Anda di halaman 1dari 14

UJPH 5 (3) (2016)

Unnes Journal of Public Health


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA


SERVISITIS PADA WANITA DI LINGKUNGAN KELUARGA PEGAWAI
NEGERI SIPIL PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Abrori1, Andri Dwi Hernawan2, dan Sri Inayati1

1
Peminatan Kesehatan Reproduksi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak,
Indonesia
2
Peminatan Epidemiologi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Kejadian servisitis belum mempunyai angka pasti yang menjelaskannya. Ada risiko tinggi bagi
Diterima 30 Juni 2016 wanita terkena penyakit servisitis karena mereka tidak mengetahui faktor-faktor penyebabnya.
Disetujui 22 Juli 2016 Secara teoritis, penyakit servisitis disebabkan: kebersihan organ reproduksi, beberapa jenis kuman,
Dipublikasikan Juli 2016 robekan serviks, aktivitas seksual, dan vagina douching. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
________________ faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya servisitis pada wanita di lingkungan keluarga
Keywords: PNS Pemprov Kalbar. Jenis penelitian ini adalah observasionalanalitik menggunakan metod
Cervicitis; Vagina; ecross sectional. Dari penelitian ini diperoleh hasil: (1) terdapat hubungan yang signifikan antara
Cleanliness; Cervix, vagina douching dengan servisitis, nilai p = 0,000; (2) terdapat hubungan signifikan antara
Woman; Sexual. kebersihan organ reproduksidengan servisitis, nilai nilai p = 0,000; (3) terdapat hubungan yang
____________________ signifikan antara kebersihan pakaian dalam dengan servisitis, nilai nilai p = 0,000; (4) terdapat
hubungan signifikan antara paritasdengan servisitis, nilai nilai p = 0,000; (5) terdapat hubungan
signifikan antara frekuensi hubungan seks dengan servisitis, nilai nilai p = 0,000.

Abstract
___________________________________________________________________
The incidence of cervicitis have not the exact figure to explained. There is a high risk for women affected by the
servisitis of disease because they do not know the factors. Theoretically, servisitis of disease caused: the
cleanliness of the vulva hygien, some kinds of bacteria, cervical laceration, sexual activity, and vaginal
douching. The purpose of this study was to determine the factors associated with cervicitis in women’s family
environment the Civil Service of West Kalimantan Government.This is a method of observational analytic
study using cross sectional. The results of this results are: there is a significant correlation between (1) vaginal
douching and cervicitis (p = 0,000); (2) the cleanliness of the reproductive organs and cervicitis, (p = 0,000); (3)
the cleanliness of clothing and cervicitis, (p = 0,000); (4) parity and the occurrence of cervicitis, (p = 0,000); (5)
frequency of sexual intercourse and cervicitis, (p = 0,000).

© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6781
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pontianak
JL. Jenderal Ahmad Yani No.111 Pontianak 78124
E-mail: bhr_abror@yahoo.com

263
Abrori, Hernawan, & Inayati / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan masyarakat servisitis. Salah satu sumber data IMS Kota
merupakan salah satu prioritas penting bagi Pontianak tersebut adalah dari Poliklinik
Pemerintah Indonesia. Program yang selalu Pemerintah Provinsi Kalbar.
mendapat perhatian hingga saat ini adalah Hasil observasi selama pre-survey 3
penanganan Infeksi Menular Seksual (IMS) di bulan pertama pada tahun 2014 di Poliklinik
lingkungan keluarga. Secara lebih spesifik, Pemerintah Provinsi Kalbar ada 83 orang
masalah IMS yang sering tidak disadari oleh wanita keluarga PNS yang melakukan
penderitanya adalah servisitis. Salah satu pemeriksaan IVA. Ternyata 25 orang atau
masalah ginekologi yang paling umum adalah 30,12% menderita servisitis (Dinkesprov
servisitis kronis (Akmal, 2013) Kalbar, 2014). Angka sesungguhnya dari data
Servisitis pada wanita memiliki banyak tersebut pasti lebih besar lagi, karena banyak
fitur yang sama dengan uretritis pada pria dan orang malu untuk memeriksakan diri terkait
banyak kasus disebabkan oleh IMS. Gangguan masalah servisitis.
ini mempengaruhi sekitar 60% perempuan Banyak faktor yang menyebabkan
karena infeksi bakteri seperti gonore atau infeksi terjadinya servisitis. Dyan (2012),
pra dan pascapersalinan. Menurut mengungkapkan servisitis disebabkan oleh
Duenhoelter (2010), “servisitis adalah suatu kuman-kuman seperti trikomas vaginalis,
proses peradangan yang melibatkan epitel kandrada dan mikoplasma atau mikroorganisme
serviks. Ketika terjadi radang dari selaput lendir aerob dan anaerob endogen vagina seperti
saluran servikal. Singkatnya, servisitis adalah streptococcus, entamoeba coli, dan stapilococus”.
peradangan dari serviks uterus. Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi
Tidak ada data spesifik yang lengkap pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi
terkait servisitis di tingkat nasional. komik dalam jaringan serviks yang mengalami
Kalimantan Barat (Kalbar) maupun Kota trauma (Mallesappha, 2011).
Pontianak. Namun, data IMS di Kalbar tahun Menurut Christiana (2012), faktor lain
2012 menunjukkan penderita IMS selain yang terkait servisitis adalah kebersihan organ
Human Immunodeficiency Virus infection (HIV) kewanitaan atau vulva higiene. Higiene adalah
dan Acquired Immuno Deficiency salah satu kegiatan dari tindakan personal
Syndrome(AIDS) tercatat 6.419 kasus baru. higiene. Personal higiene atau kebersihan
Data tersebut sesungguhnya lebih kecil dari perseorangan adalah suatu tindakan untuk
data sebenarnya. Bahkan data tahun 2013 memelihara kebersihan dan kesehatan diri
hanya tersedia 4 dari daerah saja, yaitu seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, psikisnya. Penelitian Nur Azizah (2011), di
Kota Singkawang dan Kota Pontianak. Data Poli Kandungan RSUD Kelas B Dr R
tersebut menunjukkan jumlah penderita IMS Sosodoro Djatikoesoemo menunjukkan bahwa
yang diobati sebanyak 6.103 kasus. Dari “servisitis disebabkan oleh praktek douching
jumlah penderita IMS tersebut, sebanyak 983 vagina”. Dampak servisitis antara lain;
orang (16,11 persen) diantaranya menderita menyebabkan pendarahan saat melakukan
servisitis. hubungan seksual.
Kota Pontianak, jumlah penderita IMS Dalam penelitian ini, penulis meneliti
yang diobati sebanyak 3.555 kasus. Dari tentangfaktor yang diduga berhubungan
jumlah penderita IMS tersebut, sebanyak 707 dengan terjadinya servisitis. Faktor-faktor
orang (19,89 persen) diantaranya menderita tersebut adalah: (1) faktor vagina douching yang

