DI SUSUN OLEH :
NAMA : REIZA RAHMANI PUTRI
NIM : 02.19.005
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Nifas
2.1.2 Konsep Dasar Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan parous artinya melahirkan
atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan
asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan
kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum
hamil.
Masa Nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42
hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologi maupun psikologis akan pulih dalam
waktu 3 bulan . Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu puerperium dini (immediate
puerperium), puerperium intermedial (early puerperium) dan remote puerperium (later
puerperium). Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan di mana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam Postpartum). Dalam agama
islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40hari.
2. Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa di mana pemulihan dari
organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama kurang lebih 6-8minggu.
3. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahapterutama jika selama masa
kehamilan dan persalinan ibu mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa
berminggu-minggu, bulan bahkan tahun.
b. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Masa Nifas
Perubahan Fisiologis pada masa nifas:
1. SistemKardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah melahirkan karena
terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang
dapat diatasi dengan haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan
pembuluh darah kembali ke ukuran semula.
2. SistemReproduksi
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil.
1. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus1000gr
2. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berat
uterus750gr
3. Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat simpisis dangan
berat uterus500gr
4. Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat
urterus 350gr
5. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus50gr
b. Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Macam-macam lochea:
c. Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur, terkulai dan berbentuk seperti
corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi
lahir, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari
saja yang dapat masuk. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama
seperti sebelum hamil
d. Vulva danVagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ
ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
e. Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses
menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu produksi susu dan sekresi susu (let
down). Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan
fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika
hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambat kelenjar pituitary akan
mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf
merangsang lobus posterior pituitary untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin
merangsang reflek let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui
sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena
isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih
banyak
3. Perubahan SistemPencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi progesteron. Sehingga
hal ini dapat menyebabkan heartburn dan konstipasi terutama dalam beberapa hari
pertama. Kemungkinan terjadi hal ini karena kurangnya keseimbangan cairan selama
persalinan dan adanya reflek hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada
perineum karena adanya luka episiotomi
4. Perubahan SistemPerkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena saluran urinaria
mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum. Pada
awal postpartum, kandung kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini
disebabkan oleh adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine
yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya
trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam
postpartum
5. Perubahan Tanda-tandaVital
Perubahan Tanda-tanda Vital terdiri dari beberapa, yaitu:
a. Suhu Badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-38oC) sebagai akibat
kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan (dehidrasi) dan kelelahan karena adanya
bendungan vaskuler dan limfatik. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa.
Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, payudara
menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun
kemungkinan adanya infeksi endometrium, mastitis, tractus genetalis atau systemlain.
b.Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per menit atau 50-70 kali per
menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Denyut nadi yang
melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan
postpartum.
c.TekananDarah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole dan 10 mmHg pada
diastole. Biasanya setelah bersalin tidak berubah (normal), kemungkinan tekanan darah
akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi pada masa postpartum.
d. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan
khusus pada saluran napas contohnya penyakit asma. Bila pernapasan pada masa
postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tandasyok.
6. Perubahan Sistem Kardiovaskular
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala tiga ketika
volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama
postpartum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3 postpartum
b. Perubahan Psikologis Nifas
Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih
menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
suksenya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa postpartum, yaitu:
Respon dan dukungan dari keluarga dan teman Hubungan antara pengalaman melahirkan
dan harapan serta aspirasi Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
Pengaruh budaya. Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin setelah
melahirkan, ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut:
a. Masa Taking In (Fokus pada DiriSendiri)
Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru melahirkan akan bersikap pasif
dan sangat tergantung pada dirinya (trauma), segala energinya difokuskan pada
kekhawatiran tentang badannya. Diaakan bercerita tentang persalinannya secaraberulang-
ulang.
b.Masa Taking On (Fokus padaBayi)
Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir tentang kemampuannya
merawat bayi dan menerima tanggung jawabnya sebagai ibu dalam merawat bayi semakin
besar. Perasaan yang sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya
kurang hati-hati.
