Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

PADA NN.SA UMUR 23 TAHUN


DI PMB SS

Dosen Pengampu :
Ni Made Karlina Sumari Tangkas, S.ST.,MH
Oleh :
Kelompok Ni Made Yayuk Dwiyanti (NIM.20089152101)

Ketut Sugiartini (NIM.20089152088) Luh Putu Sri Mulyasih (NIM.20089152102)

Ni Ketut Juliawati (NIM.20089152090) Ni Komang Suminiati (NIM.20089152103)

Ni Wayan Putri Mahayani (NIM.20089152091) Desak Putu Silawati (NIM.20089152104)

Ni Komang Susiana (NIM.20089152092) Leti Fuji Lestari (NIM.20089152105)

Ki Made Darti (NIM.20089152093) Putu Desi Sagitariana (NIM.20089152106)

Elyda Firdaus (NIM.20089152094) I Gusti Ayu Nyoman Nia Paramita

Tara Dian Anggraini (NIM.20089152095) (NIM.20089152107)

Ni Luh Swantari (NIM.20089152096) Sita Aryanti Harsono (NIM.20089152108)

Ni Made Iin Sri Resmini (NIM.20089152097) Ni Nyoman Seni Umariyani

Made Rini (NIM.20089152098) (NIM.20089152112)

Komang Lely Shuarningsih


(NIM.20089152099)
Nyoman Sri Artati (NIM.20089152100)

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2021

1
DAFTAR ISI
Halaman
COVER…………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan………………………………………………………………. 2
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………………….. 2
1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………… 2
1.4 Manfaat…………………………………………………………….. 3
BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………….. 4
2.1 Kajian Teori Kasus………………………………………………. 4
2.1.1 Pengertian Pendidikan Pranikah……………………………. 4
2.1.2 Tujuan Asuhan Pranikah…………………………………….. 5
2.1.3 Kesiapan Menikah…………………………………………….. 5
2.1.4 Pelayanan Kesehatan Pranikah……………………………… 5
2.2 Kajian Teori Kasus Asuhan Kebidanan……………………… 16.
2.2.1 Informasi Tentang Kehamilan, Penundaan Kehamilan,
Persalinan Dan Pasca Salin…………………………………. 16
2.2.2 Definisi Prakonsepsi………………………………………….. 23
2.2.3 Pemeriksaan Kesehatan Prakonsepsi……………………….. 25
2.2.4 Perencanaan Kehamilan…………………………………….. 26
2.2.5 Persiapan Kehamilan………………………………………... 28
BAB III TINJAUAN KASUS………………………………………. 35
3.1 Data Subyektif…………………………………………………. 35
3.2 Data Obyektif………………………………………………….. 38
3.3 Analisa………………………………………………………….. 39
3.4 Penatalaksanaan………………………………………………. 39
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN……………………………… 43

2
4.1 Simpulan………………………………………………………. 43
4.2 Saran…………………………………………………………... 43
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………... 45

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah
menemukan belahan jiwa, setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain, berbagi
cerita dan berusaha menyatukan ide-ide. Hubungan akhirnya mencapai titik tertinggi.
Tentulah persiapan yang matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat yang paling
indah adalah layak untuk dilakukan. Saat ini, pendidikan pra nikah belum menjadi
prioritas bagi keluarga maupun calon pengantin. Padahal dalam kursus diajarkan
banyak hal yang dapat mendukung suksesnya kehidupan rumah tangga pengantin baru.
Angka perceraian pun dapat diminimalisir dengan adanya pendidikan pra nikah
(Triningtyas, 2017).
Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses
yang menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Idealnya tes
kesehatan pra nikah dilakukan enam bulan sebelum dilakukan pernikahan tetapi tes
kesehatan pra nikah dapat dilakukan kapanpun selama pernikahan belum berlangsung.
Upaya kesehatan terhadap pasangan pranikah yaitu upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif.
Pemeriksaan kesehatan bagi pasangan pranikah sangat penting untuk mengetahui
tingat kesehatan dari pasangan, jika ditemukan masalah kesehatan maka dapat
langsung dilakukan intervensi untuk pengobatan. Pemeriksaan kesehatan sebelum
menikah atau hamil khususnya pada wanita akan mengurangi angka kesakitan dan
kematian ibu dan anak. Pemeriksaan kesehatan sebelum hamil merupakan sesuatu yang
sangat penting agar kehamilan dapat berjalan dengan baik. Kesadaran akan hal ini
masih sangat rendah sehingga angka kesakitan dan komplikasi kehamilan masih sangat
tinggi. Beberapa penyakit yang kemungkinan menganggu proses kehamilan dapat
dideteksi secara dini sehingga keadaan yang lebih buruk dapat cepat dihindari.
Jika dalam istilah menikah itu harus dipersiapkan lahir batin, yang juga harus
diperhatikan dan dimasukkan ke dalam list pra-nikah adalah persiapan kesehatan

1
2

pasangan. Berdasarkan definisi sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas
dari penyakit atau kecacatan (Zulaekha, 2013).
Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang
dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat
mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu
dan pasangan dapat melakukan upaya yang maksimal. Prakonsepsi terdiri dari dua
kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel
ovum dengan sperma sehingga terjadi pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum
terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum hamil.
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum
konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu
sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Jadi kesehatan pasangan pra nikah penting sekali
untuk mendukung tercapainya pernikahan yang langgeng sampai hari tua (Zulaekha,
2013).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah
“Bagaimanakah asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi pada calon pengantin
dalam mempersiapkan kehamilan sehat?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pranikah dan prakonsepsi pada calon
pengantin dalam mempersiapkan kehamilan sehat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pendidikan kesehatan pranikah dan prakonsepsi.
2. Mampu melalukan konseling pranikah dan prakonsepsi.
3. Mampu menganalisa asuhan kebidanan pada Ny. SA di PMB SS.
4. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi yang
didukung kemampuan berpikir kritis dan rasionalisasi klinik dan reflektif.
5. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan pelaporan pelayanan kebidanan
3

sesuai kode etik profesi (pranikah dan prakonsepsi)


1.4 Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil laporan kasus ini untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan dan
upaya-upaya penyuluhan kepada masyarakat khususnya pada Pranikah dan
Prakonsepsi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan kasus ini dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan
untuk menambah pengetahuan khususnya untuk program study Profesi
Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng.
3. Bagi Penulis
Hasil laporan kasus ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan dan
bertanggung jawab dalam mengambil kasus, tindakan, memberikan pelajaran
tersendiri dalam mengasah kemandirian ketika menyikapi pasien, mampu belajar
meyakini seseorang ketika memberi penjelasan yang berkaitan dengan asuhan
kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Kajian Teori Kasus


2.1.1 Pengertian Pendidikan PraNikah
Menurut George F. Kneller sebagaimana yang dikutip oleh Helmawati
dalambukunya yang berjudul “Pendidikan Keluarga; Teoritis dan Praktis”
memberikan penjelasan mengenai pendidikan dalam arti secara luas dan secara
sempit. Pendidikan dalam arti luas dijelaskan sebagai suatu tindakan dan
pengalaman seseorang yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan jiwa,
fisik serta wataknya. Adapun pendidikan dalam arti sempit menurut George ialah
sebuah proses mengubah (mentransformasi) pengetahuan, nilai, serta keterampilan
dari suatu generasi ke generasi setelahnya yang diwariskan oleh masyarakat melalui
lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal seperti sekolah, perguruan
tinggi dan sebagainya (Kertamuda, 2009).
Pra nikah tersusun dari dua kata yaitu “pra” dan “nikah”, kata “pra”
sebagaimana yang tercantum di dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” ialah
sebuah awalan yang memiliki makna “sebelum”. Sedangkan kata “nikah” diartikan
di dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” ialah sebagai sebuah ikatan atau
perjanjian (akad) perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hokum Negara dan agama.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19
tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi, berdasarkan UU
No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh
karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi perempuan
dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara biologis dan

