DI
S
U
S
U
N
OLEH :
ANNISA AMANATILLAH
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolonganNya saya dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “Jenazah”. Meskipun
banyak rintangan dan hambatan yang saya alami dalam proses pengerjaannya, tapi saya berhasil
menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada guru pembimbing yang telah membantu
saya dalam mengerjakan makalah ini. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Pada bagian akhir, saya akan mengulas tentang berbagai masukan dan pendapat dari
orang-orang yang ahli di bidangnya, karena itu saya harapkan hal ini juga dapat berguna bagi
kita bersama.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian adalah suatu kepastian yang tak dapat dihindari oleh manusia. Semua makhluk
pasti akan mengalami kematian, tak peduli tua maupun muda. Kematian, bagi seseorang yang
telah menemui ajalnya, ini merupakan bukanlah akhir dari segala-galanya, melainkan adalah
awal bagi kehidupan di akhirat. Sedangkan bagi yang masih hidup, ada kewajiban yang harus
dipikul terhadap orang yang telah meninggal, diantaranya; memandikan, mengkafani,
menshalaykan, dan menguburkan. Dalam makalah ini penulis mencoba untuk mengupas segala
masalah kewajiban yang harus dilakukan oleh orang yang masih hidup terhadap jenazah.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara memandikan jenazah?
b. Bagaimana cara mengkafani jenazah?
c. Bagaimana cara menshalati jenazah?
d. Bagaimana cara menguburkan jenazah?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengurusan Jenazah
Pengurusan jenazah merupakan bagian dari etika islam yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada umatnya. Hukum dalam pengurusan jenazah merupakan fardhu
kifayah, artinya apabila sebagian orang telah melaksanakannya, maka dianggap cukup atau .
Akan tetapi jika tidak ada seorangpun yang melakukannya, maka berdosalah seluruh masyarakat
yang berada di daerah itu, pengurusan jenazah juga merupakan tanda penghormatan terhadap
jenazah. Dalam ajaran islam ada empat kewajiban bagi setiap muslim terhadap jenazah sesama
muslim, yaitu memandikan jenazah, mengafankan jenazah, menshalatkan jenazah dan
menguburkan jenazah.
Sebelum mengetahui pembahasan selanjutnya mengenai keempat kewajiban bagi setiap
muslim terhadap jenazah sesama muslim, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu beberapa
hal yang perlu dilakukan ketika menjumpai seorang muslim yang baru saja meninggal dunia,
yaitu :
a. Apabila mata masih terbuka, pejamkan matanya dengan mengurut pelupuk mata pelan-
pelan.
b. Apabila mulut masih terbuka, katupkan dengan selendang agar tidak kembali terbuka.
c. Tutuplah seluruh tubuh jenazah dengan kain sebagai penghormatan.
B. Memandikan Jenazah
Sebelum jenazah dikafankan, maka yang harus dilakukan adalah memandikannya.
Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadast dan najis yang ada pada jenazah
tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani terus dishalatkan telah suci dari
hadas dan najis.
Pada dasarnya memandikan jenazah sama saja dengan mandinya orang yang hidup,
namun perbedaannya adalah orang yang hidup mandi sendiri sedangkan jenazah harus
dimandikan. Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan jenazah, tidak saja
meratakan air ke seluruh tubuh, namun dalam memandikannya juga harus dengan hati-hati dan
lemah lembut.
2
Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah SWT,
karena ia termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula mutlak, suci dan halalnya air.
Menghilangkan najis dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya penghalang yang dapat
mencegah sampainya air ke kulit mayat, semua itu harus dipenuhi dalam memandikan mayat.
Tempat Memandikan
Tempat yang akan dipergunakan untuk memandikan mayit hendaknya tertutup atau
amandari pandangan mata. Bisa di dalam rumah, atau di halaman rumah namun dibatasi dengan
tutup. Usahakan mayit dimandikan di atas dipan, agar mayit tidak mudah terkena percikan air.
Juga dianjurkan membakar kemenyan di sekitar tempat memandikan untuk menolak bau yang
dimungkinkan keluar dari badan mayit.
3
Orang yang tidak punya tugas atau kepentingan, sebaiknya dilarang memasuki tempat
memandikan mayit. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan mayit.
