Anda di halaman 1dari 22

REVIEW JURNAL PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT

Diajukan untuk memenuhi salah satu penilaian Praktek Kebidanan Fisiologis Stase 2
(Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat)

Disusun oleh:

Nadhifatun Khulaidah
P20624821087

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TASIKMALAYA
2021
JURNAL 1

Judul Efektifitas Konseling Gizi Dalam Peningkatan


Asupan Zat Gizi Wanita Yang Merencanakan
Kehamilan
Penulis Nur Chabibah
Volume dan Hal 1 dan 199-206
Tahun 2016
Publikasi Journal Univesity Research Coloquium
Review Irma Dianita
Latar Belakang Upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi
telah banyak dilakukan, tidak hanya pada upaya
kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga melalui upaya
preventif dan promotif. Upaya preventif yang belum
banyak tersentuh adalah pelayanan dimasa
prakonsepsi. Pelayanan ini dapat mengidentifikasi
faktor risiko sebelum dimulainya kehamilan
sehingga asuhan yang tepat dapat dipersiapkan
sesuai kondisi ibu. Upaya mencegah hasil akhir
kehamilan yang buruk dengan memberi tindakan
perawatan prenatal berkualiatas.
Pengendalian perilaku sehat pada wanita yang
merencanakan kehamilan merupakan faktor penting
dalam persiapan kehamilan. Asupan gizi dan gaya
hidup yang tidak memadai akan merugikan outcome
kehamilan.
Tujuan Literatur Untuk mengetahui efektifitas konseling gizi dalam
peningkatan asupan zat gizi wanita yang
merencanakan kehamilan
Desain penelitian Quasi eksperimental
Sampel 40 orang
Temuan Berdasarkan analisis asupan zat gizi pada pre-
test didapatkan perilaku beresiko pada wanita yang
merencanakan kehamilan, dimana wanita yang
merencanakan kehamilan belum mengkonsumsi
asupan zat gizi dengan nilai kebutuhan gizi menurut
dietary reference intake. Setelah dilakukan konseling
menunjukkan adanya peningkatan tingkat
pengetahuan wanita yang merencanakan kehamilan
setelah dilakukan konseling prakonsepsi. Bahkan
wanita yang telah dikonseling secara signifikan
memulai mengkonsumsi asam folat sebelum
kehamilan dan menurunkan konsumsi alkohol
selama tiga bulan awal kehamilan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Wanita yang merencanakan kehamilan yang
dilakukan konseling mengalami perubahan perilaku,
berupa peningkatan asupan zat gizi yang dibutuhkan
pada masa prokonsepsi. Dapat dikatakan bahwa
konseling gizi pada masa prakonsepsi dapat
meningkatkan kualitas hidup.
Pada wanita sebagai persiapan kehamilan tidak
hanya fungsi reproduksi saja yang harus sehat, tetapi
juga diperlukan status gizi yang baik sebelum
terjadinya kehamilan. Kekurangan nutrisi akan
berdampak pada penurunan fungsi reproduksi.
Peningkatan gizi mikro berupa vitamin E,
vitamin C, vitamin B6, asam folat, zat besi dan
kalsium selain berfungsi pada peningkatan fungsi
reproduksi, juga dalam perencanaan pencegahan
komplikasi kehamilan sehingga dapat menghasilkan
outcome yang lebih baik. Vitamin E berfungsi
dalam menjaga sistem endokrin dan produksi
hormon yang baik, sedangkan vitamin C bermanfaat
menjaga keseimbangan hormonal, meningkatkan
fertilitas, memperkuat sistem imun, dan membantu
penyerapan zat besi. Vitamin B6 juga dibutuhkan
untuk dapat meningkatkan kesuburan wanita. Asam
folat sebesar 400 mcg dan zat besi sangat disarankan
untuk ditingkatkan jumlahnya dalam perencanaan
kehamilan dalam upaya pencegahan neure-tube
defect dan anemia baik pada ibu maupun bayinya.
Asupan gizi yang dicukupi sejak masa
prakonsepsi sangat mendukung upaya keberhasilan
peningkatan kualitas hasil konsepsi.
JURNAL 2

