Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH DAN PRESENTASI

PEMBELAJARAN FIKIH DI MADRASAH

Pengurusan Jenazah

MAKALAH

Disusun Untuk Diskusi kelas dan Untuk Memenuhi

Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Fikih Di Madrasah

Dosen Pengampu:

H. Ahmad Junaedy Abu Hurairah, Lc., M.pd.

Disusun Oleh:

Gledis Adelia Mamonto (22123060)

Widya Alwiah Molok (22123068)

Nelvia Zahra Dumo (22123068)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO

2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas Rahmat dan hidayahnya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengurusan Jenazah” dengan tepat waktu. Makalah
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pembelajaran fikih di madrasah. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambahkan wawasan tentang Pengurusan jenazah bagi para pembaca dan penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak H. Ahmad Junaedy Abu Hurairah, Lc., M.Pd.
Selaku dosen mata kuliah Pembelajaran fikih di madrasah. Ucapan terimakasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

i
Daftar isi

Kata pengantar .................................................................................................................................. i

Daftar isi............................................................................................................................................ ii

BAB I ............................................................................................................................................... 1

Pendahuluan ...................................................................................................................................... 1

A. Latar belakang ...................................................................................................................... 1


B. Rumusan masalah ................................................................................................................. 2
C. Tujuan permasalahan.............................................................................................................. 2

BAB II .............................................................................................................................................. 3

Pembahasan ...................................................................................................................................... 3

A. Hal hal yang harus dilakukan kepada orang yang telah meninggal ......................................... 3
B. Hal hal yang di perbolehkan Ketika seseorang telah meinggal ................................................ 4
C. Hal hal yang wajib dilakukan keluarga dan kerabat sang jenazah ........................................... 5
D. Hal hal yang haram dilakukan keluarga dan kerabat sang jenazah .......................................... 7
E. Dianjurkan dalam menghadapi orang sakaratul maut .............................................................. 9
F. Memandikan jenazah ............................................................................................................ 10
G. Menkafani janazah ................................................................................................................ 13
H. Mensalatkan jenazah ............................................................................................................. 14
I. Mengusung dan mengiringi jenazah ...................................................................................... 16
J. Menguburkan jenazah ........................................................................................................... 17

BAB III ............................................................................................................................................. 19

Kesimpulan ...................................................................................................................................... 19

Daftar Pustaka ................................................................................................................................... 20

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian yang tidak
pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada
derajat yang tinggi, maka islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh
sebab itu, menjelang menghadapi keharibaan Allah SWT orang yang telah meninggal dunia mendapatkan
perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup. Apabila seseorang telah meninggal dunia,
hendaklah seorang dari mahramnya yang paling dekat dan sama jenis kelaminnya melakukan kewajiban
yang mesti dilakukan terhadap jenazah, yaitu memandikan, mengkafani, menyembahyangkan dan
menguburkannya. 1

Pengurusan Jenazah muslim sangatlah penting karena jika ada seorang muslim meninggal di suatu
tempat dan tidak ada yang bisa merawatnya dengan benar (sesuai dengan ajaran agama islam), maka
seluruh Masyarakat yang tinggal di tempat tersebut akan mendapatkan dosa karena pengurusan jenazah
merupakan wajib kifayah bagi umat islam. Oleh sebab itu harus ada orang muslim yang mampu untuk
mengurusi jenazah dengan benar berdasarkan ajaran agama islam. 2

Islam mengajarkan kepada kita bahwa kehormatan umat manusia sebagai pemimpin di atas
permukaan bumi dan sebagai ciptaan Allah SWT termulia, kemuliaan tersebut didapatkan manusia Ketika
masih hidup kemuliaan tersebut masih akan tetap melekat padanya meskipun sudah meninggal.
Kemuliaan manusia sebagai makhluk Allah SWT terjadi karena ruhnya dalam jasad berpindah ke alam
lain, yang sering disebut dengan alam barzakh atau alam kubur, alam diantara dunia akhirat.

Penghormatan dan pemuliaan terhadap manusia yang sudah berwujud mayat dimulai sejak
penyelenggaraan jenazah, yang dilanjutkan oleh ahli waris yang ditinggalkan atau keluarga yang masih
hidup setelah seorang meninggal dunia meninggalkan dunia yang fan aini. Dalam islam, penyelenggaran
jenazah termasuk perkara penting yang dimulai dengan memandikan jenazah, mengkafani, menshalatkan,
hingga sampai menguburkan jenazah. 3

1
Sahmiar Pulungan, “Peningkatan Keterampilan Pengurusan Jenazah di MTs Ulumul Quran Medan”, dalam jurnal
Pendidikan, Sosial dan Agama, Vol. 12, No. 1, 2020, hal.26
2
Elvi Apriani, Ida Farida, “Sikap Peduli Siswa Terhadap Pengurusan Jenazah Pada Sekolah Menengah atas di
bandung”, dalam Jurnal Lentera, Vol. 3, N0. 1, 2021, hal. 67
3
Baehaqi, “Pendampingan Pengurusan Jenazah Putri di Dukuh Ngentak Jumapolo Karanganyar”, dalam Jurnal
Madaniyah, Vol. 4, No. 3, 2023, hal. 1263

1
B. Rumusan masalah
1. Apa saja hal-hal yang yang harus dilakukan kepada orang yang telah meninggal
2. Apa saja hal-hal yang diperbolehkan Ketika seseorang meninggal
3. Apa saja hal-hal yang wajib dilakukan keluarga dan kerabat sang janazah
4. Apa saja hal-hal yang haram dilakukan keluarga dan kerabat sang janazah
5. Apa yang dianjurkan dalam menghadapi orang sakaratul maut
6. Bagaimana memandikan Jenazah
7. Bagaimana mengkafani jenazah
8. Bagaimana menshalatkan jenazah
9. Bagaimana Mengusung dan mengiringi jenazah
10. Bagaimana menguburkan Jenazah

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hal-hal yang harus dilakukan kepada orang yang telah meninggal
2. Untuk mengetahui hal-hal yang diperbolehkan Ketika seseorang meninggal
3. Untuk mengetahui hal-hal yang wajib dilakukan keluarga dan kerabat sang jenazah
4. Untuk mengetahui hal-hal yang haram dilakukan keluarga dan kerabat sang jenazah
5. Untuk mengetahui apa yang dianjurkan dalam menghadapi orang sakaratul maut
6. Untuk mengetahui bagaimana memandikan jenazah
7. Untuk mengetahui bagaimana mengkafani jenazah
8. Untuk mengetahui bagaimana menshalatkan jenazah
9. Untuk mengetahui Bagaimana mengusung dan mengiringi jenazah
10. Untuk mengetahui bagaimana menguburkan jenazah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hal-hal yang harus dilakukan kepada orang yang telah meninngal