4
5

psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria
(BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan pernikahan/akad
perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).
2.1.2Tujuan Asuhan Pranikah
Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas.
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.1.3Kesiapan Menikah (Kertamuda, 2009)
Upaya yang dapat dilakukan seorang individu untuk mencapai tujuan yang
telah dirumuskan dengan baik adalah dengan melakukan perencanaan dan
persiapan. Begitu pula dalam menyongsong kehidupan pernikahan yang bahagia,
akan ada begitu banyak hal yang harus dipersiapkan oleh seorang calon mempelai
baik lakilaki maupun perempuan. Hasil akhir dari persiapan ini diharapkan mampu
menumbuhkan kesiapan, sehingga pernikahan yang akan dibangun dapat berjalan
dengan baik serta tanpa ada kendala yang berarti. Beberapa kesiapan yang harus
dimiliki oleh kedua calon pengantin diantaranya yaitu; kesiapan fisik, kesiapan
mental, dan kesiapan ekonomi. Ketiga hal ini umumnya menjadi pemicu sebuah
ketakutan bagi orang-orang yang hendak memasuki jenjang pernikahan.
2.1.4 Pelayanan Kesehatan Pranikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis dalam
buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi
penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah baik daerah provinsi
maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya kesehatan,
6

sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum hamil sesuai


standar yang telah ditentukan.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta
memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hami
sebagaimana yang dimaksud dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan pasangan
usia subur (PMK No. 97 tahun 2014).
Menurut Kemernkes (2015) dan PMK No. 97 tahun 2014, kegiatan
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah sebagaimana
yang dimaksud meliputi:
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda vital
(tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi
(menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status
anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan menghitung
Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang, sebagai berikut:

BB (kg)
IMT =
[TB (m)]2

Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai berikut:
7

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT

Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Jika seseorang termasuk kategori :
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes, 2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LILA pada kelompok Wanita
Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini yang mudah untuk
mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Ambang batas
LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LILA < 23,5
cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK,
dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR
mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan
perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pramantya (2012) memberikan
hasil bahwa terdapat pengaruh dari citra tubuh terhadap asupan makan yang
menyebabkan terciptanya hubungan yang berkebalikan antara asupan makan dengan
status gizi. Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa pada kelompok
subjek yang tidak puas, rata-rata asupan makannya lebih rendah dibandingkan
dengan kelompok subjek yang puas. Responden yang tidak puas terhadap citra
tubuhnya cenderung memiliki status gizi lebih, sehingga pada kelompok subjek
dengan status gizi lebih rata-rata asupan makannya malah cenderung lebih rendah.
Pengambilan data mengenai citra tubuh dan asupan makan memiliki kerangka waktu
(time frame) yang sama yaitu dalam 1 bulan terakhir, sehingga pengaruh faktor
8

pencitraan tubuh terhadap asupan makan dapat terjadi. Untuk itu sebagai tenaga
kesehatan sebaiknya menekankan pentingnya status gizi yang baik untuk
mempersiapkan kehamilan di masa yang akan datang.
b. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas
pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang
diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan hemoglobin
untuk mengetahaui status anemia seseorang. Anemia didefinisikan sebagai
berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin,
hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut kriteria WHO anemi adalah
kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.
Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute,
anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan dibawah 12 g%
pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan
keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan
keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya (Oehadian, 2012). Anemia
defisiensi zat besi dan asam folat merupakan salah satu masalah masalah
kesehatan gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (Ringoringo,
2009). Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50
nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Fatimah, 2011).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah endemis),
hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella, ciromegalovirus, dan
herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta pemeriksaan lainnya sesuai
dengan indikasi.
a) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat mempengaruh
fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes tipe 1), meningkatkan risiko
9

mengalami Polycystic ovarian syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2,


inkontensia urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis yang
berpengaruh dalam patogenesis terjadinya penurunan libido, sulit terangsang,
penurunan lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan dyspareunia. Selain itu
diabetes juga berkaitan erat dengan komplikasi selama kehamilan seperti
meningkatnya kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya risiko ketonemia,
preeklampsia, dan infeksi traktus urinaria, serta meningkatnya gangguan
perinatal (makrosomia, hipoglikemia, neonatus, dan icterus neonatorum)
(Kurniawan, 2016).
b) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus hepatitis B,
ditandai dengan peradangan hati akut atau menahin yang dapat berkembang
menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati) atau kanker hati. Gejala hepatitis B
adalah terlihat kuning pada bagian putih mata dan pada kulit, mual, muntah,
kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan demam. Dampak
hepatitis B pada kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus, premature
dan IUFD. Dapat dicegah dengan melaksukan vaksinasi dan menghindari hal-
hal yang menularkan hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara penularan hepatitis B
melalui darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, hubungan seksual dengan
penderita hepatitis B, penggunaan jarum sutik bersama, dan proses penularan
dapat ditularkan dari ibu hamil penderita hepatitis B ke janinnya.
c) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma gondii, rubella,
cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus II (HSV II). Dapat
ditularkan melalui:
(1) Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih dan tidak
dimasak dengan sempurna atau setengah matang.
(2) Penularan dari ibu ke janin.
(3) Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing, kelelawar,burung.
10

Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan masalah kesuburan baik


wanita maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan,
kecacatan janin, dan risiko keguguran, kecacatan pada janin seperti kelainan
pada syaraf, mata, otak, paru, telinga, dan terganggunya fungsi motorik.
d) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit
yang tergolong dalam IMS seperti sifilis, gonorea, klamidia, kondiloma
akuminata, herpes genitalis, HIV, dan hepatitis B, dan lain-lain.
Gejala umum infeksi menular seksual (IMS) pada perempuan:
(1) Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna, dan gatal
(2) Gatal di sekitar vagina dan anus
(3) Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina atau anus
(4) Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak berhubungan
dengan menstruasi
(5) Keluar darah setelah berhubungan seksual
(6) Demam
Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:
(1) Kencing bernanah, sakit, perih atau panas pada saat kencing
(2) Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan selangkangan
paha
(3) Pembengkakan dan sakit di buah zakar
(4) Gatal di sekitar alat kelamin
(5) Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi kesehatan menutun, mudah tertular
HIV/AIDS. Mandul, keguguran, hamil di luar kandungan, cacar bawaan janin,
kelainan penglihatan, kelainan syaraf, kanker serviks, dan kanker organ seksual
lainnya.
e)Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang dan
melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi sehingga tubuh
11

mudah tertular berbagai penyakit. AIDS (Acquire Immuno Deficiency Syndrome


adalah sekumpulan gejala dan tanda penyakit akibat menurunnya kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh HIV. Seseorang yang menderita HIV, tidak
langsung menjadi AIDS dalam kurun waktu 5 – 10 tahun. Penularan HIV di
dapatkan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya (cairan sperma, cairan vagina,
dan air susu ibu).
Cara penularan HIV melalui:
(1) Hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
(2) Penggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang yang sudah terinfeksi
HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat tato).
(3) Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan dapat terjadi
selama kehamilan, saat melahirkan, dan saat menyusui. (4) Transfusi darah
atau produk darah lainnya yang terkontaminasi HIV.
Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi terdapat pada
pekerja seksual, pelanggan seksual, homoseksual (sesama jenis kelamin), dan
penggunaan narkoba suntik. Cara pencegahan penularan HIV– AIDS dapat
dilakukan dengan ABCDE yaitu:
(a) Abstinence (tidak berhubungan seksual)
(b) Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
(c) Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki perilaku seksual
berisiko)
(d) No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang, seperti narkotika, zat
adiktif, tidak berbagi jarum (suntik, tindik, tato) dengan siapapun.
(e) Education (membekali informasi yang benar tentang HIV/AIDS).
3) Pemeriksaan urin rutin
Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal dan
mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.
c. Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan terhadap
penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk melindungi
12

ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan.
Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki
kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid
dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin.

Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT


Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan
TT I Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT I 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV >25 tahun
Sumber : Kemenkes, 2017.
*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila telah
mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.
d. Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi, serta
defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi seimbang
dan tablet tambah darah.
e. Konseling/Konsultasi kesehatan pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah, konseling edukatif
pranikah, terapi pranikah, maupun program persiapan pernikahan. Konseling
pranikah merupakan suatu proses konseling yang diberikan kepada calon pasangan
untuk mengenal, memahami dan menerima agar mereka siap secara lahir dan batin
sebelum memutuskan untuk menempuh suatu perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017).
Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yang diselenggarakan kepada
pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan dengan rencana pernikahannya.
13

Pihak-pihak tersebut datang ke konselor untuk membuat keputusannya agar lebih


mantap dan dapat melakukan penyesuaian di kemudian hari secara baik (Latipun,
2010). Konseling pernikahan atau yang biasa disebut marriage counseling)
merupakan upaya membantu pasangan calon pengantin. Konselig pernikahan ini
dilakukan oleh konselor yang professional.Tujuannya agar mereka dapat
berkembang dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara
yang saling menghargai, toleransi, dan komunikasi, agar dapat tercapai motivasi
berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan kesejahteraan seluruh anggota
keluarganya (Willis, 2009). Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi untuk
pasangan yang akan menikah. Terapi tersebut digunakan untuk membantu pasangan
agar saling memahami, dapat memecahkan masalah dan konflik secara sehat, saling
menghargai perbedaan, dan dapat meningkatkan komunikasi yang baik (Kertamuda,
2009).Bimbingan konseling pra nikah mempunyai objek yaitu calon pasangan suami
istri dan anggota keluarga calon suami istri. Calon suami istri atau lebih tepatnya
pasangan laki-laki dan perempuan yang dalam perkembangan hidupnya baik secara
fisik maupun psikis sudah siap dan sepakat untuk menjalin hubungan ke jenjang
yang lebih serius (pernikahan). Anggota keluarga calon suami istri yaitu individu-
individu yang mempunyai hubungan keluarga dekat, baik dari pihak suami maupun
istri (Zulaekha, 2013). Menurut Kemenkes (2015), informasi pranikah yang
dibutuhkan sebelum memasuki jenjang pernikahan meliputi:
1) Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Catin perlu mengetahui mengetahui
informasi kesehatan reproduksi untuk menjalankan proses fungsi perilaku
reproduksi yang sehat dan aman. Catin perempuan akan menjadi calon ibu yang
harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat melahirkan anak yang sehat dan
berkualitas. Catin lakilaki akan menjadi calon ayah yang harus memiliki
kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan keluarga, seperti
menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung kehamilan dan persalinan yang
14

aman. Laki-laki dan perempuan mempunyai risiko masalah kesehatan reproduksi


terhadap penularan penyakit. Perempuan lebih rentan terhadap masalah kesehatan
reproduksi yang terjadi pada saat berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas,
keguguran, dan pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya
lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan infeksi menular
seksual. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama
untuk menjaga kesehatan reproduksi.
2) Hak dan kesehatan reproduksi seksual
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan perempuan yang
berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak inii menjamin setiap pasanga dan
individu untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai
jumlah, jarak, dan waktu memiliki anak serta untuk memperoleh informasi
kesehatan reproduksi. Informasi yang perlu diketahui natra lain: kesehatan
reproduksi, permasalahan, dan cara mengatasinya. Penyakit menular seksual, agar
perempuan dan laki-laki terlindung dari infeksi meular seksual (IMS), HIV –
AIDS, dan infeksi saluran reproduksi (ISR), serta memahamicara penularannya,
upaya pencegahan, dan pengobatan.
3)Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif, terjangkau, dapat
diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa paksaan serta mengetahui dan
memahami efek samping dan komplikasi dari masing-masinng alat dan obat
kontrasepsi.
4) Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan agar sehat dan selamat dalam menjalani
kehamilan, persalinan, nifas, serta memperoleh bayi yang sehat.
5) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang, saling
menghargai dan menghormati pasangangan, serta dilakukan dalam kondisidan
waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan.
Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual antara lain:
a) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas
15

b) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut karena berisiko


dalam penularan penyakit dan merusakorgan reproduksi.
6) Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi
Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan tugas antara laki-laki dan
perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-laki dan
perempuan yang dianggap pantas sesuai norma, adat istiadat, kepercayaan atau
kebiasaan masyarakat. Kesetaraan gender adalah suatu dan kondisi (kualitas
hidup) adalah sama, laki-laki dan perempuan bebas mengembangka kemampuan
personil mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotip, peran
gender yang kaku.
Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan, yaitu :
a) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki dapat
saling menghormati dan menghargai satu sama lain, misalnya:
Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan secara bersama
dan tidak memaksakan ego masing-masing
(1) Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga, pengasuhan,
dan pendidikan anak.
(2) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan perempuan.
(3) Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI eksklusif
b) Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal di bawah ini:
(1) Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak rambut, menyudut
dengan rokok, melukai, dan lain-lain).
(2) Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar-komentar yang
merendahkan, membentak, mengancam, dan lain-lain).
(3) Kekerasan seksual.
(4) Penelantaran rumah tangga.
c) Cara merawat organ reproduksi
Untuk menjaga kesehatn dan fungsi organ reproduksi perlu dilakukan perawatan
baik pada laki-laki dan perempuan, antara lain:
(1) Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
16

(2) Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan cairan.


(3) Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
(4) Menggunakan celana yang tidak ketat.
(5) Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan BAB.
Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain:
(1) Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang dengan menggunakan air
bersih dan dikeringkan.
(2) Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas vagina karena dapat
membunuh bakteri baik dalam vagina dan memicu tumbuhnya jamur.
(3) Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan mempunyai daya serap tinggi.
(4) Jangan memakai pembalut dalam waktu lama. Saat menstruasi, ganti
pembalut sesering mungkin.Jika sering keputihan, berbau, berwarna, dan
terasa gatal, serta keluhan organ reproduksi lainnya segera memeriksakan diri
ke petugas kesehatan.
Cara merawat organ reproduksi laki-laki antara lain:
(1) Menjaga kebersihan organ kelamin.
(2) Dianjurkan sunat untuk menjaga kebersihan kulup kulit luar yang menutup
penis.
(3) Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar kelamin segera
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
2.2 Kajian Teori Kasus Asuhan Kebidanan
2.2.1 Informasi Tentang Kehamilan, Penundaan Kehamilan, Persalinan dan
Pasca Salin
a. Kehamilan
Kehamilan ideal adalah kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan dijaga
perkembangannya secara baik. Namun ada kalanya berbagai faktor yang
dapat membuat kehamilan menjadi tertunda atau bahkan tidak diinginkan.
Kehamilan tidak diinginkan dapat terjadi:
1) Akibat hubungan seks pranikah
2) Akibat gagal/drop out KB
17

3) Pada unmet need (wanita usia subur yang tidak ingin punya anak tetapi
tidak menggunakan alat kontrasepsi). Namun demikian, tidak ada yang
lebih membahagiakan pasangan suami istri selain dari kehadiran buah hati
dalam perkawinan mereka.
Kontrasepsi hormonal merupakan hormon progesteron atau
kombinasi estrogen dan progesteron, prinsip kerjanya mencegah
pengeluaran sel telur dari kandung telur , sehingga sel telur berjalan lambat
sehingga mengganggu waktu pertemuan sperma dan sel telur. Jenis
kontrasepsi hormonal terdiri dari pil kontrasepsi, kontrasepsi suntikan, dan
implan (Baziad dan Prabowo, 2011).
Efek samping dari kontrasepsi hormonal adalah adanya gangguan
dari menstruasi. Efek samping kontrasepsi DMPA (Depo
Medroxyprogesteron Asetat) dan implan yang paling utama adalah
gangguan menstruasi berupa amenore, spotting, perubahan siklus, frekuensi,
lama menstruasi dan jumlah darah yang hilang (Hartanto,2013). Efek
samping suatu metode kontrasepsi merupakan suatu faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan keputusan terhadap kelangsungan
pemakaian metode kontrasepsi (Anggraeni, 2009 dalam Susilowati dan
Prasetyo, 2015).
b. Tanda-tanda kehamilan
1) Tes kehamilan poitif (+).
2) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak
menstruasi pada siklus haid bulan berikutnya).
3) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi hari
serta sering buang air kecil.
4) Tidak ada nafsu makan.
5) Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang jarang ada
atau tidak pernah dimakannya.
6) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat terdengar
detak jantung janin.
18

c. Cara Menghitung Usia Kehamilan dan Taksiran Persalinan


1) Menghitung Usia Kehamilan
Misalnya tanggal 8 Maret 2020 masih haid, kemudian ketika diperiksa
tanggal 14 April 2020 dinyatakan positif hamil berarti bahwa umur
kehamilannya adalah antara 8 Juni Maret sampai dengan 14 Juli April
2020 adalah 36 hari atau sekitar 5 minggu.
2) Menentukan Taksiran Persalinan
Taksiran persalinan/melahirkan: Harus diketahui haid terakhir (tanggal,
bulan, tahun).
Rumus: Tanggal +7, Bulan -3, Tahun +1
Contoh: Haid atau dating bulan terakhir tanggal 8 Juni 2019 Maka waktu
persalinan diperkiraka Tanggal 8+7=15, Bulan 6-3=3, Tahun 2019+1=
2020 Jadi diperkirakan melahirkan pada tanggal 15 Maret 2020.
d. Memeriksa Kehamilan
Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal mungkin
yaitu setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-turut sehingga
kesehatan ibu danjanin selalu dapat dipantau dan ibu bisa memperoleh
nasehat atau pengobatan bila ada keluhan.
Pelayanan pemeriksaan ibu hamil mencakup 10T :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2) Pengukuran tekanan darah Ibu.
3) Tentukan status gizi (ukur lingkar lengan atas).
4) Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
6) Penilaian status imunisasi TT
7) Tablet tambah darah
8) Tes laboratorium
9) Tata laksana kasus
10) Tatap muka/konseling tentang kehamilan
Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan :
19