Judul Persepsi Ibu Hamil Tentang Kebutuhan Asam Folat,


Zat Besi Dan Kalsium Sebagai Persiapan Kehamilan
Di Kota Mataram Dan Kabupaten Lombok Barat
Penulis Irni Setyawati, Sri Handayani
Volume dan Hal 6 dan 1-5
Tahun 2017
Publikasi Jurnal Kesehatan Qamarul Huda
Review Irma Dianita
Latar Belakang Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 menemukan komplikasi selama
kehamilan secara nasional sebesar 24%, sedangkan
yang dimiliki provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
masih diatas angka nasional yaitu sebesar 33%.
Komplikasi selama kehamilan dapat disebabkan oleh
berbagai macam faktor, salah satu diantaranya yaitu
belum adanya persiapan kehamilan saat sebelum
konsepsi. Perempuan dengan riwayat merariq di
pulau Lombok tahun 2015 tidak melakukan
persiapan kehamilan baik dari konsumsi suplemen
dan perilaku kesehatannya.
Tujuan Literatur Untuk mengidentifikasi perbedaan persiapan
kehamilan berdasarkan persepsi ibu tentang
kebutuhan asam folat, zat besi dan kalsium di kota
Mataram dan kabupaten Lombok Barat.
Desain penelitian studi analitik komparatif dengan pendekatan
retrospektif.
Sampel 64 orang
Temuan Persepsi responden tentang perlunya
mengkonsumsi asam folat, zat besi dan asam folat
mempengaruhi persiapan kehamilan yang dilakukan
oleh calon ibu.
Asam folat merupakan suatu koenzim dalam
metabolisme asam nukleat atau asam amino. Riset
menunjukkan bahwa asupan asam folat yang tidak
adekuat erat kaitannya dengan defek tuba neural
pada perkembangan janin. Untuk mengurangi risiko
tersebut disarankan suplemen asam folat 400 mcg
per hari. Namun bagi wanita yang sebelumnya telah
memiliki bayi dengan defek tuba neural, dosis asam
folat yang direkomendasikan ialah 4 gr setiap hari
selama sedikitnya satu bulan sebelum konsepsi dan
dilanjutkan selama 12 minggu kehamilan.
Zat besi adalah elemen logam yang digunakan
oleh tubuh terutama untuk membuat hemoglobin,
komponen dalam sel darah merah yang bertanggung
jawab dalam pengangkutan oksigen ke seluruh
jaringan tubuh. Defisiensi zat besi dapat
menimbulkan anemia. Untuk mengurangi risiko
tersebut disarankan konsumsi zat besi 18 mg per
hari.
Kalsium sangat penting untuk pembentukan,
perkembangan, pemeliharaan gigi, dan tulang ibu
dan janin. Camargo et al berpendapat kalsium dapat
mengurangi kejadian hipertensi selama kehamilan.

