Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN HASIL WAWANCARA

TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

Guru Pembimbing : Shofia Salmah Abadiyah, S.Pd.I

Disusun Oleh :

Anas Stasya Hamzah (07)

Dewi Maulidya (10)

M. Zacky Kurniawan (22)

Rio Anugrah Vidyanto (28)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN DAN KOTA PASURUAN

SMA NEGERI 1 GRATI


Jalan Raya Sumurwaru 32 telp. (0343) 481017 Nguling – Pasuruan

e-mail : sman1grati@yahoo.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Tidak lupa
shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang
mana syafaatnya kita harapkan kelak di akhirat.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Shofia Salmah Abadiyah yang
mana tugas ini diberikan di bawah bimbingannya. Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada narasumber dari makalah kami. Tidak lupa pula, kami ucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam proses penyusunan
makalah ini.

Makalah yang berjudul “Tata Cara Pengurusan Jenazah” ini dibuat untuk
memenuhi syarat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Yang mana sumber
informasi atau narasumber makalah ini dari bapak mudin Desa Ranuklindungan, yaitu
Bapak Safrul Fatkhan.

Penulis menyadari bahwa dalam proses pembuatan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala kritik dan saran
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Penulis harap makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang
membacanya, dan memberikan wawasan yang lebih luas kepada para pembaca.

Grati, 27 Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1


A. LATAR BELAKANG .............................................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................... 2
A. PENGURUSAN JENAZAH .................................................................................................... 2
1. MEMANDIKAN JENAZAH ............................................................................................. 2
2. MENGAFANI JENAZAH ................................................................................................. 7
3. MENYOLATI JENAZAH ............................................................................................... 11
4. MENGUBUR .................................................................................................................... 15

BAB III PENUTUP............................................................................................................................ 19


DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 20
LAMPIRAN ........................................................................................................................................ 21
PROFIL NARASUMBER...................................................................................................... 21
HASIL WAWANCARA ......................................................................................................... 21
DOKUMENTASi .................................................................................................................... 28

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati” (QS. Ali ‘Imran/3:185)

Kematian adalah suatu kepastian yang tidak dapat dihindari oleh manusia.
Semua makhluk pasti akan mengalami kematian, tidak perduli berapa usia,
pekerjaan, jabatan dll.. Seperti halnya ayat diatas, Allah SWT. telah memberitakan
melalui firman- Nya, bahwasannya segala sesuatu yang bernyawa akan
menghadapi kematian.

Kematian bukanlah akhir dari kehidupan, melainkan gerbang utama dari


kehidupan yang abadi, yaitu kehidupan akhirat. Sedangkan bagi yang masih hidup,
ada kewajiban yang harus dipikul terhadap orang yang telah meninggal,
diantaranya ; orang yang memandikan, mengkafani, menyolati, dan mengubur.
Dalam makalah ini penulis mencoba untuk mengupas segala masalah kewajiban
yang harus dilakukan oleh orang yang masih hidup terhadap jenazah.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana cara memandikan jenazah?
b. Bagaimana cara mengkafani Jenazah?
c. Bagaimana cara menyolati jenazah?
d. Bagaimana cara menguburkan jenazah?

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGURUSAN JENAZAH
Pengurusan jenazah merupakan bagian dari etika Islam yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. kepada umatnya. Hukum dalam
pengurusan jenazah ini adalah fardhu kifayah. Yang artinya, apabila sebagian
orang telah melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban bagi orang lainnya.
Akan tetapi jika tidak ada seorangpun yang melakukannya, maka berdosalah
seluruh masyarakat yang berada di daerah itu.
Pengurusan jenazah juga merupakan tanda penghormatan
terhadap jenazah. Dalam ajaran Islam, terdapat 4 kewajiban seorang muslim
terhadap jenazah. Yaitu : memandikan jenazah, mengkafani jenazah, menyolati
jenazah, dan menguburkan jenazah.

1. MEMANDIKAN JENAZAH
Kewajiban yang pertama bagi umat Islam terhadap jenazah
muslim ialah memandikan. Memandikan jenazah ini bertujuan untuk
menghilangkan hadast kecil maupun besar. Sehingga, jenazah yang akan
dikafani, dishalati, dan dikubur telah suci. Dan apabila tidak dimandikan,
ketika jenazah dishalati, shalat tersebut tidak sah.
Pada dasarnya, memandikan jenazah itu sama dengan mendinya
orang hidup. Yang membedakannya ialah proses dan niatnya.
 Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Memandikan Jenazah
 Syarat Memandikan Jenazah
a. Jenazah merupakan orang islam.
b. Didapati tubuhnya walau sedikit.
 Yang Berhak Memandikan Jenazah
a. Yang paling utama untuk memandikan adalah keluarganya.
Hal ini dikarenakan khawatir jenazah memiliki aib, maka
keluarganya bisa menutupinya. Sehingga orang lain tidak
mengetahuinya. Karena Nabi Muhammad pernah bersabda
"sebutno apik apik e mayit.". Jadi, kita tidak perlu
menyebutkan jeleknya si jenazah. Hanya sebutkan yang

2
bagus bagusnya saja. Tapi bila tidak ada keluarganya boleh
tetangga atau orang yang mengerti.
b. Bila jenazah laki-laki, yang paling utama adalah keluarga
yang laki-laki. Dan apabila jenazah perempuan yang paling
utama adalah kekuarga perempuan. Kecuali suami/istri
(mahramnya).
c. Pemandi jenazah wajib hukumnya memahami tata cara,
syarat sah, rukun, sunnah, dan larangannya.
 Alat dan Tempat Memandikan
a. Alat : sabun(apababila menggunakan sabun padat,sabun
tersebut diparut terlebih dahulu), sampo, kembang, daun
bidara, kapur barus, dan kapas.
b. Tempat memandikan
Tempat pemandian kalau bisa mencari yang empuk atau bisa
juga dipangku . Selain itu, tempat yang dipergunakan
hendaknya tertutup atau aman dari pandangan mata.
 Tata Cara Memandikan
a. Pertama, sebelum dimandikan jenazah diberi kain tipis yang
dapat menutup aurat.
Hal ini berdasarkan keumuman sabda Rasulullah SAW.;
ِ‫مرْأَة‬
َ ‫مرْأَةِ إلَى َع ْورَةِ ْال‬
َ ‫ل َ ْال‬
ِ ‫ل َ يَ ْنظ ِر ال َّرجلِ إلَى َع ْورَةِ ال َّرجلِ َو‬
ِ
”Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lainnya
dan janganlah seorang wanita melihat aurat wanita yang
lainnya.”(
HR. Muslim Juz 1 : 338).
Untuk jenazah laki-laki ditutup mulai dari pusar hingga
lututnya. Adapun untuk jenazah wanita ditutup mulai dari
dada hingga lututnya.
b. Kemudian jenazah disucikan dulu dengan wudhu
Diriwayatkan dari Ummu ‘Athiyah Ra., ia berkata, Nabi
SAW. bersabda kepada mereka ketika mereka memandikan
jenazah putri beliau;
َِ ‫ا ْبد َْأ‬
َ ‫نب‬
…. ‫ميَامنهَا‬