264
Abrori, Hernawan, & Inayati / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)

meliputi intensitas vagina douching yang Tabulasi dan Chi-Square agar dapat diketahui
dilakukan; (2) faktor paritas; (3) faktor aktivitas apakah ada hubungan antara satu variabel
seksual yang meliputi variabel frekuensi dengan variabel lain. Analisis bivariat
berhubungan seks; (4) faktor kebersihan organ menggunakan uji Chi Square (X²) dengan α =
reproduksi; dan (5) faktor kebersihan pakaian 0,05 dan 95% Confidence Interval (CI).
dalam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE
Penelitian ini berlokasi di Poliklinik
Desain penelitian yang digunakan Pemerintah Provinsi Kalbar yang memiliki
adalah observasion alanalitik. Studi analitik wilayah kerja seluruh wilayah Provinsi Kalbar.
observasional dengan menggunakan metode Letak kantornya di kompleks Kantor
cross sectional, yaitu melakukan survei terhadap Gubernur Kalbar, Jalan Ahmad Yani
obyek penelitian untuk kemudian dianalisa Pontianak.
dengan membuat tabulasi silang antara Sesuai dengan Peraturan Gubernur
variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu Nomor 10 Tahun 2009, program pelayanan
terjadinya servisitis pada wanita keluarga PNS kesehatan yang diemban oleh Poliklinik
di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalbar. Pemerintah Provinsi Kalbar sasarannya hanya
Lokasi penelitian ini dilakukan di PNS dan keluarganya di lingkungan
Poliklinik Pemerintah Provinsi Kalbar. Pemerintah Provinsi Kalbar.
Adapun yang menjadi populasi dalam Pelayanan kesehatan kerja melayani
penelitian ini adalah seluruh wanita keluarga PNS dan keluarga di lingkungan Pemerintah
PNS Pemerintah Provinsi Kalbar yang Provinsi Kalbar di Kantor UPT Poliklinik.
memiliki Kartu Berobat, sudah menikah dan Pelayanan yang ada di Seksi Kesehatan Kerja
dating memeriksakan diri ke Poli KIA terbagi menjadi: (1) Poli Umum; (2) Poli Gigi;
Poliklinik Pemerintah Provinsi Kalbar selama (3) Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
kurun waktu penelitian, yaitu sebanyak 230 Keluarga Berencana (KB).
orang wanita.Dengan menggunakan rumus Proses penelitian ini mengambil
Lemeshow, diperoleh sampel sebanyak 68 sampel aksidensial dengan mengambil secara
orang. Untuk mendapatkan responden sesuai acak pasien yang ingin mendapatkan
dengan jumlah sampel yang telah ditetapkan, pelayanan dari Poliklinik Pemprov Kalbar
maka penulis melakukannya dengan cara khusus pemeriksaan IVA. Selama proses
Sampling Insidential, yaitu teknik penentuan penelitian, terdapat 75 pasien yang datang
sampel secara kebetulan, atau siapa saja pasien meminta pelayanan IVA. Namun yang
yang kebetulan (insidential) datang untuk memenuhi kriteria inklusi hanya 72 orang,
melakukan pemeriksaan IVA di Poliklinik sisanya sebanyak 3 orang ternyata tidak pernah
Pemprov Kalbar selama kurun waktu melahirkan normal.
penelitian. Pengambilan sampel responden
Teknik pengumpulan data yang dihentikan ketika jumlah pasien yang bersedia
dipergunakan adalah observasi dan menjadi responden dan memenuhi kriteria
penyebaran kuesioner. Jenis data yang inklusi maupun eksklusi sudah mencapai 68
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data orang. Selama penelitian berlangsung, ada 4
primer dansekunder. orang pasien yang tidak memenuhi kriteria
Teknisanalisis data menggunakan eksklusi karena sedang menstruasi.
analisis univariat dan bivariate dengan Cross

265
Abrori, Hernawan, & Inayati / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)

266
Abrori, Hernawan, & Inayati / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)

Tabel 1. Karakteristik Responden Menurut Umur, pendidikan dan status kepegawaian


Usia Frekuensi Persentase
<45 tahun 26 32,4
≥ 45 tahun 42 67,6
Pendidikan Frekuensi Persentase
SLTA 24 35,3
DIPLOMA 14 20,6
S1 22 32,4
S2 8 11,8
Kepegawaian Frekuensi Persentase
Istri PNS 13 19,1
PNS 55 80,9
Sumber: Pengolahan Data Primer, 2014

