Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN PADA PRA KONSEPSI PADA NY.

LM
USIA 24 TAHUN P0 A0 DENGAN PERENCANAAN KEHAMILAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek Kebidanan Pra Konsepsi

Semester I Profesi Bidan

Oleh :

NASTITI
( P1337424821025 )

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ilmiah ini disusun oleh,

Nama : Nastiti

NIM : P1337424821025

Prodi : Profesi Bidan

Judul Laporan “Asuhan Kebidanan Pada Pra Konsepsi Pada Ny. LM Usia 24 Tahun
P0 A0 Dengan Perencanaan Kehamilan”. Telah disahkan dan disetujui untuk
memenuhi Laporan Praktek Pra Konsepsi di Puskesmas Kebasen Kabupaten
Banyumas

Banyumas, Agustus 2021

Pembimbing Klinik Praktikan

Dyah Ikasumiwi, STr.Keb,Bdn Nastiti


NIP.198401302006042005 NIM. P1337424821025

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Dr. Runjati,M.Mid
NIP. 19741114 199803 2 001

2
BAB
TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI MEDIS


1. Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan (Prakonsepsi)
a. Definisi perencanaan kehamilan dan prakonsepsi
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014, adalah setiap kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan saat
remaja hingga sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan
dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan melahirkan bayi yang sehat.
Kegiatan juga ditujukan pada laki-laki juga dapat mempengaruhi
kesehatan reproduksi perempuan (Kementerian kesehatan Republik
Indonesia, 2014).
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya
sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya
sel telur (ovum) dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011).
Prakonsepsi adalah masa sebelum kehamilan terjadi (Katherine, dkk,
2013). Sehingga prakonsepsi adalah sebelum terjadinya pertemuan antara
sel telur dengan sperma yang dapat menyebabkan kehamilan. Perawatan
prakonsepsi adalah perawatan yang diberikann sebelum kehamilan
dengan sasaran mempermudah seorang wanita mencapai tingkat
kesehatan yang optimal sebelum ia mengandung.
Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk
menggambarkan proses terjadinya pembuahan. Fertilisasi (pembuahan)
adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dengan spermatozoa yang
biasanya berlangsung di ampula tuba. Proses fertilisasi meliputi penetrasi
spermatozoa ke dalam ovum, fusi sprematozoa dan ovum, dan diakhiri
dengan fusi materi genetik. Kehamilan terjadi ketika hasil konsepsi
mengalami nidasi (implantasi) pada dinding uterus. Sehingga untuk dapat
terjadinya kehamilan perlu ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2010).
Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau

3
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja
hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan
menjadi hamil sehat (Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Menurut WHO (2013) , pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
adalah penyedian pelayanan kesehatan komprehensif yang meliputi
promotif , preventif, kuratif, dan intervensisosial sebelum terjadinya
kehamilan yang bertujuan untuk:

1) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi


2) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
3) Mencegah terjadinya komplikasi selama kehamilan dan persalinan
4) Mencegah terjadinya kematian bayi dalam kandungan, prematuritas,
BBLR
5) Mencegah kelainan bawaan pada bayi
6) Mencegah infeksi neonatal
7) Mencegah stunting dan dan KEK
8) Mencegah penularan HIV dan IMS dari ibu ke anak
9) Menurunkan risiko kejadian kanker pada anak
10) Menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan gangguan kardiovasikuler di
kemudian hari.
Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan intervensi
biomedik, perilaku, dan kesehatan social pada perempuan dan
pasangannya sebelm terjadi konsepsi. Pengertian lainnya yakni sejumlah
intervensi yang bertujuan untuk menemukan dan mengubah risiko
biomedik, perilaku, dan social untuk mewujudkan kesehatan perempuan
atau hasil kehamilan melalui pencegahan dan pengelolaan yang
menyangkit faktor-faktor tersebut yang harus dilaksanakan sebelum
terjadinya konsepsi atau pada masa kehamilan dini untuk mendapatkan
hasil yang maksimal (Winardi, 2016).

b. Faktor yang mempengaruhi kesuburan


Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri) untuk
menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami) yang
mampu menghamilkannya (Handayani, dkk, 2010).

Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan


di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah, sehingga bila perempuan

4
tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi
kehamilan. Masa subur merupakan rentang waktu pada wanita yang terjadi
“sebulan sekali” (Indriarti, dkk, 2013).

Masa subur terjadi pada hari ke-14 sebelum menstruasi selanjutnya


terjadi (Purwandari, 2011).

Menurut Saifuddin, dkk (2010), untuk perhitungan masa subur


dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi
18.

Sumber: Purwandari, 2011.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia


subur antara lain:

1) Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo,
2010). Rentang usia risiko tinggi adalah <20 tahun dan ≥ 35 tahun.
Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun secara fisik dan mental ibu
belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar mengalami
anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan prematur.
Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah.
Meskipun pada umur 40 tahun keatas perempuan masih dapat hamil,
namun fertilitas menurun cepat sesudah usia tersebut. Usia
reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia 20 tahunan,
selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30 tahun,
terutama setelah usia 35 tahun (American Society for Reproductive
Medicine, 2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun secara
perlahan-lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat memasuki usia

5
pubertas ditandai dengan perkembangan organ reproduksi, rata-rata
umur 12 tahun. Perkembangan organ reproduksi laki-laki mencapai
keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah
sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya
pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai
menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan
karena perubahan bentuk dan faal organ reproduksi . Disarankan pria
untuk menikah pada usia kurang dari 40 tahun, karena di atas usia
tersebut motilitas, konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai
DNA telah mengami penurunan kualitas sehingga meningkatkan
risiko kecacatan janin (RSUA, 2013).
2) Frekuensi senggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan
antara spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus (senggama)
berlangsung pada saat ovulasi. Dalam keadaan normal sel
spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam organ reproduksi
wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jika ovulasi terjadi
sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung. Sedangkan ovum
seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga
bila kiotus dilakukan-pada waktu tersebut kemungkinan besar bisa
terjadi pembuahan. Hal ini berarti walaupun suami istri mengadakan
hubungan seksual tapi tidak bertepatan dengan masa subur istri yang
hanya terjadi satu kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi
pembuahan dan tidak akan terjadi kehamilan pada istri.
3) Lama berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri
akan hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam tiga bulan
pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama, 85,4% dalam 12 bulan
pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama. Waktu rata~rata yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan adaleh. 2,3-2.8 bulan.
Jadi lama suatu pasangan suami istri berusaha secara teratur
merupakan faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan.
c. Persiapan kehamilan

6
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan yang
sehat diantaranya:

a) Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari
pelayanan kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk mempersiapkan
calon ibu dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan
selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Pemeriksaan kesehatan dapat
dilakukan di puskesmas atau rumah sakit. Pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil bagi PUS diberikan kepada PUS laki-laki maupun
perempuan, baik yang belum mempunyai anak maupun yang sudah
memiliki anak dan ingin merencanakan kehamilan selanjutnya.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil pada PUS meliputi:
a) Anamnesis
Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara tenaga
kesehatan dan klien untuk memperoleh informasi tentang keluhan,
penyakit yang diderita, riwayat penyakit, faktor resiko pada PUS,
status imunisasi tetanus, riwayat KB, serta riwayat kehamilan dan
persalinan sebelumnya.
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi status kesehatan melalui pemeriksaan denyut nadi,
frekuensi nafas, tekanan darah, suhu tubuh, dan pemeriksaan lengkap.
Selain itu dilakukan pemeriksaan status gizi yang meliputi pengukuran
berat badan, tinggi badan, LILA, dan tanda anemia.
(1) Pemeriksaan Tanda Vital
Bertujuan untuk mengetahui kelainan suhu tubuh, tekanan darah,
kelainan denyut nadi, serta kelainan paru-paru dan jantung.
Pemeriksaan tanda vital dilakukan melalui pengukuran suhu
tubuh ketiak, tekanan darah (systole dan diastole), denyut nadi per
menit, frekuensi nafas per menit, serta auskultasi jantung dan
paru.

7
PUS/WUS yang mengalami masalah dengan tanda vital dapat
mengindikasikan masalah infeksi, hipertensi, penyakit paru
(asma, tuberculosis), dan jantung yang jika tidak segera diobati
beresiko mengganggu kesehatannya karena malaise (lemah), sakit
kepala, sesak nafas, nafsu makan menurun.
Pada PUS yang sudah mempunyai anak sebelumnya,
pemeriksaan lebih difokuskan pada persiapan fisik untuk
kehamilan yang diinginkan. Pada PUS yang mempunyai masalah
terkait infertilitas, pemeriksaan fisik difokuskan pada organ
reproduksi laki-laki dan perempuan. Apabila diperlukan
pemeriksaan fisik lebih lanjut klien dapat dirujuk ke rumah sakit.
(2) Pemeriksaan Status Gizi
Pelayanan gizi bagi PUS/WUS dilakukan melalui pemeriksaan:
(a) Indek Massa Tubuh (IMT)
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT.
Indek Massa Tubuh atau IMT merupakan proporsi standar
berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB). IMT perlu
diketahui untuk menilai status gizi PUS/WUS dalam
kaitannya dengan persiapan kehamilan. Jika perempuan
dengan status gizi kurang menginginkan kehamilan,
sebaiknya kehamilan ditunda terlebih dahulu untuk dilakukan
intervensi perbaikan gizi sampai status gizinya baik.
Ibu hamil dengan kekurangan gizi memiliki resiko yang
dapat membahayakan ibu dan janin antara lain anemia pada
ibu dan janin, resiko perdarahan saat melahirkan, BBLR,
mudah terkena penyakit infeksi, resiko keguguran, bayi lahir
mati, serta cacat bawaan pada janin. PUS laki-laki juga harus
memiliki status gizi yang baik.
(b) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Selain IMT, penapisan status gizi pada perempuan juga
dilakukan dengan pengukuran menggunakan pita LILA
untuk mengetahui adanya resiko KEK pada WUS. Ambang
batas LILA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia
adalah 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran kursang dari 23,5
cm atau dibagian merah pita LILA artinya perempuan

8
tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan
melahirkan berat bayi lahir rendah.
(3) Pemeriksaan Fisik Lengkap
Pemeriksaan fisik pada PUS dilakukan untuk mengetahui
status kesehatan PUS. Pemeiksaan ini dilakukan secara lengkap
sesuai indikasi medis. Dari pemeriksaan ini diharapkan tenaga
kesehatan mampu mendeteksi adanya gangguan kesehatan pada
PUS, misalnya gangguan jantung atau paru, tanda anemia,
hepatitis, IMS, dan lain-lain.
c) Pemeriksaan Penunjang
(1)Pemeriksaan hemoglobin (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin sangat penting dilakukan
dalam menegakkan diagnosa dari suatu penyakit, sebab jumlah kadar
hemoglobin dalam sel darah akan menetukan kemampuan darah untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh. Disebut anemia
bila kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah kurang dari normal.
Pemeriksaan hemoglobin dilakukan melalui sampel darah yang
diambil dari darah tepi.
Rekomendasi WHO tentang pengelompokkan anemia (g/dl)
berdasarkan umur:

Tidak Anemia
Populasi anemia
Ringan Sedang Berat

Wus tidak hamil 12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0

Ibu hamil 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0

Laki-laki > 15 13 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0

(2) Pemeriksaan golongan darah dan rhesus


Golongan darah tidak hanya sebagai pelembab kartu indentitas.
Golongan darah wajib kita ketahui karena dapat mencegah resiko
kesehatan, membantu orang dalam keadaan darurat dan dalam proses
transfuse darah.
Jenis golongan darah

No Golongan Aglutinogen dalam sel darah


darah merah

1. A A

9
2. B B

3. AB A DAN B

4. O -

Manfaat mengetahui golongan darah yaitu :

(1) Proses transfuse darah


Bila terjadi sebuah kecelakaan parah/bencana atau terkena
spenyakit yang membutuhkan transfuse darah dan harus segera
mendapatkan bantuan maka dengan mengetahui golongan darah
akan memudahkan proses transfuse darah tersebut.
(2) Terhindar dari penyakit
Selain hemolysis ada kelainan genetic lain yang juga
mengancam ibu dan bayi yang diakibatkan bila ada perbedaan
rhesus dari pasangan suami istri. Apabila rhesus negative
sementara ayah memiliki rhesus positif, bila terjadi kehamilan
dapat beresiko terhadap kesehatan janin yang dikandung.
Saat dilakukan pemeriksaan golongan darah seseorang
sekaligus akan diketahui jenis rhesusnya. Rhesus (Rh) merupakan
penggolongan atas ada dengan tidaknya antigen-D, disebut
didalam darah seseorang. Orang yang dalam darahnya mempunya
antigen D didalam darah disebut rhesus positif , sedang orang
yang dalam darahnya tidak dijumpai antigen –D disebut rhesus
negative. Orang dengan rhesus negative mempunyai sejumlah
kesulitan karena didunia ini, jumlah orang dengan rhesus negative
relative sedikit. Pada orang kulit putih sekitar 15% pada orang
kulit hitam sekitar 8 %, dan pada orang asia bahkan hamper
seluruhnya merupakan orang dengan rhesus positif.
Apabila terdapat inkontabilitas rhesus (ketidakcocokan
rhesus) akan dapat terjadi pembekuan darah yang berakibat fatal,
yaitu kematian penerima darah, hal ini juga dapat menimbulkan
resiko pada ibu hamil yang mengandung bayi dengan rhesus yang
berbeda. Umumnya dijumpai pada orang asing atau orang yang
mempunyai garis keturunan asing seperti Eropa dan Arab, namun

10
demikian tidak menutup kemungkinan terdapat juga orang yang
tidak mempunyai riwayat keturunan asing memiliki rhesus
negative, namun jumlahnya lebih sedikit. Di Indonesia, kasus
kehamilan dengan rhesus negatife ternyata cukup banyak
dijumpai,terutama pada pernikahan dengan ras non-Asia
(Kemenkes, 2019)

