Anda di halaman 1dari 16

KEWAJIBAN ORANG HIDUP TERHADAP JENAZAH KELUARGANYA

DISUSUN OLEH:

Indah Maya Sari

(2030502128)

DOSEN PENGAMPU:

H. Adi Bakhtiar, Lc., M.A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2021
KANTAR PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, berkat rahmat Allah SWT. yang telah


melimpahkan taufik dan hidayahNya kepada Kami, sehingga Kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat sejalan dengan tugas yang diberikan oleh Dosen pada
mata kuliah ”Fiqh” yang berjudul “Kewajiban Orang Hidup Terhadap Jenazah
Keluarganya” dengan tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
mahasiswa dalam bidang media pembelajaran.
Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
oleh karena itu, Kami sangat menerima kritik dan saran dari Dosen dan rekan-
rekan mahasiswa yang bersifat membangun guna perbaikan kualitas makalah
ini dan supaya sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Semoga makalah ini bisa bermamfaat dan membantu para mahasiswa,
khususnya di Fakultas Dakwah dan Komunikasi sehingga kita bisa memahami
materi perkuliahan yang diberikan.

Palembang, 27 November, 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................... 0
KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Makalah ............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2


A. Memandikan Jenazah .................................................................... 2
B. Mengkafani Jenazah ...................................................................... 6

C. Mensolatkan Jenazah .................................................................... 8


D. Menguburkan Jenazah .................................................................. 9

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 12


A. Kesimpulan................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian merupakan sesuatu hal yang pasti akan dialami setiap makhluk
hidup, kedatangannya adalah sesuatu yang tidak bisa di pastikan. Bila
seseorang muslim dan muslimah meninggal dunia, syari’at islam mewajibkan
jenazah tersebut harus dirawat dengan baik, yaitu dimandikan, dikafani, dan
dishalatkan kecuali terhadap orang-orang yang meninggal dunia dalam keadaan
syahid, kemudian baru dimakamkan.
Adapun hukum melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut adalah fardhu
kifayah, artinya apabila ada salah seorang yang melakukan nya maka gugurlah
kewajiban itu tetapi kalau tidak ada seorang pun yang melakukannya, maka
semua berdosa.
Diantara kewajiban itu ialah Apabila ada seseorang meninggal, maka
kewajian umat muslim untuk mempercepat penyelenggaraan jenazah dan
melaksanakan kewajiban terhadap si mayit yaitu: Memandikan, Mengkafani,
Menshalati, dan Menguburkan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara Memandikan jenazah ?


2. Bagaiman cara Mengkafani jenazah ?
3. Bagaimana cara Mensolatkan jenazah ?
4. Bagaimana cara Menguburkan jenazah ?

C. Tujuan Makalah

1. Mengetahui dan memahami cara Memandikan jenazah ?


2. Mengetahui dan memahami cara Mengkafani jenazah ?
3. Mengetahui dan memahami cara Mensolatkan jenazah ?
4. Mengetahui dan memahami cara Menguburkan jenazah ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Memandikan Jenazah

Kewajiban pertama yang harus dilakukan terhadap jenazah adalah


memandikannya. Salah satu petunjuk dalam memandikan jenazah terdapat
dalam hadist berikut ini, yang artinya :

Mandikanlah dia dengan air serta daun bidara (atau sesuatu yang dapat
membersihkan seperti sabun). ( H.R. Bukhori :1186)

Dalam memandikan Jenazah ada ketentuan-ketentuan yang mesti yang


telah ditetapkan dalam Islam, diantaranya :

1. Syarat Jenazah yang akan dimandikan

a. Muslim.
b. Ada tubuhnya walaupun sedikit.
c. Tidak mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).
Orang yang mati syahid tidak wajib dimandikan.
d. Bukan mayat bayi yang dalam keguguran dan lahir dalam keadaan tidak
bernyawa (mati).1
e. Ada air bersih untuk memandikannya. Jika tidak mampu mendapatkan
air maka tidak wajib dimandikan, cukup dengan ditayamumkan.