c.Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa Bantuan NAKES)
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung
10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil langsung tanggung jawab dalam merawat
bayinya, dia harus menyesuaikan diri dengan tuntutan ketergantungan bayinya dan
terhadap interaksi social. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
Kebutuhan Dasar Masa Nifas
Menurut Bahiyatun (2009; h. 68-91) kebutuhan dasar masa nifas sebagai berikut:
1) Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah
konstipasi dan untuk memulai proses pemberian ASI ekslusif. Diet dalam masa nifas harus
bergizi, bervariasi, seimbang dan mengandung tinggi kalori. Kebutuhan kalori pada ibu
nifas meningkat dari kebutuhan wanita biasa dari 2200 kkal sedangkan untu ibu menyusui
diperlukan tambahan 700 kkal untuk 6 bulan pertama setelah melahirkan dan selanjutnya
500 kkal.
2) Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali terdapat kontraindikasi. Ambulasi
akan meningkatkan sirkulasi dan mencegah risiko tromboplebitis, meningkatkan fungsi
kerja peristaltik dan kandung kemih sehingga mencegah distensi abdominal dan konstipasi.
3) Eliminasi
Bidan harus mengobservasi adanya distensi abdomen dengan memalpasi dan
mengauskutasi abdomen, terutama pada post-seksio sesaria. Berkemih harus terjadi dalam
4-8 jam pertama dan minimal sebanyak 200 cc. Anjurkan ibu untuk minum banyak cairan
dan ambulasi. Rangsangan berkemih dapat diberikan dengan rendam duduk untuk
mengurangi edema dan relaksasi sfingter, lalu kompres hangat/dingin. Bila perlu pasang
kateter jika ibu belum bisa berkemih.
4) Personal Higiene
Pada masa postpartum, seorang ibu rentan terhadap infeksi. Untuk itu menjaga kebersihan
sangat penting untuk mencegah infeksi. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh,
pakaiantempat tidur dan lingkungannya. Ajari ibu cara membersihkan daerah genetalianya
dengan sabun dan air bersih setiap kali setelah berkemih dan defekasi. Membersihkan area
perineum akan meningkatkan kenyamanan dan mencegah infeksi. Sebelum dan sesudah
membersihkan genetalia, ibu harus mencuci tangan sampai bersih. Pada waktu
membersihkan alat genetalia dengan cara membersihkan dari arah depan ke belakang dan
membersihkan daerah anus terakhir. Ibu harus mengganti pembalut sedikitnya dua kali
sehari. Jika ibu menyusui bayinya, anjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan
payudaranya.
5) Istirahat
Ibu nifas membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup. Istirahat sangat penting untuk ibu
menyusui. Seorang wanita yang dalam masa nifas dan menyusui memerlukan waktu lebih
banyak untuk istirahat karena sedang dalam proses penyembuhan, terutama organ-organ
reproduksi dan untuk kebutuhan menyusui bayinya.
6) Seksualitas
Kebutuhan seksual sering menjadi perhatian ibu dan keluarga. Diskusikan hal ini sejak
mulai hamil dan diulang pada postpartum. Secara fisik aman untuk memulai hubungan
suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.
