Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan (Prakonsepsi)


1. Definisi perencanaan kehamilan dan prakonsepsi
Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi, namun
masa prakonsepsi tidak selalu digolongkan ke dalam masa pranikah.
Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal
melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan
salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal.
Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi
kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga
(Mirza, 2008). Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan
untuk mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan
yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan
oleh keluarga (Nurul, 2013).
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya
sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel
telur (ovum) dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi
adalah masa sebelum kehamilan terjadi (Katherine, dkk, 2013). Sehingga
prakonsepsi adalah sebelum terjadinya pertemuan antara sel telur dengan
sperma yang dapat menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah
perawatan yang diberikann sebelum kehamilan dengan sasaran
mempermudah seorang wanita mencapai tingkat kesehatan yang optimal
sebelum ia mengandung (Varney, 2007).
Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk
menggambarkan proses terjadinya pembuahan. Fertilisasi (pembuahan)
adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dengan spermatozoa yang biasanya
berlangsung di ampula tuba. Proses fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa
ke dalam ovum, fusi sprematozoa dan ovum, dan diakhiri dengan fusi materi
genetik. Kehamilan terjadi ketika hasil konsepsi mengalami nidasi
(implantasi) pada dinding uterus. Sehingga untuk dapat terjadinya kehamilan
perlu ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi hasil
konsepsi (Prawirohardjo, 2010).
Prakonsepsi merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan masa sebelum konsepsi. Perawatan prakonsepsi adalah satu
set intervensi yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memodifikasi
risiko yang diakibatkan oleh perilaku dan kondisi sosial untuk mencapai
status kesehatan wanita dan kesehatan kehamilan melalui upaya preventif
dan manajemen (CDC, 2006).
Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja
hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi
hamil sehat (Kemenkes, 2014).
Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan intervensi
biomedik, perilaku, dan kesehatan social pada perempuan dan pasangannya
sebelm terjadi konsepsi. Pengertian lainnya yakni sejumlah intervensi yang
bertujuan untuk menemukan dan mengubaj risiko biomedik, perilaku, dan
social uuntuk mewujudkan kesehatan perempuan atau hasil kehamilan
melalui pencegahan dan pengelolaan yang menyangkit faktor-faktor tersebut
yang harus dilaksanakan sebelum terjadinya konsepsi atau pada masa
kehamilan dini untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Winardi, 2016).
2. Faktor yang mempengaruhi kesuburan
Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri)
untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami)
yang mampu menghamilkannya (Handayani, dkk, 2010). Masa subur adalah
suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum
yang siap dibuah, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan
seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan. Masa subur merupakan
rentang waktu pada wanita yang terjadi “sebulan sekali” (Indriarti, dkk,
2013). Masa subur terjadi pada hari ke-14 sebelum menstruasi selanjutnya
terjadi (Purwandari, 2011). Menurut Saifuddin, dkk (2010), untuk
perhitungan masa subur dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11 dan
siklus terpendek dikurangi 18.

Sumber: Purwandari, 2011.


Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia subur
antara lain:
1) Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo,
2010). Rentang usia risiko tinggi adalah <20 tahun dan ≥ 35 tahun.
Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun secara fisik dan mental ibu
belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar mengalami
anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan prematur.
Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah.
Meskipun pada umur 40 tahun keatas perempuan masih dapat hamil,
namun fertilitas menurun cepat sesudah usia tersebut. Usia
reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia 20 tahunan,
selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30 tahun,
terutama setelah usia 35 tahun (American Society for Reproductive
Medicine, 2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun secara
perlahan-lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat memasuki usia
pubertas ditandai dengan perkembangan organ reproduksi, rata-rata
umur 12 tahun. Perkembangan organ reproduksi laki-laki mencapai
keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah
sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya
pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai
menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan
karena perubahan bentuk dan faal organ reproduksi (Khaidir, 2006).
Disarankan pria untuk menikah pada usia kurang dari 40 tahun,
karena di atas usia tersebut motilitas, konsentrasi, volume seminal,
dan fragmentai DNA telah mengami penurunan kualitas sehingga
meningkatkan risiko kecacatan janin (RSUA, 2013).
2) Frekuensi senggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan
antara spermatozoa dan ovum, akan terjadi bila koitus (senggama)
berlangsung pada saat ovulasi. Dalam keadaan normal sel
spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam organ reproduksi
wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jika ovulasi terjadi
sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung. Sedangkan ovum
seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga
bila kiotus dilakukan-pada waktu tersebut kemungkinan besar bisa
terjadi pembuahan. Hal ini berarti walaupun suami istri mengadakan
hubungan seksual tapi tidak bertepatan dengan masa subur istri yang
hanya terjadi satu kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi
pembuahan dan tidak akan terjadi kehamilan pada istri (Khaidir,
2006).
3) Lama berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri
akan hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam tiga bulan
pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama, 85,4% dalam 12 bulan
pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama. Waktu rata~rata yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan adaleh. 2,3-2.8 bulan.
