Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN

ASUHAN KEBIDANAN PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT


PADA Ny. N 25 TAHUN DI PUSKESMAS KEPUH
KABUPATEN CIREBON
Diajukan untuk memenuhi salah satu penilaian Praktek Kebidanan Fisiologis Stase 2
(Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat)

Disusun Oleh :
Nadhifatun Khulaidah
NIM P20624821087

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan
Laporan Pendahuluan Fisiologis Stase 2.
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Kebidanan
Fisiologis dalam Program Profesi Bidan. Laporan Pendahuluan ini bisa diselesaikan tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada kami.
Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Hj Ani Radiati R, S.Pd., M.Kes, selaku direktur Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya
2. Nunung Mulyani, APP., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
3. Dr. Meti Widiya Lestari, SST., M.Keb selaku ketua Program Studi Profesi Bidan.
4. Tim Penanganggung Jawab Praktek Kebidanan Fisiologi Stase 2 Prakonspesi dan
Perencanaan Kehamilan Sehat
5. Nani Juniarti, S.Tr.Keb selaku CI Puskesmas Kepuh Kabupaten Cirebon
6. Serta semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun
teknik penyajiannya, mengingat masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena
itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Terimakasih.

Cirebon, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

D. Manfaat 3

BAB II TINJAUAN TEORI6

A. Premenstrual Syndrom (PMS) 8

B. Etiologi 9

C. Faktor Predisposisi 9

D. Penanganan Premenstrual Syndrom (PMS) 10

E. Protap di Puskesmas 10

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan, baik itu persiapan fisik maupun
mental, oleh karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan
agar berdampak positif pada adaptasi fisik dan psikologis ibu selama kehamilan serta
kondisi janin yang baik (Oktalia dan Herizasyam, 2016). Berdasarkan data WHO (2013)
4 dari 10 wanita mengalami kehamilan yang tidak direncanakan, akibatnya wanita dan
pasangannya terlambat mendapatkan intervensi kesehatan esensial saat kehamilan hingga
40%.
Pelayanan antenatal merupakan pilar kedua di dalam safe mothermood yang
merupakan sarana agar ibu hamil lebih siap menghadapi persalinan. Persiapan persalinan
hendaknya disiapkan sedini mungkin terutama di fokuskan pada trimester III karena pada
minggu-minggu terakhir kehamilan, waktu akan begitu sedikit bahkan kadang-kadang
tidak dapat dipastikan kapan persalinan akan terjadi, namun masih banyak ketidaksiapan
ibu hamil dalam menghadapi persalinan yang akan menjadi salah satu faktor penyebab
tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Perencanaan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak
adalah dengan melakukan skrining prakonsepsi. Skrining Prakonsepsi dapat
mengidentifikasi beberapa faktor risiko yang mungkin bisa terjadi seperti ibu yang
mengalami kekurangan hemoglobin, kekurangan asam folat, dan perilaku yang dapat
mengganggu kesehatan ibu dan janin selama masa kehamilan (Williams et al, 2012).
Kesehatan ibu selama kehamilan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap
bayi, karena jika ibu menjaga kesehatannya sebelum dan selama kehamilan maka akan
melahirkan bayi dalam keadaan normal dan bisa mencegah bayi lahir premature dan berat
badan rendah, sehingga memberikan kesempatan kepada bayi untuk memulai kehidupan
yang sehat (CDC, 2006).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis membuat rumusan masalah “Bagaimana


Asuhan Kebidanan Perencanaan Kehamilan Sehat Pada Ny. N 25 tahun di Puskesmas
Kepuh Kabupaten Cirebon?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Kebidanan Perencanaan Kehamilan Sehat
Pada Ny. N 25 tahun di Puskesmas Kepuh Kabupaten Cirebon.
2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif secara terfokus pada Ny. N 25
tahun
b. Melakukan analisis dari hasil pengkajian data subjektif dan objektif dengan tepat
pada Ny. N 25 tahun.
c. Melakukan penatalaksanaan sesuai dengan yang dibutuhkan dari hasil analisis
pada Ny. N 25 tahun.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah
wawasan mengenai perencanaan kehamilan sehat.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberi informasi yang bermanfaat bagi bidan ataupun tenaga kesehatan
lainnya tentang perencanaan kehamilan sehat.
b. Dapat memberikan informasi bagi pembaca makalah sehingga menambah
pengetahuan mengenai premenstruasi syndrome pada remaja.
c. Dapat dijadikan sebagai landasan dalam pengembangan ilmu mengenai
perencanaan kehamilan sehat.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Perencanaan Kehamilan Sehat

Persiapan prakehamilan (perencanaan kehamilan) adalah istilah luas yang mengacu


pada proses identifikasi berbagai risiko, seperti risiko sosial, perilaku, lingkungan, dan
biomedis terhadap kesuburan dan hasil kehamilan seorang wanita, yang bertujuan untuk
mengurangi risiko ini (bila mungkin) melalui pendidikan, konseling, dan intervensi yang
tepat, sebelum kehamilan.
Intervensi prakonsepsi lebih penting dari intervensi prenatal untuk pencegahan
anomali kongenital karena sebanyak 30 persen ibu hamil baru memeriksakan
kehamilannya pada trimester kedua (>13 minggu kehamilan, yaitu setelah periode
organogenesis utama (antara 3 dan 10 minggu kehamilan).
Perawatan prakonsepsi harus menjadi bagian penting dari perawatan primer dan
kedokteran pencegahan pada semua wanita usia subur yang memeriksaan kesehatan
dirinya. Masalah ini penting, karena meskipun ibu hamil menginginkan hal terbaik untuk
keturunannya di masa yang akan datang, kenyataannya lebih dari 50% kehamilan tidak
direncanakan dengan baik.
Idealnya, pasien, suami dan dokter atau petugas kesehatan lainnya, merencanakan
program kesehatan reproduksi dan mempersiapkannya dengan baik sesuai kebutuhan dan
keadaan masing-masing individu. Ibu yang ingin hamil dievaluasi kesehatan alat
reproduksi dan pendukungnya, sementara ibu yang belum ingin hamil tetap harus dijaga
kesehatan reproduksinya dan ditawari metode keluarga berencana yang sesuai.
Selain evaluasi kesehatan reproduksi berkala, perawatan prakonsepsi juga dapat
berkisar pada :
1. Pemeriksaan pranikah dan berbagai pemeriksaan penunjangnya
2. Konseling Kontrasepsi pra-kehamilan
3. Evaluasi penyakit menular seksual atau infeksi vagina
Petugas kesehatan harus mampu melakukan penilaian prakonsepsi dasar ,
memberikan pendidikan dasar kesehatan reproduksi, dan menawarkan rekomendasi yang
tepat untuk intervensi3. Apabila terdapat situasi di luar kemampuan petugas kesehatan,
harus dilakukan rujukan kepada seorang konselor genetik dan / atau petugas dengan
keakhlian khusus.
Tujuan Pelayanan Prakehamilan adalah untuk mengidentifikasi potensi risiko untuk
ibu, janin dan kehamilan, mendidik wanita tentang risiko ini, pilihan untuk intervensi dan
manajemen, serta memulai intervensi untuk mendapatkan luaran yang optimal bagi ibu
dan janinnya, melalui konseling, motivasi , optimasi penyakit , dan rujukan spesialis.
B. Penerapan Konsep Kehamilan Sehat

