Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEMATIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akhlak/Tasawuf

Disusun oleh:

Dicki Aulia 2103203


Mukhtar Shopi 2103065

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TASIKMALAYA


PRODI EKONOMI SYARIAH
TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, segala puji bagi Allah Subhanallahhu

Wata’ala atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Salawat serta salam senantiasa

tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan

syafa’atnya di akhirat nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah

Subhanallahhu Wata’ala atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik berupa sehat fisik

maupun akal pikiran sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah

sederhana ini yang berjudul Kematian.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang dimiliki penulis, oleh karena

itu penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya

membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini, semoga Allah

SWT membalas amal kebaikannya. Dengan segala pengharapan dan doa semoga

makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khusus nya dan bagi

pembaca umumnya.

Cirebon, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 1

2. Tujuan 2

3. Manfaat 2

BAB II TINJAUAN TEORI

1. Definisi Kematian 3

2. Makna Kematian 6

3. Dasar-Dasar Hukum Tentang Kematian Dalam Al-Qur’an dan Al-

Hadist 7

4. Sakaratul Maut Dan Kronologis Kematian Manusia Untuk Bertemu

Allah SWT 9

5. Implementasi Realisasi Hakekat Kematian Dalam Kehidupan Sehari-

Hari ……………..……………………………………………….…..12

BAB III PENUTUP 13

DAFTAR PUSTAKA 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian (ajal) adalah hal yang pasti terjadi pada setiap makhluk yang
bernyawa, tidak ada yang mengetahui kapan dan di mana ia akan menemui
ajal, dalam keadaan baik atau buruk. Bila ajal telah tiba maka maka tidak ada
yang bisa memajukan ataupun mengundurkannya. Setiap Muslim wajib
mengingat akan datangnya kematian, bukan hanya karena kematian itu
merupakan perpisahan dengan keluarga atau orang-orang yang dicintai,
melainkan karena kematian merupakan pertanggung jawaban atas amal yang
dikerjakan selama orang tersebut hidup di dunia. Tiap manusia sudah
ditentukan ajalnya sendiri-sendiri oleh Allah swt, hanya saja manusia tidak
mengetahui kapan ajal itu akan datang, dan dimana tempatnya ia
menghembuskan nafas penghabisan. Ada manusia yang masih sangat muda
meninggal dunia, atau masih bayi atau sudah tua dan ada pula yang sudah
sangat tua baru meninggal, semua itu Allah swt yang menentukan. Walhasil
manusia tidak dapat lari dari kematian. Mau lari ke mana, maka di sana pula
mati akan mengejarnya. Kematian adalah umum untuk semua orang dan
budaya yang bervariasi memiliki cara mereka sendiri untuk memahami
kehidupan, kematian, dan keadaan setelah kematian.
Dalam Al-Quran disebutkan :

Artinya; “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatimu


sekalipun kamu berada dalam benteng yang kuat …. (Q.S. An Nisa’ : 78).
Dalam ajaran Islam, kehormatan manusia sebagai khalifah Allah swt
dan sebagai ciptaan termulia, tidak hanya terjadi dan ada ketika masih hidup
di dunia saja. Akan tetapi kemuliaannya sebagai makhluk Allah swt tetap ada
walaupun fisik sudah meninggal. Kesinambungan kemuliannya sebagai
makhluk Allah terjadi karena ruhnya tetap hidup berpindah ke alam lain, yang
sering disebut dengan alam berzakh, alam di antara dunia dan akhirat.

1
B. Tujuan
1. Apa definisi mengenai kematian?
2. Apa saja makna dari kematian?
3. Apakah yang menjadi dasar dalam Al- Quran dan Al-Hadist agar
manusia dapat memahami arti kematian?
4. Bagaimanakah kronologis terjadinya kematian seorang manusia
untuk berjumpa dengan Allah SWT?
5. Bagaimanakah implementasi hakekat kematian dalam kehidupan
sehari-hari?
C. Manfaat
1. Agar dapat mengetahui definisi mengenai kematian.
2. Agar dapat mengetahui apa saja makna dari kematian.
3. Agar dapat memahami mengenai kematian berdasarkan Al-Qur’an dan Al-
Hadist.
4. Agar dapat mengetahui kronologis terjadinya kematian seorang
manusia untuk berjumpa dengan Allah SWT.
5. Agar mengetahui implementasi hakekat kematian dalam
kehidupan sehari-hari

