(Penyelenggaraan Jenazah)
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Fiqh Ibadah Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas
Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone
Oleh
ALDI WIJAYAH
NIM. 742352021140
SUHERNA RAMADHANI
NIM. 742352021139
Dosen Pengampu
ASNI A, S.Pd., M.Pd.
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Fiqh Ibadah” dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tidak lupa kita kirimkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah menggulung tikar-tikar
kejahiliaan dan mampu membentangkan tikar-tikar kebenaran.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Ibadah. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk melatih dan membiasakan diri untuk pendalaman
materi. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada
; ASNI A. S.Pd., M.Pd Selaku pembelajar yang dengan sepenuh hati meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing serta mengarahkan kami dalam
pembuatan tugas ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitupun
dengan makalah ini jauh dari sempurna mengingat keterbatasan ilmu yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun kepada semua pihak supaya menjadi pembelajaran bagi kami. Akhir
kata, kami berharap supaya makalah ini bisa memberikan manfaat khususnya bagi
kami.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian (ajal) adalah hal yang pasti terjadi pada setiap makhluk yang
bernyawa, tidak ada yang mengetahui kapan dan di mana ia akan menemui ajal,
dalam keadaan baik atau buruk. Bila ajal telah tiba maka maka tidak ada yang bisa
memajukan ataupun mengundurkannya. Setiap Muslim wajib mengingat akan
datangnya kematian, bukan hanya karena kematian itu merupakan perpisahan
dengan keluarga atau orang-orang yang dicintai, melainkan karena kematian
merupakan pertanggung jawaban atas amal yang dikerjakan selama orang tersebut
hidup di dunia. Tiap manusia sudah ditentukan ajalnya sendiri-sendiri oleh Allah
swt, hanya saja manusia tidak mengetahui kapan ajal itu akan datang, dan dimana
tempatnya ia menghembuskan nafas penghabisan.
Pengurusan jenazah muslim sangatlah penting karena jika ada seorang
muslim meninggal di suatu tempat dan tidak ada yang bisa merawatnya dengan
benar (sesuai dengan ajaran agama Islam), maka seluruh masyarakat yang tinggal
di tempat tersebut akan mendapatkan dosa karena pengurusan jenazah merupakan
wajib kifayah bagi umat Islam.
Dalam ajaran Islam, kehormatan manusia sebagai khalifah Allah swt dan
sebagai ciptaan termulia, tidak hanya terjadi dan ada ketika masih hidup di dunia
saja. Akan tetapi kemuliaannya sebagai makhluk Allah swt tetap ada walaupun
fisik sudah meninggal. Kesinambungan kemuliannya sebagai makhluk Allah
terjadi karena ruhnya tetap hidup berpindah ke alam lain, yang sering disebut
dengan alam berzakh, alam di antara dunia dan akhirat.
Penghormatan dan pemuliaan tersebut dilakukan sejak mulai dari perawatan
jenazah, yang diteruskan oleh ahli waris atau handai taulan yang masih hidup
setelah jenazah seseorang meninggal diberikan dalam beragam bentuk, seperti
ziarah, berkirim doa, dan sebagainya.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
manusia, mau memilih di jalan kebenaran atau keburukan. Allah Swt. sudah
memberikan segalanya, saat manusia berada di dunia diberinya panca indera, akal,
qalbu (hati nurani), diturunkan para Nabi dan Rasul agar diteladani, dan di
antaranya dibarengi dengan wahyu. Apalagi adanya hidup dan mati itu sebagai
ujian bagi manusia, siapa yang paling baik amalnya.
Semua nikmat tersebut harus menjadi bekal manusia saat menjalani
kehidupan. Jadi, tidak ada alasan bagi manusia yang gagal atau terpuruk menjalani
kehidupan, karena Allah Swt sudah memberikan segalanya. Bukankah Rasulullah
Saw. juga sudah mengingatkan bahwa dunia ini sementara, hanya jembatan
menuju akhirat, laksana musa r yang sedang istirahat (dunia), lalu melanjutkan
kehidupan yang sejati (akhirat). Rasulullah Saw. pernah berwasiat kepada Ibu
Umar r.a.: Artinya: Rasulullah Saw. bersabda: “Jadilah engkau di dunia ini
seperti orang asing atau orang musa- r … .”