f. Kunjungan masa nifas
Menurut Yusari Asih (2016), kunjungan nifas dilakukan sebagai suatu tindakan untuk
pemeriksaan postpartum lanjutan. Kunjungan nifas di lakukan setidaknya 3 kali yaitu :
1. Kunjungan Nifas Pertama (KF 1 )
Adalah kunjungan nifas pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan. Asuhan
yang di lakukan adalah :
a. Memastikan ivolusi uterus berjalan normal, kontraksi uterus keras, fundus di bawah
umbilikus dan pemeriksaan apakah ada tanda - tanda perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda - tanda demam, infeksi perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
e. Memastikan ibu dapat menyusui dengan baik dan benar
f. Memberikan KIE mengenai perawatan BBL
2. Kunjungan Nifas jke II ( KF 2)
Adalah kunjungan nifas dalam kurun waktu hari ke 4 sampai dengan hari ke 28 setelah
persalinan. Asuhan yang di berikan adalah :
a. Memastikan ivolusi uterus berjalan normal, kontraksi uterus keras, fundus di bawah
umbilikus dan pemeriksaan apakah ada tanda - tanda perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda - tanda demam, infeksi perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
e. Memastikan ibu dapat menyusui dengan baik dan benar
f. Memberikan KIE mengenai perawatan BBL
3. Kunjungan Nifas ke III (KF 3)
Adalah kunjungan nifas dalam kurun waktu hari ke 29 - 42
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit- penyulit yang di alami
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam nifas dan tanda bahaya
yang di alami oleh ibu dan bayi
c. Periksa tanda- tanda vital meliputi keadaan umum, fisik, perdarahan pervaginam,
lochea, kondisi perineum, tanda-tanda infeksi
d. Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaiman dukungan yang di dapatkan dari
keluarga, pasangan dan masyarakat untuk perawatan bayinya.
b.Etiologi
Hal-hal yang menyebabkan perdarahan post partum adalah :
1) Atonia uteri
Adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak
mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan
plasenta lahir (Sarwono, 2008).
2) Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca
persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan
serviks atau vagina (Saifuddin, 2002). Setelah persalinan harus selalu dilakukan
pemeriksaan vulva dan perineum. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum
juga perlu dilakukan setelah persalinan.
3) Retensio plasenta
Menurut Winjosastro (2005) retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum
lahir setengah jam setelah janin lahir. Hal tersebut disebabkan oleh :
a) Plasenta belum lepas dari dinding uterus.
b) Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan. Bila plasenta belum lepas
sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila sebagian plasenta sudah lepas
akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera
mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus disebabkan :
(1) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)
(2) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis
(3) menembus desidua sampai miometrium (plasenta akreta)
(4) Plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis
menembus sampai di bawah peritoneum (plasenta perkreta). Plasenta sudah
lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III,
sehingga terjadi lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus yang
menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
4) Sisa plasenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontrasi
secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.
5) Kelainan darah
Menurut Sarwono (2008) gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab
yang lain dapat disingkirkan apalagi terdapat kejadian yang serupa dengan
persalinan yang lalu. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan
faal hemostasis yang ab-normal. waktu perdarahan dan waktu hipofibrinogenemia,
dan terdektesi adanya FDP (fibrin degration product) serta perpanjangan tes
protrombin dan PTT (partial tromblopastin time). presdisposisi untuk terjadinya hal
ini adalah solusio plasenta, kematian janin dalam kandungan, eklamsi, emboli
cairan ketuban, dan epsis. Terapi yang dilakukan adalah dengan transfusi darah dan
produknya seperti plasma beku segar, trombosit, fibrinogen dan heparinisasi atau
pemberian EACA (epsilon amino caproic acid).
Berdasarkan penyebabnya diperoleh sebaran sebagai berikut :
a) Atonia uteri 50%-60%
b) Retensio plasenta 16%-17%
c) Sisa plasenta 23%-24%
d) Laserasi jalan lahir 4%-5%
e) Kelainan darah 0,5%-0,8%
c. Penatalaksanaan
Konsep Asuhan Pada Ibu Nifas Post Seksio Sesaria
a.Definisi Seksio Sesaria
1. Definisi
Seksio Sesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan di mana irisan
dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerektomi) untuk mengeluarkan bayi.
Seksio Sesarea umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainya (Purwoastuti, Dkk,
2015).
2. Komplikasi
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2011) komplikasi yang mungkin timbul dalam Post
Seksio Sesarea (SC) :
a. Syok
Peristiwa ini terjadi karena insufisiensi akut dari sistem sirkulasi dengan akibat sel-sel
jaringan tidak mendapat zat-zat makanan dan O2 dengan akibat terjadi kematian nya.