Umur responden sebagian di atas 45 (32,35%). Sisanya berpendidikan Diploma 14


orang (67,6%) dan persentase terkecil adalah (20,6%). Dilihat dari aspek status kepegawaian
Kurang dari 45 (32,4%). Karakteristik responden, sebagian besar responden
responden menurut perndidikan S2 8 (11,8 merupakan PNS Pemprov Kalbar, yaitu
persen). Sementara responden terbesar adalah sebanyak 55 orang (80,9%), Sedangkan sisanya
SLTA sebanyak 24 (35,3%), Jumlah responden 13 (19,1 persen) merupakan istri dari PNS
dengan tingkat pendidikan terakhir S1 22 Pemprov Kalbar.

Tabel 2. Terjadinya Servisitis pada Responden Penelitian


Servisitis Frekuensi Persentase
Negatif 34 50,0
Positif 34 50,0
Kuman Frekuensi Persentase
Diplococcus + Kandrada + PMN 10 14,7
Kandrada + PMN 25 36,8
PMN 33 48,5
Vagina douching Frekuensi Persentase
Menggunakan ≥3 kali/minggu 35 51,5
Menggungkan <3 kali/minggu 33 48,5
Kebersihan organ reproduksi Frekuensi Persentase
Bersih 35 51,5
Kurang bersih 33 48,5
Kebersihan celana dalam Frekuensi Persentase
Bersih 33 48,5
Kurang bersih 35 51,5
Paritas Frekuensi Persentase
Rendah (<3 anak) 48 70,6
Tinggi (≥3 anak) 20 29,4
Frekuensi hub sex Frekuensi Persentase
Normal (<3 kali/minggu) 36 52,9
Tinggi (≥3 kali/minggu) 32 47,1

267
Abrori, Hernawan, & Inayati / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)

Sumber: Pengolahan Data Primer, 2014


Dari 68 responden yang diteliti 33 (48,53%) melakukan vagina douching
kondisinya, ternyata sebanyak 34 (50,00%) menggunakan bahan kimia yang beredar di
tidak mengalami servisitis atau disebut negatif pasaran kurang dari 3 kali seminggu sesuai
servisitis. Sedangkan sisanya juga sebanyak 34 dengan aturan pemakaian atau bahkan ada
(50,00%) mengalami masalah servisitis atau yang jarang melakukan vagina douching.
positif terkena penyakit servisitis. Jika ditelusuri lebih lanjut, dari 35
Jika ditelusuri lebih lanjut, dari 34 responden yang melakukanvagina douching
responden yang tidak terkena servisitis secara berlebihan itu, sebanyak 21 di antaranya
tersebut, sebanyak 20 orang di antaranya berusia 45 tahun ke bawah atau relatif muda.
berusia 45 tahun ke bawah atau relatif muda. Sedangkan dari 33 responden yang melakukan
Sedangkan dari 34 responden yang positif vagina douching secara normal, sebagian besar
terkena servisitis, sebagian besar (26 orang) (25 orang) juga dilakukan oleh wanita yang
dilakukan oleh wanita yang berusia relatif berusia 45 tahun ke bawah atau relatif muda.
muda (45 tahun ke bawah).
Pada umumnya keberadaan kuman Dari hasil pemeriksaan terhadap organ
pada serviks responden menunjukkan bahwa reproduksi responden yang meliputi
selalu ada kuman poly morfo nuclear. Namun kebersihan labia mayora, kebersihan labia
keberadaan kuman tersebut secara tunggal minora, kebersihan klitoris dan kebersihan
hanya ada pada 33 orang responden (48,53%), serviksterlihat bahwa jumlah responden yang
baik yang terkena servisitis maupun yang organ reproduksinya bersih dan yang organ
tidak. reproduksinya tidak bersih ternyata tidak sama
Ada 25 (36,8%) yang diperiksa banyaknya, yaitu masing-masing 35 (51,5%)
keberadaan kuman pada serviksnya di bersih dan 33 orang (48,5%) kurang bersih.
Laboratorium Puskesmas Alianyang Variabel kebersihan pakaian dalam
Pontianak menunjukkan terdapat dua jenis responden dilihat dari bau celana dalam, noda
kuman sekaligus yaitu kandradadanpoly morfo pada celana dalam, dan kelembaban celana
nuclear. Sisanya sebanyak 10 (14,7 persen) dalam. Dari hasil pengamatan yang penulis
memiliki tiga jenis kuman sekaligus, yaitu lakukan kepada setiap responden terlihat
diplococcus, kandrada dan poly morfo nuclear. bahwa sebanyak 35 (51,47%) responden
Apabila dipilah satu persatu, maka kurang bersih pakaian dalamnya. Sedangkan
semua responden (100%) memiliki kuman poly sisanya sebanyak 33 (48,53%) pakaian
morfo nuclear pada serviksnya. Ada 35 orang dalamnya tergolong kategori bersih.
responden (51,57%) yang diperiksa keberadaan Dari hasil wawancara dengan setiap
kuman pada serviksnya menunjukkan positif responden terlihat bahwa sebagian besar
ada kumankandrada.Hanya 10 (14,71 persen) responden atau sebanyak 48 (70,59%)
yang diperiksa keberadaan kuman pada tergolong memiliki paritas rendah karena
serviksnya menunjukkan positif ada kuman melahirkan anak selamat secara normal kurang
diplococcus. dari 3 anak. Sedangkan sisanya sebanyak 20
Dari hasil wawancara terlihat bahwa (29,41%) memiliki paritas relatif tinggi atau
sebanyak 35 (51,47%) melakukan vagina lebih dari dua orang.
douching menggunakan bahan kimia yang Dari hasil wawancara terlihat bahwa
beredar di pasaran sebanyak 3 kali atau lebih lebih banyak responden yang frekuensi
dalam seminggu. Sedangkan sisanya sebanyak hubungan hubungan seksnya normal, yaitu

