Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FIQIH IBADAH

PENGURUSAN JENAZAH

Dosen Pengampu : Sadarela, M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Kasmanidar 21.01.01.0070
2. Watik Dwi Astuti 21.01.01.0087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI NIDA EL-ADABI PARUNG PANJANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pengurusan Jenazah” ini dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata pelajaran atas bimbingan dan
arahan dalam penulisan makalah ini. Dan juga kepada teman-teman yang telah
mendukung sehingga dapat terselesaikannya makalah ini. Dan kepada semua pihak
yang terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu di dalam penulisan
makalah ini.
Penulis berharap, makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
sehingga dapat menambah wawasan kita mengenai Pengurusan Jenazah. Penulis
juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah
yang lebih baik.

Tangerang, April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang .........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan .....................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1. Pengertian Jenazah ..................................................................................3
2.2. Memandikan Jenazah ..............................................................................4
2.3. Mengkafani Jenazah ................................................................................7
2.4. Menshalatkan Jenazah .............................................................................8
2.5. Menguburkan Jenazah ...........................................................................11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................13
3.2 Saran ......................................................................................................13

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap makhluk yang hidup di dunia ini pasti akan mengalami kematian, itu
artinya bahwa kematian adalah suatu yang pasti bagi setiap makhluk yang telah
diciptakan tak ada yang kekal dan tak ada yang abadi kecuali Allah SWT.
Perkembangan zaman dan teknologi yang begitu pesat ditambah dengan indahnya
gemerlap dunia membuat banyak manusia tertipu oleh daya tarik dunia ini yang
sesungguhnya dunia ini hanyalah sebagai tempat persinggahan sementara
sedangkan tempat yang abadi dan kekal adalah di akhirat kelak. Banyak orang
yang tidak percaya akan adanya akhirat sehingga menyepelekan masalah yang satu
ini, ada pula yang dikarenakan perkembangan zaman hingga banyak orang
melupakan akan akhirat.
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-
baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam
sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu,
orang yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim
lainnya yang masih hidup.
Mengurus jenazah, yaitu sejak dari menyiapkannya, memandikannya,
mengkafaninya, menshalatkannya, membawanya ke kubur sampai kepada
menguburkannya adalah perintah agama yang ditujukan kepada kaum muslimin
sebagai kelompok masyarakat. Apabila perintah itu telah dikerjakan oleh
sebahagian orang sebagaimana mestinya, maka kewajiban melaksanakan perintah
itu berarti sudah terbayar. Kewajiban yang demikian sifatnya dalam istilah agama
dinamakan fardhu kifayah, hal ini berdasarkan hadits Nabi SAW yang
diriwayatkan oleh Aisyah ra, yang artinya:
“Apabila engkau meninggal sebelumku, niscaya aku akan memandikanmu dan
mengkafanimu, menyalatimu serta menguburkanmu”.(H.R. Ibnu Majah)

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Untuk memudahkan dalam pembahasan makalah ini sesuai dengan tema
diatas maka dibuatlah rumusan masalah sbb:
1. Apa pengertian jenazah?
2. Bagaimana tata cara memandikan jenazah?
3. Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?
4. Bagaimana cara menshalatkan jenazah?
5. Bagaimana cara menguburkan jenazah?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari pada penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa pengertian jenazah
2. Untuk mengetahui bagaimana tata cara memandikan jenazah
3. Untuk mengetahui bagaimana tata cara mengkafani jenazah
4. Untuk mengetahui bagaimana tata cara menshalatkan jenazah
5. Untuk mengetahui bagaimana tata cara menguburkkan jenazah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Jenazah