JURNAL 3
Judul How do women prepare for pregnancy?
Preconception experiences of women attending
antenatal services and views of health professionals
Penulis Judith Stephenson, Dilisha Patel, Geraldine Barrett,
Beth Howden, Andrew Copas, Obiamaka Ojukwu,
Pranav Pandya, Jill Shawe
Volume dan Hal 9 dan hal 1-10
Tahun 2015
Publikasi PLOS ONE
Review Irma Dianita
Latar Belakang Laporan berturut-turut dari Center for Maternal
and Child Inquiries menyimpulkan bahwa
kurangnya perawatan prakonsepsi merupakan faktor
penyebab kematian ibu, sementara bukti dari
epidemiologi perjalanan hidup dan epigenetic
menyoroti pentingnya lingkungan intrauterine dalam
menentukan risiko penyakit kronis di masa kanak-
kanak dan dewasa.
Faktor-faktor seperti pola makan ibu dan status
gizi, yang dapat diubah sebelum konsepsi, memiliki
pengaruh penting terhadap lingkungan intrauterin
dan perkembangan janin. Akibatnya, masa
prakonsepsi dipandang sebagai masa kritis di mana
intervensi dapat membawa manfaat jangka pendek,
dengan mengurangi kepatuhan kehamilan.
Tujuan Literatur Untuk menentukan sejauh mana wanita
merencanakan dan mempersiapkan kehamilan.
Desain penelitian Cross sectional
Sampel 1288 orang
Temuan Kami merekrut 1173/1288 (90%) wanita, usia
rata-rata 32 tahun. 73% telah merencanakan
kehamilan dengan jelas, 24% ambivalen dan hanya
3% kehamilan yang tidak direncanakan. 51% dari
semua wanita dan 63% dari mereka dengan rencana
kehamilan mengonsumsi asam folat sebelum
kehamilan. 21% dari semua wanita melaporkan
merokok dan 61% melaporkan minum alkohol dalam
3 bulan sebelum kehamilan; 48% perokok dan 41%
peminum berkurang atau berhenti sebelum hamil.
51% dari semua wanita yang melaporkan nasihat
dari seorang profesional kesehatan sebelum hamil
lebih mungkin untuk mengadopsi perilaku yang
lebih sehat sebelum kehamilan [rasio odds yang
disesuaikan untuk masukan profesional kesehatan
terbesar dibandingkan dengan tidak ada adalah 2,34
(interval kepercayaan 95% 1,54-3,54) untuk
mengambil asam folat dan 2,18 (95% CI 1,42–3,36)
untuk menerapkan pola makan yang lebih sehat
sebelum kehamilan].
Meskipun perencanaan kehamilan tingkat
tinggi, kesadaran akan kesehatan prakonsepsi di
antara perempuan dan tenaga kesehatan masih
rendah, dan tanggung jawab untuk menyediakan
perawatan prakonsepsi tidak jelas. Namun, banyak
wanita termotivasi untuk mengadopsi perilaku yang
lebih sehat pada masa prakonsepsi, seperti yang
ditunjukkan dengan pengurangan separuh dari
tingkat merokok yang dilaporkan dalam penelitian
ini. Kaitan antara masukan tenaga kesehatan dan
perubahan perilaku sehat sebelum kehamilan
merupakan temuan baru yang seharusnya
memperkuat strategi untuk meningkatkan kesadaran
dan penggunaan layanan kesehatan sebelum
kehamilan, dan membawa manfaat yang lebih luas
bagi kesehatan masyarakat.
Wanita yang menerima nasihat dari seorang
profesional kesehatan sebelum kehamilan lebih
mungkin mengadopsi perubahan perilaku positif
dibandingkan wanita lain sebelum kehamilan,
terutama mengonsumsi asam folat dan makan
makanan yang lebih sehat. Adapun dosis untuk asam
folat sebesar 400 mcg. Untuk alasan ini, penelitian
kami menyajikan bukti yang baik untuk melawan
persepsi yang banyak dipegang bahwa perencanaan
kehamilan jarang terjadi sehingga hanya sedikit yang
bisa diperoleh dari penargetan periode prakonsepsi.
Melainkan menunjuk pada perlunya promosi
kesehatan prakonsepsi yang lebih efektif bagi
perempuan dengan keterlibatan dan pelatihan yang
lebih besar dari para profesional kesehatan

JURNAL 4

Judul Knowledge about folic acid supplementation before


and during pregnancy among female medical fields
students
Penulis Anna Mroczek, Kamil Bałabuszek, Marta Pawlicka
dan Anna Semczuk-Sikora
Volume dan Hal 8 dan 1016-1027
Tahun 2018
Publikasi Journal of Education, Health and Sport
Review Irma Dianita
Latar Belakang Kehamilan adalah masa ketika suplai vitamin dan
unsur mikro dan makro secara optimal diperlukan
untuk memastikan perkembangan janin dan
kesehatan ibu yang tepat. Salah satu zat yang
dimilikinya terbukti memiliki efek positif pada janin
adalah asam folat. Kekurangan senyawa ini adalah
terkait dengan peningkatan risiko cacat tabung saraf pada
janin.
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa hanya setiap 3 wanita suplemen
asam folat selama kehamilan, dan satu bulan
sebelum kehamilan yang direncanakan dan 68,5%
dari wanita tidak mengonsumsi vitamin ini. Alasan
utama untuk tidak mengonsumsi asam folat adalah
karena kekurangan asam folat perencanaan
kehamilan dan pengetahuan tentang kebutuhan
suplementasi.
Tujuan Literatur Untuk menganalisis pengetahuan tentang asam folat
di antara siswa perempuan dan apakah perlu lebih
menekankan pada pendidikan perempuan usia subur
mempelajari mata pelajaran medis.
Desain penelitian cross sectional
Sampel 125 orang
Temuan Hasil penelitian kami menunjukkan 86%
pengetahuan siswa yang kurang tahu bahwa asam
folat mencegah cacat tabung saraf. Menunjukkan
adanya masalah yang signifikan di kalangan
perempuan mengenai pengetahuan tentang asam
folat.
Program pendidikan harus fokus pada
peningkatan pengetahuan staf medis di masa depan
dan promosinya pada tahap awal kehidupan
perempuan muda di sekolah, selama studi dan
dikantor dokter. Selama pendidikan, perhatian
khusus harus diberikan pada nutrisi yang sehat dan
seimbangdan membiasakan wanita dengan produk
makanan yang kaya akan sumber asam folat alami,
serta kemungkinan memilih dari rangkaian produk
yang diperkaya dengan asam folat.
Pendidikan yang memadai bagi wanita muda
akan meningkatkan pencegahan tabung saraf cacat di
masa depan, dengan menyebarkan pengetahuan dan
menerapkan sebagian besar perencanaan pasien
kehamilan dengan rekomendasi terbaru,
mengonsumsi asam folat dengan dosis 0,4 mg
setidaknya 12 minggu sebelum kehamilan yang
direncanakan. Masalah besar kehamilan yang tidak
direncanakan akan menyelesaikan kebiasaan itu
makan makanan yang kaya vitamin B9 serta
makanan yang diperkaya oleh setiap wanita usia
subur. Tindakan tersebut akan mengurangi jumlah
kasus anak-anak dengan cacat tabung saraf dan
mengurangi kecacatan dan jumlah kematian neonatal