Hal-hal berikut ini adalah hal yang harus dilakukan jika menghadapi seseorang yang telah mengembuskan
napas terakhirnya.

a. Memejamkan mata sang jenazah

setelah seseorang meninggal dunia, segeralah memejamkan mata sang jenazah dan mendoakannya.
Tindakan seperti ini berdasarkan hadits yang dikisahkan Ummu Salamah ia berkata, “Rasulullah saw. Mendatangi
Abu Salamah yang telah mengembuskan napas terakhirnya dengan kedua mata terbelalak, lalu beliau memejamkan
kedua mata Abu Salama dan bersabda, “sesungguhnya apabilah ruh telah direnggut (hendaknya) diikuti dengan
pemejaman mata.”

b. Menutupi seluruh Tubuh sang Jenazah

Menutupi seluruh badan sang jenazah dengan pakaian (Kain), selain pakaian yang dikenakannya. Yang
demikian berdasarkan Hadits Aisyah r.a., “Ketika Rasulullah saw. Wafat, seluruh jasadnya ditutupi dengan kain
lurik (nama jenis kain buatan Yaman)” (HR Bukhari, Muslim, dan Baihaqi). Berbeda halnya apabila seseorang
yang meninggal sedang mengenakan kain ihram (sedang menunaikan Haji atau Umrah). Untuk kasus ini
Hendaknya seluruh jasadnya ditutupi, kecuali bagian kepala dan wajahnya.

c. Menyegerakan Pemakaman

Hendaklah Menyegerakan pengurusan pemakamannya jika telah nyata kematiannya. Hal itu berdasarkan
sabda Rasulullah saw. Yang dikisahkan Abu Hurairah r.a., “segerakanlah pemakaman jenazah”. Hendaklah
memakamkan jenazah di kota tempat ia wafat dan tidak dipindahkan ke kota atau negeri lain. Hal ini disebabkan
pemindahan berarti bertentangan atau menyalahi perintah untuk menyegerakan pemakaman, sebagaimana
diriwayatkan dalam hadits Abu Hurairah sebelumnya.

Selain itu Ketika Aisyah r.a. mendengar bahwa saudaranya telah wafat di Wadi al-Habasyah telah
dipindahkan dari tempat kematiannya, ia pun berkata, “Tidaklah ada yang merisaukan dan menyedihkanku, kecuali
aku ingin agar ia dikebumikan di tempat ia wafat.” (HR Baihaqi)

d. Melunasi Utang-uatang sang Jenazah

hendaklah keluarga atau kerabat sang jenazah segera melunasi utang-utang sang jenazah dari harta yang
dimiliki. Apabila sang jenazah tidak meninggalkan harta atau tidak mampu, hendaklah negara yang
menanggungnya jika terbukti sang jenazah semasa hidupnya telah berusaha untuk melunasi seluruh utangnya. Jika
pemerintah atau negara tidak juga memerhatikan hal ini, diperbolehkan dari Sebagian kaum muslimin untuk
melunasinya dengan sukarela. Hal ini berdasarkan hadits shahih berikut.

3
Hadits yang dikisahkan dari sa’ad bin Athwal r.a., “saudaraku telah wafat. Ia meninggalkan tiga ratus
dirham dan beberapa anak dan aku hendak memberikan harta peninggalan itu kepada anak-anaknya. Rasulullah
saw. Memberitahuku, “saudaramu terpenjara oleh utang-utangnya. Karena itu pergilah engkau untuk melunasinya.”
Aku pun pergi melunasi utang saudaraku dan Kembali menemui Rasulullah seraya kukatakan kepada beliau, “wahai
Rasulullah, aku telah tunaikan seluruh utang saudaraku dan tak tersisa kecuali dua dinar yang diakui oleh seorang
Perempuan namun ia tidak mempunyai bukti yang cukup. Rasulullah saw. Menjawab, “Bayarkanla pada Perempuan
itu karena sesungguhnya ia benar”. Dalam Riwayat lain sesungguhnya ia Jujur. (HR Ibnu Majah, Ahmad, dan
Baihaqi). 4

B. Hal-hal Yang Diperbolehkan Ketika seseorang meninggal

Oarang-oarang yang melayat diperbolehkan membuka tutup wajah si mayat dan menciumnya. Bahkan,
boleh menangisinya selama tiga hari. Hal ini berdasarkan hadis-hadis berikut:

a. Jabir bin Abdullah berkata, “Ketika ayahku gugur dalam perang uhud, aku membuka penutup wajahnya lalu
menangis. Para sahabat melarangku, tetapi Rasulullah membiarkanku. Nabi kemudian menyuruh untuk
mengangkatnya. Hal itu membuat bibiku, Fathimah, menangis lalu bersabdalah Rasulullah, “Engkau menangis
ataupun tidak, sesungguhnya malaikat terus menaunginya dengan kedua sayapnya hingga kalian mengangkatnya”.
(HR. Bukhari, Muslim, an-Nasa’I, Baihaqi, dan Ahmad)

b. Aisyah Meriwayatkan bahwa Abu Bakar tiba dengan menunggang kudanya dari tempat tinggalnya hingga turun
dan memasuki masjid sementara saat itu umar bin Khaththab sedang berbicara dengan umat. Abu bakar tidak ikut
menasihati umat, tetapi ia masuk menjumpai aisyah. Ia mengusap paras muka nabi yang sekujur tubuhnya sudah
ditutupi dengan kain lurik lalu dibuka tutup wajahnya dan ia pun menciumnya di antara kedua mata Rasulullah
seraya menangis dan berkata, “Wahai Nabi Allah, aku korbankan ayah dan ibuku untukmu. Allah tidak akan
menyatukan atas engkau dua kematian. Adapun kematian yang kini engkau alami maka telah engkau jalani”. Dalam
Riwayat lain, “sesungguhnya, engkau telah wafat dengan kematian yang tidak ada kematian sesudahnya.” (HR.
Bukhari, an-Nasa’i, Ibnu Hibban, dan Baihaqi).

