Anda di halaman 1dari 11

Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan (Pra konsepsi)

Yulia Herawati, S.SiT., M.KM

1. Definisi perencanaan kehamilan dan pra konsepsi

Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa pra konsepsi,


namun masa pra konsepsi tidak selalu digolongkan ke dalam masa
pranikah. Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan
berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman,
sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam
upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak
kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi
kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi
keluarga (Mirza, 2008). Merencanakan kehamilan merupakan
perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna
mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan
keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul,
2013).
Pra konsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra
artinya sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah
bertemunya sel telur (ovum) dengan sperma (spermatozoa)
(Purwandari, 2011). Pra konsepsi adalah masa sebelum kehamilan
terjadi (Katherine, dkk, 2013). Sehingga pra konsepsi adalah sebelum
terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma yang dapat
menyebabkan kehamilan. Perawatan pra konsepsi adalah perawatan
yang diberikann sebelum kehamilan dengan sasaran mempermudah
seorang wanita mencapai tingkat kesehatan yang optimal sebelum ia
mengandung (Varney, 2007).
Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk
menggambarkan proses terjadinya pembuahan. Fertilisasi
(pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dengan
spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Proses
fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi
sprematozoa dan ovum, dan diakhiri dengan fusi materi genetik.
Kehamilan terjadi ketika hasil konsepsi mengalami nidasi (implantasi)
pada dinding uterus. Sehingga untuk dapat terjadinya kehamilan
perlu ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan
nidasi hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2010).
Pra konsepsi merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan masa sebelum konsepsi. Perawatan pra konsepsi
adalah satu set intervensi yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan
memodifikasi risiko yang diakibatkan oleh perilaku dan kondisi sosial
untuk mencapai status kesehatan wanita dan kesehatan kehamilan
melalui upaya preventif dan manajemen (CDC, 2006).
Masa pra konsepsi disebut juga masa sebelum hamil.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil didefinisikan sebagai
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada
perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam
rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat (Kemenkes,
2014).
Asuhan kebidanan pra konsepsi adalah suatu perencanaan
intervensi biomedik, perilaku, dan kesehatan social pada perempuan
dan pasangannya sebelm terjadi konsepsi. Pengertian lainnya yakni
sejumlah intervensi yang bertujuan untuk menemukan dan mengubaj
risiko biomedik, perilaku, dan social uuntuk mewujudkan kesehatan
perempuan atau hasil kehamilan melalui pencegahan dan pengelolaan
yang menyangkit faktor-faktor tersebut yang harus dilaksanakan
sebelum terjadinya konsepsi atau pada masa kehamilan dini untuk
mendapatkan hasil yang maksimal (Winardi, 2016).
2. Faktor yang mempengaruhi kesuburan

Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri)


untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria
(suami) yang mampu menghamilkannya (Handayani, dkk, 2010).
Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan
di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah, sehingga bila perempuan
tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi
kehamilan. Masa subur merupakan rentang waktu pada wanita yang
terjadi “sebulan sekali” (Indriarti, dkk, 2013). Masa subur terjadi pada
hari ke-14 sebelum menstruasi selanjutnya terjadi (Purwandari, 2011).
Menurut Saifuddin, dkk (2010), untuk
perhitungan masa subur dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi
11 dan siklus terpendek dikurangi 18.

Sumber: Purwandari, 2011.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia


subur antara lain:
1) Umur

Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman


untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun
(Prawirohardjo, 2010). Rentang usia risiko tinggi adalah <20
tahun dan ≥ 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun
secara fisik dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan
berisiko lebih besar mengalami anemia, pertumbuhan janin
terhambat, dan persalinan prematur. Sedangkan pada usia
≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah. Meskipun pada umur
40 tahun keatas perempuan masih dapat hamil, namun
fertilitas menurun cepat sesudah usia tersebut. Usia
reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia 20 tahunan,
selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30
tahun, terutama setelah usia 35 tahun (American Society for
Reproductive Medicine, 2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun
secara perlahan-lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat
memasuki usia pubertas ditandai dengan perkembangan
organ reproduksi, rata-rata umur 12 tahun. Perkembangan
organ reproduksi laki-laki mencapai keadaan stabil umur 20
tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan
pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya pada umur
25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai
menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini
disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ
reproduksi (Khaidir, 2006). Disarankan pria untuk menikah
pada usia kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut
motilitas, konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA
telah mengami penurunan kualitas sehingga meningkatkan
risiko kecacatan janin (RSUA, 2013).
2) Frekuensi senggama

Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya


pertemuan antara spermatozoa dan ovum, akan terjadi bila
koitus (senggama) berlangsung pada saat ovulasi. Dalam
keadaan normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari
dalam organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih
mungkin jika ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus
berlangsung. Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih
pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga bila kiotus dilakukan-pada
waktu tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan.
Hal ini berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan
seksual tapi tidak bertepatan dengan masa subur istri yang
hanya terjadi satu kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi
pembuahan dan tidak akan terjadi kehamilan pada istri
(Khaidir, 2006).
3) Lama berusaha

Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan


untuk menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7%
seorang istri akan hamil dalam satu bulan pertama, 57,0%
dalam tiga bulan pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama,
85,4% dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan
pertama. Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kehamilan adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi lama
suatu pasangan suami istri berusaha secara teratur
merupakan faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan
(Khaidir, 2006).
3. Persiapan kehamilan

BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan


yang sehat diantaranya:
a. Pemeriksaan kesehatan

Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian


penting dari pelayanan kesehatan pra konsepsi yang bertujuan
untuk mempersiapkan calon ibu dalam menjalani kehamilan dan
persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang
sehat. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas atau
rumah sakit.
b. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh

Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Aktivitas


fisik/olahraga tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3
kali dalam seminggu selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin.
Manfaat olahraga selain menyehatkan, juga mencegah terjadinya
kelebihan berat badan.
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan
kehamilan membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat badan
harus benar-benar dikontrol agar dapat aman selama kehamilan,
terutama disarankan untuk wanita yang mengalami kelebihan berat
badan serius, tetapi harus disertai dengan selalu berkonsultasi
dengan dokter dan atas rekomendasi ahli gizi. Berat badan kurang
dapat mengganggu kesuburan karena kekurangan jumlah lemak
yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan berat badan dapat
mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur. Selain itu,
kelebihan berat badan berisiko lebih besar untuk mengalami
komplikasi, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes selama
kehamilan.
c. Menghentikan kebiasaan buruk

Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan


menggunakan narkoba, dapat menyebabkan berbagai masalah
selama kehamilan, juga janin yang dikandung, Bayi dapat lahir
prematur, lahir dengan cacat bawaan hingga kematian janin.
Perempuan yang minum alkohol memiliki kemungkinan rendah
untuk bisa hamil. Sedangkan untuk kaum pria, minum alkohol
dapat mempengaruhi kualitas sperma dengan menurunkan tingkat
testosteron dan bisa menyebabkan testis layu. Begitu pula rokok
dapat menurukan kesuburan baik pada perempuan maupun laki-
laki. Racun pada rokok dapat mengakibatkan kerusakan
kromosom pada telur, dan melemahkan kemampuan untuk
menghasilkan estrogen yang sangat diperlukan untuk menyiapkan
lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi laki-laki, rokok
berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas sperma. Kemauan
sperma membuahi sel telur dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas
spermatozoa.
d. Meningkatkan asupan makanan bergizi

Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait


dengan makanan dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah mengatur pola makan dengan prinsip
gizi seimbang, memperbanyak konsumsi buah dan sayuran,
menghindari makanan yang mengandung zat-zat aditif seperti
penyedap, pengawet, dan pewarna. Kandungan radikal bebas dari
zat aditif tersebut dapat memicu terjadinya mutasi genetik pada
anak sehingga menyebabkan kelainan fisik, dan cacat kongenital.
Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi
yang dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga calon ibu
harus memperhatikan asupan makanan yang mendukung
pembentukan janin sehat. Dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan yang mengandung :
a) Protein

Berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma. Makanan


sumber protein seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe.
b) Asam folat

Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah


janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan
cacat sistem saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan
memiliki kadar asam folat yang cukup setidaknya 1 bulan
sebelum dan selama kehamilan, maka dapat membantu
mencegah kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi.
Asam folat dapat diperoleh melalui makanan, seperti sayuran
berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau, caisim mini), asparagus,
brokoli, pepaya, jeruk, stroberi, rasberi, kacang-kacangan,
alpukat, okra, kembang kol, seledri, wortel, buah bit, dan
jagung. Sebagian susu untuk ibu hamil pun mengandung asam
folat cukup tinggi, sehingga dapat membantu memenuhi
kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih susu untuk ibu hamil yang
rasanya enak untuk mengurangi rasa mual, serta tentu
merupakan produk yang berkualitas tinggi.
c) Konsumsi berbagai Vitamin

- Vitamin A

Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat.


