Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dengan usia istri

berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau usia istri berumur kurang dari 15

tahun dan sudah haid atau usia istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid

(BKKBN, 2013). Pada pasangan suami istri usia subur yang baru menikah atau

ingin mendapatkan anak lagi, kehamilan merupakan saat-saat yang paling

ditunggu. Hal itu juga merupakan saat yang menegangkan ketika sebuah

kehidupan baru bertumbuh dan berkembang di dalam rahim (Sunarsih, 2011).

Kesehatan yang baik adalah salah satu faktor yang paling penting dalam

kehamilan. Kesehatan prakonsepsi adalah cara untuk meningkatkan hasil

kehamilan yang positif dengan mendorong perempuan untuk terlibat dalam gaya

hidup yang sehat sebelum mereka hamil (Williams & Wilkins, 2012). Keadaan

yang kurang mendukung kondisi-kondisi prakonsepsi akan berdampak kurang

baik pula terhadap pembentukan terjadinya proses konsepsi (Sujiono, 2004).

Perawatan kesehatan yang baik, penting untuk perkembangan dan

kesejahteraan janin, sehingga berada dalam kondisi kesehatan yang prima

sebelum kehamilan menjadi hal yang penting (Curtis, 1999). Perawatan

prakonsepsi yang dimulai sebelum kehamilan dapat menjadi strategi efektif untuk

mengurangi gangguan bawaan dan meningkatkan kesehatan wanita usia subur

(Shanon et al, 2013). American College of Obstetricians and Gynecologists

(ACOG) (2006) merekomendasikan bahwa selama periode reproduktif wanita,

terutama mereka yang merupakan bagian dari perawatan prakonsepsi, seharusnya

1
mencakup konseling

2
tentang perawatan kesehatan dan perilaku untuk mengoptimalkan hasil kehamilan.

Pada wanita yang menerima perawatan prakonsepsi lebih cenderung mengadopsi

perilaku sehat, sehingga memiliki hasil kehamilan yang baik (Dean et al, 2013).

Perawatan prakonsepsi tidak hanya untuk wanita, tetapi juga untuk pria.

Perawatan prakonsepsi untuk pria juga penting yaitu untuk meningkatkan hasil

kehamilan yang sehat (Regina VT, 2011). Masalah umum dalam perawatan

prakonsepsi yaitu keluarga berencana, mencapai berat badan yang sehat, skrining

dan pengobatan untuk penyakit menular, memperbarui imunisasi yang tepat,

meninjau obat untuk efek teratogenik, konsumsi suplemen asam folat untuk

mengurangi risiko cacat tabung saraf bagi wanita yang ingin hamil, dan

pengendalian penyakit kronis sangat penting untuk mengoptimalkan hasil

kehamilan (Farahi dan Zolotor, 2013).

Preconception Counseling adalah komponen penting dari perawatan

prakonsepsi (Williams et al, 2012). Preconception Counseling merupakan

skrining dan memberikan informasi serta dukungan kepada individu usia subur

sebelum hamil untuk promosi kesehatan dan mengurangi risiko (Bulechek,

Butcher, & Dochterman, 2008). Preconception Counseling memainkan peran

utama dalam mempersiapkan kehamilan. Preconception Counseling bertujuan

untuk mengidentifikasi dan memodifikasi risiko yang berhubungan dengan

kesehatan dan hasil kehamilan ibu, serta sebelum kehamilan (Walfisch dan Koren,

2011).

Kunjungan konseling prakonsepsi adalah waktu yang ideal untuk

mengevaluasi pasien dan kehamilan (Lanik, 2012). Public Health Service Expert

Panel on the Content of Prenatal Care menyatakan bahwa kunjungan prakonsepsi

mungkin merupakan satu-satunya kunjungan perawatan kesehatan terpenting. Hal


tersebut dilihat dari konteks dampaknya terhadap kehamilan (Cunningham, Gary,

& Gant, 2006).


Penelitian terbaru menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di

dalam uterus, bahkan sebelum seorang wanita mengetahui dirinya sedang hamil,

mungkin memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan janin dan hasil

kehamilan (Saravelos dan Regan, 2011). Selain hal tersebut, dalam penelitian lain

menunjukkan bahwa dasar dari hasil kehamilan yang merugikan sering

disebabkan karena masa awal kehamilan selama organogenesis. Oleh karena itu,

penting untuk mengambil tindakan pencegahan sedini mungkin sebelum hamil

(Elsinga et al, 2008).

Selama ini, banyak orang yang kurang memahami pentingnya kondisi-

kondisi pada masa-masa sebelum terjadinya proses konsepsi, sehingga para calon

bapak dan ibu hanya berkonsentrasi pada persiapan proses kehamilan dan

persalinan saja. Hal ini dapat dimengerti karena pengetahuan yang kurang tentang

kondisi-kondisi prakonsepsi disebabkan tidak adanya penyuluhan-penyuluhan

terhadap mereka (Sujiono, 2004). Pengetahuan, kesadaran, dan keyakinan tentang

perawatan prakonsepsi tidak mendorong wanita untuk datang pada pada praktik

kesehatan prakonsepsi. Wanita prakonsepsi muda dan wanita yang sudah

mempunyai anak kurang terlibat dalam perilaku kesehatan prakonsepsi. Oleh

karena itu, diperlukan mendidik perempuan prakonsepsi muda tentang pentingnya

dan manfaat dari berlatih perawatan prakonsepsi (Delissaint dan McKyer, 2011).

Perempuan juga menyatakan sikap positif terhadap perawatan prakonsepsi, tetapi

mereka ragu-ragu untuk mencari perawatan prakonsepsi untuk diri mereka sendiri.

Perempuan menganggap diri mereka tidak berada di kelompok sasaran untuk

perawatan prakonsepsi (Zee et al, 2012).

Dalam hal ini, peran perawat dalam perawatan prakonsepsi di tingkat dasar

antara lain pengkajian faktor risiko, promosi kesehatan, intervensi klinikal, dan
psikososial. Perawat harus memiliki akses, seperti informasi tentang perawatan
sebelum konsepsi untuk memberikan anjuran/nasihat kepada orang tua,

mengevaluasi kehamilan dan bila menemukan suatu kelainan, dapat merujuk ke

dokter spesialis yang lebih kompeten sedini mungkin. Dari peran perawat yang

dilakukan tersebut, diharapkan dapat menghasilkan sebuah kehamilan yang sehat

pada pasangan usia subur (Regina VT, 2011).

Konseling dalam keperawatan merupakan salah satu komponen penting

pada proses keperawatan dan pendidikan kesehatan. Konseling mencerminkan

hubungan perawat-klien, komunikasi terapeutik, dan pelayanan yang berorientasi

pada masalah. Konseling dapat dipandang sebagai salah satu bentuk pelayanan

keperawatan, yaitu memberi petunjuk kepada individu untuk mengembangkan

pengetahuan, sikap, dan perilaku konstruktif yang berguna untuk

mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatannya (Tamsuri, 2008).

Perawat mempunyai kewajiban membimbing dan membantu klien memecahkan

masalah melalui program konseling (Priyanto, 2009).

Berdasarkan hasil wawancara dengan 15 PUS yang ada di RT.02 RW.O7

Dusun Blumbang, Desa Campurdarat, Kabupaten Tulungagung didapatkan bahwa

kebanyakan dari pasangan usia subur kurang mengetahui dan memahami tentang

apa yang harus mereka lakukan di saat merencanakan untuk hamil, misalnya diet,

berat badan yang ideal, olahraga, asupan asam folat, paparan lingkungan yang

kurang kondusif, melakukan pemeriksaan kesehatan. Hal ini didukung dengan

data yang diperoleh dari Puskesmas Campurdarat tahun 2013. Dari data tersebut

diketahui bahwa di Puskesmas Campurdarat memiliki kasus maternal tertinggi di

antara puskesmas-puskesmas yang lain di Kabupaten Tulungagung, yaitu

sebanyak 287 kasus maternal. Kasus maternal tersebut diantaranya terdiri dari 4%

hiperemis, 12% keguguran, 7% eklampsia/preeklampsia, 5% perdarahan


kehamilan, 0,5% perdarahan
persalinan, 4% perdarahan nifas, 10% partus lama, 1,5% infeksi, dan kasus lain

56%. Selain itu, terdapat 14 kasus jumlah ibu hamil dengan Hb < 11 gr %.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Tentang Prakonsepsi

Sebelum dan Sesudah Dilakukan Preconception Counseling Pada Pasangan Usia

Subur (PUS)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah yaitu :

“Apakah ada perbedaan pengetahuan dan sikap tentang prakonsepsi sebelum dan

sesudah dilakukan preconception counseling pada pasangan usia subur ( PUS)?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan

pengetahuan dan sikap tentang prakonsepsi sebelum dan sesudah

dilakukan preconception counseling pada pasangan usia subur (PUS).