c. Aisyah meriwayatkan bahwa suatu Ketika Rasulullah dating menjenguk Utsman bin Mazh’un yang telah wafat.
Beliau membuka penutup wajahnya dan menciumnya lalu menangisi hingga aku lihat air mata beliau membasahi
kedua pipinya. (HR. Tirmidzi dan Baihaqi)

4
M. Nashiruddin al-Albani, “Fiqih Lengkap Mengurus Jenazah”, (Depok, Al-Maktab al-Islami- Beirut dan Damaskus
cet., 2014), hal. 10-12

4
d. Abdullah bin Ja’far meriwayatkan bahwa Rasulullah saw menunda melayat keluarga ja’far selama tiga hari
kemudian beliau mendatangi mereka. Beliau Bersabda, “janganlah kalian menangisi lagi saudaraku ini sesudah hari
ini.” (HR. Abu Dawud, an-Nasa’i, dan Ahmad)5

C. Hal-hal yang wajib dilakukan Keluarga dan Kerabat sang Jenazah

Hal yang wajib dilakukan keluarga dan kerabat sang jenazah yaitu:

a. Bersabar dan Rela

Keluarga dan kerabat yang ditinggalkan haruslah bersabar dan rela dengan apa yang telah Allah takdirkan.

Dalam Al-quran sabar mengandung unsur perbuatan; dengan kata lain, sabar adalah sikap yang mendorong
kepada perbuatan dan melakukannya dengan baik. Bagi kaum muslim, itu adalah pengertian yang akrab dan bahkan
menjadi inspirasi untuk berbuat baik. Salah satu cara untuk mengukur hal ini adalah dengan melihat berapa lama
waktu yang dihabiskan untuk menunjukkan ketabahan dan ketabahan dalam menghadapi berbagai kesulitan dan
musibah.

Dalam perspektif agama islam, setiap umat manusia memang akan diuji dengan berbagai cobaan dan
rintangan, termasuk juga ujian kehidupan. Sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah ayat 155-157, Artinya: “Dan kami
pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka berkata “Innalilahi wa inna ilaihi raji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan Kepada-Nyalah kami
Kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan harmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang
yang mendapat petunjuk”. (QS Al-Baqarah (2): 155-157)

Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah Swt. Bahkan Sebagian
ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin
dipisahkan dari keimanan. Sesungguhnya, sabar adalah akhlak mulia yang paling penting, dengan menjadi sabar
seseorang akan terhindar dari Tindakan buruk. Kesabaran adalah potensi jiwa yang memungkinkan kebaikan.
Karena jiwa memiliki dua kemampuan: melakukan dan mencegah. Oleh karena itu, Ketika potensi untuk
melaksanakan diarahkan pada sesuatu yang bermanfaat, itu cenderung terjadi. Sementara potensi mencegah
diarahkan untuk menghindari kerugian yang akan datang, seperti emosi yang tiba-tiba (marah).

Bersabar Ketika mendapat ujian karena kematian anak berpahala besar, seperti dijelaskan dalam hadits-
hadits berikut:

5
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, “Tata Cara Mengurus Jenazah”, (Jakarta, Qisthi Press, 2015), hal. 27-28

5
Pertama Rasulullah saw. Bersabda, “tidaklah seorang muslim ditimpa kematian tiga orang anaknya akan terjilat api
neraka sedikit atau banyak, kecuali sebatas pembayaran dengan sumpah.” (HR Syaikhain, Baihaqi, dan Abu
Hurairah)

Kedua, Rasulullah saw. Bersabda, “Perempuan mana saja yang ditimpa kematian tiga anaknya menjadikannya
sebagai tabir penghalang baginya masuk ke dalam neraka. Seorang Perempuan bertanya, ‘Bagaimana apabila dua
anak?’ Beliau menjawab, ‘Juga dua orang anak.’” (HR Bukhari, Muslim, Baihaqi, dan Abu Sa’id al-Khudri r.a)6

b. Mengucapkan Istirja’

Diharuskan bagi keluarga dan kerabat sang jenazah mengucapkan istirja’ (Melafalkan ucapan Inna lillahi
wa inna ilaihi raji’un) seperti dijelaskan dalam firman Allah surah al-Baqarah ayat 56 dan menambahkannya
dengan doa, “Ya Allah anugerahkanlah pahala atas kesabaranku dalam menghadapi musibah dan berikanlah aku
pengganti yang lebih baik darinya.”

ِ ‫صابَ ۡت ُهمۡ ُّم‬


ِ ‫ص ۡيبَة قَالُ ۡ ٓوا اِنَّا ِ ه‬
َ‫ّلِل َواِنَّـا ٓ اِلَ ۡي ِه ٰر ِجعُ ۡون‬ َ َ ‫ۙ الَّذ ِۡينَ اِذَآ ا‬

Firman Allah SWT Q.S Al-Baqarah ayat 156 yang Artinya: “Yaitu orang-oarang yang Apabila ditimpa
Musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwasannya apapun ujian dan musibah yang menimpa, maka ucapkanlah kalimat
inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami milik Allah SWT dan akan Kembali kepada Allah SWT).
Kalimat ini tidak di ajarkan Allah SWT kecuali kepada Nabi Muhammad saw. Dan umatnya. Yang mengucapkan
kalimat Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun dengan menghayati makna-maknanya yakni “Sesungguhnya kami
milik Allah SWT dan akan Kembali kepada Allah SWT.

Ummu Salamah r.a. Berkata, pada suatu hari Abu Salamah pulang ke rumah dari majelis Rasulullah saw.
Dan berkata Rasulullah saw. Bersabda yang artinya sebagai berikut:

“tiada seorang muslim ditimpa musibah, kemudian ia membaca “inna lillahi wa inna illah raji’un” (sesungguhnya
kami milik allah SWT dan akan Kembali kepada Allah SWT). Lalu membaca “ya Allah SWT berilah pahala bagiku
dalam Musibahku ini, gantilah untukku dari musibahku ini, gantilah untukku dari musibah yang lebih baik dari
padanya”. Melainkan akan diberi ganti oleh allah SWT.”

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tiada musibah yang menimpa seorang muslim kemudian dia
membaca inna lillahi wa inna Ilahi raji’un. Mereka yang meyakini bahwa sesungguhnya semua yang ada adalah
milik allah SWT dan akan Kembali kepada pemilik-Nya yakni Allah SWT. Jadi setiap musibah atau ujian yang
menimpa seorang muslim harus yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi ada hikmah yang tersembunyi dibaliknya.