Terdapat pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan
berlemak, brokoli, wortel, bayam, dan tomat.
- Vitamin D

Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan


hingga 75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh
dengan bantuan sinar matahari, selain itu dapat pula
diperoleh dari telur, susu, hati, minyak ikan, ikan tuna,
margarin, dan ikan salmon.
- Vitamin E

Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma


membuahi sel telur dan mencegah keguguran karena
perannya dalam menjaga kesehatan dinding rahim dan
plasenta. Banyak terdapat pada minyak tumbuh-tumbuhan,
bekatul gandum, dan kecambah atau tauge.
- Vitamin B6

Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya


ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon
estrogen dan progesteron penting untuk terjadinya
kehamilan. Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, beras
merah, kacang kedelai, kacang tanah, pisang, dan sayur kol.
- Vitamin C

Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung


telur dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai
antioksidan (bekerjasama dengan vitamin E dan beta
karoten) vitamin C berperan melindungi sel-sel organ tubuh
dari serangan radikal bebas (oksidan) yang mempengaruhi
kesehatan sistem reproduksi
. Vitamin C banyak terdapat pada jambu biji, jeruk, stroberi,
pepaya, mangga, sawi, tomat, dan cabai merah.
d) Cukupi zat seng

Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga


pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng
membantu produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi.
Bagi calon ayah, melancarkan pembentukan sperma. Sumber
seng antara lain makanan hasil laut/seafood (seperti lobster,
ikan, daging kepiting), daging, kacang-kacangan (kacang mete
dan almond), biji-bijian (biji labu dan bunga matahari), serta
produk olahan susu.
e) Cukupi zat besi

Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel


telur) ibu tergangu. Makanan atau multivitamin yang
mengandung zat besi akan membantu dalam persiapan
kehamilan dan menghindari anemia yang sering kali dikeluhkan
oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging merah, kuning telur,
sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang diperkaya zat besi.
f) Fosfor

Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada


di susu, dan ikan teri.

g) Selenium (Se)

Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala


kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi,
disfungsi seksual dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara
lain adalah beras, bawang putih, kuning telur, seafood, jamur,
dan semangka.

h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak

Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng


dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di
dalam minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh,
serta level kolestrol sehingga menyeimbangkan endokrin yang sehat.
i) Membatasi Kafein

Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein


yang dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan
kehamilan. Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa
mengawali kehamilan dapat dilakukan dengan batas
mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat
dibatasi sampai kehamilan.
j) Hindari konsumsi

✓ Daging mentah, karena berisiko mengandung virus


penyebab toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan
bakteri E.coli yang berbahaya bagi kehamilan dan janin.
✓ Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian
kurang baik, dapat mengandung virus penyebab
toksoplasma.
✓ Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah,
kemungkinan ada bakteri salmonella penyebab diare berat.
✓ Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di
darah akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada
makan ikan tuna kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal
hitam, marlin, tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3 dan 6,
ikan dari sebagian perairan Indonesia diduga tercemar
merkuri melalui penurunan kualitas air maupun rantai
makanan.

e. Persiapan secara psikologis dan mental

Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan


memikirkan tujuan memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan
bagaimana mencapai tujuan ini. Hal ini disebut dengan rencana
hidup reproduktif. Misalnya bila Ibu berpikir ingin menunda
kehamilan, pilihlah kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai tujuan
tersebut. Jika Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah penting untuk
mengambil langkah- langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan
melahirkan bayi yang sehat pula. Ibu dapat memperkaya
pengetahuan seputar kehamilan yang berhubungan dengan
perencanaan, perawatan selama kehamilan, menjelang persalinan,
pasca persalinan dan juga perawatan bayi dari berbagai sumber
yang terpercaya.
Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan
ketegangan, hindari hal – hal yang akan memberi pengaruh buruk
dalam keseimbangan hormonal. Stres dapat merusak siklus
bulanan, dan mencegah proses ovulasi. Sebuah studi
membuktikan, wanita dengan tingkat stres tinggi umumnya sulit
hamil. Jadi sangat baik jika calon ibu mulai belajar mengatasi stres
sehingga tidak mempengaruhi kesehatan reproduksi. Sebaiknya
ibu mulai mempersiapkan mental dalam menghadapi perubahan
yang akan terjadi pada saat kehamilan. Ibu harus mendapat
dukungan selama kehamilan dari orang terdekat seperti suami dan
keluarga sehingga semakin siapuntuk menjadi ibu baru.
f. Perencanaan financial/keuangan

Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan


pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan
dan persalinan penting dilakukan karena timbulnya ketegangan
psikis serta tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada saat
kehamilan sebagian besar disebabkan karena ketidaksiapan
pasangan dalam hal financial/keuangan.
Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk
biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan
isteri karena biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya
kehidupan berumah tangga. Adapun biaya yang perlu diperhatikan
guna persiapan kehamilan ini, diantaranya mencakup biaya
kesehatan (biaya konsultasi, pemeriksaan, obat dan melahirkan),
biaya-biaya pasca melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi,
popok, selimut, dll) dan persiapkan pula biaya untuk hal-hal yang
tak terduga.
g. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi
dengan dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengenai
kesehatan reproduksi ibu dan pasangan. Dokter/bidan akan
memberikan saran mengenai masalah yang dikeluhkan.
Konsultasikan pada dokter mengenai riwayat kesehatan keluarga
yang perlu mendapat perhatian.
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT), maka ibu disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang
tidak diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan cedera hingga
kematian, termasuk selama kehamilan (BKKBN, 2014).

Anda mungkin juga menyukai