268
Abrori, Hernawan, & Inayati / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)

kurang dari 3 kali dalam seminggu. Responden servisitis berhubungan dengan tingkat
dengan frekuensi hubungan hubungan seksnya pendidikanatautidak.
relatif normal ini sebanyak 36 (52,94%). Data hasil perhitungan
Sedangkan sisanya sebanyak 32 (47,06%) memperlihatkan inkonsistensi hubungan
melakukan hubungan seks dengan frekuensi tingkat pendidikan dengan terjadinya servisitis.
relatif tinggi, yaitu mereka yang melakukan Pada level pendidikan S-2, ternyata lebih
hubungan seks dari 3 kali atau lebih dalam banyak yang tidak terkena servisitis
seminggu. dibandingkan dengan yang terkena servisitis
Jika ditelusuri lebih lanjut, dari 36 (5:3 orang). Namun berbeda dengan responden
responden yang frekuensi hubungan seksnya dengan tingkat pendidikan S-1 yang lebih
normal, ternyata hanya 11 orang yang sedikit yang tidak terkena servisitis
melakukan hubungan seks sekali dalam dibandingkan dengan yang terkena servisitis
seminggu. Sedangkan sisanya 25 orang (9:13 orang). Responden yang pendidikannya
responden melakukan hubungan seks dua kali Diploma, jumlah dan proporsi yang tidak
dalam seminggu. Dari kelompok responden terkena dan yang terkena servisitis masing-
yang frekuensi hubungan seksnya relatif tinggi, masing 7 orang. Sedangkan responden dengan
ternyata hanya 10 orang yang melakukan tingkat pendidikan SLTA, mirip dengan yang
hubungan seks di atas 3 kali dalam seminggu. berpendidikan S-2, ternyata lebih banyak yang
Sedangkan sisanya 22 orang responden tidak terkena servisitis dibandingkan dengan
melakukan hubungan seks tiga kali dalam yang terkena servisitis (13:11 orang).Dengan
seminggu. demikian, bisa dipastikan bahwa terjadinya
Dari 32 responden yang frekuensi servisitis pada wanita keluarga PNS di
hubungan seksnya tinggi itu, sebanyak 25 lingkungan Pemprov Kalbar memang tidak
orang di antaranya berusia 45 tahun ke bawah ada hubungannya dengan tingkat pendidikan
atau relatif muda. mereka.
Salah satu karakteristik responden Karakteristik responden lainnya yang
yang cukup menarik untuk dikaitkan dengan juga dapat dikaitkan dengan servisitis adalah
terjadinya servisitis adalah usia responden. status kepegawaian, dengan maksud dapat
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat apakah PNS atau istri PNS yang
responden yang usianya tua (45 tahun atau cenderung terkena servisitis. Dari temuan hasil
lebih), lebih banyak yang tidak menderita penelitian ini, terlihat bahwa ada
servisitis yaitu 14 orang (20,6%), sedangkan kecenderungan bahwa PNS lebih banyak tidak
responden usia muda (di bawah 45 tahun) terkena servisitis dibandingkan dengan yang
lebih banyak terkena servisitis yaitu 26 orang terkena servisitis (28:27 orang). Sebaliknya,
(38,2%). Meskipun demikian perlu dukungan istri PNS justru lebih banyak terkena servisitis
teori dan perhitungan statistik untuk dibandingkan yang tidak terkena servisitis (7:6
membuktikan apakah umur responden orang). Meskipun demikian, masih tidak dapat
berhubungan dengan terjadinya servisitis. dibuktikan bahwa istri PNS lebih rentan
Dengan melakukan analisa terhadap terkena servisitis dibandingkan dengan PNS itu
tingkat pendidikan terakhir responden sendiri.
danterjadinyaservisitis, dapat dilihat apakah

Tabel 3. Hubungan Servisitis dengan Vagina Douching, Kebersihan Organ Reproduksi, Kebersihan
Pakaian Dalam, Paritas dan Frekuensi Hubungan Seks

269
Abrori, Hernawan, & Inayati / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)

Servicities
TOTAL P
Variabel Positif Negatif PR (CI 95%)
Value
∑ % ∑ % ∑ %
Vagina douching
29 82,9 6 17,1 35 5,469
≥ 3 kali/minggu 100
5 15,2 28 84,8 33 ( 2,405 – 12,433)
< 3 kali/minggu 0,000

Kebersihan Organ Reproduksi 33 100 0 0,0 33 35,000


100
Kurang Bersih 1 2,9 34 97,1 35 (5,071 – 0,000
Bersih 241,558)

Kebersihan Pakaian Dalam 31,114 0,000


33 94,3 2 5,7 35 100
Kurang Bersih (4,508 – 214,74 )
1 3,0 32 97,0 33
Bersih
Paritas
Tinggi 2,400 0,000
17 85,0 3 15,0 20 100
Rendah (1,571 – 3,668)
17 35,4 31 64,6 48

Frekuensi Hubungan Seks 4,339


27 84,4 5 15,6 32
Tinggi 100 (2,105 – 8,577) 0,000
7 19,4 29 80,6 36
Normal
Sumber : Data Primer Penelitian, 2014

