Alhamdulilah dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan sesuai dengan deadline yang sudah ditentukan. Makalah ini berisikan
penjelasan tentang Pengurusan Jenazah.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.GAZALI, selaku
Guru Pendidikan Agama Islam yang telah memberi kesempatan dan kepercayaannya kepada
kami untuk membuat dan menyelesaikan makalah ini. Sehingga kami memperoleh banyak
ilmu, informasi dan pengetahuan selama kami membuat dan menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa kepada seluruh rekan kami yang membantu penyelesaian makalah ini baik berupa
bantuan moril maupun materil.
Itu kami berharap semoga makalah ini berguna bagi pembaca meskipun terdapat
banyak kekurangsempurnaan di dalamnya. Akhir kata kami meminta maaf sebesar-besarnya
kepada pihak pembaca maupun pengoreksi jika terdapat kesalahan dalam penulisan,
penyusunan maupun kesalahan lain yang tidak berkenan di hati pembaca maupun pengoreksi,
karena hingga saat ini kami masih dalam proses belajar. Oleh karena itu kami memohon
kritik dan sarannya demi kemajauan bersama.
penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Memandikan Jenazah..............................................................................................................2
B. Mengkafani Jenazah................................................................................................................5
C. Menshalatkan Jenazah............................................................................................................7
D. Menguburkan Jenazah............................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................11
PENUTUP..........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan............................................................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah SAW dalam masalah tata cara mengurus
jenazah adalah petunjuk dan bimbingan yang terbaik dan berbeda dengan petunjuk umat-
umat lainnya. Bimbingan beliau dalam hal mengurus jenazah didalamnya mencakup aturan
yang memperhatikan jenazah. Termasuk memberi tuntunan yaitu bagaimana sebaiknya
keluarga dan kerabatnya memperlakukan jenazah/mayat.Tetapi saat ini banyak sekali
penyimpangan-penyimpan yang dilakukan oleh umat manusia mengenai tata cara pengurusan
jenazah, sehingga tidak sedikit umat muslim yang bingung mengenai tata cara pengurusan
jenazah yang baik dan benar sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.
Dengan demikian, petunjuk dan bimbingan Rasulullah SAW dalam mengurus jenazah
merupakan aturan yang paling sempurna bagi jenazah. Aturan yang sangat sempurna dalam
mempersiapkan seorang yang telah meninggal untuk kemudian bertemu dengan Rabb-Nya
dengan kondisi yang paling baik. Bukan hanya itu, keluarga dan orang-orang yang terdekat
sang mayat pun disiapkan sebagai barisan orang-orang yang memuji Allah dan memintakan
ampunan serta rahmat-Nya bagi yang meninggal.
Makalah ini saya buat InsyaAllah dengan sebaik mungkin, sesuai dengan kaedah yang
benar dan InsyaAllah tidak menyimpang dari ajaran dari Rasulullah SAW. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dapat menjadi petunjuk dalam tata cara mengurus
jenazah yang baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara memandikan Jenazah?
2. Bagaimana cara mengafani Jenazah?
3. Bagaimana cara menyalatkan Jenazah?
4. Bagaimana cara menguburkan Jenazah?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pengurusan Jenazah
Pengurusan jenazah merupakan bagian dari etika islam yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada umatnya. Hukum dalam pengurusan jenazah merupakan fardhu
kifayah, artinya apabila sebagian orang telah melaksanakannya, maka dianggap cukup atau .
Akan tetapi jika tidak ada seorangpun yang melakukannya, maka berdosalah seluruh
masyarakat yang berada di daerah itu, pengurusan jenazah juga merupakan tanda
penghormatan terhadap jenazah. Dalam ajaran islam ada empat kewajiban bagi setiap muslim
terhadap jenazah sesama muslim, yaitu memandikan jenazah, mengafankan jenazah,
menshalatkan jenazah dan menguburkan jenazah.
Sebelum mengetahui pembahasan selanjutnya mengenai keempat kewajiban bagi setiap
muslim terhadap jenazah sesama muslim, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu
beberapa hal yang perlu dilakukan ketika menjumpai seorang muslim yang baru saja
meninggal dunia, yaitu :
Apabila mata masih terbuka, pejamkan matanya dengan mengurut pelupuk mata
pelan-pelan.