Jadi lama suatu pasangan suami istri berusaha secara teratur
merupakan faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan (Khaidir,
2006).
3. Persiapan kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan yang
sehat diantaranya:
a. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari
pelayanan kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk mempersiapkan
calon ibu dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan
selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Pemeriksaan kesehatan dapat
dilakukan di puskesmas atau rumah sakit.
b. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Aktivitas
fisik/olahraga tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali
dalam seminggu selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Manfaat
olahraga selain menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan berat
badan.
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan
membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar
dikontrol agar dapat aman selama kehamilan, terutama disarankan untuk
wanita yang mengalami kelebihan berat badan serius, tetapi harus
disertai dengan selalu berkonsultasi dengan dokter dan atas rekomendasi
ahli gizi. Berat badan kurang dapat mengganggu kesuburan karena
kekurangan jumlah lemak yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan
berat badan dapat mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur.
Selain itu, kelebihan berat badan berisiko lebih besar untuk mengalami
komplikasi, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes selama kehamilan.
c. Menghentikan kebiasaan buruk
Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan
narkoba, dapat menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan, juga
janin yang dikandung, Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan cacat
bawaan hingga kematian janin. Perempuan yang minum alkohol
memiliki kemungkinan rendah untuk bisa hamil. Sedangkan untuk kaum
pria, minum alkohol dapat mempengaruhi kualitas sperma dengan
menurunkan tingkat testosteron dan bisa menyebabkan testis layu.
Begitu pula rokok dapat menurukan kesuburan baik pada perempuan
maupun laki-laki. Racun pada rokok dapat mengakibatkan kerusakan
kromosom pada telur, dan melemahkan kemampuan untuk
menghasilkan estrogen yang sangat diperlukan untuk menyiapkan
lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi laki-laki, rokok berpengaruh
terhadap kualitas dan kuantitas sperma. Kemauan sperma membuahi sel
telur dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa.
d. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan
makanan dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah mengatur pola makan dengan prinsip gizi seimbang,
memperbanyak konsumsi buah dan sayuran, menghindari makanan yang
mengandung zat-zat aditif seperti penyedap, pengawet, dan pewarna.
Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat memicu
terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan kelainan
fisik, dan cacat kongenital.
Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi yang
dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga calon ibu harus
memperhatikan asupan makanan yang mendukung pembentukan janin
sehat. Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung :
a) Protein
Berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma. Makanan sumber
protein seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe.
b) Asam folat
Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah janin,
cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem
saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam
folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan,
maka dapat membantu mencegah kecacatan pada otak dan tulang
belakang bayi. Asam folat dapat diperoleh melalui makanan, seperti
sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau, caisim mini),
asparagus, brokoli, pepaya, jeruk, stroberi, rasberi, kacang-kacangan,
alpukat, okra, kembang kol, seledri, wortel, buah bit, dan jagung.
Sebagian susu untuk ibu hamil pun mengandung asam folat cukup
tinggi, sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu
dapat memilih susu untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk
mengurangi rasa mual, serta tentu merupakan produk yang
berkualitas tinggi.
c) Konsumsi berbagai Vitamin
- Vitamin A
Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat.
Terdapat pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan berlemak,
brokoli, wortel, bayam, dan tomat.
- Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan
hingga 75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh
dengan bantuan sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh
dari telur, susu, hati, minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan ikan
salmon.
- Vitamin E
Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi sel
telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga
kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada
minyak tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan kecambah atau
tauge.
- Vitamin B6
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon
estrogen dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan.
Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, beras merah, kacang
kedelai, kacang tanah, pisang, dan sayur kol.
- Vitamin C
Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung
telur dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan
(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C
berperan melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal
bebas (oksidan) yang mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi
. Vitamin C banyak terdapat pada jambu biji, jeruk, stroberi,
pepaya, mangga, sawi, tomat, dan cabai merah.
d) Cukupi zat seng
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga
pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu
produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah,
melancarkan pembentukan sperma. Sumber seng antara lain
makanan hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging kepiting),
daging, kacang-kacangan (kacang mete dan almond), biji-bijian (biji
labu dan bunga matahari), serta produk olahan susu.
e) Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur) ibu
tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat besi
akan membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari anemia
yang sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging
merah, kuning telur, sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang
diperkaya zat besi.
f) Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di
susu, dan ikan teri.

g) Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala
kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi
seksual dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah
beras, bawang putih, kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.
h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng
dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di
dalam minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh,
serta level kolestrol sehingga menyeimbangkan endokrin yang sehat.
i) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang
dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan.
Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan
dapat dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200
miligram, hal ini juga dapat dibatasi sampai kehamilan.
j) Hindari konsumsi
 Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab
toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli
yang berbahaya bagi kehamilan dan janin.
 Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang
baik, dapat mengandung virus penyebab toksoplasma.
 Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan
ada bakteri salmonella penyebab diare berat.
 Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di
darah akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan
ikan tuna kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin,
tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3 dan 6, ikan dari sebagian
perairan Indonesia diduga tercemar merkuri melalui penurunan
kualitas air maupun rantai makanan.
e. Persiapan secara psikologis dan mental
Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan
memikirkan tujuan memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan
bagaimana mencapai tujuan ini. Hal ini disebut dengan rencana hidup
reproduktif. Misalnya bila Ibu berpikir ingin menunda kehamilan,
pilihlah kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Jika Ibu
berpikir untuk hamil, sangatlah penting untuk mengambil langkah-
langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan melahirkan bayi yang sehat pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang
berhubungan dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan,
menjelang persalinan, pasca persalinan dan juga perawatan bayi dari
berbagai sumber yang terpercaya.
Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan ketegangan,
hindari hal – hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam
keseimbangan hormonal. Stres dapat merusak siklus bulanan, dan
mencegah proses ovulasi. Sebuah studi membuktikan, wanita dengan
tingkat stres tinggi umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika calon ibu
mulai belajar mengatasi stres sehingga tidak mempengaruhi kesehatan
reproduksi. Sebaiknya ibu mulai mempersiapkan mental dalam
menghadapi perubahan yang akan terjadi pada saat kehamilan. Ibu harus
mendapat dukungan selama kehamilan dari orang terdekat seperti suami
dan keluarga sehingga semakin siapuntuk menjadi ibu baru.
f. Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan
pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan
persalinan penting dilakukan karena timbulnya ketegangan psikis serta
tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada saat kehamilan
sebagian besar disebabkan karena ketidaksiapan pasangan dalam hal
financial/keuangan.
Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk
biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan isteri
karena biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan berumah
tangga. Adapun biaya yang perlu diperhatikan guna persiapan kehamilan
ini, diantaranya mencakup biaya kesehatan (biaya konsultasi,
pemeriksaan, obat dan melahirkan), biaya-biaya pasca melahirkan
(tempat tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll) dan persiapkan pula
biaya untuk hal-hal yang tak terduga.
g. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan
dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengenai kesehatan reproduksi
ibu dan pasangan. Dokter/bidan akan memberikan saran mengenai
masalah yang dikeluhkan. Konsultasikan pada dokter mengenai riwayat
kesehatan keluarga yang perlu mendapat perhatian.
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT), maka ibu disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang tidak
diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan cedera hingga kematian,
termasuk selama kehamilan (BKKBN, 2014).

B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Calon Pengantin dengan


Perencanan Kehamilan
1. Pengkajian
Data Subjektif
1) Biodata / Identitas
Hal utama yang penting dikaji pada pasangan prakonsepsi antara lain;
a. Umur
- Perempuan
Umur reproduksi sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun
(Prawirohardjo, dkk, 2010). Pada umur < 20 tahun, fisiologis
alat reproduksi belum sepenuhnya matang dan psikologis
masih belum stabil akibatnya meningkatkan risiko
mengalami penyulit saat hamil (Sukaesih, 2012). Sedangkan
pada umur > 35 tahun, fungsi alat reproduksi dan organ
lainnya sudah menurun, apalagi wanita yang hamil pertama
pada usia ini, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
preeklampsia (Indriani, 2012).
- Laki-laki
Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas
ditandai dengan perkembangan organ reproduksi pria,
ratarata umur 12 tahun. Perkembangan organ reproduksi pria
mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan
akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan
mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25
tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan,
dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk
dan faal organ reproduksi (Khaidir, 2006). Semakin tua usia
seseorang maka kesuburan juga menjadi berkurang (RSUA,
2013). Usia laki-laki ≥ 40 tahun semakin meningkatkan
risiko kelainan baik fisik maupun psikis pada keturunananya
(McGrath, dkk, 2014).
b. Alamat
Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan pengaruh
terhadap kesehatan istri dan suami pada masa
prakonsepsi.vBeberapa penelitian menyebutkan bahwa
perempuan yg bekerja di lingkungan pertanian lebih sering
mengalami abortus spontan dan kasus Stillbirth (lahir mati) lebih
sering dijumpai diantara perempuan yang bertempat tinggal
dekat tempat aplikasi karbamat pada trimester II (Winardi,
2016).
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan
tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Pendapatan
seseorang berpengaruh terhadap kemampuannya dalam
memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya adalah kebutuhan
nutrisi. Kondisi nutrisi yang kurang baik dapat menyebabkan
terjadinya anemia pada ibu hamil, gangguan pertumbuhan janin
dalam uterus, BBLR, dan prematur (Reeder, dkk, 2011).