Penyebab-penyebab syok adalah: hemoragi merupakan penyebab terbanyak dan harus
selalu dipikirkan bila terjadi pada 24 jam pertama pasca bedah, sepsis, neurogenik dan
kardiogenik, atau kombinasi antara berbagai sebab tersebut. Gejala-gejalanya ialah nadi
dan pernafasan meningkat, tensi menurun, oliguri, penderita gelisah, eksteremitas dan
muka dingin, serta warna kulit keabu-abuan. Dalam hal ini sangat penting untuk membuat
diagnosis sedini mungkin yang dikenal dengan sistem peringatan dini (early warning
system), karena jika terlambat, perubahanya sudah tidak dapat dipengaruhi lagi.
2.2 Konsep Dasar Managemen Atonia Uteri Dengan Menggunakan Metode SOAP
2.2.1 Pengkajian
Konsep Dasar Managemen Hiperplasia Endometrium Dengan Menggunakan Metode
SOAP
Pengkajian
1. Data Subyektif
Data Subyektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan pada langkah
pertama, terutama data yang diperoleh melalui anamese. Data subyektif ini
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien (Muslihatun, 2009).
a. Identitas umum ibu
Nama yang jelas dan lengkap. Bila perlu ditanyakan nama panggilan sehari
hari.
b. Umur dicatat untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan
tindakan yang dilakukan pada pasien.
c. Alamat ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan
keadaan mendesak.
d. Pekerjaan klien ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan klien.
e. Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhya terhadap
kebiasaan kesehatan klien.
f. Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektualnya.Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan
seseorang. (Estiwidani, 2008)
g. Keluhan utama
Untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien sehingga dapat menentukan
diagnosa yang sesuai kebutuhan dan masalahnya. Para penderita kistoma
ovarri sering merasakan adanya perdarahan yang dapat berupa
hipermenorea, menorhagia, ataupun metrorhagia, anorecxia, sesak, nyeri
perut bagian bawah, nyeri setelah bekerja berat dan saat berhubungan
seksual. gangguan BAK (polikisuria, disuria, dan retensi urine), gangguan
BAB (obstipasi). (Sastrawinata, 1981).
h. Riwayat Menstruasi
Hal yang perlu ditanyakan: menarche, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya darah yang keluar, menstruasi terakhir, adakah dismenorhe,
gangguan sewaktu menstruasi (metrorhagi, menoraghi), gejala premenstual
(Estiwidani, 2008).
i. Riwayat pernikahan
Meliputi umur pada saat menikah, berapa kali menikah, dan lama menikah
untuk mengetahui status perkawinan ibu (muslihatun, 2009).
j. Riwayat penyakit sekarang
Adanya perdarahan tidak normal berupa hipermenore saat menstruasi
sehingga akibat perdarahan dapat mengeluh anemi karena kekurangan
darah pusing, cepat lelah dan mudah terjadi infeksi, terasa berat di abdomen
bagian bawah sukar BAK dan BAB serta nyeri karena tertekannya urat
saraf (Manuaba, 1998 : 410)
k. Riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu Kemungkinan menurunkan fertilitas,
pengaruh mioma pada kehamilan yang harus diwaspadai pada ibu dengan
riwayat kehamilan yang sering abortus, kelainan letak plasenta previa dan
pada riwayat persalinan lama karena pengaruh mioma yang menghalangi
jalan lahir serta timbulnya perdarahan post partum (Sastrawinata, 1981:
160).
l. Riwayat keluarga berencana
KB hormonal dengan kadar estrogen yang tinggi merupakan pencetus
terjadinya kista karena estrogen lebih tinggi kadarnya daripada wanita yang
menggunakan KB hormonal. (Hartanto, 2003)
m. Riwayat kesehatan lalu
Riwayat penyakit terdahulu apakah pernah mengalami kista ovarium,
ketuban pecah dini sebagai diagnosa banding pada pasien serta keadaan
lain yang menyertai seperti hipertensi dan diabetes melitus (Manuaba, 2009)
n. Riwayat kesehatan Keluarga
Anggota keluarga pasien yang pernah menderita penyakit yang sama berupa
perdarahan yang terus menerus dan lama adalah faktor keturunan
(Wiknjosastro, 1999 : 339).
o. Keadaan psikososial
Ibu mengalami kecemasan disebabkan karena dampak/gejala yang
ditimbulkan oleh adanya perdarahan, perdarahan yang terus-menerus dan
lama.