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kematian
Kematian atau maut adalah sebuah fenomena yang ada di dunia ini.
Kapan saja dan di mana saja diperlukan, ia harus menjemput manusia untuk
meninggalkan dunia yang fana ini. Dengan jemputan kematian, ruh manusia
harus berpisah dengan badannya. Dengan kata lain, kematian adalah jembatan
yang harus dilalui oleh manusia untuk menuju dunia lain dari dunia fana ini.
Satu masa seseorang hidup bersama kita, namun bila kematian menjemputnya
maka ia harus meninggalkan dunia ini dengan tanpa kembali lagi. Kita telah
banyak menyaksikan keluarga dan sanak famili kita sendiri telah
meninggalkan dunia ini dan tidak kembali. Namun, mengapa sebagian
manusia tidak berpikir bahwa kematian ini akan menjemputnya juga?
Padahal, ia sering menyaksikan orang lain yang ajalnya sudah ditentukan
telah dijemput oleh kematian? Atau sama sekali ia tidak berpikir kalau
kematian satu saat bakal menjemputnya? Meskipun ia mempercayainya, akan
tetapi ia merasa takut dan lari dari kematian. Untuk membuka teka-teki ini,
penulis ingin mengkaji urgensi kematian menurut al-quran dan hakikatnya
menurut ucapan para Imam Maksum a.s. dan sebab ketakutan manusia dari
kematian dan jalan keluarnya serta pengaruh dan manfaat mengingat
kematian. Kematian adalah berpisahnya ruh dari badan. Badan akan rusak
secara keseluruhan sementara ruh akan meneruskan kehidupannya yang abadi
setelah mengalami perpisahan dengan badan. Allah berfirman dalam ayat-
Nya: Pada hari ketika tiap- tiap diri mendapati segala kebaikan dihadapkan
(di mukanya), begitu juga (kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau
kiranya.
Antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-nya. Dan Allah sangat
Penyayang kepada hamba- hamba- Nya 1. Bila manusia senantiasa sadar
bahwa dunia ini hanya ladang untuk menanam amal kebaikan, dan akhirat
adalah tempat untuk hidup abadi, sama sekali ia tidak akan berbuat curang
dan penipuan. Imam Ali a.s. dalam hal ini berkata: orang yang memahami

3
akhir kehidupannya, ia tidak akan berbuat curang dan penipuan. A.
Pengertian Mati Kata mati berarti tidak ada, gersang, tandus, kehilangan akal
dan hati nurani, kosong, berhenti, padam, buruk, lepasnya ruh dan jasad, (Q.S
2:28, 2:164, 33:52, 6:95).
Pengertian mati yang sering di jumpai dalam istilah sehari-hari adalah:
1. Kemusnahan dan kehilangan total roh dan jasad
2. Terputusnya hubungan antara roh dan badan
3. Terhentinya budi daya manusia secara total.
Mengenai pengertian mati yang pertama dan kedua di atas, kalau dikaji
dengan keterangan-keterangan yang bersumber dari agama (Islam), maka
kematian bukanlah kemusnahan atau terputusnya hubungan. Kematian
hanyalah terhentinya budi daya manusia pada alam pertama, yang nanti akan
dilanjutkan kehidupannya pada alam kedua. Ajaran agama menggambarkan
konsepsi adanya pertalian alam dunia dan akhirat serta menggambarkan
prinsip tanggungjawab manusia selama hidup di dunia. Hal ini dijelaskan
dalam sabda Nabi Muhammad saw. QS, Al-Imran: 30

Artinya “(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan


(balasan) atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, (begitu
juga balasan) atas kejahatan yang telah dia kerjakan. Dia berharap sekiranya
ada jarak yang jauh antara dia dengan (hari) itu. Dan Allah memperingatkan
kamu akan diri (siksa)-Nya. Allah Maha Penyayang terhadap hamba-hamba-
Nya”.
Berikut: Apabila anak Adam telah mati, terputuslah daripadanya budi-
dayanya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang berguna, atau anak
saleh yang mendo akan kebaikan bagi kedua orang tuanya. Demikian pula
difirmankan Allah swt.: Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-
orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati, bahkan
(sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.