Kata jenazah, bila ditinjau dari segi bahasa (etimologis), berasal dari bahasa
Arab dan menjadi turunan dari isim masdar (adjective) yang diambil dari fi’il madhi
janaza-yajnizu-janazatan wa jinazatan. Bila huruf jim dari kata tersebut dibaca
fathah (janazatan), kata ini berarti orang yang telah meninggal dunia. Dalam kamus
al-Munawwir, kata jenazah diartikan sebagai “seseorang yang telah meninggal
dunia dan diletakkan dalam usungan’.Menurut istilah, kata jenazah ialah seseorang
yang meninggal dunia dan berpisahnya roh dengan jasadnya. Lebih jauh, kata
Jenazah memiliki makna “seseorang yang telah meninggal dunia yang sudah
terputus masa kehidupannya dengan alam dunia ini”. Jenazah adalah orang yang
telah keluar ruh (nyawa) dari jasadnya, atau juga disebut mayat. Umat Islam yang
masih hidup berkewajiban untuk mengurus jenazah.
Disunahkan untuk segera mengurus jenazah, memandikan jenazah,
mengkafani, menshalatkan dan mempersiapkan penguburannya apabila sudah
dipastikan orang tersebut telah benar-benar meninggal dunia, seperti meninggal
dikarenakan suatu sebab atau muncul tanda-tanda kematiannya.Pengurusan jenazah
merupakan bagian dari etika Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
kepada umatnya. Hukum dalam pengurusan jenazah merupakan fardhu kifayah,
artinya apabila telah dilaksanakan oleh sebagian orang, maka kewajiban tersebut
dianggap telah mencukupi. Pada hakekatnya setiap yang bernyawa itu akan
merasakan mati, karena kehidupan dunia itu hanyalah sementara.
Sebagaimana didalam Q.S Al-Imran ayat: 185. “Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan”. Ayat ini menganjurkan kepada kita semua agar
selalu mengingat kematian yang suatu saat pasti akan tiba dan mempersiapkan diri
dengan sebaiknya untuk menyambut kematian tersebut. Dalam Islam ada empat

3
4

kewajiban orang hidup terhadap jenazah yaitu memandikan,


mengkafani,menshalatkan dan menguburkan.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan terhadap jenazah sebelum
penyelenggaraan jenazah dimulai, yaitu:
1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.
2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan didada dan kakinya diluruskan.
3. Mengatupkan rahangnya supaya mulut tidak terbuka.
4. Meletakkan tubuhnya membujur ke utara dan badannya ditutupi kain.
5. Menyebarkan kabar kematiannya ke kerabat dan tetanggannya.
6. Melunasi hutangnya jika ia mempunyai hutang.
7. Segerakanlah fardhu kifayahnya.
Menurut syari’at Islam, fardhu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah
ada empat macam yaitu:
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan

2.2. Memandikan Jenazah


Setiap orang muslim yang meninggal wajib dimandikan,
Hukum memandikan jenazah orang yang beragama Islam adalah wajib dan
pelaksanaannya adalah fardhu kifayah, dalam artian jika sebagian orang telah
melakukannya maka kewajiban tersebut gugur dari orang Islam yang lain. Adapun
syarat-syarat orang yang diperbolehkan untuk memandikan jenazah:
1. Islam, berakal,dan baligh
2. Niat memandikan Jenazah
3. Amanah/bisa dipercaya merahasiakan aib dan cacat tubuh jenazah
4. Mengetahui tata cara memandikan jenazah.
Orang yang utama untuk memandikan jenazah berbeda antara jenazah laki-
laki dan perempuan
a) Bagi jenazah laki-laki, orang yang utama untuk memandikan jenazah laki-
laki urutannya adalah sebagai berikut :
5

1. Orang yang mendapat wasiat untuk memandikan.


2. Bapak, kakek, kerabat dekat dan mahram laki-laki dan istri dari yang
meninggal.
b) Bagi jenazah wanita, orang yang lebih utama untuk memandikan jenazah
perempuan urutannya adalah:
1. Ibu, nenek, kerabat dekat dari pihak perempuan
2. Suami dari jenazah.
3. Jika yang meninggal seorang perempuan sedangkan disekitarnya yang
masih hidup laki-laki semuanya dan dia tidak mempunyai suami, atau
sebaliknya jika yang meninggal seorang laki-laki dan yang disekitarnya
semua perempuan dan dia tidak mempunyi istri. Maka jenazah tersebut
tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh seorang dari mereka
yang menggunakan lapis tangan. Hal ini berdasarkan sabda rasulullah
SAW, yakni:
“Jika seseorang perempuan meninggal ditempat laki-laki dan tidak ada
perempuan lain atau laki-laki meninggal ditempat perempua-perempuan
dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat tersebut
ditayamumkan,lalu dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti
tidak mendapat air”(H.R Abu Daud dan Baihaqi).
Peralatan-peralatan yang perlu dipersiapkan untuk memandikan jenazah,
yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Tempat tidur atau meja dengan ukuran kira-kira tinggi 90 cm, lebar 90 cm, dan
panjang 200 cm untuk meletakkan mayit.
2. Air suci secukupnya di ember atau tempat lainnya (6-8 ember).
3. Gayung secukupnya (4-6 buah).
4. Kendi atau ceret yang diisi air untuk mewudukan mayit.
5. Tabir atau kain untuk menutup tempat memandikan mayit.
6. Gunting untuk melepaskan baju atau pakaian yang sulit dilepas.
7. Sarung tangan untuk dipakai waktu memandikan agar tangan tetap bersih,
terutama bila mayitnya berpenyakit menular.
8. Sabun untuk membersihkan badan juga Sampho untuk mencuci rambut.
9. Kapur barus yang sudah dihaluskan untuk dicampur dalam air.
6