3
“Mulailah dari anggota (badan yang) sebelah kanan dan
anggota (badan yang dibasuh ketika) wudhu.”( Muttafaq
„alaih. HR. Bukhari Juz 1 : 165 dan Muslim Juz Juz 2 : 939).
c. Lalu jenazah diguyur air secara merata setelah itu jenazah di
bersihkan kotorannya dengan cara dicengkok(kaki dan kepala
diangkat yang membentuk sudut kurang lebih 90 derajat)
menurut orang jawa.
Urutan guyuran air, yaitu:
o Membasuh kepala jenazah Membasuh kepada jenazah
dengan air yang telah dicampur dengan
daun bidara atau sabun. Dan para ulama’ telah
bersepakat atas disunnahkannya menggunakan daun
bidara ketika memandikan jenazah. Tidak perlu
memasukkan air ke mulut dan hidung jenazah, namun
cukup orang yang memandikan memasukkan dua
jarinya yang basah ke dalam mulut dan hidung
jenazah tersebut.
o Membasuh bagian tubuh jenazah yang kanan.
Membasuh sisi kanan jenazah mulai dari pundak
sampai telapak kaki.
o Memandikan bagian tubuh jenazah yang kiri.
Membasuh sisi kiri jenazah mulai dari pundak sampai
telapak kaki.
d. Setelah selesai, jenazah diguyur lagi kemudian dibersihkan
dengan sabun dan sampo tidak lupa kuku kukunya dilincipi
dengan gagang daun sirih. karena syarat sahnya adalah air
harus mengenai seluruh tubuh. Penjelasan :
Mengulang beberapa kali basuhan, jika diperlukan
hendaknya basuhan dilakukan beberapa kali hingga
benar-benar bersih. Pengulangan basuhan dimulai
dari membasuh kepala, membasuh bagian tubuh
jenazah yang kanan, dan membasuh bagian tubuh
jenazah yang kiri. Hendaknya pengulangan basuhan
dilakukan dengan hitungan ganjil; tiga, lima, tujuh,

4
dan seterusnya. Basuhan yang kedua dan setelahnya
dilakukan seperti basuhan yang pertama.
e. Pada basuhan yang terakhir menggunakan air yang telah
dicampur dengan kapur barus Penggunaan air kapur barus ini
termasuk dalam hitungan ganjil di atas, sehingga air kapus
barus ini menggantikan posisi air daun bidara/air sabun.
Dalilnya adalah hadits Ummu ‘Athiyyah Ra., dimana
Rasulullah SAW. bersabda kepada para wanita yang
memandikan jenazah putri beliau yang artinya:
“Mandikanlah ia tiga kali, lima kali, atau lebih dengan air
dan bidara jika menurut kalian perlu. Dan jadikan (basuhan)
terakhir dengan kapur barus atau sedikit
dengannya.”( Muttafaq ‘alaih. HR. Bukhari Juz 1 : 1195 dan
Muslim Juz 2 : 939).
f. Mengeringkan jenazah dengan handuk
g. Mengepang rambut jenazah wanita menjadi tiga kepangan,
lalu dijulurkan ke belakang. Dari Ummu ‘Athiyah Ra., ia
berkata yang artinya;
”Maka kami jalin rambut (jenazah Zainab i menjadi) tiga
kepang dan kami julurkan ke belakang.”( Muttafaq „alaih.
HR. Bukhari Juz 1 : 1204, lafazh ini miliknya dan Muslim
Juz 2 : 939).
h. Setelah itu dicek kembali apakah masih ada kotoran yang
tertinggal,setelah dirasa bersih kemudian jenazah disucikan
kembali dengan air wudhu bisa juga disiram lagi dengan
kapur barus.
 Rukun, Niat, Sunnah, dan Larangan
a. Rukun : niat, meratakan air ke seluruh tubuh

b. Niat Memandikan Mayit / Jenazah Laki-laki

َ‫للَِِتَعَا َل‬
َ ‫نَ َويْتَُ ا ْلغُ ْس ََل اَدَاءَ ع ََْن هذَاا ْل َميِِّ َِت‬

5
Artinya:
“Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari
mayit (laki-laki) ini karena Allah Ta'ala”

Niat Memandikan Jenazah / Mayit Perempuan

َ ‫َن ه ِذ َِه ا ْل َم ِِّيت َ َِة‬


َ‫للَِِتَعَا َل‬ ْ ُ‫نَ َويْتَُ ا ْلغ‬
َْ ‫س ََل اَدَاءَ ع‬
Artinya:
“Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari
mayit (perempuan) ini karena Allah Ta'ala”

c. Sunnah : membasuh dimulai dari bagian kanan, membasuh


dengan pelan pelan
d. Larangan : memandikan dengan cara kasar, membicarakan
keburukan jenazah.
 Hal-Hal Penting
1. Bila kekurangan air, tayamum bisa digunakan. kecuali jenazah itu
sudah rusak dan tidak mungkin dimandikan dengan air bisa dengan
tayamum. Juga apabila ada kejadian misalnya ada jenazah laki laki,
tetapi tidak ada laki laki untuk memandikan hanya ada kaum
perempuan saja. Maka bisa dilakukan tayamum. Malah tidak
diperbolehkan menggunakan air. Karena, tayamum tidak membuka
seluruh aurat sedangkan bila menggunakan air harus membukanya
begitu juga sebaliknya.
2. Apabila jenazah perempuan, Mudin perempuan yang sedang haid
boleh ikut memandikan jenazah. Tapi dengan syarat tidak ikut
langsung dalam memandikan jenazah tetapi hanya memberikan
arahan saja.
3. Seorang suami boleh ikut memandikan jenzah istrinya tapi dalam
hal hal tertentu,seperti membersihkan kotorannya. Begitu pula
sebaliknya.
4. Apabila seorang bayi meninggal,
Perkembangan janin di dalam kandungan : " Setelah proses
fertilisasi setelah 40 hari tercipta nutfah dan masih belum ada rukhul
jasad tapi namanya rukhul hayat. Setelah 40 hari kedua sudah

6
menjadi alaqah yang artinya kumpulan darah. Setelah 40 hari ketiga
itu bentuk mutghoh yang artinya kumpulan daging, dan pada saat
itulah ditiupkan ruh kepada janin dan ditulisnya nasib atau takdir
seseorang.
Jadi itu cukup di dibasuh dan ada juga khilaf
Apabila bayi meninggal diatas 4 bulan, ada yang di solati juga ada
yang tidak. Tapi sebaiknya disholati. Karena sudah memiliki rukhul
jasad.

