AGAMA ISLAM
Disusun Oleh :
Nama : Andini Suryadi
Kelas : XII
Tingkat Kejuruan : Teknik Komputer Jaringan
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyesaikan tugas portofolio ini tanpa suatu halangan
apapun. Sholawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW.
Tugas portofolio ini berupa makalah yang berjudul “Perawatan Jenazah” yang berisi tata
cara dalam pengurusan jenazah, dibuat untuk memenuhi syarat mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
Penulis menyadari bahwa dalam membuat portofolio ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala kritik dan sarana dari para
pembaca untuk kesempurnaan pada portofolio ini.
Penulis harap portofolio ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya, dan
memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara memandikan jenazah?
b. Bagaimana cara mengkafani jenazah?
c. Bagaimana cara menshalati jenazah?
d. Bagaimana cara menguburkan jenazah?
e. Apa itu takziah?
f. Apa itu ziarah kubur?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengurusan Jenazah
Pengurusan jenazah merupakan bagian dari etika islam yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada umatnya. Hukum dalam pengurusan jenazah merupakan fardhu
kifayah, artinya apabila sebagian orang telah melaksanakannya, maka dianggap cukup atau .
Akan tetapi jika tidak ada seorangpun yang melakukannya, maka berdosalah seluruh
masyarakat yang berada di daerah itu, pengurusan jenazah juga merupakan tanda
penghormatan terhadap jenazah. Dalam ajaran islam ada empat kewajiban bagi setiap muslim
terhadap jenazah sesama muslim, yaitu memandikan jenazah, mengafankan jenazah,
menshalatkan jenazah dan menguburkan jenazah.
Sebelum mengetahui pembahasan selanjutnya mengenai keempat kewajiban bagi setiap
muslim terhadap jenazah sesama muslim, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu
beberapa hal yang perlu dilakukan ketika menjumpai seorang muslim yang baru saja meninggal
dunia, yaitu :
a. Apabila mata masih terbuka, pejamkan matanya dengan mengurut pelupuk mata pelan-pelan.
b. Apabila mulut masih terbuka, katupkan dengan selendang agar tidak kembali terbuka.
c. Tutuplah seluruh tubuh jenazah dengan kain sebagai penghormatan.
1. Memandikan Jenazah
Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan jenazah. Hal
ini disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau harus dimandikan. Berikut 2
hal yang perlu untuk diperhatikan dalam memandikan jenazah.
a. Jenazah yang boleh dimandikan
Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal bukan
karena mati syahid di Medan pertempuran.
b. Jenazah yang tidak perlu dimandikan
Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan
pertempuran karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi pada hari
Kiamat. Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakukan Nabi saw terhadap
paman beliau yang kafir. Janin yang dibawah usia empat bulan tidak perlu dimandikan,
dikafani, dan dishalatkan. Cukup digali lubang dan dikebumikan.
3. Tempat Memandikan
Tempat yang akan dipergunakan untuk memandikan mayit hendaknya tertutup atau
amandari pandangan mata. Bisa di dalam rumah, atau di halaman rumah namun dibatasi
dengan tutup. Usahakan mayit dimandikan di atas dipan, agar mayit tidak mudah terkena
percikan air. Juga dianjurkan membakar kemenyan di sekitar tempat memandikan untuk
menolak bau yang dimungkinkan keluar dari badan mayit.
Orang yang tidak punya tugas atau kepentingan, sebaiknya dilarang memasuki tempat
memandikan mayit. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan mayit.
4. Air untuk Memandikan
Air yang dipakai adalah air mutlak (suci menyucikan). Dianjurkan menggunakan air laut,
karena bisa memperlambat proses pembusukan. Namun, bila berada di daerah yang sangat
dingin, atau di tubuh mayit terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, maka lebih baik
menggunakan air hangat.
5. Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah
Sebelum memandikan jenazah, maka harus dilakukan beberapa persiapan, adapun hal-
hal yang perlu dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah:
a. Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah
b. Air bersih secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air yang dialiri oleh selang,
boleh juga menyiapkan air menggunakan ember besar asal cukup.
c. Tempat memandikan jenazah, jangan terbuka, agak tinggi, kuat serta tahan air.
d. Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.
e. Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.
f. Kain kafan, dipersiapkan tergantung jenis kelamin.
