Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan sesuai dengan deadline yang sudah ditentukan.  Makalah ini berisikan
penjelasan tentang Pengurusan Jenazah.
Selanjutnya kami mengucapkan  terima kasih kepada Bapak Drs.GAZALI, selaku
Guru Pendidikan Agama Islam yang telah memberi kesempatan dan kepercayaannya kepada
kami untuk membuat dan menyelesaikan makalah ini. Sehingga kami memperoleh banyak
ilmu, informasi dan pengetahuan selama kami membuat dan menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa kepada seluruh rekan kami yang membantu penyelesaian makalah ini baik berupa
bantuan moril maupun materil.          
Itu kami berharap semoga makalah ini berguna bagi pembaca meskipun terdapat
banyak kekurangsempurnaan di dalamnya. Akhir kata kami meminta maaf sebesar-besarnya
kepada pihak pembaca maupun pengoreksi jika terdapat kesalahan dalam penulisan,
penyusunan maupun kesalahan lain yang tidak berkenan di hati pembaca maupun pengoreksi,
karena hingga saat ini kami masih dalam proses belajar. Oleh karena itu kami  memohon
kritik dan sarannya demi kemajauan bersama.

Sungai Penuh, 24 Maret 2020

penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Memandikan Jenazah..............................................................................................................2
B. Mengkafani Jenazah................................................................................................................5
C. Menshalatkan Jenazah............................................................................................................7
D. Menguburkan Jenazah............................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................11
PENUTUP..........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan............................................................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah SAW dalam masalah tata cara mengurus
jenazah adalah petunjuk dan bimbingan yang terbaik dan berbeda dengan petunjuk umat-
umat lainnya. Bimbingan beliau dalam hal mengurus jenazah didalamnya mencakup aturan
yang memperhatikan jenazah. Termasuk memberi tuntunan yaitu bagaimana sebaiknya
keluarga dan kerabatnya memperlakukan jenazah/mayat.Tetapi saat ini banyak sekali
penyimpangan-penyimpan yang dilakukan oleh umat manusia mengenai tata cara pengurusan
jenazah, sehingga tidak sedikit umat muslim yang bingung mengenai tata cara pengurusan
jenazah yang baik dan benar sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.
       Dengan demikian, petunjuk dan bimbingan Rasulullah SAW dalam mengurus jenazah
merupakan aturan yang paling sempurna bagi jenazah. Aturan yang sangat sempurna dalam
mempersiapkan seorang yang telah meninggal untuk kemudian bertemu dengan Rabb-Nya
dengan kondisi yang paling baik. Bukan hanya itu, keluarga dan orang-orang yang terdekat
sang mayat pun disiapkan sebagai barisan orang-orang yang memuji Allah dan memintakan
ampunan serta rahmat-Nya bagi yang meninggal.
     Makalah ini saya buat InsyaAllah dengan sebaik mungkin, sesuai dengan kaedah yang
benar dan InsyaAllah tidak menyimpang dari ajaran dari Rasulullah SAW. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dapat menjadi petunjuk dalam tata cara mengurus
jenazah yang baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara memandikan Jenazah?
2. Bagaimana cara mengafani Jenazah?
3. Bagaimana cara menyalatkan Jenazah?
4. Bagaimana cara menguburkan Jenazah?

1
BAB II

PEMBAHASAN

Pengurusan Jenazah

Pengurusan jenazah merupakan bagian dari etika islam yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada umatnya. Hukum dalam pengurusan jenazah merupakan fardhu
kifayah, artinya apabila sebagian orang telah melaksanakannya, maka dianggap cukup atau .
Akan tetapi jika tidak ada seorangpun yang melakukannya, maka berdosalah seluruh
masyarakat yang berada di daerah itu, pengurusan jenazah juga merupakan tanda
penghormatan terhadap jenazah. Dalam ajaran islam ada empat kewajiban bagi setiap muslim
terhadap jenazah sesama muslim, yaitu memandikan jenazah, mengafankan jenazah,
menshalatkan jenazah dan menguburkan jenazah.
Sebelum mengetahui pembahasan selanjutnya mengenai keempat kewajiban bagi setiap
muslim terhadap jenazah sesama muslim, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu
beberapa hal yang perlu dilakukan ketika menjumpai seorang muslim yang baru saja
meninggal dunia, yaitu :
 Apabila mata masih terbuka, pejamkan matanya dengan mengurut pelupuk mata
pelan-pelan.
 Apabila mulut masih terbuka, katupkan dengan selendang agar tidak kembali terbuka.
 Tutuplah seluruh tubuh jenazah dengan kain sebagai penghormatan.