2. MENGAFANI JENAZAH
Setelah mayat dimandikan, kewajiban selanjutnya yang
dilaksanakan ialah mengafani. Mengafani jenazah adalah menutupi atau
membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau
hanya sehelai kain.
Kain kafan ini, diambilkan dari uang pribadi mayat. Apabila tidak
ada, maka orang yang menghidupinya yang membelikan kain kafan. Jika
tidak mampu, boleh diambilkan dari kas RT/RW atau yang lainnya secara
sah.
 Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Mengafani Jenazah
 Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus,
bersih, kering, dan menutupi seluruh tubuh mayat.
 Kain kafan hendaknya berwarna putih.
Para ulama‟ bersepakat atas disunnahkannya menggunakan kain
kafan yang berwarna putih. Hal ini sebagaimana diriwayatkan
dari Ibnu ‘Abbas Ra. ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda yang
artinya;
”Pakailah pakaian berwarna putih, karena itu adalah sebaik-
baik pakaian untuk kalian. Dan kafanilah jenazah-jenazah kalian
dengannya.”(HR. Abu Dawud : 3878, Tirmidzi Juz 3 : 994, Ibnu
Majah : 1472, dan Ahmad)
 Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus jenazah,
hendanya diberi wewangian terlebih dahulu.

7
 Untuk mayat laki-laki, menggunakan 3 lapis (baju kurung/gamis
dan 2 kain kafan atau bisa langsung menggunakan kain kafan
tanpa baju kurung). Biasanya tali yang digunakan yaitu sebanyak
3 karena diibaratkan dengan “Iman, Islam, Ikhsan.”
Dari Aisyah Ra. ia berkata;
”Sesungguhnya Rasulullah SAW dikafani dengan tiga kain
Yaman yang putih dari Sahuliyah tanpa baju dan surban.”
(Muttafaq ‘alaih. HR. Bukhari Juz 1 : 1214, lafazh ini miliknya
dan Muslim Juz 2 : 941)
 Sedangkan yang perempuan menggunakn 5 lapis. ( jilbab, Baju
kurung, Jarik, 2 kain kafan untuk membungkus).
Berkata Ibnul Mundzir Rahmatullah;
”Kebanyakan ulama’ yang kami hafal ucapannya berpendapat bahwa
seorang wanita dikafani dengan lima lembar kain. Hal ini dianjurkan
kerena wanita dilebihkan dari kaum laki-laki sewaktu hidupnya dalam
hal menutup aurat, karena auratnya lebih banyak daripada aurat laki-
laki, demikian pula setelah wafatnya.”
 Untuk anak kecil tetap seperti orang dewasa, hanya saja untuk
anak kecil perempuan biasanya tidak dipakai baju kurung
maupun jarik, tetapi langsung pakai hijab dan kain kafan.
 Pada umumnya, ukuran kain kafan ialah 2m x 30 cm. Untuk
panjangnya, biasanya dilebihi 1 kilan. Lebih kain tersebut
bertujuan agar kain dapat diikat. Hal ini juga kondisional.
Maksudnya, setiap mayat memilki ukuran tubuh yang berbeda,
kain kafan pun harus menyesuaikan mayat.
 Cara Mengafani Jenazah
 Untuk Mayat Laki-laki
o Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling
bawah lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur
barus.
o Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan
letakkan di atas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-
wangian.

8
o Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan
kotoran dengan kapas. Selain itu, bagian yang paling utama
diberi kapas, bagian badan yang dipakai untuk bersujud,
yaitu dahi, hidung, tangan, lutut, telapak kaki dalam. Karena
bagian yang diberi kapas menjadi saksi diakhirat kelak.
Kapas tersebut diberi kayu cendana, kapur barus, minyak
srinting agar wangi.
o Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas,
kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan hal
seperti ini, selembar demi selembar dengancara yang halus.
o Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan.
 Untuk Mayat Perempuan
o Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk
masing-masing bagian. Kemudian, angkatlah jenazah delam
keadaan tertutup kain dan letakkan di atas kain kafan sejajar,
serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.
o Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan
kotoran dengan kapas. Selain itu, bagian yang paling utama
diberi kapas, bagian badan yang dipakai untuk bersujud,
yaitu dahi, hidung, tangan, lutut, telapak kaki dalam. Karena
bagian yang diberi kapas menjadi saksi diakhirat kelak.
Kapas tersebut diberi kayu cendana, kapur barus, minyak
srinting agar wangi.
o Tutuplah kain pembungkus pada kedua pahanya.
o Pakaikan sarung/jarik
o Pakaikan baju kurung
o Pakaikan kerudung
o Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara
menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu
digulungkan ke dalam.
o Ikat dengan tali.

9
 Ilustrasi Gambar Tata Cara Mengkafani Mayit/Jenazah
o Laki – Laki

o Perempuan

10
 Hal-hal Penting
 Hukum merias mayit perempuan yaitu makruh ( apabila tidak
dilakukan akan mendapat pahala dan apabila dilakukan tidak
mendapat apa apa ). Hal itu di anggap tasabbuh yaitu menyerupai
orang nasrani.
 Pergantian kain kafan pada mayat yang telah dikubur sifatnya
kondisional. Kalau sudah dibongkar dan si mayit masih belum
rusak, lebih baiknya dimandikan dan dikafani ulang. Tapi apabila
jenazahnya sudah rusak, lebih baik tidak usah dimandikan dan
dikafani, langsung dikuburkan karena dikhawatirkan menyebarkan
bau dan penyakit kepada sekitarnya. Biasanya pada jenazah yang
rusak atau hancur sebelum dikafani si jenazah dibungkus plastik
terlebih dahulu.

3. MENYOLATI JENAZAH
Setelah mayat dikafani, mayat berhak untuk dishalati. Meyolatkan mayat
ini sendiri hukumnya fardhu kifayah. Shalat ini boleh dilakukan baik laki-
laki maupun perempuan. Tetapi selagi ada orang laki-laki, maka yang dapat
menggugurkan kewajiban adalah orang laki-laki yang akil baligh.
Seorang yang menshalatkan jenazah dijanjikan dengan pahala yang
sangat besar, yaitu akan mendapatkan pahala sebesar gunung Uhud. Hal ini
sebagaimana diriwayatkan dari Tsauban Ra., sesungguhnya Rasulullah
SAW. Bersabda yang artinya;
“Barangsiapa yang menshalatkan jenazah, maka baginya pahala satu
qirath. Dan jika ia menyaksikan pemakamannya, maka baginya pahala dua
qirath. Satu qirath seperti satu (gunung) Uhud.”( HR. Muslim Juz 2 : 946)

 Hal-hal Yang Penting Dalam Menyolati

 Rukun Sholat Jenazah

Rukun sholat jenazah ada delapan, yakni:


1. Niat

11
Niat shalat jenazah laki-laki

‫ض ْال ِكفَايَ ِة م‬ ٍ ‫ت ا َ ْربَ َع تَ ْك ِب َرا‬


َ ‫ت فَ ْر‬ ِ ‫اال َم ِِّي‬ َ ُ ‫أْ ُم ْو ًما ِهللِ تَ َعالَى ََا‬
ْ َ ‫ص ِ ِّلى َعلَى َهذ‬

Niat shalat jenazah perempuan

َ ُ ‫ض ْال ِكفَايَ ِة َمأ ْ ُم ْو ًما ِهللِ تَ َعالَىا‬


‫ص ِلِّى َعلَى َه ِذ ِه ْال َم‬ ٍ ‫ِِّيت َ ِة ا َ ْربَ َع تَ ْك ِب َرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Empat kali takbir
4. Mengangkat tangan pada saat takbir pertama
5. Membaca surat Al Fatihah
6. Membaca sholawat Nabi
7. Berdoa untuk jenazah
8. Salam