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik Pasangan Usia Subur (PUS).

2. Mengidentifikasi pengetahuan tentang prakonsepsi sebelum dilakukan

preconception counseling pada pasangan usia subur (PUS).

3. Mengidentifikasi pengetahuan tentang prakonsepsi sesudah dilakukan

preconception counseling pada pasangan usia subur (PUS).

4. Mengidentifikasi sikap tentang prakonsepsi sebelum dilakukan

preconception counseling pada pasangan usia subur (PUS).

5. Mengidentifikasi sikap tentang prakonsepsi sesudah dilakukan


preconception counseling pada pasangan usia subur (PUS).
6. Menganalisis perbedaan pengetahuan tentang prakonsepsi sebelum dan

sesudah dilakukan preconception counseling pada pasangan usia subur

(PUS).

7. Menganalisis perbedaan sikap tentang prakonsepsi sebelum dan sesudah

dilakukan preconception counseling pada pasangan usia subur (PUS).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang perbedaan

pengetahuan dan sikap tentang prakonsepsi sebelum dan sesudah

dilakukan preconception counseling pada pasangan usia subur (PUS) serta

penerapan keperawatan maternitas tentang konseling prakonsepsi.

1.4.2 Bagi Pasangan Usia Subur (PUS)

Sebagai bahan informasi kepada Pasangan Usia Subur (PUS) untuk

mengetahui tentang pentingnya peranan konseling prakonsepsi dalam

merencanakan sebuah kehamilan, sehingga dapat menambah pengetahuan

dan memperbaiki sikap mereka, serta membantu PUS dalam menentukan

tindakan perawatan yang benar dan tepat selama masa prakonsepsi.

1.4.3 Bagi Bidang Keperawatan

Dapat meningkatkan peran serta, kinerja dan pelayanan profesi

keperawatan, khususnya keperawatan maternitas dalam melaksanakan

upaya promotif dan preventif dalam memberikan konseling dan

menangani masalah prakonsepsi pada PUS (Pasangan Usia Subur).


BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1  Pengertian Prakonsepsi

      Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan konsepsi berarti
pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum
terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi
adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus
mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Asuhan yang
diberikan pada perempuan sebelum terjadi konsepsi

2.2  Tujuan Prakonsepsi

Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya berada dalam status
kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat dimulainya kehamilan. Tujuan lainnya adalah
memberikan serangkaian pilihan yang mungkin tidak tersedia saat kehamilan dikonfirmasikan kepada
calon orang tua. Meskipun kehamilan bagi beberapa pasangan mungkin tidak direncanakan, mayoritas
pasangan yang memang merencanakan kehamilan dapat memperoleh manfaat dari asuhan
prakonsepsi, baik bagi mereka yang hanya ingin memberikan yang terbaik bagi bayinya maupun
sebagai upaya mengurangi kondisi yang dapat membahayakan kehamilan.

2.3  Manfaat Prakonsepsi

Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara fisik dan emosional yang optimal
saat memasuki masa konsepsi. Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-
hal yang dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat mengetahui
hal apa saja yang menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat
melakukan upaya yang maksimal agar bayi dapat lahir dengan sehat. Selain itu asuhan pra konsepsi
juga bermanfaat untuk :

a.       Identifikasi keadaan penyakit

b.      Penilaian keadaan psikologis

c.       Kesiap siagaan keuangan dan tujuan hidup

d.      Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk membantu membuat
keputusan tentang persalinan yang akan di hadapinya.

2.4   Langkah- langkah yang dilakukan dalam Pra Konsepsi

1.    Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga tenaga kesehatan dapat menilai
keadaan kesehatan perempuan dan mengidentifikasi faktor resikonya.
2.    Pemeriksan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium rutin artinya bahwa pemeriksaan ini
dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara lain : pemeriksaan darah lengkap, golongan
darah, titer virus Rubella, hepatitis B, pap smear, clamidia, HIV, dan GO.

3.    Pemberian imunisasi sebelum konsepsi

4.    Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan penyebab banyak masalah
dalam kehamilan.

5.    Identifikasi riwayat kesehatan keluarga ( kesulitan dalam kehamilan, persalinan, nifas maupun
kecacatan )

6.     Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya konsepsi ( olah raga, hindari
minum alcohol, merokok atau penggunaan obat-obat terlarang/ hentikan bila ibu sudah terbiasa )

7.    Identifikasi masalah kesehatan ( DM, epilepsy,hipertensi dll ), berikan penanganan dan observasi
sebelum terjadi konsepsi.

8.    Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah matang, dan yang mengandung
kotoran kucing karena dapat menyebabkan toxoplasmosis yang dapat mempengaruhi tumbuh
kembang janin.

9.    Membersihkan lingkungan dari bahan kimia.

Michael C. LU, MD, MPH, David Geffen dalam Recommendations for Preconception Care tahun
2007 menyatakan beberapa model asuhan prakonsepsi telah dikembangkan. The American Academy
of Pediatrics dan American College of Obstetricians dan Gynecologists mengklasifikasikan
komponen utama asuhan prakonsepsi menjadi empat kategori: penilaian fisik, skrining risiko,
vaksinasi, dan konseling. Sebagian komponen asuhan prakonsepsi (Tabel 1)

Table 1. Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi

Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi

Identifikasi risiko

Reproduksi rencana hidup Minta pasien jika ia berencana untuk memiliki


anak (atau anak-anak tambahan jika dia sudah
menjadi ibu) dan berapa lama ia berencana untuk
menunggu sampai ia menjadi hamil;
membantunya mengembangkan rencana,
berdasarkan nilai-nilai dan sumber daya, untuk
mencapai tujuan tersebut

Riwayat reproduksi Tinjau sebelumnya hasil kehamilan yang


merugikan (misalnya, kematian bayi, kematian
janin, cacat lahir, berat badan lahir rendah,
kelahiran prematur) dan menilai risiko
biobehavioral berkelanjutan yang dapat
menyebabkan kekambuhan pada kehamilan
berikutnya

Riwayat kesehatan Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat kondisi


yang dapat mempengaruhi kehamilan berikutnya
(misalnya, penyakit jantung rematik,
tromboemboli, penyakit autoimun); layar untuk
kondisi kronis yang sedang berlangsung seperti
hipertensi dan diabetes

Obat digunakan Meninjau penggunaan saat pasien obat;


menghindari FDA kehamilan kategori X obat dan
sebagian obat kategori D kecuali potensi manfaat
lebih besar daripada risiko janin ibu; meninjau
penggunaan obat tanpa resep, jamu, dan suplemen

Infeksi dan imunisasi Skrining untuk periodontal, urogenital, dan infeksi


menular seksual seperti yang ditunjukkan;
memperbarui imunisasi hepatitis B, rubella,
varicella, Tdap, human papillomavirus, dan vaksin
influenza yang diperlukan; nasihat pasien tentang
mencegah infeksi TORCH

Skrining genetik dan riwayat keluarga Menilai risiko pasien dari kelainan kromosom
atau genetik berdasarkan riwayat keluarga, etnis
latar belakang, dan usia; menawarkan cystic
fibrosis dan skrining operator lain seperti yang
ditunjukkan; mendiskusikan pengelolaan kelainan
genetik yang dikenal (misalnya, fenilketonuria,
trombofilia) sebelum dan selama kehamilan

Penilaian gizi Menilai ABCDs gizi: faktor antropometri


(misalnya, BMI), faktor biokimia (misalnya,
anemia), faktor klinis, dan risiko diet

Penyalahgunaan zat Tanyakan pada pasien tentang tembakau, alkohol,


dan penggunaan narkoba; menggunakan CAGE
atau T-ACE kuesioner untuk layar untuk alkohol
dan penyalahgunaan zat

Racun dan agen teratogenik Menasihati pasien tentang kemungkinan racun


dan paparan agen teratogenik di rumah, di
lingkungan, dan di tempat kerja (misalnya, logam
berat, pelarut, pestisida, endokrin, alergen);
meninjau Material Safety Data Sheets dan
berkonsultasi dengan spesialis informasi teratologi
lokal yang diperlukan

Kekhawatiran psikososial Skrining untuk depresi, kecemasan, kekerasan


dalam rumah tangga, dan stressor psikososial
utama
Pemeriksaan fisik Fokus pada periodontal, tiroid, jantung, payudara,
dan pemeriksaan panggul

Pengujian laboratorium Pengujian harus mencakup jumlah darah lengkap;


urinalisis; skrining golongan darah; dan, jika
diperlukan, skrining untuk rubella, sifilis, hepatitis
B, virus human immunodeficiency, gonore,
klamidia, dan diabetes dan sitologi serviks;
mempertimbangkan pengukuran tiroid
merangsang kadar hormone

Promosi Kesehatan

Rencana keluarga Mempromosikan keluarga berencana berdasarkan


rencana hidup reproduksi pasien; bagi wanita
yang tidak berencana untuk hamil,
mempromosikan penggunaan kontrasepsi yang
efektif dan mendiskusikan kontrasepsi darurat