(3) Pemeriksaan Urin Rutin


Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan
makroskopik, mikroskopk, dan kimia urin. Pemeriksaan urin rutin
dilakukan untuk mengetahui dan memantau kelainan ginjal/ saluran
kemih termasuk infeksi saluran kemih (ISK) dan mendeteksi penyakit
metabolic atau sistemik
Pemeriksaan urin rutin meliputi:
(a) Pemeriksaan makroskopik: warna, volume, berat jenis, baud an
PH urin.
(b) Pemeriksaan mikroskopik: sedimen urinritrosit, lekosit, silinder,
Kristal, dan epitel.
(c) Pemeriksaan kimia: protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, dan
benda-benda keton.
(4) SADANIS (Periksa Payudara Klinis)
Pemeriksa klinis payudara dikerjakan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih. SADANIS dilakukan sekurangnya 3 tahun sekali atau apabila
ditemukan adanya abnormalitas pada proses SADARI (Periksa
Payudara Sendiri).
Setelah dilakukan sadanis maka dapat ditentukan apakah memang
benar ada kelainan dan apakah kelainan termasuk kelainan jinak,
ganas, atau perlu pemeriksaan lebih lanjut setelah membutuhkan
rujukan ketingkat pelayanan lebih lanjut.
(5) IVA Test atau Pap Smear (untuk PUS)
(a) IVA test
IVA (inspeksi visual Asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin. IVA merupakan
pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjang) leher Rahim setelah memulas leher lahir

11
dengan larutan asam Asetat 3-5%. Pemeriksaan IVA merupakan
salah satu pemeriksaan skrining kanker leher rahim yang lebih
murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan,peralatan
sederhana serta dapat dilakukan oleh dokter, bidan atau perawat
yang terlatih. Pemeriksaan IVA sebaiknya dilakukan pada
perempuan yang sudah melakukan kontak seksual (bukan hanya
melakukan hubungan seksual tetapi termasuk penggunaan alat ,jari
, dll).
Deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA dilakukan
dengan jadwal sebagai berikut:
(1) Skrining pada setiap perempuan minimal 1 kali pada usia 35-40
tahun.
(2) Jika fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia
35-55 tahun.
(3) Jika fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55
tahun.
(4) Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada
perempuan usia 25-60 tahun.
(5) Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali
seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila hasil positif
(+) adalah 1 tahun dan apabila negatife (-) adalah 5 tahun.
(b) Pas Smear
Pemeriksaan pap smear adalah metode skrining ginekologi
yang dilakukan oleh dokter kandungan untuk memeriksa leher
Rahim (serviks) pemeriksaan ini dilakukan pada perempuan yang
sudah pernah melakukan hubungan seksual,idealnya dilakukan
setiap tahun dan wajib dilakukan setelah 3 tahun dari kontak
seksual pertama, bagi perempuan yang sudah menopause perlu
dilakukan pap smesr setiap 2-3 tahun.

(6) Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi


(1) Gula Darah
Dalam keadaan normal tingkat gula dapat berfluktuasi
sepanjang hari, dan kebanyakan cenderung naik selama beberapa
jam setelah makan, tergantung pada volume karbohidrat yang

12
dikonsumsi.tubuh kita memiliki mekanisme yang sangat baik
untuk mengatur kadar gula darah normal. Cadangan glukosa
disimpan dalam hati sebagai glikogen.glikogen adalah gula dalam
bentuk yang kompleks dan biasa ditemukan dihati serta otot, yang
fungsinya sebagai cadangan makanan agar mudah dipecah
kedalam aliran darah ketika terjadi penurunan kadar gula.
Diabetes Melitus (DM) ditegakkan atas dasar pemeriksaan
kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah
plasma vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat di lakukan
dengan menggunakan pemeriksaan glikosa darah kapiler dengan
glukometer.
Menurut Perkeni (2015), pemeriksaan glukosa puasa >126
mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam
atau pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg dl 2 jam setelah
estoleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban 75 gram.(peringkat
bukti B) atau pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg dl
dengan keluhan klasik atau pemeriksaan HbA1c > 6,5% dengan
menggunakan metode High-performance Liquid Chromatography
(HPLC) yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin
Standarizatian Program (NGSP).
(2) Rapid tes malaria dan sediaan darah apus malaria.
Pemeriksaan darah malaria dilakukan pada darah remaja,
catin, dan PUS yang berada didaerah endemis malaria dalam
rangka skrining. Pemeriksaan didaerah nonendemis malaria
dilakukan apabila ada indikasi. Rapid Diagnostic Test (RDT)
adalah pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan antigen parasit
malaria dengan imonocromatografi dalam bentuk dipstic. Tes ini
digunakan pada waktu terjadi KLB atau untuk memeriksa malaria
pada daerah terpencil yang tidak tersedia laboratorium,
dibandingkan uji microskopis, tes ini mempunyai kelebihan yaitu
hasil pengujian cepat diperoleh, sebaiknya dipilih RDT dengan
tingkat sensitifitas dan spesifitas lebih dari 95 %. Hasilnya
didapatkan dalam 15-20 menit. rDT bisa memastikan apakah jenis

13
parasit yang ada didalam darah itu adalah palsmodiumfalciparu
atau jenis lain.
Selain tes RDT, malaria juga bisa didiagosi dengan
pemeriksaan mikroskopis, yaitu dengan pemeriksaan sediaan darah
tebal dan sediaan darah tipis. Tes ini bisa memastikan keberdaan
jenis parasit malaria dalam darah serta proporsi sel darah merah
yang terinfksi.

(3) Tes HIV


Tes HIV terutama dilakukan pada remaja, catin dan PUS
didaerah terkonsentrasi HIV dan beresiko tinggi terinfeksi HIV,
setiap remaja cati, dan PUS ditawarkan untuk dilakukan konseling
dan tes HIV bila ada indikasi antara lain mempunyai tanda-tanda
klinis/infeksi oportunistik HIV-AIDS mempunyai perilaku seks
beresiko dan gejala IMS. Tehnik ini disebut provide ini teated
testing and conceling (PITC) atau konseling dan testing atas
inisiasi petugas (KTIP) jika hasil tes HIV positif segera rujuk
untuk mendapatkan obat Anti Retroviral Treatment (ART)
(Kemenkes, 2013)
(4) TB/ Sputum BTA
Pemeriksaan Sputum BTA dilakukan pada remaja, catin dan
PUS yang mempunyai tanda klinis batuk lebih dari dua minggu,
demam, keringat pada malam hari, penurunan berat badan, dan
lainnya. Bila pemeriksaaan sputum BTA positif, diberikan
pengobatan TB OAT, minimal 6 bulan
(5) Tes IMS
Tes IMS dilakukan jika ada keluhan cairan dari keluan yang
abnormal, luka lecet, pembengkakan kelenjra getah bening
dipangkal paha, adanya vegetasi/candiloma, jengger ayam
dikemaluan, dan rasa gatal/terbakar dikemaluan. Pemeriksaan IMS
dilakukan sedini mungkin pada pasangan seksual sebelum
terjadinya kehamilan
(6) HbsAg
Salah satu infeksi yang dapat menyerang organ hati adalah
infeksi virus Hepatitis B. Hepatitis B menular melalui darah dan

14
cairan tubuh ( sperma dan cairan vagina) melalui kontak seksual
dengan penderita Hepatitis B. Berbagai jarum suntik dengan
penderita Hepatitis B dan juga ibu hamil yang menderita hepatitis
B pada saat persalinan. Untuk mendiagnosis Hepatisis B dilakukan
pemeriksaan HbsAg. Bila HbsAg positif menunjukkan bahwa
organ hati terinfeksi virus ini.

(7) TORCH
TORCH adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus Tksoplasma Gondii, Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan
herpes simplex virus II (HSV-II). TORCH dapat ditularkan
melalui konsumsi makanan dan sayuran yang tidak bersih dan
tidak dimasak sempurna atau setengah matang, kotoran yang
terinfeksi virus TORCH dan juga pada ibu hamil ke janin. TORCH
dapat menimbulkan masalah kesuburan (infertilitas) baim pada
perempuan maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit
terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan resiko keguguran.
Pemeriksaan TORCH dapat dilakukan bila ada indikasi atas saran
dokter.
(8) Darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan pada darah dan komponennya yang dapat
menggambarkan kondisi tubuh secara umum. Kelainan yang dapat
dideteksi dengan pemeriksaan darah lengkap antara lain ; anemia,
kekurangan asam folat, dan bahkan penyakit genetik seperti
talasemia dari hemofilia. Pemeriksaan darah lengkap disarankan
kepada ibuyang datang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika
didapatkan hasil diluar nilai normal, perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan yang lebih spesifik.
d. KIE kesehatan masa sebelum hamil untuk calon pengantin (Catin) dan
pasangan usia subur (PUS)
1) Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
a) Pengertian

15
Keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.
b) Pentingnya kesehatan reproduksi
(1) Catin dan PUS perlu mengetahui informasi kesehatan reproduksi
untuk menjalankan proses, fungsi dan perilaku reproduksi yang
sehat dan aman.
(2) Catin perempuan dan Wanita usia subur (WUS) akan menjadi
calon ibu yang harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat
melahirkan anak yang sehat dan berkualitas
(3) Laki-laki catin dan usia subur akan menjadi ayah yang harus
memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam
perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi serta
mendukung kehamilan dan persalinanyang aman.
(4) Laki-laki dan perempua mempunyai resiko masalah kesehatan
reproduksi terhadap penularan penyakit, perempuan lebih rentan
terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual, hamil, melahirkan, nifas, keguguran dan
pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya
lebih rentan secara sosial maupunfisik terhadap penularan infeksi
menular seksual termasuk HIV
(5) Laki-laki dan perempuan mempunyai hakdan kewajiban yang
sama untuk menjaga kesehatan reproduksi
c) Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan
(1) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika permpuan dan laki-laki
dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain,
misalnya:
(a) Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan
secara bersama-sama dan tidak memaksakan ego masing-
masing.
(b) Suami-istri saling membantu dalam pekrjaan rumah tangga,
pengasuhan dan pendidikan anak.
(c) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama.
(d) Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI Esklusif.
(2) Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal berikut :

16
(a) Kekerasan fisik
(b) Kekerasan secara psikis
(c) Kekerasan seksual
(d) Penelantaran rumah tangga
d) Hak dan kesehatan reproduksi
1) Hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap
pasangan yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.
2) Informasi kesehatan reproduksi yang perlu disampaikan
a) Kesehatan reproduksi, permasalahan dan cara mengatasinya
b) Penularan Penyakit menular seksual dan HIV-AIDS, dan cara
mengatasinya
c) Pelayanan KB, mengetahui dan memahami efek samping
d) Catin berhak mendapatka kebutuhan reproduksinya sehingga
melahirkan bayi yang berkualitas mulai dari sebelum hamil
sampai masa nifas.
e) Perilaku yang sebaiknya dihindari dalam aktifitas seksual untuk
menjaga kesehatan reproduksi
1) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas
2) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut
f) Cara merawat organ reproduksi
Laki-laki dan perempuan Perempuan Laki-laki

● Pakaian dalam diganti ● Bersihkan organ ● Menjaga


minimal dua kali reproduksi dari depan kebersihan
sehari sampai kebelakang dengan organ kelamin
menggunakan air bersih
● Menggunakan ● Di anjurkan
dan dikeringkan
pakaian dalam yang sunat untuk
menyerap keringat ● Sebaiknya tidak menjaga
dan cairan menggunakan cairan kebersihan
pembilas vagina karena kulup
● Bersihkan organ
dapat membunuh bakteri
kelamin sampai bersih ● Jika ada keluhan
baik dalam vagina dan
dan kering pada organ
memicu tumbuhnya jamur
kelamin dan
● Menggunakan celana
● Pilihlah pembalut yang daerah sekitar,
yang tidak ketat
berkualitas yang lembut segera
dan mempunyai daya memeriksakan

17
● Membersihkan organ serap yang tinggi, jangan diri kepetugas
kelamin setelah BAK memakan pembalut dalam kesehatan
dan BAB waktu yang lama

● Jika sering keputihan,


berbau, berwarna dan
terasa gatal, serta keluhan
organ reproduksi lainnya
segrera memeriksakan diri
ke petugas kesehatan

g) Pesan Utama
PUS perlu mengetahui cara menjaga organ reproduksinya
sehingga dapat melakukan fungsi reproduksi secara bertanggung
jawab.
2) Kehamilan dan perencanaan kehamilan
a) Kehamilan
(1) Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki janin
yang sedang tumbuh didalam tubuhnya setiap kehamilan harus
direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan
baik.
(2) Catin perlu mengetahui tanda-tanda kehamilan agar mempunyai
pemahaman dan kepedulian bila kelak hamil, mempersiapkan diri
untuk hamil dan bersalin secara sehat dan aman.
(3) Perlu diperhatikan bila seseorang perempuan sedang hamil.
(a) Ibu hamil tetap dapat melakukan aktifitas rutin dengan
menjaga kesehatan dan istirahat yang cukup
(b) Tidak boleh mengkonsumsi obat-obatan diluar anjuran dokter.
(c) Boleh melakukan hubungan seksual dan tetap memperhatikan
kondisi kesehatan ibu dan janin.
b) Perencanaan kehamilan
(1) Perencanaan kehamilan adalah pengaturan kapan usia ideal dan sat
yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah
anak
(2) Perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah :
(a) Terlalu muda <20 tahun
(b) Terlalu Tua > 35 Tahun

18
(c) Terlalu dekat jarak kehamilan (<2 Tahun)
(d) Terlalu sering hamil > 3 anak
Bila terjadi kehamilan dengan 4 kategori di atas akan berdampak
tidak baik untuk kesehatan ibu dan anak. Kehamilan perlu
direncanakan karena tiap catin diharapkan memiliki kesehatan yang
baik dan terhindar dari penyakit.

c) Skrining dan Imunisasi Tetanus


WUS perlu mendapat imunisasi tetanus untuk mencegah dan
melindungi diri terhadap penyakit tetanus sehingga memiliki
kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus. Setiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah
mencapai status T5. WUS perlu merujuk pada status imunisasi terakhir
pada saat hamil apabila sebelumnya sudah pernah hamil.
Tabel 1.2 Imunisasi TT pada WUS