 Menyolati mayit ini dengan 4 takbir


Bacaan Shalat Jenazah di setiap takbirnya;
1. Takbir pertama
Membaca surat al - Fatihah
2. Takbir kedua
Membaca sholawat. Yang paling afdhol adalah sholawat ibrahimiyah,
yakni:
3. ِ‫مد‬ َّ ‫ح‬َ ‫ماَ م‬ َِ ‫ى صَل َّ ْي‬
ِ ‫ت َك‬ َِ ‫م َعل‬ َِ ‫ى إ ْبرَاه ْي‬
َِ ‫م آلِ َو َعل‬ َِ َّ ‫م مَج ْيدِ حَم ْيدِ إنـ‬
َِ ‫ك إ ْبرَاه ْي‬ َِّ ‫اَللَّه‬
َِّ ‫ى صَلِ اَللَّه‬
‫م‬ َِ ‫مدِ َعل‬ َّ ‫ح‬َ ‫ىم‬ َِ ‫ك مَج ْيدِ آلِ َو َعل‬ ِْ ‫ى باَر‬ َِ ‫مدِ َعل‬ َّ ‫ح‬
َ ‫ىََو م‬ َِ ‫مدِ آلِ َعل‬ َّ ‫ح‬َ ‫م‬
َ‫ما‬ َ
ِ ‫تك‬ َ ْ َ
ِ ‫ى بارَك‬ َ
َِ ‫م عل‬ ْ
َِ ‫ى إبرَاهي‬ْ َ
َِ ‫م آلِ َوعل‬ ْ ْ
َِ ‫ك إبرَاهي‬ َّ
َِ ‫حَميدِ إنـ‬ْ
Artinya: Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan
keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan
rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berilah keberkahan
kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad sebagaimana
Engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Mulia
4. Takbir ketiga
membaca doa untuk jenazah. Doa sholat jenazah ini sebagaimana
diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih-nya:
ِّ ِ ‫ْف َع ْنهُ َوأ َ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ َو َو‬
ُ‫س ْع ُمدْ َخلَه‬ ُ ‫ار َح ْمهُ َو َعافِ ِه َواع‬ ْ ‫َوالث َّ ْلجِ َو ْالبَ َر ِد َونَ ِقِّ ِه ِمنَ اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَهُ َو‬
‫ارا َخي ًْرا ِم ْن دَ ِار ِه َوأ َ ْهالً َخي ًْرا ِم ْن أ َ ْه ِل ِه َوزَ ْو ًجا‬ ً َ‫ض ِمنَ الدَّن َِس َوأ َ ْبد ِْلهُ د‬ َ َ‫اء األ َ ْبي‬ ِ ‫َوا ْغس ِْلهُ ِب ْال َم‬
‫ب‬ َ ْ َ
ِ ‫ب القب ِْر أ ْو ِمن َعذا‬ َ ْ ِ ‫عذا‬ َ ْ ْ َ َ َّ ْ ْ َ
َ ‫ب ِمن زَ ْو ِج ِه َوأد ِْخلهُ ال َجنة َوأ ِعذهُ ِمن‬ ْ َّ َّ
َ ‫طايَا ك َما نَقيْتَ الث ْو‬َ َ ‫َخي ًْرا ْال َخ‬
‫ار‬ ِ َّ‫الن‬
Artinya: Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Bebaskanlah dan
maafkanlah dia. Luaskanlah kuburnya dan mandikanlah ia dengan air,
salju dan embun. Sucikan ia dari seluruh kesalahan seperti
dibersihkannya kain putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih
baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya,

12
pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Lalu masukkanlah ia ke
dalam surga dan lindungilah ia dari cobaan kubur dan azab neraka.

Untuk jenazah perempuan, bacaan sholat jenazah tersebut menjadi:

‫س ْع ُمدْ َخلَ َها‬ِّ ِ ‫ْف َع ْن َها َوأ َ ْك ِر ْم نُ ُزلَ َها َو َو‬ ُ ‫ار َح ْم َها َو َعافِ َها َواع‬ْ ‫اء َوالث َّ ْلجِ َو ْالبَ َر ِد اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَ َها َو‬ ِ ‫َم‬
‫ض ِمنَ الدَّن َِس‬ َ َ ‫ي‬ ‫ب‬
ْ َ ‫أل‬‫ا‬ ‫ب‬ ‫و‬ َّ ‫ث‬
َ ْ َ‫َ َ ْت‬‫ال‬ ‫ي‬َّ ‫ق‬ ‫ن‬
َ ‫ا‬ ‫م‬‫ك‬َ ‫ا‬ ‫ي‬‫ا‬ َ
‫ط‬ َ
‫خ‬ ْ
‫ال‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ِّ
َ‫ِ َ َ ِ َ ِ ن‬‫ق‬‫ن‬
َ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ْ
‫ه‬ َ ‫أ‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬
ِ ً‫ا‬ ‫ْر‬ ‫ي‬ َ
‫خ‬ ً ‫ال‬‫ه‬ْ ْ
‫ال‬ ‫ب‬
ِ َ‫ا‬ ‫ه‬ ْ
‫ِل‬ ‫س‬ ْ
‫غ‬ ‫َوا‬
ْ َ َ ْ ْ َ
‫ب النَّ ًجا َخي ًْرا ِم ْن زَ ْو ِج َها َوأد ِْخل َها ال َجنَّة َوأ ِعذهَا ِم ْن‬ َ
ِ ‫ارا َخي ًْرا ِم ْن دَ ِارهَا َوأ ِار ْن َعذَا‬ ْ
ً َ‫َوأ ْبدِل َها د‬ َ
‫ب ْالقَب ِْر أَ ْو ِم َوزَ ْو‬ ِ ‫َعذَا‬

Boleh juga membaca doa sholat jenazah yang lebih singkat:

‫اف‬ ْ ‫ْف َع ْن ُهاللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَهُ َو‬


ِ ‫ار َح ْمهُ َو َع‬ ُ ‫ِه َواع‬

Artinya: Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Bebaskanlah dan


maafkanlah dia.

Untuk jenazah perempuan, doa singkat tersebut menjadi:

ْ ‫ْف َع ْن َها َواللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَ َها َو‬


‫ار َح ْم َها َو َعافِ َها‬ ُ ‫اع‬

5. Takbir ke empat
membaca doa sebagaimana diriwayatkan Imam Abu Dawud:
ِ‫َاِاغفرِْ َِو وَلَه‬
ْ ‫ل َ لَن‬
ِ ِ‫حر ْمنَا‬ ْ َ‫م ب َْعدَهِتَ ْفت َّناِ َولَِأ‬
ْ َ‫جرَهِت‬ َِّ ‫الل َّه‬
ِ

Artinya: Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan


cobai kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.