Trimester I (0-3 bulan) : 1 kali


Trimester II (4-6 bulan) : 1 kali
Trimester III (7-9 bulan) : 2 kali
(Kementrian Kesehatan, 2016).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan yang profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu
hamil beserta janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal yang dilakukan secara
teratur dan komprehensif dapat mendeteksi secara dini kelainan dan risiko yang
mungkin timbul selama kehamilan, sehingga kelainan dan risiko tersebut dapat
diatasi dengan cepat dan tepat1. Indikator yang digunakan untuk menggambarkan
akses ibu hamil terhadap pelayanan antenatal yaitu cakupan K1 (Kunjungan
pertama) adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan dan K4 adalah
kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi,
sesuai standar. Pelayanan antenatal dinilai berkualitas apabila pelayanan antenatal
tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan pemerinztah, yaitu 10T
(timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi
(ukur lingkar lengan atas/ LiLa), ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin
dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan pemberian
imunisasi tetanus bila diperlukan, pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan
laboratorium sederhana (rutin/khusus), tatalaksana/penanganan kasus, temu wicara/
konseling) (Kemenkes RI, 2012).
e. Menjaga Kehamilan
Ibu hamil dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa selama tidak ditemukan
adanya keluhan atau kelainan dan memperhatikan istirahat yang cukup. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan ibu hamil adalah :
1) Jangan kelelahan dan mengangkat benda berat
2) Berbaring selama 1 jam pada siang hari, usahakan kaki lebih tinggi dari perut
3) Tidur cukup (9 - 10 jam)
4) Tidur terlentang pada saat hamil muda, tidur miring pada kehamilan lanjut
5) Berpakaian longgar yang menyerap keringat
20

6) Memakai kutang yang dapat menahan payudara yang membesar serta memakai
alas kaki bertumit rendah.
7) Posisi hubungan seks perlu diatur agar tidak menekan perut Ibu
8) Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit tiap hari atau
berolahraga ringan seperti senam hamil dilakukan dengan hati-hati dan seksama
9) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular dan orang yang
merokok
10) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter
11) Makan bergizi seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi sehari
f. Nutrisi Makanan Ibu Hamil
Makanan ibu hamil harus diperhatikan karena selai untuk kebutuhan ibu
juga dibutuhkan untuk perkembangan janin. Kekurangan gizi akan mengakibatkan
ibu hamil cepat lelah dan pusing, muka pucat, mudah terserang penyakit.
KekuranganASI atau ASI tidak keluar pada saat menyusui. Kekurangan gizi pada
Ibu hamil juga bisa menyebabkan janin keguguran, pertumbuhan janin terganggu
sehingga bayi lahir dengan berat lahir rendah, perkembangan otak janin terhambat
hingga dapat menyebabkan kecerdasan berkurang atau cacat, bayi lahir sebelum
waktunya dan yang paling parah adalah kematian pada bayi.
Menurut penelitian Mulyati (2013) Kurang Energi Kronis merupakan
keadaan dimana seseorang menderita ketidak seimbangan asupan gizi (energi dan
protein) yang berlangsung menahun Seseorang dikatakan menderita risiko Kurang
Energi Kronis bilamana LILA (Lingkar Lengan Atas) < 23,5 cm berarti risiko
Kekurangan Energi Kronis dan ≥ 23,5 cm berarti tidak berisiko Kekutangan Energi
Kronis (Lubis, 2003; h. 6). Status Kekurangan Energi Kronis sebelum kehamilan
dalam jangka panjang dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan
bayi dengan berat badan lahir rendah. Di samping itu, akan mengakibatkan anemia
pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus, dan terhambatnya pertumbuhan
otak janin (Supariasa, 2016).
g. Kehamilan dan Persalinan Berisiko
21

Kehamilan dan persalinan berisiko tinggi biasanya terjadi karena faktor: 4 terlalu
dan 3 terlambat.
Empat Terlalu yaitu:
1) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)
2) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun
3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3)
4) Terlau dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun)
Tiga Terlambat yaitu:
1) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis kedaruratan
2) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan
3) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat.
Usia terbaik perempuan untuk hamil antara 20-35 tahun, sementara jarak
kehamilan yang baik adalah minimal 2 tahun karena dengan jarak kelahiran tersebut
akan memberi kesempatan bagi organ - organ reproduksi si ibu untuk
mengembalikan fungsinya dengan baik dan memberi kesempatan bagi organorgan
reproduksi si ibu untuk kembali normal dengan baik dan memberi kesempatan bagi
anak yang lahir untuk tumbuh dan berkembang dengan perhatian yang penuh kasih
sayang. Sebelum merencanakan punya anak lagi sebaiknya dipertimbangkan secara
matang, misalnya bagaimana persiapan biaya perawatannya, penyediaan kesempatan
untuk mengenyam pendidikan dan kehidupan yang layak.
Penelitian yang dilakukan oleh Wiyastuti an Susilawati (2007) di Rumah
Sakit Umur Daerah Palembang Bari (2007), didapatkan hasil resiko plasenta previa
pada ibu yang usianya kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, dua kali lipat
jika dibandingkan dengan ibu yang usianya antara 20 tahun sampai 35 tahun. Dari
penelitrian Abdat (2010) di Rumah Sakit Dr Moewardi Surakarta didaptkan hasil
bahwa resiko plasenta previa pada multipara 2,53 kali jika dibaningkan dengan
primipara.
h. Penundaan Kehamilan
22

Menunda kehamilan dengan kontrasepsi yang tepat, tidak semua pasangan yang baru
menikah ingin segera hamil. Untuk menunda kehamilan tersedia beberapa metode
KB yang dianjurkan misalnya seperti:
1) Metode modern jangka pendek seperti pil, kondom
2) Metode modern jangka panjang seperti implan/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah
Kulit), IUD/AKDR (Alat Kontraepsi alam Rahim)
3) Metode alamiah seperti pantang berkala seperti pengukuran suhu basal, penilaian
lendir vagina.
i. Tanda Bahaya Kehamilan
Masa kehamilan merupakan proses yang menghubungkan antara ibu dan janin, hal
itu dalam masa kehamilan kemungkinan akan terjadi tanda-tanda yang dapat
mengancam jiwa ibu atau janin yang dikandungnya.
Beberapa tanda bahaya yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
1) Perdarahan waktu hamil walaupun hanya sedikit.
2) Bengkak di kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang.
3) Demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari.
4) Keluarnya cairan yang berlebihan dari liang rahim dan kadang berbau.
5) Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan.
6) Muntah terus dan tidak mau makan.
7) Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3.
8) Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak sama sekali.
j. Kesehatan Jiwa Ibu Hamil
Ibu yang hamil akan sehat secara mental jika suami, orangtua, ipar dan keluarganya
mendukungnya. Selain itu, persiapan fisik, sosial dan ekonomi juga harus
diperhatikan agar Ibu tidak stres. Ibu hamil juga tidak boleh dibebani dengan
pekerjaan atau tugas menumpuk.
Beberapa kondisi emosiaonal yang terjadi pada ibu hamil :
1) Ibu hamil mudah tersinggung, sensitif, uring-uringan, manja, mudah marah, tidak
semangat.
23