A. Memandikan Jenazah
Sebelum jenazah dikafankan, maka yang harus dilakukan adalah memandikannya.
Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadast dan najis yang ada pada
jenazah tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani terus dishalatkan
telah suci dari hadas dan najis.
Pada dasarnya memandikan jenazah sama saja dengan mandinya orang yang hidup,
namun perbedaannya adalah orang yang hidup mandi sendiri sedangkan jenazah harus
dimandikan. Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan jenazah, tidak
saja meratakan air ke seluruh tubuh, namun dalam memandikannya juga harus dengan hati-
hati dan lemah lembut.
Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah SWT,
karena ia termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula mutlak, suci dan halalnya air.
Menghilangkan najis dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya penghalang yang
dapat mencegah sampainya air ke kulit mayat, semua itu harus dipenuhi dalam memandikan
mayat.
A. Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam Memandikan Jenazah
Syarat Memandikan Jenazah
 Mayat itu islam
 Lengkap tubuhnya atau ada bahagian tubuhnya walaupun sedikit
 Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).

Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah


Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan jenazah.
Hal ini disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau harus dimandikan.
Berikut 2 hal yang perlu untuk diperhatikan dalam memandikan jenazah.

2
 Jenazah yang boleh dimandikan
Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal bukan karena
mati syahid di Medan pertempuran.
 Jenazah yang tidak perlu dimandikan
Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan
pertempuran karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi pada hari
Kiamat. Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakukan Nabi saw terhadap
paman beliau yang kafir. Janin yang dibawah usia empat bulan tidak perlu dimandikan,
dikafani, dan dishalatkan. Cukup digali lubang dan dikebumikan.

Tempat Memandikan
Tempat yang akan dipergunakan untuk memandikan mayit hendaknya tertutup atau
amandari pandangan mata. Bisa di dalam rumah, atau di halaman rumah namun dibatasi
dengan tutup. Usahakan mayit dimandikan di atas dipan, agar mayit tidak mudah terkena
percikan air. Juga dianjurkan membakar kemenyan di sekitar tempat memandikan untuk
menolak bau yang dimungkinkan keluar dari badan mayit.
Orang yang tidak punya tugas atau kepentingan, sebaiknya dilarang memasuki tempat
memandikan mayit. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan mayit.

Air untuk Memandikan


Air yang dipakai adalah air mutlak (suci menyucikan). Dianjurkan menggunakan air
laut, karena bisa memperlambat proses pembusukan. Namun, bila berada di daerah yang
sangat dingin, atau di tubuh mayit terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, maka lebih baik
menggunakan air hangat.

Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah


Sebelum memandikan jenazah, maka harus dilakukan beberapa persiapan, adapun hal-hal
yang perlu dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah:
A. Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah
B. Air bersih secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air yang dialiri
oleh selang, boleh juga menyiapkan air menggunakan ember besar asal cukup.
C. Tempat memandikan jenazah, jangan terbuka, agak tinggi, kuat serta tahan air.
D. Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.
E. Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.
F. Kain kafan, dipersiapkan tergantung jenis kelamin.
Tambahan (jika diperlukan) :
 Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari kuman jika si
jenazah memiliki penyakit.

Orang yang Berhak Memandikan Jenazah


Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini dimaksudkan untuk
menjaga kerahasiaan aib atau cacat penyakit yang masih ada di dalam tubuh jenazah tersebut.
Tujuan menjaga dan membatasi bagi orang yang ingin memandikan jenazah adalah agar tidak
terjadi fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun Orang yang berhak
memandikan Jenazah adalah:
Secara umum, bila mayit laki-laki, maka yang memandikan laki-laki. Bila perempuan,
maka yang memandikan juga perempuan. Boleh bagi pasangan suami-istri, suami
memandikan istri yang meninggal, begitu pula sebaliknya.

3
Adapun yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah orang yang paling
mengerti masalah agama dan yang paling punya rasa belas kasih (syafaqah). Sedangkan yang
paling utama memandikan jenazah perempuan, adalah orang perempuan yang semahram
dengan jenazah.
Sebaiknya, yang bertugas memandikan tidak lebih dari 7 orang. 3 orang memangku di
atas bagian depan, sedangkan 4 orang yang lain, ada yang menyiramkan air, ada yang
menggosok tubuh jenazah dan ada pula yang membantu menyediakan hal-hal yang
diperlukan.

Posisi Jenazah
Jenazah hendaknya diletakkan pada posisi yang paling memudahkan untuk dimandikan.
Namun yang sunnah adalah, jenazah didudukkan agak miring ke belakang. Posisi ini
memudahkan orang yang memandikan untuk membersihkan kotoran yang ada pada jenazah.