Berat badan yang sehat dan gizi Mempromosikan berat badan sebelum hamil yang
sehat (ideal BMI adalah 19,8-26,0 kg per m2)
melalui latihan dan mendiskusikan nutrisi; makro
dan mikro, termasuk mendapatkan "lima sehari"
(yaitu, dua porsi buah dan tiga porsi sayuran) dan
mengonsumsi multivitamin harian yang
mengandung asam folat

Perilaku sehat Mempromosikan perilaku sehat seperti nutrisi,


olahraga, seks yang aman, penggunaan
kontrasepsi yang efektif, flossing gigi, dan
penggunaan pelayanan kesehatan preventif;
mencegah perilaku berisiko seperti douching,
tidak mengenakan sabuk pengaman, merokok
(misalnya, menggunakan lima A [Ask, Advise,
Assess, Assist, Arrange] untuk berhenti merokok),
dan alkohol dan penyalahgunaan zat

Ketahanan stress Promosikan nutrisi, olahraga, tidur yang cukup,


dan teknik relaksasi; mengatasi stres yang sedang
berlangsung (misalnya, kekerasan dalam rumah
tangga); mengidentifikasi sumber daya untuk
membantu pasien mengembangkan pemecahan
masalah dan resolusi konflik keterampilan,
kesehatan mental yang positif, dan hubungan yang
kuat

Lingkungan yang sehat Diskusikan rumah tangga, lingkungan, dan


paparan pekerjaan untuk logam berat, pelarut
organik, pestisida, endokrin, dan alergen;
memberikan tips praktis seperti bagaimana untuk
menghindari paparan

Asuhan Interconception Mempromosikan menyusui, menempatkan bayi di


punggung mereka untuk tidur untuk mengurangi
risiko sindrom kematian bayi mendadak, perilaku
pengasuhan yang positif, dan pengurangan risiko
biobehavioral berkelanjutan

Identifikasi risiko, Intervensi medis dan psikososial

Intervensi harus mengatasi risiko medis dan psikososial diidentifikasi; contoh termasuk suplemen
asam folat, pengujian untuk rubella seronegativity dan vaksinasi jika diindikasikan, kontrol ketat
diabetes pragestasional, manajemen hati-hati hipotiroidisme, dan menghindari agen teratogenik
(Misalnya, isotretinoin [Accutane], warfarin [Coumadin], beberapa obat anti kejang, alkohol,
tembakau)

FDA = U.S. Food and Drug Administration; Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and
acellular pertussis; TORCH =Toxoplasmosis, Other viruses, Rubella, Cytomegaloviruses, Herpes
(simplex) viruses; BMI = body mass index; CAGE = Cut down on drinking, Annoyance with
criticisms  about drinking, Guilt about drinking, and using alcohol as an Eye opener; T-ACE =
Tolerance, Annoyance, Cut down, Eye-opener

Narges Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD, DrPH dalam Recommendations for Preconception
Counseling and Care tahun 2013 menyatakan bahwa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
mendefinisikan asuhan prakonsepsi sebagai seperangkat intervensi yang bertujuan mengidentifikasi
dan memodifikasi risiko biomedis, perilaku, dan sosial untuk hasil kesehatan atau kehamilan wanita
melalui pencegahan dan manajemen. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa wanita itu sesehat
mungkin sebelum konsepsi untuk mempromosikan kesehatan dan kesehatan anak-anak masa
depannya. Asuhan prakonsepsi merupakan bagian integral asuhan primer bagi perempuan di tahun-
tahun reproduksi mereka. Ini bukan kunjungan medis tunggal, melainkan harus dimasukkan ke dalam
setiap keputusan medis dan rekomendasi pengobatan untuk wanita ini.

Anjuran berdasarkan peringkat bukti yang dicantumkan dalam konseling prakonsepsi menurut Narges
Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD, DrPH dalam Recommendations for Preconception Counseling
and Care yaitu:

Tabel 2. Pedoman dalam konseling prakonsepsi

PEDOMAN KLINIS PERINGKAT


BUKTI

Tanyakan wanita usia reproduksi tentang niat untuk hamil. Memberikan C


konseling kontrasepsi disesuaikan dengan niat pasien.

Menyarankan suplemen asam folat (400 mcg setiap hari) untuk A


mengurangi risiko cacat tabung saraf.

Menilai indeks massa tubuh, dan wanita nasihat yang kelebihan berat C
badan, obesitas, atau underweight tentang mencapai berat badan yang
sehat sebelum hamil.

Menasihati wanita dengan diabetes mellitus tentang pentingnya kontrol A


glikemik sebelum konsepsi. Membantu pasien dalam mencapai tingkat
A1C sedekat normal mungkin untuk mengurangi risiko kelainan
kongenital.

Periksa penggunaan obat teratogenik sebagai bagian dari asuhan C


prakonsepsi, dan berubah menjadi obat yang lebih aman jika
memungkinkan. Gunakan obat paling sedikit pada dosis terendah yang
diperlukan untuk mengendalikan penyakit.

Skrining pasien yang ingin hamil untuk infeksi menular seksual dan C


penyakit menular lainnya seperti yang ditunjukkan.

Memperbarui hepatitis B; influenza; campak, gondok, rubella; Tdap; dan C


imunisasi varicella yang diperlukan pada pasien yang ingin hamil.

Ket :

Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and acellular pertussis.

A = konsisten, baik kualitas bukti pasien berorientasi; B = tidak konsisten atau terbatas berkualitas
bukti pasien berorientasi; C = konsensus, bukti penyakit-berorientasi, praktek yang biasa,
pendapat ahli, atau seri kasus.

Asuhan awal wanita usia reproduksi harus mencakup identifikasi risiko kesehatan untuk dirinya dan
anak-anak masa depannya, dan menerapkan intervensi untuk mengurangi risiko ini. Masalah umum
dalam asuhan prakonsepsi diringkas dalam Tabel 3.

Table 3: Masalah umum dalam asuhan Prakonsepsi

MASALAH SARAN

Paparan lingkungan a.       Menilai paparan lingkungan di tempat kerja


untuk toxicants; industri yang diketahui
menggunakan bahan kimia beracun termasuk
asuhan klinis dan laboratorium kesehatan, dry
cleaning, percetakan, manufaktur, dan pertanian

b.      Menilai paparan lingkungan dalam rumah


tangga kepada agen yang berpotensi berbahaya
seperti logam berat, pelarut, dan pestisida

c.       Menasihati pasien tentang menghindari


paparan merkuri dengan tidak mengkonsumsi ikan
besar (misalnya, hiu, ikan todak, tilefish, king
mackerel) dan membatasi asupan ikan lainnya

Riwayat genetik keluarga a.       Skrining riwayat pribadi atau keluarga dari


anomali kongenital atau kelainan genetik

b.      Rujuk pasangan untuk konseling genetik bila


faktor risiko diidentifikasi, dan menyediakan tes
pembawa saat tepat untuk menentukan risiko
kehamilan masa depan

Obat a.       Menilai penggunaan obat teratogenik

b.      Wanita dengan penyakit kronis, beralih ke


obat yang lebih aman bila mungkin, dan
menggunakan obat paling sedikit pada dosis
terendah yang diperlukan untuk mengendalikan
penyakit

Penyakit jiwa a.       Skrining untuk gangguan depresi dan


kecemasan

b.      Menasihati pasien tentang risiko depresi yang


tidak diobati selama kehamilan, serta risiko
pengobatan

Faktor psikososial a.       Skrining kekerasan pasangan intim

b.      Mengevaluasi keselamatan pasien, dan


memberikan rujukan ke sumber yang sesuai

Penggunaan zat a.       Skrining untuk penggunaan alkohol, dan


memberikan rujukan bagi perempuan dengan
ketergantungan alkohol

b.      Skrining untuk penggunaan tembakau, dan


memberikan pengobatan berhenti merokok bila
diperlukan; pasien nasihat tentang efek merokok
pada kehamilan dan kesehatan anak

c.       Memberikan intervensi perilaku singkat


untuk mengurangi rokok, alkohol, dan penggunaan
narkoba

Skrining dan pengobatan untuk penyakit menular, dan memberikan imunisasi sesuai juga penting
pada pasien prakonsepsi (Tabel 4).

