
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.369/Menkes/SK/III/2007 tentang
standar profesi bidan dalam kompetensi ke-2 Pra konsepsi, KB dan ginekologi
yakni bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan
yang tanggapan terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat
dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga sehat, perencanaan
kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
2.2.3 Pemeriksaan Kesehatan Prakonsepsi
Persiapan Medis merupakan salah satu dari rangkaian persiapan yang perlu
dilakukan, hal ini sangat disarankan oleh kalangan medis serta para penganjur dan
konsultan prakonsepsi. Karena Sebagian besar masyarakat umumnya tidak
sepenuhnya mengetahui status kesehatannya secara detail, apalagi bagi yang tidak
melaksanakan general check up rutin tahunan. Seseorang yang terlihat sehat bisa
saja sebenarnya adalah silent carrier/pembawa dari beberapa penyakit infeksi dan
hereditas dan saat hamil dapat mempengaruhi janin atau bayi yang dilahirkannya
nanti (Purba, 2014).
Pemeriksaan kesehatan prakonsepsi adalah sekumpulan pemeriksaan untuk
memastikan status kesehatan pasangan, terutama untuk mendeteksi adanya
penyakit menular, menahun, atau diturunkan yang dapat mempengaruhi kesuburan
pasangan maupun kesehatan janin. Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan
prakonsepsi berarti kita dan pasangan dapat melakukan tindakan pencegahan
terhadap masalah kesehatan terkait kesuburan dan penyakit yang diturunkan secara
genetik (Prodia, 2014).
Tujuan utama melakukan pemeriksaan kesehatan konsepsi adalah untuk
membangun keluarga sehat sejahtera dengan mengetahui kemungkinan kondisi
kesehatan anak yang akan dilahirkan termasuk soal genetik, penyakit kronis,
penyakit infeksi yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan keturunan bukan
karena kecurigaan dan juga bukan untuk mengetahui keperawanan.
Manfaat tes kesehatan sebelum prakonsepsi antara lain:
26
d) Perdarahan
e) Resiko panggul sempit sehingga menyulitkan saat bersalin
f) Bayi lahir sebelum waktunya
g) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
h) Cacat bawaan
i) Masalah mental sosial (Ibu belum siap menerima kehamilan)
2) Kehamilan pada usia tua (>35 tahun)
a) Dapat meningkatkan resiko hipertensi dalam kehamilan
b) Diabetes
c) Pre eklamsi
d) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
e) Cacat Bawaan
f) Lahir Sebelum waktunya
g) Keguguran
b. Mencegah Kehamilan Usia Muda
Menurut Kemenkes RI (2017:105) cara mencegah kehamilan di usia muda,
yaitu:
1) Mengupayakan pernikahan pada perempuan usia diatas 20 tahun.
2) Tunda kehamilan pertama sampai usia perempuan diatas 20 tahun.
3) Konsultasikan dengan petugas kesehatan mengenai metode kontrasepsi yang
tepat digunakan untuk menunda kehamilan sesuai dengan kondisi pasangan
suami istri.
c.Metode Kontrasepsi yang dapat digunakan untuk Penundaan dan Penjarangan
Kehamilan
Menurut Kemenkes RI (2017:105) berikut merupakan metode kontrasepsi yang
dapat digunakan untuk penundaan dan penjarangan kehamilan, yaitu:
1) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
a) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
b) Implant
c) Metode Operasi Wanita (MOW)
28
Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur dan
pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan (bekerjasama dengan
vitamin E dan beta karoten) vitamin C berperan melindungi selsel organ
tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan) yang mempengaruhi kesehatan
sistem reproduksi. Vitamin C banyak terdapatpada jambu biji, jeruk,
stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat, dan cabai merah.
d)Cukupi zat seng
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga pembentukan sperma
yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu produksi materi genetik ketika
pembuahan terjadi. Bagi calon ayah, melancarkan pembentukan sperma.
Sumber seng antara lain makanan hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan,
daging kepiting), daging, kacang-kacangan (kacang mete dan almond), biji-
bijian (biji labu dan bunga matahari), serta produk olahan susu.
e) Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur) ibu
tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat besi akan
membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari anemia yang sering
kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging merah, kuning telur,
sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang diperkaya zat besi.
f) Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di susu, dan
ikan teri.
g) Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala kekurangan
selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi seksual dan
ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah beras, bawang putih,
kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.
h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng dengan minyak
zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di dalam minyak zaitun
32
35
36
Frekuensi : 3 x sehari
Porsi : 1 piring sedang
Jenis makanan : nasi, lauk, sayur
Makanan pantangan : tidak ada
Perubahan nafsu makan : tidak ada
b. Pola Minum
1) Catin Wanita
Frekuensi : 7-8 gelas per hari
Porsi : 1 gelas sedang
Jenis minuman : air putih, teh,dan tidak suka minum minuman yang.