Tambahan (jika diperlukan) :
g. Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari kuman jika si
jenazah memiliki penyakit.
Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini dimaksudkan untuk
menjaga kerahasiaan aib atau cacat penyakit yang masih ada di dalam tubuh jenazah tersebut.
Tujuan menjaga dan membatasi bagi orang yang ingin memandikan jenazah adalah agar tidak
terjadi fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun Orang yang berhak
memandikan Jenazah adalah:
Secara umum, bila mayit laki-laki, maka yang memandikan laki-laki. Bila perempuan,
maka yang memandikan juga perempuan. Boleh bagi pasangan suami-istri, suami
memandikan istri yang meninggal, begitu pula sebaliknya.
Adapun yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah orang yang paling
mengerti masalah agama dan yang paling punya rasa belas kasih (syafaqah). Sedangkan yang
paling utama memandikan jenazah perempuan, adalah orang perempuan yang semahram
dengan jenazah.
Sebaiknya, yang bertugas memandikan tidak lebih dari 7 orang. 3 orang memangku di
atas bagian depan, sedangkan 4 orang yang lain, ada yang menyiramkan air, ada yang
menggosok tubuh jenazah dan ada pula yang membantu menyediakan hal-hal yang
diperlukan.
7. Posisi Jenazah
Jenazah hendaknya diletakkan pada posisi yang paling memudahkan untuk dimandikan.
Namun yang sunnah adalah, jenazah didudukkan agak miring ke belakang. Posisi ini
memudahkan orang yang memandikan untuk membersihkan kotoran yang ada pada jenazah.
B. Tata Cara Memandikan Jenazah
13. Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
14. Siram sebelah kanan 3 kali.
15. Siram sebelah kiri 3 kali.
16. Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah
belakang.
17. Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.
18. Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.
19. Setelah itu siram dengan air kapur barus.
20. Setelah itu jenazahnya diwudukkan .
Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :
Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu mulai
dari muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya.
21. Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap menggunakan lap pada seluruh
badan mayat.
Hal-hal Penting
Hal-hal penting yang berkaitan dengan mayit antara lain :
a. Selama memandikan, diharamkan melihat aurat mayit.
b. Hukum memandikan mayit adalah wajib, sedangkan niatnya adalah sunnah. Sebaliknya
mewudhu'i mayit hukumnya adalah sunnah sedangkan niatnya wajib.
c. Bila melihat kelainan-kelainan pada mayit, seperti, wajahnya berseri-seri atau mengeluarkan
bau harum, maka sunnah diceritakan. Bila sebaliknya, maka harus disimpan tidak boleh
diceritakan.
Mengkafani Jenazah
Setelah mayat dimandikan, maka wajib bagi tiap-tiap mukmin untuk mengkafaninya juga.
Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Mengkafani
jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi
tubuhnya walau hanya sehelai kain. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut: “Kami
hijrah bersama Rasulullah saw. dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka tentulah
akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada yang meninggal sebelum
memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh
diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika
kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka tersembul
kepalanya. Maka Nabi saw. menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput
izhir pada kedua kakinya.” (HR. Bukhari).
Dalam mengafani jenazah ada beberapa hal yang diutamakan atau disunnahkan mengenai
kain kafannya, diantaranya:
1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, kering dan menutupi
seluruh tubuh mayat. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut :
Artinya: “Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda: “Apabila salah seorang kamu
mengkafani saudaranya, hendaklah dibaikkan kafannya itu.” (HR. Muslim).
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat perempuan
5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan
hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
“Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafan karena
sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(HR. Abu Dawud).
Catatan :
Kalau kain putih tidak ada, maka boleh mengkafani mayat dengan kain apa saja yang
dapat digunakan untuk mengkafaninya, kemudian dishalatkannya.
3. Menshalatkan Jenazah
c. Makmum masbuq
Adalah makmum yang tidak mengikuti bacaan surat al-Fatihah bersama imam. Semisal
kita baru takbiratul ihram, sedangkan imam sudah melakukan takbir yang ketiga. Maka, kita
harus langsung membaca surat al-Fatihah. Bila imam melakukan takbir keempat, maka kita
langsung takbir juga, sekalipun bacaan al-Fatihah belum selesai. Bila imam mengucapkan
salam, maka kita melanjutkan shalat dengan takbir ketiga dan seterusnya dengan mengikuti
rukun dan bacaan yang sudah ada.