2. Orang yang berhak memandikan jenazah

Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini


dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan aib atau cacat penyakit yang masih
ada di dalam tubuh jenazah tersebut. Selain itu tujuan lainnya ialah agar tidak

1
https://mantrasukabumi.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-20648338/syarat-dan-tata-
cara-memandikan-jenazah-yang-baik-dan-benar-sahabat-wajib-tahu (diakses pada 10
November pukul 13.00)

2
terjadi fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun orang
yang berhak memandikan jenazah antara lain :

a. Apabila mayat laki-laki, hendaklah yang memandikanya juga laki-laki


pula, perempuan tidak boleh memandikan mayat laki-laki, kecuali istri
dan muhrimnya. Jika mayat perempuan, hendaklah dimandikan oleh
perempuan pula, laki-laki tidak boleh memandikan mayat perempuan
kecuali suami atau muhrimnya.
b. Orang yang berhak memandikan jenazah adalah orang yang telah
ditunjuk oleh si mayit sendiri sebekum wafatnya (berdasarkan
wasiatnya)
c. Bapaknya, sebab ia tentu lebih tahu mengenai si mayit daripada anak si
mayit itu sendiri. Kemudian keluarga terdekat si mayit
d. Jenazah wanita dimandikan oleh pemegang wasiatnya. Kemudian
ibunya lalu anak perempuanya setelah itu keluarga terdekat.
e. Seorang suami boleh memandikan jenazah istrinya berdasarkan sabda
Nabi SAW kepada Aisyah Radhiallahu’Anha : “ Tentu tidak ada yang
membuatmu gundah sebab jika kamu wafat sebelumku, akulah yang
memandikan jenazahmu “2

3. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika memandikan jenazah

a. Bila sesorang muslim telah menemui ajalnya (berpulang ke


rahmatullah) pertamatama urusan penyelenggaraannya, hendaklah
dipejamkan (ditutupkan) matanya dan diluruskan kedua kakinya dan
dilipatkan kedua tangannya di atas dadanya.
b. Hendaklah ditutup seluruh badannya dengan kain sebagai
penghormatan kepadanya dan tidak terbuka aratnya.
c. Tidak ada halangan bagi keluarganya untuk mencium si jenazah
sebagai pertanda kasih sayang terakhir/ tanda berduka tapi tidak dengan

2
A. Munir dan Sudarsono, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), hlm
135

3
nihayah (tidak meratapinya), Dan doakan untuk minta diampuni
dosanya.3

4. Tata cara memandikan Jenazah

a. Letakkan jenazah membujur dengan kepala ke arah utara, kaki ke arah


selatan atau sesuaikan dengan letak dan ruang yang tersedia.
b. Tinggikan posisi kepala dari badannya supaya air tidak masuk ke
rongga mulut dan hidung.
c. Tekan perut jenazah supaya fesesnya dapat keluar. Menekan perutnya
dengan pelan-pelan kecuali jenazah yang hamil.
d. Niatkan memandikan jenazah.
e. Memulai memandikan dengan menyiramkan air ke seluruh tubuhnya
dari kepala hingga ujung kaki dengan mendahulukan anggota kanan
dan anggota wudhu.
f. Sewaktu memandikan jenazah harus memperlakukannya dengan lembu.
g. Mereka yang memandikan jenazah haruslah orang-orang yang dapat
dipercaya.
h. Siram seluruh permukaan rambut dan kulit jenazah secara merata
sampai sela-sela jari dan lipatan kulit dengan air sabun.
i. Keramasi setiaphelai rambut dan kulit kepala dengan air sampo secara
merata.
j. Basuh dan gosok wajahnya dengan air sabun secara merata, bersihkan
lubang hidung dan telinga.
k. Membersihkan rongga mulutnya, kuku-kukunya dan seluruh tubuhnya
dari kotoran dan najis.
l. Bersihkan dan gosok dengan air sabun bagian leher, dada, tangan, perut
terus turun ke arah mata kaki dengan mendahulukan sebelah kanan baru
sebelah kiri.
m. Bilas dengan air.

3
H. Moenir Mana, Pilar Ibadah dan Doa, (Bandung : Angkasa, 1993), hlm 88.

4
n. Miringkan jenazah ke seblah kiri, bersihkan dan gosok badan jenazah
mulai dari kepala bagian belakang, leher, tangan kanan, punggung,
pinggang, dan kaki bagian belakang dengan air sabun.
o. Bilas dengan air bersih. 4
p. Miringkan jenazah ke sebelah kanan, bersihkan dan gosok jenazah lalu
kembalikan ke posisi semula (berbaring).
q. Bersihkan kotoran pada kuku-kuku jari tangan dan kaki.
r. Bersihkan kemaluan dan daerah sekitarnya dengan air sabun, upayakan
tangan tidak menyentuh kemaluan secara langsung.
s. Bersihkan lubang duburnya sampai benar-benar bersih.
t. Disabun pelan-pelan dengan waslap air sabun, lalu diguyur air sampai
bersih.
u. Bilas dengan air bersih dan air kapur barus.
v. Wudhukan, akhiri pemandian.
w. Sesudah bersih, keringkan jenazah dengan handuk bersih atau kain
penegering lainnya. Lepaskan kain basahan dan ganti dengan kain
panjang (jarik, lawa) kering.
x. Jika jenazahnya perempuan rambutnya di pintal/diikat menjadi tiga,
sebelum di kafani jenazah dikerukup kain.
y. Jenazah siap di kafani. 5