Apabila mulut masih terbuka, katupkan dengan selendang agar tidak kembali terbuka.
Tutuplah seluruh tubuh jenazah dengan kain sebagai penghormatan.
A. Memandikan Jenazah
Sebelum jenazah dikafankan, maka yang harus dilakukan adalah memandikannya.
Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadast dan najis yang ada pada
jenazah tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani terus dishalatkan
telah suci dari hadas dan najis.
Pada dasarnya memandikan jenazah sama saja dengan mandinya orang yang hidup,
namun perbedaannya adalah orang yang hidup mandi sendiri sedangkan jenazah harus
dimandikan. Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan jenazah, tidak
saja meratakan air ke seluruh tubuh, namun dalam memandikannya juga harus dengan hati-
hati dan lemah lembut.
Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah SWT,
karena ia termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula mutlak, suci dan halalnya air.
Menghilangkan najis dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya penghalang yang
dapat mencegah sampainya air ke kulit mayat, semua itu harus dipenuhi dalam memandikan
mayat.
A. Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam Memandikan Jenazah
Syarat Memandikan Jenazah
Mayat itu islam
Lengkap tubuhnya atau ada bahagian tubuhnya walaupun sedikit
Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).
2
Jenazah yang boleh dimandikan
Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal bukan karena
mati syahid di Medan pertempuran.
Jenazah yang tidak perlu dimandikan
Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan
pertempuran karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi pada hari
Kiamat. Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakukan Nabi saw terhadap
paman beliau yang kafir. Janin yang dibawah usia empat bulan tidak perlu dimandikan,
dikafani, dan dishalatkan. Cukup digali lubang dan dikebumikan.
Tempat Memandikan
Tempat yang akan dipergunakan untuk memandikan mayit hendaknya tertutup atau
amandari pandangan mata. Bisa di dalam rumah, atau di halaman rumah namun dibatasi
dengan tutup. Usahakan mayit dimandikan di atas dipan, agar mayit tidak mudah terkena
percikan air. Juga dianjurkan membakar kemenyan di sekitar tempat memandikan untuk
menolak bau yang dimungkinkan keluar dari badan mayit.
Orang yang tidak punya tugas atau kepentingan, sebaiknya dilarang memasuki tempat
memandikan mayit. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan mayit.
3
Adapun yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah orang yang paling
mengerti masalah agama dan yang paling punya rasa belas kasih (syafaqah). Sedangkan yang
paling utama memandikan jenazah perempuan, adalah orang perempuan yang semahram
dengan jenazah.
Sebaiknya, yang bertugas memandikan tidak lebih dari 7 orang. 3 orang memangku di
atas bagian depan, sedangkan 4 orang yang lain, ada yang menyiramkan air, ada yang
menggosok tubuh jenazah dan ada pula yang membantu menyediakan hal-hal yang
diperlukan.
Posisi Jenazah
Jenazah hendaknya diletakkan pada posisi yang paling memudahkan untuk dimandikan.
Namun yang sunnah adalah, jenazah didudukkan agak miring ke belakang. Posisi ini
memudahkan orang yang memandikan untuk membersihkan kotoran yang ada pada jenazah.
4
ت هللِ تَ َعالَىِ ِّاال َمي ْ ْت ْال ُوضُوْ َء لِهَ َذُ ن ََوي
"aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t"
Lafaz niat mewudukkan jenazah perempuan :
ْت ْال ُوضُوْ َء لِهَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة هللِ تَ َعالَى
ُ نَ َوي
"aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t"
18. Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu mulai
dari muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya.
19. Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap menggunakan lap
pada seluruh badan mayat.
Hal-hal Penting
Hal-hal penting yang berkaitan dengan mayit antara lain :
Selama memandikan, diharamkan melihat aurat mayit.
Hukum memandikan mayit adalah wajib, sedangkan niatnya adalah sunnah.
Sebaliknya mewudhu'i mayit hukumnya adalah sunnah sedangkan niatnya wajib.
Bila melihat kelainan-kelainan pada mayit, seperti, wajahnya berseri-seri atau
mengeluarkan bau harum, maka sunnah diceritakan. Bila sebaliknya, maka harus
disimpan tidak boleh diceritakan.