1. Penguasaan Referensi Kehamilan

Selama hamil, kaum perempuan mempunyai banyak perubahan. Perubahan ini


terjadi akibat perubahan hormonal yang mempengaruhi perubahan secara fisik dan
emosi. Misalnya adanya tanda gejala mual dan muntah berlebihan, bentuk tubuh yang
semakin membesar, munculnya jerawat di wajah. Ada kalanya suasana hatipun
berubahrubah. Suatu saat akan senang sekali akan kehadiran buah hati namun tak
selang berapa lama timbul kegelisahan dan kekhawatiran. Ada setumpuk pertanyaan
yang membuat ibu hamil ragu. Apakah si kecil akan lahir selamat? Mampukah
menjadi ibu yang baik untuk anaknya? Akankah pasangan akan tetap mencintainya
sekalipun bentuk badannya tidak bisa seperti semula?
Ketidaksiapan ibu hamil menghadapi perubahan yang ada didirinya inilah yang
sering menjadi pemicu permasalahan baru. Bila ibu hamil minim pengetahuan yang
benar mengenai proses kehamilan, tentunya hal ini akan menjadi penyebab terjadinya
stres. Jika tidak segera ditangani dan dicarikan solusinya, maka akan membahayakan
si janin itu sendiri. Berbeda ketika sang ibu memiliki banyak informasi kehamilan,
sekalipun yang bersangkutan baru pertama kali hamil. Ia akan lebih tenang karena ia
paham hal tersebut adalah sebuah fase normal dan alamiah dari sebuah proses
kehamilan.
Berbagai sumber informasi dapat diperoleh dari buku, majalah, surat kabar atau
sumber dari internet yang beragam jenisnya. Web kesehatan dari instansi terkait
sangat mendukung bagi ibu hamil untuk menambah pengetahuan. Kemudahan
mendapatkan informasi inilah yang sekiranya membantu ibu hamil untuk meng-
update referensi kehamilannya. Sharing dengan orang tua ataupun kerabat yang telah
mempunyai pengalaman juga menjadi alternatif untuk memperkaya informasi
kehamilan. Tentunya tidak semua informasi diserap secara mentah-mentah.
Mengkroscek kevalidan sumber informasi tidak kalah pentingnya, agar kita tidak
salah kaprah menghadapi situasi tertentu. Jika kita menggunakan sumber informasi
dari internet, maka rujuklah informasi dari sebuah lembaga/instansi yang kompeten
dibidangnya. Jika kita merujuk ke sumber buku ataupun majalah, maka kita merujuk
ke pengarangnya. Pastikan yang bersangkutan ahli dan kompeten di bidangnya.
Jangan mengartikan semua informasi yang kita terima secara mentah. Referensi
tentang kehamilan sangat dibutuhkan bagi ibu hamil sebagai bekal yang nantinya
menjadi ujung tombak dari kesiapan sang ibu dalam menjalani fase barunya.
2. Mengatur Pola Makan dan Kandungan Gizinya
Belakangan ini banyak makanan yang berbahaya bila dikonsumsi, terutama
yang mengandung zat pewarna, pengawet, dan penyedap makanan. Hal ini berarti
beberapa makanan itu juga tidak aman dikonsumsi bagi ibu hamil. Selain makanan,
ada dalam jenis minuman yang perlu dihindari bagi kesehatan kehamilan, seperti
minuman beralkohol, dan minuman yang mengandung kafein.
Bagi ibu hamil pemilihan makanan dan minuman harus diperhatikan agar
kesehatan jabang bayi yang ada dalam kandungan ikut terjaga. Pola makan yang baik
selama kehamilan dapat membantu tubuh mengatasi permintaan khusus karena hamil,
serta memiliki pengaruh positif pada kesehatan bayi untuk menyusui dan mengasuh
anak (Hannah Hulme Hunter, NTC Book Of Safe Foods).
Pada prinsipnya, asupan makanan ibu hamil haruslah seimbang, beragam,
bervariasi, serta proposional. Asupan gizi yang baik selama kehamilan akan
berdampak terhadap suplai kebutuhan gizi yang baik untuk pertumbuhan janin.
Sebaliknya, dengan kebutuhan gizi ibu tidak terpenuhi, ia akan melahirkan bayi kecil.
Selain itu dampak dari gizi buruk yakni janin akan kehilangan peluang untuk
memperoleh pembentukan otak yang optimal. Sedangkan masa pertumbuhan otak
berlangsung sejak janin hingga bayi usia 18 bulan. Jika kebutuhan gizi di fase ini
tidak terpenuhi, maka akan sulit untuk mengejar ketinggalan di usia-usia selanjutnya.
Dengan begitu, anak memiliki peluang besar terjangkit penyakit, memiliki tingkat
pencernaan rendah serta memiliki tulang yang rapuh.
3. Menghindari Minuman Beralkohol
Mengkonsumsi alkohol saat kehamilan meskipun dalam jumlah sedikit namun
teratur dapat merusak janin dalam kandungan. Dampak dari mengkonsumsi alkohol
selama kehamilan dapat menyebabkan sebuah kondisi yang disebut “sindrom alkohol
janin”. Hal ini berakibat janin akan mengalami perkembangan yang lambat, baik
sebelum bayi lahir maupun sesudah bayi dilahirkan. Minum terlalu banyak alkohol
dapat merusak hampir sebagian dari tubuh, seperti sistem pencernaan, jantung,
sirkulasi otak, dan sistem saraf. Selain itu berdampak kekurangan nutrisi vital, seperti
asam folat, vitamin B, vitamin A, magnesium, dan besi.
4. Menghindari Merokok
Tidak mudah untuk meninggalkan kebiasaan yang satu ini. Sebuah penelitian
mengungkapkan, ibu hamil yang merokok baik ringan maupun berat, rata-rata
melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari normal daripada bayi yang dilahirkan
dari ibu yang tidak perokok.
Asap rokok akan mengurangi pasokan oksigen yang sangat diperlukan dalam
proses pertumbuhan saraf janin. Zat nikotin dalam rokok akan membuat saluran
uteroplasental menyempit, hal ini mengakibatkan sel-sel otak bayi menderita hypoxia
atau kekurangan oksigen.
Kebiasaan merokok merupakan salah satu penyebab berbagai gangguan pada
janin. Diantaranya, peningkatan resiko keguguran pada trimester awal, pendarahan di
trimester akhir, gangguan pertumbuhan janin sampai kecatatan.10 Ibu hamil
sebaiknya menghindari asap rokok, baik menjadi perokok aktif maupun perokok
pasif. Nyatanya keduanya sama-sama berbahaya. Dalam sebuah penelitian disebutkan
perokok pasif justru 3 kali lipat berisiko akan mengalami gangguan kesehatan.
Perokok pasif dapat mengalami gejala seperti pembentukan lendir yang berlebihan
pada saluran nafas, batuk, iritasi paru-paru, nyeri dada dan terciptanya rasa tidak
nyaman di dada.
5. Berolahraga
Hamil bukanlah sebuah alasan untuk malas berolahraga. Ibu hamil juga harus
tetap berolahraga, dalam konteks olahraga ringan yang tidak menguras tenaga serta
melakukan semampunya. Selain menjaga stamina ibu hamil tetap baik, olahraga juga
mengontrol kenaikan berat badan, mengurangi keluhan sulit tidur, mengurangi
bengkak, dan mengurangi risiko diabetes saat hamil. 11 Manfaat lainnya untuk
mempermudah dalam persalinannya kelak. Berbagai macam pilihan olahraga ringan
dapat dipilih. Bejalan kaki, bersepeda statis, senam hamil dan berenang ialah contoh
olahraga yang dianjurkan saat hamil. Senam hamil dapat melatih otot-otot tertentu
yang dapat membantu proses melahirkan normal, seperti otot perut, otot panggul dan
otot paha.12 Senam hamil adalah suatu latihan bagi ibu hamil untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan merupakan salah satu
persiapan persalinan. Senam hamil dianjurkan karena mempunyai banyak manfaat.
Setelah memasuki usia kehamilan 7 bulan, senam hamil sangat dianjurkan agar
persalinan dapat dilalui secara alami sehingga mengurangi angka operasi, serta
menghilangkan stress pada ibu hamil lantaran dalam senam hamil mengandung
relaksasi.
C. Persiapan Kehamilan Sehat
Menurut Salim, (2014) persiapan kehamilan yang harus diperhatikan oleh calon ibu
atau calon bapak :
1. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan sangat penting bagi calon ibu sebelum hamil. Masa
ini disebut prakonsepsi. Waktunya adalah antara 3 – 6 bulan sebelum hamil.
Pemeriksaan kesehatan secara teratur termasuk pengobatan penyakit yang
diderita sebelum hamil sampai dinyatakan sembuh atau diperbolehkan hamil
oleh dokter dan dalam pengawasan. Pemeriksaan kesehatan ini juga bisa
meliputi diantaranya :
1) Pemeriksaan Penyakit dan Virus
 Pemeriksaan virus rubella, sitomeglovirus, herpes, varicella zoster untuk
menghindari terjadinya kecacatan pada janin.
 Pemeriksaan virus hepatitis dan virus HIV untuk menghindari
diturunkan penyakit akibat virus-virus tersebut kepada janin.
 Pemeriksaan penyakit toksoplasmosis, karena penyakit ini dapat
menyebabkan kecacatan dan keguguran.
 Pemeriksaan penyakit seksual menular, karena hal ini dapat
menyebabkan kematian ibu, janin, maupun bayi yang akan dilahirkan.
Selain itu juga dilakukan pemeriksaan terhadap penyakit yang sedang
diderita seperti asthma, diabetes mellitus dan jantung. Pada Wanita
hamil penyakit-penyakit seperti ini dapat, bertambah berat dan
membahayakan jika tidak dilakukan perawatan dan pengobatan yang
teratur. Untuk menghindari kondisi yang membahayakan, dokter
biasanya akan memantau pasiennya dan menentukan kapan waktu yang
paling tepat untuk hamil.
 Pemeriksaan penyakit akibat kekurangan zat-zat tertentu seperti
kekurangan zat besi. kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia.
Hal ini dapat menyebabkan kelahiran prematur dan keguguran.
2) Pemeriksaan Golongan Darah
Pemeriksaan golongan darah dan rhesus/Rh darah (unsur yang
mempengaruhi antibodi yang terkandung di dalam sel darah merah) pada
pasangan suami isteri dilakukan untuk mengantisipasi perbedaan golongan
darah dan rhesus antara darah ibu dan bayinya. Perbedaan golongan darah
dan rhesus darah ini dapat mengancam janin dalam kandungan.
3) Pemeriksaan Faktor Genetika
Inti dari pemeriksaan atau tes genetika ini adalah untuk mengetahui
penyakit dan cacat bawaan yang mungkin akan dialami bayi akibat secara
genetis dari salah satu atau kedua orangtuanya. Khususnya apabila
pasangan suami isteri masih terkait hubungan persaudaraan. Tes ini
idealnya dilakukan sebelum kehamilan untuk mendapatkan informasi yang
selengkap-lengkapnya. Jikalau diperlukan, anda harus mengumpulkan
suluruh catatan-catatan medis yang dimiliki oleh pihak suami maupun
isteri, termasuk keluarga. Sehingga jika telah diketahui data medis secara
lengkap, dapat diketahui secara dini apabila memang ada kelainan pada
janin atau calon orang tua, sehingga bisa membuat keputusan yang lebih
bijak.
2. Menjaga Kebugaran dan Kesehatan Tubuh
Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan olahraga teratur.
Selama masa prakonsepsi, pastikan Anda cukup berolahraga. Aktivitas fisik ini
tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali dalam seminggu
selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Olahraga selain menyehatkan, juga
mencegah terjadinya kelebihan berat badan (Salim, 2014).
Fisik seorang wanita sehat saat akan hamil dan pada waktu hamil
diharapkan tidak terlalu gemuk maupun tidak terlalu kurus alias normal.
Berusaha untuk menurunkan berat badan bila obesitas (kegemukan) dan
menambah berat badan bila terlalu kurus. Anda bisa berkonsultasi dengan
bidan dan dokter untuk dilakukan penilaian BMI atau indeks massa tubuh.
Untuk menemukan berat tubuh yang ideal juga harus dengan
memperhitungkan faktor tinggi badan. Berat badan ideal dapat dihitung
dengan menggunakan rumus 90% dikali dengan (tinggi badan seseorang lalu
dikurangi 100). Namun, apabila tinggi badan perempuan tersebut kurang dari
150 sentimeter, maka rumusnya tinggi badannya dikurangi 100 (Salim, 2014).
Selain berat badan, hal lain dari persiapan fisik sang ibu adalah soal
Indeks Massa Tubuh (IMT). Pastikan IMT normal sebelum hamil atau saat
mempersiapkan kehamilan. Adapun cara yang digunakan untuk menghitung
IMT tersebut yakni berat badan dibagi dengan tinggi badan dalam ukuran
satuan meter kuadrat (BMI = (BB) / [(TB) x (TB)]. Apabila hasil dari IMT
antara 18,5-22,9, maka bisa dikatakan IMT Anda normal. Misalnya: BB = 45
kg dan TB = 165 cm, maka BMI = (45) / [(1.65) x (1.65)] = 16.5. Apakah
Anda termasuk kurus, normal, atau overwight? Lihat patokan di bawah ini :