2) Riwayat menstruasi
Hal utama yang perlu dikaji adalah menarche, siklus menstruasi dan
gangguan menstruasi. Menarche adalah menstruasi pertama kali yang
merupakan tahap kematangan organ-organ seksual perempuan dan tanda
siklus masa subur telah mulai (Yusuf, dkk, 2014). Siklus menstruasi dan
gangguan mentruasi dapat mempengaruhi masa subur (Indriarti, dkk,
2013).
a) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami menarche usia
12-16 tahun.
b) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari
pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode
berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-
32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari
(Proverawati & Misaroh, 2009).
c) Lama menstruasi: normalnya menstruasi berlangsung 3-7 hari
(Ramaiah, 2006), sedangkan menurut Proverawati & Misaroh (2009)
lama mestruasi berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8
hari.
d) Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/ dismenorea
(Kusmiran, 2012)
e) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau, berwarna
putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai
adanya kemungkinan infeksi alat genital. (Saifuddin, 2010)

3) Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu terutama
imuniasai TT. Indonesia merupakan salah satu negara yang belum dapat
mengeliminasi tetanus 100% sehingga status imunisasi ibu/calon ibu
harus selalu diskrining (Kemenkes RI, 2012).
Status imunisasi lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki
prevalensi tinggi di daerah tempat tinggal caon pengantin wanita dan laki
– laki.
4) Riwayat kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa kembalinya
kesuburan pada perempuan. Organ reproduksi memerlukan waktu untuk
pemulihan setelah lepas/berhenti dari pemakaian kontrasepsi. Hal ini
seperti diungkapkan oleh Handayani, dkk (2010), bahwa lama
kembalinya kesuburan dari wanita pasca menggunakan KB suntik 3 bulan
adalah 6 bulan dan yang paling lama adalah 13 bulan.
5) Riwayat obstetri yang lalu
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu yang berkaitan
dengan morbiditas dan masalah-masalah lain adalah signifikan dan perlu
digali dengan cermat untuk menghasilkan riwayat yang akurat sebelum
memberikan nasihat tentang konsepsi.
- Paritas
Menurut Forney A dan E. W.Whitenhorne, paritas yang aman untuk
tidak terjadinya komplikasi pada saat persalinan yaitu dengan jumlah
melahirkan 1 - 2 kali (Manuaba, 2010). Paritas lebih dari 3 memiliki
besar risiko 3 kali untuk mengalami komplikasi persalinan. Bahaya
yang dapat terjadi pada ibu yang pernah melahirkan 4 kali atau lebih
yakni antara lain : kelainan letak, persalinan letak lintang: robekan
rahim pada kelainan letak lintang; persalinan lama; perdarahan pasca
persalinan (Rochjati, 2011).

- Jumlah anak
Persalinan yang pertama sekali (primipara) biasanya mempunyai
risiko relatif tinggi terhadap ibu dan anak, kemudian risiko ini
menurun pada paritas kedua dan ketiga, dan akan meningkat lagi
pada paritas keempat dan seterusnya (Sofian, 2011).
- Jarak kehamilan
Jarak kelahiran optimal adalah antara 2 tahun sampai dengan 5
tahun. Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi
keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2
tahun (BKKBN, 2009).
- Riwayat komplikasi
Riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk sebelumnya
merupakan salah satu penyebab komplikasi obstetrik yang tidak
langsung. Termasuk riwayat obstetrik sebelumnya yang buruk
meliputi abortus, partus prematur, IUFD, perdarahan postpartum,
riwayat pre eklamsia, riwayat kehamilan mola hidatidosa,
perdarahan antepartum, gemeli, hidramnion, riwayat persalinan
dengan tindakan. Seorang ibu yang pernah mengalami komplikasi
pada kehamilan atau persalinan yang sebelumnya berisiko akan
mengalami komplikasi pada kehamilan atau persalinan berikkutnya
(Manuaba, 2010).
6) Riwayat kesehatan klien
- Hipertensi
Penyakit hipertensi diakaitkan dengan peningkatan persalinan
prematur dan retardasi pertumbuhan intrauterin serta insiden
mortalitas perinatal yang lenih tinggi. Penyakit ini juga merupakan
salah satu penyebab kematian ibu yang paling sering. Tekanan
darah harus distabilkan sebelum konsepsi dan kemudian dipantau
ketat selama masa kehamilan. Sebagian besar wanita dengan
hipertensi kronis dapat mengharapkan kelahiran seorang bayi yang
normal dan sehat. Sasaran utama pada periode prakonsepsi ialah
menghindarai penggunaan penghambat ACE dan antogonis reseptor
angiotensin. Wanita harus diberi pendidikan kesehatan tentang risio
pereeklampsia dan hambatan pertumbuhan janin (Varney, 2007).
Pada laki-laki tekanan darah tinggi dapat menyebabkan masalah
gangguan ereksi baik secara langsung maupun karena efek samping
obat.
- Diabetes Melitus (DM)
Telah terbukti adanya suatu hubungan antara hiperglikemia pada
sekitar waktu konsepsi dengan kelainan pembentukan organ,
terutama tuba nueral, jantung, dan ginjal. Komplikasi yang dapat
timbul selama masa kehamilan meliputi preeklamsia,
polihidramnion, dan persalinan prematur. Oleh karena itu, wanita
yang menderita diabetes melitus perlu mendapat konseling dan
memantau disbetesnya dengan cermat, baik sebelum masa
prakonsepsi maupun sepanjang masa usia subur (Varney, 2007;
Prawirhardjo, 2010).
- Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan adaptif
ginjal untuk mempersiapkan kehamilan. Pada fase luteal setiap
siklus menstruasi, aliran darah ke ginjal dan laju filtrasi glomerulus
(LFG) meningkat hingga 10-20%. Jika kehamilan terjadi, perubahan
hemodinamik ini terus berlanjut. Pada pertengahan trimester kedua,
aliran darah ke ginjal meningkat hingga 70-80% jika dibandingkan
wanita tidak hamil, menyebabkan peningkatan LFG hingga 55%.
(Wicaksono, dkk, 2017). Pada laki-laki gagal ginjal kronis, terjadi
kegagalan dalam pembuangan limbah tubuh. Hal ini dapat
mempengaruhi kualitas sperma dan kesuburan.
- Asma
Wanita dengan riwayat asma saat hamil dapat berkurang gejalanya
atau bertambah keparahannya. Untuk menghindari bertambah
parahnya penyakit, hindarilah kemungkinan terjadinya infeksi
pernapasan dan upayakan tekanan emosional tetap stabil (Agustina,
2015). Asma juga merupakan salah satu penyakit yang dapat
diturunkan secara genetik.
- Anemia dan thalassemia
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau thalassemia
akan bertambah buruk saat kehamilan. Pada kehamilan kebutuhan
oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
eritropoetin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah
merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume plasma
terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
haemoglobin (Hb) akibat hemodilusi. (Prawirohardjo, 2010)
Pada lak-laki terapi androgen pada anemia dapat meningkatkan
produksi eritropoetin namun dapat menimbulkan gejala prostatisme
atau pertumbuhan yang cepat dari ca prostat.
- Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B (defisiensi
faktor IX) diwariskan secara X-linked recessive. Perempuan dari
keluarga penderita hemofilia umumnya adalah pembawa (carrier)
yang asimptomatik. Namun 10-20% perempuan pembawa dapat
beresiko terhadap komplikasi perdarahan yang bermakna karena
penurunan faktor VIII atau IX di bawah jumlah minimal untuk
mempertahankan keseimbangan hemostatik. Hemofilia dapat
menyebabkan infertilitas, namun sejumlah kecil penderita mungkin
mempunyai cukup folikel-folikel untuk hamil. (Prawirohardjo,
2010)
Pada laki-laki dengan Hemofilia lebih sering terjadi, gejala
perdarahan dalam waktu terus menerus dan lebih cepat karena darah
tidak dapat menggumpal tanpa pengobatan. Hal tersebut dapat
mengganggu saat berhubungan seksual dan dapat menurunkan
penyakit hemofilia pada keturunannya (Darmono, 2012).
- Jantung
Penyakit jantung pada kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan dapat
memperberat penyakit jantung. Kemungkinan timbulnya payah
jantung (dekompensasi cordis) pun dapat terjadi. Pada ibu hamil
yang rentan terhadap gangguan jantung, stres pada perubahan
fisiologis normal dapat mencetuskan dekompensasi jantung. Tanda
dan gejala penyakit jantung (palpitasii, frekuensi jantung sangat
cepat, sesak napas ketika beraktivitas, dispnea, dan nyeri dada)
harus dapat diketahui agar dapat dilakukan penatalaksaan yang tepat
(Paramita, dkk, 2016).
Pada laki-laki penyakit arteri koroner dapat menyebabkan masalah
dengan ereksi. Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya pengerasan
pembuluh darah penis dan jantung.
- Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan
mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi
kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat dalam bentuk
keguguran atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam
rahim. (Prawiroharjo, 2010)
- IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleg
bakteri, virus, parasit, atau jamur yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada
mitra seksualnya. Infeksi menular sekusual merupakan salah satu
penyebab Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). IMS seperti gonore,
klamidiasis, sifilis, trikomoniasis, herpes genitalis, kondiloma
akuminata, bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.
- TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks.
Kelima jenis penyakit yang disebutkan di atas merupakan penyakit
yang dapat menjangkiti pria maupun wanita dan dapat berpengaruh
burukpada janin yang dikandung. Toksoplasmosis merupakan
infeksi yang disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma
gondii. Penyakit ini sering diperoleh dari tanah atau kotoran kucing
yang terinfeksi toksoplasma, atau memakan daging dari hewan
terinfeksi yang belum matang sempurna. Gejala yang sering muncul
meliputi: demam, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar
limfe.
Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena toxoplasmosis
dapat menimbulkan aborsi dan gangguan fertilitas. Janin bisa
terinfeksi melalui saluran plasenta. Infeksi parasit ini bisa
menyebabkan keguguran atau cacat bawaan seperti kerusakan pada
otak dan fungsi mata (Prawirohardjo, 2010).
7) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor
genetik, dan bisa menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga
memegang peran penting dalam mengkaji kondisi medis yang diwariskan
dan kelainan gen tunggal. Beberapa jenis kanker, penyakit arteri koroner,
diabetes melitus tipe 2, depresi, dan trombofilia merupakan penyakit yang
memiliki tendensi familial dan dapat berpengaruh pada kesehatan
reproduksi wanita dan laki-laki (Varney, 2007).