Tabel 4. Skrining Penyakit menular dan imunisasi dalam asuhan prakonsepsi

SKRINING/IMUNISASI REKOMENDASI

Penyakit Menular
Chlamydia a.   Menyaring semua wanita yang lebih muda dari
25 tahun dan wanita yang berada pada risiko
infeksi

b.   Mengobati pasien yang terinfeksi

Gonorrhea a.    Skrining wanita berisiko tinggi

b.   Mengobati pasien yang terinfeksi

Infeksi virus herpes simpleks Konseling tentang risiko penularan vertikal

Infeksi virus human immunodeficiency a.   Screening universal

b.   Konseling tentang risiko penularan vertikal


(Pengobatan mengurangi risiko ini)

Syphilis a.    Skrining wanita berisiko tinggi

b.   Mengobati pasien yang terinfeksi

Tuberkulosis a.   Skrining wanita berisiko tinggi

b.   Memperlakukan wanita dengan penyakit aktif


dan laten sebelum kehamilan

Imunisasi

Hepatitis B a.   Memvaksinasi semua wanita berisiko tinggi


sebelum kehamilan

b.   Pencegahan penularan vertikal

Influensa Memvaksinasi semua wanita yang akan hamil


selama musim flu dan wanita yang berisiko
komplikasi terkait influenza

Campak, gondok, rubella a.   Skrining  untuk kekebalan

b.   Memvaksinasi semua wanita untuk kekebalan


tubuh wanita yang tidak hamil

c.   Menasihati pasien untuk menghindari


kehamilan selama tiga bulan setelah vaksinasi

Tetanus, difteri, pertusis a.    Vaksinasi tetanus dapat melindungi terhadap


tetanus neonatal

b.   Vaksinasi dengan Tdap selama kehamilan


(waktu optimal adalah usia kehamilan 27-36
minggu) untuk mengurangi risiko pertusis neonatal

Varicella a.   Skrining untuk kekebalan

b.   Memvaksinasi semua wanita untuk kekebalan


tubuh wanita yang tidak hamil

a.   Menasihati pasien untuk menghindari


kehamilan selama satu bulan setelah vaksinasi

Ket :

Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and acellular pertussis.

Menurut Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA dalam Systematic Review of Preconception Risks
and Interventions mengemukakan  intervensi yang dilakukan dalam pengaturan kesehatan dapat
memberikan akses yang lebih mudah untuk pasangan usia subur. Namun, beberapa kontak yang
diperlukan sebelum mereka menanggapi undangan untuk menerima asuhan prakonsepsi. Sementara
banyak wanita memiliki beberapa faktor risiko, konseling prakonsepsi tidak memprovokasi
kecemasan dan faktor risiko yang diidentifikasi lebih mungkin untuk diatasi. Studi individu lanjut
menunjukkan bahwa perempuan yang menerima asuhan prakonsepsi mungkin lebih cenderung untuk
merencanakan dan ruang kehamilan mereka, berhenti merokok dan penggunaan alkohol, dan
meningkatkan konsumsi asam folat.

Pesan kunci yang di tujukan kepada pasangan usia subur yaitu :

a.       Konseling Prakonsepsi memungkinkan untuk mengidentifikasi dan mengurangi faktor risiko


yang mungkin mengurangi hasil-hasil MNCH sebelum kehamilan. Meskipun sebagian besar wanita
memiliki setidaknya salah satu faktor risiko, dan banyak memiliki beberapa risiko, konseling
prakonsepsi tidak menyebabkan kecemasan.

b.      Wanita yang menerima konseling prakonsepsi lebih mungkin untuk mengubah perilaku berisiko.
Oleh karena itu, wanita yang menerima konseling prakonsepsi memiliki hasil MNCH yang lebih baik

c.       Isi asuhan prakonsepsi telah rinci. Asuhan prakonsepsi setiap kali konseling dapat dimulai
dengan mengajukan dua pertanyaan sederhana: "Apakah Anda berencana untuk hamil?" Dan "Apakah
Anda saat ini menggunakan metode KB?"

Atrash H, Jack BW, Johnson K dalam Preconception care: A 2008 update 'Pedoman mereka untuk


Perinatal Care', AAP / ACOG menyatakan intervensi kelompok prakonsepsi dibagi menjadi empat
kategori:

a.       Penilaian Ibu

Keluarga berencana dan kehamilan; sejarah keluarga; sejarah genetik – ibu dan ayah; medis, bedah,
paru, dan sejarah neurologis; obat saat ini – resep dan di atas meja; penggunaan narkoba, termasuk
alkohol, tembakau, dan obat-obatan terlarang; gizi; domestic penganiayaan dan kekerasan; lingkungan
dan pekerjaan eksposur; kekebalan dan imunisasi status; risiko faktor untuk penyakit menular seksual;
kebidanan sejarah; sejarah ginekologi; pemeriksaan fisik umum; dan penilaian sosial ekonomi,
pendidikan, dan konteks budaya).

b.      Vaksinasi

Vaksinasi untuk perempuan berisiko atau rentan terhadap Rubella, Varicella, dan Hepatitis B.

c.       Pemeriksaan
Semua perempuan HIV; tempat yang ditentukan untuk penyakit menular seksual, untuk menilai
penyebab keguguran berulang, untuk penyakit spesifik berdasarkan pada riwayat medis atau
reproduksi, dan untuk TB; untuk gangguan genetik berdasarkan riwayat keluarga: cystic fibrosis,
rapuh X, keterbelakangan mental, Duchene distrofi otot; dan untuk kelainan genetic berdasarkan latar
belakang ras / etnis: hemoglobinopathies sabit- Afrika Amerika; B-Thalassemia - Mediterraneans,
Asia Tenggara, Afrika Amerika; a-Thalasemia - Amerika Afrika / kulit hitam dan Asia; Penyakit
Sachs Tay - Ashkhenazi Yahudi, Perancis Kanada, Cajun; Gaucher, Canavan, dan Nieman-Pilih
Penyakit - Yahudi Ashkenazi; dan cystic fibrosis - bule dan Yahudi Ashkenazi). Pada tahun 2001,
ACOG direvisi rekomendasi terkait dengan cystic fibrosis dan selanjutnya direkomendasikan bahwa
dokter kandungan / ginekolog membuat skrining DNA untuk cystic fibrosis tersedia untuk semua
pasangan yang mencari prakonsepsi atau asuhan prenatal - bukan hanya mereka dengan riwayat
pribadi atau keluarga membawa Cystic gen fibrosis.

d.      Konseling

Berolahraga, mengelola berat badan, menghindari aditif makanan, mencegah infeksi HIV,
menentukan saat pembuahan oleh menstruasi yang akurat sejarah, berpantang dari tembakau, alkohol,
dan terlarang penggunaan narkoba sebelum dan selama kehamilan, mengkonsumsi asam folat, dan
mempertahankan kontrol yang baik dari yang sudah ada sebelumnya setiap kondisi medis).

Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA dalam Preconception care: nutritional risks
and interventions menyatakan untuk menentukan kategori berat yang tidak normal, WHO
dan National Institutes of Health mengelompokkan berat menjadi empat kategori menurut indeks
massa tubuh individu: underweight (<18,5 kg / m2), normal (18,5-24,9 kg / m), kelebihan berat badan
(25,0-29,9 kg / m2), dan obesitas (30,0 kg / m ). Literatur menunjukkan hubungan BMI antara
obesitas pra-kehamilan dan kehamilan dapat merugikan hasil kehamilan. Selanjutnya, berat badan
pasca melahirkan berlebihan retensi adalah risiko tidak hanya untuk kehamilan berikutnya, tetapi juga
untuk pengembangan penyakit kronis ibu. Meskipun pedoman yang ada untuk berat badan selama
kehamilan menurut BMI ibu pra-kehamilan, namun berat badan kehamilan tidak dibahas lebih lanjut
karena berada di luar lingkup prakonsepsi. Ulasan sebelumnya telah dinilai ibu lebih berat badan dan
obesitas menggunakan berbagai titik cut off untuk menentukan obesitas. Ulasan ini secara ekstensif
meneliti setiap hasil MNCH yang telah dilaporkan dengan semua kategori pengelompokan berat, data
dari studi individu ke underweight atau kelebihan berat badan dan membandingkan ini untuk wanita
dengan BMI yang normal seperti dijelaskan di atas.

Hasil review dari 34 studi yang membahas ibu underweight. Ulasan ini ditemukan bahwa pada kasus
underweight pra-kehamilan secara signifikan meningkatkan risiko kelahiran prematur sebesar 32%
(RR 1,32, 95% CI 1,22-1,43). Kasus underweight Pra-kehamilan juga ditemukan secara signifikan
meningkatkan risiko usia kecil-untuk-kehamilan bayi (RR 1,64, 95% CI 1,22-2,21)., Meskipun
sebelumnya pekerjaan telah menemukan efek yang signifikan dari kasus underweight pra-kehamilan
pada risiko memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah (RR 1,64 dan OR 1,82, ulasan ini
menemukan tidak signifikan risiko (RR 1,37, 95% CI 0,46-4,13) mungkin karena rendahnya jumlah
studi termasuk karena ini yang satu-satunya untuk menilai status berat badan ibu sebelum kehamilan.
Tidak ada efek yang ditemukan untuk underweight pra-kehamilan pada gangguan hipertensi
kehamilan, GDM, besar untuk-kehamilan usia atau makrosomia, atau cacat lahir bawaan.