- BMI < 18.5 = berat badan kurang (underweight)
- BMI 18.5 – 24 = normal
- BMI 25 - 29 = kelebihan berat badan (overweight)
- BMI > 30 = obesitas
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan membuat
lebih nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar dikontrol agar
dapat aman selama kehamilan, terutama disarankan untuk wanita yang
mengalami kelebihan berat badan serius, tetapi harus disertai dengan selalu
berkonsultasi dengan dokter Anda yang mungkin menyarankan rujukan ke ahli
gizi (Salim, 2014).
Berat badan kurang bisa membuat Anda kurang subur, orang terlalu
kurus karena kekurangan lemak yang dapat mendukung. Sementara kelebihan
berat badan menempatkan Anda pada risiko lebih besar untuk mengalami
komplikasi, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes selama kehamilan. Ada
juga risiko tinggi komplikasi selama persalinan dan kelahiran dan orang yang
terlalu gemuk akan mengalami proses ovulasi tidak teratur (Salim, 2014).
3. Menghentikan Kebiasaan Buruk
Menghentikan kebiasaan buruk misalnya perokok berat, morfinis,
pecandu narkotika dan obat terlarang lainnya, kecanduan alkohol, gaya hidup
dengan perilaku seks bebas. Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan
menggunakan narkoba, dapat menyebabkan berbagai masalah selama
kehamilan, juga janin yang dikandung, Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan
cacat bawaan hingga kematian janin (Salim, 2014).
Penelitian menyebutkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol akan
mengganggu kesuburan oleh karena itu mengkonsumsi alkohol sebelum dan
selama kehamilan akan memperburuk kondisi kesehatan ibu dan janin.
Perempuan yang minum alkohol memiliki kemungkinan rendah untuk bisa
hamil. Sedangkan untuk kaum pria, minum alkohol dapat mempengaruhi
kualitas sperma dengan menurunkan tingkat testosteron dan bisa menyebabkan
testis layu (Salim, 2014).
Hentikan kebiasaan merokok secara total ketika merencanakan
kehamilan dan juga selama kehamilan. Perokok pasif sama bahayanya dengan
perokok aktif oleh karena itu sebaiknya minta suami anda untuk menghentikan
kebiasaan merokok. Perempuan merokok secara langsung menurunkan
kesuburan. Racun pada rokok sangat berbahaya bagi tuba falopi, dapat
mengakibatkan kerusakan kromosom pada telur, dan melemahkan kemampuan
untuk menghasilkan estrogen yang sangat diperlukan untuk menyiapkan
lapisan rahim menjelang kehamilan. Sebuah studi di Finlandia menemukan,
bahwa 41,9% pria perokok tidak subur dibandingkan dengan 27,8% pria yang
tidak merokok. Pria perokok memiliki lebih sedikit sperma ketika ejakulasi.
Dan secara medis, merokok terbukti menyebabkan impotensi. Orang tua
perokok juga memiliki kemungkinan untuk menghasilkan anak cacat genetik
dan memiliki dua kali risiko lebih besar untuk mengidap kanker anak (Salim,
2014).
Tentu saja Anda tidak bisa menggantikan alkohol dan rokok dengan
ganja atau kokain. Karena narkoba jauh lebih berbahaya dampaknya bagi
pemakai dan janin yang akan dikandungnya kelak (Salim, 2014).
Yang tidak kalah penting adalah biasakan berhubungan seks. Selalu
melakukan seks aman. Kecuali jika Anda yakin bahwa pasangan terhindar dari
penyakit menular seksual, kondom adalah alat pengaman yang baik untuk
mencegah ancaman pada kesuburan, seperti Chlamydia/jamur yang dapat
menyebabkan kemandulan (Salim, 2014).
Selain itu lakukanlah hubungan seks di saat yang tepat. Tentu saja ini
sudah jelas, akan tetapi yang perlu dicatat adalah bahwa seks yang teratur
meningkatkan kesempatan untuk hamil. Manfaatkan waktu yang paling subur
dan pastikan Anda bercinta secara teratur sekitar tanggal tersebut. Wanita
kebanyakan berovulasi satu kali selama setiap siklus, dan waktu yang paling
mungkin untuk konsepsi/pembuahan adalah 14 hari sebelum menstruasi
berikutnya. Juga periksa cairan vagina/kemaluan Anda, ia akan memiliki
konsistensi yang berbeda ketika berada di masa paling subur. Anda akan
mengetahui apa yang terlihat dan terasa normal bagi Anda, dan bisa melihat
perubahannya, jika Anda melakukan ini secara teratur (Salim, 2014).
4. Meningkatkan Asupan Makanan Gizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan
makanan dan nutrisi yang Anda konsumsi. Memperbanyak konsumsi buah dan
sayuran merupakan salah satu solusi. Sebaliknya, hindari makanan yang
mengandung zat-zat aditif seperti penyedap, pengawet, pewarna dan
sejenisnya. Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat memicu
terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan kelainan fisik,
cacat dan sejenisnya (Salim, 2014).
Pastikan pada saat hamil Anda mengkonsumsi makanan yang sehat dan
tidak berlebihan pada satu gizi tertentu saja. Misalnya jika Anda mengkonsumi
protein terlalu tinggi pada masa kehamilan, maka akan menyebabkan janin di
dalam kandungan akan tumbuh terlalu besar, badan Anda menjadi bengkak di
bagian kaki dan sebagainya. Maka proporsional lah dalam mengkonsumsi
suatu menu dan gizi tertentu. Untuk makanan ibu hamil biasanya disesuaikan
dengan usia kehamilan. Ini akan berpengaruh terhadap faktor perkembangan
janin (Salim, 2014).
Menurut Salim, (2014) saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos
apa yang dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya. Pilih makanan sehat, dan
memperhatikan asupan makanan yang mendukung pembentukan janin sehat.
Sebaiknya konsumsi makanan yang mengandung :
1) Protein, meningkatkan produksi sperma. Makanlah telur, ikan,
daging, tahu dan tempe.
2) Asam folat, penting bagi calon bunda sejak prakonsepsi sampai
kehamilan trimester pertama. Berperan dalam perkembangan system
saraf pusat dan darah janin, cukup asam folat mengurangi risiko
bayi lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak 70%. Makanlah
sayuran hijau tua, jeruk, avokad, hati sapi, kedelai, tempe, dan
serealia. Minum 400 mikrogram asam folat setiap hari, jika seorang
wanita memiliki kadar asam folat yang cukup setidaknya 1 bulan
sebelum dan selama kehamilan, dapat membantu mencegah
kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi. Asam folat dapat
diperoleh melalui makanan, seperti sayuran berwarna hijau tua
(bayam, sawi hijau, caisim mini), asparagus, brokoli, papaya, jeruk,
stroberi, rasberi, kacang-kacangan, alpukat, okra, kembang kol,
seledri, wortel, buah bit, dan jagung. Sebagian susu untuk ibu hamil
pun mengandung asam folat cukup tinggi, sehingga dapat membantu
memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih susu untuk ibu hamil
yang rasanya enak untuk mengurangi rasa mual, serta tentu
merupakan produk yang berkualitas tinggi.
3) Konsumsi berbagai Vitamin
a) Vitamin A. Berperan cukup penting dalam produksi sperma
yang sehat. Terdapat pada hati, mentega, margarin, telur, susu,
ikan berlemak, brokoli, wortel, bayam, dan tomat.
b) Vitamin D. Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat
kesuburan hingga 75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam
tubuh dengan bantuan sinar matahari, selain itu dapat pula
diperoleh dari telur, susu, hati, minyak ikan, ikan tuna,
margarin, dan ikan salmon.
c) Vitamin E. Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma
membuahi sel telur dan mencegah keguguran karena perannya
dalam menjaga kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak
terdapat pada minyak tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan
kecambah atau tauge.
d) Vitamin B6. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan
hormon estrogen dan progesteron penting untuk terjadinya
kehamilan. Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, beras
merah, kacang kedelai, kacang tanah, pisang, dan sayur kol.
e) Vitamin C. Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk
fungsi indung telur dan pembentukan sel telur. Selain itu,
sebagai antioksidan (bekerjasama dengan vitamin E dan beta
karoten) vitamin C berperan melindungi sel-sel organ tubuh dari
serangan radikal bebas (oksidan) yang mempengaruhi kesehatan
sistem reproduksi . Vitamin C banyak terdapat pada jambu biji,
jeruk, stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat, dan cabai merah.
4) Cukupi zat seng. Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks
dan juga pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon Bunda, seng
membantu produksi materi generatik ketika pembuahan terjadi. Bagi
calon ayah, melancarkan pembentukan sperma. Sumber seng antara
lain makanan hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging
kepiting, ed.), daging, kacang-kacangan (kacang mete dan almond),
biji-bijian (biji labu dan bunga matahari, ed), serta produk olahan
susu.
5) Cukupi zat besi. Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi
(pelepasan sel telur) bunda tergangu. Makanan atau multivitamin
yang mengandung zat besi akan membantu dalam persiapan
kehamilan dan menghindari anemia yang sering kali dikeluhkan
oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging merah, kuning telur,
sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang diperkaya zat besi.
6) Fosfor. Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah.
Ada di susu, dan ikan teri.
7) Selenium (Se). Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat.
Gejala kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi,
disfungsi seksual dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain
adalah beras, bawang putih, kuning telur, seafood, jamur, dan
semangka.
8) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak. Sebaiknya
anda menggantinya dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak
yang terkandung di dalam minyak zaitun bermanfaat untuk
kesehatan jantung, tubuh, serta level kolestrol sehingga
menyeimbangkan endokrin yang sehat.
9) Kalori Ekstra. Perhatikan pula kebutuhan kalori ekstra yang dapat
menunjang kehamilan anda.Anda dapat mempersiapkannya sebelum
kehamilan dengan mendapatkannya dari berbagai jenis makanan
seperti sereal, nasi, roti dan pasta. Kalori bermanfaat untuk
menyokong perubahan tubuh ibu selama kehamilan.
10) Membatasi Kafein. Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan
mengandung kafein yang dapat memperburuk kesehatan menjelang
persiapan kehamilan. Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa
mengawali kehamilan dapat dilakukan dengan batas mengkonsumsi
kafein sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat dibatasi sampai
kehamilan.
Hindari konsumsi:
1) Daging mentah, karena mengandung Toksoplasma, parasit penyebab
infeksi janin, dan bakteri E.coli yang berbahaya bagi kehamilan dan
janin.
2) Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang
baik, dapat mengandung toksoplasma.
3) Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada
bakteri salmonella penyebab diare berat.
4) Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di darah
akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan tuna
kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin, tongkol, dan
hiu. Meski kaya omega 3 dan 6, ikan dari sebagian perairan
Indonesia diduga tercemar merkuri melalui penurunan kualitas air
maupun rantai makanan.
5) Keju lunak (brie, camembert, blueveined cheese, keju dari susu
kambing dan domba). Berisiko membawa bakteri listeria.
6) Kafein, menghambat kehamilan dan mengurangi penyerapan zat
besi. Sebuah studi di Amerika menemukan bahwa minum kopi tiga
cangkir sehari dengan kandungan cafein sekitar 300 mg, dapat
menurunkan kemungkinan wanita hamil sekitar 27% dibanding
mereka yang bukan peminum kopi.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN SOAP