Tata Cara Memandikan Jenazah


Cara Dalam Memandikan Jenazah:
1. Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.
2. Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.
3. Dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terlihat
4. Istinjakkan mayat terlebih dahulu.
5. Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah
jari tangan dan kaki dan rambutnya, sebaiknya memakai sarung tangan.
6. Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lalu mengeluarkan kotoran dalam
perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan-lahan agar semua kotorannya
keluar, lantas dibersihkan dengan tangan kirinya, dianjurkan memakai sarung tangan
yang sudah diganti. Dalam hal ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak
terganggu bau kotoran jenazah.
7. Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
8. Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat Lafaz
niat memandikan jenazah lelaki :
‫ت هللِ تَ َعالَى‬ ْ ‫ْت ْال ُغ ْس َل لِهَ َذ‬
ِ ِّ‫اال َمي‬ ُ ‫نَ َوي‬
“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala “

Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :


‫ْت ْال ُغ ْس َل لِهَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة هللِ تَ َعالَى‬
ُ ‫نَ َوي‬
“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala “
9. Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
10. Siram sebelah kanan 3 kali.
11. Siram sebelah kiri 3 kali.
12. Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah
belakang.
13. Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.
14. Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.
15. Setelah itu siram dengan air kapur barus.
16. Setelah itu jenazahnya diwudukkan .
17. Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :

4
‫ت هللِ تَ َعالَى‬ِ ِّ‫اال َمي‬ ْ ‫ْت ْال ُوضُوْ َء لِهَ َذ‬ُ ‫ن ََوي‬
"aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t"
Lafaz niat mewudukkan jenazah perempuan :
‫ْت ْال ُوضُوْ َء لِهَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة هللِ تَ َعالَى‬
ُ ‫نَ َوي‬
"aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t"
18. Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu mulai
dari muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya.
19. Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap menggunakan lap
pada seluruh badan mayat.

Hal-hal Penting
Hal-hal penting yang berkaitan dengan mayit antara lain :
 Selama memandikan, diharamkan melihat aurat mayit.
 Hukum memandikan mayit adalah wajib, sedangkan niatnya adalah sunnah.
Sebaliknya mewudhu'i mayit hukumnya adalah sunnah sedangkan niatnya wajib.
 Bila melihat kelainan-kelainan pada mayit, seperti, wajahnya berseri-seri atau
mengeluarkan bau harum, maka sunnah diceritakan. Bila sebaliknya, maka harus
disimpan tidak boleh diceritakan.

B. Mengkafani Jenazah
Setelah mayat dimandikan, maka wajib bagi tiap-tiap mukmin untuk mengkafaninya
juga. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.
Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat
menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai
berikut: “Kami hijrah bersama Rasulullah saw. dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT,
maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada yang
meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin
Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar
kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka
tersembul kepalanya. Maka Nabi saw. menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan
menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (HR. Bukhari).
Dalam mengafani jenazah ada beberapa hal yang diutamakan atau disunnahkan mengenai
kain kafannya, diantaranya:
1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, kering dan
menutupi seluruh tubuh mayat. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut :
Artinya: “Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda: “Apabila salah seorang kamu
mengkafani saudaranya, hendaklah dibaikkan kafannya itu.” (HR. Muslim).
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat
perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain
kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
“Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafan karena
sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(HR. Abu Dawud).
Catatan :
Kalau kain putih tidak ada, maka boleh mengkafani mayat dengan kain apa saja yang dapat
digunakan untuk mengkafaninya, kemudian dishalatkannya.
5
A. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Mengkafani Jenazah
1. Jenis Kain Kafan
Semua kain yang dipakai oleh mayit ketika masih hidup, boleh dibuat kain kafan.
Mayit laki-laki tidak boleh dikafani dengan kain sutra, sedangkan perempuan diperbolehkan.
Kain kafan boleh berwarna apa saja. Tetapi yang sunnah adalah kain putih dan yang sudah
dicuci. Adapun yang dimaksud perintah, “Hendaknya memperbagus kain kafan”, adalah
bukan kain yang berharga mahal, tapi kain yang berwarna putih, tebal dan longgar.
2. Ukuran Kafan
Ukuran kafan bagi mayit laki-laki atau perempuan, minimal satu lembar kain yang
dapat menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan yang sunnah adalah : Bagi mayit laki-laki
dengan lima lapis, terdiri dari dua lembar yang dapat menutupi seluruh tubuh, ditambah
gamis, sorban dam sarung. Untuk mayit perempuan dengan lima lapis, terdiri dari dua lembar
kain yang dapat menutupi seluruh tubuh mayit, ditambah dengan gamis, kerudung dan sampir
(Madura : sampér)

B. Tata Cara Mengkafani Jenazah

Adapun tata cara mengkafankan jenazah, yaitu


Untuk mayat laki-laki
1. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas
serta setiap lapisan diberi kapur barus.
2. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan
memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
3. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin
masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
4. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara
yang lembut.
5. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau
lima ikatan.
6. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah
bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu,
rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup
auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.
Untuk mayat perempuan
Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari:
1. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
2. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
3. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
4. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
5. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
Tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:
a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian
dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan
letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan
kapur barus.
b. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
c. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.