10. Kalau ada daun bidara juga bagus untuk dicampur dengan air.
11. Tusuk gigi atau tangkai padi untuk membersihkan kuku secara pelan dan hati-
hati.
12. Kapas untuk membersihkan bagian tubuh yang halus seperti
mata,hidung,telinga dan mulut
13. Sisir untuk menyisir rambut setelah selesai dimandikan..

Tata cara memandikan jenazah:


a. Dilaksanakan di tempat tertutup agar yang melihat hanya orang-orang yang
memandikan dan yang mengurusnya saja.
b. Mayat hendaknya diletakkan di tempat jenazah yang tinggi seperti dipan.
c. Jenazah dipakaikan kain basahan seperti sarung atau kain penutup agar
auratnya tertutup. Jenazah disandarkan pada sesuatu, lantas disapu perutnya
sambil ditekan pelan-pelan agar semua kotorannya keluar, kemudian
dibersihkan dengan tangan kirinya, dianjurkan mengenakan sarung tangan.
Dalam hal ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak terganggu bau
kotoran jenazah.
d. Setelah itu, hendaklah mengganti sarung tangan untuk membersihkan mulut
dan gigi jenazah tersebut.
e. Membersihkan semua kotoran dan najisnya.
f. Mewudhukan jenazah, setelah itu membasuh seluruh badannya.
g. Disunahkan membasuh jenazah sebanyak tiga sampai lima kali.
h. Air untuk memandikan jenazah sebaiknya dingin. Kecuali udara sangat
dingin atau terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, boleh menggunakan air
hangat.
i. Keringkan tubuh jenazah sebelum dikafani supaya kain kafan tidak basah.
j. Perlakukan jenazah dengan lembut.
k. Setelah mandi, sebelum dikafani beri wangi-wangian yang tidak
mengandung alkohol.
7

2.3. Mengkafani Jenazah


Mengkafani jenazah adalah menutupi dan membungkus jenazah dengan
sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya.Kain kafan hendaknya kain yang bersih,
berwarna putih dan sederhana yakni tidak mahal harganya dan tidak pula terlalu
murah. Setelah usai memandikan jenazah, maka diwajibkan mengkafaninya. Kafan
yang digunakan utuk membungkus jenazah hendaklah mencukupi untuk menutup
seluruh tubuhnya.
Hal-hal yang dianjurkan dalam mengkafani jenazah adalah dengan 3 helai
kain kafan yang berwarna putih bagi jenazah laki-laki, dan 5 helai kain kafan untuk
jenazah perempuan. Kain kafan tersebut dibubuhi wewangian kemudian membalut
jenazah dengan kain kafan tersebut. Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian
khusus, kemudian letakkan jenazah diatas kafan tersebut dalam posisi terlentang.
Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi wewangian pada selakangan jenazah.
Hendaklah menyediakan kain yang telah dibubuhi kapas untuk menutupi aurat
jenazah dengan melilitkannya (seperti popok) kemudian hendaklah membubuhi
wewangian pada lekuk wajah jenazah. Kemudian lembaran pertama dilipat dari
sebelah kanan terlebih dahulu, menyusul lembaran kedua dan ketiga seperti halnya
lembaran yang pertama. Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya yang
berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulung lebihan kain kafan pada ujung kepala dan
kakinya agar tidak lepas ikatannya, kemudian lipat kearah kaki dan arah kepala.
Jenazah wanita dikafani dengan lima helai kain yaitu kain sarung untuk menutupi
bagian bawahnya, kerudung untuk menutupi bagian kepalanya, baju kurung (yang
terbuka sisi kanan dan kirinya) serta dua helai kain yang digunakan untuk menutupi
sekujur tubuhnya.
Tata cara mengkafani jenazah sebagai berikut:
1. Untuk jenazah laki-laki:
a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah
lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup kain dan letakkan diatas
kain kafan memanjang ditaburi wangi-wangian.
c. Tutuplah lubang-lubang seperti hidung,mulut,telinga, dan dubur
dengan kapas.
8