2) Perasaan mudah lelah, tidak mau makan, tidak bisa tidur nyenyak, tidak nyaman,
merasa sesak. Hal-hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan kondisi fisiknya.
3) Mencemaskan perubahan fisiknya, khawatir terhadap perkembangan bayinya dalam
rahim, khawatir bila bayinya meninggal, atau cacat.
4) Merasa belum siap menjadi orangtua dan belum siap secara ekonomi
5) Ingin diperhatikan, pada waktu mengidam menginginkan makanan yang mungkin
tidak pada musimnya sehingga sulit didapat. Hal tersebut semata-mata karena ingin
diperhatikan keluarga dan suami
Ibu hamil bisa memeriksakan diri 1 kali di tiap 3 bulan kehamilan untuk
mendeteksi dini kondisi kesehatan jiwa seperti ada tidaknya depresi, cemas, tekanan-
tekanan/stres dalam berkeluarga.
Beberapa tips dalam menghadapi kasus depresi, cemas, tekanan/ stres pada ibu hamil :
1) Ibu dapat melakukan relaksasi sederhana sehingga menimbulkan perasaan nyaman.
Relaksasi dilakukan satu kali dalam sehari selama 20 menit.
2) Ketika ibu merasa santai, ajarkan untuk menenangkan pikirannya, dengan meminta si
ibu membayangkan dirinya berada di sebuah tempat yang nyaman, tempat yang
pernah dikenalnya dan disukainya. Misalnya merasa sedang berada di pantai yang
tenang atau mendengarkan musik yang lembut.
2.2.2 Definisi Prakonsepsi
Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi, namun
masaprakonsepsi tidak selalu digolongkan ke dalam masa pranikah. Merencanakan
kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan
guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan
yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013). Prakonsepsi berasal
dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya sebelum (Setiawan, 2017).
Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel telur (ovum) dengan
sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah masa sebelum
kehamilan terjadi (Katherine, dkk, 2013). Sehingga prakonsepsi adalah sebelum
terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma yang dapat menyebabkan
kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah perawatan yang diberikan sebelum
24

kehamilan dengan sasaran mempermudah seorang wanita mencapai tingkat


kesehatan yang optimal sebelum ia mengandung. Perencanaan kehamilan
merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap pasangan suami istri. Baik
itu secara psikolog/ mental, fisik dan finansial adalah hal yang tidak boleh
diabaikan (Kurniasih, 2010).
Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk
mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat
dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga
(Nurul, 2013). Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja hingga
saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat
(Kemenkes, 2014). Dari beberapa pengertian diatas, perencanaan kehamilan
merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan
kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor
penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak
kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun
juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga. Jadi prakonsepsi
berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan
atau sebelum hamil.
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun
sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma
matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Asuhan kebidanan prakonsepsi
adalah suatu perencanaan intervensi biomedik, perilaku, dan kesehatan sosial
pada perempuan dan pasangannya sebelm terjadikonsepsi. Pengertian lainnya
yakni sejumlah intervensi yang bertujuan untuk menemukan dan mengubaj
risiko biomedik, perilaku, dan sosial uuntuk mewujudkan kesehatan perempuan
atau hasil kehamilan melalui pencegahan dan pengelolaan yang menyangkit
faktor-faktor tersebut yang harus dilaksanakan sebelum terjadinya konsepsi atau
25

pada masa kehamilan dini untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Winardi,
2016).
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.369/Menkes/SK/III/2007 tentang
standar profesi bidan dalam kompetensi ke-2 Pra konsepsi, KB dan ginekologi
yakni bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan
yang tanggapan terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat
dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga sehat, perencanaan
kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
2.2.3 Pemeriksaan Kesehatan Prakonsepsi
Persiapan Medis merupakan salah satu dari rangkaian persiapan yang perlu
dilakukan, hal ini sangat disarankan oleh kalangan medis serta para penganjur dan
konsultan prakonsepsi. Karena Sebagian besar masyarakat umumnya tidak
sepenuhnya mengetahui status kesehatannya secara detail, apalagi bagi yang tidak
melaksanakan general check up rutin tahunan. Seseorang yang terlihat sehat bisa
saja sebenarnya adalah silent carrier/pembawa dari beberapa penyakit infeksi dan
hereditas dan saat hamil dapat mempengaruhi janin atau bayi yang dilahirkannya
nanti (Purba, 2014).
Pemeriksaan kesehatan prakonsepsi adalah sekumpulan pemeriksaan untuk
memastikan status kesehatan pasangan, terutama untuk mendeteksi adanya
penyakit menular, menahun, atau diturunkan yang dapat mempengaruhi kesuburan
pasangan maupun kesehatan janin. Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan
prakonsepsi berarti kita dan pasangan dapat melakukan tindakan pencegahan
terhadap masalah kesehatan terkait kesuburan dan penyakit yang diturunkan secara
genetik (Prodia, 2014).
Tujuan utama melakukan pemeriksaan kesehatan konsepsi adalah untuk
membangun keluarga sehat sejahtera dengan mengetahui kemungkinan kondisi
kesehatan anak yang akan dilahirkan termasuk soal genetik, penyakit kronis,
penyakit infeksi yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan keturunan bukan
karena kecurigaan dan juga bukan untuk mengetahui keperawanan.
Manfaat tes kesehatan sebelum prakonsepsi antara lain:
26

a. Sebagai tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk mengatasi timbulnya


penyakit keturunan dan penyakit berbahaya lain yang berpotensi menular.
b. Sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk membendung penyebaran
penyakit-penyakit menular yang berbahaya di tengah masyarakat. Hal ini juga
akan berpengaruh positif bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.
c. Sebagai upaya untuk menjamin lahirnya keturunan yang sehat dan berkualitas
secara fisik dan mental. Sebab, dengan tes kesehatan ini akan diketahui secara
dini tentang berbagai penyakit keturunan yang diderita oleh kedua pasangan.
d. Mengetahui tingkat kesuburan masing-masing pasangan.
e. Memastikan tidak adanya berbagai kekurangan fisik maupun psikologis pada diri
masing-masing pasangan yang dapat menghambat tercapainya tujuan-tujuan
mulia pernikahan.
f. Memastikan tidak adanya penyakit-penyakit berbahaya yang mengancam
keharmonisan dan keberlangsungan hidup pernikahan terjadi.
g. Sebagai upaya untuk memberikan jaminan tidak adanya bahaya yang
mengancam kesehatan masing-masing pasangan yang akan ditimbulkan oleh
persentuhan atau hubungan seksual di antara mereka.
2.2.4 Perencanaan Kehamilan (Kemenkes RI, 2017)
Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki janin yang
sedang tumbuh didalam tubuhnya. Setiap kehamilan harus direncanakan,
diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan baik. Catin perlu mengetahui
tanda-tandakehamilan agar mempunyai pemahaman dan kepedulian bila hamil
kelak, mempersiapkan diri untuk hamil dan bersalin secara sehat dan aman.
a. Dampak Usia Kehamilan Muda dan Kehamilan Tua
Menurut Kemenkes RI (2017:105) dampak usia kehamilan terlalu muda dan tua
yaitu sebagai berikut:
1) Kehamilan pada usia muda (<20 tahun)
a) Organ reproduksi belum berkembanga sempurna
b) Keracunan kehamilan (pre eklamsi)
c) Keguguran
27

d) Perdarahan
e) Resiko panggul sempit sehingga menyulitkan saat bersalin
f) Bayi lahir sebelum waktunya
g) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
h) Cacat bawaan
i) Masalah mental sosial (Ibu belum siap menerima kehamilan)
2) Kehamilan pada usia tua (>35 tahun)
a) Dapat meningkatkan resiko hipertensi dalam kehamilan
b) Diabetes
c) Pre eklamsi
d) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
e) Cacat Bawaan
f) Lahir Sebelum waktunya
g) Keguguran
b. Mencegah Kehamilan Usia Muda
Menurut Kemenkes RI (2017:105) cara mencegah kehamilan di usia muda,
yaitu:
1) Mengupayakan pernikahan pada perempuan usia diatas 20 tahun.
2) Tunda kehamilan pertama sampai usia perempuan diatas 20 tahun.
3) Konsultasikan dengan petugas kesehatan mengenai metode kontrasepsi yang
tepat digunakan untuk menunda kehamilan sesuai dengan kondisi pasangan
suami istri.
c.Metode Kontrasepsi yang dapat digunakan untuk Penundaan dan Penjarangan
Kehamilan
Menurut Kemenkes RI (2017:105) berikut merupakan metode kontrasepsi yang
dapat digunakan untuk penundaan dan penjarangan kehamilan, yaitu:
1) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
a) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
b) Implant
c) Metode Operasi Wanita (MOW)
28

d) Metode Operasi Pria (MOP)