4
Secara umum, bila mayit laki-laki, maka yang memandikan laki-laki. Bila perempuan,
maka yang memandikan juga perempuan. Boleh bagi pasangan suami-istri, suami memandikan
istri yang meninggal, begitu pula sebaliknya.
Adapun yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah orang yang paling mengerti
masalah agama dan yang paling punya rasa belas kasih (syafaqah). Sedangkan yang paling utama
memandikan jenazah perempuan, adalah orang perempuan yang semahram dengan jenazah.
Sebaiknya, yang bertugas memandikan tidak lebih dari 7 orang. 3 orang memangku di atas
bagian depan, sedangkan 4 orang yang lain, ada yang menyiramkan air, ada yang menggosok
tubuh jenazah dan ada pula yang membantu menyediakan hal-hal yang diperlukan.
Posisi Jenazah
Jenazah hendaknya diletakkan pada posisi yang paling memudahkan untuk dimandikan.
Namun yang sunnah adalah, jenazah didudukkan agak miring ke belakang. Posisi ini
memudahkan orang yang memandikan untuk membersihkan kotoran yang ada pada jenazah.
5
َُ ت ْالغ ْس
ُل ن ََويْت ْ َللِ ِل َهذ
ُِ اال َم ِي ُ ت َ َعالَى
“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala “
Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :
َُ للِ ْال َميِت َ ُِة ِل َه ِذ ُِه ْالغ ْس
ُل ن ََويْت ُ تَعَالَى
“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala “
Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
Siram sebelah kanan 3 kali.
Siram sebelah kiri 3 kali.
Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah belakang.
Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.
Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.
Setelah itu siram dengan air kapur barus.
Setelah itu jenazahnya diwudukkan .
6
c. Bila melihat kelainan-kelainan pada mayit, seperti, wajahnya berseri-seri atau
mengeluarkan bau harum, maka sunnah diceritakan. Bila sebaliknya, maka harus
disimpan tidak boleh diceritakan.
2. Mengkafani Jenazah
Setelah mayat dimandikan, maka wajib bagi tiap-tiap mukmin untuk mengkafaninya
juga. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.
Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat
menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut:
“Kamiُ hijrahُ bersamaُ Rasulullahُ saw.ُ denganُ mengharapkanُ keridhaanُ Allahُ SWT,ُ makaُ
tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada yang meninggal
sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya,ُ Mash’abُ binُ Umairُ diaُ tewasُ
terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika
kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka tersembul
kepalanya. Maka Nabi saw. menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput
izhirُpadaُkeduaُkakinya.”ُ(HR.ُBukhari).
Dalam mengafani jenazah ada beberapa hal yang diutamakan atau disunnahkan mengenai
kain kafannya, diantaranya:
1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, kering dan menutupi
seluruh tubuh mayat. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut :
Artinya:ُ “Dariُ Jabirُ berkata,ُ Rasulullahُ saw.ُ pernahُ bersabda:ُ “Apabilaُ salahُ seorangُ kamuُ
mengkafaniُsaudaranya,ُhendaklahُdibaikkanُkafannyaُitu.”ُ(HR.ُMuslim).
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat perempuan
5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan
hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
“Janganlahُkamuُberlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafan karena sesungguhnya
kafanُituُakanُhancurُdenganُsegera.”(HR.ُAbuُDawud).
7
Catatan :
Kalau kain putih tidak ada, maka boleh mengkafani mayat dengan kain apa saja yang
dapat digunakan untuk mengkafaninya, kemudian dishalatkannya.
A. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Mengkafani Jenazah
1. Jenis Kain Kafan
Semua kain yang dipakai oleh mayit ketika masih hidup, boleh dibuat kain kafan. Mayit
laki-laki tidak boleh dikafani dengan kain sutra, sedangkan perempuan diperbolehkan.
Kain kafan boleh berwarna apa saja. Tetapi yang sunnah adalah kain putih dan yang sudah
dicuci.ُ Adapunُ yangُdimaksudُperintah,ُ“Hendaknyaُmemperbagusُkainُkafan”,ُ adalahُbukanُ
kain yang berharga mahal, tapi kain yang berwarna putih, tebal dan longgar.