Menjelang kematian, setiap manusia mengalami sakaratul maut. Ada
beberapa hal yang perlu dilakukan saat kondisi kritis ini, baik kita sebagai
keluarga, karib kerabat, atau maupun orang terdekat, antara lain: mentalqin-kan
(menuntun bacaan tauhid) di telinga seseorang dengan suara jelas dan tegas, tetapi
jika sudah dalam keadaan sangat kritis, cukup dibimbing hanya dengan lafal
“Allah” saja.
Sementara itu, ada beberapa langkah atau tindakan yang harus dilaksakaan,
saat kematian itu sudah terjadi, yaitu sebagai berikut:
1. Segera mengatupkan atau memejamkan matanya, karena saat ruh sudah
dicabut, mata jenazah mengikuti arahnya
2. Melenturkan persendiannya agar tidak menjadi kaku dan keras
3. Menanggalkan pakaian dan perhiasannya dan diganti dengan pakaian yang
menutupi dan melindungi seluruh tubuhnya
4. Membetulkan letak anggota tubuhnya serta membujurkannya ke arah kiblat
5. Menyegerakan seluruh proses pengurusan jenazah
6. Membayarkan utang-utangnya.
4
B. Pengurusan Jenazah
1. Memandikan
a) Syarat jenazah dimandikan adalah
- Beragama Islam
- Didapati tubuhnya (walaupun hanya sebagian). Hal ini terjadi pada
jenazah yang biasanya mengalami kecelakaan. Jika ada lukanya,
bersihkan terlebih dahulu (jika memungkinkan)
- Bukan karena mati syahid (mati dalam peperangan membela agama
Islam).
b) Syarat orang yang memandikan jenazah adalah
- Muslim, berakal, dan baligh
- Berniat memandikan jenazah
- Kepribadiannya jujur dan shaleh
- Terpercaya, amanah, dan mengetahui hukum memandikan mayat,
serta dapat menjaga aib jenazah.
- Jenis kelamin sama, jenazah laki-laki dimandikan oleh lakilaki,
jenazah perempuan dimandikan oleh perempuan, kecuali suami istri
atau mahramnya.
5
c) Hal-hal yang perlu dipersiapkan, antara lain: Tempat mandi, air bersih,
sidr (bidara), sabun mandi, sarung tangan, sekidit kapas, air kapur barus.
2. Mengafani
Mengafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah
dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya, walau hanya sehelai kain
dari ujung rambut sampai ujung kaki, meskipun para fuqaha (ahli qh),
memilahnya antara batas minimal dan batas sempurna. Kain kafan yang
dipergunakan hendaknya berwarna putih dan diberi wewangian, bila
6
mengkafani lebih dari ketentuan batas, maka hukumnya makruh, sebab
dianggap berlebihan.
Batas minimal mengafani jenazah, baik laki-laki maupun perempuan,
adalah selembar kain yang dapat menutupi seluruh tubuh jenazah,
sedangkan batas sempurna bagi jenazah laki-laki adalah 3 lapis kain kafan.
Sementara, untuk jenazah perempuan adalah 5 lapis: terdiri 2 lapis kain
kafan, ditambah kerudung, baju kurung dan kain.
7
a) Lembar 1 untuk menutupi seluruh badan.
b) Lembar 2 sebagai kerudung kepala.
c) Lembar 3 sebagai baju kurung.
d) Lembar 4 menutup pinggang hingga kaki.
e) Lembar 5 menutup pinggul dan paha.
Adapun tata cara mengafani jenazah perempuan adalah sebagai
berikut:
- Susun kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-
masing bagian dengan tertib. Lalu, angkatlah jenazah dalam
keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain kafan
sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur
barus.
- Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan
kotoran dengan kapas.
- Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
- Pakaikan sarung, juga baju kurungnya.
- Rapikan rambutnya, lalu julurkan ke belakang.
- Pakaikan kerudung.
- Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara
menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan ke
dalam.
- Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan
3. Menyalatkan
Proses ketiga setelah jenazah itu dikafani adalah menyalatkan.
Adapun ketentuannya sebagai berikut :
1. Pihak yang paling utama menyalatkan jenazah
a. orang yang diwasiatkan oleh si jenazah dengan syarat tidak fasik atau
tidak ahli bid‟ah
b. ulama atau pemimpin terkemuka di tempat tinggal jenazah
c. orang tua si jenazah dan seterusnya ke atas
d. anak-anak si jenazah dan seterusnya ke bawah
8
e. keluarga terdekat, dan
f. kaum muslim seluruhnya
2. Syarat Shalat Jenazah
a) Syarat shalat jenazah seperti pelaksanaan shalat biasa, yakni: suci
dari hadats besar dan kecil, suci badan dan tempat dari najis,
menutupi aurat dan menghadap kiblat.
b) Jika jenazah laki-laki, posisi imam berdiri sejajar dengan kepalanya.