JURNAL 5

Judul Konseling Kehamilan


Penulis Komite Praktik Ginekologi
Volume dan Hal 133 dan E78-E89
Tahun 2019
Publikasi ACOG
Review Irma Dianita
Latar Belakang Dokter kandungan-ginekolog memiliki peluang
besar untuk meningkatkan hasil ibu dan janin
melalui konseling kehamilan. Seperti kunjungan
Nancy (saat pasien hadir untuk berdiskusi kehamilan
masa depan yang potensial) memberikan yang
terbaik kesempatan untuk menasihati pasien tentang
perawatan gaya hidup sehat dan meminimalkan
risiko kesehatan
Tujuan Literatur Untuk mengurangi resiko dari efek buruk kesehatan
bagi wanita, janin, dan neonatus dengan bekerja
dengan wanita untuk mengoptimalkan kesehatan,
mengatasi faktor risiko yang dapat diubah, dan
menyediakan pendidikan tentang kehamilan yang
sehat
Temuan 1. Setiap pertemuan pasien dengan wanita tidak
hamil atau laki-laki dengan potensi reproduksi
(misalnya, bukan pasca-histerektomi atau pasca
sterilisasi) adalah sebuah kesempatan untuk
memberi nasihat tentang kesehatan dan kebiasaan
sehat, yang dapat meningkatkan hasil reproduksi
dan kebidanan haruskah mereka memilih untuk
bereproduksi.
2. Konseling dapat dimulai dengan pertanyaan
berikut:" Apakah Anda ingin hamil tahun
depan?"
3. Tujuan dari perawatan sebelum hamil adalah
untuk mengurangi resiko dari efek buruk
kesehatan bagi wanita, janin, dan neonatus
dengan bekerja dengan wanita untuk
mengoptimalkan kesehatan, mengatasi faktor
risiko yang dapat diubah, dan menyediakan
pendidikan tentang kehamilan yang sehat.
4. Wanita harus diberi konseling untuk mencari
perawatan medis sebelum mencoba hamil atau
secepatnya mereka yakin bahwa mereka hamil
5. Banyak kondisi medis kronis seperti diabetes,
hipertensi, penyakit kejiwaan, dan penyakit tiroid
berimplikasi pada hasil kehamilan dan harus
dikelola secara optimal sebelum kehamilan.
6. Semua obat resep dan non resep harus ditinjau
selama konseling prahamil. Ulasan ini juga harus
mencakup kelenturan nutrisi-ments dan produk
herbal yang pasien mungkin tidak pertimbangkan
untuk penggunaan obat tetapi dapat
mempengaruhi reproduksi dan kehamilan.
7. Wanita yang datang untuk konseling sebelum
hamil harus ditawarkan skrining untuk genetik
yang sama kondisi seperti yang di
rekomendasikan untuk wanita hamil.
8. Wanita usia subur harus memilikinya status
imunisasi dinilai setiap tahun untuk tetanus
toksoid, toksoid difteri berkurang, dan aseluler
pertusis (Tdap); campak – gondok – rubella;
hepatitis B; dan varicella.
9. Semua pasien harus menerima influenza tahunan
vaksinasi; para wanita yang sedang atau akan
hamil nanti selama musim influenza akan ada
tambahan manfaat.
10. Penilaian kebutuhan untuk menular seksual
skrining infeksi (IMS) harus dilakukan di waktu
konseling sebelum hamil.
11. Penderita yang berpotensi terkena infeksi tertentu
penyakit, seperti virus Zika, harus diinformasikan
mengenai larangan perjalanan dan waktu tunggu
yang sesuai waktu sebelum mencoba kehamilan.
12. Semua pasien harus ditanyai secara rutin tentang
mereka penggunaan alkohol, produk nikotin, dan
obat-obatan, termasuk resep opioid dan obat lain
kation yang digunakan untuk alasan nonmedis.
13. Skrining untuk kekerasan pasangan intim harus
dilakukan selama konseling prahamil.
14. Suplementasi asam folat sebesar 400mcg pada
wanita sebelum hamil harus didorong untuk
mengurangi risiko saraf cacat tabung (NTD).
15. Pasien harus diskrining mengenai diet mereka
dan suplemen vitamin untuk memastikan bahwa
mereka bertemu tunjangan harian yang
direkomendasikan untuk kalsium, zat besi,
vitamin A, vitamin B 12 , vitamin B, vitamin D,
dan nutrisi lainnya.
16. Pasien harus didorong untuk mencoba mencapai
indeks massa tubuh (IMT) dalam kisaran normal
sebelum kehamilan, karena abnormal tinggi atau
rendah BMI dikaitkan dengan infertilitas dan ibu
dan komplikasi kehamilan janin.