2) Non-Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-MKJP)
a) Metode Amenore Laktasi (MAL)
b) Kondom
c) KB Suntik
d) KB Pil
2.2.5 Persiapan kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan yang sehat
diantaranya:
a. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari pelayanan
kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk mempersiapkan calon ibu dalam
menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh
bayi yang sehat. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas atau
rumah sakit.
b. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuhDapat dilakukan dengan cara olahraga
yang teratur. Aktivitas fisik/olahraga tidak perlu dilakukan selama berjam-jam.
Cukup 3 kali dalam seminggu selama ½ jam, dan lakukan secara rutin. Manfaa
olahraga selain menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan berat badan.
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan membuat lebih
nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar dikontrol agar dapat
aman selama kehamilan, terutama disarankan untuk wanita yang mengalami
kelebihan berat badan serius, tetapi harus disertai dengan selalu berkonsultasi
dengan dokter dan atas rekomendasi ahli gizi. Berat badan kurang dapat
mengganggu kesuburan karena kekurangan jumlah lemak yang dibutuhkan tubuh.
Sementara kelebihan berat badan dapat mempengaruhi proses ovulasi menjadi
tidak teratur. Selain itu, kelebihan berat badan berisiko lebih besar untuk
mengalami komplikasi, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes selama
kehamilan.
c. Menghentikan kebiasaan buruk
29

Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan narkoba, dapat


menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan, juga janin yang dikandung,
Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan cacat bawaan hingga kematian janin.
Perempuan yang minum alkohol memiliki kemungkinan rendah untuk bisa hamil.
Sedangkan untuk kaum pria, minum alkohol dapat mempengaruhi kualitas
sperma dengan menurunkan tingkat testosteron dan bisa menyebabkan testis layu.
Begitu pula rokok dapat menurukan kesuburan baik pada perempuan maupun
laki-laki. Racun pada rokok dapat mengakibatkan kerusakan kromosom pada
telur, dan melemahkan kemampuan untuk menghasilkan estrogen yang sangat
diperlukan untuk menyiapkan lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi laki-laki,
rokok berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas sperma. Kemauan sperma
membuahi sel telur dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa.
d. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan makanan dan
nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengatur
pola makan dengan prinsip gizi seimbang, memperbanyak konsumsi buah dan
sayuran, menghindari makanan yang mengandung zat-zat aditif seperti penyedap,
pengawet, dan pewarna. Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat
memicu terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan kelainan
fisik, dan cacat kongenital. Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan
nutrisi yang dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga calon ibu harus
memperhatikan asupan makanan yang mendukung pembentukan janin sehat.
Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung:
a) Protein
Berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma. Makanan sumber protein
seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe.
b) Asam folat
Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah janin, cukup
asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak
70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam folat yang cukup
30

setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan, maka dapat membantu


mencegah kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi. Asam folat dapat
diperoleh melalui makanan, seperti sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi
hijau, caisim mini), asparagus, brokoli, pepaya, jeruk, stroberi, rasberi,
kacang-kacangan, alpukat, okra, kembang kol, seledri, wortel, buah bit, dan
jagung. Sebagian susu untuk ibu hamil pun mengandung asam folat cukup
tinggi, sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat
memilih susu untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi rasa
mual, serta tentu merupakan produk yang berkualitas tinggi.
c) Konsumsi berbagai Vitamin
1) Vitamin A
Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat. Terdapat pada
hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan berlemak, brokoli, wortel, bayam,
dan tomat.
2)Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan hingga 75%.
Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan sinar matahari,
selain itu dapat pula diperoleh dari telur, susu, hati, minyak ikan, ikan tuna,
margarin, dan ikan salmon.
3)Vitamin E
Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi sel telur dan
mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga kesehatan dinding
rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada minyak tumbuhtumbuhan, bekatul
gandum, dan kecambah atau tauge.
4) Vitamin B6
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen dan progesteron penting
untuk terjadinya kehamilan. Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, beras
merah, kacang kedelai, kacang tanah, pisang, dan sayur kol.
5) Vitamin C
31

Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur dan
pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan (bekerjasama dengan
vitamin E dan beta karoten) vitamin C berperan melindungi selsel organ
tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan) yang mempengaruhi kesehatan
sistem reproduksi. Vitamin C banyak terdapatpada jambu biji, jeruk,
stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat, dan cabai merah.
d)Cukupi zat seng
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga pembentukan sperma
yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu produksi materi genetik ketika
pembuahan terjadi. Bagi calon ayah, melancarkan pembentukan sperma.
Sumber seng antara lain makanan hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan,
daging kepiting), daging, kacang-kacangan (kacang mete dan almond), biji-
bijian (biji labu dan bunga matahari), serta produk olahan susu.
e) Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur) ibu
tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat besi akan
membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari anemia yang sering
kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging merah, kuning telur,
sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang diperkaya zat besi.
f) Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di susu, dan
ikan teri.
g) Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala kekurangan
selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi seksual dan
ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah beras, bawang putih,
kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.
h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng dengan minyak
zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di dalam minyak zaitun
32

bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh, serta level kolestrol sehingga


menyeimbangkan endokrin yang sehat.
i) Membatasi Kafein Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein
yang dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan.
Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat dilakukan
dengan batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat
dibatasi sampai kehamilan.
j) Hindari konsumsi
1) Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab toksoplasma,
parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli yang berbahaya bagi
kehamilan dan janin.
2) Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang baik,
dapat mengandung virus penyebab toksoplasma.
3) Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada bakteri
salmonella penyebab diare berat.
4) Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di darah akan
memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan tuna kalengan, tuna
beku, kakap putih, bawal hitam, marlin, tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3
dan 6, ikan dari sebagian perairan Indonesia diduga tercemar merkuri melalui
penurunan kualitas air maupun rantai makanan.
e. Persiapan secara psikologis dan mental
Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan memikirkan tujuan
memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan bagaimana mencapai tujuan ini. Hal
ini disebut dengan rencana hidup reproduktif. Misalnya bila Ibu berpikir ingin
menunda kehamilan, pilihlah kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai tujuan
tersebut. Jika Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah penting untuk mengambil
langkah-langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan melahirkan bayi yang sehat pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang berhubungan dengan
perencanaan, perawatan selama kehamilan, menjelang persalinan, pasca persalinan
dan juga perawatan bayi dari berbagai sumber yang terpercaya.
33

Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan ketegangan,


hindari hal – hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam keseimbangan
hormonal. Stres dapat merusak siklus bulanan, dan mencegah proses ovulasi.
Sebuah studi membuktikan, wanita dengantingkat stres tinggi umumnya sulit
hamil. Jadi sangat baik jika calon ibu mulai belajar mengatasi stres sehingga tidak
mempengaruhi kesehatan reproduksi. Sebaiknya ibu mulai mempersiapkan mental
dalam menghadapi perubahan yang akan terjadi pada saat kehamilan. Ibu harus
mendapat dukungan selama kehamilan dari orang terdekat seperti suami dan
keluarga sehingga semakin siapuntuk menjadi ibu baru.
f. Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan pemeliharaan
kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan persalinan penting dilakukan
karena timbulnya ketegangan psikis serta tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang
baik pada saat kehamilan sebagian besar disebabkan karena ketidaksiapan pasangan
dalam hal financial/keuangan.
Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk biayanya.
Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan isteri karena biaya
kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan berumah tangga. Adapun biaya
yang perlu diperhatikan guna persiapan kehamilan ini, diantaranya mencakup biaya
kesehatan (biaya konsultasi, pemeriksaan, obat dan melahirkan), biaya-biaya pasca
melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll) dan persiapkan
pula biaya untuk hal-halyang tak terduga.
g. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan dokter/bidan/tenaga
kesehatan lainnya mengenai kesehatan reproduksi ibu dan pasangan. Dokter/bidan
akan memberikan saran mengenai masalah yang dikeluhkan. Konsultasikan pada
dokter mengenai riwayat kesehatan keluarga yang perlu mendapat perhatian.
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), maka ibu
disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang tidak diselesaikan dengan baik
34

dapat menyebabkan cedera hingga kematian, termasuk selama kehamilan (BKKBN,


2014).
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI
PADA NN.SA UMUR 23 TAHUN DI PMB SS