2. Ukuran Kafan
Ukuran kafan bagi mayit laki-laki atau perempuan, minimal satu lembar kain yang dapat
menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan yang sunnah adalah : Bagi mayit laki-laki dengan lima
lapis, terdiri dari dua lembar yang dapat menutupi seluruh tubuh, ditambah gamis, sorban dam
sarung. Untuk mayit perempuan dengan lima lapis, terdiri dari dua lembar kain yang dapat
menutupi seluruh tubuh mayit, ditambah dengan gamis, kerudung dan sampir (Madura : sampér)
8
f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah bagian
kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau
kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka
tutuplah dengan apa saja yang ada.
9
2. Tempat Shalat Jenazah
Shalat jenazah bisa dilaksanakan di mana saja asalkan di tempat yang suci. Diutamakan
bertempat di mushalla. Sedangkan pengaturannya adalah sebagai berikut :
a. Bentuk Shaf Shalat Jenazah
Rasulullahُ bersabdaُ SAW,ُ :ُ “Tidaklahُ orangُ muslimُ meninggalُ kemudianُ iaُ dishalatiُ
oleh tiga shaf dari orang-orang muslim,ُkecualiُiaُmenghakiُmasukُsurga”.(HR.ُAbuُDaud,ُIbnuُ
Majah, At-Tirmidzi).
Dalam hal memperoleh fadhilah tiga shaf ini, ulama berbeda pendapat. Ibnu Hajar
berpendapat, satu shaf minimal 2 orang. Menurut imam Ramli satu shaf bisa satu orang. Jadi,
untuk mendapat fadhilah shaf, minimal mushalli berjumlah 6 orang, atau 3 orang. Bentuk shaf
seperti ini penting diatur bila yang menyalati sedikit.
b. Posisi Mayit dan Orang yang Menyalati
Bila laki-laki, maka kepala mayit sunnah berada di sebelah kiri imam. (nisbat negara
Indonesia : arah selatan). Bila mayit perempuan, kepala mayit diletakkan di sebelah kanan imam
(utara). Posisi imam, bila mayit laki-laki, maka berada didekat kepala mayit. Bila mayit
perempuan, maka didekat pantatnya.
c. Makmum masbuq
Adalah makmum yang tidak mengikuti bacaan surat al-Fatihah bersama imam. Semisal
kita baru takbiratul ihram, sedangkan imam sudah melakukan takbir yang ketiga. Maka, kita
harus langsung membaca surat al-Fatihah. Bila imam melakukan takbir keempat, maka kita
langsung takbir juga, sekalipun bacaan al-Fatihah belum selesai. Bila imam mengucapkan salam,
maka kita melanjutkan shalat dengan takbir ketiga dan seterusnya dengan mengikuti rukun dan
bacaan yang sudah ada.
10
3. Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan., kecuali kalau
melaksanakan shalat gaib.
11
v. Untuk dua orang mayit
ص ِلى
ْن َعلىُ أ َ ض ت َ ْك ِبي َْراتُ أَََ ْر َب َُع ْال َم ِيتَي ُِ
ْن هذَي ُِ للُِِ ِكفَا َيةُ فَ ْر َُ
ت َ َعالىُ ُ
“Sayaُniatُmelaksanakanُkewajibanُshalatُpadaُorang-orangُmatiُini”.
vi. Untuk mayit yang banyak
لىُ
ص ِ ض َُر َم ُْ
ن َعلىُ أ َ ن َح َ ض ت َ ْك ِبي َْراتُ أ َ ْربَ َُع ْالم ْس ِل ِميْنَُ أ َ ْم َوا ُِ
ت ِم ُْ للُِِ ِكفَايَةُ فَ ْر َُ
تَعَالىُ ُ
“Sayaُniatُmelaksanakanُkewajibanُshalatُpadaُorang-orangُmatiُini”.