6
d. Pakaikan sarung.
e. Pakaikan baju kurung.
f. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
g. Pakaikan kerudung.
h. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain
kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

C. Menshalatkan Jenazah

1. Hukum Shalat Jenazah


Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah. Boleh dilakukan oleh orang laki-laki atau
perempuan. Namun, selagi ada orang laki-laki, maka yang dapat mengugurkan kewajiban
adalah orang laki-laki yang baligh.

2. Tempat Shalat Jenazah


Shalat jenazah bisa dilaksanakan di mana saja asalkan di tempat yang suci. Diutamakan
bertempat di mushalla. Sedangkan pengaturannya adalah sebagai berikut :
a. Bentuk Shaf Shalat Jenazah
Rasulullah bersabda SAW, : “Tidaklah orang muslim meninggal kemudian ia
dishalati oleh tiga shaf dari orang-orang muslim, kecuali ia menghaki masuk surga”.(HR.
Abu Daud, Ibnu Majah, At-Tirmidzi).
Dalam hal memperoleh fadhilah tiga shaf ini, ulama berbeda pendapat. Ibnu Hajar
berpendapat, satu shaf minimal 2 orang. Menurut imam Ramli satu shaf bisa satu orang. Jadi,
untuk mendapat fadhilah shaf, minimal mushalli berjumlah 6 orang, atau 3 orang. Bentuk
shaf seperti ini penting diatur bila yang menyalati sedikit.
b. Posisi Mayit dan Orang yang Menyalati
Bila laki-laki, maka kepala mayit sunnah berada di sebelah kiri imam. (nisbat negara
Indonesia : arah selatan). Bila mayit perempuan, kepala mayit diletakkan di sebelah kanan
imam (utara). Posisi imam, bila mayit laki-laki, maka berada didekat kepala mayit. Bila mayit
perempuan, maka didekat pantatnya.
c. Makmum masbuq
Adalah makmum yang tidak mengikuti bacaan surat al-Fatihah bersama imam.
Semisal kita baru takbiratul ihram, sedangkan imam sudah melakukan takbir yang ketiga.
Maka, kita harus langsung membaca surat al-Fatihah. Bila imam melakukan takbir keempat,
maka kita langsung takbir juga, sekalipun bacaan al-Fatihah belum selesai. Bila imam
mengucapkan salam, maka kita melanjutkan shalat dengan takbir ketiga dan seterusnya
dengan mengikuti rukun dan bacaan yang sudah ada.

A. Syarat-syarat Shalat Jenazah

Bagi yang menyalati, syarat-syaratnya sama seperti shalat yang lain. Sebab pada dasarnya
shalat jenazah sama seperti shalat yang lain.
1. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus menutup aurat, suci
dari hadats besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta menghadap
kiblat.
2. Shalat jenazah baru dilaksanakan apabila jenazah sudah selesai dimandikan dan
dikafani.

7
3. Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan., kecuali kalau
melaksanakan shalat gaib.

B. Rukun-rukun Shalat Jenazah

1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Takbir empat kali
4. Mengucap salam