Status TT Interval Lama

TT1 0

TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun

TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun

3) Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai pada prakonsepsi


a) Kondisi dibawah ini perlu diwaspadai pada pra konsepsi yang akan
merencanakan kehamilan
(1) Anemia
Kata anemia berasal dari bahasa Yunani yaitu anaimia. An
artinya tidak ada, haima artinya darah jadi anaimia adalah
kekurangan darah. Anemia adalah keadaanya rendahnya jumlah
sel darah merah dan kadar Hemoglobin (Hb) atau Hematokrit (Ht)
dibawah normal (Bararah, 2013). Anemia adalah berkurangnya
sel-sel darah merah di dalam tubuh (Mitayani. and Sartika, 2010).
Anemia adalah rendahnya konsentrasi Hemoglobin (Hb) atau
hematokrit nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh
rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hemoglobin,

19
meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis), atau kehilangan
darah yang berlebihan (Departemen Gizi dan kesehatan
Masyarakat, 2011). Anemia merupakan indikator malnutrisi dan
kesehatan yang buruk (Umaroh et al., 2017).
Anemia adalah penyebab kematian Ibu kedua terbesar di
ASIA karena anemia memiliki pengaruh besar pada kesehatan
manusia (Sholihah and Hanafi, 2017).
(a) Etiologi
Wanita Usia Subur (WUS) adalah salah satu kelompok
risiko tinggi terpapar anemia karena mereka tidak memiliki
asupan atau cadangan Fe yang cukup terhadap kebutuhan dan
kehilangan Fe dan dari kelompok WUS tersebut paling tinggi
berisiko menderita anemia adalah wanita hamil, wanita nifas,
dan wanita yang banyak kehilangan darah saat menstruasi
(Fatmah, 2011).
Anemia gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya jumlah zat besi dalam makanan tidak cukup,
penyerapan zat besi rendah, kebutuhan meningkat,
kekurangan darah, pola makan tidak baik, status sosial
ekonomi, penyakit infeksi, pengetahuan yang rendah tentang
zat besi, dan terdapat zat penghambat penyerapan zat besi
dalam makanan (Puji dkk, 2010).
(b) Klasifikasi Anemia
Klasifikasi anemia secara umum menurut Proverawati
(2011) adalah :
1) Anemia defisiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang sering dijumpai ialah
anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat
disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dalam
makanan, karena gangguan reabsopsi, gangguan
pencernaan, atau karena terlampau banyaknya besi yang
keluar dari badan, misal pada perdarahan.
2) Anemia megaloblastik

20
Anemia dalam kehamilan disebabkan karena
defisiensi asam folik, jarang sekali karena defisiensi B12.
Hal itu erat kaitanya dengan defisiensi makanan.
3) Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil dikarenakan sumsum
tulang kurang mampu membuat sel – sel darah baru.
4) Anemia hemolitik
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah
merah berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya.
(c) Gejala Anemia
Gejala anemia yaitu ibu mengeluh lemah, letih, lesu,
mudah lelah, dan lunglai, wajah tampak pucat, mata
berkunang-kunang, sulit berkonsentrasi dan mudah lupa, dan
sering sakit (Soebroto, 2009).
(d) Pencegahan
Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi dapat
membantu tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan
untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk
memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat
(Proverawati, 2011).
Suplemen Fe adalah salah satu strategi untuk
meningkatkan intake Fe yang berhasil hanya jika individu
mematuhi aturan konsumsinya. Banyak factor yang
mendukung rendahmya tingkat kepatuhan (compliance)
tersebut, seperti individu sulit mengingat aturan minum tiap
hari, minimnya dana untuk membeli suplemen secara teratur,
dan efek samping yang tidak nyaman dari Fe contohnya
gangguan lambung (Fatmah, 2011).
Pencegahan anemia menurut Waryono (2010) adalah :
1) Selalu menjaga kebersihan dan mengenakan alas kaki
setiap hari
2) Istirahat cukup
3) Makan makanan yang bergizi dan banyak mengandung
Fe, misalnya kangkung, daging sapi, hati ayam dan susu

21
Pencegahan anemia pada masa nifas menurut Suherni
Dkk (2010) adalah mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari
selama 40 hari.
Penanganan anemia menurut Prawirohardjo (2010)
adalah :
1) Pada anemi ringan, bisa diberikan sulfas ferosis 3 x 100
mg/hari dikombinasi dengan asam folat / B12 : 15 –30
mg/hari.
2) Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan.
3) Bila anemi berat dengan Hb kurang dari 6 gr % perlu
darah disamping obat-obatan diatas dan bila tidak ada
perbaikan cari penyebabnya lainnya.
(e) Dampak Anemia
Bagi Penyebab anemia adalah kurang gizi, kurang zat besi,
kehilangan darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit –
penyakit kronik. Dalam kehamilan penurunan kadar
hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan disebabkan oleh
karena dalam kehamilan keperluan zat makanan bertambah dan
terjadinya perubahan-perubahan dalam darah : penambahan
volume plasma yang relatif lebih besar dari pada penambahan
massa hemoglobin dan volume sel darah merah.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
Marlapan (2016) diperoleh hasil bahwa ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan ANC sangat bermanfaat bagi
kesehatan ibu dan calon bayi.ibu yang mengalami pengalaman
kehamilan pertama dapat diberikan edukasi mengenai
perencanaan pengaturan gizi selama masa kehamilan dan juga
melalui ANC yang teratur dapat mendeteksi secara dini
kejadian anemia. Oleh karena itu dengan pemeriksaan ANC
secara teratur dapat merawat dan mempersiapkan dirinya
dalam persalinan dan mencegah terjadinya anemia.
(2) Malnutrisi (Obesitas, KEK, dll)
LILA dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil
terutama berkaitan dengan KEK. Saat ini, penggunaan LILA
ssebagai indikator resiko KEK telah banyak digunakan di negara-

22
negara berkembang termasuk Indonesia. Status gizi ibu hamil bisa
diketahui dengan mnegukur ukuran LILA, bila < 23,5 cm maka ibu
hamil termasuk KEK ini berarti ibu sudah mengalami keadaan
kurang gizi dalam jangka waktu yang telah lama, bila ini terjadi
maka kebutuhan nutrisi untuk proses tumbuh kembang dilahirkan
menderita BBLR. Ibu hamil dinyatakan KEK apabila memiliki
batas ambang pengukuran LILA < 23,5 cm, hal ini berarti ibu
hamil dengan resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi
BBLR
. Kejadian KEK tersebut disebabkan karena ketidakseimbangan
asupan gizi, sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh ibu hamil
tidak dapat tercukupi. Penambahan 200 – 450 kalori per hari dan
12 – 20 gram per hari protein dari kebutuhan ibu hamil adalah
angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin.
Implikasi ukuran LILA terhadap berat bayi lahir adalah bahwa
LILA menggambarkan keadaan konsumsi makanan terutama
konsumsi energi dan protein dalam jangka panjang. Kekurangan
energi secara kronis ini disebabkan ibu hamil tidak mempunyai
cadangan zat gizi yang adekuat untuk menyediakan kebutuhan
fisiologi kehamilan yakni perubahan hormon dan meningkatkan
volume darah untuk pertumbuhan janin, sehingga suplai zat gizi
pada janinpun berkurang. Akibatnya pertumbuhan dan
perkembangan janin terhambat dan lahir dengan berat yang rendah.
Hasil ini didukung oleh pendapat Yuniati (2003) yang mengatakan
bahwa LILA dan kadar Hemoglobin ibu hamil mempunyai
peranan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan janin.
Pada ibu hamil yang menderita KEK akan menyebabkan ukuran
plasenta lebih kecil dan suplai nutrisi dari ibu ke janin berkurang,
sehingga terjadi retardasi perkembangan janin intra uteria dan bayi
dengan berat lahir rendah.
(3) Hipertensi dalam kehamilan
(4) Kesehatan mulut(caries,penyakit periodontal,dll)
b) Penyakit-penyakit yang perlu diwaspadai pada WUS dalam persiapan
kehamilan
(1) HIV AIDS

23
(2) Infeksi Menular Seksual (IMS)
(3) Hepatitis B
(4) Diabetes Melitus
(5) TORCH
(6) Malaria
(7) Penyakit Genetik (talasemia dan hemofilia)
(8) Depresi/genetik.

4) Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh


Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Aktivitas
fisik/olahraga tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali
dalam seminggu selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Manfaat
olahraga selain menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan berat
badan.

Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan


membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar
dikontrol agar dapat aman selama kehamilan, terutama disarankan untuk
wanita yang mengalami kelebihan berat badan serius, tetapi harus disertai
dengan selalu berkonsultasi dengan dokter dan atas rekomendasi ahli gizi.
Berat badan kurang dapat mengganggu kesuburan karena kekurangan
jumlah lemak yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan berat badan
dapat mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur. Selain itu,
kelebihan berat badan berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi,
seperti tekanan darah tinggi dan diabetes selama kehamilan.

5) Menghentikan kebiasaan buruk


Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan
narkoba, dapat menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan, juga
janin yang dikandung, Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan cacat
bawaan hingga kematian janin. Perempuan yang minum alkohol memiliki
kemungkinan rendah untuk bisa hamil. Sedangkan untuk kaum pria,
minum alkohol dapat mempengaruhi kualitas sperma dengan menurunkan
tingkat testosteron dan bisa menyebabkan testis layu. Begitu pula rokok
dapat menurukan kesuburan baik pada perempuan maupun laki-laki.
Racun pada rokok dapat mengakibatkan kerusakan kromosom pada telur,

24
dan melemahkan kemampuan untuk menghasilkan estrogen yang sangat
diperlukan untuk menyiapkan lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi
laki-laki, rokok berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas sperma.
Kemauan sperma membuahi sel telur dipengaruhi oleh kualitas dan
kuantitas spermatozoa.

6) Meningkatkan asupan makanan bergizi


Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan
makanan dan nutrisi yang diko nsumsi. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah mengatur pola makan dengan prinsip gizi seimbang,
memperbanyak konsumsi buah dan sayuran, menghindari makanan yang
mengandung zat-zat aditif seperti penyedap, pengawet, dan pewarna.
Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat memicu terjadinya
mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan kelainan fisik, dan cacat
kongenital.
Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi yang
dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga calon ibu harus
memperhatikan asupan makanan yang mendukung pembentukan janin
sehat. Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung :
a) Protein
Berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma. Makanan sumber
protein seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe.
b) Asam folat
Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah janin,
cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem
saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam
folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan,
maka dapat membantu mencegah kecacatan pada otak dan tulang
belakang bayi. Asam folat dapat diperoleh melalui makanan, seperti
sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau, caisim mini),
asparagus, brokoli, pepaya, jeruk, stroberi, rasberi, kacang-kacangan,
alpukat, okra, kembang kol, seledri, wortel, buah bit, dan jagung.
Sebagian susu untuk ibu hamil pun mengandung asam folat cukup
tinggi, sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat
memilih susu untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi
rasa mual, serta tentu merupakan produk yang berkualitas tinggi.

25
c) Konsumsi berbagai Vitamin
(1) Vitamin A
Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat.
Terdapat pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan berlemak,
brokoli, wortel, bayam, dan tomat.
(2) Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan
hingga 75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh
dengan bantuan sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh
dari telur, susu, hati, minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan ikan
salmon.
(3) Vitamin E
Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma
membuahi sel telur dan mencegah keguguran karena perannya
dalam menjaga kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak
terdapat pada minyak tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan
kecambah atau tauge.
(4) Vitamin B6
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon
estrogen dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan.
Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, beras merah, kacang
kedelai, kacang tanah, pisang, dan sayur kol.
(5) Vitamin C
Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung
telur dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan
(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C
berperan melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal
bebas (oksidan) yang mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi.
Vitamin C banyak terdapat pada jambu biji, jeruk, stroberi,
pepaya, mangga, sawi, tomat, dan cabai merah.
d) Cukupi zat seng
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga
pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu
produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah,

26
melancarkan pembentukan sperma. Sumber seng antara lain makanan
hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging kepiting), daging,
kacang-kacangan (kacang mete dan almond), biji-bijian (biji labu dan
bunga matahari), serta produk olahan susu.
e) Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur)
ibu tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat besi
akan membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari anemia
yang sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging
merah, kuning telur, sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang diperkaya
zat besi.
f) Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di
susu, dan ikan teri.

g) Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala
kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi
seksual dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah beras,
bawang putih, kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.
h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng
dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di
dalam minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh, serta
level kolestrol sehingga menyeimbangkan endokrin yang sehat.
i) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein
yang dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan.
Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat
dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram,
hal ini juga dapat dibatasi sampai kehamilan.
j) Hindari konsumsi
(1) Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab
toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli
yang berbahaya bagi kehamilan dan janin.