Sebaliknya, jika jenazah perempuan, posisi berdirinya sejajar dengan
perutnya.
c) Jenazah diletakkan di arah kiblat orang yang menyalatkan, kecuali
shalat di atas kubur atau shalat gaib.
3. Rukun Shalat Jenazah
a. Berniat
b. Berdiri bagi yang mampu (kecuali bila ada udzurnya)
c. Melakukan 4 kali takbir (tidak ada ruku‟ dan sujud)
d. Setelah takbir pertama, membaca Q.S. Al-Fatihah
e. Setelah takbir kedua, membaca shalawat Nabi Saw.
f. Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk jenazah
g. Salam setelah takbir keempat
4. Menguburkan
1. Sunnah menguburkan
a. Menyegerakan mengusung/membawa jenazah ke pemakaman, tanpa
harus tergesa-gesa
b. Pengiring tidak dibenarkan duduk, sebelum jenazah diletakkan.
c. Disunnahkan menggali kubur secara mendalam agar jasad jenazah
terjaga dari jangkauan binatang buas, atau agar baunya tidak merebak
keluar
d. Lubang kubur yang dilengkapi liang lahat (jenazah muslim), bukan
syaq (jenazah non muslim). Syaq adalah liang yang dibuat khusus di
dasar kubur pada bagian tengahnya
e. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang lahat dari arah kaki
kuburan, lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan.
9
C. Ta’ziah
Sebagai bagian dari kepedulian sosial dan ikhtiar mempererat tali
persaudaraan, maka semestinya jika ada keluarga, tetangga, teman dan karib
kerabat yang terkena musibah atau meninggal, kita melakukan ta‟ziah. Makna
ta‟ziah adalah menghibur, yaitu mengunjungi dan menghibur keluarga yang
ditinggalkan sebelum jenazah dikuburkan atau dalam waktu tiga hari sesudahnya.
Terkait dengan waktu, Islam menggariskan rentang waktu ta‟ziah cukup 3
hari, hal ini bertujuan bukan sekadar tidak berlama-lama menanggung kesedihan,
tetapi juga memberikan semangat untuk meneruskan hidup secara normal bagi
keluarga yang ditinggalkan. Hukum ta‟ziah adalah sunnah. Adapun tujuan ta‟ziah
adalah sebagai berikut :
D. Ziarah Kubur
Ziarah artinya berkunjung, kubur artinya kuburan. Ziarah kubur artinya
berkunjung ke kuburan dengan niat mendoakan orang yang sudah meninggal dan
mengingat kematian. Pada zaman awal Islam, Rasulullah saw. melarang umat
Islam untuk berziarah kubur karena dikhawatirkan akan melakukan sesuatu hal
yang tidak baik, misalnya menangis di atas kuburan, bersedih, meratapi, bahkan
yang lebih bahaya adalah meminta sesuatu kepada si mayat yang ada di kuburan.
Kemudian, Rasulullah saw. menganjurkan berziarah kubur dengan tujuan untuk
10
mengingat kematian dan mendoakan si mayat. Hal ini sangat baik karena dengan
mengingat mati, kita akan selalu berhati-hati dan memperbanyak amal saleh.
Di antara hikmah dari ziarah kubur antara lain seperti berikut :
1. Mengingat kematian
2. Dapat bersikap zuhud (menjauhkan diri dari sifat keduniawian)
3. Selalu ingin berbuat baik sebagai bekal kelak di alam kubur dan hari akhir
4. Mendokan si mayat agar Allah Swt. mengampuni segala dosanya, menerima
amal baiknya, dan mendapat ridlo-Nya.
Apabila kita mau berziarah kubur, sebaiknya perhatikan adab atau etika berziarah
kubur, yaitu seperti berikut :
1. Ketika mau berziarah, niatkan dengan ikhlas karena Allah Swt., tunduk hati
dan merasa diawasi oleh Allah Swt.
2. Tidak banyak bicara mengenai urusan dunia di atas kuburan.
3. Berdoa untuk ampunan dan kesejahteraan si mayat di alam barzah dan
akhirat kelak
4. Diusahakan tidak berjalan melangkahi kuburan atau menduduki nisan (tanda
kuburan)
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13