B. Mengkafani Jenazah
Setelah mayat dimandikan, maka wajib bagi tiap-tiap mukmin untuk mengkafaninya
juga. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.
Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat
menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai
berikut: “Kami hijrah bersama Rasulullah saw. dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT,
maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada yang
meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin
Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar
kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka
tersembul kepalanya. Maka Nabi saw. menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan
menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (HR. Bukhari).
Dalam mengafani jenazah ada beberapa hal yang diutamakan atau disunnahkan mengenai
kain kafannya, diantaranya:
1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, kering dan
menutupi seluruh tubuh mayat. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut :
Artinya: “Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda: “Apabila salah seorang kamu
mengkafani saudaranya, hendaklah dibaikkan kafannya itu.” (HR. Muslim).
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat
perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain
kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
“Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafan karena
sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(HR. Abu Dawud).
Catatan :
Kalau kain putih tidak ada, maka boleh mengkafani mayat dengan kain apa saja yang dapat
digunakan untuk mengkafaninya, kemudian dishalatkannya.
5
A. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Mengkafani Jenazah
1. Jenis Kain Kafan
Semua kain yang dipakai oleh mayit ketika masih hidup, boleh dibuat kain kafan.
Mayit laki-laki tidak boleh dikafani dengan kain sutra, sedangkan perempuan diperbolehkan.
Kain kafan boleh berwarna apa saja. Tetapi yang sunnah adalah kain putih dan yang sudah
dicuci. Adapun yang dimaksud perintah, “Hendaknya memperbagus kain kafan”, adalah
bukan kain yang berharga mahal, tapi kain yang berwarna putih, tebal dan longgar.
2. Ukuran Kafan
Ukuran kafan bagi mayit laki-laki atau perempuan, minimal satu lembar kain yang
dapat menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan yang sunnah adalah : Bagi mayit laki-laki
dengan lima lapis, terdiri dari dua lembar yang dapat menutupi seluruh tubuh, ditambah
gamis, sorban dam sarung. Untuk mayit perempuan dengan lima lapis, terdiri dari dua lembar
kain yang dapat menutupi seluruh tubuh mayit, ditambah dengan gamis, kerudung dan sampir
(Madura : sampér)
6
d. Pakaikan sarung.
e. Pakaikan baju kurung.
f. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
g. Pakaikan kerudung.
h. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain
kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.
C. Menshalatkan Jenazah
Bagi yang menyalati, syarat-syaratnya sama seperti shalat yang lain. Sebab pada dasarnya
shalat jenazah sama seperti shalat yang lain.
1. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus menutup aurat, suci
dari hadats besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta menghadap
kiblat.
2. Shalat jenazah baru dilaksanakan apabila jenazah sudah selesai dimandikan dan
dikafani.
7
3. Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan., kecuali kalau
melaksanakan shalat gaib.
1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Takbir empat kali
4. Mengucap salam
1. Imam berdiri di depan setentang kepala mayat, apabila mayat laki-laki. Jika mayat
perempuan, imam berdiri setentang pinggangnya.
2. Makmum berdiri di belakang imam bersaf-saf. Jama’ahnya lebih banyak lebih utama.
Jika jama’ahnya sedikit, usahakan menjadi tiga saf. Karena Rasulullah Saw. telah
bersabda, yang artinya : “Apabila seorang mukmin mati dan dishalatkan oleh
sekelompok kaum muslimin hingga tiga saf, maka dosa-dosa si mayat diampuni”.
(HR. Lima ahli hadis, kecuali Nasai)
3. Setelah saf teratur,
4. Niatlah shalat jenazah disertai takbiratul ihram
i. Untuk seorang mayit laki-laki
ٰ ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َع
الى َ ْت فَر ٍ ت أَرْ بَ َع تَ ْكبِ ْي َرا ِ َِّلى ه َٰذا ْال َمي ٰ صلِّى ع َ ُأ
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
ii. Untuk seorang mayit perempuan
ٰ ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َع
الى َ ْت فَر ٍ َلى ٰه ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة أَرْ بَ َع تَ ْكبِ ْي َرا ٰ صل ِّى ع َ ُأ
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
iii. Untuk seorang mayit anak laki-laki
ٰ ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َع
الى َ ْت فَر ٍ ت الطِّ ْف ِل أَرْ بَ َع تَ ْكبِ ْي َرا ِ َِّلى ه َٰذا ْال َميٰ صل ِّى ع َ ُأ
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
iv. Untuk seorang mayit anak perempuan
ٰ ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ ت َع
الى َ َ ْت فَر ٍ َلى ٰه ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة الطِّ ْفلَ ِة أَرْ بَ َع تَ ْكبِ ْي َراٰ صلِّى ع َ ُأ
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
v. Untuk dua orang mayit
الىٰ ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َع َ ْت فَر ٍ ن أَرْ بَ َع تَ ْكبِ ْي َراyِ َلى ٰه َذ ْي ِن ْال َميِّتَ ْي ٰ صلِّى ع َ ُأ
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati ini”.