Jika jenazahnya perempuan, maka doa sholat jenazah setelah takbir


keempat menjadi:

‫اللَّ ُه َّم الَ تَحْ ِر ْمنَا أَجْ َرهَا َوالَ تَ ْفتِنَّا َب ْعدَهَا َو ا ْغ ِف ْر لَنَا َولَ َها‬

Setelah itu mengucapkan salam:

‫سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم‬ َّ ُ‫َو َرحْ َمة‬


َّ ‫َّللاِ َو بَ َركَاتُهُ ال‬

Artinya: Semoga keselamatan rahmat Allah dan berkahNya limpahkan


kepada kalian

 Yang paling berhak mengimami sholat jenazah itu dari keluarganya


atau pihak keluarga pasrah kepada ustadz atau pak mudin. Syaratnya,
harus tahu syarat sah dan rukunnya.

13
 Cara berdiri imam ketika menyolati :
Kalau laki-laki di pinggir kepala, kalau perempuan di sebelah perut. Karena
laki-laki adalah pimpinan rumah tangga sedangkan perempuan biasanya
melahirkan. Itu adalah tanggung jawabnya.
 Syarat sahnya =
a. Islam
b. Sudah baligh
c. Aqil/berakal
 Sunnahnya=
a. Jamaah 3 shaff
b. Kalau perempuan kepala di utara, kalau laki laki di selatan.

 Waktu yang dilarang melangsungkan sholat jenazah, sesuai dengan


waktu yang dilarang untuk melakukan sholat apapun. Antara lain
setelah shalat shubuh, setelah shalat asar (banyak pendapat), waktu
tuluk (munculnya matahari).
 Kalau ketinggalan shalat jenazah bisa masbuk atau shalat sendiri.
Tapi lebih baik shalat sendiri lagi. Bisa juga menyolatkan di kuburan.
Kalau tidak tahu laki-laki atau perempuan, niatnya =
Ushollimanshollaalaihiimam
 Hal-hal Penting
 Semisal mayat lebih dari 1, pelaksanaannya dijamak. Peletakannya
dijajar. Niatnya = ushollia’lamayit(sebut nama)
Doanya= allahummafirlahum wa’afihim wa’fua’nhum. Yang imam
harus mengikrarkan nama-nama mayitnya.
Hal ini juga kondisional (sesuai jumlah mayit)
 Tidak akan sampai ke Allah, dan amalnya tidak diterima oleh Allah.
Berputar-putar antara langit dan bumi sebab hutangnya. Sehingga
keluarganya harus melunasi hutangnya. Nabi menyarankan bahwa
segerakanlah untuk mengganti hutang si mayit.
 Mendoakan bersyarat .

14
Nabi pernah mendoakan mayit dengan bersyarat “ya allah apabila
orang ini baik, maka lipat gandakanlah kebaikannya. Dan apabila
orang ini tidak baik, maka hapuskanlah segala dosanya.”
Harus khusnudzon ke mayit.
 Menunda menyolatkan mayit (Kondisional). Tapi usahakan jangan
cepat-cepat dan jangan lama lama. Karena hal ini juga untuk
menjaga aib mayat. Karena mayat 1jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dst.
baunya sudah beda.
 Selain salat jenazah, ada pula salat ghaib. Salat ghaib berarti
mayitnya sudah tidak ada. Atau bisa dikatakan salat jarak jauh.
Cuma diganti niatnya =
ushollialalmayyit(...)ghaibanfardhukifayatinlillahitaala.

4. MENGUBUR
Kewajiban terakhir yaitu mengubur jenazah. Jenazah yang telah
melewati proses mengafani, selanjutnya akan dikubur. Hukum mengubur
mayat ini Fardhu Kifayah. Seorang yang ikut menyaksikan pemakaman jenazah
dijanjikan dengan pahala yang sangat besar, yaitu akan mendapatkan pahala
sebesar dua gunung Uhud. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Tsauban y,
sesungguhnya Rasulullah a bersabda yang artinya;
“Barangsiapa yang menshalatkan jenazah, maka baginya pahala satu
qirath. Dan jika ia menyaksikan pemakamannya, maka baginya pahala dua
qirath. Satu qirath seperti satu (gunung) Uhud.”1249 Mengantarkan jenazah ke
pemakaman merupakan salah satu amalan yang dapat menjadikan seorang
masuk Surga. Diriwayatkan dari Abu Hurairah y ia berkata, Rasulullah a bersabda;
“Siapa di antara kalian yang pagi ini berpuasa?” Abu Bakar y berkata, “Saya.”
Rasulullah a bersabda, “Siapa di antara kalian yang hari ini telah
mengantarkan jenazah?” Abu Bakar y berkata, “Saya.” Rasulullah a bersabda,
“Siapa di antara kalian yang hari ini telah memberi makan orang
miskin?” Abu Bakar y berkata, “Saya.” Rasulullah a bersabda, “Siapa di
antara kalian yang hari ini telah menjenguk orang sakit?” Abu Bakar y berkata,
“Saya.” Maka Rasulullah a bersabda, “Tidaklah berkumpul
 Tempat pemakaman

15
Jenazah Disunnahkan memakamkan jenazah kaum muslimin di
pemakaman umum kaum muslimin. Karena Rasulullah a memakamkan
jenazah sahabatnya di pekuburan Baqi‟. Dikecualikan bagi para syuhada‟
yang gugur di medan perang, mereka dimakamkan di tempat mereka gugur,
tidak perlu dipindahkan ke pemakaman umum kaum muslimin. Sebagaimana
hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin „Abdillah p, ia berkata;
“Seorang laki-laki menyerukan, “Ketahuilah sesungguhnya Nabi a
memerintahkan kalian agar mengembalikan para korban perang,
makamkanlah di tempat (peperangan) dimana mereka terbunuh.”1251 Jenazah
seorang muslim tidak boleh dimakamkan di pemakaman orang kafir,
demikian pula sebaliknya. Dan makam kaum muslimin harus terpisah dari
makam orang kafir. Hal ini sebagaimana yang diisyaratkan dalam hadits dari
Basyir bin Al-Khashashiyah y, ia berkata;
“Aku pernah berjalan bersama Rasulullah a hingga melewati makam
kaum muslimin. Maka Rasulullah a bersabda, “Sesungguhnya mereka telah
melewati keburukan yang banyak.” Kemudian melewati makam kaum
musyrikin. Maka Rasulullah a bersabda, “Sesungguhnya mereka telah
melewati kebaikan yang banyak.”
 Tata Cara Pemakaman / Penguburan Jenazah
 Dianjurkan untuk memperluas, menperdalam, dan memperbagus liang
kubur Rasulullah SAW. bersabda tentang liang kubur syuhada‟ Uhud;
”Galilah, (perluaslah), perdalamlah, dan perbaguslah.”
Ukuran kuburan biasanya 1m x 2m. Di dalam liang kubur terdapat
liang lahat, yakni tempat untuk berlindungnya jenazah dari hewan.
Liang lahat ini seperti cekungan yang terletak di sebelah barat
 Disunnahkan memasukkan jenazah dari arah kaki kubur Diriwayatkan
dari Abu Ishaq 5, ia berkata;
”Al-Harits bin Yazid berwasiat agar „Abdullah bin Yazid menshalatkan
jenazahnya. Maka „Abdullah pun menshalatkannya. Kemudian ia
memasukkan jenazahnya dari arah kaki kubur, dan ia berkata, ”Ini
termasuk Sunnah.”
 Disunnahkan bagi seseorang yang memasukkan jenazah ke kubur untuk
mengucapkan, “Bismillah, wa „ala Sunnati Rasulillah” atau “Bismillah,
wa
„ala Millati Rasulillah” Diriwayatkan dari Ibnu ‟Umar p;