JURNAL 6

Judul Status gizi pra hamil berpengaruh terhadap berat dan


panjang badan bayi lahir
Penulis Ema Wahyu Ningrum, Etika Dewi Cahyaningrum
Volume dan Hal 16 dan 89-94
Tahun 2018
Publikasi Medisains
Review Irma Dianita
Latar Belakang Status gizi pra hamil yang salah satu indikatornya
dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)
secara internasional dianggap sebagai gold standar
dan sudah ditetapkan secara baku penambahan berat
badan ibu selama kehamilan kedepan. Kurang
kepedulian ibu sebelum hamil untuk memeriksakan
status gizinya masih sangat kurang, hal ini berakibat
tidak terdeteksinya ibu sebelum hamil tersebut
mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) yang
kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap bayi
saat hamil kelak.
Tujuan Literatur Untuk mengetahui pengaruh status gizi pra hamil
dengan indikator IMT terhadap berat badan
dan panjang badan bayi lahir
Desain penelitian Deskriptif korelatiff, dengan pendekatan retrospektif
study.
Sampel 30
Temuan Rata-rata IMT prahamil ibu 22.3±3.9kg/m2
dengan IMT terkecil 17kg/m2 dan IMT terbesar 30
kg/m2. Rata-rata berat badan bayi lahir
2800±390.8gram dengan berat badan terendah 2200
gram dan terbesar 3800 gram. Rata-rata panjang
badan bayi lahir 48.3±1,4cm dengan panjang badan
terpendek 46 cm dan terpanjang 50 cm. Ada
hubungan antara IMT prahamil terhadap berat badan
bayi lahir sebesar (r=0.938; r2=0.880; p<0.01). Ada
hubungan antara IMT prahamil terhadap panjang
badan bayi u lahir sebesar (r=0.876; r2=0.767;
p<0.01). Status gizi pra hamil berpengaruh besar
terhadap berat badan dan panjang badan bayi lahir.
Status gizi pra hamil berpengaruh 88% terhadap
berat badan bayi dan 76% terhadap panjang badan
bayi lahir.
Status gizi ibu menentukan kualitas outcome
yang dihasilkan. Ibu yang mengalami kekurangan
gizi berisiko melahirkan bayi yang kekurangan gizi.
Janin yang mengalami malnutrisi sejak dalam
kandungan juga berisiko lebih besar untuk lahir
stunting. IMT prahamil merupakan indikator status
gizi ibu hamil yang diukur pada saat pra hamil
dengan mengukur berat badan prahamil dengan
tinggi badan ibu.
Institute of Medicine telah menetapkan
rekomendasi pertambahan berat badan ibu selama
kehamilan, atau yang disebut juga sebagai selisih
berat badan ibu sebelum melahirkan dengan berat
badan ibu sebelum memasuki masa kehamilan.
Rekomendasi pertambahan berat badan selama masa
kehamilan ini dikaitkan dengan kualitas bayi yang
dilahirkan dilihat melalui berat dan panjang lahir.
Pertambahan berat badan selama masa kehamilan ini
ditetapkan rekomendasinya dengan turut
memperhitungkan IMT prahamil ibu, rekomendasi
pertambahan berat badan berbeda untuk ibu dengan
kategori IMT berbeda
Ditetapkanlah IMT yang dianggap cukup dan
baik dimiliki ibu sebelum memasuki masa
kehamilan, yaitu IMT yang berada pada kategori
status gizi normal atau berada di antara 18,5 hingga
25 kg/m2 (Yongki, 2012). Keadaan obesitas (IMT
jauh di atas standar normal) dapat meningkatkan
risiko terjadinya berbagai penyakit kronik dan
komplikasi kehamilan. Sedangkan, IMT di bawah
standar normal dapat meningkatkan risiko
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (Claudia,
2012).