27
(2) Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang
baik, dapat mengandung virus penyebab toksoplasma.
(3) Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada
bakteri salmonella penyebab diare berat.
(4) Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di darah
akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan tuna
kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin, tongkol,
dan hiu. Meski kaya omega 3 dan 6, ikan dari sebagian perairan
Indonesia diduga tercemar merkuri melalui penurunan kualitas air
maupun rantai makanan.
7) Persiapan secara psikologis dan mental
Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan memikirkan
tujuan memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan bagaimana mencapai
tujuan ini. Hal ini disebut dengan rencana hidup reproduktif. Misalnya bila
Ibu berpikir ingin menunda kehamilan, pilihlah kontrasepsi yang sesuai
untuk mencapai tujuan tersebut. Jika Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah
penting untuk mengambil langkah-langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan
melahirkan bayi yang sehat pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang
berhubungan dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan,
menjelang persalinan, pasca persalinan dan juga perawatan bayi dari
berbagai sumber yang terpercaya.
Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan ketegangan,
hindari hal – hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam keseimbangan
hormonal. Stres dapat merusak siklus bulanan, dan mencegah proses
ovulasi. Sebuah studi membuktikan, wanita dengan tingkat stres tinggi
umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika calon ibu mulai belajar
mengatasi stres sehingga tidak mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Sebaiknya ibu mulai mempersiapkan mental dalam menghadapi
perubahan yang akan terjadi pada saat kehamilan. Ibu harus mendapat
dukungan selama kehamilan dari orang terdekat seperti suami dan
keluarga sehingga semakin siapuntuk menjadi ibu baru.
8) Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan
pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan

28
persalinan penting dilakukan karena timbulnya ketegangan psikis serta
tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada saat kehamilan sebagian
besar disebabkan karena ketidaksiapan pasangan dalam hal
financial/keuangan. Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan
termasuk biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami
dan isteri karena biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan
berumah tangga. Adapun biaya yang perlu diperhatikan guna persiapan
kehamilan ini, diantaranya mencakup biaya kesehatan (biaya konsultasi,
pemeriksaan, obat dan melahirkan), biaya-biaya pasca melahirkan (tempat
tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll) dan persiapkan pula biaya
untuk hal-hal yang tak terduga.
9) Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan
dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengenai kesehatan reproduksi ibu
dan pasangan. Dokter/bidan akan memberikan saran mengenai masalah
yang dikeluhkan. Konsultasikan pada dokter mengenai riwayat kesehatan
keluarga yang perlu mendapat perhatian.
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
maka ibu disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang tidak
diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan cedera hingga kematian,
termasuk selama kehamilan (BKKBN, 2014).

B. Tijauan Teori Asuhan Kebidanan


1. Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di
gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan, yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Tujuh langkah yang dikembangkan Helen Varney
tersebut membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan
dalam suatu situasi dan dapat dipertanggung jawabkan. (Zian,2012: 20-
21).

29
b. Tahapan asuhan kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012),
manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan-
keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk pengambilan
suatu keputusan berfokus pada klien.
Menurut Helen Varney (dalam Kebidanan Teori dan Asuhan
(2018:25-28), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah:
1) Langkah I: Tahap pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus
bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil
pemeriksaan.
2) Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik. Diagnosa wanita hamil normal
meliputi nama, umur, gestasi (G) paritas (P) abortus (A), umur
kehamilan, tunggal, hidup, intra-uteri, letak kepala, keadaan umum
baik.
3) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah diidentifikasikan..
4) Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

30
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data
dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6) Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan efisien dan aman
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
7) Langkah VII: Mengevaluasi hasil tindakan
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaannya.
2. Pengkajian
a. Data Subjektif
Menurut Kemenkes RI (2013) data subjektif berisi hasil
anamnesa yang meliputi identitas, riwayat kehamilan sekarang
termasuk keluhan yang dialami, riwayat obstetri lalu, riwayat
kontrasepsi, riwayat medis lain dan riwayat sosial ekonomi termasuk
pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Biodata / Identitas
Hal utama yang penting dikaji pada pasangan prakonsepsi
antara lain;
a) Nama
Nama Klien ditanyakan baik catin maupun pasangannya
untuk dapat mengenal dan memanggil serta mencegah
kekeliruan dengan ibulain,(Cristina, 1993/ Dalam
Marmi ,2012 : 120).
b) Umur
Untuk mengetahui apakah catin tergolong usia normal
untuk persiapan kehamilan disaat akan prakonsepsi akan
tergolong primitua atau primimuda. (Marmi ,2012 : 120).
c) Alamat
Mempermudah mengetahui di mana tempat tinggal ibu ,
mencegah kekeliruan alamat yang sama, memudahkan
menghubungi keluarga, menjadi petunjuk bila ada

31
kunjungan rumah. Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut
memberikan pengaruh terhadap kesehatan istri dan suami
pada masa prakonsepsi. (Marmi ,2012 : 120).
d) Pendidikan
Menurut Depkes RI (1995) dalam . (Marmi ,2012 : 121),
bahwa Tingkat pendididkan sangat berpengaruh pada
tingkat intelektual seseorang, kemampuan berfikir,
sehingga bidan akan mampu menyampaikan atau
memberikan penyuluhan atau KIE pada ibusesuai tingkat
pemahaman ibudengan lebih mudah.
e) Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi catin
agar bidan dapat menyesuaikan dalam memberi nasehat
atau edukasi. Oleh karena pekerjaan merupakan jembatan
untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan
kesehatan yang diinginkan. Pendapatan seseorang
berpengaruh terhadap kemampuannya dalam memenuhi
kebutuhan hidup, salah satunya adalah kebutuhan nutrisi.
Kondisi nutrisi yang kurang baik dapat menyebabkan
terjadinya anemia pada ibu hamil, gangguan pertumbuhan
janin dalam uterus, BBLR, dan prematur . (Marmi ,2012 :
121).
2) Riwayat menstruasi
a) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami
menarche usia 12-16 tahun.. ( Mohtar R, 1999,/ Dalam .
Marmi ,2012 : 123).
b) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak
hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi
periode berikutnya. Siklus yang klasik adalah 28 hari -30 hari
sedangkan pola haid dan lamanya perdarahan biasanya 3-8
hari. (Pusdiknakes, 1998 / Dalam Marmi ,2012 : 123).
Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/
dismenorea (Sarwono, 2009)

32
c) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau,
berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan
gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital.
(Sarwono, 2009)
3) Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu
terutama imunisasi TT. Indonesia merupakan salah satu negara
yang belum dapat mengeliminasi tetanus 100% sehingga status
imunisasi ibu/calon ibu harus selalu diskrining. Status imunisasi
lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki
prevalensi tinggi di daerah tempat tinggal calon pengantin wanita
dan laki – laki. (Kemenkes RI, 2012).
4) Riwayat kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa
kembalinya kesuburan pada perempuan. Organ reproduksi
memerlukan waktu untuk pemulihan setelah lepas/berhenti dari
pemakaian kontrasepsi. Hal ini seperti diungkapkan oleh
Handayani, dkk (2010), bahwa lama kembalinya kesuburan dari
wanita pasca menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 6 bulan
dan yang paling lama adalah 13 bulan.
5) Riwayat obstetri yang lalu
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu yang
berkaitan dengan morbiditas, ditolong siapa, di mana
persalinannya, dan masalah-masalah lain adalah signifikan dan
perlu digali dengan cermat untuk menghasilkan riwayat yang
akurat sebelum memberikan nasihat tentang konsepsi.
Marmi ,2012 : 123).
a) Riwayat kesehatan klien
(1) Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi medis yang paling sering
mempengaruhi wanita usia subur (Powrie, 2008/ dalam
(Judy, EGC, 2018: 191)
(2) Diabetes Melitus (DM)

33
Diabetes disebabkan oleh tidak adanya atau terbatasnya
insulin yang meriupakan hormon penting untuk
metabolisme karbohidrat. (Judy,EGC, 2018: 3)
(3) Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan
adaptif ginjal untuk mempersiapkan kehamilan.
(Judy,EGC, 2018: 181)
(4) Asma
Merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran
pernafasan yang menyebabkan episode berulang, sesak
nafas, , sesak dada batuk serta kadang terjadindi malam
dan dini hari. Dalam asuhan ini perlunya menjaga
kesehatan catin secara optimal, kebutuhan akan obat
inflamasi harus tersedia dan jika keadaan lebih buruk
butuh penanganan lanjut dengan steroid hirup yang
dikombinasikan dengan agonis beta kerja panjang yang
dihirup dapat membantu. (Judy,EGC, 2018: 217)
(5) Anemia dan thalassemia
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau
thalassemia akan bertambah buruk saat kehamilan. Pada
kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga
memicu peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya,
volume plasma bertambah dan sel darah merah
(eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume
plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga
terjadi penurunan konsentrasi haemoglobin (Hb) akibat
hemodilusi. (Judy,EGC, 2018: 135)
(6) Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B
(defisiensi faktor IX) diwariskan secara X-linked
recessive. Perempuan () dari keluarga penderita
hemofilia umumnya adalah pembawa (carrier) yang
asimptomatik. Namun 10-20% perempuan pembawa
dapat beresiko terhadap komplikasi perdarahan yang

34
bermakna karena penurunan faktor VIII atau IX di
bawah jumlah minimal untuk mempertahankan
keseimbangan hemostatik. Hemofilia dapat
menyebabkan infertilitas, namun sejumlah kecil
penderita mungkin mempunyai cukup folikel-folikel
untuk hamil. (Prawirohardjo, 2010)
(7) Jantung
Pada kehamilan terdapat resiko gagal jantung, aritmia
dan tromboembolisme, beberapa ahli menyarankan
pemberian aspirin dosis rendah untuk menurunkan
resiko tersebut. (Judy,EGC, 2018: 99)
(8) Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan
dan mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat
terjadi kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat
dalam bentuk keguguran atau persalinan prematuritas
dan kematian janin dalam rahim. (Prawiroharjo, 2010)
(9) IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan
oleg bakteri, virus, parasit, atau jamur yang
penularannya terutama melalui hubungan seksual dari
seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya.
Infeksi menular sekusual merupakan salah satu
penyebab Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). IMS seperti
gonore, klamidiasis, sifilis, trikomoniasis, herpes
genitalis, kondiloma akuminata, bacterial vaginosis, dan
infeksi HIV. (Kemenkes RI, 2015:52)
(10) TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes
Simpleks. Kelima jenis penyakit yang disebutkan di atas
merupakan penyakit yang dapat menjangkiti pria
maupun wanita dan dapat berpengaruh burukpada janin
yang dikandung. Toksoplasmosis merupakan infeksi
yang disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma
gondii. Penyakit ini sering diperoleh dari tanah atau

35
kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma, atau
memakan daging dari hewan terinfeksi yang belum
matang sempurna. Gejala yang sering muncul meliputi:
demam, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan
kelenjar limfe.
Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena
toxoplasmosis dapat menimbulkan aborsi dan gangguan
fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui saluran plasenta.
Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau
cacat bawaan seperti kerusakan pada otak dan fungsi
mata (Prawirohardjo, 2010).

b) Riwayat kesehatan keluarga


Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena
faktor genetik, dan bisa menular kepada klien. Riwayat
penyakit keluarga memegang peran penting dalam mengkaji
kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen tunggal.
Beberapa jenis kanker, penyakit arteri koroner, diabetes
melitus tipe 2, depresi, dan trombofilia merupakan penyakit
yang memiliki tendensi familial dan dapat berpengaruh pada
kesehatan reproduksi wanita dan laki-laki (Marmi ,2012 :
125).
6) Pola fungsional kesehatan
a) Nutrisi
Status nutrisi wanita akan mempengaruhi efek samping
langsung saat kehamilan dan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin disaat hamil. (Marmi ,2012 : 126).
b) Aktivitas
Wanita yang tidak biasanya berolah raga harus memulai
kegiatan fisik dan intensitasnya rendah dan meningkatkan
aktivitas secara teratur. (Marmi, 2012: 127). Berdasarkan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor
PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8:
”Nilai Ambang Batas” yang selanjutnya disingkat NAB

36
adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai
kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted
average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu.
c) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi
pada organ reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti
pakaian dalam 2 kali sehari, tidak menggunakan pakaian
dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat menstruasi
normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau
sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015).
d) Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda
dalam melakukan suatu aktivitas. Tubuh memerlukan
istirahat yang cukup, artinya tidak kurang dan lebih.
Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang istirahat,
dapat menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. Tidur/
istirahat pada malam hari sangat baik dilakukan sekitar 7- 8
jam dan istirahat siang sekitar 2 jam . Wanita yang tidak
biasanya berolah raga harus memulai kegiatan fisik dan
intensitasnya rendah dan meningkatkan aktivitas secara
teratur. (Marmi, 2012: 127)
e) Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama
dengan perokok aktif. Hampir semua komplikasi pada
plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok, seperti abortus,
solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta previa dan
BBLR. Selain itu dapat menyebabkan dampak buruk bagi
janin antara lain SIDS (sindroma kematian bayi mendadak),
penyakit paru kronis, asma, otitis media. Konsumsi obat-
obatan tertentu, kesalahan subklinis tertentu atau defesiensi
pada mekanisme intermediat pada janin mengubah obat yang

37
sebenarnya tiddak berbahaya menjadi berbahaya, a[palagi
pada perkembangan janin. (Marmi ,2012 : 128).
f) Riwayat pernikahan
Agar mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama
usia pernikahan, alasan berpisah. Tujuannya mengetahui
jumlah pasangan sebelumnya dan hubungan dengan
pasangan sebelumnya yang dapat mempengaruhi
hubungannya dengan pasangan sekarang. Ditanyakan untuk
mengetahui berapa lama pernikahan agar diketahui
bagaimana keadaan alat reproduksi internal ibu, misal dengan
pernikahan yang lama belum pernah hamil sehingga perlu
penanganan khusus. . (Marmi ,2012 : 121).

g) Riwayat psikososial budaya dan spiritual


Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat
premarital psychological screening antara lain : kepercayaan
diri kedua pihak sebelum membangun sebuah keluarga,
kemandirian masing-masing calon dalam memenuhi
kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja atau kendaraan
dan tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu bergantung pada
orang tua, kemampuan komunikasi antara kedua belah pihak
yang dapat membantu menyelesaikan persoalan dalam rumah
tangga serta penentuan pengambil keputusan dalam keluarga,
efek masa lalu yang belum terselesaikan harus dapat
dikomunikasikan secara terbuka antara kedua pihak. Selain
itu hubungan antara kedua pihak keluarga, seberapa jauh
keluarga besar dapat menerima atas pernikahan tersebut
(Kemenkes RI, 2013).
b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui observasi dan hasil
pemeriksaan, pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Varney langkah pertama pengkajian data (Asrinah, 2010).
1) Pemeriksaan umum
Tanda-tanda vital, normal jika :

38
a) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem
kardiiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg.
(Marmi ,2012 : 129).
b) Nadi
Untuk mengetahui fungsi jantung ibu, normalnya 80 – 90 x/
menit. . (Marmi ,2012 : 129).
c) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta
membantu menentukan diagnosis penyakit. Normal antara
36,0°C – 37,0°C . (Marmi ,2012 : 130).
d) Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan normal,
irama, kedalaman, dan tipe/pola pernapasan. Pernafasan
normal antara 18-24 kali per menit. . (Marmi ,2012 : 130).
2) Antropometri
a) Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling
prakonsepsi mengalami amenore dan berat badannya
dibawah normal, ia harus diindikasikan untuk meningkatkan
asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia mengalami obesitas, ia
harus dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori supaya
berat badannya turun sampai rentang normal pada saat
konsepsi, karena obesitas dalam masa kehamilan
meningkatkan resiko preeklampsia dan gangguan
tromboembolisme. Wanita juga harus dianjurkan untuk
meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per hari
(Kemenkes RI, 2015)
b) Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang
memiliki TB <145cm (low high) akan meningkatkan resiko
panggul sempit (Laming, dkk, 2013).
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :
Berat Badan
Indeks Massa Tubuh = 2
Tinggi Badan

39
Dengan klasifikasi :

IMT
Kategori
(kg/m2)
Kekurangan berat < 17,0
badan tingkat berat
Kurus
Kekurangan berat 17,0 – 18,4
badan tingkat ringan
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan 25,1 – 27,0
tingkat ringan
Gemuk
Kelebihan berat badan > 27,0
tingkat berat
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas ekstrem > 40
(kelas 3)
(sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2007)

c) Lingkar lengan atas (LiLA)


Normal status gizi ibu 28,5 cm. Ukuran LiLA normal yaitu
>23,5cm. Jika < 23,5 cm merupakan indikator Ibu kurang
gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR.
(Marmi ,2012 : 130).
3) Pemeriksaan fisik
a) Wajah
Apakah ada oedema atau tidak, cyanosis atau tidak. .
(Marmi ,2012 : 130).
b) Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda
adanya infeksi pada klien. Pembengkakan vena jugularis
untuk mengetahui adanya kelainan jantung, dan kelenjar
tiroid untuk menyingkirkan penyakit Graves dan mencegah
tirotoksikosis. (Marmi ,2012 : 130).
c) Payudara
Tidak terdapat benjolan/ masa yang abnormal. Simetris.
(Marmi, 2012 : 130).