Tanggal Pengkajian : 11 Mei 2021


Pukul : 16.00 WITA
Tempat Pengkajian : SS
3.1 Data Subyektif
3.1.1 Identitas
Catin Wanita Catin Laki-laki
Nama : Nn. SA Tn. A
Umur : 23 tahun 23 tahun
Agama : Islam Islam
Suku : Jawa Jawa
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Swasta Swasta
Alamat : Kampung Kajanan Kampung Kajanan
Nomor HP : 081236xxxxxx 087860xxxxxx
3.1.2 Alasan datang
Konseling persiapan pernikahan
3.1.3 Keluhan Utama
Tidak ada
3.1.4 Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : 28- 30 hari/bulan, teratur, lama ±3-5 hari
c. Banyaknya : ganti pembalut 4 kali/hari 3 hari awal pertama,
hari berikutnya 2-3 kali ganti pembalut
d. Dismeorhe : Tidak ada.
e. HPHT : 29 april 2021

35
36

f. Fluor Albus : kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah


menstruasi, tidak gatal, tidak berbau
3.1.5 Penyuluhan Yang Pernah Didapat
Kedua calon pengantin belum mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi
pranikah dan perencanaan kehamilan
3.1.6 Riwayat Kesehatan
a. Catin Wanita
Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, DM,
ginjal,batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah melakukan pemeriksaan
hepatitis, IMS dan HIV/AIDS, dan golongan darah. Status TT4 (SD Kelas 1 dan
6).
b. Catin Pria
Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, DM,
ginjal,batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah melakukan pemeriksaan
hepatitis, IMS danHIV/AIDS.
3.1.7 Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Catin Wanita : Ayah menderita hipertensi
b. Catin Pria : Ibu menderita DM
3.1.8 Pola Kebiasaan yang Memperngaruhi Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak ada
b. Catin Pria : Tidak ada
3.1.9 Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Makan
1) Catin Wanita
Frekuensi : 3 x sehari
Porsi : 1 piring sedang
Jenis makanan : nasi, lauk, sayur
Makanan pantangan : tidak ada
Perubahan nafsu makan : tidak ada
2) Catin Pria
37

Frekuensi : 3 x sehari
Porsi : 1 piring sedang
Jenis makanan : nasi, lauk, sayur
Makanan pantangan : tidak ada
Perubahan nafsu makan : tidak ada
b. Pola Minum
1) Catin Wanita
Frekuensi : 7-8 gelas per hari
Porsi : 1 gelas sedang
Jenis minuman : air putih, teh,dan tidak suka minum minuman yang.
mengandung alkohol
2) Catin Pria
Frekuensi : 7-8 gelas per hari
Porsi : 1 gelas sedang
Jenis minuman : air putih, kopi dan tidak suka minum minuman yang
mengandung alcohol
c. Eliminasi :
1) Catin Wanita
BAB : frekuensi 1x sehari, konsistensi lembek, keluhan tidak ada
BAK : frekuensi 4-5x sehari, warna kuning jernih, keluhan tidak ada
2) Catin Pria
BAB : frekuensi 1x sehari, konsistensi lembek, keluhan tidak ada
BAK : frekuensi 4-5x sehari, warna kuning jernih, keluhan tidak ada
d. Istirahat
1) Catin Wanita
Lama tidur 6-7 jam per hari
Keluhan tidak ada
2) Catin Pria
Lama tidur 6-7 jam per hari
Keluhan tidak ad
38

e. Personal Hygiene
1) Catin Wanita
Mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, sikat gigi 2x sehari, ganti baju 2-3x
sehari
2) Catin Pria
Mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu, sikat gigi 2x sehari, ganti baju 2-3x
sehari
3.1.10 Riwayat Pernikahan
Pasangan akan menikah tanggal 15 agustus 2021
a.Catin Wanita : pernikahan yang pertama, dan belum pernah
melakukan hubungan seksual
b.Catin Pria : pernikahan yang pertama, dan belum pernah
melakukan hubungan seksual
3.1.11 Riwayat Psikososial Budaya
Keluarga dari dua belah pihak mendukung pernikahan. Kedua calon pengantin
mengatakan sudah siap secara mental untuk menikah dan tetapi belum siapuntuk
hamil setelah menikah, bahkan ingin menunda kehamilan.
3.II Data Obyektif
3.2.1 Pemeriksaan Umum
Catin Wanita
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Antropometri :
BB : 58 kg
TB : 162 cm
IMT : 22,10 kg/m2
LILA : 32 cm
d.Tanda-tanda Vital
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
39

RR : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
3.2.2 Pemeriksaan Fisik
Catin Wanita
Bentuk tubuh : normal
Wajah : wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan dengan
genetik seperti sindrom down
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada : tidak dilakukan
Abdomen : tidak dilakukan
Anogenital : tidak dilakuka
3.2.3 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
3.3 Analisa
Nn. SS umur 23 tahun calon pengantin
Masalah : Kurangnya informasi tentang persiapan kehamilan sehat.
3.4 Penatalaksanaan
Tanggal : 11 Mei 2021 Pukul : 16.20 WITA
1. Memberikan informed consent kepada kedua calon pengantin mengenai prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan, Kedua calon pengantin mengerti dan
menyetujuinya.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin bahwa secara umum
keadaan mereka baik, tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. Menjelaskan kepada catin wanita dan pria mengenai pernikahan ideal, dimana
kehidupan keluarga harus didasari rasa kasih sayang, saling menghargai dan
menghormati pasangan, Kedua calon pengantin mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
40

4.Menjelaskan kepada catin wanita untuk segera merencanakan kehamilannya, karena


usianya saat ini sudah tergolong normal untuk bisa mengandung/memproduksi,
dimana usia tersebut organ reproduksi sudah/dalam keadaan matang sehingga
disarankan untuk segera hamil dan tidak menunda kehamilan, Calon pengantin
wanita mengerti dan mau melakukannya.
5. Menjelaskan kepada catin jika sudah hamil dan bersalin segera menggunakan
kontrasepsi untuk menjarakkan usia kehamilan agar mengurangi resiko
terjadinya jarak kehamilan yg terlalu dekat dan terlalu banyak anak yang dapat
menggangu organ reproduksi, Calon pengantin mengerti dan mau melakukannya.
6. Menjelaskan kepada catin mengenai dampak kehamilan terlalu dekat yaitu
memiliki dampak dalam kehamilan pada jarak yang terlalu dekat antara lain
kesulitan dalam persalinan, hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia), keguguran,
perdarahan, dan resiko panggul sempit. Serta menganjurkan catin untuk
menghindari 4 Terlalu dalam kehamilan yaitu teralu muda (<20 tahun), terlalu tua
(>35 tahun), terlalu dekat jarak kehamilan (<2 tahun), dan terlalu banyak anak (>3
anak), Kedua calon pengantin mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
7. Menjelaskan kepada catin wanita bahwa keputihan yang dialami merupakan
keputihan yang fisiologis. Menganjurkan klien untuk sering mengganti celana dalam,
menggunakan celana dalam dengan bahan yang gampang menyerap keringat seperti
berbahan cutton, tidak perlu menggunakan cairan pembersih genitalia untuk
menjaga tingkat keasaman normal vagina dan tidak perlu menggunakan pantyliner
untuk mencegah agar vagina tidak lembab, Catin wanita mengerti dengan penjelasan
yang diberikan.
8. Menjelaskan kepada catin pria bahwa memiliki risiko terkena DM karena memiliki
keturunan penyakit DM dan catin wanita memiliki lebih besar risko mengalami
hipertensi dikarenakan catin wanita memiliki keturunan penyakit hipertensi serta
dampak buruk dari hipertensi dan diabetes mellitus, Kedua catin mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
9. Menganjurkan kedua catin menjaga pola makan seimbang, mengurangi makanan
yang mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan kadar gula tinggi,
41