Pengkajian
Hari/ Tanggal : Sabtu, 02 Juni 2022
Ruangan : Gayatri III
A.Data Subyektif
1. Identitas
Nama Ibu/ Suami : Ny.”C”/ Tn. “S”
Usia : 26 Tahun / 28 Tahun
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMK
Pekerjaan : IRT / Karyawan Swasta
Alamat : Griya Permata Meri RT 01/ RW 06, Magersari,
Mojokerto
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan masih lemes dan nyeri jahitan luka post sc
8. Riwayat Menstruasi
a. Menarche
b. Siklus
c. Lama
d. Jumlah
9. Riwayat Perkawinan
a. Status : Menikah
b. Jumblah :1
c. Usia pertama menikah : 23
d. Lama : 3 tahun
9. Pola Nutrisi
Ibu belum makan hanya minum sirup dan makan permen
10.Pola Aktivitas/ Kegiatan
Ibu masih lemas, namun sudah bisa menekuk kakinya serta miring kanan kiri
12. Pola Laktasi
Ibu belum menyusui bayinya karena bayi masih berada di NICU
13. Dukungan Suami/ Keluarga
Suami mendampingi dan memberi dukungan pada ibu
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Cukup
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda – Tanda Vital
TD : 130/90
S : 35,8° C
N : 75 ×/menit
RR : 20×/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : tidak ada cloasma gravidarum, tampak lucat
b. Mata : Konjungtiva pucat, sklera putih
c. Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada secret
d. Mulut : tidak ada stomatitis, terdapat gigi berlubang
e. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada pembendungan vena
jugularis, tidak ada nyeri telan
f. Payudara : simetris, puting menonjol, terdapat hiperpigmentasi areola, terdapat
pengeluaran kolostrum
g. Abdomen : terdapat luka bekas operasi, tertutup plaster dan kassa steril, Tfu 3 jari
diatas pusat, Uc keras
h. Genetalia : tampak pengeluaran pervaginam ,fluxus 1 underpad ,lochea rubra
i. Ekstermitas : Atas/ Bawah : terdapat oedema pada kaki +/+, tidak ada varises
C. Analisa Data
Ny. “A” usia 26 tahun P100001 Post SC hari ke 0 dengan HPP
D. Penatalaksanaan
Hari/Tanggal : Sabtu, 02 Juli 2022
Pukul : 14.00
1. Melakukan massage uterus
2. Melakukan eksplorasi , saat di lakukan eksplorasi keluar stalsel kurang lebih
500 cc
3. Mengganti underpad yang penuh
4. Memantau perdarahan dan lapor dr. Spog
5. Memberikan drip oxytosin 2 gram
6. Memberikan drip metergin 3× 1 gram / 24 jam
7. Memberikan obat misoprostol 3 tablet / rectal
8. Memberikan nifedipine 10 mg 2 tablet
9. Melakukan cek DL Hb 10,0
E. Evaluasi
1. Observasi TTV dan keluhan pasien
2. Observasi perdarahan
Catatan perkembangan
Hari/ Tanggal : Sabtu , 02 Juli 2022
Pukul : 16.00
S
ibu mengatakan sedikit pusing, dan nyeri luka jahitan post sc
O
K/u : Cukup
Kesadarann: Composmentis
TTV : TD : 130/900 mmHg, S: 36,8°C, N: 75×/menit, RR: 20×/menit
UC keras, perdarahan kurang lebih 200 cc, Tfu 3 jari diatas pusat
A
Ny. “A” usia 26 tahun P100001 Post SC hari ke 0 dengan HPP
P
1. observasi keluhan pasien
2. observasi TTV pasien
3. Memberikan terapi sesuai advis dr.spog