C. Tata Cara Shalat Jenazah

1. Imam berdiri di depan setentang kepala mayat, apabila mayat laki-laki. Jika mayat
perempuan, imam berdiri setentang pinggangnya.
2. Makmum berdiri di belakang imam bersaf-saf. Jama’ahnya lebih banyak lebih utama.
Jika jama’ahnya sedikit, usahakan menjadi tiga saf. Karena Rasulullah Saw. telah
bersabda, yang artinya : “Apabila seorang mukmin mati dan dishalatkan oleh
sekelompok kaum muslimin hingga tiga saf, maka dosa-dosa si mayat diampuni”.
(HR. Lima ahli hadis, kecuali Nasai)
3. Setelah saf teratur,
4. Niatlah shalat jenazah disertai takbiratul ihram
i. Untuk seorang mayit laki-laki
ٰ ‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َع‬
‫الى‬ َ ْ‫ت فَر‬ ٍ ‫ت أَرْ بَ َع تَ ْكبِ ْي َرا‬ ِ ِّ‫َلى ه َٰذا ْال َمي‬ ٰ ‫صلِّى ع‬ َ ُ‫أ‬
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
ii. Untuk seorang mayit perempuan
ٰ ‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َع‬
‫الى‬ َ ْ‫ت فَر‬ ٍ ‫َلى ٰه ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة أَرْ بَ َع تَ ْكبِ ْي َرا‬ ٰ ‫صل ِّى ع‬ َ ُ‫أ‬
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
iii. Untuk seorang mayit anak laki-laki
ٰ ‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َع‬
‫الى‬ َ ْ‫ت فَر‬ ٍ ‫ت الطِّ ْف ِل أَرْ بَ َع تَ ْكبِ ْي َرا‬ ِ ِّ‫َلى ه َٰذا ْال َمي‬ٰ ‫صل ِّى ع‬ َ ُ‫أ‬
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
iv. Untuk seorang mayit anak perempuan
ٰ ‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ ت َع‬
‫الى‬ َ َ ْ‫ت فَر‬ ٍ ‫َلى ٰه ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة الطِّ ْفلَ ِة أَرْ بَ َع تَ ْكبِ ْي َرا‬ٰ ‫صلِّى ع‬ َ ُ‫أ‬
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”
v. Untuk dua orang mayit
‫الى‬ٰ ‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َع‬ َ ْ‫ت فَر‬ ٍ ‫ن أَرْ بَ َع تَ ْكبِ ْي َرا‬yِ ‫َلى ٰه َذ ْي ِن ْال َميِّتَ ْي‬ ٰ ‫صلِّى ع‬ َ ُ‫أ‬
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati ini”.
vi. Untuk mayit yang banyak
ٰ ‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َع‬
‫الى‬ َ ْ‫ت فَر‬ ٍ ‫ت ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ أَرْ بَ َع تَ ْكبِي َْرا‬ ِ ‫ض َر ِم ْن أَ ْم َوا‬ َ ‫َلى َم ْن َح‬ ٰ ‫صل ِّى ع‬َ ُ‫أ‬
“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati ini”.
Lafadz Takbir
“Allah Maha Besar”
5. Takbir empat kali.
a. Takbir Pertama: membaca Surat Al-Fatihah
b. Takbir Kedua: membaca sholawat Nabi
‫ا‬yy‫َلى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َم‬
ٰ ‫َلى ُم َح َّم ٍد َوع‬ ٰ ‫ار ْك ع‬y ِ yَ‫را ِه ْي َم َو ب‬y َ y‫َلى آ ِل إِ ْب‬
ٰ ‫را ِه ْي َم َوع‬y َ y‫َلى إِ ْب‬ٰ ‫لَّيْتَ ع‬y‫ص‬ َ ‫ا‬yy‫آل ُم َح َّم ٍد َك َم‬ ِ ‫َلى‬
ٰ ‫َلى ُم َح َّم ٍد َوع‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
ٰ ‫ص ِّل ع‬
0‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم فِى ْال َعالَ ِم ْينَ إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
ِ ‫َلى‬ ٰ ‫َلى إِ ْب َرا ِه ْي َم َوع‬ ٰ ‫بَا َر ْكتَ ع‬
c. Sesudah takbir ketiga membaca :

8
‫‪Untuk Laki-laki:‬‬
‫الَلّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ َوارْ َح ْمهُ َوعَافِ ِه َواعْفُ َع ْنهُ‬
‫‪Untuk Perempuan:‬‬
‫الَلّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهَا َوارْ َح ْمهَا َوعَافِهَا َواعْفُ َع ْنهَا‬