vi. Untuk mayit yang banyak
ٰ ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َع
الى َ ْت فَر ٍ ت ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ أَرْ بَ َع تَ ْكبِي َْرا ِ ض َر ِم ْن أَ ْم َوا َ َلى َم ْن َح ٰ صل ِّى عَ ُأ
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati ini”.
Lafadz Takbir
“Allah Maha Besar”
5. Takbir empat kali.
a. Takbir Pertama: membaca Surat Al-Fatihah
b. Takbir Kedua: membaca sholawat Nabi
اyyَلى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َم
ٰ َلى ُم َح َّم ٍد َوع ٰ ار ْك عy ِ yَرا ِه ْي َم َو بy َ yَلى آ ِل إِ ْب
ٰ را ِه ْي َم َوعy َ yَلى إِ ْبٰ لَّيْتَ عyص َ اyyآل ُم َح َّم ٍد َك َم ِ َلى
ٰ َلى ُم َح َّم ٍد َوع َ اَللَّهُ َّم
ٰ ص ِّل ع
0آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم فِى ْال َعالَ ِم ْينَ إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد
ِ َلى ٰ َلى إِ ْب َرا ِه ْي َم َوع ٰ بَا َر ْكتَ ع
c. Sesudah takbir ketiga membaca :
8
Untuk Laki-laki:
الَلّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ َوارْ َح ْمهُ َوعَافِ ِه َواعْفُ َع ْنهُ
Untuk Perempuan:
الَلّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهَا َوارْ َح ْمهَا َوعَافِهَا َواعْفُ َع ْنهَا
9
a. Apabila tanahnya keras, maka lebih baik berbentuk liang lahad. Yaitu, menggali
bagian sisi barat dari lubang kubur, sekitar cukup untuk tempat membaringkan mayit.
b. Apabila tanahnya lunak (mudah longsor) atau berpasir, maka berbentuk liang
cempuri. Yaitu, menggali sisi tengah dari lubang kubur, dengan ukuran bisa
membaringkan mayit, dan di sisi kanan kirinya diberi batu bata.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berikut tata cara untuk menuntun seseorang yang telah mengalami sakaratul maut
1. Menalqin (menuntun) dengan syahadat
Sesuai sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam, “Talqinilah orang yang akan
wafat di antara kalian dengan, “Laa ilaha illallah”. Barangsiapa yang pada akhir ucapannya,
ketika hendak wafat, ‘Laa ilaha illallah’, maka ia akan masuk surga suatu masa kelak,
kendatipun akan mengalami sebelum itu musibah yang akan menimpanya.”
2. Hendaklah mendoakannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-
kata yang baik
3. Berbaik sangka kepada Allah
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat
Kewajiban penyelenggaraan jenazah:
1. Memandikan, mengkafani, menyalatkan dan menguburkannya.
2. Adapun kewajiban terhadap jenazahnya ada empat macam, yaitu
1). memandikannya, 2). mengkafaninya, 3). menshalatinya,
4). menguburkannya.
3. Kewajiban orang yang hidup kepada orang yang meninggal ada dua hal, yaitu
kewajiban terhadap jenazahnya dan kewajiban terhadap harta peninggalannya.
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Christriyati Ariani. 2002. Motivasi Peziarah. Yogyakarta: Putra Widya
Karim Abdul. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah dan Shalat Jenazah. Jakarta: Amzah
Nashiruddin Al-Albani. 1999. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. Jakarta: Gema Insani
http://karyacombirayang.blogspot.co.id/2015/11/makalah-jenazah.html
12