JURNAL 7

Judul Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan Dan Faktor-


Faktor Yang Mempengaruhinya
Penulis Oktalia, Juli Herizasyam
Volume dan Hal 3 dan 147-159
Tahun 2016
Publikasi Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan
Review Irma Dianita
Latar Belakang Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan
fisik dan mental dari setiap ibu. Perencanaan
kehamilan yang sehat harus dilakukan sebelum masa
kehamilan. Proses kehamilan yang direncanakan
dengan baik, maka akan berdampak positif pada
kondisi janin dan adaptasi fisik dan psikologis dari
ibu menjadi lebih baik.
Tidak seluruh pasangan siap memiliki
menghadapi proses kehamilan atau memiliki anak,
salah satu alasan dari pasangan adalah ketidak
tepatan waktu dari terjadinya proses kehamilan
tersebut. Dampak kehamilan yang tidak
direncanakan selain berdampak pada kehamilan juga
berdampak pada ketidaksiapan ibu untuk hamil dan
bahkan dapat berujung pada keputusan untuk
pengguguran kandungan yang tidak aman (unsafe
abortion).
Tujuan Literatur Untuk mengetahui kesiapan Ibu menghadapai
kehamilan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Desain penelitian Cross sectional
Sampel 96 orang
Temuan Dari 96 ibu yang menjadi responden, sebagian
besar responden tidak menyiapkan kehamilannya
sebanyak 62 orang (64,6 %) dan sebanyak 34 orang
ibu sudah menyiapkan kehamilannya dengan baik
(35.4%).
Proses kehamilan yang direncanakan dengan
baik, maka akan berdampak positif pada kondisi
janin dan adaptasi fisik dan psikologis dari
perempuan dan pasangannya. Hal-hal yang perlu
dipersiapkan pada kehamilan misalnya pengaturan
nutrisi ibu hamil. Nutrisi yang baik juga berperan
dalam proses pembentukan sperma dan sel telur yang
sehat. Nutrisi yg baik berperan dalam mencegah
anemia saat kehamilan, perdarahan, pencegahan
infeksi, dan pencegahan komplikasi kehamilan
seperti kelainan bawaan dan lain-lain.
Terdapat beberapa faktor yang berhubungan
dengan kesiapan ibu dalam menghadapi kehamilan
yaitu tingkat pendidikan suami dengan P value 0,016
(P Value < 0,05); tingkat pendapatan dengan P value
0,000 (P Value < 0,05); tingkat keterpaparan
informasi dengan P value 0,002 (P Value < 0,00).

JURNAL 8

Judul Indeks Massa Tubuh (IMT) Pra Hamil dan Kenaikan


Berat Badan Ibu Selama Hamil Berhubungan dengan
Berat Badan Bayi Lahir
Penulis Eka Nurhayati
Volume dan Hal 4 dan 1-5
Tahun 2016
Publikasi Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia
Review Irma Dianita
Latar Belakang IMT pra hamil digunakan sebagai pedoman status
gizi ibu sebelum hamil dan juga menentukan
penambahan berat badan optimal pada kehamilan.
Sedangkan, kenaikan berat badan selama kehamilan
merupakan indikator menentukan status gizi ibu.
Tujuan Literatur untuk mengetahui hubungan IMT pra hamil dan
kenaikan berat badan ibu selama hamil dengan berat
lahir bayi.
Desain penelitian Retrospektif
Sampel 71 orang
Temuan Hasil uji statistik menggunakan chi- square
fisher exact terlihat bahwa hubungan signifikan dari
hasil uji statistik menggunakan chi- square fisher
exact terlihat bahwa hubungan signifikan antara IMT
pra hamil dengan berat badan lahir dengan nilai p-
value=0,006 dengan OR: 11,6 (95% CI:0,29-38,0)
artinya ibu dengan IMT pra hamil rendah
mempunyai peluang 11,6 untuk melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah disbanding dengan
ibu yang mempunyai IMT sedang.
IMT pra hamil digunakan untuk memonitor
pertambahan BB selama kehamilan karena secara
rasional wanita hamil yang kurus membutuhkan
pertambahan BB yang lebih banyak selama
kehamilan dari pada wanita normal. IMT pra hamil
juga dapat digunakan sebagai indikator baik atau
buruknya status gizi wanita pra hamil.
Ibu dengan IMT pra hamil kurang, seharusnya
mengalami kenaikan berat badan lebih banyak
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai IMT
normal sebelum kehamilan dikarenakan kebutuhan
fisiologis yang lebih besar untuk mendukung
kehamilan. Kenaikan berat badan yang tidak sesuai
dapat berdampak buruk bagi ibu dan bayi. Ibu dapat
mengalami anemia, persalinan sulit, perdarahan pada
saat persalinan. Pada bayi dapat mengalami anemia
pada bayi, bayi dengan berat badan lahir rendah,
serta bayi baru lahir dengan status kesehatan yang
rendah. Kenaikan berat badan yang berlebih dapat
mengakibatkan proses kelahiran secara caesar, asfi
ksia dan diabetes gestasional.