mengandung alkohol
2) Catin Pria
Frekuensi : 7-8 gelas per hari
Porsi : 1 gelas sedang
Jenis minuman : air putih, kopi dan tidak suka minum minuman yang
mengandung alcohol
c. Eliminasi :
1) Catin Wanita
BAB : frekuensi 1x sehari, konsistensi lembek, keluhan tidak ada
BAK : frekuensi 4-5x sehari, warna kuning jernih, keluhan tidak ada
2) Catin Pria
BAB : frekuensi 1x sehari, konsistensi lembek, keluhan tidak ada
BAK : frekuensi 4-5x sehari, warna kuning jernih, keluhan tidak ada
d. Istirahat
1) Catin Wanita
Lama tidur 6-7 jam per hari
Keluhan tidak ada
2) Catin Pria
Lama tidur 6-7 jam per hari
Keluhan tidak ad
38
e. Personal Hygiene
1) Catin Wanita
Mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, sikat gigi 2x sehari, ganti baju 2-3x
sehari
2) Catin Pria
Mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, sikat gigi 2x sehari, ganti baju 2-3x
sehari
3.1.10 Riwayat Pernikahan
Pasangan akan menikah tanggal 15 agustus 2021
a.Catin Wanita : pernikahan yang pertama, dan belum pernah
melakukan hubungan seksual
b.Catin Pria : pernikahan yang pertama, dan belum pernah
melakukan hubungan seksual
3.1.11 Riwayat Psikososial Budaya
Keluarga dari dua belah pihak mendukung pernikahan. Kedua calon pengantin
mengatakan sudah siap secara mental untuk menikah dan tetapi belum siapuntuk
hamil setelah menikah, bahkan ingin menunda kehamilan.
3.II Data Obyektif
3.2.1 Pemeriksaan Umum
Catin Wanita
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Antropometri :
BB : 58 kg
TB : 162 cm
IMT : 22,10 kg/m2
LILA : 32 cm
d.Tanda-tanda Vital
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
39
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
3.2.2 Pemeriksaan Fisik
Catin Wanita
Bentuk tubuh : normal
Wajah : wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan dengan
genetik seperti sindrom down
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada : tidak dilakukan
Abdomen : tidak dilakukan
Anogenital : tidak dilakuka
3.2.3 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
3.3 Analisa
Nn. SS umur 23 tahun calon pengantin
Masalah : Kurangnya informasi tentang persiapan kehamilan sehat.
3.4 Penatalaksanaan
Tanggal : 11 Mei 2021 Pukul : 16.20 WITA
1. Memberikan informed consent kepada kedua calon pengantin mengenai prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan, Kedua calon pengantin mengerti dan
menyetujuinya.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin bahwa secara umum
keadaan mereka baik, tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Menjelaskan kepada catin wanita dan pria mengenai pernikahan ideal, dimana
kehidupan keluarga harus didasari rasa kasih sayang, saling menghargai dan
menghormati pasangan, Kedua calon pengantin mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
40
4.1 Simpulan
Nn. SA umur 23 tahun dan Tn. A umur 23 tahun merupakan calon
pengantin. Keputusan untuk menunda kehamilan setelah menikah merupakan
keputusan yang belum tepat mengingat usia Nn. SA sudah 23 tahun, sehingga
perlunya perencanaan kehamilan segera karena usia Nn. SA sudah
mencukupi/sudah layak. Hasil analisis dari kasus ini berdasarkan hasil pengkajian
data subjektif dan objektif pada Nn.SA dan Tn.A sebagai calon pasangan
pengantin, yaitu pasangan usia subur dengan persiapan pernikahan dan penundaan
kehamilan. Sehingga, tata laksana yang diberikan, selain persiapan pernikahan
sesuai panduan calon pengantin yang telah ditetapkan oleh Kemenkes, juga
diberikan tambahan konseling dan anjuran terkait dengan perencanaan kehamilan,
tanda bahaya kehamilan usia muda serta penundaan kehamilan, seperti KIE
persiapan kehamilan, masa subur, dan anjuran konsumsi makanan yang
mengandung kaya zat besi dan asam folat. Sehingga, dengan tata laksana yang
sesuai diharapkan dapat membantu pasangan calon pengantin mencapai tujuan
secara optimal yakni segera memperoleh keturunan yang sehat atau generasi
platinum dalam ikatan pernikahan yang sah.
4.2 Saran
1.Bagi Calon Pasangan Pengantin
Diupayakan untuk terus melaksanakan anjuran yang diberikan tenaga kesehatan
agar tujuan mendapatkan keturunan sehat dapat dicapai.
2. Bagi Fasilitas Kesehatan BPM
Pemberian asuhan kebidanan pada masa pra konsepsi harus terus ditingkatkan,
dapat dilakukan dengan cara konseling pranikah karena melahirkan generasi yang
cerdas dimulai dari dalam kandungan, dan pemberian vaksin sebelum pranikah
seperti HPV, Hepatitis B. serta perlunya dilakukan pemeriksaan laboratorium
seperti Hb dan golongan darah pada pranikah wanita.
43
44
45
46