16
“Sesungguhnya Nabi a jika meletakkan jenazah ke dalam kuburnya,
mengucapkan, “Dengan menyebut Nama Allah, di atas Sunnah
Rasulullah
a.”
 Jenazah diletakkan ke dalam kubur dengan bersandar pada sisi tubuh
bagian kanan dan wajahnya dihadapkan kearah kiblat Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah a tentang Ka‟bah (Baitul
Haram);
“(Ka‟bah merupakan) kiblat kalian (ketika) hidup, maupun (setelah)
meninggal dunia.”
 Kemudian tali pocong (tali diatas, tali ditengah, maupun tali
dibawah) dilepas. Dibagian pipi kain kafan dibuka dikasih/diberi
tanah dan dibagian kaki (telapak kaki yang digunakan untuk sujud)
diberi tanah. Kemudian mayit dimiringkan kebarat diadzani
kemudian diberi telisip. Hal ini bertujuan agar tanah tidak
menimbun langsung kepada si mayit. Lalu diberi serem (istilah
bagi orang jawa, rerumputan/dedaunan agar tanah tidak menimbun
langsung si mayit. Lalu diberi tikar.
 Kemudian disunnahkan menggunakan penanda yaitu batu nisan.
Disunnahkan untuk memberi tanda pada kubur dengan batu (nisan)
atau yang sejenisnya. Sebagaimana diriwayatkan dari Al-Muthalib y, ia
berkata;
“Ketika „Utsman bin Mazh‟un y meninggal dunia, jenazahnya
dikeluarkan dan dimakamkan. Nabi a memerintahkan seorang laki-laki
untuk membawakan kepada beliau sebuah batu. Namun ia tidak mampu
membawanya. Maka Rasulullah a berdiri mendatangi (untuk
membantu)nya dan beliau menyingsingkan kedua lengan (baju)nya.
AlMuththalib y berkata, “Orang yang mengabarkan kepadaku tentang
hadits Rasulullah a ini berkata, “Sepertinya aku melihat putihnya kedua
lengan Rasulullah a ketika beliau menyingsingkan kedua (lengan
baju)nya.” Kemudian beliau membawanya dan meletakkannya disisi
kepala jenazah. Lalu beliau bersabda, “Dengan (batu) ini aku aku
memberi tanda kubur
saudaraku. Dan aku akan memakamkan (di tempat ini) orang-orang
yang

17
meninggal dari (kalangan) keluargaku.”1258 Diperbolehkan meletakkan
dua buah batu (nisan) di atas kubur. Berkata Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-„Utsaimin 5; “Sesungguhnya meletakkan satu atau dua buah
batu maupun papan sebagai tanda bahwa ini adalah kuburan supaya tidak
digali untuk kedua kalinya,
 Setelah itu disunnahkan membaca ayat-ayat suci, tahlil/talqin.
Talqin itu memberi bocoran soal yang akan ditayangkan oleh
munkar nakir. contoh: “Marrabbuka, wamannabiyuka,
wamadinuka, wamaqiblatuka, wamaimamuka, manarikhwanuka.”
“Allahurabbi, muhamadun nabiyuka, islamudini walka’batu
qiblatu wal-qur’anu imami, walmu’minuna walmuslimuna ikhwani.
 Diadzani dan diqomati, didalam hadist tidak ada, tetapi didalam
kitab I’anatul tholibin dikiaskan anak yang baru lahirkan diadzani
dan diqomati, mengapa demikian? Dikiaskan bayi yang baru lahir
itu keluar dari alam Rahim menuju alam dunia, nah orang
meninggal dikiaskan keluar dari alam dunia menuju alam barzah.
 Hal Hal Penting
o Ya kalau bisa laki laki. Hukumnya makruh, ada yang menghukumi
haram. Bahkan ada pendapat yang mengatakan itu makruh masuk
kedalam pemakaman. Ada juga yang mengatakan mubah.
Mengapa demikian? Karena seorang wanita itu haid, kadang tidak
kuat mentalnya
Lalu bagaimana ziarah kemakam wali? Kalau makam wali tidak
papa karena ibaratnya najis. Kalau orang biasa itu satu ember,
diberi najis, pastinya air tersebut menjadi najis. Sedangkan jika
seorang wali, ibaratnya sebuah lautan yang diberi najis, tidak
berpengaruh.
o Wah kalau itu, hukumnya haram. Tidak boleh mengkijing
dipemakaman umum. Kalau mengkijing ditanah milik sendiri,
maka tidak masalah. Tapi disunnahkan meninggalkan kuburan satu
kilan, selebihnya tidak. Ya kalau makam wali-wali kan memang
tanah punya sendiri.
o Ya itu tadi, namanya juga darurat. Selama masih bisa dimakamkan
secara umum, ya dikubur seperti biasanya, tapi kalau

18
korban/jenazahnya beribu-ribu ya dikubur dijadikan satu. Ya
namanya juga darurat, dari pada dikubur satu-satu kelamaan
sampai jenazahnya busuk, kan lebih baik disegerakan.

BAB III

PENUTUP

Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini. penyusun
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian. Sehingga selalu
menyiapkan diri untuk bertemu kepada Sang Pencipta. Selain itu, penyusun juga
berharap dengan adanya laporan ini, dapat memberikan wawasan dan manfaat kepada
para pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA

http:/esanoerfadhila.blogspot.com/2016/10/cara-pengurusan-jenazah.html?m=1

https://islam.nu.or.id/post/read/85332/tata-cara-memandikan-jenazah

80-ensiklopedi-fiqih-islam_4-kitab-jenazah-sumpah-nadzar

Mustahdi, Mustakim, dan Anas, Zulfikri (Ed). 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

20
LAMPIRAN
 PROFIL NARASUMBER
Safrul Fathan atau yang kerap dipanggil “Pak Mudin” oleh warga
Ranuklindungan ini merupakan pria yang berkelahiran Pasuruan, 25 Juni 1973.
Beliau kami angkat sebagai narasumber dari tugas ini, karena beliau merupakan
seorang Mudin di daerah sekitar rumah kami.
11 Maret 2013, tepatnya pukul 22.00, beliau dimintai mengurus jenazah
Alm. Bapak Suparto. Itulah yang menjadi langkah awal beliau dalam
pengurusan jenazah.
 HASIL WAWANCARA
MEMANDIKAN
1. Siapa yang paling berhak untuk memandikan jenazah?
Bila jenazah laki-laki yang paling utama adalah keluarga yang laki-laki dan
bila jenazah perempuan yang paling utama adalah keluarga yang berjenis
kelamin perempuan

Karena dikhawatirkan memiliki aib maka keluarganya bisa menutupinya


sehingga orang lain tidak mengetahuinya.karena nabi muhammad pernah
bersabda "sebutkan apik apik e mayit" Jadi kita tidak perlu menyebutkan
jeleknya si jenazah hanya disebutkan yang bagus" nya saja. Tapi bila tidak ada
keluarganya boleh tetangga atau orang yang mengerti

2. Apa saja yang diperlukan untuk memandikan jenazah?


Alat: sabun,sampo,kembang,daun bidara,kapur barus,kapas

Tempat pemandian kalau bisa mencari yang empuk atau bisa juga dipangku

3. Bagaimana tata cara memandikan jenazah yang benar menurut ajaran


islam?
Pertama, sebelum dimandikan jenazah diberi kain tipis yang dapat menutup
aurat untuk menyaring.