JURNAL 9

Judul Pre-pregnancy Body Mass Index and Maternal


Nutrition in Relation to Infant Birth Size
Penulis Shabbou Ahmadi Bonakdar, Ahmad Reza Dorosty
Motlagh, Mohammad Bagherniya, Golnaz Ranjbar,
Reza Daryabeygi-Khotbehsara, Seyed Amir Reza
Mohajeri, and Mohammad Safarian
Volume dan Hal 2 dan 129-137
Tahun 2019
Publikasi NCBI
Review Irma Dianita
Latar Belakang Ukuran saat lahir dikaitkan dengan beberapa
penyakit kronis seperti obesitas, penyakit
kardiovaskular, diabetes tipe 2, hipertensi pada orang
dewasa dan lansia. Ukuran saat lahir merupakan
lintasan pertumbuhan janin yang sangat dipengaruhi
oleh asupan nutrisi ibu. Faktor terpenting yang
berhubungan dengan ukuran kelahiran adalah nilai
antropometri ibu dan asupan makanan ibu. Tingkat
status kesehatan mental orang tua dan keadaan
ekonomi adalah faktor penting lainnya yang
berkorelasi dengan pertumbuhan janin.
Sebuah artikel review baru-baru ini menunjukkan
bahwa status gizi ibu hamil di negara berkembang
masih jauh dari yang diinginkan; dengan demikian,
distribusi makronutrien yang tidak seimbang,
konsumsi mikronutrien yang tidak memadai dan pola
makan nabati yang dominan terlihat di sebagian
besar wanita hamil di negara-negara ini
Tujuan Literatur Untuk mengetahui hubungan antara indeks massa
tubuh (BMI) ibu sebelum kehamilan dan asupan
makanan pada ukuran kelahiran di bagian timur laut
Iran
Desain penelitian Cross sectional
Sampel 500 orang
Temuan Temuan kami menunjukkan bahwa BMI pra-
kehamilan di bawah 18,5 dikaitkan dengan bayi
dengan berat lahir lebih rendah dibandingkan dengan
ibu obesitas. Status gizi ibu juga dapat
mempengaruhi ukuran kelahiran neonatus.
Hubungan antara gizi ibu dan BMI pra-kehamilan
mungkin memiliki implikasi penting untuk
meningkatkan kesehatan gizi ibu dan bayi.
Temuan penelitian ini menunjukkan hubungan
asupan makanan ibu dan BMI pra-kehamilan dengan
ukuran bayi lahir, perbedaan signifikan ditemukan
pada berat lahir neonatal dan lingkar kepala antara
ibu dengan berat badan kurang dan obesitas.
Tinjauan sistematis dan meta-analisis sebelumnya
telah menunjukkan bahwa kekurangan berat badan
sebelum kehamilan dikaitkan dengan peningkatan
risiko kecil untuk usia kehamilan dan berat lahir
rendah dan risiko besar untuk usia kehamilan,
sementara berat badan lahir tinggi dan keturunan
berikutnya yang kelebihan berat badan dan obesitas
dapat meningkat pada ibu yang memulai kehamilan
dengan kelebihan berat badan dan obesitas.