6
Lilis Rahmawati, “Konsep Sabar dalam Perspektif Ulama Tafsir”, dalam jurnal Theosofi dan peradaban Islam, Vol.
5, No. 2, 2023, hal. 186-194

6
Tidaklah Allah SWT menimpakan musibah kalua seorang makhluk-Nya tidak kuat. Karena Allah SWt
menimpakan suatu ujian kepada makhluk-Nya karena Allah SWt yakin mampu untuk melewati semuanya. Karena
hidup tidak akan terlepas dari pengawasan Allah SWT. Sesungguhnya semua adalah milik Allah SWT dan akan
Kembali kepada Allah SWT. Jadi yakin lah bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini. Dunia hanya tempat merantau
bagi manusia untuk mengumpulkan bekal yang akan di bawa kepada kampung keabadian yakni akhirat. Hidup di
dunia hanyalah sementara.7

D. Hal-Hal Yang Haram Di Lakukan Keluarga Dan Kerabat Sang Jenazah

Rasulullah saw. Telah mengharamkan banyak sikap dalam menghadapi kematian atau dalam
berbelasungkawa. Namun, hal itu masih sering dilakukan oleh kaum Muslima. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu
dihindari dan tidak dilakukan Ketika ada keluarga atau kerabat yang meninggal.

a. Meratapi Jenazah

Dalam hal meratapi jenazah banyak sekali hadits Rasulullah saw, yang shahih yang menjelaskan hal ini.
Berikut ini Hadits Rasulullah yang membahas Persoalan tentang meratapi jenazah.

Pertama, “Empat macam kebiasaan jahilliyah yang masih dilakukan umatku dan tidak juga
ditinggalkannya, yaitu berbangga-bangga dengan keturunan, mengingkari keturunan, minta turun hujan dengan
ramalan Bintang, dan meratap.” Lebih jauh Rasulullah saw. Bersabda, “Dan bagi Perempuan yang meratap, apabila
tidak bertobat sebelum wafat maka di hari kiamat kelak ia akan memakai gamis dari belangkin dan baju besi. (HR
Muslim, Baihaqi, dan Abu Malik al-Asy’ari)

Kedua Rasulullah saw. Bersabda, “Dua hal yang ada pada manusia, yang keduannya menyebabkan mereka
kafir, yaitu mengingkari keturunan dan meratapi kematian.” (HR Muslim, Baihaqi, dan lainnya dari Abu Hurairah
r.a.)

Ketiga, Ketika Ibrahim, putra Rasulullah saw., wafat berteriaklah Usamah bin Zaid, Rasulullah saw.
Menegurnya, “yang demikian bukan dari ajaranku. Tidaklah orang yang berteriak dibenarkan dalam agama hati ini
memang sedih dan kedua mata menangis, namun tidak menjadikan Allah murka.” (HR Ibnu Hibban, Hakim dari
Abu Hurairah r.a.)

b. Menjadikan Makam sebagai tempat perayaan

menjadikan makam sebagai tempat perayaan adalah hal yang di haramkan. Maksudnya adalah pada waktu-
waktu tertentu atau keadaan tertentu, melakukan kegiatan keagamaan dengan tujuan bertabaruk atau lainnya. Hal
ini berdasarkan hadis Abu Hurairah r.a. ia berkata, “Rasulullah saw. Telah bersabda, ‘janganlah kamu jadikan

7
Marhamah, Yusmi, Amina, “Pendidikan Sabar Dalam Al-Qur’an (Kajian Surat Al-Baqarah Ayat 153-157)”, dalam
jurnal Pendidikan Islam, Vol. 4, No.1, 2021, hal.54-55

7
rumahmu bagaikan kuburan dan di mana saja kamu berada bershalawatlah kepadaku karena shalawat kalian akan
disampaikan kepadaku.’” (HR Abu Dawud, Ahmad dengan sanad hasan).

Ada banyak kerusakan besar karena menjadikan kuburan sebagai tempat perayaan, yang hal itu tidak
diketahui secara pasti, kecuali oleh Allah. Adapun di anatara kerusakan yang ditimbulakan karena menjadikan
kuburan sebagai tempat perayaan adalah membuat orang Shalat kepada kuburan; thawaf mengelilinginnya;
menciumnya, mengusapnya, membedaki wajah dengan debu dan tanahnya; menyembah para penghuninya,
meminta pertolongan kepada mereka; memohon kemenangan, rezeki, dan Keshatan kepada mereka; juga memohon
agar dilunaskan dari hutang, dibebaskan dari kesusahan, diangkat dari kelengahan serta berbagai bentuk
permohonan lainnya. Hal yang sama juga diminta oleh para penyembah berhala kepada berhala-berhala mereka.

Ketika sedang sakaratil maut, Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu mewasiatkan “janganlah kalian memasang
tenda di atas kuburanku.” Imam Ahmad membenci tenda yang dipasang di atas kuburan.

Maksudnya orang-orang yang mengagungkan kuburan tersebut, yang menjadikannya sebagai tempat perayaan,
yang menyalakan lampu-lampu di atasnya, yang membangun di atasnya masjid-masjid dan kubah-kubah adalah
menyelisihi perintah Rasulullah SWT serta menentang apa yang beliau bawa. Yang paling parah di antara semua
itu adalah menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah dan menyalakan lampu-lampu di atasnya; ini semua termasuk
dosa besar. Para ulama dari pengikut Imam Ahmad dan lainnya telah mengharamkannya. 8

c. Berpergian untuk Ziarah

dalam hal ini ada sejumlah hadis yang diiwayatkan secara shahih, di antaranya adalah sebagai berikut. Dari
Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw., bersabda, “janganlah kalian mempersiapkan bekal untuk berziarah kecuali
menuju tiga masjid, yaitu masjidil Haram, masjid Rasulullah saw., dan masjid al-Aqsha.