Hari, Tanggal : Jum’at, 8 Oktober 2021


Waktu : 09.30 WIB
Tempat : Puskesmas Kepuh

A. Data Subjektif
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. N Tn. A
Usia : 25 thn 30 thn
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja Wiraswasta
Alamat : Ds. Panongan
1. Riwayat Sosial Ekonomi
Pekerjaan orang tua menjadi pegawai di pabrik dengan penghasilan
1.800.000. Pola nutrisi makan 3x sehari dengan menu yang bervariasi dan
tidak ada pantangan.
2. Riwayat Umum
Nn R mengeluh sering merasa sakit pada perut bagian bawah hingga pinggang
dan disertai pusing setiap kali mau menjelang menstruasi. Pertama kali
menstruasi kelas 6 SD. Setiap bulan lancar menstrusi, lama haid 7 hari,
dengan siklus 28 hari. Sedang minum obat batuk pilek. Tidak minum jamu-
jamuan maupun suplemen. Tidak memiliki alergi. Tidak merokok dan tidak
minum alkohol.
3. Riwayat Ginekologis
Tidak memiliki riwayat penyakit berat ginekologis seperti : kanker, kista dll
4. Riwayat Imunisasi
Pernah mendapat imunisasi TD di sekolah dasar.
5. Riwayat Penyakit Kronis
Tidak memiliki riwayat penyakit berat. Pernah di rawat di rumah sakit selama
3 hari, karena kejang dan panas tinggi. Tidak pernah mendapat transfusi
darah.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum Baik
2. Kesadaran Umum Compos mentis
3. Antropometri - TB :
- BB :
4. Tanda-Tanda Vital - TD : mmHg
- N : 87x/menit
- R : 21x/menit
- S : oC
5. Kepala - Rambut Rambut berwarna hitam, rambut kerinng
dan bergelombang, kulit kepala bersih.
Tidak terdapat massa, pembengkakan,
nyeri tekan dan rambut rontok.
6. Mata Mata simentris, konjungtiva tidak pucat,
sklera tidak kuning. Iris mata berwarna
coklat kehitaman, pupil.
7. Dada - Jantung : Irama regular
- Paru-paru : Bentuk thorax simetris,
tidak terdapat bunyi ronchi dan
wheezing. Perkusi dada normal.
8. Payudara Payudara simetris. Tidak terdapat retraksi.
Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan
pada payudara kanan/kiri.

9. Abdomen Permukaan abdomen datar, tidak terdapat


benjolan dan massa. Umbilikus normal dan
tidak terdapat inflamasi ataupun benjolan.
Tidak terdapat distensi abdomen. Bising
usus normal.
10. Genetalia Tidak dilakukan pemeriksaan
11. Anus Tidak dilakukan pemeriksaan
12. Lengan Lengan simetris. Jumlah jari kanan/kiri
lengkap 5/5, gerakan ektremitas normal.
13. Tungkai Tungkai simetris. Jumlah jari kanan/kiri
lengkap 5/5, gerakan ekstremitas normal.
Refleks patella kanan/kiri positif.

C. Analisis
Nn. R usia 13 tahun dengan premenstruasi sindrom, keadaan umum baik.
D. Penatalaksanaan
1. Membina hubungan baik dengan klien, hubungan terjalin baik.
2. Melakukan informed consent, klien menyetujui
3. Mmeberitahukan hasil pemeriksaan, hasil sudah diketahui
4. Melakukan KIE tentang :
- Pola Nutrisi, makan 3x sehari dengan gizi seimbang.
- Olahraga, olahraga minimal 30 menit dalam satu hari
- Melakukan teknik meditasi untuk mengurangi rasa nyeri
5. Mendiskusikan kunjungan ulang berikutnya, kesepakatan kunjungan ulang
saat klien sedang masa menstruasi.
6. Melakukan evaluasi teknik meditasi pada klien, klien dapat menerapkan
dengan baik

BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis akan membandingkan antara hasil tinjauan
kasus Nn.R usia 13 tahun dengan premenstruasi syndrome (PMS) berdasarkan
jurnal dan tinjauan pustaka. Untuk membandingkan hal tersebut, maka penulis
menguraikan hal-hal sebagai berikut :

Dari data subjektif yang diperoleh dari pengkajian secara langsung


dengan pasien, ditemukan bahwa Nn.R berusia 13 tahun. Menurut WHO
(2018), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10- 19 tahun, menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana (BKKBN) tentang usia remaja adalah 10-24 tahun
dan belum menikah (Kemenkes RI, 2012). Perbedaan definisi tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada kesepakatan universal mengenai batasan
kelompok usia remaja. Namun begitu, masa remaja itu diasosiasikan dengan
masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Usia remaja dibagi menjadi tiga
klasifikasi, yaitu: Remaja Awal (early adolescence) usia 11-13 tahun, Remaja
Madya (middle adolescence) 14-16 tahun, Remaja Akhir (late adolesence) 17-
20 tahun. Sesuai dengan tinjauan tersebut, maka Nn.R masuk dalam kategori
remaja madya (Middle Adolescence).

Nn. R mengakatakan bahwa ia sering merasakan sakit perut bagian


bawah, rasa sakit pada payudara dan merasa pusing setiap kali mau datang
bulan. Hal tersebut merupakan gejala dari premenstruasi syndrome yang
dirasakan hampir setiap wanita ketika mau datang bulan. Sesuai dengan jurnal
yang telah ditulis oleh Elisa Murti (2018) dengan judul Hubungan
Pengetahuan Remaja Putri Dengan Perilaku Mengatasi Gejala Premenstruasi
Syndrome (PMS) menyatakan bahwa Premenstruasi Syndrome dapat
mengalami perubahan emosi menjelang menstruasi, yaitu mudah marah dan
cepat tersinggung dan mengalami perubahan fisik menjelang menstruasi, yaitu
sakit perut, pinggang, payudara sakit dan timbul jerawat. sehingga dapat
dikatakan bahwa Nn.R mengalami PMS.