Lafadz Takbir
”“AllahُMahaُBesar
5. Takbir empat kali.
a. Takbir Pertama: membaca Surat Al-Fatihah
b. Takbir Kedua: membaca sholawat Nabi
ل اَللَّه َّمُ
ص ُِ صلَّيْتَُ َك َما م َح َّمدُ آ ُِ
ل َو َعلىُ م َح َّمدُ َعلىُ َ ل َو َعلىُ ِإب َْرا ِهي َُْم َعلىُ َ ار ُْ
ك َُو ِإب َْرا ِهي َُْم آ ُِ ل َو َعلىُ م َح َّمدُ َعلىُ بَ ِ َك َما م َح َّمدُ آ ُِ
ار ْكتَُل َو َعلىُ ِإب َْرا ِهي َُْم َعلىُ َب َ َ 0م ِجيْدُ َح ِميْدُ ِإنَّكَُ ْال َعا َل ِميْنَُ فِى ِإب َْرا ِهي َُْم آ ُِ
c. Sesudah takbir ketiga membaca :
Untuk Laki-laki:
ار َح ْمهُ ا ْغ ِف ْرلَهُ الَله َّمُ
َع ْنهُ َواعْفُ َو َعافِ ُِه َو ْ
Untuk Perempuan:
ار َح ْم َها ا ْغ ِف ْرلَ َها الَله َّمُ
َع ْن َها َواعْفُ َو َعافِ َها َو ْ
12
6. Kemudian salam :
ُ ُسلَمُ ) ِب ْال َجنَّ ُِة ْالفَ ْوزَُ أ َ ْسأَلكَُ( َو َب َركَاته
َّ للاِ َو َرحْ َمةُ َعلَيْك ُْم اَل
ُسلَم َّ للاِ َو َرحْ َمةُ َعلَيْك ُْم اَل ُِ ََّو ْال َع ْف َُو الن
ُ ُار ِمنَُ النَّ َجا ُة َ أَ ْسأَلكَُ( َو َب َركَاته
َب ِع ْن ُد
ُِ سا ْ
َ )ال ِح
7. Doa setelah Shalat jenazah
ُللُِِاَ ْل َح ْمد
ُ بُِ صلَّى ْالعَالَ ِميْنَُ َر
َ سلَّ َُمُللا َو
َ سيِ ِدنَا َعلىُ َو َ أَجْ َم ِعيْنَُ َو0 َّل َربَّنَا اَلله َُّم
َ ُصحْ بِ ُِه آ ِل ُِه َو َعلىُ م َح َّمد ُْ الس َِّميْعُ أَ ْنتَُ إِنَّكَُ ِمنَّا تَقَب
ُج َع ْبدِكَُ َوابْنُ َعبْدكَُ هذَا اَلله َُّم ْال َع ِليْم َ ْر ظ ْل َم ُِة ِإلىُ فِ ْي َها َوأ َ ِحبَّآئِ ُِه َو
ُ س َعتِ َه َاو َمحْ ب ْو ِب َها الدُّ ْنيَا َر ْو
ُْ حِ ِم
َُ ن خ ََر ُِ يَ ْش َهدُ كَانَُ لَقِـ ْي ُِه ه َُو َو َما ْالقَب
ُلَّ ِإل ُهَ آل أَ ْن
ُ ن لَكَُ لَش َِريْكَُ َوحْ دَكَُ أ َ ْنتَُ ِإ
َُّ َ م َح َّمدًا َوأ َُ ِب ُِه أَ ْعلَمُ َوأَ ْنتَُ َو َرس ْولكَُ َعبْدك0 ل ِإنَّهُ اَلله َُّم
َُ َِب ُِه َم ْنز ْولُ َخيْرُ َوأَ ْنتَُ ِبكَُ نَز
ُص َب َح ْ َن َغ ِنيُ َوأ َ ْنتَُ َرحْ َم ِتكَُ ِإلىُ فَ ِقي ًْرا َوأ َ ُْن اَلله َُّم لَهُ شفَ َعآ َُء ِإلَيْكَُ َرا ِغ ِبيْنَُ ِجئْنَاكَُ َوقَد
ُْ عذَا ِب ُِه َع ُْ ِسا ِن ُِه ِفى َف ِز ْدُ محْ ِسنًا كَانَُ إ ُْ كَانَُ َو ِإ
َ ْن ِإح
ً ن اْأل َ ْمنَُ بِ َرحْ َمتِكَُ أَ ْل ِق ُِه َع ْنهُ فَتَ َج َاو ُْز مُ ِسيْئُاُْ اح ِميْنَُ يَآأ َ ْر َح َُم َجنَّتِكَُ إِلىُ ت َ ْب َعثَهُ َحتَّى َعذَابِكَُ ِم َّ صلَّى
ِ الر َ سيِ ِدنَا َعلىُُللا َو َ ُآ ِل ُِه َو َعلىُ م َح َّمد
َ سلَّ َُم َو
ُصحْ بِ ِه َ لكى ميت اونتؤ اينى دعاء( َو2، )مؤنث كنتى دى مذكر ضمير دان مذكر لفظ فرمفوان اونتؤ
4. Menguburkan Jenazah
1. Pemberangkatan Jenazah
Minimal jenazah dibawa dengan cara yang tidak mengandung arti penghinaan pada
mayit. Adapun cara membawa yang sempurna adalah :
a. Ketika mayit siap diberangkatkan, memberi kesaksian bahwa mayit adalah orang baik.