Dari hadits tersebut dapat disimpulkan adanya pengaharaman berpergian menuju ke tempat-tempat yang
dianggap keramat, seperti kuburan para nabi dan orang saleh. Dalam kaitan ini sekalipun penuturannya dengan
redaksi nafi (pengingkaran), tetapi yang dimaksud adalah larangan, seperti ditegaskan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar.
Menurut dia bentuk redaksi tersebut seperti yang di firmankan Allah, “Falaa ra’fatsa walaa fusuuqa walaa jidaala
fil hajj.”

d. Mematahkan Tulalang Belulang Jenazah

Diharamkan mematakan tulang belulang Jenazah Dalilnya adalah Sabda Rasulullah saw. Dari Umrah dan
Aisyah. “sesungguhnya mematahkan tulang orang mukmin yang sudah mati sama saja seperti mematahkannya
dalam keadaan hidup.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, ath-Thahawi, Ibnu Hibban, Ibnu Jarud, ad-Daruqudmi,
Baihaqi, ahmad, Abu Na’im, dan Khathib)

8
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, “Adakah Kuburan Keramat dan Siapakah wali Allah,” (jakarta, Darul falah, 2019), hal.
19-25

8
Hadits ini menujukkan haramnya merusak atau memathkan tulang jenazah mukmin. Oleh karena itu, di
dalam kitab fiqih madzhab Hambali disebutkan, “dan diharamkan memotong atau mematahkan tulang jenazah
seorang mukmin atau bagian yang mana saja, atau membakarnya, sekalipun sang jenazah mewasiatkannya.”
Demikian pula disebutkan dalam kitab asysyaful Qinaa’, demikian pula dalam kitab lainnya.9

E. Dianjurkan Dalam Menghadapi Orang Sakaratul Maut

Sudah menjadi takdir Allah SWT, Ketika ajal akan menjemput manusia pasti akan mengalami sakaratul
maut, dan bagi manusia pasti akan mengalami sakaratul maut dan bagi manusia yang sedang sakaratul maut harus
didampingi serta dibimbing dalam berdzikir kepada Allah SWT.

Bagi orang yang mendampingi seseorang yang sedang menghadapi sakaratul maut, hendaknya melakukan
hal-hal berikut;

a. Memiringkan badannya ke sisi kanan hingga menghadap kiblat. Hal ini karena ittiba’ pada sunah rasul,
sebagaimana yang pernah diterangkan dalam sebuah hadits bahwa Baitul haram adalah kiblat umat islam, baik saat
hidup maupun saat mati.

b. menuntun membaca kalimat Tauhid.

Bagi seseorang yang berada paling dekat dengan orang yang sedang menghadapi sakaratul maut hendaknya
menalqin atau menuntun orang tersebut untuk membaca kalimat tauhid hal ini dimaksudkan agar orang tersebut
mampu mengucapkan kalimat tauhid tersebut. Sebab Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang akhir ucapannya adalah Lailahaillallah, maka masuk surga. (HR. Abu Dawud)

Menurut Hanafiyah dan Malikiyah, yang disunahkan adalah Menalqinkan dua kalimat Syahadat. Sebab
keimanan dengan kalimat yang pertama tidak diterima tanpa kalimat yang kedua dan begitu juga sebaliknya.

c. Membacakan al-Qur’an

Menurut malikiyah, makruh membaca al-Quran untuk seseorang yang sedang menghadapi sakaratul maut
jika dimaksudkan untuk, sebagaimana makruh juga membacakan al-Quran bagi orang sudah meninggal dunia dan
membacanya di atas kubur, sebab hal itu bukan amalan ulama salaf. Namun ulama Muta’akhirin berpendapat bahwa
tidak mengapa membaca al-Quran dan zikir yang pahalanya diniatkan untuk si mayat. Menurut mereka, pahalanya
bisa sampai pada si mayat Insyallah.

Menurut jumhur, disunahkan membaca surat yasin berdasarkan hadits:

9
M. Nashiruddin al-Albani, “Mengurus Jenazah”, (Jakarta, Al-maktab al-islami- Beirut dan damskus Cet., 2014), hal.
213-214

9
“Bacakanlah surat yasin atas orang yang meninggal di antara kalian.

Sebagian ulama Muta’akhirin dari mazhab Hanafi dan Syafi’I juga menganggap baik membacakan surat al-Ra’du,
sebab hal itu dapat memudahkan keluarnya ruh.

d. Membimbingnya agar berbaik sangka pada Allah SWT.

Dalam kondisi apapun juga sebenarnya kaum muslim dituntut untuk selalu berbaik sangka pada Allah. Pun,
dalam kondisi sangat kepayahan saat sakaratul maut, orang-orang terdekatnya dianjurkan untuk membisiki dengan
kalimat baik, menyebutkan kata Allah berulang padanya dan memberikan hiburan untuk bersemangat dalam
menghadapi sakit yang dideritanya, walaupun itu dalam kondisi sangat payah.

Ibnu Abas berkata, “Apabila kamu melihat seseorang menghadapi maut, hiburlah dia supaya bersangka baik kepada
Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu.”

e. Menutup Kedua matanya dan menekan kedua rahangnya dari bawah

f. Mengumumkan berita Kematian

Jumhur Selain Hanabilah berkata, tidak mengapa mengumumkan berita kematian agar Masyarakat dapat
menshalati dan membantu pengurusan jenazah. Namun menurut Hanabilah, makruh Hukumnya mengumumkan
berita kematian seseorang.

g. Mempercepat pengurusan jenazah

Disunahkan Menyegerakan pengurusan jenazah, membayar hutang dan melaksanakan wasiat si mayat.
Penyegeraan pengurusan jenazah ini dimaksudkan supaya jenazah tidak keburu berubah (membusuk). Imam
Ahmad berkata Bahwa menyegerakan pengurusan jenazah adalah suatu kehormatan bagi si mayat. 10

F. Memandikan Jenazah

Kewajiban pertama orang muslim terhadap saudaranya yang telah meninggal dunia adalah
memandikannya. Orang yang lebih berhak memandikan jenazah adalah muhrimnya. Jika muhrimnya tidak ada atau
belum mampu memandikannya maka dapat diserahkan kepada orang yang dapat dipercaya dalam menjaga
kerahasiaan jenazah jika jenazahnya laki-laki maka yang memandikan laki-laki dan jika Wanita maka yang
memandikan adalah Wanita.

Syarat-syarat jenazah yang akan dimandikan:

a. Beragama Islam

10
Shifiyun Nahidlah, “Kajian Fiqih”, (Malang, Media Nusa Creative, 2020), hal. 48-51

10
b. Didapati Tubuhnya walaupun hanya Sebagian

c. tidak mati syahid (mati dalam membela agama Allah).

d. jenazah ditempatkan pada tempat yang terlindung dari panasnya matahari, hujan, pandangan orang banyak, dan
ditempatkan pada tempat yang lebih tinggi.

e. jenazah diberi pakaian basahan agar auratnya tetap tertutup11

setiap orang muslim yang meninggal dunia wajib dimandikan, dikafani dan dishalatkan terlebih dahulu
sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim
menurut Jumhur ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, Kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di
tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh Sebagian orang, maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.

Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Orang yang utama memandikan jenazah untuk mayat laki-laki, orang yang utama memandikan dan mengkafani
mayat laki-laki adalah orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, mahramnya dan
istrinya

b. untuk mayat Perempuan, orang yang utama untuk memandikan mayat Perempuan adalah ibunya, neneknya,
keluarga terdekat dari pihak Wanita serta suaminya.

c. Untuk mayat anak laki-laki dan anak Perempuan, untuk mayat anak laki-laki boleh Perempuan yang
memandikannya dan sebaliknya untuk mayat anak Perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.

Syarat bagi orang yang memandikan jenazah

1. muslim, berakal, dan baligh

2. berniat memandikan Jenazah

3. Jujur dan Shaleh

4. Terpercaya, Amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan memandikannya sebagaimana yang diajarkan
sunnah serta mampu menutupi aib si mayat.

d. Mayat yang wajib untuk dimandikan mayat seorang muslim dan bukan kafir, bukan bayi yang keguguran dan
jika lahir dalam keadaan sudah meninggal tidak dimandikan dan bukanmayat yang mati syahid

e. Tata cara Memandikan jenazah

Hal-hal yang perlu dipersiapkan ketikamemandikan mayat.

11
Mariatul Qibtiah, “Hasil Belajar Memandikan Jenazah Materi Praktik Penyelenggaraan jenazah melalui Metode
Demonstrasi”, dalam jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan Vol.3, No. 1, 2017, hal. 55

11
1. sediakan tempat mandi

2. Air Bersih

3. Sabun

4. Sarung Tangan

5. sedikit kapas

6. Air Kapur barus

f. Cara memandikan mayat:

1. Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.

2. yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan

3. air bersih

4. sediakan air sabun

5. sediakan air kapur barus

6. Istinjakkan mayat terlebih dahulu

7. kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan dan kaki dan
rambutnya

8. mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan-lahan

9. siram atau basuh seluruh anggota tubuh mayat dengan air sabun juga

10. kemudia siram dengan air yang bersih seluruh anggota badan si mayat sambil berniat.

11. siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki tiga (3) kali dengan air bersih.

12. siram sebelah kanan tiga kali.

13. siram sebelah kiri tiga kali

14. kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung sebelah kirinya.

15. siram Kembali dari kepala hingga ujung kaki

16. setelah itu siram dengan air kapur barus.

12
17. setelah itu jenazah diwudhukkan. 12

G. Mengkafani Jenazah

Mengkafani jenazah merupakan proses membungkus jenazah dengan selembar kain atau lebih,yaitu
menggunakan kian kafan. Kain kafan hendaknya dibeli dari harta peninggalan sang mayat. Jika orang yang wafat
tidak meninggalkan harta untuk dapat dibelikan kain kafan, jika orang yang menanggu kebutuhannya juga tidak
ada, maka kaum muslimin yang wajib menyediakannya.

Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:

a. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh mayat.

b. kain kafan hendaknya berwarna putih.

c. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis kain, tiap-tiap lapis menutupi sekalian badannya.
Sebagian ulama berpendapat, satu dari tiga lapis itu hendaklah izar (kain mandi), dua lapis menutupi sekalian
badannya.

Adapun cara mengkafani laki-laki:

a. Dihamparkan sehelai-sehelai dan ditaburkan diatas tiap-tiap lapis itu harum-haruman seperti kapur barus dan
sebagainya.

b. lantas mayat diletakan diatasnya sesudah diberi kapur barus dan sebagainya. Kedua tangannya diletakkan
diatas dadanya, tangan kanan diatas tangan kiri, atau kedua tangan itu diluruskan menurut lambungnya
(rusuknya).

c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran
dengan kapas.

d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya lakukan
seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut.

e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima ikatan.

Untuk kain kafan mayat Perempuan terdiri dari 5 lembar kain, yaitu terdiri dari:

a. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.

b. lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.

12
Tgk. Husnan M. Thaib, SHI, “Keutamaan Mengjenguk Orang sakit Dan Tata cara mengurusi jenazah”, (Aceh,
Dayah Riyadhus Shalihin Al Aziziyah, 2019, hal. 13-16

13
c. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.

d. Lembar keempat berfungsi sebagai untuk menutup piggang hingga kaki.

e. Lembar kelima berfungsi Untuk menutup pinggul dan paha.

Sedangkan cara mengkafani jenazah perempuan:

a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib.

b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi
dengan wangi-wangian atau kapur barus.

c. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih menggeluarkan kotoran dengan kapas

d. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.

e. Pakai sarung.

f. Pakaikan baju kurung.

g. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.

h. Pakaikan kerudung.

i. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menentukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu
digulungkan kedalam.

j. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan,

Dianjurkan menggunakan kain kafan yang baik maksudnya baik sifatnya dan baik cara memakainya,
serta terbuat dari bahan yang baik. Sifat-sifatnya telah diterangkan, yaitu kain putih, begitu pula cara
memakaikannya dengan baik. Adapun baik yang tersangkut dengan dasar kain yang putuih, begitu pula dasar kain
ialah, jangan sampai berlebih-lebihan memilih dasar kain yang mahal-mahal harganya. 13

H. Menshalatkan Jenazah

Shalat jenazah adalah Shalat yang dilakukan untuk mendoakan jenazah (mayat) seorang Muslim. Dalam
berbagai hadisnya Nabi Muhammad Swa. Memerintahkan kepada kita agar melakukan Shalat jenazah ini jika
diantara saudara kita yang muslim meninggal dunia. Dari hadits-hadits itu jelaskanlah bahwa shalat jenazah itu

13
Muhammad Hanif, “Penerapan metode simulasi dalam pembelajaran mengkafani jenazah di majelis ta’lim al-
bakri”, dalam jurnal Al-Miskawaih, Fol. 2, No. 1,2021, hal. 62-64

14
sangatlah dianjurkan, meskipun dianjurkan untuk shalat jenazah ini tidak sampai wajib atau fardlu ‘ain.
Hukumnya menshalatkan jenazah hanyalah fardlu kifayah. 14

Untuk shalat jenazah, perlu diperhatikan syarat-syarat tertentu. Syarat ini berlaku di luar pelaksanaan
shalat. Syarat-syarat seperti berikut:

a. Syarat-syarat yang berlaku untuk shalat berlaku untuk shalat jenazah.

b. Mayat terlebih dahulu harus dimandikan dan dikafani.

c. Menaruh mayat hadir dimuka orang yang menshalatkannya.