‫‪Lebih sempurnanya ditambah dengan :‬‬


‫َس َوا ْب ِد ْلهُ دَارًا خَ ْيرًا‬
‫ج َو ْالبَرْ ِد َونَقِّ ِه ِمنَ ْال َخطَايَا َك َما يُنَقَّى الثَّوْ بُ ْاألَ ْبيَضُ ِمنَ ال َّدن ِ‬ ‫َوأَ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ َو َو ِّس ْع َم ْد َخلَهُ َوا ْغ ِس ْلهُ بِ ْال َما ِء َوالثَّ ْل ِ‬
‫ب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫ب ْالقَب ِْر َو ِم ْن فِ ْتنَتِ ِه َو ِم ْن َع َذا ِ‬
‫َار ِه ِواَ ْهالً َخ ْيرًا ِم ْن أَ ْهلِ ِه َو َزوْ جًا َخ ْيرًا ِم ْن زَ وْ ِج ِه َوأَ ْد ِخ ْلهُ ْال َجنَّةَ َوأَ ِع ْذهُ ِم ْن َع َذا ِ‬ ‫ِم ْن د ِ‬
‫‪Jika mayit anak kecil ditambah dengan do’a :‬‬
‫َلى قُلُوْ بِ ِه َما‬
‫صب َْرع ٰ‬ ‫غ ال َّ‬‫ازنَهُ َما َوأَ ْف ِر ِ‬
‫اَللّهَ َّم اجْ َع ْلهُ (هاَ) لَهُ َمافَ َرطًا َواجْ َع ْلهُ (هاَ) لَهُما َ َسلَفًا َواجْ َع ْلهُ (هاَ) لَهُ َما ُذ ْخرًا َوثَقِّلْ بِه (هاَ) َم َو ِ‬
‫َ‬
‫َوالَ تَ ْفتِ ْنهُ َما بَ ْعدَه ُ(هاَ) َوالَ تَحْ ِر ْمهُ َما أجْ َرهُ (هاَ)‬
‫‪d. Sesudah takbir keempat sebelum salam sunnah membaca :‬‬
‫أللّهُ َّم الَ تَحْ ِر ْمنَا أَجْ َرهُ (هَا) َوالَ تَ ْفتِنَّا بَ ْع َدهُ (هَا)‬
‫َّح ْي ٌم‬
‫ُوف ر ِ‬ ‫ان َوالَتَجْ َعلْ فِى قُلُوْ بِنَا ِغالًّ لِلَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َربَّنَا إِنَّكَ َرؤ ٌ‬ ‫َوا ْغفِرْ لَنَا َولَهُ (لَهَا) َو ِإل ْخ َوانِنَا الَّ ِذ ْينَ َسبَقُوْ نَا بِاْ ِإل ْي َم ِ‬

‫‪6. Kemudian salam :‬‬


‫ار َو ْال َع ْف َو ِع ْن َد‬ ‫ك النَّ َجاةَ ِمنَ النَّ ِ‬ ‫اَل َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُهُ (أَسْأَلُكَ ْالفَوْ َز بِ ْال َجنَّ ِة) اَل َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُهُ (أَسْأَلُ َ‬
‫ب)‬ ‫ال ِح َسا ِ‬ ‫ْ‬
‫‪7. Doa setelah Shalat jenazah‬‬
‫ص‪y‬حْ بِ ِه أَجْ َم ِع ْينَ ‪ 0‬اَلّلهُ َّم َربَّنَ‪yy‬ا تَقَبَّلْ ِمنَّا إِنَّكَ أَ ْنتَ َّ‬
‫الس‪ِ y‬م ْي ُع‬ ‫َلى آلِ‪ِ y‬ه َو َ‬‫َلى َس‪y‬يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َوع ٰ‬ ‫صلَّى هللا ُ َو َسلَّ َم ع ٰ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِهللِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ َو َ‬
‫ُ‪y‬و الَقِـ ْي ِه َك‪y‬انَ‬ ‫ْ‪y‬ر َو َم‪y‬ا ه َ‬ ‫لى ظُ ْل َم‪ِ y‬ة ْالقَب ِ‬‫او َمحْ بُوْ بِهَا َوأَ ِحبَّآئِ ِه فِ ْيهَ‪y‬ا إِ ٰ‬‫ح ال ُّد ْنيَا َو َس َعتِهَ َ‬‫ك خَ َر َج ِم ْن َروْ ِ‬ ‫ك َوابْنُ َع ْب ِد َ‬ ‫ْال َعلِ ْي ُم اَلّلهُ َّم ٰه َذا َع ْب ُد َ‬
‫َ‬
‫ك لَ‪yy‬كَ َوأ َّن ُم َح َّمدًا‬ ‫ك الَ َش‪ِ y‬ر ْي َ‬ ‫َ‬ ‫ٰ‬ ‫َ‬
‫ك َوأ ْنتَ َخ ْي‪ُ y‬ر ‪ ‬يَ ْشهَ ُد أ ْن آل إِلهَ إِالَّ أ ْنتَ َوحْ‪َ y‬د َ‬ ‫َ‬ ‫ك َوأَ ْنتَ أ ْعلَ ُم بِ‪ِ y‬ه‪ 0‬اَللهُ َّم إِنَّهُ نَ‪َ y‬ز َل بِ‪َ y‬‬
‫ّ‬ ‫َ‬ ‫ك َو َر ُس‪y‬وْ لُ َ‬ ‫َع ْب‪ُ y‬د َ‬
‫‪y‬زد فِى‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫حْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫ك َرا ِغبِينَ إِليكَ ش‪y‬ف َعآ َء ل‪y‬هُ اللهُ َّم إِن ك‪yy‬انَ ُم ِس‪y‬نا ف‪ِ y‬‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ك َوأن غنِ ٌّي عَن َعذابِ ِه َوقد ِجئنَا َ‬ ‫َ‬ ‫تَ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫حْ‬
‫لى َر َمتِ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫صْ‬ ‫َ‬
‫َم ْن ُزوْ ٍل بِ ِه َوأ بَ َح فقِيرًا إِ ٰ‬
‫َلى‬‫ص‪y‬لى هللا ُع ٰ‬ ‫َّ‬ ‫َّاح ِم ْينَ َو َ‬ ‫َ‬
‫لى َجنَّتِ‪yy‬كَ يَ‪yy‬آأرْ َح َم ال‪y‬ر ِ‬ ‫ك َحتَّى تَ ْب َعثَهُ‪ y‬إِ ٰ‬ ‫َ‬
‫ك األ ْمنَ ِم ْن َع َذابِ َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫إِحْ َسانِ ِه َوإِ ْن َكانَ ُم ِسيْئا ً فَتَ َجا َو ْز َع ْنهُ ألقِ ِه بِ َرحْ َمتِ َ‬
‫صحْ بِ ِه َو َسلَّ َم (دعاء اينى اونتؤ ميت الكى‪ ،2‬اونتؤ فرمفوان لفظ م‪yy‬ذكر دان ض‪yy‬مير م‪yy‬ذكر دى كن‪yy‬تى‬ ‫َلى آلِ ِه َو َ‬ ‫َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َوع ٰ‬
‫مؤنث)‬