mengurangi makanan cepat saji, mencegah stress berlebihan, melakukan olahraga


secara rutin, dan kontrol kesehatan secara rutin dikarenakan catin pria berisiko
mengalami DM dan catin wanita berisiko mengalami hipertensi, Kedua catin mau
melaksanakan anjuran yang diberikan.
10. Menjelaskan kepada catin wanita bahwa status imunisasi TT saat ini sudah T4 yang
masa perlindungannya terhadap tetanus neonatorum adalah 10 tahun dan belum
seumur hidup, sehingga catin wanita masih perlu diberikan suntik imunisasi TT satu
kali lagi, Catin wanita mengerti dengan penjelasan yang diberkan.
11. Memberikan injeksi imunisasi TT 0,5 cc secara IM pada lengan kiri catin wanita
dan menjelaskan bahwa status imunisasi TT sekarang yaitu TT5 (TT lengkap) yang
masa perlindungannya terhadap tetanus neonatorum adalah seumur hidup, sehingga
apabila nanti sudah hamil atau hamil lagi, catin wanita tidak perlu diberikan suntik
imunisasi TT kembali, Injeksi telah diberikan kepada catin wanita secara IM.
12.Menganjurkan catin untuk mengurangi konsumsi kafein (batas mengkonsumsi kafein
sebanyak 200 miligram/hari), seperti teh dan kopi, yang dapat memperburuk kesehatan
menjelang persiapan kehamilan, Kedua catin mau melakukan anjuran yang diberikan.
13.Menganjurkan kepada catin wanita untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang
kaya zat besi seperti hati, daging sapi, sayuran berwarna hijau tua, kacangkacangan,
ikan, dan daging ayam, serta mengandung asam folat seperti pada sayuran bewarna
hijau tua atau minum susu yang terdapat kandungan asam folat. Selain itu, catin
perempuan juga penting mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Aturan minum
TTD bagi catin perempuan yaitu diminum secara teratur 1 tablet setiap minggu, TTD
diminum setelah makan dengan air putih/jus buah tidak dengan teh, kopi, dan susu,
Catin wanita mau melakukan anjuran yang diberikan.
14.Menjelaskan jenis-jenis alat kontrasepsi/ KB yang berguna dalam merencanakan
kehamian dengan mengatur kapan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak,dan
anak, Kedua catin mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
15. Menganjurkan kedua catin untuk memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan, Kedua
catin mau melakukan anjuran yang diberikan.
42

16.Memberitahukan kepada catin untuk melakukan rapidtes sebelum pernikahan dilakukan


dan memberitahukan kepada tamu undangan untuk melakukan rapidtes dan tidak lupa
menggunakan masker selama acara berlangsung, sesuai dengan protokol kesehatan saat
ini, Kedua pengantin berjanji akan melaksanakannya.
17. Melakukan pendokumentasian, Telah dilakukan pendokumentasian.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Nn. SA umur 23 tahun dan Tn. A umur 23 tahun merupakan calon
pengantin. Keputusan untuk menunda kehamilan setelah menikah merupakan
keputusan yang belum tepat mengingat usia Nn. SA sudah 23 tahun, sehingga
perlunya perencanaan kehamilan segera karena usia Nn. SA sudah
mencukupi/sudah layak. Hasil analisis dari kasus ini berdasarkan hasil pengkajian
data subjektif dan objektif pada Nn.SA dan Tn.A sebagai calon pasangan
pengantin, yaitu pasangan usia subur dengan persiapan pernikahan dan penundaan
kehamilan. Sehingga, tata laksana yang diberikan, selain persiapan pernikahan
sesuai panduan calon pengantin yang telah ditetapkan oleh Kemenkes, juga
diberikan tambahan konseling dan anjuran terkait dengan perencanaan kehamilan,
tanda bahaya kehamilan usia muda serta penundaan kehamilan, seperti KIE
persiapan kehamilan, masa subur, dan anjuran konsumsi makanan yang
mengandung kaya zat besi dan asam folat. Sehingga, dengan tata laksana yang
sesuai diharapkan dapat membantu pasangan calon pengantin mencapai tujuan
secara optimal yakni segera memperoleh keturunan yang sehat atau generasi
platinum dalam ikatan pernikahan yang sah.
4.2 Saran
1.Bagi Calon Pasangan Pengantin
Diupayakan untuk terus melaksanakan anjuran yang diberikan tenaga kesehatan
agar tujuan mendapatkan keturunan sehat dapat dicapai.
2. Bagi Fasilitas Kesehatan BPM
Pemberian asuhan kebidanan pada masa pra konsepsi harus terus ditingkatkan,
dapat dilakukan dengan cara konseling pranikah karena melahirkan generasi yang
cerdas dimulai dari dalam kandungan, dan pemberian vaksin sebelum pranikah
seperti HPV, Hepatitis B. serta perlunya dilakukan pemeriksaan laboratorium
seperti Hb dan golongan darah pada pranikah wanita.

43
44

3. Bagi Mahasiswi Kebidanan


Dalam pemberian asuhan kebidanan pada pranikah dan prakonsepsi harus
diberikan sesuai standar kemenkes kebidanan agar penatalaksanaan yang
diberikanpada calon pengantin lebih baik lagi terutama apabila ada masalah
dalam kasus maka diberikan penatalaksanaan yang lebih kritis lagi.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2014. Modul pengajaran mempersiapkan kehamilan yang sehat.


BKKBN dan UMM. Diakses dari http://dp2m.umm.ac. id/files/ file/informasi
%20progra%20insentif%20ristek/modul%20pengajaran%20menjaga%20 kehamila
%20sehat.pdf. tanggal 11 Mei 2021.
BKKBN. 2017. BKKBN: Usia Pernikahan Ideal 21 – 25 Tahun. Diunduh di
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25- tahun. Diakses
pada 11 Mei 2021.
Budiman. 2011. Hubungan Usia, Kebiasaan Merokok, Kebiasaan Minum
Alkohol,
Dan Konsumsi Obat-obatan dengan Kualitas Sperma Di Fertility Centre
RSIA Melinda Bandung. Skripsi.
Depkes. 2011. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT). Jakarta: Depkes RI.
Fatimah, S. 2011. Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Hubungannya dengan Kejadian
Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Sains dan Teknologi. 7 (3) : 137 – 152.
Fitriyah, Imroatul. 2014. Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja
Putri di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Skripsi : FK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hawkins, A. J., dkk. 2015. Is Couple and Relationship Education Effective for
Love Income Participants? A Meta-Analytic Study. Journal of Family Psychology. 29 (1):
59 – 68.
Katherine, C., dkk. 2013. Preconception Care: Among Maryland Women Giving
Birth 2009 – 2011. Article. Maryland Departement of Health and Mental Hygine Center
for Maternal and Child Health.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.
Jakarta:Kemenkes RI.

45
46

Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi


Calon Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan
dan Kementerian Agama.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 369/Menkes/SK/III/2007. Standar
Profesi
Bidan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Kertamuda, E. F. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga di Indonesia.
Jakarta: Salemba Humanika.
Khaidir M. 2006. Penilaian Tingkat Fertilitas Dan Penatalaksanaannya Pada
Pria.Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1). Page 30-34.
Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta :
Salemba Medika.
Nurul, C. 2013. Panduan Super Lengkap Kehamilan Kelahiran dan Tumbuh
Kembang Anak. Surakarta: Ahad Books.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Proverawati, A. dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Nuha Medika
Saifuddin, A. B., dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayana Kontrasepsi. Jakarta:
PT Binda Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sukaesih, Sri. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu
Hamil Mengenai Tanda Bahaya dalam Kehamilan di Puskesmas Tegal
Selatan Kota Tegal Tahun 2012. Skripsi. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Triningtyas, D. A., dkk. 2017. Konseling Pranikah: Sebuah Upaya Meredukasi
Budaya Pernikahan Dini di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo.
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Winardi, B. 2016. Konsep Asuhan Kebidanan pada Masa Prakonsepsi. Bahan Ajar
Perkuliahan Pendidikan Bidan FK UNAIR.

Anda mungkin juga menyukai