BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek tumbuh kembang pada anak merupakan salah satu aspek yang diperhatikan
secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan
mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun,
sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat
pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama
anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan
dan perkembangannya (Nursalam, 2005: 31-32).
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian tubuh
selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein-protein baru;
menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau sebagian.
Sedangkan perkembangan adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui
pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning)
(Wong, 2000).
Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda, akan tetapi
keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara simultan. Pertambahan ukuran fisik
akan disertai dengan pertambahan kemampuan anak. Pada dasarnya tumbuh kembang
mempunyai prinsip yang berlaku secara umum, hal ini karena tumbuh kembang
merupakan suatu proses terus-menerus dari konsepsi sampai dewasa yang pada
umumnya memiliki pola yang sama, hanya kecepatan yang terkadang berbeda. Proses
tumbuh kembang dimulai dari kepala ke seluruh anggota badan, misalnya mulai melihat,
tersenyum, mengangkat badan, duduk, berdiri, berjalan sampai dengan berlari
(Nursalam, 2005).
Menurut Hidayat (2006), Tumbuh kembang anak terdiri dari beberapa tahapan dan
tiap-tiap tahapan mempunyai ciri tersendiri. Salah satu tahapan tumbuh kembang anak
adalah usia prasekolah (3-6 tahun). Keberhasilan penerimaan pada tahap tumbuh
kembang anak sebelumnya adalah penting bagi anak prasekolah (3-6 tahun) untuk
memperbaiki tugas-tugas, yang sudah dikuasai pada masa toddler. Usia prasekolah
mempunyai karakteristik sendiri, masa ini sebagai masa persiapan anak menuju periode
sekolah, kemampuan interaksi dengan anak lain dan orang dewasa menggunakan bahasa
untuk menunjukkan kemampuan mental, bertambahnya perhatian terhadap waktu dan
ingatan.
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada anak pra
sekolah pada An. A Perempuan usia 60 bulan.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian data subyektif secara komprehensif pada anak pra
sekolah pada An. A Perempuan usia 60 bulan
b. Melakukan pengkajian data obyektif secara komprehensif pada anak pra
sekolah pada An. A perempuan usia 60 bulan
c. Dapat menentukan dan mengidentifikasi masalah (analisa) yang muncul pada
An. A perempuan usia 60 bulan
d. Dapat menentukan perencanaan intervensi dalam asuhan pada An. A
perempuan usia 60 bulan
e. Dapat melakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dalam
asuhan pada An. A perempuan usia 60 bulan
f. Dapat melakukan pendokumentasian dalam asuhan pada An. A perempuan
usia 60 bulan
g. Membandingkan teori dengan kasus yang ada di lapangan / lahan praktik
C. Manfaat
1. Bagi Profesi Kebidanan
Mendapatkan pengetahuan dan pemecahan masalah dalam asuhan kebidanan pada
anak pra sekolah agar dapat mengaplikasikan teori Asuhan Kebidanan anak pra
sekolah dalam praktik pelayanan kesehatan di Bidan Praktik Mandiri ataupun di
Puskesmas. Sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan dalam asuhan kebidanan
pada anak pra sekolah baik di lapangan dan dalam teori.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi kepada mahasiswa dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang
asuhan kebidanan pada anak pra sekolah
3. Bagi Penulis
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta dapat mengembangkan teori
Asuhan Kebidanan pada anak pra sekolah dan mengaplikasikannya di lapangan
(Bidan Praktik Mandiri dan Puskesmas).
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
4
b. Perkembangan mental
Menurut Whalley dan Wong (1998), pada perkembangan kognitif salah satu
tugas yang berhubungan dengan periode prasekolah adalah kesiapan untuk
sekolah dan pelajaran sekolah. Disini terdapat fase praoperasional (piegat) pada
anak usia 35 tahun. Fase ini termasuk perkambangan prakonseptual pada usia 2-4
tahun, dan fase pikiran intuitif pada usia 47 tahun. Salah satu transisi utama
selama kedua fase adalah pemindahan dari pikiran egosentris menjadi total
menjadi kesadaran sosial dan kemampun untuk mempertimbangkan sudut pndang
orang lain.
3. Pemantauan Perkembangan
a. DDST
1). Pengertian DDST (Denver Development Screening Test)
DDST adalah salah satu metode screening terhadap kelainan perkembangan
anak. Tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. (Soetjiningsih, 1998).