40
d) Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya
nyeri, tekan, tidak ada bekas luka atau bekas operasi, striae.
(Marmi ,2012 : 131).
e) Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi
cairan, lecet, kutil seperti jengger ayam pada daerah vulva
dan vagina. Tidak terdapat tanda-tanda keputihan patologis.
(Marmi ,2012 : 131).
f) Ekstremtas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan
bebas (Sugiarto, dkk, 2017).
4) Pemeriksaan Penunjang

a) Albumin
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat
mengindikasikan pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
b) Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan
dengan diabetes melitus).
c) Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan
diberikan terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari
sampel darah.
d) Golongan darah dan rhesus
e) HbsAg
f) HIV/AIDS
g) IMS (Sifilis)
h) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG,
pemeriksaan gigi, tes sperma, tes tuberculo(Kemenkes RI,
2015:8)
c. Analisa Perumusan diagnosis dan masalah
Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Varney langkah kedua, ketiga dan keempat, meliputi
diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan

41
kebutuhan segera yang harus diidentifikasi menurut kewenangan
bidan melalui tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan
merujuk klien (Asrinah, 2010).
1) Diagnosis dan masalah
Langkah ini mengidentifikasi masalah yang ada Keluhan dan
masalah. Masalah yang diidentifikasi dilakukan pencegahan ,
bidan diharapkan waspada dan siap dalam menangani masalah
atau kemungkinan masalah..
2) Kebutuhan
Masalah yang diidentifikasi dilakukan pencegahan , bidan
diharapkan waspada dan siap dalam menangani masalah atau
kemungkinan masalah, sesuai kebutuhan klien
(Kemenkes RI, 2015:385)

3) Diagnosa dan masalah potensial


Tidak ada
4) Kebutuhan tindakan segera
Tidak ada
d. Penatalaksanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan
dalam pengkajian, meliputi:
1) Jelaskan hasil pemeriksaan
Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah
dimengerti sangat penting agar calon ayah dan ibu memahami
kondisinya dan dapat mengambil keputusan terkait dengan
masalah yang dihadapi
2) Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan
pernikahan, dan persiapan kehamilan se suai panduan
konseling calon pengantin yang telah ditentukan oleh Kemenkes
(2015)
3) Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan
reproduksi dan prakonsepsi.
4) Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen
asam folat untuk pranikah. Disarankan mengkonsumsi asam
folat minimal 1 bulan sebelum hamil agar indung telur yang

42
dihasilkan berkualitas. Selain itu asam folat mampu
menurunkan resiko gangguan metabolisme DNA yang bisa saja
terjadi.
(Kemenkes RI, 2015:10-75)
C. Pedoman Pelayanan Di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
1. Prinsip Umum Pencegahan
Cuci tangan, menggunakan masker, menjaga kondisi tubuh dengan
rajin olahraga dan istirahat cukup, makan dengan gizi seimbang dan
mempraktikkan etika batuk dan bersin.
2. Upaya Pencegahan Umum Yang dapat dilakukan oleh pengunjung
Puskesmas
a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan memakai
sabun selama 40 -60 detik atau menggunakan cairan antiseptik
berbasis alkohol (hand sanitizer) selama 20 –30 detik.
b. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak
bersih. Gunakan hand sanitizerberbasis alkohol yang setidaknya
mengandung alkohol 70%, jika air dan sabun tidak tersedia.
c. Cuci tangan terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air
Kecil (BAK), dan sebelum makan (baca Buku KIA).
d. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit. Saat
sakit tetap gunakan masker, tetap tinggal di rumah atau segera ke
fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di luar.
e. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tisu. Buang tisu
pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tisu, lakukan sesuai
etika batuk-bersin.
f. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda
yang sering disentuh.
g. Menggunakan masker adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi
penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi
seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha
pencegahan lain. Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan
hand hygienedan usaha-usaha pencegahan lainnya, misalnya tetap
menjaga jarak.

43
h. Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya
dan dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha
pencegahan lain yang sama pentingnya seperti hand hygienedan
perilaku hidup sehat.
i. Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu saat persalinan.
Sedangkan masker kain dapat digunakan bagi ibu yang sehat dan
keluarganya.
j. Cara penggunaan masker yang efektif :
1) Pakai masker secara seksamauntuk menutupi mulut dan hidung,
kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara
masker dan wajah.
2) Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
3) Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya: jangan
menyentuh bagian depan masker, tapi lepas dari belakang dan
bagian dalam).
4) Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah
digunakan, segera cuci tangan.
5) Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker
jika masker yang digunakan terasa mulai lembab.
6) Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
7) Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah
medis sesuai SOP.
k. Gunakan masker kain apabila dalam kondisi sehat. Masker kain yang
direkomendasikan oleh Gugus Tugas COVID-19 adalah masker kain 3
lapis. Menurut hasil penelitian, masker kain dapat menangkal virus
hingga 70%. Disarankan penggunaan masker kain tidak lebih dari 4
jam. Setelahnya, masker harus dicuci menggunakan sabun dan air, dan
dipastikan bersih sebelum dipakai kembali.
l. Keluarga yang menemani ibu hamil, bersalin,dan nifas harus
menggunakan masker dan menjaga jarak.
m. Menghindari kontak dengan hewan seperti kelelawar, tikus, musang
atau hewan lain pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar hewan.
n. Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat
mendesak untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis
obstetri atau praktisi kesehatan terkait.

44
o. Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi
telepon layanan darurat yang tersedia (Hotline COVID-19 : 119 ext 9)
untuk dilakukan penjemputan di tempat sesuai SOP, atau langsung ke
RS rujukan untuk mengatasi penyakit ini.
p. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19
dari sumber yang dapat dipercaya

DIAGRAM FISHBONE ANEMIA

TIME ENVIORENMENT MAN


Pola makan
buah/ sayur
Pola menstruasi Pola
konsumsi
Fe
Kurangnya
penyuluhan
anemia
untuk
persiapan ANEMIA
Cara memasak
kehamilan Tingkat RINGAN
pendapatan
Cara
Kurangnya
konsumsi
pengetahuan
tablet Fe

METHODE MONEY MACHINE

45
46
BAB
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRA KONSEPSI


PADA NY. LM UMUR 24 TAHUN P0A0 PERENCANAAN KEHAMILAN
DI PUSKESMAS KEBASEN KABUPATEN BANYUMAS

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 25 Agustus 2021
Waktu : 14.00 WIB
Tempat : Puskesmas Kebasen
B. BIODATA
Nama : Ny. LM Nama pasangan : Tn. PA
Umur : 24 Tahun Umur : 27 Tahun
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Kebasen Rt 2/3 Alamat: : Kebasen Rt 2/3

C. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Ibu datang untuk memeriksakan keadaannya dan ingin merencanakan
kehamilan
2. Keluhan Utama
Tidak ada keluhan
3. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita : Penyakit / kondisi
yang pernah atau sedang diderita : pasien mengatakan tidak pernah dan
tidak sedang menderita penyakit menurun seperti tekanan darah tinggi,
diabetes militus, asma, jantung, dan ibu tidak pernah menderita penyakit
menular seperti TBC, AIDS/ HIV, hepatitis maupun riwayat kanker.
b. Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) : pasien
mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti tekanan darah tinggi, diabetes militus, asma, jantung, dan ibu tidak

47
pernah menderita penyakit menular seperti TBC, AIDS/ HIV, hepatitis
maupun riwayat kanker.
4. Riwayat Obstetri
Menarch : 12 tahun Siklus : teratur, 28 hari
Lamanya : 7 hari Nyeri haid : tidak ada
Banyaknya : 3 kali ganti pembalut
Ibu mengatakan tidak sedang menstruasi
Ibu mengatakan saat menstruasi tidak pernah minum tablet penambah darah
5. Riwayat Hamil, Bersalin, Nifas yang Lalu
Pasien belum pernah hamil
6. Riwayat imunisasi
Ibu mengatakan sudah di imunisasi calon pengantin saat capeng TT2 tanggal
2 Januari 2021
7. Riwayat KB : Tidak Pernah
8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
1) Makan
⮚ Frekuensi makan pokok : 2-3 x perhari
⮚ Komposisi :
Nasi : 2-3 x @ 1 piring sedang
Lauk : 3 x @ 1 potong sedang
Jenisnya : ikan, telur, tempe, ayam
Sayuran : 1x @ 1/2 mangkuk sayur
Jenis sayuran : kangkung, brokoli.
Buah : 3 x minggu
Jenis : jeruk, pisang, pepaya
Camilan : 2 x sehari
Jenis : kripik, roti
⮚ Pantangan : tidak ada pantangan makanan
2) Minum
Jumlah total 7-8 gelas perhari; jenis : air putih, teh, terkadang kopi
b. Pola Eliminasi
1) Buang Air Kecil
⮚ Frekuensi perhari : 3-4 x warna kuning jernih
⮚ Keluhan/masalah : tidak ada keluhan

48
2) Buang Air Besar
⮚ Frekuensi perhari : 1 x/ 2 hari ; warna kecoklatan, keras
⮚ Keluhan/masalah : tidak ada masalah
c. Pola Persnoal Hygiene
⮚ Mandi 2 x sehari
⮚ Keramas 3-4 x seminggu
⮚ Gosok gigi 2 x sehari
⮚ Ganti pakaian 3 x sehari; celana dalam 3 x sehari
⮚ Kebiasan memakai alas kaki
Pasien selalu menggunakan alas kaki dialam rumah maupun diluar
rumah
d. Hubungan Seksual
Frekuensi : 1-2 kali per minggu
Contact bleeding : tidak ada
Keluhan lain : tidak ada
e. Pola Istirahat/ Tidur
⮚ Tidur malam : 7-8 jam
⮚ Tidur siang : 0 jam
⮚ Keluhan/masalah : pusing setelah bangun tidur
f. Aktivitas Fisik dan Olahraga
⮚ Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : mengurus pekerjaan rumah tangga
dan bekerja
⮚ Olahraga : tidak pernah
g. Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
⮚ Merokok : ibu tidak merokok namun suami merokok
⮚ Minuman beralkohol : Tidak.
⮚ Obat-obatan : Tidak
⮚ Jamu : besar kencur
9. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Riwayat Perkawinan
⮚ Status perkawinan : menikah
⮚ umur waktu menikah : 23 tahun.
⮚ Pernikahan ini yang ke 1 sah lamanya 8 bulan
⮚ Hubungan dengan suami : baik
b. Keinginan hamil ini diharapkan oleh ibu, suami serta keluarga;

49
c. Respon & dukungan keluarga senang terhadap rencana mempunyai anak
Keluarga sangat mendukung klien untuk memiliki keturunan
d. Mekanisme koping (Cara pemecahan masalah)
Pemecahan masalah diselesaikan secara musyawarah bersama suami.
e. Ibu tinggal serumah dengan suami dan orang tua
f. Pengambil keputusan utama dalam keluarga
Suami
Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mengambil keputusan sendiri.
g. Orang terdekat ibu
Suami dan ibu dari klien
h. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan usaha untuk
mendapatkan kehamilan
Tidak ada, selain terus berdoa kepada Allah SWT.
i. Penghasilan perbulan
Rp 3.500.0000 Cukup
j. Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan
ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh nakes wanita maupun pria;
k. Tingkat pengetahuan ibu
Hal – hal yang sudah diketahui :
Ibu sudah mengetahui kebutuhan nutrisi secara umum
Hal – hal yang ingin diketahui :
Ibu ingin mengetahui cara mengetahui waktu masa subur dan cara
mempersiapkan kehamilan.
D. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) Tekanan Darah : 118/70 mmHg
4) Suhu /T : 36,3°C
5) Nadi : 82 kali/menit
6) RR : 18 kali/menit
7) BB : 44 kg
8) TB : 155 cm