JURNAL 10

Judul Diet and Lifestyle Before and During Pregnancy –


Practical Recommendations of the Germany-wide
Healthy Start – Young Family Network
Penulis Berthold Koletzko, Monika Cremer, Maria
Flothkötter, Christine Graf, Hans Hauner, Claudia
Hellmers, Mathilde Kersting, Michael Krawinkel,
Hildegard Przyrembel, Marianne Röbl-Mathieu,
Ulrich Schiffner, Klaus Vetter, Anke Weißenborn,
dan Achim Wöckel
Volume dan Hal 78 dan 1262-1282
Tahun 2018
Publikasi Geburtshilfe und Frauenheilkunde
Review Irma Dianita
Latar Belakang Di Jerman, sekitar sepertiga wanita usia subur
mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Obesitas mengurangi kemungkinan terjadinya
konsepsi 6 dan dikaitkan, antara lain, dengan risiko
komplikasi kehamilan dan kelahiran yang lebih
tinggi, cacat lahir, kelahiran prematur dan
keguguran, berat badan lahir bayi yang tinggi, dan
kemudian anak menjadi obesitas. Pada 2014/15
diabetes gestasional didiagnosis pada 13% wanita
hamil selama program skrining. Sekitar 11% ibu dari
anak-anak berusia 0 hingga 6 tahun melaporkan
dalam Survei Wawancara dan Pemeriksaan
Kesehatan Jerman untuk Anak dan Remaja (KiGGS)
bahwa mereka telah merokok selama kehamilan.
Diperkirakan sekitar 0,2 - 8 dari 1000 neonatus di
Jerman lahir setiap tahun dengan sindrom alkohol
janin. Jauh lebih banyak anak yang terkena
gangguan spektrum alkohol janin.
Tujuan Literatur Untuk memperbaharui rekomendasi tentang gizi
pada kehamilan dan penyuluhan untuk memasukkan
rekomendasi bagi perempuan yang ingin memiliki
anak.
Temuan Pola makan seimbang, olahraga teratur, dan
gaya hidup sehat sangat penting sebelum dan selama
kehamilan. Waktu sebelum pembuahan dan 1000
hari pertama kehidupan anak memberikan
kesempatan untuk meletakkan dasar bagi kesehatan
anak, calon ibu dan keluarga. Potensi pencegahan ini
harus dikenali dan dimanfaatkan secara luas.
Rekomendasi yang direvisi yang disajikan di sini
memberikan rekomendasi berbasis pengetahuan
yang seragam, praktis dan terkini untuk kehamilan
dan juga untuk wanita / pasangan yang ingin
memiliki anak.
Rekomendasi yang diberikan antara lain berat
badan sebelum pembuahan dan pertambahan berat
badan pada kehamilan, energi dan kebutuhan gizi
pada kehamilan, nutrisi, diet vegetarian dan vegan
dalam kehamilan, suplemen, perlindungan terhadap
penyakit yang ditularkan dari makanan selama
kehamilan, latihan sebelum dan selama kehamilan,
tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak merokok,
minuman berkafein selama kehamilan, penggunaan
obat dalam kehamilan, persiapan menyusui, nutrisi
pada kehamilan untuk pencegahan alergi pada anak,
kesehatan mulut dan gigi, vaksinasi. nutrisi
Diet harus seimbang dan bervariasi sebelum
dan selama kehamilan. Ini harus didasarkan pada
rekomendasi umum untuk orang dewasa yang sehat.
Nutrisi harus seimbang, kelompok makanan
harus diberi bobot berbeda: minuman bebas kalori
dan makanan nabati (sayuran, buah, kacang-
kacangan, produk gandum) harus dikonsumsi secara
berlebihan, makanan hewani (susu dan produk susu,
daging rendah lemak dan produk daging rendah
lemak, ikan laut dan telur berminyak) harus dimakan
secukupnya, minuman dan makanan ringan yang
mengandung gula serta lemak dengan proporsi asam
lemak jenuh yang tinggi (khususnya lemak hewani)
dan minyak sebaiknya hanya dikonsumsi sedikit.
Minyak nabati (misalnya minyak lobak dan zaitun)
sebaiknya dipilih sebagai sumber lemak.
Selain gizi seimbang, wanita yang
merencanakan kehamilan harus mengonsumsi 400
µg asam folat setiap hari atau dosis yang setara dari
folat lain dalam bentuk suplemen. Suplementasi
harus dimulai setidaknya empat minggu sebelum
konsepsi dan berlanjut hingga akhir trimester
pertama kehamilan. Wanita yang memulai
suplementasi asam folat kurang dari 4 minggu
sebelum konsepsi harus menggunakan produk
dengan dosis lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai