DISUSUN OLEH:
(2030502128)
DOSEN PENGAMPU:
2021
KANTAR PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................... 0
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian merupakan sesuatu hal yang pasti akan dialami setiap makhluk
hidup, kedatangannya adalah sesuatu yang tidak bisa di pastikan. Bila
seseorang muslim dan muslimah meninggal dunia, syari’at islam mewajibkan
jenazah tersebut harus dirawat dengan baik, yaitu dimandikan, dikafani, dan
dishalatkan kecuali terhadap orang-orang yang meninggal dunia dalam keadaan
syahid, kemudian baru dimakamkan.
Adapun hukum melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut adalah fardhu
kifayah, artinya apabila ada salah seorang yang melakukan nya maka gugurlah
kewajiban itu tetapi kalau tidak ada seorang pun yang melakukannya, maka
semua berdosa.
Diantara kewajiban itu ialah Apabila ada seseorang meninggal, maka
kewajian umat muslim untuk mempercepat penyelenggaraan jenazah dan
melaksanakan kewajiban terhadap si mayit yaitu: Memandikan, Mengkafani,
Menshalati, dan Menguburkan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Memandikan Jenazah
Mandikanlah dia dengan air serta daun bidara (atau sesuatu yang dapat
membersihkan seperti sabun). ( H.R. Bukhori :1186)
a. Muslim.
b. Ada tubuhnya walaupun sedikit.
c. Tidak mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).
Orang yang mati syahid tidak wajib dimandikan.
d. Bukan mayat bayi yang dalam keguguran dan lahir dalam keadaan tidak
bernyawa (mati).1
e. Ada air bersih untuk memandikannya. Jika tidak mampu mendapatkan
air maka tidak wajib dimandikan, cukup dengan ditayamumkan.
1
https://mantrasukabumi.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-20648338/syarat-dan-tata-
cara-memandikan-jenazah-yang-baik-dan-benar-sahabat-wajib-tahu (diakses pada 10
November pukul 13.00)
2
terjadi fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun orang
yang berhak memandikan jenazah antara lain :
2
A. Munir dan Sudarsono, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), hlm
135
3
nihayah (tidak meratapinya), Dan doakan untuk minta diampuni
dosanya.3
3
H. Moenir Mana, Pilar Ibadah dan Doa, (Bandung : Angkasa, 1993), hlm 88.
4
n. Miringkan jenazah ke seblah kiri, bersihkan dan gosok badan jenazah
mulai dari kepala bagian belakang, leher, tangan kanan, punggung,
pinggang, dan kaki bagian belakang dengan air sabun.
o. Bilas dengan air bersih. 4
p. Miringkan jenazah ke sebelah kanan, bersihkan dan gosok jenazah lalu
kembalikan ke posisi semula (berbaring).
q. Bersihkan kotoran pada kuku-kuku jari tangan dan kaki.
r. Bersihkan kemaluan dan daerah sekitarnya dengan air sabun, upayakan
tangan tidak menyentuh kemaluan secara langsung.
s. Bersihkan lubang duburnya sampai benar-benar bersih.
t. Disabun pelan-pelan dengan waslap air sabun, lalu diguyur air sampai
bersih.
u. Bilas dengan air bersih dan air kapur barus.
v. Wudhukan, akhiri pemandian.
w. Sesudah bersih, keringkan jenazah dengan handuk bersih atau kain
penegering lainnya. Lepaskan kain basahan dan ganti dengan kain
panjang (jarik, lawa) kering.
x. Jika jenazahnya perempuan rambutnya di pintal/diikat menjadi tiga,
sebelum di kafani jenazah dikerukup kain.
y. Jenazah siap di kafani. 5
4
Duta Grafika, Tuntunan Praktisn Perawatan Jenazah, (Semarang : Pustaka Nuun, 2005),
hlm 26-35.
5
ibid
5
Dia tidak mau menerima segala peribadahan kecuali yang murni
ditujukan kepada-Nya.6
B. Mengkafani Jenazah
a. Letakkan tali pendek pada posisi kepala dan ujung kaki, 60 cm pada
lutut dan tali panjang pada perut dan dada.
b. Letakkan dua lembar kafan seukuran tubuh jenazah diatas tali pocong
kain pertama digeser ke kanan, kain kedua digeser ke kiri (supaya bisa
melingkupi seluruh tubuh).
c. Letakkan kain segitiga penutup kepala pada tali pocong kepala.
d. Letakkan tali panjang melintang pada bagian perut, letakkan selempang
kain untuk badan dengan posisi lubang kepala tepat dibawah kain
6
M. Nashiruddin Al-Albani, Fiqih Lengkap Mengurus Jenazah, (Jakarta : Gema Insani,
), hlm 47-48.