4
Proses kematian seseorang beraneka ragam, mulai dari proses mati
dengan tenang sampai pada proses mati dengan terlebih dahulu mengalami
kecelakaan dan sebagainya. Ini semuanya peristiwa lahir. Demikian pula
dalam sikap batin, manusia menghadapi kematian bermacam-macam.
Menurut ukuran agama, misalnya, ada yang mati dalam keadaan iman atau
sebaliknya. Kesemuanya mempunyai penilaian atau penghargaan menurut
dimensi agama yang berbedabeda. Seseorang yang mati syahid (membela
agama) kedudukannya berbeda dengan seseorang yang mati bukan syahid.
Proses kematian manusia tidak dapat diketahui atau digambarkan dengan
jelas karena menyangkut segi fisik dan segi rohani. Dari segi fisik dapat
diketahui secara klinis, yaitu seseorang dikatakan mati apabila pernapasannya
dan denyut jantungnya berhenti. Dari segi rohani ialah proses roh manusia
melepaskan diri dari jasadnya. Proses kematian dari segi rohani ini sulit
digambarkan secara inderawi, tetapi nyata terjadi. QS.Al-Baqarah: 54 :

Artinya ” Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai


kaumku! Kamu benar-benar telah menzalimi dirimu sendiri dengan
menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sesembahan), karena itu bertobatlah
kepada Penciptamu dan bunuhlah dirimu. Itu lebih baik bagimu di sisi
Penciptamu. Dia akan menerima tobatmu. Sungguh, Dialah Yang Maha
Penerima tobat, Maha Penyayang”.
 Istilah lain untuk proses kematian adalah sakaratul maut. Sakaratul
maut artinya bingung, ketakutan dan kedahsyatan saat sedang dicabut rohnya
dari badan yang perlahan-lahan bergeser ke paha, sampai ke kerongkongan,
kemudian mata terbelalak ke atas mengikuti lepasnya roh.
Adakah fungsi kematian bagi manusia? Bila jawabannya didasarkan
atas akal, Tentu sulit menjawabnya. Fungsi kematian ada apabila jawabannya
bersumber dari ajaran-ajaran agama. Ajaran agama tidak memandang semata-
mata sebagai kematian fisik, tetapi berfungi rohaniah, yaitu untuk

5
memberikan pembalasan kepada manusia sesuai dengan amal perbuatannya
sewaktu ia hidup. Orang yang mengikuti ajaran agama dengan sebenarnya
dan sebaik-baiknya akan dijamin masuk surga, dan sebaliknya orang yang
tidak mengikuti ajaran agama akan masuk neraka. Kalau demikian, kematian
itu dapat merupakan bencana atau nikmat. Fungsi kematian adalah untuk
menghentikan budi daya, prestasi, dan sumbangan seluruh potensi
kemanusiaannya. Maka kematian itu bukan akibat kesalahannya atas dosanya
kepada orang lain, atau tumbal, melainkan karena takdir.
B. Makna Kematian
Menurut B.S. Mardiatmadja (1987), makna di balik maut
(kematian) itu adalah maut sebagai putusnya segala relasi, sebagai
kritik atas hidup, sebagai pelepasan, sebagai awal hidup baru, dan
Tuhan merupakan penguasa hidup dan maut. Selanjutnya Mardiatmadja
menguraikan:
1. Maut Sebagai Putusnya Segala Relasi
Maut adalah putusnya segala relasi karena segala relasi
terputus dengannya. Mati merupakan perpisahan, sebab si mati
tidak dapat bertemu dengan kita, dan kita tidak dapat bertemu
dengan si mati. Si mati tidak dapat melakukan sesuatu yang tidak
sempat dilakukannya, demikian pula yang hidup tidak
dapat mengerjakan sesuatu untuk si mati, misalnya membalas
kebaikannya, memujinya, dan sebaginya.
2. Maut Sebagai Kritik Atas Hidup
Maut adalah arah utama dari hidup. Segala macam
dimensi kebangsaan menjadi lenyap. Yang cantik, kekar,
cerdas, dan sebagainya, menjadi layu dan lenyap. Tidak ada
sedikit pun harta benda yang dimiliki terbawa ke kuburan. Hanya
batu nisan dan upacara penguburan yang membedakan antar si
kaya dan si miskin. Si mati sama saja, baik orang terhormat
atau pun gembel. Maut adalah kesamarataan yang adil kepada
semua manusia. Segala macam keangkuhan, tirani atau kekuasaan
menjadi ciut di hadapan maut.