50
9) IMT : 18
10) LILA : 24 cm
b. Status Present
Kepala : mesosephal, bersih, tidak ada benjolan
Muka : tidak pucat, simetris, tidak odema, tiak ada cloasma
gravidarum
Mata : simetris, konjungtiva pucat, sklera putih
Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak bernafas cuping hidung
Mulut : bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi
Telinga : simetris, tidak ada serumen
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
limfe
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : tidak dilakukan
Punggung : simetris, tidak skloliosis dan lordosis
Anus : tidak dilakukan
Ekstremitas atas : simetris, tidak odema, tidak ada kelainan, turgor
kulit kembali cepat, kapiler refil < 2 detik
Ekstremitas bawah : simetris, tidak odema, tidak ada kelainan, turgor
kulit kembali cepat, kapiler refil < 2 detik
c. Status Obsterti
Muka : muka tidak ada oedem, nampak pucat, tidak ada chloasma
gravidarum
Mammae : puting susu nampak belum ada hyperpigmentasi pada areola
mamae, belum ada kolostrum
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, TFU belum teraba
Genetalia : bersih, tidak ada flour albus.
2. Pemeriksaan penunjang
IVA : Tidak dilakukan
Papsmear : Tidak dilakukan
PMTCT : Tidak dilakukan
HB : 10,8 gr/dL
E. ANALISA

51
Diagnosa Kebidanan : Ny. LM umur 24 tahun dengan perencanaan
kehamilan
Masalah : Anemia ringan
Diagnose potensial : Anemia sedang
Kebutuhan : Pemberian terapi FE, pendidikan kesehatan cara
mengatasi anemia serta mehitung masa subur dan persiapan kehamilan
F. PENATALAKSANAAN
Tanggal :25 Agustus 2021 Jam : 14.10 WIB
1. Memberitahu pasien mengenai hasil pemeriksaan bahwa secara umum
keadaan baik, tanda – tanda vital dalam batas normal yaitu TD: 118/70
mmHg, RR: 18 x/m, N: 82 x/m, S: 36,3 oC, hasil lab. HB: 10,8 gr/dL
Hasil : pasien mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu bahwa kadar hemoglobin ibu yaitu 10,8 mg/Dl yang
termasuk anemia ringan karena Hb normal wanita usia subur 12-16 gr/dL.
Anemia adalah salah satu keadaan dimana sel hemoglobin dalam darah merah
kurang dari jumlah normal sehingga biasaya terdapat tanda pusing, mudah
lelah, mudah mengantuk, dan lemas. Dampaknya saat hamil dapat terjadi
perdarahan, keguguran, resiko bayi premature dan tidak kuat mengejan saat
akan melahirkan.
Hasil : Ibu paham dengan penjelasan hasil pemeriksaan
3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe 1 kali perhari untuk
meningkatkan kadar dan mengatasi anemia, cara minumnya dengan
menggunakan air putih, air jeruk atau jus. Tidak boleh menggunakan air susu,
kopi dan teh karena dapat mengganggu proses penyerapan tablet tambah
darah. Efek samping dari tablet tambah darah ini adalah ibu susah BAB, maka
dari itu perlu diimbangi dengan mengkonsumsi buah yang berserat tinggi
seperti pepaya dan pisang. Selain itu ibu juga bisa mengkonsumsi sari kurma,
sari kurma juga bisa menaikkan kadar Hb.
Hasil : ibu bersedia melakukan anjuran yang telah diberikan
4. Memberikan informasi kepada ibu untuk mempersiapkan kehamilan di mana
gizi ibu harus terpenuhi sebagai modal sumber makanan untuk bayi terutama
asam folat; minum air putih 1–2 liter sehari, berhubungan suami istri pada
masa subur dengan frekuensi 3-4 kali dalam seminggu; menerapkan gaya
hidup sehat seperti berolahraga, menjaga berat badan ideal, menghindari asap
rokok dll; kondisi rahim, kualitas ovum dan sperma harus baik dimana dapat

52
diketahui melalui pemeriksaan penunjang di RS atau dokter spesialis
kandungan
Hasil: ibu mengerti mengenai persiapan kehamilan yang harus ia lakukan.
5. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang yang kaya
akan zat besi untuk mencegah terjadinya anemia, terdapat pada hati, daging,
telur, sayuran hijau dan kacang-kacangan, sari kurma; mengonsumsi buah
yang kaya akan vit. C seperti jeruk, mangga, pepaya untuk mempercepat
proses penyerapan zat besi; serta makanan yang kaya akan asam folat seperti
pada sayuran hijau, alpukat, pisang dan susu ibu hamil sebagai persiapan
kehamilan dengan meningkatkan kesuburan wanita, membantu pertumbuhan
dan perkembangan janin serta mencegah terjadinya kecacatan.
Hasil : pasien bersedia melakukan anjuran yang telah diberikan
6. Memberi informasi kepada klien mengenai cara menentukan masa subur.
Masa subur dapat kita ketahui melalui siklus menstruasi. Perhitungan masa
subur ini akan efektif jika siklus menstruasinya normal yaitu 21–35 hari.
Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus dilakukan minimal enam siklus
berturut-turut. Pada menstruasi dengan siklus teratur (28) hari pertama dalam
siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa suburnya adalah hari ke-12
hingga hari ke-16. Sedangkan, jika menstruasi tidak teratur, jumlah hari
terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18 untuk menentukan hari
pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11
untuk menentukan hari terakhir masa subur. Selain itu, masa subur dapat
diketahui melalui perubahan lendir serviks (bertekstur lebih cair dan bening
karena meningkatnya hormon estrogen); libido meningkat; suhu basal tubuh
meningkat ± 0,5oC yang biasanya diukur pada pagi hari.
Hasil: Ibu mengerti mengenai cara menentukan masa subur dan akan mulai
menghitung siklus menstruasinya
7. Memberikan terapi asam folat 1x0,4 mg sehari dan fe 1x60 mg dan cara
minumnya
Hasil : pasien bersedia minum
8. Menganganjurkan ibu untuk ke pelayanan kesehatan (puskesmas, praktik
bidan dan nakes lainnya) jika ada keluhan jika ada keluhan atau jika ingin
berkonsultasi terkait perencanaan kehamilaan dalam keadaan lain
Hasil: ibu besedia kunjungan ulang
9. Mencatat ke lembar dokumentasi

53
Hasil : pasien bersedia melakukan anjuran yang telah diberikan

Banyumas, Agustus 2021


Pembimbing Klinik Praktikan

Dyah Ikasumiwi, STr.Keb,Bdn Nastiti


NIP.198401302006042005 NIM. P1337424821025

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Dr. Runjati,M.Mid
NIP. 19741114 199803 2 001

54
CACATAN PERKEMBANGAN
Kunjungan rumah Nama Pasien : Ny. LM

Usia : 24 tahun

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal TTD
CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)
dan Jam

27 Agustus Subyektif : Mahasiswa


2021 Pukul
14.30 WIB 1. Kunjungan ke rumah pasien

2. Ibu mengatakan tidak ada keluhan, sudah tidak pusing saat bangun
tidur

3. Ibu mnegatakan sudah minum tablet penambah darah yang di perikan


Nastiti
saat kunjungan pertama dan minum sari kurma

4. Ibu mengatakan sudah mulai menerapkan pola makan yang sudah


Pembimbing lahan
diberikan waktu kunjungan pertama.

Obyektif :

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis
Dyah Ikasumiwi,
Tekanan darah : 118/70 mmHg STr.Keb,Bdn

Nadi : 82 x/menit

Respirasi : 18 x/menit

Suhu : 36,3°C

2. Status obstetri

Muka : tidak pucat, tidak odema, simetris

Mammae : simetris, tidak ada benjolan

Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak tegang

Genetalia : tidak dilakukan

3. Pemeriksaan penunjang

55
Tidak dilakukan

Analisa :

Ny. LM umur 24 tahun dengan perencanaan kehamilan

Masalah: tidak ada

Kebutuhan segera: tidak ada

Penatalaksanaan :

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien bahwa secara umum


keadaan baik, tanda- tanda vital dalam batas normal yaitu TD: 118/70
mmHg, RR: 18 x/m, N: 82 x/m, S:36,3 oC.

Hasil : pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan

2. Mengingatkan pasien untuk menjaga pola makan seimbang,


mengurangi makanan yang mengandung kolesterol, karbohidrat, kadar
garam natrium dan kadar gula tinggi, mengurangi makanan cepat saji,
mencegah stress berlebihan, melakukan olahraga secara rutin, dan
kontol kesehatan secara rutin

Hasil : ibu bersedia mengikuti saran bidan.

3. Menganjurkan kepada pasien lebih banyak mengkonsumsi makanan


mengandung asam folat seperti pada sayuran bewarna hijau tua atau
minum susu yang terdapat kandungan asam folat, dapat juga
meminum suplemen seperti pada sayuran berwarna hijau tua atau
minum susu yang terdapat kandungan asam folat, serta mengingatkan
kembali untuk meminum suplemen asam folat 0,4 mg setiap hari
minimal 1 tab untuk persiapan kehamilan. Mengingatkan ibu untuk
minum penambah darah setiap malam sebelum tidur.

Hasil: ibu memahami

4. Menjelaskan tanda-tanda kehamilan seperti

a. Tes kehamilan poitif (+)

b. Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak


menstruasi pada siklus haid bulan berikutnya)

c. Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi

56
hari serta sering buang air kecil

d. Tidak ada nafsu makan

e. Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang


jarang ada atau tidak pernah dimakannya

f. Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat


terdengar detak jantung janin.

Hasil : pasien mengerti tana-tanda kehamilan

5. Memberikan konseling prakonsepsi tentang kesehatan reproduksi


prakonsepsi yaitu tentang cara menjaga kebersihan organ kewanitaan:
membersihan daerah V dari arah depan ke belakang, danti celana
dalam minimal 2 kali atau jika sudah merasa lembab.

Hasil : pasien mengetahui penjelasan yang diberikan

6. Menganjurkan kepada pasien untuk memeriksakan kesehatan apabila


ada keluhan.

Hasil : pasien bersedia melakukan anjuran yang diberikan.

7. Mendokumentasikan seluruh tindakan

Hasil: sudah dilakukan dokumentasi

CACATAN PERKEMBANGAN
Puskesmas Kebasen Nama Pasien : Ny. LM

Usia : 24 tahun

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal TTD
CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)
dan Jam

2 Subyektif : Mahasiswa
September
2021 1. Ibu mengatakan tidak ada keluhan

Pukul 2. Ibu mnegatakan ingin cek laboratorium kadar Hb


09.00 WIB
Obyektif :

1. Pemeriksaan umum Nastiti

57
Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis Pembimbing lahan

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Respirasi : 18 x/menit

Suhu : 36,3°C

BB : 44 kg Dyah Ikasumiwi,
STr.Keb,Bdn
2. Status obstetri

Muka : tidak pucat, tidak odema, simetris

Mammae : simetris, tidak ada benjolan

Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak tegang

Genetalia : bersih, tidak oedem, tidak ada kemerahan, tidak


ada keputihan.

3. Pemeriksaan penunjang

PP test : negatif

HB: 12 gr/dL

Analisa :

Ny. LM umur 24 tahun dengan perencanaan kehamilan

Masalah: tidak ada

Kebutuhan segera: tidak ada

Penatalaksanaan :

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien bahwa secara umum


keadaan baik, tanda- tanda vital dalam batas normal

Hasil : pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan

2. Memotivasi ibu untuk tetap minum asam folat serta memenuhi


kebutuhan gizi seimbang untuk persiapan kehamilan.

58
Hasil : ibu bersedia mengikuti saran bidan.

3. Menganjurkan kepada pasien untuk memeriksakan kesehatan apabila


ada keluhan.

Hasil : pasien bersedia melakukan anjuran yang diberikan.

4. Mendokumentasikan seluruh tindakan

Hasil: sudah dilakukan dokumentasi

Banyumas, September 2021


Pembimbing Klinik Praktikan

Dyah Ikasumiwi, STr.Keb,Bdn Nastiti


NIP.198401302006042005 NIM. P1337424820068

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Dr. Runjati,M.Mid
NIP. 19741114 199803 2 001

59
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Pengkajian Awal


Berdasarkan pengkajian pada tanggal 25 Agusrus 2021 asuhan kebidanan pada
Ny. LM usia 24 tahun dengan kebutuhan perencanaan kehamilan telah dilakukan.
Langkah awal dilakukan pengkajian yang meliputi data subyektif dan data obyektif
melalui anamnesa langsung pada ibu dan beberapa pemeriksaan. Berdasarkan
identitas ibu diketahui bahwa ibu bernama Ny. LM berusia 24 tahun, suku bangsa
Jawa, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu yaitu Ibu Rumah
Tangga, dan beralamat di Kebasen Rt 2/3. Berdasarkan anamnesa pada kunjungan
pertama pada Ny. LM klien hanya ingin memeriksakan kesehatannya dan ingin
merencanakan kehamilan serta mengeluh pusing saat bangun tidur.
Hasil anamnesa usia klien didapatkan usia Ny. LM adalah 24 tahun. Usia tersebut
sesuai dengan pernyataan BKKBN mengenai usia ideal yang matang secara biologis
dan psikologis untuk sebuah perkawinan yaitu usia 20–25 tahun bagi wanita dan
umur 25–30 tahun bagi pria (BKKBN, 2017). Hal ini sejalan dengan teori
Widatiningsih (2017) di mana ibu dapat berisiko apabila hamil saat berusia < 20
tahun dan > 35 tahun. Kehamilan di usia muda berkaitan dengan risiko preeklamsi
dan fisiologis ibu yang kurang matang serta organ reproduksi yang belum matang.
Sedangkan pada umur > 35 tahun alat-alat reproduksi sudah berkurang fungsinya dan
kelenturannya dan tenaga ibu yang berkurang. Prawirohardjo (2010) menyatakan pria
disarankan untuk menikah pada usia kurang dari 40 tahun, karena jika lebih dari batas
tersebut mortilitas, konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA telah
mengalami penurunan kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan janin.
Rekomendasi waktu yang tepat untuk merencanakan kehamilan adalah
perencanaan kehamilan dapat dilakukan segera jika PUS sehat dan WUS berumur
minimal 20 tahun. Pada catin dan PUS pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
bertujuan untuk mempersiapkan pasangan agar sehat sehingga perempuan dapat
menjalankan proses kehamilan, persalinan yang sehat dan selamat serta melahirkan
bayi yang sehat (Kemenkes RI, 2018).
Dari riwayat menstruasi didapatkan pola menstruasi Ny. LM normal dan tidak
ada keluhan gangguan haid. Siklus teratur setiap 28 hari, dengan lama menstruasi
berkisar 7 hari, tidak ada keluhan perdarahan yang abnormal. Saat ini Ny.LM tidak
sedang menstruasi. Ny. LM umur 24 tahun sudah menikah tanggal 20 Februari 2021.