5. Balasan Untuk Orang Yang Memandikan Jenazah

Bagi orang yang memandikan jenazah disediakan pahala yang besar


dengan dua syarat yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Hendaklah merahasiakan apa yang telah dilihatnya dari sang jenazah,


termasuk hal-hal yang mungkin kurang disenangi.
b. Hendaknya dalam memandikan jenazah hanya semata-mata mencari
ridha Allah, tidak mengharakan balasan apapun dari segala urusan
dunia. Hal ini mengingat ketetapan Allah yang disyariatkan-Nya bahwa

4
Duta Grafika, Tuntunan Praktisn Perawatan Jenazah, (Semarang : Pustaka Nuun, 2005),
hlm 26-35.
5
ibid

5
Dia tidak mau menerima segala peribadahan kecuali yang murni
ditujukan kepada-Nya.6

B. Mengkafani Jenazah

Mengkafani (membungkus) jenazah hukumnya wajib kifayah bagi orang


hidup. Kain diambilkan dari harta si jenazah jika ada, jika tidak ada diwajibkan
kepada orang yang memberi belanja ketika hidupnya, dan jika tidak ada juga
dari orang itu, maka diambilkan dari baitulmal atau di bebankan kepada orang
yang mampu. Kalaupun tidak ada maka beban ini berada di pundak umat islam.
Batasan kafan paling sedikit selapis kain sekedar untuk menutup seluruh badan
si jenazah. Sebaiknya tiga lapis untuk jenazah laki-laki dan lima lapis untuk
jenazah perempuan. Kain yang digunakan tidak terlalu mahal dan tidak terlalu
murah (pertengahan).

1. Perlengkapan Mengkafani Jenazah

a. Bila yang wafat dewasa hendaknya disediakan kain kafan 11 meter


berwarna putih.
b. Kapas kurang lebih ¼ kg atau secukupnya.
c. Dua ons kapur barus halus atau secukupnya.
d. Minyak wangi (parfum).
e. Gunting untuk memotong kain.

2. Tata cara mengkafani Jenazah

a. Letakkan tali pendek pada posisi kepala dan ujung kaki, 60 cm pada
lutut dan tali panjang pada perut dan dada.
b. Letakkan dua lembar kafan seukuran tubuh jenazah diatas tali pocong
kain pertama digeser ke kanan, kain kedua digeser ke kiri (supaya bisa
melingkupi seluruh tubuh).
c. Letakkan kain segitiga penutup kepala pada tali pocong kepala.
d. Letakkan tali panjang melintang pada bagian perut, letakkan selempang
kain untuk badan dengan posisi lubang kepala tepat dibawah kain
6
M. Nashiruddin Al-Albani, Fiqih Lengkap Mengurus Jenazah, (Jakarta : Gema Insani,
), hlm 47-48.

6
segitiga, dan tali pocong kepala dan kain sarung pada perut sampai
mata kaki.
e. Letakkan kain cawat pada sambungan kain baju dan sarung untuk
penutup kemaluan jenazah lalu letakkan kapas lipat diatas cawat
tersebut.
f. Taburi seluruh bagian penutup tubuh jenazah dengan kapur barus dan
mnyak wangi.
g. Jenazah siap dikafani, letakkan jenazah pada posisi tengah kain dengan
kepala tepat pada lubang baju (perhatikan panjang tubuh dengan lipatan
kain).
h. Lipat kearah perut kain bajunya, masukan kepalanya lewat lubang yang
ada.
i. Posisikan tangan kanan diatas tangan kiri secara sedekap, lapisi sela-
sela jarinya dengan kapas.
j. Tutupi lubang hidung dan telinganya dengan kapas, tutup pula mata dan
mulutnya dengan kapas.
k. Pakaikan tutup kepalanya, belitkan pada leher supaya tidak kendur.
l. Lipat kedalam kain baju sebalah kanan dulu, baru yang kri lipat pula
kain sarung sebelah kanan dulu baru yang kiri kemudian ikatkan tali
pinggangnya.
m. Lipat kedalam (balutkan) kain panjang sebelah kanan kemudian yang
sebelah kiri , rapikan balutannya.
n. Ikatlah bagian ujung kaki setelah semua kain disatukan dengan tali
simpul satu kali pada sebalah kiri jenazah, kemudian gulung ke atas
kain yang diikat itu sehingga membentuk kelopak mekar.
o. Ikatkan tali pada lututnya dengan tali simpul satu tali simpul satu kali
pada bagian kiri jenazah.
p. Ikatkan tali perut dengan tali simpul satu kali pada bagian dadanya.
q. Ikatkan tali dada dengan tali simpul satu kali pada bagian dadanya.