6
3. Maut Sebagai Pelepasan
Pahit getirnya mengarungi kehidupan di zaman modern,
semakin sukarnya mengadapi tuntutan zaman seperti sekolah,
mencari nafkah, mencari kerja, tuntutan lingkungan dan
sebagainya keadaan lingkungan yang kejam, penindasan,
pemerasan, bahkan memadu cinta pun mungkin semakin terasa
mengandung racun, semuanya itu dihayati sehingga sampai
pada pemikiran bahwa maut merupakan pelepasan dari
penderitaan hidup.
4. Maut Sebagai Awal Hidup Baru
Dalam suatu keyakinan agama, mati itu adalah awal
dari hidup. Bahkan dalam bahasa agama, orang yang mati
dalam jalan membela agamnya tidak dikatakan mati, tetapi
mereka itu hidup (QS. 2: 154). Jadi, mati dalam hal ini
merupakan peralihan ke hidup baru.
5. Tuhan Sebagai Penguasa Hidup dan mati
Seseorang yang menganut agama atau suatu kepercayaan
mengakui bahwa Tuhan adalah penguasa hidup dan mati.
Keyakinan ini tidak berlaku bagi seorang yang bernama Nabi
Isa a.s. Nabi Isa, dengan membawa suatu tanda
(mukjizat), mampu meniupkan roh sehingga burung menjadi hidup,
dan menghidupkan orang yang mati dengan seizin Allah (QS. 3:
49). Nabi Isa dapat melakukan demikian, tetapi itu pun seizin
Tuhan, artinya bahwa hidup dan mati itu milik Tuhan.
C. Dasar-Dasar Hukum Tentang Kematian Dalam Al-Quran Dan
Al-Hadist
1. Dasar-Dasar Hukum Tentang Kematian Dalam Al-Quran
Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri
manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko
kematian. Berhubungan dengan ini maka Allah S.W.T berfirman
”Sekiranya kamu berada dirumahmu, niscaya orang-orang yang
telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke
tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk

7
menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan
apa yang ada dalam hatimu. Allah maha mengetahui isi
hati” (Q;S Ali Imran:154)
Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung
dibalik benteng yang kokoh atau berlindung dibalik teori
kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada
dimuka bumi ini.Dengan demikian Allah SWT
berfirman”Dimana saja kamu berada, kematian akan
mendapatkan kamu, kendatipun kamu didalam benteng yang
tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan,
mereka mengatakan : “Ini adalah dari sisi Allah”. (Q;S An-Nisa
:78)
Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari
menghindar sampai kemana pun, maka Allah berfirman
SWT “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya,
maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu,
kemudian kamu akan dikembalikan pada (Allah), yang
mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.  (Q;S Al-Jumu`ah:8).
2. Dasar-Dasar Hukum Tentang Kematian Dalam Al-Hadist
Rasulullah SAW bersabda, “Kematian adalah hadiah yang
sangat berharga bagi orang beriman.” (H.R Muslim),  dan
berkenaan dengan ini beliau juga katakan karena  “dunia adalah
penjara bagi orang beriman, “ yang dia terus-menerus berada
dalam situasi dan kondisi sulit yang akan menyiksa jiwanya, dan
juga karena perjuangannya maupun penolakannya terhadap hawa
nafsunya sendiri . Baginya, kematian adalah keterbebasan ini
dan hal ini menjadi  “hadiah yang tak ternilai”.
Ibnu  Umar r.a. berkata, “Suatu ketika aku datang kepada
Nabi Saw. dan mendapati beliau sedang berada di   tengah-
tengah jamaah yang  jumlahnya sepuluh orang. ”Siapakah yang
paling cerdas dan pemurah, wahai Rasulullah?’ Beliau
menjawab,”Yaitu orang yang paling rajin mengingat mati dan