1. Imam berdiri di depan setentang kepala mayat, apabila mayat laki-laki. Jika mayat
perempuan, imam berdiri setentang pinggangnya.
2. Makmum berdiri di belakang imam bersaf-saf. Jama’ahnya lebih banyak lebih utama. Jika
jama’ahnya sedikit, usahakan menjadi tiga saf. Karena Rasulullah Saw. telah bersabda, yang
artinya : “Apabila seorang mukmin mati dan dishalatkan oleh sekelompok kaum muslimin
hingga tiga saf, maka dosa-dosa si mayat diampuni”. (HR. Lima ahli hadis, kecuali Nasai)
3. Setelah saf teratur,
4. Niatlah shalat jenazah disertai takbiratul ihram
i. Untuk seorang mayit laki-laki
الى َ ت َف ْر
ٰ ض ِّك َفا َي ٍة ِّهللِّ ت َ َع ِّ ِّلى ه َٰذا ْال َمي
ٍ ت أَ ْربَ َع تَ ْكبِّي َْرا َ ُأ
ٰ ص ِّلى َع
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
ii. Untuk seorang mayit perempuan
ٰ َض ِّكفَايَ ٍة ِِّهللِّ تَع
الى ٍ لى ٰه ِّذ ِّه ْال َميِّت َ ِّة أ َ ْربَ َع ت َ ْكبِّي َْرا
َ ت فَ ْر ٰ لى َع َ ُأ
ِّ ص
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
iii. Untuk seorang mayit anak laki-laki
الى َ ت فَ ْر
ٰ ض ِّكفَا َي ٍة ِّهللِّ ت َ َع ِّ لى ٰه ِّذ ِّه ْال َميِّت َ ِّة
ٍ الط ْفلَ ِّة أ َ َِ ْربَ َع ت َ ْك ِّبي َْرا َ ُأ
ٰ ص ِّلى َع
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
v. Untuk dua orang mayit
ُ الَل ُه َّم ا ْغ ِّف ْرلَ َها َو ْار َح ْم َها َو َعا ِّف َها َواع
ْف َع ْن َها
Lebih sempurnanya ditambah dengan :
طا َيا َك َما يُنَقَّى اء َوالث َّ ْلجِّ َو ْال َب ْر ِّد َون َِّق ِّه ِّمنَ ْال َخ َ
َوأ َ ْك ِّر ْم نُ ُزلَهُ َو َو ِّس ْع َم ْد َخلَهُ َوا ْغس ِّْلهُ ِّب ْال َم ِّ
ارا َخي ًْرا ِّم ْن دَ ِّار ِّه ِّوا َ ْهالً َخي ًْرا ِّم ْن أ َ ْه ِّل ِّه َوزَ ْو ًجا ض ِّمنَ الدَّن َِّس َوا ْبد ِّْلهُ دَ ً ب اْأل َ ْبيَ ُ الث َّ ْو ُ
ار ب ْالقَب ِّْر َو ِّم ْن فِّتْنَتِّ ِّه َو ِّم ْن َعذَا ِّ
ب النَّ ِّ َخي ًْرا ِّم ْن زَ ْو ِّج ِّه َوأ َ ْد ِّخ ْلهُ ْال َجنَّةَ َوأ َ ِّع ْذهُ ِّم ْن َعذَا ِّ
اج َع ْلهُ (هاَ) لَ ُه َما ذُ ْخ ًرا َوث َ ِّق ْل ِّبه اج َع ْلهُ (هاَ) لَ ُهما َ َ
سلَفًا َو ْ طا َو ْ اج َع ْلهُ (هاَ) لَ ُه َم َ
اف َِ َر ً اَلل َه َّم ْ
لى قُلُ ْوبِّ ِّه َما َوالَ ت َ ْفتِّ ْن ُه َما بَ ْعدَه ُ(هاَ) َوالَ ت َ ْح ِّر ْم ُه َما أ َ ْج َرهُ (هاَ) (هاَ) َم َو ِّازنَ ُه َما َوأ َ ْف ِّرغِّ ال َّ
صب َْر َع ٰ
ألل ُه َّم الَ ت َ ْح ِّر ْمنَا أَ ْج َرهُ (هَا) َوالَ ت َ ْف ِّتنَّا َب ْعدَهُ (هَا)