2). Fungsi DDST
DDST digunakan untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus,
bahasa dan motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6 tahun.
3). Aspek-aspek Perkembangan yang Dinilai
Dalam DDST terdapat 125 tugas-tugas perkembangan dimana semua tugas
perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4
kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi : Personal
Social (Perilaku Sosial), Fine Motor Adaptive (Gerakan Motorik Halus),
Language (Bahasa), Gross Motor (Gerak Motorik Kasar).
4). Cara Mengukur Perkembangan Anak dengan DDST
Pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa setiap kali skrining biasanya hanya
berkisar antara 20-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama, hanya
sekitar 15-20 menit saja.
a) Alat yang Digunakan
b) Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:
(1). Tahap pertama :
secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 36
bulan, 9 12 bulan, 18 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.
(2). Tahap kedua :
dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan
evaluasi diagnostik yang lengkap.
5
c) Penilaian
Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak
mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O).
Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis, yang memotong
garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu
dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F,
selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal,
abnormal, meragukan (Questionable) dan tidak dapat dites
(Untestable).
(1). Abnormal
- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau
lebih
- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih
keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan
pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak
yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
(2). Meragukan
- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada
sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia.
(3). Tidak dapat dites
- Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi
abnormal atau meragukan.
(4). Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas
b. KPSP
Skrining Pemeriksaan Perkembangan Anak dengan mengunakan KPSP (Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan), Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan anak
menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan. Jadwal pemeriksaan perkembangan dengan menggunakan KPSP
dilakukan rutin pada usia 3, 6, 9, 12,15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan
72 bulan (IDAI Jawa Timur, 2006:54-55).
c. TDD
Anak umur < 24 bulan yang belum sekolah tes bisa dilakukan oleh Orang Tua atau
Pengasuh Anak. Semua pertanyaan di jawab oleh orang tua atau pengasuh anak
Bacakan pertanyaan secara berurutan dengan suara yang jelas dan nyaring.
6
Bila ada 1 atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami Gangguan
Daya Dengar, silahkan dikonsultasikan ke dinas terkait missal Puskesmas atau
rumah sakit.
d. KMME
e. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) pada Anak
f.
NO PERTANYAAN YA T
I
D
A
K
1 Apakah anak anda seringkali terlihat marah tanpa sebab
yang jelas?
(Seperti banyak menangis, mudah tersinggung atau bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal yang sudah biasa dihadapinya)
2 Apakah anak anda tampak menghindar dari teman-teman
atau anggota keluarganya?
(Seperti ingin merasa sendirian, menyendiri atau meras
sedih sepanjang waktu, kehilangan minat terhadap hal-hal
yang biasa diminati)
3 Apakah anak anda terlihat berprilaku merusak dan
menentang terhadap lingkungan di sekitarnya?
(Seperti melanggar peraturan yang ada, mencuri, seringkali
8
g. GPPH
Tujuan mengetahui secara dini adanya GGPH apad anak umur 36 bulan keatas.
Jadwal dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua atau ada
kecurigaan jika ditemukan kondisi anak tidak bisa duduk tenang, selalu bergerak
tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah, perubahan suasana hati yang mendadaki.
9
5). Tujuan pemantauan yang teratur untuk : mendeteksi secara dini dan
menanggulangi bila ada penyakit dan gangguan tumbuh-kembang, mencegah
2). diperhatikan minat, keinginan, dan pendapatnya diberi contoh (bukan dipaksa)
dibantu, didorong/dimotivasi, dan dihargai dididik dengan penuh kegembiraan,
melakukan koreksi dengan kegembiraan dan kasih sayang (bukan ancaman/
hukuman).
