Anda di halaman 1dari 3

Dalam pemahaman umum, kehamilan dan kelahiran adalah masa yang paling menggembirakan dalam

hidup seorang perempuan. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak sedikit Ibu yang mengalami masa
kurang menyenangkan. Mereka merasa cemas, mudah marah, cepat lelah dan bisa tiba-tiba menangis
(Reid, 2013).

hamburger menu nutriclub

logo-nutriclub | © logo nutriclub

Menyiasati Perubahan Emosi Pasca Melahirkan dan Selama Menyusui

PSIKOLOGIS

Menyiasati Perubahan Emosi Pasca Melahirkan dan Selama Menyusui

facebook-logo twitter-logo Whatsapp icon Copy icon

“Everyone says, ‘You give birth, you go home, and you have this amazing baby and it’s just beautiful.’
And I walked in and just started sobbing.” (Semua orang bilang, ‘kau melahirkan, kau pulang ke rumah,
dan kau punya bayi yang luar biasa dan itu adalah hal yang begitu indah’. Kemudian saya masuk ke
rumah dan mulai menangis tersedu-sedu)

Pernyataan itu dilontarkan oleh Bridget Moynahan, seorang model sekaligus aktris terkenal asal
Amerika, saat diwawancarai oleh majalah Harper’s Bazaar tentang kelahiran anak pertamanya. Kok
malah menangis? Bukankah menjadi Ibu adalah hal yang membahagiakan? Dalam pemahaman umum,
kehamilan dan kelahiran adalah masa yang paling menggembirakan dalam hidup seorang perempuan.
Akan tetapi, pada kenyataannya tidak sedikit Ibu yang mengalami masa kurang menyenangkan. Mereka
merasa cemas, mudah marah, cepat lelah dan bisa tiba-tiba menangis (Reid, 2013).

Apa yang terjadi?


Lebih dari 50% Ibu mengalami perubahan emosi langsung sejak melahirkan hingga kurun waktu dua
minggu. Gejalanya seperti mood swings, mudah menangis ataupun marah, sakit kepala, dan muncul
perasaan tidak suka terhadap bayinya atau anggota keluarga lain. Ini yang disebut Baby Blues
(Postpartum Blues) (Olds, S.W, dkk, 2010).

Jika perubahan emosi ini berlangsung lebih lama, mulai dari dua minggu hingga enam bulan, bahkan
satu tahun setelah melahirkan, Ibu mungkin mengalami gangguan emosi yang lebih serius, namanya
Postpartum Depression. Ada 10 hingga 40% Ibu yang mengalaminya. Gejala yang timbul sama dengan
Baby Blues, ditambah dengan gejala lain seperti kecemasan, putus asa, merasa tidak berdaya, sulit tidur,
tidak nafsu makan, muncul ketakutan yang berlebihan terhadap diri sendiri dan bayinya – termasuk di
antaranya takut melukai si Kecil.

Hal ini terjadi Salah satunya karena perubahan hormon yang luar biasa. Pada saat hamil, level hormon
estrogen dan progesteron meningkat. Setelah melahirkan, level kedua hormon itu menurun drastis
sehingga memicu insomnia, kecemasan, kesulitan berkonsentrasi, yang bisa berujung pada depresi.
(Howard, 2009; dalam Banks, 2002). Pada saat yang sama, hormon prolaktin yang mendorong produksi
ASI meningkat pesat. Rendahnya hormon tiroid juga dapat menimbulkan gangguan fisik dan emosional
bagi Ibu yang baru melahirkan.

Ada berbagai hal yang bisa Ibu dan keluarga lakukan lakukan dalam fase emotional healing:

1. Makan makanan bergizi. Kebutuhan nutrisi ibu meningkat karena Ibu sedang menyusui. Hindari
makanan berpengawet, perbanyak makan sayur dan buah. Dan dalam hal ini keluarga dapat membantu
ibu untu menyiapkan dan mensuport ibu untuk banyak makan makanan bernutrisi.

2. Istirahat yang cukup. Walaupun sulit, cobalah tidur ketika si kecil tidur. Ibu bisa meminta keluarga
terdekat bergantian menjaga si kecil.

3. Bergaul, jangan mengisolasi diri. Bercakap-cakaplah dengan Ayah, orangtua dan teman-teman Ibu.
Ceritakan perasaan kepada mereka.

4. Minta bantuan dari orang lain. Menjadi orang tua akan membuat tanggung jawab Ibu berlipat ganda.
Ibu tidak perlu menanggung semua hal sendirian. Jangan tunggu sampai Ibu kewalahan baru anda minta
bantuan dari orang lain.

5. Berolahraga. Lakukan olahraga sesuai dengan kondisi tubuh Ibu, misalnya berjalan, lari, yoga, aerobik,
dan lain-lain. Usahakan rutin melakukannya. Atau ibu dapat meminta bantuan keluarga untuk
menemani saat berolahraga sehingga kegiatan olahraga semakin menyenangkan.

6. Bermainlah dengan si kecil. Buat kontak mata, bicaralah padanya, nyanyikan lagu dan tertawa
bersama. Si kecil memang belum mengerti, tetapi ia dapat melihat, mendengar dan merasakan cinta Ibu.
7. Berlatihlah mengendalikan diri. Ketika si kecil mulai menangis tak henti dan Ibu kelelahan, tarik napas
dalam dan tenangkan diri. Bayi dapat merasakan kegelisahan Ibu dan itu dapat menular padanya. Oleh
karena itu, kendalikan diri Ibu.

8. Me-Time. Alokasikan waktu untuk melakukan hal-hal yang Ibu sukai. Ibu bisa berjalan-jalan sendiri,
merawat diri, menonton film, membaca, meditasi, bermain musik, atau melakukan hal-hal lain yang
tidak berhubungan dengan si kecil.

Anda mungkin juga menyukai