Proporsi responden yang melakukan pasaran secara berlebihan. Sedangkan sisanya


vagina douching menggunakan bahan kimia ≥ 3 sebanyak 33 orang atau sekitar 48,53%
kali/minggu cederung lebih banyak menderita melakukan vagina douchingmenggunakan
servisitis (82,9%) dibandingkan responden bahan kimia yang beredar di pasaran secara
yang melakukan vagina douching menggunakan normal sesuai dengan aturan pemakaian.
bahan kimia kurang dari 3 kali/minggu. Kondisi ini memang lumrah terjadi karena
Responden yang melakukan vagina douching banyak wanita tertarik untuk melakukan vagina
secara normal, namun masih terkena servisitis douching menggunakan bahan kimia sesuai
hanya 15,2%. dengan daya tarik iklan di berbagai media.
Hasil analisis statistik dengan uji chi- Namun jumlah pengguna vagina douching yang
square didapat nilai p = 0,000 yang lebih kecil ternyata melebihi 50,00% sesungguhnya bukan
dari nilai α 0,050 (tingkat kepercayaan 95%) indikasi yang baik.
yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, yang Berdasarkan hasil analisis bivariat,
menunjukkan adanya hubungan yang ditangkap fakta yang menunjukkan bahwa
bermakna antara vagina douching ≥ 3 vagina douching yang yang dilakukan ≥ 3
kali/minggu dengan kejadian servisitis. kali/minggu dapat menimbulkan terjadinya
Kejadian servisitis ditemukan 5,47 kali lebih servisitis. Pernyataan tersebut sesuai dengan
besar pada wanita dengan vagina douching hasil uji yang memperlihatkan nilai Chi Square
berlebih daripada wanita yang vagina Pearson sebesar 31,145 signifikan pada tingkat
douchingnya kurang dari 3 kali/minggu. kepercayaan 95% (p = 0,000). Artinya,
Sebanyak 35 orang atau sekitar 51,47% terdapat hubungan yang positif dan signifikan
responden melakukan vagina douching antara faktor vagina douching dengan terjadinya
menggunakan bahan kimia yang beredar di

270
Abrori, Hernawan, & Inayati / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)

servisitis pada wanita keluarga PNS di yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, yang
lingkungan Pemprov Kalbar. menunjukkan adanya hubungan yang
Temuan penelitian ini sejalan dengan bermakna antara kebersihan organ reproduksi
hasil penelitian yang lain dilakukan oleh dengan kejadian servisitis. Kejadian servisitis
Azizah yang memperlihatkan bahwa servisitis ditemukan 35 kali lebih besar pada wanita
disebabkan juga oleh praktek douching vagina dengan organ reproduksi kurang bersih
atau mencuci vagina dengan cairan pembersih daripada wanita yang organ reproduksinya
yang banyak dijual di pasaran. Pendapat yang bersih.
lain menyatakan bahwa servisitis dapat terjadi Hasil analisis bivariatmenunjukkan
akibat penggunaan produk kebersihan bahwa kebersihan organ reproduksimemang
kewanitaan atau pertumbuhan bakteri yang berhubungan dengan terjadinya servisitis. Hal
berlebihan. ini diperkuat dengan hasil uji yang
Terbuktinya hubungan antara vagina memperlihatkan nilai Chi Square Pearson
douching dengan servisitis membawa sebesar 64,114 signifikan pada tingkat
konsekwensi praktekvagina douching yang harus kepercayaan 95% (p = 0,000). Artinya,
digalakkan adalah “back to nature”, yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan
melakukan vagina douching sebaiknya hanya antara faktor kebersihan organ
menggunakan air bersih saja. Wanita tidak reproduksidengan terjadinya servisitis pada
perlu termakan oleh rayuan iklan pembersih wanita keluarga PNS di lingkungan Pemprov
vagina yang banyak dipublikasikan di media Kalbar. Dibandingkan dengan variabel bebas
massa. Dari beberapa pasien servisitis yang lainnya dalam penelitian ini, hubungan
penulis tangani selama bekerja di Poliklinik kebersihan organ reproduksi dengan terjadinya
Pemprov Kalbar, hampir semuanya berhasil servisitis adalah yang paling erat.
sembuh dari servisitis setelah dilakukan Secara teoritis, (Christiana, dkk, 2012)
pengobatan dan kembali hanya menggunakan sudah menegaskan bahwa faktor lain yang
air bersih saja untuk vagina doching. terkait servisitis adalah kebersihan organ
Untuk mengatasi masalah praktek kewanitaan atau vulva higiene. Vulva Higiene
vagina douching yang menggunakan bahan adalah salah satu kegiatan dari tindakan
kimia, solusi yang dapat ditawarkan adalah personal higiene. Pada wanita terdapat
melakukan sosialisasi yang lebih luas dan hubungan dari dunia luar dengan rongga
intensif tentang dampak vagina douching peritoneum melalui vulva, vagina, uterus dan
terhadap servisitis. Apabila dipandang perlu, tubafalopii dan masing-masing alat traktus
kampanye dan penyuluhan diformat ulang genetalis memiliki risiko untuk terkena infeksi.
agar wanita lebih baik menggunakan air bersih Infeksi saluran reproduksi seperti servisitis
saja daripada menggunakan bahan kimia di menurut (Widyastuti dkk, 2009) dapat terjadi
pasaran untuk melakukan vagina douching. sebagai akibat dari kurangnya kebersihan alat
Dari 35 orang responden yang organ kelamin.
reproduksinya tergolong bersih, 34 orang tidak Dengan terbuktinya hubungan antara
terkena servisitis. Sedangkan 33 orang lainnya kebersihan organ reproduksidengan servisitis
yang organ reproduksinya tergolong kurang membawa konsekwensi pentingnya
bersih, ternyata semuanya terkena servisitis. menyadarkan wanita tentang vulva higiene.
Hasil analisis statistik dengan uji chi- Karena masalah vulva higiene ini ada
square didapat nilai p = 0,000 yang lebih kecil hubungannya dengan pengetahuan, kesadaran,
dari nilai α 0,050 (tingkat kepercayaan 95%) sikap dan perilaku, maka solusi praktis yang