7
r. Ikatkan tali pocong kepala setelah semua kain disatukan dengan tali
simpul satu kali pada bagian kiri, gulung ke bawah kain yang diikat itu
sehingga membentuk kelopak.7
s. Tutupi jenazah tersebut dengan kain panjang.
t. Posisikan jenazah menghadap kiblat kepala membujur ke arah utara.

C. Mensholatkan Jenazah

Shalat jenazah adalah shalat yang dilakukan untuk mendoakan jenazah


(mayat) seorang Muslim. Dalam berbagai haditsnya Nabi Muhammad Saw.
Memerintahkan kepada kita agar melakukan shalat jenazah ini jika di antara
saudara kita yang Muslim meninggal dunia. Hukum menshalatkan jenazah
hanyalah fardlu kifayah. Adapun yang diwajibkan untuk dishalatkan adalah
jenazah orang Islam yang tidak mati syahid (mati dalam peperangan melawan
musuh Islam). Rasullah SAW bersabda:

“Shalatkanlah olehmu orang yang mengucapkan ”la Ilaha illallah’


(Muslim)”(HR. ad-Daruquthni).

1. Syarat Menyalatkan Jenazah

a. Syarat-syarat shalat yang juga menjadi syarat shalat jenazah, seperti


menutup aurat, suci badan, dan pakaian, menghadap ke kiblat.
b. Dilakukan sesudah jenazah dimandikan dan dikafani.
c. Letak mayat disebelah kiblat orang yang menyolatkan, kecuali kalau
shalat itu dilaksanakan diatas kubur atau shalat ghaib.

2. Sunat Shalat Jenazah

a. Mengangkat tangan pada waktu mengucapkan takbir-takbir tersebut


(takbir 4x).
b. Israr (merendahkan suara bacaan).
c. Membaca auzubillah (ta‟awudz).8

7
Duta Grafika, Tuntunan Praktisn Perawatan Jenazah, (Semarang : Pustaka Nuun, 2005),
hlm 37-45.
8
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2013), hlm 171-186

8
3. Tata Cara Shalat Jenazah

a. Memenuhi syarat-syarat shalat.


b. Berdiri jika mampu.
c. Dengan niat yang ikhlas karena Allah.
d. Takbir pertama kemudian membaca Al- Fatihah.
e. Takbir kedua kemudian membaca shalawat atas Nabi.
f. Takbir ketiga kemudian berdoalah dengan ikhlas bagi jenazah.
g. Takbir keempat dengan berdoa kembali.
h. Salam. 9

D. Menguburkan Jenazah

Kewajiban yang keempat terhadap jenazah ialah menguburkannya. Hukum


menguburkan jenazah adalah fardu kifayah atas yang hidup. Dalamnya
kuburan sekurang-kurangnya kira-kira tidak tercium bau busuk jenazah itu dari
atas kubur dan tidak dapat dibongkar oleh binatang buas , sebab maksud
menguburkan mayat ialah untuk menjaga kehormatan mayat itu dan menjaga
kesehatan orang-orang yang ada disekitar tempat itu.

1. Sunat Yang Bersangkutan Dengan Kubur

a. Ketika memasukan jenazah kedalam kubur, sunat menutupi bagian


atasnya dengan kain atau yang lainnya kalau mayat itu perempuan.
b. Kuburan itu sunat ditinggikan kira-kira sejengkal dari tanah biasa,
agar diketahui.
c. Kuburan lebih baik didatrakan daripada dimunjungkan.
d. Menandai kuburan dengan batu atau yang lainnya di sebelah
kepalanya.
e. Menaruh kerikil (batu kecil) diatas kuburan.
f. Menyiram kuburan dengan air.
g. Sesudah jenazah dikuburkan orang yang mengantrakannya
disunatkan berhenti sebentar untuk mendoakannya (memintakan

9
DKAH Rustam, Fikih Ibadah Kontemporer, (Semarang : CV. Karya Abadi Jaya, 2015)

9
ampun dan minta supaya ia mempunyai keteguhan dalam menjawab
pertanyaan malaikat).