ان َوالَتَ ْج َع ْل ِّفى قُلُ ْو ِّبنَا ِّغالًّ ِّللَّ ِّذيْنَ آ َمنُ ْوا َوا ْغ ِّف ْرلَنَا َولَهُ (لَ َها) َو ِّإل ْخ َوانِّنَا الَّ ِّذيْنَ َ
س َبقُ ْونَا ِّباْ ِّإل ْي َم ِّ
َربَّنَا إِّنَّ َك َرؤ ٌ
ُوف َّر ِّح ْي ٌم
سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َر ْح َمةُ هللاِّ َوبَ َر َكاتُهُ (أ َ ْسأَلُ َك ْالفَ ْوزَ ِّب ْال َجنَّ ِّة) اَل َّ
سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َر ْح َمةُ هللاِّ اَل َّ
ب)
سا ِّ ار َو ْالعَ ْف َو ِّع ْندَ ْال ِّح َ
َوبَ َر َكاتُهُ (أ َ ْسأَلُ َك النَّ َجاة َ ِّمنَ النَّ ِّ
ص ْح ِّب ِّه
لى آ ِّل ِّه َو َ سيِّ ِّدنَا ُم َح َّم ٍد َو َع ٰ
لى َ سلَّ َم َع ٰ صلَّى هللا َُو َ ب ْال َعالَ ِّميْنَ َو َ ا َ ْل َح ْمدُ ِّهللِّ َر ِّ
ِّك خ ََر َج س ِّم ْي ُع ْال َع ِّل ْي ُم اَلل ُه َّم ٰهذَا َ
ع ْبد َُك َوا ْب ُن َع ْبد َ ت ال َّ أ َ ْج َم ِّعيْنَ 0اَلل ُه َّم َربَّنَا تَقَب َّْل ِّمنَّا ِّإنَّ َك أ َ ْن َ
ظ ْل َم ِّة ْالقَب ِّْر َو َما ُه َو الَقِّـ ْي ِّه َكانَ س َعتِّ َه َاو َم ْحبُ ْو ِّب َها َوأ َ ِّحبَّآئِّ ِّه ِّف ْي َها ِّإ ٰ
لى ُ ِّم ْن َر ْوحِّ الدُّ ْنيَا َو َ
ت أ َ ْعلَ ُم َ س ْولُ َك َوأ َ ْن ُ َع ْبد َُك َو َر ت َو ْحدَ َك الَش َِّري َْك لَ َك َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا َ يَ ْش َهدُ أ َ ْن آل ِّإ ٰلهَ ِّإالَّ أ َ ْن
ي ٌّ ِّت َغن َ لى َر ْح َمتِّ َك َوأ َ ْن ٰ ِّصبَ َح فَ ِّقي ًْرا إْ َ ت َخي ُْر َم ْن ُز ْو ٍل بِّ ِّه َوأ َ اَلل ُه َّم إِّنَّهُ نَزَ َل بِّ َك َوأ َ ْن0بِّ ِّه
سانِّ ِّه َ شفَ َعآ َء لَهُ اَلل ُه َّم ِّإ ْن َكانَ ُم ْح ِّسنًا فَ ِّز ْد فِّى ِّإ ْح ُ َاك َرا ِّغ ِّبيْنَ ِّإلَي َْكَ عذَا ِّب ِّه َوقَ ْد ِّجئْن َ َع ْن
لى َجنَّتِّ َك ٰ َِّوإِّ ْن َكانَ ُم ِّسيْئا ً فَت َ َج َاو ْز َع ْنهُ أ َ ْل ِّق ِّه بِّ َر ْح َمتِّ َك اْأل َ ْمنَ ِّم ْن َعذَابِّ َك َحتَّى ت َ ْبعَثَهُ إ
سلَّ َم (دعاء اينى َ ص ْح ِّب ِّه َوَ لى آ ِّل ِّه َو ٰ سيِّ ِّدنَا ُم َح َّم ٍد َو َع
َ لىٰ صلَّى هللا ُ َع َ اح ِّميْنَ َو َّ َيآأ َ ْر َح َم
ِّ الر
) اونتؤ فرمفوان لفظ مذكر دان ضمير مذكر دى كنتى مؤنث،2اونتؤ ميت الكى
4. Menguburkan Jenazah
1. Pemberangkatan Jenazah
Minimal jenazah dibawa dengan cara yang tidak mengandung arti penghinaan pada
mayit. Adapun cara membawa yang sempurna adalah :
a. Ketika mayit siap diberangkatkan, memberi kesaksian bahwa mayit adalah orang baik.