60
Lama menstruasi berkaitan erat dengan anemia karena apabila darah yang keluar
banyak, berkurang pula kadar zat besi di dalam tubuh., sehingga disarankan wanita
saat menstruasi untuk mengkonsumsi tablet tambah darah untuk mencegah anemia
(Desi dkk, 2019). Namun Ny.LM tidak mengkonsumsinya saat menstruasi.
Riwayat kesehatan Ny. LM dan keluarga tidak terdapat penyakit menular maupun
penyakit keturunan. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari normal. Menurut
Kemenkes (2018b) secara umum aktivitas fisik terbagi menjadi tiga macam yaitu
aktivitas fisik harian (mencuci baju mengepel, jalan kaki, dsb, di mana kalori yang
digunakan berkisar 50–200 kcal perkegiatan; latihan fisik (jalan kaki, jogging,
bersepeda, senam); olahraga (sepak bola, berenang, basket, dll). Aktivitas fisik dapat
dilakukan secara teratur 3-5 kali dalam seminggu atau 30 menit setiap harinya.
Tujuan dari aktivitas fisik adalah untuk menjaga berat badan ideal tubuh, mengurangi
risiko penyebab terjadinya Penyakit Tidak Menular (hipertensi, jantung, diabetes
militus) yang mana akan memperberat kondisi ibu pada saat hamil nanti. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pekerjaan rumah yang ibu lakukan secara tidak langsung
termasuk dalam aktivitas fisik harian.
Pada asupan cairan diketahui bahwa dalam sehari ibu minum air putih hanya ± 7-
8 gelas jenis : air putih, teh, terkadang kopi dan ibu tidak mengonsumsi susu.
Menurut Noya (2017) untuk orang dewasa, konsumsi air putih yang disarankan yaitu
sekitar delapan gelas berukuran 230 ml per hari atau total 2 liter. Manfaat air putih
sangat banyak untuk tubuh seperti menjaga kadar cairan tubuh atau
mencegah dehidrasi, sehingga tubuh tidak mengalami gangguan pada fungsi
pencernaan (sembelit) dan penyerapan makanan, sirkulasi, ginjal, dan penting dalam
mempertahankan suhu tubuh yang normal; membantu memberikan energi pada otot
dan melumasi sendi-sendi agar tetap lentur. Ketidakseimbangan cairan dapat memicu
kelelahan pada otot; membantu mengendalikan asupan kalori tubuh. Minum air putih
jauh lebih baik dalam mencegah peningkatan berat badan dibandingkan minuman
yang mengandung tinggi kalori; menjaga kesegaran kulit dengan cara mengecilkan
pori, melembapkan, dan menambah kekencangan kulit; melindungi saraf tulang
belakang dan jaringan sensitif pada tubuh lainnya; membantu proses pembuangan
sisa-sisa makanan dan minuman melalui keringat, urine dan kotoran. Banyak minum
air putih juga bisa dijadikan obat kencing darah akibat infeksi saluran kemih ringan
atau batu saluran kemih yang berukuran kecil.
Suami Ny. LM merupakan perokok aktif, disarankan Ny. LM untuk menjauh atau
diluar rumah saat merokok karena paparan asap rokok memiliki dampak negatif pada

61
kemampuan untuk hamil. Hampir semua studi ilmiah mendukung kesimpulan bahwa
paparan rokok memiliki dampak negatif terhadap kesuburan. Komponen yang
terkandung pada asap rokok telah terbukti mengganggu kemampuan sel dalam
ovarion untuk membuat estrogen dan menyebabkan telur wanita (oosit) menjadi lebih
rentan terhadap kelainan genetik. Paparan rokok juga meningkatkan risiko keguguran
dan kehamilan ektopik. Mekanisme yang terjadi meliputi efek toksisitas langsung
pada sel ovum, gangguan pada motilitas saluran reproduksi, dan gangguan pada
imunitas sehingga mengakibatkan infeksi pada tuba fallopi. pada wanita hamil,
merokok dapat menyebabkan terjadi komplikasi pada bayi lahir, diantaranya retardasi
pada bayi, berat lahir rendah, aborsi secara spontan, serta risiko fatal pada janin
(Anis, 2018).
Data psikososial-spiritual diketahui bahwa kondisi psikologis Ny. LM tinggal
bersama suami dan orang tuanya. Keluarga sangat meninginkan Ny.LM hamil.
Penghasilan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pada data
pengetahuan diketahui bahwa ibu telah mengetahui tentang kebutuhan nutrisi secra
umum, sedangkan hal-hal yang ingin diketahui ibu ingin mengetahui cara mengetahui
waktu masa subur dan cara mempersiapkan kehamilan.
Pada pemeriksaan fisik, tanda tanda vital Ny.LM dalam batas normal dengan
tekanan darah : 118/70 mmHg, Suhu: 36,3°C, nadi: 82 kali/menit, RR: 18 kali/menit,
BB : 44 Kg,TB: 155 cm, LILA: 24 cm (normal) dengan IMT= 18 (normal).
Dalam penelitian deskriptif korelatif Ningrum and Cahyaningrum (2018)
menunjukkan bahwa IMT pra hamil memiliki hubungan yang bermakna dengan berat
lahir bayi (p value= 0,0001) dan memiliki hubungan yang sangat kuat (r= 0,938).
IMT pra hamil menyumbang 88% sebesar (r2= 0,880) terhadap berat badan bayi baru
lahir. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa IMT pra hamil menyumbang
terhadap panjang badan bayi baru lahir sebesar 76,7% (r2= 0,767), sedangkan sisanya
dipengaruhi variabel lain. Hubungan IMT prahamil memiliki hubungan yang
bermakna dengan panjang lahir bayi (p value= 0,0001) dan kuat (r= 0,876) serta
berpola positif yang berarti semakin besar IMT prahamil maka akan semakin besar
juga panjang bayi yang dilahirkan.
Pada status present pada mata konjungtiva pucat, akan tetapi yang lain nya
normal. Status obstetricus juga diketahui bahwa kondisi Ny. LM saat ini baik
diketahui dari data berupa : muka tidak ada oedem, nampak pucat, tidak ada chloasma
gravidarum, mammae : puting susu nampak belum ada hyperpigmentasi pada areola
mamae, belum ada kolostrum, abdomen : tidak ada bekas SC, TFU belum teraba

62
genetalia: bersih, tidak ada flour albus. Hasil pemeriksaan penunjang yaitu HB 10,8
gr/dl
Langkah ketiga yaitu perumusan diagnosa. Diagnosa diambil dari data yang
dikumpulkan pada langkah pengkajian. Diagnosa pada kasus ini adalah Ny. LM usia
24 tahun dengan perencanaan kehamilan. Masalah: anemia ringan, kebutuhan yaitu
pemberian terapi FE, pendidikan kesehatan cara mengatasi anemia serta mehitung
masa subur dan persiapan kehamilan. Dalam identifikasi kebutuhan segera dalam
kasus ini tidak memerlukan tindakan yang khusus, cepat dan segera untuk menangani
ibu agar tidak terjadi kematian dan pada kasus ini tidak ada tanda tanda yang
mengancam jiwa ibu. Berdasarkan diagnosa maka penatalaksanaan yang sudah
dilakukan adalah :
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa secara umum keadaan baik,
tanda – tanda vital dalam batas normal dengan hasil pemeriksaan laboratorium
HB: 10,8 gr/dL
2. Memberitahu ibu bahwa kadar hemoglobin ibu yaitu 10,8 mg/Dl yang termasuk
anemia ringan karena Hb normal wanita usia subur 12-16 gr/dL. Anemia adalah
salah satu keadaan dimana sel hemoglobin dalam darah merah kurang dari jumlah
normal sehingga biasaya terdapat tanda pusing, mudah lelah, mudah mengantuk,
dan lemas. Dampaknya saat hamil dapat terjadi perdarahan keguguran, resiko
bayi premature dan tidak kuat mengejan saat akan melahirkan.
Anemia juga beresiko bagi ibu dengan persiapan kehamilan atau masa pra
konsepsi. Kebutuhan gizi seperti asupan protein nabati seperti tempe, tahu,
bayam, brokoli dan lainnya yang sangat bermanfaat untuk menaikkan kadar
hemoglobin dalam darah. Menurut penelitian Nugroho (2015), asupan protein
nabati berhubungan dengan kejadian anemia pada WUS. WUS dengan asupan
protein nabati yang cukup memiliki kejadian anemia yang lebih rendah
dibandingkan WUS dengan asupan protein nabati yang kurang. Hasil penelitian
ini menunjukkan konsumsi protein nabati pada WUS dalam jumlah yang cukup
dapat menurunkan risiko kejadian anemia.
3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe 1 kali perhari untuk
meningkatkan kadar dan mengatasi anemia, cara minumnya dengan menggunakan
air putih, air jeruk atau jus. Tidak boleh menggunakan air susu, kopi dan teh
karena dapat mengganggu proses penyerapan tablet tambah darah. Efek samping
dari tablet tambah darah ini adalah ibu susah BAB, maka dari itu perlu diimbangi
dengan mengkonsumsi buah yang berserat tinggi seperti pepaya dan pisang.

63
Selain itu ibu juga bisa mengkonsumsi sari kurma, sari kurma juga bisa
menaikkan kadar Hb.
Anemia gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah zat besi
dalam makanan tidak cukup, penyerapan zat besi rendah, kebutuhan meningkat,
kekurangan darah, pola makan tidak baik, status sosial ekonomi, penyakit infeksi,
pengetahuan yang rendah tentang zat besi, dan terdapat zat penghambat
penyerapan zat besi dalam makanan (Puji dkk, 2010).
Suplemen Fe adalah salah satu strategi untuk meningkatkan intake Fe yang
berhasil hanya jika individu mematuhi aturan konsumsinya. Banyak factor yang
mendukung rendahmya tingkat kepatuhan (compliance) tersebut, seperti individu
sulit mengingat aturan minum tiap hari, minimnya dana untuk membeli suplemen
secara teratur, dan efek samping yang tidak nyaman dari Fe contohnya gangguan
lambung (Fatmah, 2011).
Perlakuan sari kurma banyak memberikan pengaruh terhadap peningkatan
kadar hemoglobin setelah diberikan 3 sendok makan sehari dianjurkan sebelum
makan dengan dosis 15 cc selama satu minggu. Hal ini dapat dikatakan bahwa
pemberian sari kurma berpengaruh untuk peningkatan kadarhemoglobin pada ibu
hamil. Hemoglobin dibentuk dalam sel darah merah pada sumsum tulang
belakang dan kegagalan pembentukan hemoglobin dapat disebabkan karena
kekurangan protein. Faktor pembentuk hemoglobin seperti Fe, B12, dan asam
folat semuanya terdapat dalam kurma (Rahayu, 2017).
4. Memberikan informasi kepada ibu untuk mempersiapkan kehamilan di mana gizi
ibu harus terpenuhi sebagai modal sumber makanan untuk bayi terutama asam
folat; minum air putih 1–2 liter sehari, berhubungan suami istri pada masa subur
dengan frekuensi 3-4 kali dalam seminggu; menerapkan gaya hidup sehat seperti
berolahraga, menjaga berat badan ideal, menghindari asap rokok dll; kondisi
rahim, kualitas ovum dan sperma harus baik dimana dapat diketahui melalui
pemeriksaan penunjang di RS atau dokter spesialis kandungan.
5. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang yang kaya
akan zat besi untuk mencegah terjadinya anemia, terdapat pada hati, daging, telur,
sayuran hijau dan kacang-kacangan, sari kurma; mengonsumsi buah yang kaya
akan vit. C seperti jeruk, mangga, pepaya untuk mempercepat proses penyerapan
zat besi; serta makanan yang kaya akan asam folat seperti pada sayuran hijau,
alpukat, pisang dan susu ibu hamil sebagai persiapan kehamilan dengan

64
meningkatkan kesuburan wanita, membantu pertumbuhan dan perkembangan
janin serta mencegah terjadinya kecacatan.
Pada wanita sebagai persiapan kehamilan tidak hanya fungsi reproduksi
saja yang harus sehat, tetapi juga diperlukan status gizi yang baik sebelum
terjadinya kehamilan. Oleh karena itu fokus dalam konseling asupan zat gizi pada
masa prakonsepsi ini tidak hanya pada gizi mikro yang menunjang kesehatan
reproduksi tetapi juga gizi makro yang mendukung status gizi. Kekurangan nutrisi
akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi (Marmi, 2013 dalam
Chabibah, 2016).
Peningkatan gizi mikro berupa vitamin E, vitamin C, vitamin B6, asam
folat, zat besi dan kalsium selain berfungsi pada peningkatan fungsi reproduksi,
juga dalam perencanaan pencegahan komplikasi kehamilan sehingga dapat
menghasilkan outcome yang lebih baik. Vitamin E berfungsi dalam menjaga
sistem endokrin dan produksi hormon yang baik, sedangkan vitamin C bermanfaat
menjaga keseimbangan hormonal, meningkatkan fertilitas, memperkuat sistem
imun, dan membantu penyerapan zat besi. Vitamin B6 juga dibutuhkan untuk
dapat meningkatkan kesuburan wanita. Asam folat dan zat besi sangat disarankan
untuk ditingkatkan jumlahnya dalam perencanaan kehamilan dalam upaya
pencegahan neuro-tube defect dan anemia baik pada ibu maupun bayinya (Marmi,
2013 dalam Chabibah, 2016)
Makanan dikatakan sehat jika tersusun atas zat gizi makro dan mikro dalam
proporsi seimbang. Zat gizi makro meliputi protein, lemak dan karbohidrat
berkontribusi dalam menyediakan total energy yang berasal dari makanan (Hanson
et al., 2014 dalam Anggraeny and Ariestiningsih 2017). FIGO merekomendasikan
kecukupan protein dalam sehari pada masa sebelum kehamilan sebesar 60 gram,
sedangkan kebutuhan lemak direkomendasikan FIGO sebesar 15-30% dari total
energy yang lebih mengutamakan asam lemak tidak jenuh. Untuk kecukupan
karbohidrat pada masa prakonsepsi, Institute of Medicine (2005) dalam Anggraeny
and Ariestiningsih (2017) merekomendasikan sebesar 130 gram dalam sehari.
Dalam studi literature terbaru yang menilai asupan makanan prakonsepsi
dan hubungannya dengan kesuburan, masa kehamilan dan juga hubungannya
dengan sindrom ovarium polikistik dan diabetes gestasional disebutkan bahwa dari
351 wanita yang sedang dalam pengobatan infertilitas, peningkatan asupan ikan,
yakni 0,06-0,44 porsi/ hari diasosiasikan dengan kemungkinan kelahiran hidup 34-
38% lebih tinggi. Tetapi, ketika dilakukan substitusi daging atau olahan daging