8) Pola fungsional kesehatan
a) Nutrisi
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka
kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap
hari. Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan fungsi
reproduksi (Felicia, dkk, 2015).
b) Aktivitas
Apa saja aktivitas yang dilakukan ibu, kelelahan dapat
mempengaruhi sistem hormonal. Aktivitas fisik dapat memicu
penurunan sirkulasi hormone seksual (Idrissi, dkk, 2015).
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8:
”Nilai Ambang Batas” yang selanjutnya disingkat NAB adalah
standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-
rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi
8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
c) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada
organ reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian dalam 2
kali sehari, tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan
berbahan non sintetik. Saat menstruasi normalnya ganti pembalut
maksimal 4 jam sekali atau sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015).
Menggunakan air bersih saat mencuci vagina dari arah depan ke
belakang dan tidak perlu sering menggunakan sabun khusus
pembersih vagina ataupun obat semprot pewangi vagina (Fitriyah,
2014).
d) Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda dalam
melakukan suatu aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat yang cukup,
artinya tidak kurang dan lebih. Ketidakseimbangan istirahat/tidur,
misalnya kurang istirahat, dapat menyebabkan tubuh mudah
terserang penyakit. Tidur/istirahat pada malam hari sangat baik
dilakukan sekitar 7- 8 jam dan istirahat siang sekitar 2 jam (Latifah,
dkk, 2002a; Varnney, 2007).
e) Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama dengan
perokok aktif. Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat
ditimbulkan oleh rokok, seperti abortus, solusio plasenta, infusiensi
plasenta, plasenta previa dan BBLR. Selain itu dapat menyebabkan
dampak buruk bagi janin antara lain SIDS (sindroma kematian bayi
mendadak), penyakit paru kronis, asma, otitis media
(Prawirohardjo, 2010).
Konsumsi jamu-jamuan yang belum jelas komposisinya dapat
membahayakan janin dan ibu. Satu hal yang menjadi perhatian
medis adalah kemungkinan mengendapnya material jamu pada air
ketuban. Air ketuban yang tercampur dengan residu jamu membuat
air ketuban menjadi keruh dan menyebabkan bayi hipoksia sehingga
mengganggu saluran napas janin (Purnawati, dkk, 2012).
Memiliki binatang peliharaan seperti kucing dapat menyebabkan
penyakit toxoplasmosis (Wijayanti, dkk, 2014).
9) Riwayat pernikahan
Mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia
pernikahan, alasan berpisah. Tujuannya mengetahui jumlah pasangan
sebelumnya dan hubungan dengan pasangan sebelumnya yang dapat
mempengaruhi hubungannya dengan pasangan sekarang.
10) Riwayat psikososial budaya dan spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat premarital
psychological screening antara lain : kepercayaan diri kedua pihak
sebelum membangun sebuah keluarga, kemandirian masing-masing
calon dalam memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja atau
kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu bergantung pada
orang tua, kemampuan komunikasi antara kedua belah pihak yang dapat
membantu menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga serta
penentuan pengambil keputusan dalam keluarga, efek masa lalu yang
belum terselesaikan harus dapat dikomunikasikan secara terbuka antara
kedua pihak. Selain itu hubungan antara kedua pihak keluarga, seberapa
jauh keluarga besar dapat menerima atas pernikahan tersebut
(Kemenkes, 2013).
Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan antar budaya
atau ras akan menimbulkan masalah-masalah dan isu-isu yang spesifik,
misalnya tentang perbedaan dalam mengekspresikan cinta dan
keintiman, cara berkomunikasi, keyakinan beragama, komitmen dan
sikap yang mengarah pada perkawinan itu sendiri, nilai-nilai kultural
yang disampaikan oleh orangtua sejak kecil dan pola pengasuhan anak
(Imanda, 2016).
Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a) Tanda-tanda vital, normal jika :
- Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem
kardiiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg
- Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk mengetahui
pulsus defisit (denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk
menimbulkan denyut nadi sehingga denyut jantung lebih tinggi dari
denyut nadi). Dilakukan pula pemeriksaan frekuensi nadi. Kondisi
takikardi (denyut jantung lebih cepat dari kecepatan normal), dapat
dijumpai pada keadaan hipertermia, aktivitas tinggi, kecemasan,
gagal jantung, dehidrasi, dll. Normal antara 80-110 x/menit.
- Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta
membantu menentukan diagnosis penyakit. Normal antara 36,0°C –
37,0°C.
- Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama, kedalaman,
dan tipe/pola pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24 kali per
menit (Uliyah, dkk, 2009).
b) Antropometri
- Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi
mengalami amenore dan berat badannya dibawah normal, ia harus
diindikasikan untuk meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya,
apabila ia mengalami obesitas, ia harus dianjurkan untuk
mengurangi asupan kalori supaya berat badannya turun sampai
rentang normal pada saat konsepsi, karena obesitas dalam masa
kehamilan meningkatkan resiko preeklampsia dan gangguan
tromboembolisme. Wanita juga harus dianjurkan untuk
meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per hari
(Kemenkes, 2015; Varney, 2007). Mempertahankan status nutrisi
yang baik, mencapai berat badan ideal, mengontrol gangguan
makan, dan mengembangkan kebiasaan diet nutrisi yang seimbang,
dapat membantu mempertahankan kesehatan sistem reproduksi
(Soetjiningsih, 2010).
- Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki TB
<145cm (low high) akan meningkatkan resiko panggul sempit
(Laming, dkk, 2013).
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks
Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛
Indeks Massa Tubuh = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛2
Dengan klasifikasi :
Kategori IMT (kg/m2)
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas ekstrem (kelas 3) > 40
(sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2007)

- Lingkar lengan atas (LiLA)


Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm. Jika < 23,5 cm merupakan
indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan
BBLR (Maryam, 2016).
2. Pemeriksaan fisik
- Wajah
Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia (Mariana,
dkk, 2013). Sedangkan oedem pada muka bisa menunjukkan adanya
masalah serius jika muncul dan tidak hilang setelah beristirahat dan
diikuti dengan keluhan fisik yang lain (Prawirohadjo, 2010).
- Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya
infeksi pada klien. Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui
adanya kelainan jantung, dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan
penyakit Graves dan mencegah tirotoksikosis.
- Payudara
Tidak terdapat benjolan/masa yang abnormal.
- Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri tekan.
- Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan,
lecet, kutil seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina.
Tidak terdapat tanda-tanda keputihan patologis
- Ekstremtas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan bebas
(Sugiarto, dkk, 2017).
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
- Albumin
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan
pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
- Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan
diabetes melitus).
- Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan
diberikan terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel
darah.
- Golongan darah dan rhesus
- HbsAg
- HIV/AIDS
- IMS (Sifilis)
b) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan
gigi, tes sperma, tes tuberculosis.
Perumusan diagnosis dan masalah
Diagnosis
Pasangan usia subur dengan perencanaan pernikahan dan kehamilan
Keluhan dan masalah
Masalah yang sering muncul pada klien prakonsepsi adalah kurang
pengetahuan mengenai persiapan kehamilan (prakonsepsi).
Kebutuhan
Konseling persiapan kesehatan prakonsepsi untuk pasangan.
Diagnosa dan masalah potensial
Tidak ada
Kebutuhan tindakan segera
Tidak ada
Perencanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam
pengkajian, meliputi:
a) Jelaskan hasil pemeriksaan
R/ menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti
sangat penting agar calon ayah dan ibu memahami kondisinya dan dapat
mengambil keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi
b) Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikhan, dan
persiapan kehamilan sesuai panduan konseling calon pengantin yang telah
ditentukan oleh Kemenkes (2014)
R/ meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan reproduksi dan
prakonsepsi.
c) Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam folat
untuk prakonsepsi.
R/ Disarankan mengkonsumsi asam folat minimal 1 bulan sebelum hamil
agar indung telur yang dihasilkan berkualitas. Selain itu asam folat mampu
menurunkan resiko gangguan metabolisme DNA yang bisa saja terjadi
(CDC, 2006).
Implementasi
Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan perencanaan
yang telah disusun sebelumnya dengan harapan mencapai tujuan sesuai
kriteria yang telah ditetapkan.
Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari tujuan asuhan yang
diberikan dapat berupa evaluasi tindakan dan evaluasi proses. Kriteria hasil:
1) Calon ayah dan ibu (calon pengantin) dapat menjelaskan kembali mengenai
penjelasan yang diberikan mengenai hasil pemeriksaannya.
2) Calon ayah dan ibu (calon pengantin) dapat menjelaskan kembali hasil
konseling yang diberikan mengenai persiapan kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, W. 2015. Respon Imun pada Penderita Asma Selama Kehamilan. Jurnal
Ilmu Kesehatan. 4 (1). 58 – 66.
American Society for Reproductive Medicine. 2012. Age and Fertility. Alabama:
American Society for Reproductive Medicine.

BKKBN. 2009. Pedoman Pelayanan KB dalam Jaminan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: BKKBN.
BKKBN. 2014. Modul pengajaran mempersiapkan kehamilan yang sehat. BKKBN
dan UMM. Diakses dari http://dp2m.umm.ac. id/files/
file/informasi%20progra%20insentif%20
ristek/modul%20pengajaran%20menjaga%20 kehamila%20sehat.pdf.
tanggal 13 Oktober 2019.
CDC. 2006. Recommendation to improve preconception health and health care-
United state : a report of the CDC/ATSDR preconception care work grup
and the select panel on preconception care.
Fitriyah, Imroatul. 2014. Gambaran Perilaku Higiene Menstruasi pada Remaja Putri
di Sekolah Dasar Negeri di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Skripsi : FK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Felicia, dkk. 2015. Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja
Putri di PSIK FK Unsrat Manado. Ejournal Keperawatan (e-Kp). 3 (1): 1 –
7.