Dunlop AL, MD, MPH, Jack B, MD, and Frey K, MD, MBA dalam National Recommendations for
Preconception Care: The Essential Role of the Family Physician mengatakan Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit, bersama-sama dengan Pilih Panel mitra eksternal, baru-baru
ini menerbitkan rekomendasi nasional untuk meningkatkan kesehatan prakonsepsi
dan perawatan kesehatan. Rekomendasi nasional harus dipandang sebagai rencana strategis untuk
meningkatkan asuhan prakonsepsi melalui penyediaan asuhan klinis sebagai promosi perubahan
perilaku individu, kebijakan kesehatan, dan strategi kesehatan masyarakat. Rekomendasi nasional
dengan informasi latar belakang, tinjauan bukti yang ada, dan referensi untuk menggabungkan asuhan
prakonsepsi dalam praktek ditemukan di situs web CDC. Sebuah deskripsi singkat dari 10 kunci
rekomendasi ditemukan pada Tabel 5.

Tabel 5. Ringkasan 10 Rekomendasi untuk Meningkatkan Kesehatan Prakonsepsi

1.      Tanggung jawab individu di seluruh rentang kehidupan

Mendorong setiap wanita dan setiap beberapa memiliki rencana hidup reproduksi.

2.      Kesadaran pasien

Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku kesehatan prakonsepsi dan


peningkatan penggunaan layanan asuhan prakonsepsi menggunakan informasi dan alat yang
sesuai usia, tidak buta huruf, sadar akan kesehatan, dan budaya / konteks linguistik.

3.      Intervensi Kunjungan

Sebagai bagian dari kunjungan asuhan primer, memberikan penilaian risiko dan konseling
(pendidikan dan promosi kesehatan) untuk semua wanita usia subur untuk mengurangi risiko
yang berkaitan dengan hasil kehamilan.

4.      Intervensi untuk identifikasi risiko

Meningkatkan proporsi wanita yang menerima intervensi sebagai tindak lanjut skrining risiko
prakonsepsi, berfokus pada intervensi prioritas tinggi (yaitu, orang-orang dengan penduduk
yang dampak tinggi dan mencukupi bukti efektivitas).

5.      Asuhan Interconception

Gunakan periode interconception untuk memberikan intervensi intensif untuk wanita yang
telah memiliki sebelum kehamilan berakhir di hasil yang merugikan (misalnya, kematian bayi,
berat lahir rendah, atau kelahiran prematur).

6.      Cek up Prahamil

Penawaran, sebagai komponen asuhan bersalin, satu kunjungan pra-kehamilan bagi pasangan
berencana kehamilan.

7.      Cakupan Kesehatan untuk wanita berpenghasilan rendah

Meningkatkan cakupan kesehatan kalangan wanita berpenghasilan rendah untuk meningkatkan


akses ke kesehatan, prakonsepsi, dan asuhan interconception wanita pencegahan ini.

8.      Program kesehatan masyarakat dan strategi

Menanamkan dan mengintegrasikan komponen kesehatan prakonsepsi ke masyarakat yang ada


terkait dengan program kesehatan, termasuk penekanan pada orang-orang yang memiliki risiko
pada kehamilan sebelumnya.

9.      Penelitian

Meningkatkan pengetahuan penelitian yang berkaitan dengan kesehatan prakonsepsi.

10.  Perbaikan Pemantauan

Memaksimalkan pengawasan kesehatan masyarakat dan mekanisme penelitian terkait untuk


memantau kesehatan prakonsepsi.

Konsep asuhan prakonsepsi telah diartikulasikan selama lebih dari satu dekade, 5-20 namun belum
menjadi bagian dari praktek rutin obat keluarga. Kurangnya pengetahuan dokter yang
direkomendasikan Intervensi adalah salah satu penghalang untuk penyediaan asuhan prakonsepsi.
CDC Publikasi alamat penghalang pengetahuan dengan menguraikan 14 intervensi asuhan
prakonsepsi tertentu untuk yang pedoman praktek klinis dan bukti efektivitas ada (Tabel 6).

Tabel 6. Intervensi dengan Bukti Asuhan Prakonsepsi untuk Meningkatkan Hasil

  Kehamilan

Intervensi Terbukti Efek Kesehatan

Suplementasi asam folat Mengurangi terjadinya cacat neural tube defect


(NTD)

Vaksinasi Rubella Memberikan perlindungan terhadap sindrom


rubella bawaan.

Manajemen diabetes Secara substansial mengurangi kenaikan 3 kali lipat


dalam cacat lahir pada bayi dari wanita diabetes.

Manajemen Hypothyroidism Menyesuaikan dosis levothyroxine awal kehamilan


melindungi pengembangan neurologis yang tepat.

Vaksinasi hepatitis B selama perempuan Mencegah penularan infeksi pada bayi dan
berisiko menghilangkan risiko untuk wanita dari gagal hati,
kanker hati, sirosis, dan kematian akibat infeksi
HBV.

Screening HIV / AIDS dan pengobatan Memungkinkan untuk pengobatan tepat waktu dan
memberikan wanita (atau pasangan) dengan
informasi tambahan yang dapat memengaruhi
waktu kehamilan dan pengobatan.

Screening dan pengobatan Sexually Mengurangi risiko kehamilan ektopik, kemandulan


Transmitted Diseases (STD) dan nyeri panggul kronis yang berhubungan dengan
Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhea
dan mengurangi
kemungkinan risiko pada janin kematian janin dan
cacat fisik dan perkembangan, termasuk
keterbelakangan mental dan kebutaan.

Manajemen ibu PKU (Phenylketonuria) Mencegah bayi dari lahir dengan keterbelakangan


mental-PKU terkait.

Manajemen penggunaan Menghindari penggunaan antikoagulan teratogenik


antikoagulan oral (yaitu, warfarin) sebelum hamil untuk menghindari
paparan berbahaya. Wanita yang memerlukan
antikoagulan harus mengganti terapi
antikoagulannya dengan heparin sebelum konsepsi.

Manajemen Antiepilepsi Mengganti obat ke regimen yang paling tidak


teratogenik / jika mungkin hentikan obat sebelum
kehamilan

Manajemen penggunaan Accutane Mencegah kehamilan bagi wanita yang


menggunakan isotretinoin (Accutane) atau berhenti
menggunakan isotretinoin sebelum konsepsi,
menghilangkan paparan berbahaya.

Konseling berhenti merokok Melengkapi berhenti merokok sebelum asuhan


kehamilan dapat mencegah terkait kelahiran
prematur merokok-, berat badan lahir rendah, atau
hasil perinatal yang merugikan lainnya.

Mengontrol alkohol pesta minuman keras dan /


Menghilangkan penggunaan alkohol atau sering minum sebelum kehamilan mencegah
sindrom alkohol janin dan cacat lahir yang
berhubungan dengan alkohol lainnya.

Kontrol Obesitas Mencapai berat badan yang sehat sebelum


kehamilan mengurangi risiko cacat tabung saraf,
kelahiran prematur, diabetes, operasi caesar, dan
hipertensi dan penyakit tromboemboli yang
berhubungan dengan obesitas.

Dalam jangka pendek, dokter dapat melakukan 2 hal untuk meningkatkan kesehatan prakonsepsi dan
kesehatan peduli. Pertama, meminta setiap wanita usia reproduksi apakah dia bermaksud untuk hamil
dalam tahun depan. Meminta setiap wanita reproduksi niat mempromosikan gagasan bahwa
kehamilan harus ditujukan dan direncanakan dengan menyediakan kontrasepsi untuk wanita yang
tidak berniat untuk hamil dan mempromosikan strategi asuhan prakonsepsi untuk wanita jika mereka
ada keinginan untuk hamil. Kedua, menginformasikan perempuan yang kondisi kesehatan dan obat-
obatan dapat mempengaruhi hasil kehamilan dan kehamilan yang dapat mempengaruhi kesehatan
wanita. Dalam jangka panjang, aspek rekomendasi nasional bisa dimasukkan ke Proyek Masa Depan
Kedokteran Keluarga "New Model" dari kedokteran keluarga, yang mempromosikan penyediaan,
asuhan pasien berpusat berbasis tim dan komitmen untuk memberikan penting "keranjang layanan."
2.5    Pengkajian Data Asuhan Prakonsepsi