Nn.R mengatakan pertama kali menstruasi pada usia 12 tahun. Siklus


menstruasi 28 hari teratur dengan lamanya 5 hari setiap siklus. Berdasarkan
jurnal yang ditulis oleh Savitri (2019), Menstruasi pertama atau menarche
yang dialami oleh wanita usia subur (WUS) merupakan tanda awal masuknya
seorang perempuan dalam masa reproduksi. Usia paling lama mendapat
menarche adalah 16 tahun. Usia mendapat menarche tidak pasti atau
bervariasi. Usia menarche yang terjadi pada usia <12 tahun merupakan usia
menarche yang tergolong dini atau cepat, sedangkan usia menarche pada usia
12-15 tahun tergolong normal atau ideal.

Pada pengkajian data objektif didapatkan hasil pemeriksaan dengan


keadaan umum baik. Kesadaran umum compos menthis. Antropometris sesuai
dengan usia klien. Tanda – tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan
kepala dalam keadaan normal. Pemeriksaan mata dalam keadaan normal.
Pemeriksaan telinga dalam keadaan normal. Hidung dan Mulut tidak
dilakukan pemeriksaan karena beresiko tinggi pada kondisi pandemi ini.
Pemeriksaan leher dalam keadaan normal. Pemeriksaan dada dalam keadaan
normal. Pemeriksaan payudara normal. Pemeriksaan abdomen normal.
Pemeriksaan anus dan genetalia tidak dilakukan karena klien mengatakan
sedang tidak merasa keputihan (data sudah didapatkan pada data subjektif).
Pemeriksaan lengan normal. Pemeriksaan tungkai normal.

Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, dilakukan


penyuluhan mengenai kasus diatas yaitu premenstruasi syndrome. dalam
penyuluhan dijelaskan pengertian, gejala, faktor risiko dan pengobatan
mengenai PMS dengan menggunakan media poster, serta mempraktikan
bagaimana cara untuk mengobati atau meredahkan rasa nyeri ketika terjadinya
PMS yaitu dengan teknik meditasi. Hal ini sesuai dengan yang di jelaskan
pada jurnal peneliti Levi Tina Sari (2020) dengan judul Pengaruh Terapi
Komplementer “Meditasi” terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Premenstrual
Syndrom pada Remaja Putri Usia 16-18 Tahun di Kelompok Remaja Desa
Jatinom Blitar yaitu mengatakan bahwa adanya pengaruh terapi
komplementer “meditasi” terhadap penurunan intensitas nyeri pre menstrual
sindrom.

Klien juga diberikan asuhan komplementer yang dapat dilakukan


untuk mengurangi rasa sakit karena premenstruasi syndrome pada remaja
putri dengan memberikan teknik meditasi. Menurut National Center for
Complementary/ Alternative Medicine (NCCAM) menjelaskan bahwa
terdapat beberapa macam terapi komple- menter yaitu mind-body therapy
dimana akan memberikan intervensi dengan berbagai teknik untuk
memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi
tubuh. Salah satu terapi kom- plementer adalah meditasi.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Premenstrual syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala berupa gangguan

fisik dan mental, yang biasanya muncul mulai satu minggu sampai beberapa hari

sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang

berlangsung sampai haid berhenti. PMS yang terjadi pada remaja dapat menurunkan

produktivitas dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya: penurunan konsentrasi

belajar, terganggunya komunikasi dengan teman juga dimungkinkan terjadi penurunan

produktivitas belajar dan peningkatan absensi kehadiran.

Gejala PMS bisa fisik, perilaku atau keduanya, setiap wanita mengalami
gejala yang berbeda. Gejala-gejala ini berlangsung beberapa hari sebelum
menstruasi. Peristiwa PMS yang ditentukan oleh proses somato-psikis sifatnya
meliputi unsur-unsur hormonal, biokimiawi dan psikososial. Sering disertai
dengan gangguan fisik dan mental. Tetapi juga disertai perasaan tidak nya man
dan stress mental. Gejala ini merupakan kombinasi dari fisikal distress,
psikologikal dan perubahan tingkah laku dimana gejala tersebut sangat parah
sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
B. Saran
Kepada bidan diharapkan dapat memahami mengenai premenstruasi
syndrome lebih lanjut dan diharapkan dapat memperbarui dan/atau membuat
inovasi yang berdasarkan evidence-based yang berkaitan dengan penanganan
premenstruasi syndrome pada remaja. Kepada remaja diharapkan dapat
memahami materi mengenai premenstruasi syndrome supaya dapat melakukan
perawatan mandiri yang sesuai dengan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKAXDina Raidanti, Olivia Nency. 2019. Faktor - Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Premenstruasi Sindrom Pada Remaja
Di Pondok Pesantren Babus Sallam Kota Tangerang Tahun 2019.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima. Dosen AKBID Assyifa Tangerang.

dr. Rizki Tamin. 2020. Premenstruasi Syndrome. Kemenkes RI. Indonesia

Eunike Setiawati, Andri Adi Wijaya, Sri Wahyuningsih. 2020. Psikoeduakasi


C4ME untuk Mengatasi Gangguan Sindrom Pramenstruasi Pada
Taruni Militer. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan. Fakultas Psikologi
Universitas Surabaya.

Hadah Liriski Parahats, Esitra Herfanda. 2019. Hubungan Premenstruasi Sindrom


Dengan Tingkat Kecemasan Pada Siswi Kelas X Sma Muhammadiyah
3 Yogyakarta. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan. Universitas Aisyah
Yogyakarta.

Hermansyah, Husni, Elly Wahyuni. 2016. Efek Intervensi Terstruktur Terhadap


Penuruan Keluhan Sindrom Premenstruasi. Poltekkes Kemenkes
Bengkulu : Padang.

Levi Tina Sari, Ervi Suminar. 2020. Pengaruh Terapi Komplementer “Meditasi”
terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Premenstrual Syndrom pada
Remaja Putri Usia 16-18 Tahun di Kelompok Remaja Desa Jatinom
Blitar. JURNAL NERS DAN KEBIDANAN : Blitar

Pratyusha R. Gudipally and Sharma, G. K. (2021) Premenstrual Syndrome.


Treasure Island: StatPearls Publishing. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560698/.

Reddy, S. and Kumbhar, V. R. (2020) ‘Effect of Planned Teaching Programme on


Knowledge Among Adolescent Girls Regarding Prementrual
Syndrome’, Journal of Critical Reviews, 7(15), pp. 4323–4327.

Rizka Safitri, Herawati, Kurnia Rachmawati. 2016. Faktor-Faktor Resiko


Kejadian Premenstrual Syndrome Pada Remaja Sma Darul Hijrah
Puteri. Dunia Keperawatan. Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat.

Surniasih. 2016. Aktivitas Fisik Denga Sindrom Premenstruasi Pada Siswa SMP.
Jurnal Kesehatan Aisyah. STIKES Aisyah Pringsewu Lampung.

Ulul Fikriya, Yeni Agus Safitri, Tut Rayani Aksohini Wijayanti. 2016. Pemberian
Vitamin B6 Sebagai Upaya Mengurangi Kecemasan Pada Remaja
Akhir Dengan Premenstruasi Syndrom. Jurnal Hesti Wira Sakti.
Yoga Tri Wijayanti. 2015. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Premenstrual Syndroma Pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Metro
Sai Wawai. Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
JURNAL 1

EFEK INTERVENSI TERSTRUKTUR TERHADAP PENURUNAN


KELUHAN PREMENSTRUASI SINDROM
1. Pendahuluan Insidensi atau angka kejadian dari sindrom premenstruasi
sekitar 80%. Studi epidemologi menunjukkan kurang lebih
20% dari wanita usia reproduksi mengalami gejala PMS
sedang sampai berat. Sekitar 3-8% memiliki gejala hingga
parah yang disebut dysphoric disorder. Keluhan utama yang
dirasakan yaitu nyeri payudara (39.4%), low back pain
(47.5%), irritability (44.3%), fatigue (54.9%), keluhan lain
adalah perubahan pola tidur dan depresi.
Jumlah remaja putri usia 15-19 tahun di kota Bengkulu
sebanyak 77.596 orang. Diperkirakan sekitar 31.037 orang
menderita PMS (40%). Salah satu SMP di kota Bengkulu
yang memiliki jumlah siswi terbanyak dari 24 SMP yang ada
adalah SMPN 2 yaitu sebanyak 544 siswi. Sementara itu
siswi kelas 1 yang merupakan kelompok usia awal yang
mulai menderita premenstruasi sindrom berjumlah 191
orang.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan
penelitian tentang intervensi yang tepat untuk menurunkan
keluhan PMS dengan efek lanjuan peningkatan pengetahuan
dan keterampilan remaja putri dalam mengatasi keluhan
PMS sejak awal agar tidak mengganggu kegiatan sekolah
dan sehari-hari.
2. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra-
eksperimental dengan desain one group pretest posttest.
Populasi penelitian adalah seluruh remaja putri kelas 1
SMPN 2 Kota Bengkulu.Teknik pengambilan sampel
menggunakan accidental sampling dengan kriteria inklusi
12-15 tahun.
3. Pembahasan Keluhan sindrom premenstruasi pada remaja putri
sebelum dilakukan intervensi yaitu 31.29 dan
sesudah intervensi yaitu 27.86.
Pengaruh intervensi terstruktur (konseling dan
teknik alami) terhadap penurunan keluhan
premenstruasi sindrom pada remaja menunjukkan
bahwa terhadap penurunan rata-rata keluhan
premenstruasi sindrom pada remaja putri dari 31.29
menjadi 27.86 setelah diberikan intervensi yaitu
sebesar 3.43.
4. Kesimpulan Ada pengaruh intervensi terstruktur terhadap
penurunan keluhan premenstruasi sindrom pada
remaja putri di Kota Bengkulu.
5. Daftar Hermansyah, Husni, Elly Wahyuni. 2016. Efek
pustaka
Intervensi Terstruktur Terhadap Penuruan Keluhan
Sindrom Premenstruasi. Poltekkes Kemenkes
Bengkulu : Padang.
JURNAL 2

AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI


PADA SISWA SMP
1. Pendahuluan Berdasarkan laporan WHO (World Health
Organization), PMS memiliki prevalensi lebih tinggi
di negara-negara Asia dibandingkan dengan negara-
negara Barat. Hasil studi Mahin Delara di Iran tahun
2012, ditemukan sekitar 98,2% perempuan yang
berumur 18-27 tahun mengalami paling sedikit 1
gejala PMS derajat ringan atau sedang. Prevalensi
PMS di Brazil menunjukkan angka 39%, dan di
Amerika 34% wanita mengalami PMS.
Gangguan menstruasi mejadi permasalahan utama
pada wanita di Indonesia. Di Jakarta Selatan
menunjukkan 45% siswi SMK mengalami PMS. Di
Padang menunjukkan 51,8% siswi SMA mengalami
PMS, sedangkan di Purworejo pada siswi sekolah
menengah atas, prevalensi PMS sebanyak 24,6%. Di
Semarang tahun 2012 didapatkan prevalensi kejadian
PMS sebanyak 24,9%.
Premenstrual syndrome sering sekali mengganggu
kegiatan sehari-hari sehingga dapat menurukan
produktivitas seorang wanita. Kadar endorfin dapat
ditingkatkan dengan melakukan aktifitas fisik.
Aktivitas fisik dapat meningkatkan kualitas
kesehatan individual dan mencegah berbagai
penyakit.
2. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analitik dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Analisis yang digunakan adalah uji
chi Square Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswi SMP PGRI 1 Pagelaran dengan jumlah
siswa sebanyak 40 dan sampel yang digunakan
adalah total sampling.
3. Pembahasan Dari 40 responden terdapat 18 siswi (45%)
mengalami sindrom pre-menstruasi ringan dan
sebanyak 22 siswi (55%) mengalami sindrom pre-
menstruasi syndrome berat. Dari 40 responden
terdapat 20 siswi (50%) aktivitas fisik dalam kategori
ringan, terdapat 14 siswi (35%) aktivitas fisik dalam
kategori sedang dan terdapat 6 siswi (15%) aktivitas
fisik dalam kategori berat.
Dari 20 siswi aktivitas fisik ringan terdapat 13
siswi (32,5%) mengalami sindrom premenstruasi
dalam kategori ringan dan terdapat 7 siswi (17,5%)
mengalami sindrom premenstruasi dalam kategori
berat. Dari 14 siswi aktivitas fisik sedang terdapat 3
siswi (7,5%) mengalami sindrom premenstruasi
dalam kategori ringan dan terdapat 11 siswi (27,5%)
mengalami sindrom premenstruasi dalam kategori
berat. Sedangkan dari 6 siswi aktivitas fisik berat
terdapat 2 siswi (5%) mengalami sindrom
premenstruasi dalam kategori ringan dan terdapat 4
siswi (7,5%) mengalami sindrom premenstruasi
dalam kategori berat.
Aktivitas fisik rendah dapat meningkatkan
keparahan dari PMS, seperti rasa tegang, emosi, dan
depresi hal ini terjadi karena terjadi peningkatan
kadar serotonin di otak. Seorang wanita jika tidak
melakukan aktivitas yang rutin seperti olahraga
ringan dapat mengakibatkan PMS lebih besar.
Responden dengan aktivitas fisik ringan cenderung
lebih banyak yang mengalami PMS sedang hingga
berat dibandingkan dengan aktivitas fisik sedang.
4. Kesimpulan Terdapat hubungan antara aktivitas dengan
sindrom premenstruasi spada siswi SMP PGRI 1
Pagelaran
5. Daftar Surniasih. 2016. Aktivitas Fisik Denga Sindrom
pustaka
Premenstruasi Pada Siswa SMP. Jurnal Kesehatan
Aisyah. STIKES Aisyah Pringsewu Lampung.
JURNAL 3

HUBUNGAN PREMENSTRUASI SINDROM DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PADA SISWI KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 3
YOGYAKARTA
1. Pendahuluan Menurut penelitian dalam survey di Amerika
Serikat menunjukkan sekitar 40% wanita berusia 14-
50 tahun mengalami Premenstruasi Sindrom (PMS)
dan 50% Premenstruasi Sindrom (PMS) dialami
wanita dengan social-ekonomi menengah.
Sebanyak 40% wanita Indonesia mengalami PMS
dan sebanyak 2-10% mengalami gejala berat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Puspitorini pada Mahasiswi Akademik Kebidanan
dari 259 subjek penelitian terdapat 109 mahasiswi
atau 42,9% yang mengalami PMS. Hal ini
mengakibatkan penurunan konsentrasi belajar,
terganggunya komunikasi dengan teman di kampus
juga terjadi penurunan produktivitas belajar dan
peningkatan absensi.
2. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analitik korelasi dengan pendekatan Cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswi kelas X SMA Muhammadiyah 3
Yogyakarta dengan mempertimbangkan kriteria
inklusi dan eksklusi hingga didapatkan sampel sesuai
kriteria. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Total Sampling .
3. Pembahasan Sebagian besar siswi kelas X SMA
Muhammadiyah 3 Yogyakarta mengalami
premenstruasi syndrom sedang, yaitu sebanyak 32
responden (44,4%) dan 15 responden (20.8%)
mengalami premenstruasi syndrome berat.
Sebagian besar siswi kelas X SMA
Muhammadiyah 3 Yogyakarta mengalami nyeri pada
bagian perut dan kram dengan kategori sedang yaitu
25 siswi (34.7%). Sedangkan untuk siswi yang
mengalami perubahan suasana hati/mood dengan
kategori sedang, yaitu sebanyak 23 responden
(31.9%) dan sebagian siswi tidak mengalami gejala
perasaan tercekik yaitu 40 siswi (34.7%).
Sebagian besar siswi mengalami Premenstruasi
Sindrom sedang dan tidak mengalami cemas
sebanyak 20 orang (27,8%) dan yang paling sedikit
adalah siswi yang mengalami Premenstruasi Sindrom
sedang dan kecemasan sedang sebanyak 1 orang
(1,4%).
4. Kesimpulan Ada hubungan antara Premenstruasi Sindrom
dengan kecemasan pada siswi kelas X SMA
Muhammadiyah 3 Yogyakarta.
5. Daftar Hadah Liriski Parahats, Esitra Herfanda. 2019.
pustaka
Hubungan Premenstruasi Sindrom Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Siswi Kelas X Sma
Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Jurnal Bidang Ilmu
Kesehatan. Universitas Aisyah Yogyakarta.
JURNAL 4

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


PREMENSTRUASI SINDROM PADA REMAJA DI PONDOK
PESANTREN BABUS SALLAM KOTA TANGERANG TAHUN 2019
1. Pendahuluan Dari hasil analisis pertama yang pernah dilakukan
di Amerika Serikat menyebutkan bahwa PMS
(Premenstruasi Sindrom) derajat sedang hingga berat
diderita sekurang-kurangnya oleh 3-5% populasi
wanita usia reproduksi, diketahui bahwa prevalensi
Premenstruasi Syndrome dari seluruh dunia adalah
(47,8%). Dari hasil tersebut, bahwa dari tahun ke
tahun kejadian Premenstruasi Syndrome berbeda di
setiap negara.
Tahun 2014 prevalasi premenstruasi syndrome di
Indonesia, diperoleh hasil sebanyak 40% wanita
Indonesia mengalami Premenstruasi Syndrome dan
sebanyak 2-10% mengalami gejala berat, dari 260
orang wanita usia subur di temukan sebanyak 95%
memiliki setidaknya satu gejala premenstruasi
syndrom dengan tingkat premenstruasi syndrome
sedang dan berast sebesar 3,9%.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang di
lakukan pada bulan September 2019 di Pondok
Pesantren Babus Sallam, diperoleh sebanyak 3
remaja putri mengetahui tentang penyebab,
pemahaman, dan penaganan Premestruasi syndrom,
sedangkan ada sebanyak 7 remaja putri yang tidak
mengetahui tentang gejala dan masalah Premestruasi
Syndrom (PMS). Dari hasil wawancara didapat dari
siswi, rata-rata siswi mengalami Premenstruasi
Syndrom (PMS) mengeluh sakit bagian bawah perut
di sertai pusing, lemas, mudah tersingung, nyeri pada
pungung, dan nyeri pada payudara, dan ketika benar-
benar menahan rasa sakit tersebut, adapula yang
terpaksa tidak bisa masuk sekolah dan izin pulang
karena Premenstruasi Syndrom (PMS), mereka juga
mengatakan Premenstruasi Syndrom (PMS) sangat
menganggu proses belajar mengajar sehingga remaja
putri tidak dapat mengikuti proses belajar mengajar
seperti biasanya.
2. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah survei deskriptif analitik dengan
menggunakan pendekatan cross sectional.
3. Pembahasan Sebesar 61,3% tidak ada gejala premenstruasi
sindrom dan sebesar 38,8% mengalami gejala
sindrom premenstruasi. Dari 80 responden ada
sebanyak 50 responden (62,5%) yang
berpengetahuan kurang baik, dan yang
berpengetahuan baik sebanyak 30 responden
(37,5%). sikap remaja yang kurang baik dalam
menghadapi premenstruasi syndrom sebanyak 47
orang (58,8%) sedangkan sikap remaja yang baik
sebanyak 33 orang (41,3%).
Dari 50 responden yang pengetahuan kurang baik
terbanyak pada responden yang tidak mengalami
kejadian premenstruasi sindrom sebanyak 43
responden (86%), dan dari 30 responden yang
berpengetahuan baik terbanyak pada responden yang
mengalami kejadian premenstruasi sindrom sebanyak
24 responden (80%).
Dari 47 responden yang memiliki sikap kurang
baik terbanyak pada responden yang mengalami
kejadian premenstruasi sindrom sebanyak 30
responden (63,3%), dan dari 33 responden yang
memiliki sikap baik terbanyak pada responden yang
mengalami kejadian premenstruasi sindrom sebanyak
32 responden (97%).
Dari 51 responden yang tidak mendapat dukungan
keluarga terbanyak pada responden yang tidak
mengalami kejadian premenstruasi sindrom
sebanyak 26 responden (51%), dan dari 29 responden
yang mendapat dukungan keluarga terbanyak pada
responden yang tidak mengalami kejadian
premenstruasi sindrom sebanyak 23 responden
(79,3%).
Dari 42 responden yang dikonsumsi tidak baik
terbanyak pada responden yang mengalami gejala
sebanyak 29 responden (69%), dan dar 38 responden
yang dikonsumsi jenis makanannya baik terbanyak
pada responden yang mengalami tidak ada gejala
sebanyak 36 responden (94,7%).
4. Kesimpulan Ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan jenis
makanan dengan kejadian premenstruasi sindrom.
5. Daftar Dina Raidanti, Olivia Nency. 2019. Faktor -
pustaka
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Premenstruasi Sindrom Pada Remaja Di Pondok
Pesantren Babus Sallam Kota Tangerang Tahun
2019. Jurnal Ilmiah Kesehatan Delima. Dosen AKBID
Assyifa Tangerang.