Namun tidak semua mayit boleh disaksikan baik. Untuk mayit yang jelas fasiq, maka tidak
boleh disaksikan baik.
b. Mayit dibawa dengan memakai keranda (Madura : kathél), dan dibawa oleh beberapa orang
sesuai dengan kebutuhan, minimal dua orang. Diutamakan yang membawanya berjumlah
ganjil.
c. Seperti halnya saat dilahirkan, mayit diberangkat-kan dengan kepala di depan (menghadap ke
arah tujuan).
d. Sunnah mempercepat langkah kaki lebih dari sekedar berjalan biasa. Namun tidak dengan
berlari.
e. Membawa mayit hendaknya dengan sopan dan penuh penghormatan.
f. Hukum mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki, makruh bagi perempuan.
Artinya : “Dengan menyebut nama Allah dan atas nama agama Rasulullah”.
d. Mayit diletakkan pada tempat yang telah dipersiapkan dan wajib dihadapkan ke arah kiblat.
e. Ikatan kain kafan bagian kepala dibuka, lalu wajah dan pipi mayit ditempelkan ke tanah.
f. Tubuh mayit sunnah diberi penupang (Madura : lubelu) (bisa dengan batu atau kayu), untuk
menjaga agar mayit tidak berubah terlentang atau telungkup.
g. Sebelum ditimbuni tanah, tubuh mayit wajib ditutupi dengan papan kayu atau lainnya, agar
tanah timbunan tidak langsung mengena mayit.
h. Mayit dibacakan adzan dan iqamah.
i. Lalu lubang kubur ditimbun, dan tanah timbunan ditinggikan satu jengkal atau ± 25 cm.
j. Kuburan disiram dengan air dingin, sekalipun tanah telah basah oleh air hujan
k. Juga sunnah ditanami atau diberi bunga.
l. Kuburan diberi batu nisan
m. Setelah proses penguburan selesai, sunnah dibacakan talqin dengan bahasa Arab, dan sunnah
diterjemah dengan bahasa yang dimengerti oleh para pengantar jenazah
n. Setelah proses pemakaman selesai, para pengantar jenazah sunnah tidak langsung pulang,
tetapi diam dulu dan berdzikir atau membaca al-Qur’an mendoakan mayit.
5. TAKZIAH
Takziah artinya melawat atau menjenguk orang yang meninggal dunia untuk turut
mengatakan bela sungkawakepada keluarganya, serta member penghormatan terakhir kepada
orang yang telah dipanggiluntuk menghadap kehadirat Allah SWT.
Takziah dapat dilakukan sebelum dan sesudah jenazah dikuburkan hingga selam tiga
hari. Namun demikian, takziah diutamakan dilakukan sebelum jenazah dikuburkan.
2. Hikmah Takziah
1. Dapat meringankan beban keluarga si mayat, terutama dari segi mental, sehingga
merasa sedikit terhibur.
2. Tugas dan kewajiban keluarga yang ditinggalkan terbantu.
3. Dapat mengingatkan akan kematian
4. Penghormatan terakhir pada almarhum/ah
5. Ikut mendoakan almarhum/ah
6. Mempererat tali persaudaraan umat muslim
6. ZIARAH KUBUR
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk
yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat
perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah
seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan
kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantarasesame muslim.
c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas
musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah
seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah
SWT dan RasulNya.
2. SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk
menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan baik
ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan datang.