Adapun rukun shalat jenazah (yang berlangsung selama pelaksanaan shalat jenazah) adalah sebagai
berikut:

a. Niat melakukan shalat jenazah semata-mata karena Allah.

b. Berdiri bagi orang yang mampu.

c. Takbir (membaca Allahu Akbar) empat kali.

d. Membaca surah Al-Fatihah setelah Takbir kedua.

e. Berdoa untuk mayat dua kali setelah takbir ketiga dan keempat.

f. Salam.

Dari rukun shalat jenazah diatas, maka cara melakukan shalat jenazah dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Setelah memenuhi semua persyaratan untuk shalat, maka segeralah berdiri dan berniat untuk shalat jenazah
dengan Ikhlas semata-mata karena Allah. Contoh lafazh niat shalat jenazah yang artinya: “Saya berniat shalat
atas mayat ini dengan empat takbir sebagai fardlu kifayah, menjadi imam/ma’mum karena Allah Ta’ala. Jika
jenazahnya Perempuan, maka kata ‘hadzal mayyiti’ diganti dengan kata ‘hadzihil mayyiti”.

b. Setelah itu bertakbir dengan membaca Allahu Akbar.

c. Setelah takbir pertama lalu membaca al-Fatihah yang kemudian disusul dengan takbir kedua.

d. Setelah tekbir kedua lalu membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw. Yang artinya. “Ya Allah, Rahmatilah
Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah merahmati Ibrahim, dan berkatilah
Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana engkau telah memberkati Ibrahim. Engkau Maha Terpuji
dan Maha Agung di dalam alam semesta” (HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud).

14
Abdullah, David, “Penyelenggaraan Jenazah Di Yayasan Istiqomah Kebupaten Tolitoli Sulawesi Tengah” Dalam
Jurnal Gembira, Vol, 1, No 5, Oktober 2023, hal. 1259

15
e. Setelah itu takbir yang ketiga dan membaca doa. Lafazh doanya, yang artinya: “Ya Allah ampunilah ia dan
kasihanilah ia, sejahterahkanlah ia dan maafkanlah kesalahannya” (HR. Muslim).

f. Setelah itu takbir yang ke empat dan membaca doa lagi. Lafazh doanya, yang artinya, “Ya Allah, janganlah
engkau rugikan kami dari pada mendapat ganjarannya, dan janganlah engkau beri kami fitnah
sepeninggalannya, dan ampunilah kami dan dia” (HR. al-Hakim).

g. Setelah itu mengucapkan salam dua kali sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam rangka pelaksanaan shalat jenazah diantarannya sebagai
berikut:

a. Tempat berdirinya imam pada arah kepala mayat jika mayat itu laki-laki dan pada arah patatnya (di tengah) jika
Perempuan.

b. Mayat yang jumblahnya lebih dari satu dapat dishalatkan Bersama-sama sekaligus dengan meletakkan mayat
laki-laki dekat imam dan mayat perempuan dekat arah kiblat.

c. Semakin banyak yang menshalatkan jenazah semakin besar terkabulnya permohonan ampun bagi si mayat

d. Sebaiknya jama’ah shalat disusun paling tidak menjadi tiga baris.

e. Mayat yang dishlatkan adalah mayat Muslim atau Muslimah selain yang mati syahid dan anak-anak.

f. Bagi yang tidak dapat menshlatkan jenazah dengan hadir, maka dapat menshalatkannya dengan ghaib.

g. Shalat jenazah dilakukan tenpa azan dan Iqmah. 15

I. Mengusung dan Mengiringi Jenazah

Mengusung jenazah adalah minimal jenazah harus dibawa dengan cara yang terhormat. Adapun cara yang
sempurna adalah jenazah diusung oleh tiga orang, dengan satu orang didepan dan dua orang dibelakang, sebagai
hadits Riwayat Al-Baihaqi yang mengisahkan Rasulullah saw berada didepan sendirian, Ketika, beliau
mengusung jenazah sa’d bin Mu’adz ra.

Bila jenazah dirasakan berat, maka jumlah pengusung boleh ditambahkan sesuai kebutuhan, dan pengusung
jenazah hendaknya laki-laki. Disunahkan untuk berjalan didepan dan di dekat jenazah, seraya bertafakkur tentang
kematian, serta peristiwa setelahnya, dan bersegera dalam berjalan.

Beberapa hal yang dimakruhkan saat mengusung dan mengiringi jenazah adalah:

15
Agus Riyadi’, “Upaya Pemberdayaan Dan Peningkatan Keterampilan Pemulasaraan Jenazah” Dalam Jurnal Dimas,
Vol. 13, No. 2, Tahun 2013, ha. 10-11

16
a. Berbincang tentang hal yang duniawi dan mengeraskan suara, kecuali saat melantunkan Al-Qur’an, zikir dan
Shalawat Nabi saw. Dengan ditunjukkan sebagai syiar.

b. Berdiri saat ada rombongan pengusung jenazah lewat, kecuali hendak ikut ke pemakaman.

c. Mengiringi jenazah dengan membawah obor.

d. Perempuan, kecuali bila terindikasi ada keharaman, maka Perempuan diharamkan mengiring jenazah.

Ada tradisi di Masyarakat, sebelum jenazah diusung dan diiring menuju kuburan, perwakilan ahli waris
(pemuka agama setempat) akan berbicara tentang:

a. Mengingatkan kematian bagi para pelayat.

b. Mengingatkan Kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan jenazah

c. Mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada jenazah dan keluarga jenazah, serta
permohonan maaf kepada para pelayat atas nama jenazah

d. Meminta kerelaan dan kesanggupan untuk menanggung hak adami dari jenazah sesame hidup

e. Meminta persaksian kepada pelayat akan kebaikan jenazah semasa hidup, karena persaksian mereka akan
menentukan Nasib dan keberadaan jenazah di akhirat nanti.16

J. Menguburkan Jenazah

Menguburkan jenazah merupakan prosesi tahap akhir dalam mengurusi jenazah. Menguburkan jenazah
akan membangkitkaan kesadaran umat muslim dalam melaksanakan kewajiban beragama maupun bersosial.
Selain itu, melihat jenazah akan mengigatkan manusia bahwa kehidupan tidak ada yang abadi. Kematian menjadi
suratan takdir tanda berakhir perjalanan kehidupan seseorang di dunia, untuk menjalani dunia lain.