‫‪D. Menguburkan Jenazah‬‬

‫‪1. Pemberangkatan Jenazah‬‬


‫‪Minimal jenazah dibawa dengan cara yang tidak mengandung arti penghinaan pada mayit.‬‬
‫‪Adapun cara membawa yang sempurna adalah :‬‬
‫‪a. Ketika mayit siap diberangkatkan, memberi kesaksian bahwa mayit adalah orang‬‬
‫‪baik. Namun tidak semua mayit boleh disaksikan baik. Untuk mayit yang jelas fasiq,‬‬
‫‪maka tidak boleh disaksikan baik.‬‬
‫‪b. Mayit dibawa dengan memakai keranda (Madura : kathél), dan dibawa oleh beberapa‬‬
‫‪orang sesuai dengan kebutuhan, minimal dua orang. Diutamakan yang membawanya‬‬
‫‪berjumlah ganjil.‬‬
‫‪c. Seperti halnya saat dilahirkan, mayit diberangkat-kan dengan kepala di depan‬‬
‫‪(menghadap ke arah tujuan).‬‬
‫‪d. Sunnah mempercepat langkah kaki lebih dari sekedar berjalan biasa. Namun tidak‬‬
‫‪dengan berlari.‬‬
‫‪e. Membawa mayit hendaknya dengan sopan dan penuh penghormatan.‬‬
‫‪f. Hukum mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki, makruh bagi perempuan.‬‬

‫‪2. Bentuk lubang kubur‬‬


‫‪Bentuk lubang kubur ada 2 macam :‬‬

‫‪9‬‬
a. Apabila tanahnya keras, maka lebih baik berbentuk liang lahad. Yaitu, menggali
bagian sisi barat dari lubang kubur, sekitar cukup untuk tempat membaringkan mayit.
b. Apabila tanahnya lunak (mudah longsor) atau berpasir, maka berbentuk liang
cempuri. Yaitu, menggali sisi tengah dari lubang kubur, dengan ukuran bisa
membaringkan mayit, dan di sisi kanan kirinya diberi batu bata.

3. Cara Meletakkan Jenazah kedalam Kubur


a. Keranda diletakkan diarah kaki lubang kubur (nisbat negara Indonesia : Selatan).
b. Mayit dimasukan kedalam lubang kubur dengan perlahan-lahan. Sedangkan yang
menerima, bila mayit perempuan, maka mahram si mayit. Bila laki-laki, maka yang
paling dekat hubungannya dengan si mayit.
c. Ketika memasukkan mayit, sunnah membaca do’a:
ِ‫َلى ِملَّ ِة َرسُوْ ِل هللا‬
ٰ ‫بِس ِْم هللاِ َوع‬
Artinya : “Dengan menyebut nama Allah dan atas nama agama Rasulullah”.
d. Mayit diletakkan pada tempat yang telah dipersiapkan dan wajib dihadapkan ke arah
kiblat.
e. Ikatan kain kafan bagian kepala dibuka, lalu wajah dan pipi mayit ditempelkan ke
tanah.
f. Tubuh mayit sunnah diberi penupang (Madura : lubelu) (bisa dengan batu atau kayu),
untuk menjaga agar mayit tidak berubah terlentang atau telungkup.
g. Sebelum ditimbuni tanah, tubuh mayit wajib ditutupi dengan papan kayu atau lainnya,
agar tanah timbunan tidak langsung mengena mayit.
h. Mayit dibacakan adzan dan iqamah.
i. Lalu lubang kubur ditimbun, dan tanah timbunan ditinggikan satu jengkal atau ± 25
cm.
j. Kuburan disiram dengan air dingin, sekalipun tanah telah basah oleh air hujan
k. Juga sunnah ditanami atau diberi bunga.
l. Kuburan diberi batu nisan
m. Setelah proses penguburan selesai, sunnah dibacakan talqin dengan bahasa Arab, dan
sunnah diterjemah dengan bahasa yang dimengerti oleh para pengantar jenazah
n. Setelah proses pemakaman selesai, para pengantar jenazah sunnah tidak langsung
pulang, tetapi diam dulu dan berdzikir atau membaca al-Qur’an mendoakan mayit.

4. Etika orang yang mengantarkan jenazah


a. Tafakkur, meresapi arti sebuah kematian.
b. Berjalan di depan dan di dekat mayit.
c. Dimakruhkan ramai-ramai dan bersuara keras serta membicarakan masalah dunia.
d. Sunnah dengan jalan kaki. Megantarkan jenazah ke pekuburan dengan naik kendaraan
hukumnya makruh.
e. Mengantarkan jenazah sampai proses penguburan selesai secara sempurna. Rasulullah
SAW bersabda:
‫ ُل ال َجبَلَي ِْن‬y‫ال " ِم ْث‬y
َ َ‫ا ِن ق‬yَ‫ا َ ْالقِ ْي َراط‬y‫ َل َوم‬y‫ا ِن" قِ ْي‬yَ‫هُ قِ ْي َراط‬yَ‫صلِّ َي َعلَ ْيهَا فَلَهُ قِ ْي َراطٌ َو َم ْن َش ِه َدهَا َحتَّى تُ ْدفَنَ فَل‬
َ ُ‫َم ْن َش ِه َد ْال َجنَا َزةَ َحتَّى ي‬
‫(ال َع ِظ ْي َمي ِْن )متفق عليه‬ ْ
Artinya : “Barang siapa yang ikut menyaksikan jenazah terus menyalatinya maka ia
mendapat pahala satu qirath. Jika sampai menyaksikan penguburannya, maka mendapat
pahala dua qirath. Nabi ditanyakan apa maksud dua qirath? Nabi menjawab satu qirath seperti
dua gunung yang besar”. (HR. Imam Bukhari-Muslim).

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berikut tata cara untuk menuntun seseorang yang telah mengalami sakaratul maut
1. Menalqin (menuntun) dengan syahadat
Sesuai sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam, “Talqinilah orang yang akan
wafat di antara kalian dengan, “Laa ilaha illallah”. Barangsiapa yang pada akhir ucapannya,
ketika hendak wafat, ‘Laa ilaha illallah’, maka ia akan masuk surga suatu masa kelak,
kendatipun akan mengalami sebelum itu musibah yang akan menimpanya.”
2. Hendaklah mendoakannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-
kata yang baik
3. Berbaik sangka kepada Allah
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat
Kewajiban penyelenggaraan jenazah:
1. Memandikan, mengkafani, menyalatkan dan menguburkannya.
2. Adapun kewajiban terhadap jenazahnya ada empat macam, yaitu
1). memandikannya, 2). mengkafaninya, 3). menshalatinya,
4). menguburkannya.
3. Kewajiban orang yang hidup kepada orang yang meninggal ada dua hal, yaitu
kewajiban terhadap jenazahnya dan kewajiban terhadap harta peninggalannya.

B. Saran

1. Diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan dan mempraktekannya mengenai


penyelenggaraan jenazah ini.
2. Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Christriyati Ariani. 2002. Motivasi Peziarah. Yogyakarta: Putra Widya
Karim Abdul. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah dan Shalat Jenazah. Jakarta: Amzah
Nashiruddin Al-Albani. 1999. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. Jakarta: Gema Insani
http://karyacombirayang.blogspot.co.id/2015/11/makalah-jenazah.html

12

Anda mungkin juga menyukai