Adapun beberapa pengkajian data yang perlu dilakukan


1. Riwayat individu dan sosial

a.       Usia

b.      Latihan dan aktifitas

c.       Penggunaan alkohol dan rokok

d.       Penggunaan obat-obat terlarang

e.       Keadaan lingkungan termasuk lingkungan keluarga

2. Riwayat kesehatan keuarga

a.       Diabetes

b.       Hipertensi

c.       Cancer

d.       Jantung

e.        Retardasi mental

f.        Keehamilan kembar

g.       Thalasemia

h.      Haemophilia

i.         Anak lahir cacat

j.         Down sindrom

k.       Anemia sick cell

l.        Still birth 3x atau lebih

3. Riwayat kesehatan/penyakit ibu

a.       Diabetes

b.      Hipertensi

c.       Cancer

d.       Jantung

e.       Retardasi mental

f.       Kehamilan kembar

g.       Thalasemia
h.      Haemophilia

i.        Anak lahir cacat

j.        Down sindrom

k.      Anemia sick cell

l.        Still birth 3x atau lebih

4. Riwayat reproduksi

a.       Menarche, siklus, lamanya haid dl

b.      Riwayat obstetric (persalinan yang lalu )

c.        KB ( jenis, waktu penggunaan, efek samping )

d.      Riwayat hubungan sex ( pernikahan ke berapa, frekuensi, masalah dll )

5. Riwayat medication

2.6   Konseling Pra Konsepsi

1.   Konseling Pra Konsepsi

Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik
dengan panduan keterampilan komunikasi interpersonal, tehnik bimbingan dan penguasaan
pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang
sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut
(Saifuddin, Abdul Bari. 2000:39). Menurut Rochman Natawidjaja, 2987:32, konseling adalah sebagai
hubungan timbal balik antara dua individu, dimana yang seorang (yaitu konselor) berusaha membantu
yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan
masalah-masalah yang dihadapi pada waktu yang akan datang.

Konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu
keputusan atau memecahkan suatu melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan
perasaan-perasaan klien ( Saraswati Tarigan, 2002).

Proses konseling menggambarkan adanya kerjasama antara bidan selaku konselor dengan klien
mencari tahu tentang masalah yang dihadapi klien. Proses ini memerlukan keterbukaan dari klien dan
bidan agar mencapai jalan keluar pemecahan masalah klien.

Manfaat konseling adalah meningkatkan kemampuan klien dalam mengenal masalah, merumuskan
alternate, memecahkan  masalah dan memiliki pengalaman dalam pemecahan masalah secara mandiri.

Konseling prakonsepsi dimulai dengan pembahasan tentang kesiapan psikologi seorang wanita atau
pasangan dalam mengasuh dan membesarkan anak. Pembahasan ini mencakup topik-topik, seperti
apakah tersedia kamar bagi anak-anak, bagaimana cara mengasuh anak-anak, kemapanan ekonomi
dan kestabilan emosi wanita atau pasangan, serta harapan pengalaman usia subur dan menjadi orang
tua.
Pengaturan usia subur sehubungan dengan upaya wanita atau pasangan untuk menyelesaikan
pendidikan/memulai suatu karier, bagaimana stress mempengaruhi aktivitas. Sedangkan pada remaja,
bagaimana dengan penyelesaian sekolah dan rencana melanjutkan perguruan tinggi atau pelatihan
kerja serta metode pengontrolan kehamilan.

Menghentikan Penggunaan Metode Kontrasepsi (KB) : apabila wanita telah menggunakan metode
hormonal jangka panjang, seperti suntikan, susuk/implan, ia harus tahu bahwa dibutuhkan beberapa
bulan sebelum akhirnya ovulasi berlangsung teratur. Wanita dapat menggunakan metode barrier
(contoh: kondom) sampai ia mengalami menstruasi teratur sehingga tanggal kehamilan dapat
diperkirakan dengan tepat.
Tidak ada efek berbahaya pada janin yang perlu diperhatikan bila kehamilan terjadi setelah semua
metode ini dihentikan.

Mempertahankan status nutrisi yang baik sebelmum mengalami kehamilan merupakan hal yang
sangat penting. Persiapan bagi pertumbuhan bayi sehat dan mencegah berat lahir rendah dapat
dilakukan dengan:

a)      Mencapai berat badan ideal

b)      Mengontrol gangguan makan dan pica

c)      Mengembangkan kebiasaan diet nutrisi seimbang

Skrining Genetik: pada setiap konseling genetik, kuncinya adalah menetapkan bahwa setiap bayi
dari wanita dan pria tertentu memiliki kesempatan mengidap suatu penyakit genetik. Apabila faktor
risiko genetik telah diidentifikasi, maka dapat dirujuk ke konselor genetik.

a.       Konseling Genetika

1)      Pengertian konseling genetik

Konseling genetik merupakan suatu proses pemberian informasi tentang aspek genetik dari suatu
penyakit yang diberikan oleh tenaga terlatih kepada mereka yang mempunyai risiko tinggi atau
kepada mereka yang memiliki gangguan-gangguan yang bisa diwariskan kepada keturunannya.

Seorang pemberi konseling genetik (konselor genetik) dapat menjelaskan bagaimana kelainan/
gangguan ini diwarisi oleh orangtua pada anak, risiko kemungkinan berulang ; ditujukan kepada
pasien, keluarga mereka dan tenaga medis yang secara langsung memberikan pelayanan kepada
mereka; dan memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga yang mengalami penyakit Bagi
mereka yang memiliki riwayat keluarga yang memiliki gangguan genetik, konselor genetik dapat
menjelaskan risiko yang akan mereka hadapi nanti, yaitu memiliki bayi yang mempunyai kondisi
yang sama dengan mereka dan bagaimana kondisi nantinya akan mempengaruhi si anak.

Klinik herediter merupakan pusat pemberi layanan konseling pertama yang didirikan tahun 1940 di
Universitas Michigan Amerika Serikat. Sejak itu banyak pusat layanan seperti ini dibuka di seluruh
dunia.

Selama beberapa tahun kemudian peranan genetik konselor mulai dikembangkan dari membuat
gambaran silsilah keluarga untuk mengetahui komponen-komponen genetik dari penyakit dan cacat
lahir sampai pada pendekatan tidak langsung, dibutuhkan konselor untuk memberikan informasi dan
umpan balik kepada pasien yang mengalami penyakit dan risiko penyakit keturunan.
Individu yang datang untuk menemui konselor genetik mungkin mengalami  gangguan tersendiri dan
khawatir tentang keluarga mereka, pasangan yang memiliki anak dengan gangguan genetic dan akan
merencanakan kehamilan berikutnya, pasangan yang merencanakan kehamilan pertama kalinya dan
berharap untuk mendapatkan informasi tentang kerentanan anak tersebut mangalami penyakit sama
halnya dengan mereka yang merencanakan kehamilan di usia tua serta ingin menilai beberapa resiko
potensialnya. Layanan konseling genetic sangat berguna disetiap tahap perkembangan, bayi yang
harus menjalani skrining, remaja yang akan diperiksa untuk menilai adanya gen thalasemia atau
menilai efek samping genetic remaja saat memasuki pertengahan siklus hidup dalam memenuhi
perubahan gaya hidup.

Konselor genetik sekarang bekerja dalam ruang lingkup yang lebih luas disamping kegiatan rutin di
rumah sakit. Lahan pekerjaan mereka di pendidikan, administrasi, pembuat kebijakan, dan dapat juga
sebagai anggota dari perusahaan bioteknologi. Beberapa dari mereka bekerjasama dengan ilmuwan
dan dokter dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan.

Kemajuan dan sumber teknologi telah memungkinkan konseling genetic untuk memainkan peranan
yang besar di beberapa negara berkembang dan kedepannya ini akan disadari oleh negara-negara
berkembang yang belum melakukan konseling genetic, tapi ini masih harus dikembangkan; karena
peran konselor masih sangat terbatas dinegara-negara berkembang dimana tugasnya masih dijalankan
oleh profesi kesehatan lainnya tanpa spesialisasi.

Beberapa penyakit genetik atau cacat lahir dapat ditemukan sebelum bayi tersebut lahir, yang lainnya
tidak terdiagnosa sampai kelahiran atau sampai anak-anak tumbuh besar.

Medical genetik dan konselor genetik dilatih untuk membantu keluarga-keluarga untuk memahami
tentang gangguan-gangguan genetic. Medikal genetik  biasanya adalah seorang dokter, mereka
melakukan pemeriksaan fisik saat dibutuhkan dan juga membantu memberikan penyuluhan kepada
pasien tentang gangguan-gangguan genetik.

Konselor genetik memberikan informasi tentang factor risiko dan menjelaskan tes genetika yang
tersedia. Seorang individu atau pasangan dapat menggunakan informasi ini untuk membantu mereka
dalam membuat keputusan untuk menjadi orangtua. Bagi orang-orang yang berhubungan dengan
mereka yang mempunyai riwayat keturunan, konselor genetic dapat:

a)      Memberikan informasi komplit dan akurat tentang gangguan-gangguan yang spesifik.

b)      Menentukan pasangan-pasangan yang berisiko memiliki anak dengan gangguan-gangguan


tertentu.

c)      Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang dapat menjelaskan bahwa bayi memiliki
gangguan sebelum atau setelah lahir.