Semakin sering di rangsang akan makin kuat hubungan antar sel-sel otak
semakin banyak variasi maka hubungan antar se-sel otak semakin kompleks/luas
merangsang otak kiri dan kanan secara seimbang untuk mengembangkan multipel
inteligen dan kecerdasan yang lebih luas dan tinggi.- stimulasi mental secara dini
akan mengembangkan mental-psikososial anak seperti: kecerdasan, budi luhur,
moral, agama dan etika, kepribadian, ketrampilan berbahasa, kemandirian,
kreativitas, produktifitas, dst
11
tindakan untuk mengatasi masalah, keluhan atau mencapai tujuan pasien sesuai
rencana yang sudah disusun. Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila
tidak dilaksanakan. Oleh karena itu pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian
dari proses ini. Bila kondisi pasien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah
atau disesuaikan serta Evaluasi (Respon Pasien terhadap Tindakan) merupakan
tafsiran dari efek tentang tindakan yang telah diambil merupakan hal penting untuk
menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis dari hasil yang dicapai menjadi
fokus dari penilaian ketepatan tindakan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses
evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga
mencapai tujuan.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari pemeriksaan tumbuh kembang yang telah dilakukan pada An. A perempuan usia 60
bulan mulai dari pemeriksaan KPSP, KMME, TDD, TDL, GPPH, DDST diperoleh hasil :
KPSP : ada jawaban ya 9 dan yang satu yaitu anak belum mampu sepenuhnya berpakaian
sendiri tanpa bantuan, dalam hal ini perkembangan anak sesuai dengan pertumbuhan
umurnya
KMME : semua jawaban tidak, dalam hal ini anak normal tidak ada masalah mental
emosional.
GPPH : jumlah total 9 normal, anak tidak mempunyai mempunyai gangguan pemusatan
perhatian dan hiperrekativitas.
TTD : jawaban ya semua, tidak mempunyai gangguan pendengaran
TDL : anak mampu melihat sampai baris ke 3, normal
DDST : anak masuk dalam kategori normal karena semua yang tidak tercantum dalam
kriteria
Dari hasil seluruh pemeriksaan tumbuh kembang yang telah dilakukan baik KPSP,
KMME, TDD, TDL, GPPH, sampai dengan DDST dapat ditarik kesimpulan bahwa An. A
Perempuan usia 60 bulan tidak mengalami masalah keterlambatan perkembangan,
perkembangan anak sesuai dengan pertumbuhan usianya. Hal ini dibuktikan dengan
melakukan pemeriksaan tumbuh kembang (deteksi perkembangan) yang sesuai dengan
penunjuk pelaksanaan pada setiap pemeriksaan dalam berbagai kategori (KPSP, KMME,
TDD, TDL, GPPH, sampai dengan DDST) sesuia dengan teori (Asuhan neonatus, bayi,
balita, dan anak pra sekolah) yang menjelaskan tentang bagaimana cara mendeteksi
perkembangan pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah.
12
14
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang didapatkan dari sumber-sumber dan data-data dari An.
A yang membahas mulai dari pengkajian, penegakkan diagnosa, perencanaan,
implementasi, serta melakukan pemeriksaan tumbuh kembang maka dapat
menyimpulkan isi dari pembahasan yang telah dilakukan pada An. A yaitu :
Dari hasil seluruh pemeriksaan tumbuh kembang yang telah dilakukan baik KPSP,
KMME, TDD, TDL, GPPH, sampai dengan DDST dapat ditarik kesimpulan bahwa An.
A Perempuan usia 60 bulan tidak mengalami masalah keterlambatan perkembangan,
perkembangan anak sesuai dengan pertumbuhan usianya. Hal ini dibuktikan dengan
melakukan pemeriksaan tumbuh kembang (deteksi perkembangan) yang sesuai dengan
penunjuk pelaksanaan pada setiap pemeriksaan dalam berbagai kategori (KPSP,
KMME, TDD, TDL, GPPH, sampai dengan DDST) sesuia dengan teori (Asuhan
neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah) yang menjelaskan tentang bagaimana cara
mendeteksi perkembangan pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah.
B. Saran
Setelah melakukan studi kasus tentang pemeriksaan tumbuh kembang, penulis
mengemukakan saran yaitu :
1. Bagi rumah sakit
Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun klien
sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan kebidanan yang optimal pada
umumnya dan pada asuhan pada anak pra sekolah khususnya.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan
asuhan kebidanan pada klien agar lebih maksimal, khususnya pada asuhan
kebidanan pada anak pra sekolah. Bidan diharapkan dapat memberikan pelayanan
profesional dan komprehensif
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan
profesional, sehingga dapat tercipta tenaga kesehatan yang inovatif, terampil,
bermutu yang mampu memberikan asuhan secara menyeluruh berdasarkan kode
etik.
13