Namun tidak semua mayit boleh disaksikan baik. Untuk mayit yang jelas fasiq, maka tidak
boleh disaksikan baik.
b. Mayit dibawa dengan memakai keranda (Madura : kathél), dan dibawa oleh beberapa orang
sesuai dengan kebutuhan, minimal dua orang. Diutamakan yang membawanya berjumlah
ganjil.
c. Seperti halnya saat dilahirkan, mayit diberangkat-kan dengan kepala di depan (menghadap
ke arah tujuan).
d. Sunnah mempercepat langkah kaki lebih dari sekedar berjalan biasa. Namun tidak dengan
berlari.
e. Membawa mayit hendaknya dengan sopan dan penuh penghormatan.
f. Hukum mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki, makruh bagi perempuan.
2. Bentuk lubang kubur
Bentuk lubang kubur ada 2 macam :
a. Apabila tanahnya keras, maka lebih baik berbentuk liang lahad. Yaitu, menggali bagian
sisi barat dari lubang kubur, sekitar cukup untuk tempat membaringkan mayit.
13
b. Apabila tanahnya lunak (mudah longsor) atau berpasir, maka berbentuk liang cempuri.
Yaitu, menggali sisi tengah dari lubang kubur, dengan ukuran bisa membaringkan mayit,
dan di sisi kanan kirinya diberi batu bata.
i. Lalu lubang kubur ditimbun, dan tanah timbunan ditinggikan satu jengkal atau ± 25 cm.
j. Kuburan disiram dengan air dingin, sekalipun tanah telah basah oleh air hujan
k. Juga sunnah ditanami atau diberi bunga.
l. Kuburan diberi batu nisan
m. Setelah proses penguburan selesai, sunnah dibacakan talqin dengan bahasa Arab, dan
sunnah diterjemah dengan bahasa yang dimengerti oleh para pengantar jenazah
n. Setelah proses pemakaman selesai, para pengantar jenazah sunnah tidak langsung pulang,
tetapi diam dulu dan berdzikir atau membaca al-Qur’anُmendoakanُmayit.
14
4. Etika orang yang mengantarkan jenazah
a. Tafakkur, meresapi arti sebuah kematian.
b. Berjalan di depan dan di dekat mayit.
c. Dimakruhkan ramai-ramai dan bersuara keras serta membicarakan masalah dunia.
d. Sunnah dengan jalan kaki. Megantarkan jenazah ke pekuburan dengan naik kendaraan
hukumnya makruh.
e. Mengantarkan jenazah sampai proses penguburan selesai secara sempurna. Rasulullah SAW
bersabda:
ُش ِه ُدَ َم ْن َُ ي َحتَّى ْال
َ َ جنَازَ ُة َ ن قِي َْراطُ فَلَهُ َعلَ ْي َها ي
َُ ص ِل َ ان فَلَهُ تدْفَنَُ َحتَّى
ُْ ش ِهدَهَا َو َم َ ل "قِي َْرا
ُِ ط َُ ان َومُا َ قِ ْي َ ل ْال ِقي َْرا
ُِ ط َُ ْن ِمثْلُ" قَا
ُِ ال َجبَلَي
ُ(عليه متفق) ْالعَ ِظ ْي َمي ِْن
Artinya : “Barang siapa yang ikut menyaksikan jenazah terus menyalatinya maka ia mendapat
pahala satu qirath. Jika sampai menyaksikan penguburannya, maka mendapat pahala dua
qirath. Nabi ditanyakan apa maksud dua qirath? Nabi menjawab satu qirath seperti dua gunung
yang besar”. (HR. Imam Bukhari-Muslim).
BAB III
15
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk
yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian
khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang
muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh
mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban
seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
e. Memperoleh pahala yang besar.
f. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
g. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas
musibah yang dideritanya.
h. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
i. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah
seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan
Allah SWT dan RasulNya.
2. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk
menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan baik
ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
16
http://matlab.blogspot.co.id
http://auliyaberbagi.blogspot.co.id
http://idremajaislam.blogspot.co.id
17