65
dengan dua porsi ikan menyebabkan meningkatnya kemungkinan kelahiran hidup
sebesar 54% (Grieger, 2020).
Sementara untuk kebutuhan zat gizi mikro meliputi asam folat, vitamin A,
vitamin B, vitamin D, kolin, kalsium, yodium dan zat besi Anggraeny and
Ariestiningsih (2017). ACOG (2019) merekomendasikan semua wanita usia
reproduksi (15-45 tahun) harus mengonsumsi suplementasi asam folat dengan
dosis 400mcg per hari. Pada wanita yang memiliki peningkatan risiko NTD
(neuro-tube defect) termasuk wanita dengan riwayat kehamilan dengan NTD
penyakit kejang harus diberi konseling untuk mengonsumsi 4 mg asam folat setiap
harinya, tetapi tidak mengambil tambahan vitamin prenatal mengingat terdapat
risiko keracunan vitamin A.
Hanson et al., (2015) dalam Anggraeny and Ariestiningsih (2017)
merekomendasikan vitamin A per hari untuk perempuan sebelum hamil sebesar
700mcg. Sedangkan vitamin B12 direkomendasikan sebesar 2,4 mcg perhari,
vitamin B6 disarankan 1,3 mg per hari. Untuk vitamin D, FIGO
merekomendasikan dalam sehari sebesar 400IU yang akan lebih efektif jika
diimbangi dengan paparan sinar matahari cukup. Sedangkan rekomendasi kolin
dalam sehari adalah sebesar 400-425 mg, sementara zat besi disarankan sebesar
18mg.
Selain memperoleh asupan zat gizi mikro dari suplementasi, pemenuhan
kebutuhan akan zat gizi mikro dapat diperoleh dari makanan yang sesuai dengan
bahan makanan yang banyak tersedia di daerah dan sangat mudah didapatkan,
misalnya kelor, tauge, tahu, tempe, bayam, dsb.
Penelitian Dhafir and Laenggeng (2020) yang meneliti kandungan zat gizi
dalam daun kelor mendapatkan hasil bahwa pada daun kelor muda terkandung
kalsium 497,8mg/ 100 gram dan zat besi 6,24mg/ 100 gram. Selain itu, beberapa
kelebihan kelor jika dibandingkan dengan sumber zat mikro lainnya dengan berat
yang sama yakni:
1. Daun kelor segar setara dengan 7 kali vitamin C yang terdapat pada jeruk segar
2. Daun kelor segar setara dengan 4 kali vitamin A yang terdapat pada wortel
3. Daun kelor segar setara dengan 4 kali kalsium yang terdapat pada susu
4. Daun kelor segar setara dengan 3 kali kalium yang terdapat pada pisang
5. Daun kelor segar setara dengan 2 kali protein yang terdapat pada yoghurt
6. Daun kelor segar setara denfan ¾ kali zat besi yang terdapat pada bayam
(Nurcahyati, 2014).

66
6. Memberi informasi kepada klien mengenai cara menentukan masa subur. Masa
subur dapat kita ketahui melalui siklus menstruasi. Perhitungan masa subur ini
akan efektif jika siklus menstruasinya normal yaitu 21–35 hari. Pemantauan
jumlah hari pada setiap siklus dilakukan minimal enam siklus berturut-turut. Pada
menstruasi dengan siklus teratur (28) hari pertama dalam siklus haid dihitung
sebagai hari ke-1 dan masa suburnya adalah hari ke-12 hingga hari ke-16.
Sedangkan, jika menstruasi tidak teratur, jumlah hari terpendek dalam 6 kali
siklus haid dikurangi 18 untuk menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari
terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11 untuk menentukan hari terakhir
masa subur. Selain itu, masa subur dapat diketahui melalui perubahan lendir
serviks (bertekstur lebih cair dan bening karena meningkatnya hormon estrogen);
libido meningkat; suhu basal tubuh meningkat ± 0,5oC yang biasanya diukur pada
pagi hari.
Masa subur merupakan sebuah masa dalam siklus menstruasi wanita
dimana terdapat sel telur yang matang yang siap dibuahi, sehingga bila wanita
tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan
(Sitompul, 2015 dalam Atika, Yunus and Primandari, 2017). Cara-cara yang dapat
dilakukan untuk mengetahui Masa Subur, dua diantaranya adalah:
a. Sistem Kalender Sebagai pedoman, hari pertama menstruasi dihitung sebagai
siklus menstruasi hari ke-1. Lamanya siklus menstruasi dimulai dari hari ke-1
hingga menstruasi berikutnya (Puspita, 2016 dalam Atika, Yunus and
Primandari, 2017). Pada siklus menstruasi 28 hari. Pada siklus ini, ovulasi
akan terjadi pada hari ke -14, dan masa subur adalah 2-3 hari sebelum hingga
sesudah ovulasi. Jadi masa subur terjadi antara hari ke-11 hingga hari ke- 17.
b. Perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks) Masa subur juga bisa diketahui
lewat pemeriksaan getah lendir (mukus) mulut rahim (serviks). Ini pun dapat
anda lakukan sendiri. Caranya, lendir dari mulut rahim diperiksa setiap hari.
Hormon Estrogen mencapai puncaknya pada saat ovulasi biasanya lendir
rahim jadi agak encer dan bila diraba dengan jari telenjuk atau ibu jari, lalu
rekatkan lendir tersebut seperti membentuk benang dengan jarak 2-3 cm, jika
lendir tersebut terputus tandanya tidak subur, dan apabila lendir tersebut tidak
terputus maka anda dalam masa subur, tingkat keberhasilan dengan cara ini
hanya sekitar 60% - 70% (Sitompul, 2015 dalam Atika, Yunus and Primandari,
2017).

67
7. Memberikan terapi asam folat 1x0,4 mg sehari dan fe 1x60 mg dan cara
minumnya.
8. Memotivasi ibu untuk tetap menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu
dengan rajin cuci tangan sebelum atau sesudah melakukan sesuatu, menggunakan
masker ketika bepergian, dan menghindari paparan asap rokok.
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan atau
menghubungi petugas kesehatan jika terdapat masalah kesehatan ataupun hanya
sekedar ingin berkonsultasi terkait persiapan kehamilan dan keadaan lainnya.
B. Pembahasan Catatan Perkembangan 27 Agustus 2021 jam 14.30 WIB
Pada pengkajian kunjungan ke-2 yang dilaksanakan pada tanggal 27 Aagustus
2021 pukul 14.30 WIB, Ny. LM mengatakan tidak ada keluhan. Pola pemenuhan
kebutuhan sehari-hari tidak ada masalah.
Data obyektif menunjukan bahwa keadaan umum ibu baik, kesadaran
composmentis, tanda-tanda vital normal, status present normal, dan status obstetricus
normal. Langkah kedua yaitu perumusan diagnosa. Diagnosa diambil dari data yang
dikumpulkan pada langkah pengkajian. Diagnosa pada kasus ini adalah Ny. LM usia
24 tahun dengan kebutuhan kunjungan ulangan untuk check up. Pada langkah
antisipasi masalah potensial, dalam kasus ini tidak ditemukan adanya masalah
potensial karena dari hasil pemeriksaan dan diagnosa ibu dalam keadaan baik. Dalam
identifikasi kebutuhan segera dalam kasus ini tidak memerlukan tindakan yang
khusus, cepat dan segera untuk menangani ibu agar tidak terjadi kematian dan pada
kasus ini tidak ada tanda tanda yang mengancam jiwa ibu.
Berdasarkan diagnosa masalah maka penulis merumuskan rencana
menyeluruh kasus Ny. LM. Berdasarkan diagnosa maka penulis memberikan asuhan:
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa secara umum keadaan baik,
tanda- tanda vital dalam batas normal
2. Mengingatkan pasien untuk menjaga pola makan seimbang, mengurangi
makanan yang mengandung kolesterol, karbohidrat, kadar garam natrium dan
kadar gula tinggi, mengurangi makanan cepat saji, mencegah stress berlebihan,
melakukan olahraga secara rutin, dan kontol kesehatan secara rutin
3. Menganjurkan kepada pasien lebih banyak mengkonsumsi makanan mengandung
asam folat seperti pada sayuran bewarna hijau tua atau minum susu yang terdapat
kandungan asam folat, dapat juga meminum suplemen seperti pada sayuran
berwarna hijau tua atau minum susu yang terdapat kandungan asam folat, serta
mengingatkan kembali untuk meminum suplemen asam folat 0,4 mg setiap hari

68
minimal 1 tab untuk persiapan kehamilan. Mengingatkan ibu untuk minum
penambah darah setiap malam sebelum tidur.
4. Menjelaskan tanda-tanda kehamilan seperti
a. Tes kehamilan poitif (+)
b. Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak menstruasi
pada siklus haid bulan berikutnya)
c. Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi hari serta
sering buang air kecil
d. Tidak ada nafsu makan
e. Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang jarang ada atau
tidak pernah dimakannya
f. Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat terdengar detak
jantung janin.
5. Memberikan konseling prakonsepsi tentang kesehatan reproduksi prakonsepsi
yaitu tentang cara menjaga kebersihan organ kewanitaan: membersihan daerah V
dari arah depan ke belakang, danti celana dalam minimal 2 kali atau jika sudah
merasa lembab.
6. Memotivasi klien untuk tetap meminum tablet tambah darah dan asam folat serta
memenuhi kebutuhan gizi seimbang untuk persiapan kehamilan
7. Menganjurkan kepada ibu untuk memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan
8. Melakukan dokumentasi seluruh Tindakan
c. Pembahasan Catatan Perkembangan 2 September 2021
Pada kunjungan ke-3 Ny.LM datang pada tanggal 2 September 2021 ke
Puskesmas untuk periksa lab dan tidak ada keluhan. Pada pemeriksaan tanda tanda
vital dalam batas normal, peeriksaan penunjang PP test= negative, Hb = 12 mg/dL
sehingga penatalaksaan yang dilakukan yaitu
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibubahwa secara umum keadaan baik, tanda-
tanda vital dalam batas normal
b. Memotivasi klien untuk tetap meminum tablet tambah darah dan asam folat serta
memenuhi kebutuhan gizi seimbang untuk persiapan kehamilan
c. Menganjurkan kepada klien untuk memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan.
d. Mendokumentasikan hasil asuhan yang telah dilakukan.
Pada asuhan yang dilakukan pada Ny.LM dilakukan dengan menggunakan
protocol kesehatan yang ketat mengingat pandemic COVID 19 dengan menggunakan

69
masker, mencuci tangan. Untuk petugas kesehatan sendiri menggunakan APD sesuai
SOP yang berlaku

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, O., and Ariestaningsih, A.D. (2017) ‘Gizi Prakonsepsi, Kehamilan dan
Menyusui’, Jakarta: Tim UB Press.
Atika, S. F., Yunus, M. and Primandari, L. A. (2017) ‘Aplikasi Penghitung Masa
Subur Wanita Berbasis Android’, Seminar Nasional Sistem Informasi,
(September), pp. 699–708.
Asmadi. (2012). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
BKKBN. (2014). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan RI
Chabibah, N. (2016) ‘Efektifitas Konseling Gizi Dalam Peningkatan Asupan Zat Gizi
Wanita yang Merencanakan Kehamilan’, Journal Univesity Research
Coloquium, 1(1), pp. 199–206.
Cunningham. (2012). Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Dhafir, F. and Laenggeng, H. (2020) ‘Kandungan Kalsium (Ca) dan Zat Besi (Fe)
Daun Kelor (Moringaoleifera)’, Jurnal Kreatif Online, 8(1), pp. 153–158.
Kasiati, NS., Rosmalawati, N.W.D. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2018) ‘Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil’,
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
______ (2017). Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Koren G & Chandranipapongse W. (2013). Preconception Conseling For Preventable
Risk. Canadian Family Physician. 59: 737-3
Kusmiran, E. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.

70
Lisa, dkk. (2015). Preconception Care and Reproductive Planning in Primary
Care.Medical The Clinics.
Lusyana G D, Abdul M S (2019) Pengaruh konseling Gizi Prakonsepsi Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Wanita Pranikah Di Kecamatan Batang Kuis
Marmi. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil.Edisi 7. Yogyakarta
Ningrum, E. W. and Cahyaningrum, E. D. (2018) ‘Status gizi pra hamil berpengaruh
terhadap berat dan panjang badan bayi lahir’, Medisains, 16(2), p. 89. doi:
10.30595/medisains.v16i2.3007.
Noya, Allert Benedicto Ieuan. 2017. Jangan Remehkan Manfaat Air Putih.
https://www.alodokter.com/jangan-remehkan-manfaat-air-putih. Diakses pada
tanggal 22 September 2020
Nurcahyati, E. (2014) ‘Khasiat Dahsyat Daun Kelor’, Jakarta: Jendela Sehat.
PMK No. 97 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual.Jakarta.
.

71

Anda mungkin juga menyukai