271
Abrori, Hernawan, & Inayati / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)

dapat direkomendasikan adalah melakukan sumber kelembaban ketika tidak ada handuk
lebih banyak penyuluhan dan sosialisasi maupun tisu untuk mengeringkan alat kelamin
dengan muatan materi mengenai Pola Hidup setelah melakukan buang air besar atau buang
Bersih dan Sehat, khususnya untuk organ air kecil.
reproduksi wanita. Berdasarkan hasil analisis bivariat,
Berdasarkan hasil rekapitulasi dan menunjukkan bahwa kebersihan pakaian
perhitungan yang dilakukan, terlihat bahwa dalam yang kurang bersih dapat menimbulkan
sebanyak 35 responden kurang bersih pakaian terjadinya servisitis. Hal ini diperkuat dengan
dalamnya. Dari 35 orang yang pakaian hasil uji yang memperlihatkan nilai Chi Square
dalamnya kurang bersih tersebut, hampir Pearson sebesar 56,578 signifikan pada tingkat
semuanya atau sebanyak 33 orang di kepercayaan 95% (p = 0,000). Artinya,
antaranya positif terkena servisitis. Hanya dua terdapat hubungan yang positif dan signifikan
orang yang kurang bersih pakaian dalamnya antara faktor kebersihan pakaian dalam
tetapi tidak terkena servisitis. dengan terjadinya servisitis pada wanita
Hasil analisis statistik dengan uji chi- keluarga PNS di lingkungan Pemprov Kalbar.
square didapat nilai p = 0,000 yang lebih kecil Dibandingkan dengan faktor vagina douching,
dari nilai α 0,050 (tingkat kepercayaan 95%) paritas maupun frekuensi hubungan seks,
yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, yang hubungan kebersihan pakaian dalam dengan
menunjukkan adanya hubungan yang terjadinya servisitis tergolong lebih erat.
bermakna antara kebersihan pakaian dalam Secara teoritis, masalah kebersihan
dengan kejadian servisitis. Kejadian servisitis pakaian dalam ini terkait dengan kebersihan
ditemukan 31,11 kali lebih besar pada wanita perseorangan dan ikut mempengaruhi
dengan pakaian dalamnya kurang bersih terjadinya servisitis. Menurut (Christiana,
daripada wanita yang pakaian dalamnya 2012), personal higiene atau kebersihan
bersih. perseorangan adalah suatu tindakan untuk
Dari hasil pengamatan yang penulis memelihara kebersihan dan kesehatan diri
lakukan kepada setiap responden terlihat seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
bahwa sebanyak 35 orang atau sekitar 51,47% psikisnya. Kebersihan itu sendiri sangat
responden kurang bersih pakaian dalamnya. dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.
Sedangkan sisanya sebanyak 33 orang atau Hal-hal yang berpengaruh itu di antaranya
sekitar 48,53% pakaian dalamnya tergolong kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan,
kategori bersih. Jumlah yang tergolong bersih persepsi seseorang terhadap kesehatan serta
ini seharusnya lebih banyak. Kasus yang tingkat perkembangan.
paling banyak terlihat adalah kelembaban Terbuktinya hubungan antara
celana dalam. Masalah kelembaban celana kebersihan pakaian dalamdengan servisitis
dalam ini pada umumnya karena responden membawa konsekwensi pentingnya
banyak yang tidak tuntas mengeringkan bulu menyadarkan wanita tentang kebersihan
pada bagian luar vaginanya. Hal ini memang celana dalam untuk mengurangi risiko
patut disadari, karena tidak ada tiolet umum terjadinya servisitis. Kebersihan celana dalam
yang menyediakan tisu maupun handuk untuk dalam konteks ini terutama terkait dengan
mengeringkan alat kelamin setelah melakukan perlunya mengatasi masalah kelembaban
buang air besar atau buang air kecil. Di sisi celana dalam.
lain, banyak wanita yang tidak mencukur bulu Ada dua saran yang perlu
pada bagian luar vagina, sehingga menjadi dipertimbangkan sebagai alternatif solusi bagi