2. Tata cara Menguburkan Jenazah

a. Letakkan jenazah di seblah barat liang lahat (sesuaikan dengan


ruangan dan kondisi setempat).
b. Siapkan tiga orang dewasa yang kua dan sehat di dalam liang lahat
untuk menerima jenazah.
c. Angkat jenazah dengan cara merangkulnya (tangan kiri menyangga
bawah, tangan kanan memeluk oleh tiga orang dewasa yang kuat.
d. Memasuka jenazah dari arah kaki kubur dengan catatan jika tidak
ada kesulitan untuk itu.
e. Bagi mayat perempuan ketika menguburkan sunnah untuk ditutup
dengan tirai kain.
f. Bagi mayat perempuan maka sebaiknya yang memasukan kedalam
kuburnya adalah muhrimnya, maka orang tua jika mampu. Perlu
diperhatikan orang yang ikut menurunkan jenazah wanita kedalam
kubur, hendaknya orang yang malamnya tidak menggauli istri
meskipun sudah bersih dari hadas.
g. Masukkan jenazah ke liang lahat dengan membaca doa ini tiga kali.
“Dengan nama Allah dan atas nama agama Rasulullah.” (HR.
Tirmidzi dan Abu Daud).
h. Penerima jenazah menyambut dengan tangan kanan menyangga
tubuh dan tangan kiri memegang pocong kepalanya, juga dengan
ujung jari kakinya.
i. Masukkan jenazah ke liang kubur dengan posisi miring ke kanan,
buka semua tali simpulnya. Kemudian lepaskanlah ikatan kain kafan
di bagian kepala dan kaki jenazah.
j. Letakkan jenazah di lahat dalam posisi miring ke kanan dan
mukanya menghadap ke kiblat dan rapatkan ke dinding agar jangan
bergeser letaknya serta berikan sandaran dari bongkahan tanah di
belakangnya agar tidak terbalik ke belakang.

10
k. Buka kain luarnya sehingga tampak wajah dan kakinya, ciumkan
hidung dan pipinya ke tanah demikian juga dengan ujung kakinya.
l. Ganjal tubuh jenazah dengan bongkahan tanah pada posisi tengkuk,
punggung, pinggang belakang lutut dan belakang mata kaki.
m. Tutup liang lahat dengan papan kayu/bambu.
n. Setelah itu mayat hendaklah ditutup dengan kepingan atau
bongkahan tanah atau papan agar tanah penimbun tidak langsung
menimpa papan penutup mayat.
o. Sunnah sebelum menimbun kuburan., terlebih dahulu memasukan
tiga genggam tanah dari arah kepalanya setelah itu barulah ditimbun
seluruhnya.
p. Timbun liang kubur dengan tanah galian tersebut, buat gundukan
diatas kubur.
q. Pasang nisan pada sisi utara dan selatan.
r. Doa.10

10
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2013), hlm 171-180

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai seorang Muslim kita memiliki kewajiban untuk mengurus Jenazah


saudara kita yang telah meninggal. Yang dimulai dari memandikan, mengkafani,
menyolatkan, hingga menguburkanya. Hukum melaksanakan kewajiban-
kewajiban tersebut adalah fardhu kifayah, artinya apabila ada salah seorang yang
melakukan nya maka gugurlah kewajiban itu tetapi kalau tidak ada seorang pun
yang melakukannya, maka semua berdosa.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://mantrasukabumi.pikiran-rakyat.com

Munir, A, Sudarsono. 1992. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta. Rineka Cipta

Mana, H Moenir. 1993. Pilar Ibadah dan Doa. Bandung. Angkasa

Grafika, Duta. 2005. Tuntunan Praktisn Perawatan Jenazah. Semarang. Pustaka


Nuun

Al-Albani, M Nasruddin. 2014. Fiqih Lengkap Mengurus Jenazah. Jakarta. Gema


Insani

Rasjid, Sulaiman. 2013. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algesindo

Rustam. 2015. Fikih Ibadah Kontemporer. Semarang. CV. Karya Abadi Jaya

13

Anda mungkin juga menyukai