21
Kemudian jenazah disucikan dulu dengan wudhu lalu jenazah diguyur air
secara merata setelah itu jenazah di bersihkan kotorannya dengan cara
dicengkok menurut orang jawa.setelah selesai jenazah diguyur lagi kemudian
dibersihkan dengan sabun dan sampo tidak lupa kuku kukunya di lincipi
dengan gagang pohon suruh karena syarat sahnya adalah air harus mengenai
seluruh tubuh. Kemudian setelah seluruh bagian tubuh sudah dibasuh dengan
air jenazah lalu disiram dengan air kembang/air bidara setelah itu dicek
kembali apakah masih ada kotoran yang tertinggal,setelah dirasa bersih
kemudian jenazah disucikan kembali dengan air wudhu bisa juga disiram lagi
dengan kapur barus

4. Apakah semua mayat wajib dimandikan?


Untuk setiap jenazah islam wajib dimandikan. Karena sebelum
dimandikan langsung di sholati maka sholatnya tidak sah. Tapi itu bila dalam
kondisi normal,jika kondisinya tidak biasa kasusnya itu kondisional.
Beliau menjelaskan tentang perkembangan janin didalam kandungan :
" Setelah proses fertilisasi setelah 40 hari tercipt nutfah dan masih belum ada
rukhul jasad tapi namanya rukhul hayat. Setelah 40 hari kedua sudah menjadi
alaqah yang artinya kumpulan darah setelah 40 hari ketiga itu bentuk mutghoh
yang artinya kumpulan daging pada saat itulah ditiupkan ruh kepada janin dan
ditulisnya nasib atau takdir seseorang.
Jadi itu cukup di dibasuh dan ada juga khilaf
Ada yang di solati juga ada yang tidak,tapi kalau saya disholati karena
sudah memiliki ruhul jasad.bila janin itu sudah lahir lalu meninggal perlu
adanya dimandikan dan disholati.
5. Dalam kondisi apa memandikan mayat boleh diganti dengan tayamum?
Bila kekurangan air tayamum bisa digunakan kecuali jenazah itu sudah
rusak dan tidak mungkin dimandikan dengan air bisa dengan tayamum. Juga
ada kejadian bila misalnya ada jenazah laki laki tapi di kampung itu tidak ada
laki laki untuk memandikan hanya ada kaum perempuan saja bisa dilakukan
tayamum malah tidak boleh menggunakan air karena bila tayamum tidak
membuka seluruh aurat sedangkan bila menggunakan air harus membukanya
begitu juga sebaliknya.

22
6. Bolehkah mudin perempuan yang sedang haid ikut memandikan
jenazah?
Mudin perempuan yang sedang haid boleh ikut memandikan jenazah
tapi dengan syarat tidak ikut langsung dalam memandikan jenazah tetapi
hanya memberikan arahan saja. Tidak ada perlakuan khusus dalam
memandikan jenazah perempuan yang sedang haid tetap dibersihkan seperti
biasanya
7. Bolehkah seorang suami/istri ikut memandikan jenazah sang suami/istri?
Seorang suami boleh ikut memandikan jenzah istrinya tapi dalam hal hal
tertentu
8. Apa saja rukun, sunnah, dan larangan dalam memandikan jenazah?
Rukun : niat, meratakan air ke seluruh tubuh

Sunnah : membasuh dimulai dari kanankanan, membasuh dengan pelan pelan

Larangan : memandikan dengan cara kasar, membicarakan keburukan jenazah.

9. Jika ada jenazah yang baru ditemukan dari beberapa hari kematiannya,
hampir semua oragannya membusuk. Dan dikhawatirkan menularkan
penyakit berbahaya. Bagaimana memandikannya?
Bila jenazah memiliki penyakit menular cara memandikanya dengan
menggunakan alat pelindung seperti masker dan sarung tangan agar terhiindar
dai tertular penyakit yang diderita jenazah dan bisa juga bisa diberi bayclean
kemudian ditung.

MENGAFANI

1. Berapa kadar wajib dari mengafani mayat laki-laki/perempuan?


Kalau itu kondisional ( melihat keadaan si jenazah ), tapi umumnya itu diukur
terlebih dahulu . secara umum, bagi jenazah dewasa biasanya kurang lebih
ukurannya 2 meter x 30 cm. untuk panjangnya kain kafan biasanya dilebihi
kurang lebih 1 kilan agar bisa diikat. Biasanya kalau laki laki itu menggunakan
3 lapis. Biasanya langsung hanya pakai baju kurung atau gamis atau biasa
langsung pake kain kafan tanpa baju kurung. Biasanya tali yang digunakan
yaitu sebanyak 3 karena diibaratkan iman islam ikhsan. Sedangkan yang
perempuan menggunakn 5 lapis. 1 jilbab 2. Baju kurung 3. Jarik 4. 2 kain
kafan untuk membungkus . untuk anak kecil tetap seperti orang dewasa,

23
hanya saja untuk anak kecil perumpuan biasa tidak dipakai baju kurung
maupun larik , langsung pakai hijab dan kain kafan.
2. Bagaimana hukum merias jenazah? Hukum merias mayat perempuan yaitu
makruh ( lebih baik tidak dilakuakan ). Hal itu di anggap tasabbuh yaitu
menyerupai orang nasrani.
3. Apabila pemakaman seorang jenazah di bongkar untuk dilakukannya
otopsi. Bagaimana dengan kain kafan sang jenazah saat akan
dimakamkan kembali?
Kondisional. Kalau sudah dibongkar dan si mayit masih belum rusak, lebih
baiknya dimandikan dan dikafani ulang. Tapi apabila jenazahnya sudah rusak,
lebih baik tidak usah dimandikan dan dikafani, langsung dikuburkan karena
dikhawatirkan menyebarkan bau dan penyakit kepada sekitarnya. Biasanya
pada jenazah yang rusak atau hancur sebelum dikafani si jenazah dibungkus
plastik terlebih dahulu.
4. Bagian tubuh mana saja yang harus diberi kapas?
Bagian yang paling utama diberi kapas, bagian badan yang dipakai untuk
bersujud, yaitu dahi, hidung, tangan, lutut, telapak kaki dalam. Kemudian
sesuatu yang terdapat lubangnya contohnya mulut, hidung, telinga, mata,
kubul dan dubur.
Karena bagian yang diberi kapas menjadi saksi diakhirat kelak. Kapas tersebut
diberi kayu cendana, kapur barus, minyak srinting agar wangi.
5. Jika korban bencana dan tidak diketahui identitasnya karena sudah
berhamburan/tercampur dengan jenazah lainnya. Apa perlu untuk
dikafani?
Itu namanya darurat. Yang terpenting identitas nama, dijadikan satu tidak
masalah (dikubur jadi satu). Yang penting dido’ai diniati kepada si mayat.