8
orang yang paling baik persiapan dalam menghadapinya. Itulah
orang yang paling cerdas, yang akan memperoleh kehormatan
di dunia ini dan kemuliaan di akhirat kelak.” (HR Bukhari
Muslim).
Shafiha r.a. bercerita tentang seorang wanita yang suatu
ketika mengadu kepada ‘Aisyah r.a. tentang kekerasan
hatinya. “Sering-seringlah mengingat maut,” kata ‘Aisyah
kepadanya, “agar hatimu menjadi lembut.”   (HR Muslim).
Wanita itu mengerjakan apa yang disuruh Aisyah dan ternyata
hatinya menjadi lembut. Dia pun datang kepada Aisyah untuk
mengucapkan terima kasih.
Rosulullah SAW bersabda ”Wahai manusia, jika kamu
semua mempunyai akal dan pikiran maka anggaplah diri kalian
termasuk diantara di oramg-orang yangsudah mati, sebab demi
DIA yang jiwakku berada ditangan NYA,yang dijanjikan kepada
mu pasti akan datang dan kamu sekalian tidak akan pernah bisa
melepaskan diri”(HR Bukhari Muslim).
D. Sakaratul Maut Dan Kronologis Kematian Manusia Untuk
Bertemu Allah SWT
Sakaratul  Sakaratul maut adalah Rasa sakit yang menyerang
inti jiwa dan menjalar keseluruh bagian jiwa sehingga tidak akan
ada lagi satu pun bagian jiwa yang terbebas dari rasa sakit itu, sakit
dari sakaraul maut akan menhujam ke jiwa dan menyebar keseluruh
anggota badan dan bagian orang yang sekarat merasakna sendiri
dirinya ditarik-tarik dan dicabut dari setiap urat saraf, persendian
dan dari tiap akar rambut di kaki dan kepala (Al Ghazali:52).  
Ketika sakaratul maut datang ketika itu pula roh seorang
manusia akan dipertaruhkan baik buruknya roh tersebut akan
mempengaruhi proses pencabutan nyawa dari malaikat izrail.
Sakaratul maut yang dihadapi manusia itu ibarat guncangan yang
dahsyat pada manusia dan sakitnya diibaratkan suatu tanaman yang
berduri tertanam dan ditanamkan ditenggorokan manusia dan
tanaman itu dicabut dari tenggorokan tersebut manusia. Dalam

9
hadist juga disebutkan” kematian itu disertai dengan
sekarat”  (HR.Bukhari-Muslim). Jika sakaratul maut itu datang
maka roh akan digoda oleh pasukan setan dan malaikat, mudah
tidaknya roh itu keluar dari jasad manusia akan tergantung dari
kekuatan iman dan taqwa manusia tersebut dalam menghadapi
pasukan setan dan malaikat yang datang menggodanya. Adapun
kronologis dan tahapan dari kematian manusia itu tergolong dalam
dua bagian yaitu:

1. Khusnul Khotimah identik dengan mudahnya roh untuk


bertemu Alloh SWT
Khusnul Khatimah adalah akhir yang baik. Sebelum
meninggal ia di beri taufik untuk menjauhi semua yang dapat
menyebabkan kemurkaan Allah S.W.T. Dia bertaubat dari dosa
dan maksiat serta semangat melakukan ketaatan dan perbuatan-
perbuatan baik. Akhirnya ia meninggal dalam kondisi ini.
Khusnul Khatimah memiliki beberapa tanda, di antaranya ada
yang diketahui oleh hamba yang sedang sakaratul maut, dan ada
pula yang diketahui orang lain. Tanda husnul khatimah, yang
hanya di ketahui hamba yang mengalaminya, yaitu diterimanya
khabar gembira saat sakaratul maut, berupa ridha Allah sebagai
anugerah-Nya.
Kronologis dan tahapan sakaratul maut dari seorang
mukmin adalah sebagai berikut, ia akan didatangi oleh seorang
malaikat yang membawa sutera didalamnya terdapat bau
khasturi dan wewangian dari surga, kemudian nyawanya akan
ditarik sebagaimana rambut yang ditarik dari tepung, kemudian
dikatakan pada nyawa itu ”Hai jiwa yang tenang keluarlah
engkau dengan perasaan rela menuju ridho Allah
SWT”  Akhirnya roh itu diletakkan diatas sutera tersebut lalu
dibawa menuju Surga Iliyyin, tapi sebelumm roh ini sampai
pada tujuan akhirnya akan masih melewati tujuh lapis langit
dahulu. Dalam tiap tingkatan langit roh itu akan ditanya roh
tersebut baik atau tidak dan jika baik maka roh itu oleh langit

10
akan diagung-agungkan dan selalu dimintakan ampunan pada
Allah SWT. Dari proses itu semua maka Allah SWT
memberikan perintah pada Malaikat yang membawanya agar
dicatat dalam ”ahlul yamin wa ash habul illiyin dengan
memperoleh derajat yang tinggi”. Setelah dikuburkan maka roh
itu akan dikembalikan pada jasadnya. Bagi hamba yang shalih
maka akan mendapat manfaatan dari amal kebaikan yang telah
kita perbuat selama di dunia. Hal ini juga diperkuta dengan
hadist yaitu Rosululloh bersabda”Sesungguhnya hamba yang
shalih waktu menghadapi sakaratul maut sendi-sendinya akan
memberikan salam satu sama lain dan berkata Keselamatan
atas mu kamu meninggalkanku dan aku meniggalkanmu sampai
bertemu kembali di hari kiamat”.  (HR Muslim).