2)      Sasaran konseling genetic

Konseling genetk diberikan kepada mereka yang :

a)      Sedang hamil atau berencana untuk hamil yang memiliki riwayat :

§  Gangguan genetik seperti : kistik  fibrosis.

§  Cacat lahir : bibir sumbing,    


§  Abnormalitas kromosom : down sindrom

§  Retardasi mental

b)      Wanita yang memiliki riwayat abortus berulang

c)      Wanita yang sulit hamil

d)     Wanita yang telah dinyatakan telah terpapar dengan segala sesuatu yang berbahaya terhadap bayi
yang akan dilahirkan (termasuk di dalamnya sinar x, radiasi, beberapa obt-obatan, alkohol, infeksi).

e)      Wanita yang berusia  di atas 35 tahun.

f)       Wanita yang berkepentingan untuk mendapatkan diagnosis prenatal

g)      Wanita yang sebelumnya sudah diberitahukan bahwa kehamilannya kemungkinan memiliki


risiko tinggi mengalami komplikasi atau cacat lahir berdasarkan hasil USG atau pemeriksaan darah.

Yang lainnya yang diuntungkan dari konseling genetik ini adalah :

1.      Mereka yang memiliki riwayat keturunan kanker dan ingin mengetahui risiko dari
perkembangan kanker tersebut dan cara untuk mengurangi risiko.

2.      Mereka yang mengalami gangguan perkembangan seksual sekunder.

Pada konseling genetik, konselor menanyakan individu atau pasangan beberapa pertanyaan tentang
riwayat keluarga dan riwayat medis. Ia juga menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat
mengidentifikasi beberapa permasalahan ( prenatal atau pemeriksaan darah). Konselor menjelaskan
bagaimana proses terjadinya kelainan tersebut, ia juga membicarakan tentang risiko penurunan
kondisi tersebut pada anak. Pemeriksaan fisik oleh medical genetic menjadi bagian dari kegiatan
konseling genetic. Ahli genetik ini bisa menyarankan beberapa tes untuk membantu dalam
menegakkan diagnosis

3)      Proses konseling genetic

Selama konsultasi :

Riwayat kesehatan keluarga dikumpulkan untuk memberikan informasi tentang kesehatan anggota
keluarga, membuat diagnosis dari kondisi genetic, atau dipastikan pada saat kehamilan, setelah
persalinan, masa anak-anak, atau dalam kehidupan lanjut setelah itu. Diagnosis dibuat, berdasarkan
dari hasil pemerriksaan biokimia atau genetic. Diagnosis yang dibuat ini  bisa juga berarti bahwa
anggota keluarga yang lain juga bisa mengalami resiko yang sama.

Berikut ini adalah hal-hal yang dilakukan oleh seorang konselor dalam melakukan konseling terhadap
kelurga yang bermasalah :

a)      Memperkirakan resiko pada aggota keluarga yang lain, atau anak berikutnya, yang akan
terpengaruh oleh kondisi. Bagaimanapun mereka harus diyakinkan untuk mengikuti konseling genetic
dalam menemukan keadaan-keadaan yang sepertinya tidak terjadi dalam keluarga mereka.

b)      Mendiskusikan dampak dan pengaruh yang mungkin terjadi pada individu atau keluarga dalam
suasana yang mendukung. Informasi verbal dan tertulis mengenai kondisi mereka diberikan untuk
membantu mereka dalam menanggapi beberapa isu yang mungkin muncul dari diagnosis yang telah
dibuat tentang kondisi genetik.

c)      Mendiskusi bila terdapat pemeriksaan prenatal yang sesuai dan pilihan-pilihan lainnya untuk
memastikan bahwa keputusan yang dibuat tersebut berdasarkan data dasar.

Beberapa kondisi genetik dapat dibuat sebelum bayi lahir:

a)      Jika kondisi genetik ini diidentifikasi melalui diagnosis prenatal, konseling genetik menjadi
sarana yang menyediakan informasi langsung dan dengan demikian keputusan dapat dibuat
sehubungan dengan kelanjutan kehamilan.

b)      Pada mereka yang telah terpapar zat teratogenik (kimia, obat-obatan, radiasi, medikasi atau gen
lingkungan lainnya yang dapat menimbulkan cacat lahir). Konseling genetic memberikan kesempatan
untuk memperoleh informasi dan dukungan.

c)      Mendiskusikan dan menyusun pemeriksaan genetik pada mereka yang carier, yang
diprediksikan dan mereka yang belum memperlihatkan gejala.

4)      Konselor genetic

Yang memberikan konseling genetic :

Konseling genetik diberikan oleh tim profesional multidisiplin yang termasuk di dalamnya :

a)      ahli genetik klinik dan spesialis medis lainnya dengan keahlian dalam hal-hal yang berkaitan
dengan genetic di bidang mereka seperti : ahli onkologi dan ahli saraf.

b)      Konselor genetic yaitu mereka yang telah menyelesaikan pendidikan kesehatan professional
dengan pelatihan khusus dan diberi sertifikat oleh HGSA (Human Genetic Sosiety Australia).

c)      Pekerja social yang memiliki ketertarikan terhadap genetic, bekerja sangat dekat dengan klinik
genetik, konselor genetik dan kelompok-kelompok yang mendukungnya.

Ada beberapa alasan kenapa konseling genetik diperlukan :

a)    Bila ada suatu kondisi dalam keluarga dan individu yang bersangkutan  yang mana mereka atau
anak mereka akan mengalami perkembangan kondisi.

b)  Sebelum anak mengalami masalah serius dalam pertumbuhan, perkembangan atau kesehatan.

c)  Satu atau lebih anggota keluarga (hubungan darah yang tidak berhubungan dengan perkawinan).
Memiliki cirri-ciri yang tidak biasa, atau masalah kesehatan yang serius.

d)  Wanita yang berada pada usia pertengahan 30 atau lebih dan yang merencanakan kehamilan atau
mereka yang telah siap untuk hamil.

e)      Saat suatu pasangan memiliki hubungan darah.

f)     Individu atau pasangan mereka berhubungan dengan kondisi ini dan akan menurunkan pada
keturunannya.

g)      Ketika abnormalitas fetus sudah terdeteksi selama kehamilan.

h)   Jika terpapar dengan lingkungan yang bisa menyebabkan cacat lahir seperti : obat-obatan, kimia,
medikasi, radiasi.

Beberapa hal penting yang khususnya disampaikan oleh konseling genetic jika disertai oleh factor-
faktor resiko yang diterapkan pada anda:

a)      Sebuah skrining tes kehamilan standar, seperti tes Alpha Fetoprotein, yang mendapatkan hasil
yang tidak normal.

b)     Hasil amniosentesis yang tidak diharapkan (seperti kelainan kromosom dalam kehamilan)

c)      Orang tua/ keluarga dekat yang mewarisi penyakit atau cacat lahir.

d)     Orang tua yang memiliki anak dengan cacat lahir atau gangguan genetic.

e)      Ibu yang mengalami 2 atau lebih keguguran atau bayi lahir mati.

f)       Ibu yang berusia 35 tahun atau lebih ketika melahirkan.

g)      Kesempatan memiliki anak dengan Down Syndrome meningkat pada ibu dengan usia: Seorang
wanita mengalami 1 dari 350 kehamilan anak dengan Down Syndrome pada usia 35 tahun, 1 dalam
110 kehamilan pada usia 40 tahun, dan 1 dalam 30 pada kehamilan dengan usia 45 tahun.

h)      Anda yang berhubungan dengan kelainan genetic frekuensi kejadian dalam etnik tertentu atau
kelompok ras. Contoh, pasangan keturunan Africa mempunyai resikoo tinggi memiliki anak dengan
anemia bulan sabit; pasangan dari Eropa Jewish (Ashekenazi) bagian timur atau tengah, Cajun, or
keturunan Irlandia memungkinkan sebagai carrier penyakit Tai-Sachs; dan pasangan Italia, Yunani,
atau keturunan Timur Tengah dapat membawa gen Thalasemia, gangguan sel darah merah. 

Setelah Konseling:

Genetik konselor dapat membantu anda memahami masalah anda dan memberikan anjuran-anjuran
langsung kepada anda, anda beserta keluarga akan memutuskan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Jika anda telah mendapatkan informasi tentang konsepsi bahwa anda atau pasangan berisiko tinggi
untuk memiliki anak dengan kecacatan yang parah/ fatal pilihan anda adalah:

a)      Diagnosis preimplantasi ; saat sel telur telah dibuahi dalam uterus dilakukan tes untuk menilai
kecacatan pada fase blastosis dan hanya blastosis yang tidak terpengaruh yang ditanamkan di uterus
untuk menghasilkan kehamilan.

b)      Menggunakan donor sperma atau donor sel telur

c)      Adopsi     

d)     Jika anda mendapatkan diagnosis kecacatan yang fatal setelah konsepsi berikut ini adalah
piilihan-pilihan yang dapat anda lakukan:

§    Menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan saat anda memiliki bayi.