MENYOLATI

1. Siapa yang paling berhak untuk mengimami shalat jenazah?


2. Yang mengimami sholat jenazah itu dari keluarganya atau pihak keluarga
pasrah kepada ustadz atau pak mudin. Syaratnya, harus tahu syarat sah dan
rukunnya.

24
Cara berdiri imam ketika menyolati :

Kalau laki-laki di pinggir kepala, kalau perempuan di sebelah perut. Karena


laki-laki adalah pimpinan rumah tangga sedangkan perempuan biasanya
melahirkan. Itu adalah tanggung jawabnya.

3. Apa saja syarat sahnya shalat jenazah?


Syarat sahnya :

a. Islam
b. Sudah baligh
c. Aqil/berakal
Rukunnya :

a. Niat
b. Membaca takbir. Takbir pertama alfatihah, yang kedua shalawat, yang
ketiga doa untuk mayit, lalu doa untuk sekitarnya. Dan yang terakhir
adalah salam

Sunnahnya :

Jamaah 3 shaff

Klu perempuan kepala di utara, klu laki laki di selatan.

4. Bagaimana menyolati jenazah yang lebih dari satu?


Semisal lebih dari 1 ya dijamak. Peletakannya dijejer. Niatnya =
ushollia’lamayit(sebut nama)

Doanya= allahummafirlahum wa’afihim wa’fua’nhum. Yang imam harus


mengikrarkan nama-nama mayitnya.

Kondisional (sesuai jumlah mayit)

5. Bagaimana dengan jenazah yang masih memiliki hutang?


Tidak akan sampai ke Allah, amalnya tidak diterima gusti Allah, muter-muter
antara langit dan bumi sebab hutangnya. Sehingga keluarganya harus
melunasi hutangnya. Nabi mnyarankan bahwa segerakanlah untuk menyauri
hutang si mayit.

25
6. Kapan sajakah waktu yang dilarang dalam menyolati jenazah?
Waktu yang dilarang melangsungkan sholat jenazah, sesuai dengan waktu
yang dilarang untuk melakukan sholat apapun. Antara lain setelah shalat
shubuh, setelah shalat asar (banyak pendapat), waktu tuluk (munculnya
matahari)
7. Bolehkahَmelakukanَdo’aَbersyaratَterhadapَjenazah?
Mendoakan bersyarat .

Nabi pernah mendoakan mayit dengan bersyarat “ya allah apabila orang ini
baik, maka lipat gandakanlah kebaikannya. Dan apabila orang ini tidak baik,
maa hapuskanlah segala dosanya.”

Harus khusnudzon ke mayit.

8. Apa yang dilakukan apabila tertinggal shalat jenazah?


Kalau ketinggalan shalat jenazah bisa masbuk atau shalat sendiri. Tapi lebih
baik shalat sendiri lagi. Bisa juga menyolatkan di kuburan. Kalau tidak tahu
laki-laki atau perempuan, niatnya = Ushollimanshollaalaihiimam
9. Bagaimana tata cara shalat ghaib?
Sholat ghaib itu berarti mayitnya sudah tidak ada. Jarak jauh. Cuma diganti
niatnya = ushollialalmayyit(...)ghaibanfardhukifayatinlillahitaala.
10. Bagaimana hukumnya menunda menyolati jenazah?
Menunda mnyolatkan mayit (Kondisional). Tapi usahakan jangan cepet-cepet
dan jangan lama lama. Karena hal ini juga untuk menjaga aib mayat. Karena
mayat 1jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dst. baunya sudah beda.

MENGUBUR

1. Bagaimana hukum mengubur jenazah?


Hukumnya fardu kifayah
2. Berapa ukuran panjang liang kubur?
Ukuran kuburan biasanya 1m x 2m
3. Seperti apa liang lahat itu?
Seperti cekungan ada di sebelah barat
4. Bagaimana tata cara mengubur jenazah?
a. Tali pocong (tali diatas, tali ditengah, maupun tali dibawah) dilepas.
Dibagian pipi kain kafan dibuka dikasih/diberi tanah dan dibagian kaki

26
(telapak kaki yang digunakan untuk sujud) diberi tanah. Kemudian mayit
dimiringkan kebarat diadzani kemudian diberi telisip. Kenapa ditutup
telisip? Agar tanah tidak menimbun langsung kepada simayit. Lalu diberi
serem (istilah bagi orang jawa, rerumputan/dedaunan agar tanah tidak
menimbun langsung simayit. Lalu diberi tikar. Kemudian disunnahkan
menggunakan penanda yaitu batu nisan. Setelah itu disunnahkan membaca
ayat-ayat suci, tahlil/talqin. Talqin itu memberi bocoran soal yang akan
ditayangkan oleh munkar nakir. contoh: “Marrabbuka, wamannabiyuka,
wamadinuka, wamaqiblatuka, wamaimamuka, manarikhwanuka.”
“Allahurabbi, muhamadun nabiyuka, islamudini walka’batu qiblatu wal-
qur’anu imami, walmu’minuna walmuslimuna ikhwani.
b. Diadzani dan diqomati, didalam hadist tidak ada, tetapi didalam kitab
I’anatul tholibin dikiaskan anak yang baru lahirkan diadzani dan diqomati,
mengapa demikian dikiaskan bayi yang baru lahir itu keluar dari alam
Rahim menuju alam dunia, nah orang meninggal dikiaskan keluar dari
alam dunia menuju alam barzah.
5. Bolehkah seorang perempuan ikut dalam mengubur jenazah?
Ya kalau bisa laki laki. Hukumnya makruh, ada yang menghukumi haram.
Bahkan ada pendapat yang mengatakan itu makruh masuk kedalam
pemakaman. Ada juga yang mengatakan mubah. Mengapa demikian? Karena
seorang wanita itu haid, kadang tidak kuat mentalnya
Lalu bagaimana ziarah kemakam wali? Kalau makam wali tidak papa karena
ibaratnya najis. Kalau orang biasa itu satu ember, diberi najis, pastinya air
tersebut menjadi najis. Sedangkan jika seorang wali, ibaratnya sebuah lautan
yang diberi najis, tidak berpengaruh.
6. Bagaimana hukum mengkijing(mengeraskan) makam?
Wah kalau itu, hukumnya haram. Tidak boleh mengkijing dipemakaman
umum. Kalau mengkijing ditanah milik sendiri, maka tidak masalah. Tapi
disunnahkan meninggalkan kuburan satu kilan, selebihnya tidak. Ya kalau
makam wali-wali kan memang tanah punya sendiri.
7. Bagaimana mengubur jenazah akibat bencana alam?
Ya itu tadi, namanya juga darurat. Selama masih bisa dimakamkan secara
umum, ya dikubur seperti biasanya, tapi kalau korban/jenazahnya beribu-ribu

27
ya dikubur dijadikan satu. Ya namanya juga darurat, dari pada dikubur satu-
satu kelamaan sampai jenazahnya busuk, kan lebih baik disegerakan.

 Dokumentasi
Wawancara ini dialaksanakan pada tanggal 26 Januari 2020

28

Anda mungkin juga menyukai