Handayani, R., dkk. 2010. Hubungan Lamanya Pemakaian Kontrasepsi Suntik
DMPA dengan Kembalinya Kesuburan pada Post Akseptor KB Suntik
DMPA. Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan. 1 (1): 16 – 27.
Idrissi, K. E., dkk. 2015. Effecr of Physical Activity on Sex Hormones in Women: A
Systematic Review and Meta-Analysis of randomize Controlled Trials.
Breast Cancer Research. 17 (139): 4 – 11.
Imanda, R. Desvita. 2016. Menjalani Pernikahan antar Ras. Vol.5, No.2. Jurnal
Empati. Pp.378-384
Indriani, Nanien. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Preeklampsia/Eklampsia pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Kardinah kota Tegal Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Program Studi Kebidanan Komunitas. Depok.
Katherine, C., dkk. 2013. Preconception Care: Among Maryland Women Giving
Birth 2009 – 2011. Article. Maryland Departement of Health and Mental
Hygine Center for Maternal and Child Health.
Kemenkes. 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi Tetanus
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes. 2015. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable Development Goals
(SDGs). Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes. 2016. Buku Panduan Germas (Gerakan Masyarakan Hidup Sehat).
Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi
Calon Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan
dan Kementerian Agama.
Khaidir M. 2006. Penilaian Tingkat Fertilitas Dan Penatalaksanaannya Pada Pria.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1). Page 30-34.
Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba
Medika
Manuaba, I.B.G., dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :
EGC
Mariana, W., dkk. 2013. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada
Remaja Putri di SMK Swadaya Wilayah Kerja Puskesmas Karangdoro
Kota Semarang Tahun 2013. Jurnal Kebidanan. 2 (4): 35 – 42.
Maryam, S. 2016. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.
McGrath, J.J., dkk. 2014. A Comprehensive Assessment of Parental Age and
Psychiatric Disorders. JAMA Psychiatry. 7 (3): 301 – 309.
Mirza, M. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan. Jogjakarta: Kata Hati.
Nurul, C. 2013. Panduan Super Lengkap Kehamilan Kelahiran dan Tumbuh
Kembang Anak. Surakarta: Ahad Books.
Paramita, D. A., dkk. 2016. Penyakit Jantung Bawaan pada Kehamilan. CDK-244.
43 (9): 665 – 668
Purnawati, D., dkk. 2012. Konsumsi Jamu Ibu Hamil sebagai Faktor Risiko Asfiksia
Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 6 (6): 267 – 272.
Purwandari. 2011. Permulaan Kehidupan Manusia (Perkembangan Pranatal).
Bahan Materi Kuliah. FIP. Yogyakarta: UNY.
Proverawati, A. dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Reeder, Sharon J., Martin LL., and Griffin K. 2011. Keperawatan Maternitas :
Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga (Ed 18) Vol 1 (Yti A, Imami NR,
dan Sri Djuwatiningsih, penerjemah). Jakarta : EGC
Rochjati, P. 2011. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya: Airlangga
University Press
Saifuddin, A. B., dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayana Kontrasepsi. Jakarta:
PT Binda Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Setiawan, E. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online versi 2.0. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kemdikbud. /. Diakses pada 13
Oktober 2019 di https://www.kbbi.web.id.
Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV
Sagung Seto.
Sofian, Amru, (2011). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi,
Obstetri Patologi Ed.3, Jilid 1, Jakarta : EGC.
Sugiarto, dkk. 2017. Laboratorium Keterampilan Klinis Buku Manual Keterampilan
Klinis Dasar Pemeriksaan Fisik Untuk Semester 1. Solo: FK UNS.
Sukaesih, Sri. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu
Hamil Mengenai Tanda Bahaya dalam Kehamilan di Puskesmas Tegal
Selatan Kota Tegal Tahun 2012. Skripsi. Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Uliyah, dkk. 2009. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Jakarta: Salemba
Medika.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidnan. Volume 1. Jakarta: EGC.
Wicaksono, dkk. 2017. Sindrom Nefrotik dalam Kehamilan. Vol. 44, No.8. Laporan
Kasus
Wijayanti, T., dkk. 2014. Seropositif Toxoplasmosis Kucing Liar pada Tempat-
tempat Umum di Kabupaten Banjar Negara.BALABA. 10 (02): 59 – 64.
Winardi, B. 2016. Konsep Asuhan Kebidanan pada Masa Prakonsepsi. Bahan Ajar
Perkuliahan Pendidikan Bidan FK UNAIR.
RSUA. 2013. Penyebab Infertilitas pada Pria dan Wanita. Artikel. Web RSUA.
Diunduh dari http://rumahsakit.unair.ac.id/dokumen/Penyebab%20
Infertilitas%20pada%20Pria%20dan%20Wanita.pdf. pada tanggal 13
Oktober 2019.
Yusuf, Y., dkk. 2014. Hubungan Pengetahuan Menarche dengan Kesiapan Remaka
Putri Menghadapi Menarche di SMP Negeri 3 Tidore Kepulauan. Artikel
Publikasi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.

Anda mungkin juga menyukai