§    Pembedahan pada fetal untuk memperbaiki kecacatan sebelum dilahirkan. (Pembedahan ini hanya
dapat digunakan untuk mengatasi beberapa kecacatan, seperti : spina bifida, atau hernia diafragma
congenital).

§    Mengakhiri kehamilan.
Faktor Risiko Medis

a.       Obat-Obatan
Wanita yang menkonsumsi obat-obatan resep maupun yang dijual bebas,harus dievaluasi efek
teratogeniknya. selanjutnya dikaji apakah memang obat tersebut masih dibutuhkan atau tidak.

b.      Diabetes
Wanita penderita diabetes tipe I atau II menjadi sasaran utama penerima konseling prakonsepsi ini,
rencana asuhan difokuskan pada upaya mencapai dan mempertahankan gula darah dalam kadar
terkontrol untuk mengurangi insiden kelainan kongenital dan bayi berat lahir rendah. Wanita
penderita diabetes harus menemui ahli obstetrik atau endokrinologi pada masa sebelum kehamilan,
yang akan melakukan penanganan terhadap diabetes selama kehamilan.

c.       Penyakit Jantung

Wanita yang dicurigai atau diketahui memiliki penyakit jantung harus benar-benar didorong untuk
merencanakan waktu kehamilan dengan ahli kardiologi dan ahli obstetrik. Selama masa prakonsepsi,
status jantung harus tetap dikaji. risiko didasarkan pada tiga faktor utama: lesi jantung; gangguan
fungsi dasar tubuh; kemungkinan komplikasi selama kehamilan.

d.      Gangguan Kejang

Wanita yang diketahui memiliki gangguan kejang harus mengetahui frekuensi kejang dan pengobatan
yang sedang digunakan. pengobatan yang paling sering digunakan untuk mengontrol kejang bersifat
teratogenik bagi janin.

e.       Hipertensi
Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan persalinan normal. Wanita harus
mengetahui tentang risiko preeklampsia dan hambatan pertumbuhan janin.

f.       Gangguan Tiroid

Bagi wanita yang menderita hipotiroid atau hipertiroid, sasaran yang ingin dicapai adalah penderita
menjadi eutiroid sebelum hamil. Konsultasikan kepada ahli obstetrik dan endokrinologi untuk
menyusun sebuah pengkajian kadar tiroid dan pengobatan potensial selama kehamilan. bagi sebagian
besar wanita dengan gangguan tiroid, asuhan kebidanan meerupakan tindakan yang tepat jika disertai
konsultasi.

g.      Penyakit Infeksi

Masa prakonsepsi merupakan waktu yang tepat untuk mengkaji infeksi pada wanita.

h.      Fenilketonuria
Hal terbaik bagi penderita ini adalah dengan melakukan terapi diet yang telah dicoba sebelum
konsepsi, kemudian melanjutkan selama masa hamil. bantuan dari ahli gizi sekaligus evaluasi medis
yang menyeluruh sangat dianjurkan.

i.        Komplikasi Kehamilan Sebelumnya

Ibu dengan Usia Lanjut : Masalah yang pasti muncul setelah usai 35 tahun mencakup risiko kelainan
genetik, diabetes gestasional, hipertensi, dan penyakit kronis lainnya meningkat. Bagi wanota yang
merencanakan kehamilan pertama setalah usia 35 tahun, masalah infertilitas merupakan masalah yang
lebih besar lagi. Perubahan-perubahan besar terhadap gaya hidup yang sudah mapan juga dialami oleh
pasangan berusia mapan, dan merupakan hal yang perlu diperhatikan.

Masalah Lingkungan dan Tempat Kerja : paparan terhadap zat teratogen di dalam rumah, di
lingkungan, dan di tempat kerja merupakan masalah besar. Seseorang wanita dapat terpapar pada
bermacam-macam zat kimia, perubahan suhu yang ekstrem, logam berat, radiasi, agen infeksi, dan
berbagai faktor stres yang ada dirumah ataupun di tempat kerja. semua hal ini dapat berdampak
negatif terhadap perkembangan janin dan dapat mengakibatkan kelainan kongenital.

Masalah Prakonsepsi Pada Pria : bagi pria dengan riwayat gangguan genetik pribadi atau keluarga,
terdapat peningkatan risiko penularan pada anak. kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok
seorang ayah dapat meningkatkan risiko berat bayi lahir rendah. Pria yang lebih tua memiliki risiko
lebih tinggi mendapatkan anak dengan sindrom Down dan anomali kromosom lain yang terkait
dengan usia. baik produksi maupun pergerakan sperma dapat menurun akibat kebiasaan merokok,
penggunaan alkohol, obat-obatan terlarang, dan beberapa preparat farmasi sehingga menurunkan
fertilitas.
pria juga sering kali mengemban tanggung jawab stabilitas finansial keluarga dan merasakan hal ini
cukup membuat tertekan ketika menghadapi seorang anak.
pria membutuhkan diskusi terbuka tentang hal ini dan perubahan dalam hubungan serta tuntutan
selama kehamilan dapat mengungkap suatu kebutuhan untuk mendapat bantuan sebelum prekonsepsi.

2.   Proses konseling

Konseling merupakan suatu  bentuk percakapan wawancara, sedangkan wawancara itu sendiri belum
tentu merupakan suatu konseling. Proses konseling menurut saraswati dalam buku komunikasi
efektif  ibu selamat, bayi sehat, keluarga bahagia, 2002 terdiri dari 4 unsur kegiatan:

a.       Pembinaan hubungan baik (rapport)

Dilakukan sejak awal pertemuan  dengan klien dan dijaga selama pertemuan konseling. Keterampilan
membina hubungan baik merupakan dasar dari proses komunikasi interpersonal bidan dengan klien,
keluarga klien, tokoh masyarakat dan sebagainya. Serta merupakan dasar dari proses pemberian
bantuan.

Hubungan yang baik akan memudahkan klien untuk  memahami  saran bidan sehingga mau
mengikutinya, klien merasa puas dan akan kembali lagi untuk memeriksakan diri ke bidan.

Tahapan dalam pembinaan hubungan baik sebagai berikut:

1)      Mencari tahu seberapa klien memahami arti konseling dan apa yang dia harapkan dari seorang
konselor.

2)      Klien menjajaki kemungkinan keterbukaan

3)      Binalah hubungan kepercayaan

4)      Biarkan klien bercerita tentang apa yang dirasakan walaupun cerita itu tidak berurutan

5)      Kesan pertama akan menentukan  keberhasilan konseling.


Perilaku respon positif yang mendukung terciptanya hubungan baik

1)      Bersalaman dengan ramah

2)      Mempersilahkan duduk

3)      Bersabar

4)      Tidak menginterupsi/memotong pembicaraan klien

5)      Menjaga kerahasiaan klien

6)      Tidak melakukan penilaian

7)      Mendengarkan dengan penuh perhatian

8)      Menanyakan alasan kedatangan klien

9)      Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien.

b.      Penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri dan sebagainya).

Pengumpulan informasi merupakan tugas utama konselor. Pendalaman masalah yang dihadapi klien,
latar belakang, situasi dan kondisi klien, perasaan dan kebutuhan klien, serta pemahaman klien
terhadap masalah yang dipahami oleh konselor, akan berdampak baik terhadap informasi yang
dibutuhkan dan dipahami oleh klien.

Tahapan dalam penggalian informasi:

1)      Arahkan klien agar bercerita dengan urutan yang benar

2)      Selama bercerita, perhatikan bagaimana klien berbicara (malu, marah) sikap klien terhadap
konselor dan kesulitan selama berkomunikasi

3)      Bila klien tampak cemas, tunda sampai klien dapat merumuskan ceritanya. Jangan memaksa
klien jika belum siap

4)      Penting sekali peranan dari kedua belah pihak.

c.       Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perencanaan

Sesuai dengan masalah dan kondisi klien, konselor membantu klien memecahkan masalah yang
dihadapi atau membuat perencanaan untuk mengatasi. Tahapan ini merupakan inti dari proses
konseling:

1)      Konselor membantu klien memahami permasalahannya

2)      Konselor membantu memberikan alternative pemecahan masalah

3)      Konselor membantu klien memilih alternative pemecahan masalah dengan segala


konsekuensinya.

4)      Menindaklanjuti pertemuan

Mengakhiri pertemuan konseling, konselor merangkum jalannya dan hasil pembicaraan selama
pertemuan selanjutnya atau merujuk klien. Disebut juga dengan tahapan penutup:

1)      Konselor mengakhiri proses konseling secara bertahap

2)      Beri waktu klien untuk merenungkan berbagai alternative pemecahan masalah

3)      Membuat perjanjian kembali

4)      Berikan dorongan dan semangat bagi klien untuk keputusan yang telah diambil

5)      Jalannya proses konseling sangat tergantung pada percakapan konselor klien.

Anda mungkin juga menyukai