272
Abrori, Hernawan, & Inayati / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)

wanita yang mengalami masalah kelembaban masih signifikan pada tingkat kepercayaan
celana dalam. Pertama, sesuai dengan ajaran 95% (p = 0,000).
Rasulullah Muhammad SAW, setiap orang Menurut teori, terjadinya servisitis
khususnya umat Islam disunnahkan mencukur dipermudah oleh adanya robekan serviks,
bulu pada bagian luar alat kelaminnya. Kedua, terutama yang menimbulkan ectropion
seharusnya setiap tiolet umum yang (Widyastuti, 2009). Menurut Fahmi
8
menyediakan tisu maupun handuk untuk sebagaimana dikutip oleh Katon , servisitis
mengeringkan alat kelamin setelah melakukan kronika dijumpai pada sebagian wanita yang
buang air besar atau buang air kecil. Jika tidak, pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar
maka setiap pengguna tiolet umum harus pada servik karena partus atau abortus
membawa tisu untuk mengeringkan alat memudahkan masuknya kuman-kuman
kelaminnya setelah buang air agar celana kedalam endoserviks serta kelenjar-kelenjar
dalamnya tidak lembab. infeksi menahun.
Berdasarkan hasil perhitungan, terlihat Dengan terbuktinya hubungan antara
bahwa hanya 20 orang saja responden yang paritas dengan servisitis membawa
memiliki paritas tergolong tinggi atau lebih konsekwensi bahwa setiap pasangan lebih baik
dari lebih dari dua kali. Dari 20 orang dengan memiliki satu atau dua anak saja dari proses
paritas tinggi tersebut, sebagian besar atau melahirkan normal. Sebab, semakin sering
sebanyak 17 orang di antaranya positif terkena seorang wanita melahirkan normal, maka
servisitis. Hanya tiga orang yang tidak terkena risiko terkena servisitis juga semakin tinggi.
servisitis. Beranjak dari uraian di atas, solusi
Berdasarkan hasil analisis univariat, yang diharapkan dapat ditempuh antara lain
terlihat bahwa sebagian besar responden atau adalah merencanakan untuk hanya memiliki
sebanyak 48 orang (70,59%) tegolong memiliki maksimal dua anak bagi wanita yang belum
paritas rendah karena melahirkan anak selamat memiliki dua anak, dan tidak akan menambah
secara normal kurang dari 3 anak. Sedangkan anak bagi wanita yang sudah memiliki dua
sisanya sebanyak 20 orang atau sekitar 29,41% anak atau lebih. Dengan kata lain, mendukung
memiliki paritas relatif tinggi atau lebih dari Program Keluarga Berencana menjadi salah
dua orang. Kondisi paritas ini besar satu alternatif solusinya.
kemungkinan karena berhasilnya program Hasil analisis statistik dengan uji chi-
Keluarga Berencana di lingkungan PNS. square didapat nilai p = 0,000 yang lebih kecil
dari nilai α 0,050 (tingkat kepercayaan 95%)
Berdasarkan hasil analisis bivariat, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, yang
terlihat bahwa paritasyang tinggi juga dapat menunjukkan adanya hubungan yang
menimbulkan terjadinya servisitis. Meskipun bermakna antara paritas dengan kejadian
tidak sekuat hubungannya dengan faktor servisitis. Kejadian servisitis ditemukan 2,4
vagina douching, kebersihan organ reproduksi kali lebih besar pada wanita dengan paritas
dan kebersihan pakaian dalam, faktor paritas tinggi daripada wanita yang paritasnya rendah.
ternyata juga memperlihatkan adanya Dari 32 orang yang frekuensi
hubungan yang positif dan signifikan antara hubungan seksnya tergolong tinggi, sebagian
faktor paritasdengan terjadinya servisitis pada besar atau sebanyak 27 orang di antaranya
wanita keluarga PNS di lingkungan Pemprov positif terkena servisitis. Sedangkan sisanya 5
Kalbar. Nilai Chi Square Pearson antara paritas orang tidak terkena servisitis meskipun
dengan servisitis hanya sebesar 13,883 namun frekuensi hubungan seksnya tergolong tinggi.

273
Abrori, Hernawan, & Inayati / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)

Hasil analisis statistik dengan uji chi- ketika akan melakukan hubungan seksual
square didapat nilai p = 0,000 yang lebih kecil dengan suaminya, karena selalu merasakan
dari nilai α 0,050 (tingkatkepercayaan 95%) sakit. Kasus kedua, ada wanita yang
yang berarti Ho ditolakdan Ha diterima, yang mengalami sedikit berdarah setiap kali
menunjukkan adanya hubungan yang melakukan hubungan seksual, namun tetap
bermakna antara frekuensi hubungan seks dilakukannya demi kepuasan sang suami.
dengan kejadian servisitis. Kejadian servisitis Kasus ketiga, ada pula pasien servisitis yang
ditemukan 4,34 kali lebih besar pada wanita menolak berhubungan dengan suaminya, yang
denganfrekuensi hubungan seks tinggi berakibat retaknya hubungan suami-istri.
daripada wanita yang frekuensi hubungan Kasus keempat, ada wanita yang menduga
seksnya normal. suaminya berselingkuh atau mencari wanita
Berdasarkan hasil analisis bivariat, penjaja seks komersial karena sering ditolak
terlihat bahwa frekuensi hubungan seks yang istrinya untuk melakukan hubungan seksual
berlebihan dapat menimbulkan terjadinya ketika istrinya menderita servisitis yang cukup
servisitis. Hasil uji antara frekuensi hubungan parah.
seksual dengan servisitis memperlihatkan nilai Solusi yang diharapkan dapat
Chi Square Pearson sebesar 28,569 signifikan ditempuh untuk mengurangi risiko terjadinya
pada tingkat kepercayaan 95% (p = 0,000). servisitis antara lain adalah dengan
Artinya, terdapat hubungan yang positif dan mengurangi frekuensi hubungan seks, terutama
signifikan antara faktor frekuensi hubungan pada wanita yang sedang menderita servisitis.
seks dengan terjadinya servisitis pada wanita Keterbukaan komunikasi antar suami-istri
keluarga PNS di lingkungan Pemprov Kalbar. seputar persoalan hubungan seks dan keluhan
Secara teoritis, salah satu faktorr isiko masalah-masalah seksual perlu dilakukan
servisitis adalah perilaku seksual (Rosdarni, secara intensif. Satu hal yang tidak kalah
2015). Lebih lanjut dijelaskan bahwa penyebab pentingnya adalah suami harus lebih
servisitis dapat mencakup cedera pada serviks pengertian menghadapi istri yang menderita
uterus karena masuknya benda asing ke dalam servisitis agar frekuensi hubungan seksnya
vagina, sepertiterjadinya reaksi alergi terhadap tidak memperburuk masalah yang dihadapi.
spermisida (Akmal, 2013)
Dengan terbuktinya hubungan antara SIMPULAN
frekuensi hubungan seksdengan servisitis
membawa konsekwensi perlunya setiap Terdapat hubungan yang
pasangan melakukan hubungan seks secara positifdansignifikan antara faktor vagina
sehat sesuai dengan usia suami dan istri douching dengan terjadinya servisitis pada
(Muantaen, 2015). Frekuensi hubungan seks wanita keluarga PNS di lingkungan Pemprov
sebaiknya tidak dilakukan secara berlebihan. Kalbar, sesuai dengan hasil uji yang
Menurut Uyung dalam Priyo (2012), untuk memperlihatkan nilai Chi Square Pearson
wanita usia 40 tahun sebaiknya setiap 3 hari sebesar 31,145 pada tingkat kepercayaan 95%
dan wanita usia 50 tahun setiap 5 hari. Ketika (p = 0,000). Ada hubungan yang positif dan
penelitian ini dilakukan, ada beberapa kasus signifikan antara faktor kebersihan organ
menarik yang disampaikan oleh responden reproduksidengan terjadinya servisitis pada
sebagai bagian dari proses konseling. wanita keluarga PNS di lingkungan Pemprov
Kasus pertama, ada wanita penderita Kalbar,sesuaidengan nilai Chi Square Pearson
servisitis yang menyatakan mengalami trauma sebesar 64,114 pada tingkat kepercayaan 95%