Berikut tata cara menguburkan jenazah sesuai syariat islam dari berbagai sumber:

a. Menguburkan di pemakaman muslim

b. Alangkah baiknya bila seorang muslim yang meninggal, dikuburkan di pemakaman khusus. Apabila tidak ada,
serta waktu menguburkan jenazah yang dilakukan segera dianggap tidak masalah. Selama proses penguburannya
masi sesuai syariat islam.

c. Kendaraan, tentunya mobil jenazah berada paling depan diikuti rombongan yang lain.

16
Ust. Muhammad Syafril, “Menjemput Husnul Khatimah”, (Jakarta: Qultummedia, 2023), hal. 36-37

17
d. Ketika ada kendaraan lain yang hendak lewat, sebaiknya mendahulukan iringan jenazah untuk lewat terlebih
dahulu.

e. Waktu penguburan jenazah.

Mengenai waktu menguburkan jenazah perlu diperhatikan pula, karena bisa berdampak pada proses
pemakaman serta ketersediaan warga yang membantu menguburkan. Beberapa waktu yang sebaiknya dihindari
Ketika menguburkan jenazah:

. Matari terbit hingga naik.

. Matahari berada di Tengah-tengah.

. Matahari hampir terbenam atau benar-benar terbenam.

f. Adab masuk kuburan.

Para pelayat dan pengiring jenazah tidak dianjurkan untuk duduk sebelum jenazah diturunkan untuk duduk
sebelum jenazah diturunkan dari parapembawaannya.

g. Memasukkan jenazah kelubang kubur

Bagi jenazah Perempuan, dikhususkan untuk membentangkan kain diatas lubang kubur. Ketika
memasukkan jenazah kedalam lubang, yang melakukan sebaiknya dua atau tiga orang laki-laki yang paling dekat
dengan keluarga jenazah, diusahakan oleh mereka yang Ketika malam harinya tidak junub. Cara jenazah dengan
mendahulukan kepala, kemudian meluruskan kakinya. Ketika meletakkannya dilubang kubur, disunahkan
membaca: “BISMILLAHI WA’ALA SUNATI RASULILAHI SHALLALAHU’ ALAIHI WA SALLAMA”

Artinya: Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah”.

h. Posisi jenazah

posisi jenazah didalam lubang kubur, wajib dimiringkan kesebela kanan atau menghadap arah kiblat. Jika
jenazah tidak dihadapkan kearah kiblat namun terlanjur diurung tanah, maka harus menggali lagi dan
menghadapkan jenazah kearah kiblat. Setelah jenazah diletekkan secara perlahan didasar lubang, disunahkan
untuk melepas ikatan talinya, dimulai dari kepala dan muka kain, pipi serta jari-jari kaki harus menempel pada
tanah.

Wilayah Indonesia, arah kiblatnya cenderung kebarat. Sehinggah posisi kepala selalu di utara. Bila posisi
kepala di sebelah Selatan, maka untuk menghadapkannya kearah kiblat harus memiringkan tubuh jenazah ke sisi
kiri.17

17
H. Sopian Rinduan, S.Ag., M.Pd. “Paduan Fardu kifayah” (Bandung:Tata Akbar, 2021), hal. 54-56

18
BAB III

Kesimpulan

Pengurusan Jenazah melibatkan Proses Mulai dari memandikan, Mengkafani, Menshalatkan hingga
menguburkan jenazah. Hal ini merupakan bagian penting dalam tata cara keislaman yang mengajarkan
penghormatan terakhir terhadap orang yang meninggal.

Memandikan Jenazah adalah proses membersikan Tubuh mayat dengan air, dilakukan sesuai tata cara islam.
Tujuannya adalah untuk menjaga kebersihan menghormati jenazah, dan mempersiapkannya untuk dimakamkan
dengan layak

Mengkafani jenazah adalah proses membungkus jenazah dengan selembar kain atau lebih yaitu menggunakan kain
kafan.

Shalat Jenazah adalah shalat yang dilakukan untuk mendoakan jenazah seorang muslim. Dalam berbagai haditsnya
Nabi Muhammad SAW. Memerintakan kepada kita agar melakukan shalat jenazah ini jika di antara saudara kita
yang muslim meninggal dunia.

Menguburkan Jenazah merupakan prosesi tahap akhir dalam mengurusi jenazah. Menguburkan jenazah akan
membangkitkan kesadaran umat muslim dalam melaksanakan kewajiban beragama maupun bersosial.

19
Daftar Pustaka

al-bani, S. M. (2015). Tata cara mengurus jenazah. jakarta : Qisthi Press.

Baehaqi. (2023). Pedampingan pengurusan Jenazah putri di dukuh ngentak Jumapolo karanganyar. Madaniyah,
1263.

Elvi, A. (2021). Sikap Peduli siswa terhadap pengurusan jenazah pada sekolah menengah atas bandung . Lentera,
67.

Ibnu, A. J. (2019). Adakah kuburan keramat dan siapakah wali Allah. jakarta: Darul Falah.

Lilis, R. (2023). Konsep sabar dalam perspektif ulma tafsir . Theosofi dan peradaban, 186-194.

M, A.-b. n. (2014). Fiqih Lengkap mengurus jenazah. Depok: Al-Maktab al-Islami -Beirut dan Damaksus cet.

Marhamah. (2021). Pendidikan sabar dalam Al-Qur'an (kajian surat Al-Baqarah ayat 153-157). pendidikan islam,
54-55.

Mariatul, Q. (2017). Hasil belajar memandikan jenazah materi praktik penyelenggaraan jenazah melalui metode
demonstrasi. penelitian tindakan dan pendidikan , 55.

Sahmiar, P. (2020). Peningkatan Keterampilan Pengurusan Jenazah Di MTS Ulumul Quran Medan. Pendidikan,
sosial dan agama, 26.

Sifiyun, N. (2020). kajian fiqih. malang: media Nusa Creative.

sopian, R. (2021 ). Panduan Fardu Kifayah. bandung : tata Akbar.

20

Anda mungkin juga menyukai