6
segitiga, dan tali pocong kepala dan kain sarung pada perut sampai
mata kaki.
e. Letakkan kain cawat pada sambungan kain baju dan sarung untuk
penutup kemaluan jenazah lalu letakkan kapas lipat diatas cawat
tersebut.
f. Taburi seluruh bagian penutup tubuh jenazah dengan kapur barus dan
mnyak wangi.
g. Jenazah siap dikafani, letakkan jenazah pada posisi tengah kain dengan
kepala tepat pada lubang baju (perhatikan panjang tubuh dengan lipatan
kain).
h. Lipat kearah perut kain bajunya, masukan kepalanya lewat lubang yang
ada.
i. Posisikan tangan kanan diatas tangan kiri secara sedekap, lapisi sela-
sela jarinya dengan kapas.
j. Tutupi lubang hidung dan telinganya dengan kapas, tutup pula mata dan
mulutnya dengan kapas.
k. Pakaikan tutup kepalanya, belitkan pada leher supaya tidak kendur.
l. Lipat kedalam kain baju sebalah kanan dulu, baru yang kri lipat pula
kain sarung sebelah kanan dulu baru yang kiri kemudian ikatkan tali
pinggangnya.
m. Lipat kedalam (balutkan) kain panjang sebelah kanan kemudian yang
sebelah kiri , rapikan balutannya.
n. Ikatlah bagian ujung kaki setelah semua kain disatukan dengan tali
simpul satu kali pada sebalah kiri jenazah, kemudian gulung ke atas
kain yang diikat itu sehingga membentuk kelopak mekar.
o. Ikatkan tali pada lututnya dengan tali simpul satu tali simpul satu kali
pada bagian kiri jenazah.
p. Ikatkan tali perut dengan tali simpul satu kali pada bagian dadanya.
q. Ikatkan tali dada dengan tali simpul satu kali pada bagian dadanya.
7
r. Ikatkan tali pocong kepala setelah semua kain disatukan dengan tali
simpul satu kali pada bagian kiri, gulung ke bawah kain yang diikat itu
sehingga membentuk kelopak.7
s. Tutupi jenazah tersebut dengan kain panjang.
t. Posisikan jenazah menghadap kiblat kepala membujur ke arah utara.
C. Mensholatkan Jenazah
7
Duta Grafika, Tuntunan Praktisn Perawatan Jenazah, (Semarang : Pustaka Nuun, 2005),
hlm 37-45.
8
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2013), hlm 171-186
8
3. Tata Cara Shalat Jenazah
D. Menguburkan Jenazah
9
DKAH Rustam, Fikih Ibadah Kontemporer, (Semarang : CV. Karya Abadi Jaya, 2015)
9
ampun dan minta supaya ia mempunyai keteguhan dalam menjawab
pertanyaan malaikat).
10
k. Buka kain luarnya sehingga tampak wajah dan kakinya, ciumkan
hidung dan pipinya ke tanah demikian juga dengan ujung kakinya.
l. Ganjal tubuh jenazah dengan bongkahan tanah pada posisi tengkuk,
punggung, pinggang belakang lutut dan belakang mata kaki.
m. Tutup liang lahat dengan papan kayu/bambu.
n. Setelah itu mayat hendaklah ditutup dengan kepingan atau
bongkahan tanah atau papan agar tanah penimbun tidak langsung
menimpa papan penutup mayat.
o. Sunnah sebelum menimbun kuburan., terlebih dahulu memasukan
tiga genggam tanah dari arah kepalanya setelah itu barulah ditimbun
seluruhnya.
p. Timbun liang kubur dengan tanah galian tersebut, buat gundukan
diatas kubur.
q. Pasang nisan pada sisi utara dan selatan.
r. Doa.10
10
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2013), hlm 171-180
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
https://mantrasukabumi.pikiran-rakyat.com
Rustam. 2015. Fikih Ibadah Kontemporer. Semarang. CV. Karya Abadi Jaya
13