2. Shu’aul  Khotimah identik dengan sulitnya  roh untuk


bertemu Alloh SWT
Shu’aul khatimah (akhir yang buruk) adalah meninggal
dalam keadaan berpaling dari Allah S.W.T. Berada di atas
murka-Nya serta meninggalkan kewajiban dari Allah. Akhir
kehidupan yang menyedihkan. Tanda-tanda akan kematian ini
adalah menolak mengucapkan syahadat dan selalu mengucapkan
kata-kata jelek dan haram.
Kronologis dan tahapan sakaratul maut dari orang kafir
dan pendosa adalah sebagai berikut, ketika sakaratul maut
datang dan tatkala itulah malaikat membawa sepotong pakaian
hitam yang didalamnya terdapat bara api neraka lalu nyawa
orang kafir dan pendosa  tersebut dicabut secara paksa dan
dikatakan pada nyawa itu  ”keluarlah dengan dengan marah dan
dimarahi dan akan memperoleh kehinaan dan azab dari Allah
SWT”, akhirnya nyawa itu diletakkan diatas bara api lalu
dimasukkan kedalam kain hitam tersebut dan diangkat ke dalam
Sijjin. Roh tersebut dalam melewati tujuh langit selalu
mendapat hinaan dan makian.

11
E. Implementasi Realisasi Hakekat Kematian Dalam Kehidupan
Sehari-Hari 
Berpedoman dari firman Allah yang berbunyi   ”kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan ”.
(Q.S Ali-Imron:185). Dengan dasar firman Allah SWT ini maka
manusia diharapkan mencari bekal yang cukup untuk kehidupan
yang lebih kekal dan abadi. Seorang sufistis berkata bahwa dunia
itu ibarat sebuah lautan yang luas dan dalam. Manusia ibarat
sebuah pelaut yang belum mempunyai arah dan tujuan. Jika
manusia tidak istiqomah dalam beriman dan bertaqwa maka ia
akan tenggelam dalam lautan itu. Hal ini mengindikasikan
manusia harus waspada terhadap datangnya kematian.didalam
kehidupan sehari-hari seseorang harus mempersiapkan diri
dengan bekal amal dan akhlaq yang baik dalam hubunganya
dengan sesama manusia dan Allah S.WT yang diimplementasikan
dalam ibadah dan muamalat sesuai dengan ajaran agama islam.
Allah SWT berfirman”Lari itu sekali-kali tidak berguna
bagimu jika kamu melarikan diri dari kematian atau
pembunuhan dan jika kamu terhindar dari kematian kamu tidak
juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.” (Q:S Al
Jumuah :16). Jika manusia yang diciptakan seorang diri haruslah
waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri, tapi terkadang
seorang manusia hanya memenuhi nafsu duniawi dan lalai akan
tugasnya sebagai manusia untuk selalu taat pada Allah SWT.
Kelalaian manusia tersebut akan berakhir ketika ajal sudah
menjemput dan jasad masuk dalamkubur. Semua amal,
kemewahan,dan harta tidak akan dibawa didalam kubur.
Kematian memang suatu yang sangat menakutkan. Kematian lain
yang terasa lebih menyedihkan dan menyakitkan bagi
manusia. Manusia lalai terhadap kematian, karena diakibatkan
kurangnya perenungan dan ingatan terhadap kematian itu. Untuk
menghujamkan kematian pada hati manusia maka harus dapat
mengosongkan hati dan pikirannya terhadap nafsu duniawi.