274
Abrori, Hernawan, & Inayati / Unnes Journal of Public Health 5 (3) (2016)

(p = 0,000). Terdapat hubungan yang positif Duenhoelter, Johann H., 2010, Ginekologi Greenhill Edisi
12, EGC, Jakarta
dan signifikan antara faktor kebersihan
pakaian dalam dengan terjadinya servisitis Dyan, Rizqi. 2012. “Servisitis”
pada wanita keluarga PNS di lingkungan http://rizqidyan.wordpress.com/tag/servisitis/
Pemprov Kalbar dengan nilai Chi Square (diunduh tanggal 19 Juni 2016 jam 16.37 WIB)
Pearson sebesar 56,578 signifikan pada tingkat
Malleshappa, K. (2011). Knowledge and attitude about
kepercayaan 95% (p = 0,000). Ada hubungan
reproductive health among Rural Adolescent Girl in
yang positif dan signifikan antara faktor Kuppam Mandal: An Intervention Study. Biomedical
paritasdengan terjadinya servisitis pada wanita Research, 22(3): 305-310
keluarga PNS di lingkungan Pemprov Kalbar,
sesuai dengan nilai Chi Square Pearson sebesar Muntaen, N. et al. (2015). Addressing the Sexual and
Reproductive Health Needs People in Ethiopia: An
13,883 dan masih signifikan pada tingkat Analysis of the Current Situation. African Journal of
kepercayaan 95% (p = 0,000). Terdapat Reproductive Health, 19 (3): 87-99
hubungan yang positif dan signifikan antara
faktor frekuensi hubungan seks dengan Nur Azizah, 2011, Skripsi: Hubungan Pemakaian Vaginal
Douching Dengan Kejadian Servisitis Di Poli
terjadinya servisitis pada wanita keluarga PNS
Kandungan RSUD Kelas B dr R Sosodoro
di lingkungan Pemprov Kalbar, sesuai dengan Djatikoesoemo Bojonegoro Tahun 2011, Fakultas
nilai Chi Square Pearson sebesar 28,469 Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya,
signifikan pada tingkat kepercayaan 95% (p = http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/
59113815561_abs.pdf (diunduh tanggal 2
0,000).
Pebruari 2014 jam 21.01 WIB)

DAFTAR PUSTAKA Rosdarni & Dasuki, D., & Waluyo, S, D. (2015).


Pengaruh Faktor Personal terhadap Perilaku Seks
Akmal, Ramadhan. 2013. “Refrat Servisitis”. Pranikah pada Remaja. Jurnal Kesehatan
http://www.scribd.com/doc/130106538/refrat- Masyarakat Nasional, 9 (3): 214-221.
servisitis (diunduh tanggal 19 Juni 2016 jam 16.32
WIB) Priyo, 2012, Tesis Hubungan Pola Adaptasi Akibat Bencana
Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Seksual pada
Christiana, Ari. dkk. 2012. “Hubungan Antara Vulva Keluarga di Hunian Sementara Pasca Bencana Merapi
Hygiene denganKejadianServisitis di Kabupaten Magelang, Fakultas Ilmu Keperawatan
DesaSambigedeKecamatanSumberPucungKabup Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
aten Malang” http://www.scribd.com/doc/ Kekhususan Keperawatan Komunitas Universitas
111995066/ Jurnal-Ari-Christiana- Servisitis Indonesia. Jakarta
(diunduh tanggal 19 Juni 2016 jam 16.37 WIB)
Widyastuti, E. S. (2009). Personal dan Sosial yang
Dinkesprov Kalbar. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Kalbar Mempengaruhi Sikap Remaja terhadap
Tahun 2012, Pontianak Hubungan Seks Pranikah. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia, 75-85

275

Anda mungkin juga menyukai