JURNAL 5

PSIKOEDUAKASI C4ME UNTUK MENGATASI GANGGUAN SINDROM


PRAMENSTRUASI PADA TARUNI MILITER

1. Pendahuluan Sindrom pramenstruasi (PMS) atau premenstrual


disorders merupakan kumpulan berbagai simtom
fisik, emosional dan perilaku yang berkaitan dengan
siklus menstruasi pada perempuan.
Hasil penelitian Namsa, Palandeng dan Kallo
(2015) melaporkan bahwa perempuan yang memiliki
status gizi buruk berpeluang lebih besar mengalami
gangguan pramenstruasi. Kecukupan mineral dalam
tubuh seperti kalsium, magnesium serta vitamin B6
juga turut memengaruhi timbul atau tidaknya
simtom.
Faktor lingkungan sosial yang memengaruhi
timbulnya simtom gangguan pramenstruasi adalah
keyakinan budaya yang salah tentang menstruasi.
Pandangan budaya yang negatif terhadap menstruasi
(misal menstruasi dianggap kotor sehingga tabu
dibicarakan) akan membentuk sikap yang negatif
terhadap menstruasi. Sikap terhadap menstruasi
berperan penting dalam menentukan muncul atau
tidaknya simtom gangguan pramenstruasi dan
intensitasnya
Faktor psikologis yang memengaruhi derajat
keparahan kondisi gangguan pramenstruasi adalah
kecenderungan karakter kepribadian yang
perfeksionis. Individu yang perfeksionis memiliki
tingkat kecemasan yang tinggi dan lebih rentan stres.
Stres berkepanjangan mengakibatkan gangguan pada
sistem neuroendokrin yang dapat memicu munculnya
simtom gangguan pramenstruasi.

2. Metode Penelitian ini menggunakan kuasieksperimental


dengan menggunakan nonrandomized one-group pre-
test post-test design. Partisipan dalam penelitian ini
adalah 15 orang taruni yang berasal dari dua
angkatan taruni militer.
3. Pembahasan Adanya peningkatan pengetahuan maupun sikap
positif terhadap menstruasi pada para partisipan.
Namun, terdapat dua peserta yang tidak mengalami
kenaikan skor sikap yang signifikan
Hasil uji beda menunjukkan perbedaan signifikan
antara sebelum dan setelah intervensi pada
pengetahuan partisipan tentang menstruasi. rata-rata
skor sikap partisipan setelah mengikuti intervensi
lebih besar daripada sebelum mengikuti intervensi.
4. Kesimpulan Program psikodukasi C4ME bagi para taruni
AAL ini terbukti efektif dalam meningkatkan
pengetahuan terkait kesehatan menstruasi.
5. Daftar Eunike Setiawati, Andri Adi Wijaya, Sri
pustaka
Wahyuningsih. 2020. Psikoeduakasi C4ME untuk
Mengatasi Gangguan Sindrom Pramenstruasi Pada
Taruni Militer. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan.
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

JURNAL 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN PERILAKU


MENGATASI GEJALA PREMENSTRUASI SYNDROME (PMS)
DI MAN MODEL KOTA JAMBI
1. Pendahuluan Para ahli di dunia memperkirakan sekitar 40%
wanita di dunia menghadapi gangguan dalam
menghadapi menstruasi yang disebut Pre-Menstruasi
Sindrome. Begitu juga menurut dr. Eric Kasmara,
SpOG dari Siloam Hospital, Jakarta, Pre-Menstruasi
Sindrome memang bisa menghinggapi 70-80%
wanita usia reproduktif.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
penulis terhadap 10 siswi di MAN Model Kota Jambi
mengenai tingkat pengetahuan tentang gejala
Premenstruasi Syndrome ternyata diperoleh, 6 orang
(60%) mengalami perubahan emosi menjelang
menstruasi, yaitu mudah marah dan cepat
tersinggung dan 7 orang (70%) mengalami
perubahan fisik menjelang menstruasi, yaitu
payudara sakit dan timbul jerawat. 4 oarang (40%)
mengeluh jika muncul jerawat menjelang menstruasi.
2. Metode Desain penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif dengan rancangan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh remaja putri di MAN Model Kota Jambi
yang berjumlah 68 orang. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik total population.
3. Pembahasan 31 respoden (45,6%) memiliki pengetahuan baik,
26 responden (38.2%) memiliki pengetahuan cukup
dan 11 responden (16.2%) memiliki pengetauan
kurang. responden mayoritas memiliki perilaku baik,
yaitu 46 responden (67,6%) dan perilaku kurang
baik, yaitu 22 responden (32,4%).
Responden yang memiliki pengetahuan baik
mayoritas memiliki perilaku mengatasi PMS yang
baik, yaitu 25 responden (80,6%), pengetahuan
cukup mayoritas memiliki perilaku baik, yaitu 18
responden (69,2%) dan pengetahuan kurang baik
mayoritas memiliki perilaku kurang baik, yaitu 8
responden (72,7%).
4. Kesimpulan Ada hubungan yang signifikan antara
Pengetahuan Remaja Putri dengan Perilaku
Mengatasi Gejala Premenstruasi Syndrome (PMS) di
MAN Model Kota Jambi.
5. Daftar Elisa Murti Puspitaningrum. 2018. Hubungan
pustaka
Pengetahuan Remaja Putri Dengan Perilaku
Mengatasi Gejala Premenstruasi Syndrome (PMS).
Menara Ilmu. Akademi Kebidanan Jakarta Mitra
Sejahtera.

JURNAL 7

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


PREMENSTRUAL SYNDROMA PADA REMAJA PUTRI

1. Pendahuluan Berdasarkan penelitian pada siswi SMK Batik 1


Surakarta didapatkan bahwa siswa perempuan di
sekolah tersebut terkadang ada yang sampai meminta
izin untuk pulang bahkan ada yang pingsan.
Informasi dari daftar kehadiran siswa di sekolah,
didapatkan data bahwa hampir disetiap bulannya
sekitar 10% selalu ada siswa perempuan yang absen
sehingga berpengaruh terhadap prestasinya di
sekolah.
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan di
SMA Hang Tuah 1 Surabaya menunjukkan bahwa
pada tahun 2011 sebanyak 22 siswi kelas XI
(10,31%) dari 143 remaja putri kelas XI yang harus
beristirahat di ruang UKS karena mengalami PMS
sehingga terpaksa meninggalkan kegiatan belajar di
kelas.
2. Metode Jenis penelitian yang akan digunakan adalah
survei analitik dengan rancangan cross sectional.
Jumlah sampel minimal sebesar 124 orang.
Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan simple random sampling.
3. Pembahasan Status gizi remaja putri dengan menggunakan
IMT didapatkan hasil bahwa dari 124 responden
terdapat 18 responden 14,5% remaja putri yang
mengalami obesitas. Sedangkan remaja putri yang
tidak mengalami obesitas termasuk yang normal dan
underweight merupakan bagian terbesar yaitu 106
orang (85,5%). stress pada remaja putridari 124
responden terdapat 66 responden 53,22% remaja
putri yang mengalami stress. dari 124 responden
sebesar 59,78% (74 responden) tidak melakukan
olahraga dengan baik, ada yang melakukan olahraga
tidak rutin, hanya sekali seminggu atau kurang dari
20 menit setiap olahraga.
4. Kesimpulan Adanya hubungan antara obesitas pada remaja
putri dengan kejadian PMS.
5. Daftar Yoga Tri Wijayanti. 2015. Analisis Faktor Yang
pustaka Berhubungan Dengan Kejadian Premenstrual
Syndroma Pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan
Metro Sai Wawai. Poltekkes Kemenkes
Tanjungkarang.