12
Pedihnya dan beratnya siksa kubur harus berakar kuat pada hati
manusia sehingga ketika dalam keadaan sepi dapat meneteskan
air mata untuk meresapi dan menghayati betapa perihnya siksa
kubur itu. Hal yang paling penting adalah manusia dapat
mengukur diri dari nista dan dusta dari siksa kubur yang akan
kita dapat. Dengan demikian manusia akan termotivasi untuk
selalu mempersiapkan diri dann bekal unutk menghadapi
kematian.
Rosulluloh SAW bersabda ”Dua hal yang paling ditakuti
dari kamu semua melebihi dari segala yang lain menuruti hawa
nafsu dan berpanjang angan-angan sebab menuruti hawa nafsu
akan menghalangi orang dari kebenaran sedangkan berpanjang
angan-angan akan mencintai kehidupan dunia.   (H.R Bukhori
Muslim). Selanjutunya Rosulluloh SAW bersabda  ”Orang yang
paling rajin mengingat mati dan orang yang paling baik
meresapinya dalam menghadapinya itulah orang yang paling
cerdas yang akan memperoleh kehormatan didunia dan
kemuliaan diakherat kelak”.  (H.R Muslim). Arti cerdas dalam
hakekat kematian adalah hatinya dapat petunjuk illahi yang
disertai pada tiap perilakunya, sehingga arah hidupnya akan
terarah dan tertuju pada akherat belaka. Kema`rifatan dan
kekhasafullohan hati akan mati harus tetap terpencar dalam hati
dan hijab menghalangi hatinya itu, harus diusahakan agar selalu
hilang dan sirna untuk mendapatkan ridho Allah SWT dengan
demikian segala macam bencana, malapetaka, cobaan dan godaan
hidup akan sirna dengan menghayati akan hakekat kematian itu
dalam kehidupan sehari-hari. Mati adalah kontrol dari tiap
perbuatan manusia dalam menjalankan amal ibadahnya sehari-
hari, dengan adanua kontrol tersebut maka manusia akan selalu
menjaga iman dan taqwanya demi meraih bekal untuk kehidupan
di akhirat kelak.

BAB III

13
PENUTUP

1. Kesimpulan
Manusia harus dapat mengahayati akan makna yang
terkandung dalan Q.S Ali-Imron : 185 yang
bunyinya ”kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan”. Sehingga manusia akan mengerti akan
makna hidup itu sebenarnya.
  Rasulullah Saw.bersabda, “Kematian adalah hadiah yang
sangat berharga bagi orang beriman.”  Ini beliau katakan karena
“dunia adalah penjara bagi orang beriman, “ yang dia terus-
menerus berada dalam situasi dan kondisi sulit yang akan
menyiksa jiwanya, dan juga karena perjuangannya maupun
penolakannya terhadap hawa nafsunya sendiri . Baginya,
kematian adalah keterbebasan ini dan hal ini menjadi   “hadiah
yang tak ternilai”.
2. Saran
Hendaknya manusia mengingat siapa yang menciptakannya
sehingga manusia dalam menjalani hidup lebih berhati-hati,
karena dengan mengingat mati dia akan mengetahui hakekat
kehidupan yang sebenarnya.
Hendaknya seorang muslim yang beriman selalu
meningkatkan iman dan ketaqwaanya sebagai bekal untuk
menghadapi kematian.
Manusia diharapkan mampu menjaga hati dan pikirannya
dari nafsu duniawi sehingga kemakrifatan hati akan terbuka
untuk selalu mendapatakan cahaya illahi dalam hidupnya.

14
DAFTAR PUSTAKAX
Abdulah Azzam. 2016. Aqidah Landasan Pokok Membina Umat .
Jakarta: Buku Andalan.

Abdul Ghoni Asyukur terjemahan dari Al Ghozali. 2019.  Menyingkap


Rahasia Alam Barzah. Jakarta : CV Bintang Pelajar.

Ahsin Mohammad terjemahan dari Al Ghozali. 2020.  Metode


Menjemput Maut. Bandung : Mizan.

Anonim. 2002. Penyembahan Kita Pada Allah SWT.  Jakarta: Yayasan


Al Mu’min.

Cici Chintia, Sidiq Prayoga, dkk. 2015. Manusia dan Kematian.


Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam. Bandung.

M. Afnan Chafidh dan A. Ma’ruf Asrori, Tradisi Islami Panduan Prosesi


KelahiranPerkawinan-Kematian, hal. 178

Mukhtashar Shahih Al Imam Al-Bukhari no 666, bab: Menunggu Jenazah Sampai


Dikubur.

Solihin, Abu ’ Izzudin. 2018.  Tarbiyah Djatiyah. Solo: Burhanul


Ikhwah Product.

15

Anda mungkin juga menyukai