JURNAL 8

PEMBERIAN VITAMIN B6 SEBAGAI UPAYA MENGURANGI


KECEMASAN PADA REMAJA AKHIR DENGAN PREMENSTRUASI
SYNDROM

1. Pendahuluan Sebanyak 95% perempuan Indonesia mengalami


gejala premenstruasi. Premenstruasi sindrom sedang
hingga berat diderita berturut - turut oleh 3,9% dan
1,1% angka tersebut lebih rendah dibanding
perempuan Barat, Cina ataupun Jepang.
Sindrom pramenstruasi dapat menyerang hingga
90% wanita dan meliputi berbagai perubahan fisik
dan emosi. PMS sejati dikatakan mempengaruhi
hampir 40% wanita, dengan sekitar 5-10% membuat
mereka sangat tidak berdaya, yaitu hingga
mendominasi hidup mereka selama fase siklus
tersebut.
2. Metode Metode penelitian yang akan digunakan adalah
deskripsi observasional dengan pendekatan studi
kasus. Subyek pada penelitian ini yaitu Remaja putri
usia 19 – 20 tahun, mengalami premenstruasi
syndrom,yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi.
3. Pembahasan Sebelum pemberian vitamin B6 berdasarkan data
terbanyak kecemasan remaja dalam kriteria sedang
dengan prosentase 71,4% kategori kuat. Sedangkan
setelah pemberian vitamin B6 data terbanyak
kecemasan remaja dalam kriteria ringan dengan
prosentase 64,3% kategori kuat.
Ada perbedaan data terbanyak antara sebelum
pemberian vitamin B6 dan sesudah vitamin B6 yaitu
dari kecemasan dengan kriteria sedang menurun
menjadi kecemasan dengan kriteria ringan.
4. Kesimpulan Terjadi penurunan kecemasan pada remaja
sebanyak satu tingkat dari sebelum dan setelah
pemberian vitamin B6 dari kecemasan sedang
menjadi kecemasan ringan.
5. Daftar Ulul Fikriya, Yeni Agus Safitri, Tut Rayani
pustaka Aksohini Wijayanti. 2016. Pemberian Vitamin B6
Sebagai Upaya Mengurangi Kecemasan Pada
Remaja Akhir Dengan Premenstruasi Syndrom.
Jurnal Hesti Wira Sakti.

JURNAL 9
PENGARUH TERAPI KOMPLEMENTER “MEDITASI” TERHADAP
PENURUNAN INTENSITAS NYERI PREMENSTRUAL SYNDROM
PADA REMAJA PUTRI USIA 16-18 TAHUN DI KELOMPOK REMAJA
DESA JATINOM BLITAR
1. Pendahuluan Terdapat 90% perempuan mengalami Pre-
menstrual Syndrome (PMS). Sebanyak 30–50%
wanita mengalami gejala Premenstrual Syndrome
(PMS), 5% merasakan gejala cukup parah dan 10%
mengalami gejala sangat parah yang berakibat
ketidakhadiran di sekolah ataupun di tempat kerja
selama 1–3 hari setiap bulannya.
Menurut American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) pada tahun 2012 di Srilanka
dalamArdiana (2018), dida- patkan hasil bahwa
remaja putri yang mengalami PMS sekitar 65,7%.
Gejala yang sering muncul yaitu perasaan sedih dan
tidak memiliki harapan sebesar 29,6%.
Pengobatan sindrom pre menstruasi dapat dengan
terapi farmakologi seperti obat anti-inflamasi non-
steroid (OAINS) dan kontrasepsi oral kombinasi.
National Center for Complementary/ Alternative
Medicine (NCCAM) terdapat beberapa macam terapi
komple- menter yaitu mind-body therapy dimana
akan memberikan intervensi dengan berbagai teknik
untuk memfasilitasi kapasitas berpikir yang
mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh. Salah
satu terapi kom- plementer adalah meditasi.
Menurut hasil studi pendahuluan di kelompok
remaja kelurahan Jatinom seebanyak 20 remaja putri
mengalami sindrom pre menstrual, 75% me- ngalami
nyeri perut, 15% mengalami perubahan emosi dan
10% mengalami mudah letih dan pegal di seluruh
tubuh.
2. Metode Design penelitian yang digunakan adalah pre
eksperimen dengan pendekatan pre-post design.
populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 remaja
putri. Tehnik sampling menggunakan purposive
sampling sehingga yang menjadi sampel penelitian
berjumlah 20 reponden dengan kriteria inklusi yaitu
bersedia menjadi responden
3. Pembahasan Responden yang mengikuti terapi meditasi 50%
berusia 18 tahun, 40% tidak pernah melakukan
aktivitas fisik seperti olah raga, dan 65% responden
pertama kali mengalami menstruasi kurang dari 12
tahun, serta 85% mempunyai menstruasi secara
teratur. Sebanyak 100% responden terhambat
aktivitasnya jika terkena nyeri premstrual sindrom.
sekitar 65% remaja putri mengalami nyeri sedang
saat menjelang menstruasi. Sesudah dilakukan terapi
komplementer “meditasi” responden menjadi tidak
nyeri premenstrual sindrom sebanyak 65%.
4. Kesimpulan Terdapat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan
sesudah perlakuan, maka terjadi pengaruh terapi
komplementer “meditasi” terhadap penurunan
intensitas nyeri pre menstrual sindrom. Terapi kom-
plementer “meditasi” dapat dilakukan oleh wanita
yang terkena nyeri premenstrual sindrom.
5. Daftar Levi Tina Sari, Ervi Suminar. 2020. Pengaruh
pustaka
Terapi Komplementer “Meditasi” terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Premenstrual Syndrom
pada Remaja Putri Usia 16-18 Tahun di Kelompok
Remaja Desa Jatinom Blitar. JURNAL NERS DAN
KEBIDANAN : Blitar
JURNAL 10

FAKTOR-FAKTOR RESIKO KEJADIAN PREMENSTRUAL


SYNDROME PADA REMAJA SMA DARUL HIJRAH PUTERI

1. Pendahuluan Kejadian premenstrual syndrome dilaporkan


terjadi 20-30% dari premenopause dan 30-40% pada
saat wanita masa reproduksi. Di Iran masalah
premenstrual syndrome terjadi sebanyak 60% sampai
dengan 90% pada wanita. Di Indonesia prevalensi
premenstrual syndrome pada siswi SMA di Jakarta
Timur mencapai 75,8%, 80% diantaranya wanita
melaporkan premenstrual syndrome mengurangi
produktivitas.
Penyebab dari premenstruasl syndrome belum
diketahui secara pasti, namun premenstrual syndrome
dapat disebabkan karena perubahan hormonal,
prostaglandin, diet, obat-obatan, dan gaya hidup.
Faktor-faktor yang mempengaruhi premenstrual
syndrome adalah aktivitas olah raga dan obesitas.
Selain itu kesukaan mengkonsumsi makanan manis
dan asin juga berpengaruh terhadap peningkatan
keluhan premenstrual syndrome.
2. Metode Penelitian ini menggunakan desain penelitian
observasional analitik dengan pendekatan
retrospektif (case control study). Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling dengan 32 orang dikelompok
kasus dan 32 orang dikelompok kontrol pada siswi
SMA Darul Hijrah Puteri.
3. Pembahasan Responden berusia 16 tahun sebesar (25%) dan
17 tahun sebesar (28,1%) dari total 32 responden,
sedangkan pada kelompok kontrol usia siswi yang
menjadi responden penelitian dimulai pada usia 14-
18 tahun dengan responden berusia 15 tahun sebesar
(34,4%) dan 17 tahun sebesar (31,3%) dari total 32
responden.
Responden yang melakukan aktivitas olahraga
sebanyak 25 siswi (39,1%) dimana 6 siswi yang
mengalami premestrual syndrome dan untuk
responden yang tidak melakukan aktivitas olahraga
terdapat sebanyak 39 siswi (60,9%) dimana 26 siswi
yang mengalami premestrual syndrome.
Responden yang suka mengkonsumsi makanan
asin terdapat sebanyak 38 siswi (59,4%) dimana 26
siswi yang mengalami premestrual syndrome.
Sedangkan responden yang tidak suka
mengkonsumsi makanan asin terdapat sebanyak 26
siswi (40,6%) dimana 6 siswi yang mengalami
premestrual syndrome.
Responden yang mengkonsumsi makanan manis
sebanyak 31 siswi (48,4%) dimana 20 siswi yang
mengalami premestrual syndrome dan responden
yang tidak mengkonsumsi makanan manis sebanyak
33 siswi (51,6%) dimana 12 siswi yang mengalami
premestrual syndrome.
ada hubungan antara aktivitas olahraga terhadap
premenstrual syndrome. ada hubungan antara indeks
massa tubuh terhadap premenstrual syndrome. ada
hubungan antara konsumsi makanan asin terhadap
premenstrual syndrome. ada hubungan antara
konsumsi makanan manis terhadap premenstrual
syndrome.
4. Kesimpulan Terdapat hubungan antara faktorfaktor risiko
yaitu aktivitas olahraga, indeks massa tubuh,
konsumsi makanan asin, dan konsumsi makanan
manis terhadap premenstrual syndrome pada remaja
SMA Darul Hijrah Putri.
5. Daftar Rizka Safitri, Herawati, Kurnia Rachmawati.
pustaka
2016. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Premenstrual
Syndrome Pada Remaja Sma Darul Hijrah Puteri.
Dunia Keperawatan. Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat.
Dokumentasi
POSTER

Anda mungkin juga menyukai