d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian


ujung lembar sebelah kiri, selanjutnya lakukan seperti itu selembar
demi selembar dengan cara yang lembut.
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya dibawah kain
kafan, tiga atau lima ikatan.
2. Untuk jenazah perempuan:
a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong untuk masing-masing
bagian dengan tertib, kemudian angkatlah jenazah dalam keadaan
tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta
taburi wangi-wangian atau kabur barus.
b. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran
dengan kapas.
c. Tutuplah kain pembungkus pada kedua pahanya.
d. Pakaikan baju kurung.
e. Rapikan rambutnya dengan lembut menjulur ke belakang.
f. Pakaikan kerudung.
g. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan
kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulung kedalam.
h. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

2.4 Menshalatkan Jenazah


Shalat jenazah ialah sholat yang dikerjakan sebanyak 4 takbir dalam rangka
mendo’akan orang muslim yang meninggal tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan shalat jenazah antara lain:
a. Jenazah diletakkan diarah kiblat (di depan imam apabila berjama’ah atau di
depan orang yang menshalatkan apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya
sebelah kanan dan kakinya sebelah kiri imam.
b. Apabila jenazahnya laki-laki imam hendaklah berdiri lurus di depan
kepalannya atau sejajar dengan dada jenazah, dan apabila jenazahnya
perempuan hendaklah imam menghadap setengah perut atau pinggang
jenazah.
9

Agar shalat jenazah yang dilakukan menjadi sah hukumnya, para ulama telah
menetapkan ada beberapa syarat sah sebagaimana berikut ini :
1. Semua syarat sah shalat.
Syarat yang pertama sebenarnya gabungan dari semua syarat sah yang
berlaku untuk semua shalat, kecuali masalah masuk waktu. Di antara syarat
sah shalat yang telah disepakati para ulama adalah :
a. Muslim
b. Suci dari Najis pada Badan, Pakaian dan Tempat
c. Suci dari Hadats Kecil dan Besar
d. Menutup Aurat
e. Menghadap ke Kiblat.
2. Jenazah Beragama Islam.
Para ulama secara umum berpendapat bahwa hanya jenazah yang beragama
Islam saja yang sah untuk dishalatkan. Sedangkan jenazah yang bukan
muslim, bukan hanya tidak sah bila dishalatkan, tetapi hukumnya haram dan
terlarang.
Dasarnya QS. At-Taubah : 84
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seseorang
yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di
kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan RasulNya
dan mereka mati dalam keadaan fasik”.
3. Jenazah Suci dari Najis.
Jenazah yang akan dishalatkan itu harus terlebih dahulu dibersihkan dari
segala bentuk najis, baik najis berupa benda cair atau pun benda padat.
4. Jenazah Sudah Dimandikan.
Para ulama mengatakan bahwa syarat agar jenazah sah dishalatkan adalah
bahwa jenazah itu sudah dimandikan sebelumnya, sehingga segala najis dan
kotoran sudah tidak ada lagi.
5. Aurat Jenazah Tertutup.
Para ulama juga mensyaratkan agar jenazah sah dishalatkan dalm keadaan
auratnya tertutup, sebagaimana orang yang masih hidup.
10

6. Jenazah Diletakan di Depan.


Jenazah yang dishalatkan harus berada di depan orang yang
menshalatkannya. Sehingga orang-orang yang menshalatkan jenazah itu
berposisi menghadap kepadanya.
7. Berbagai Perbedaan Pendapat.
Ada beberapa syarat yang diajukan oleh satu mazhab, namun tidak
disepakati oleh jumhur ulama antara lain harus diletakan diatas tanah, harus
berjama’ah, tanpa kehadiran jenazah.
Adapun rukun sholat jenazah adalah ada 7 yakni sebagai berikut:
a. Niat
b. Berdiri jika mampu
c. Takbir empat kali
d. Membaca surat Al-Fatihah
e. Membaca sholawat Nabi SAW
f. Mendoakan mayat setelah takbir ketiga dan keempat Shalat jenazah
tidak disertai dengan rukuk dan sujud tidak dengan adzan dan iqmat.
g. Salam.
Dari Ibnu Masud radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Nabi SAW melakukan
salam kepada jenazah seperti salam dalam shalat. (HR. Al-Baihaqi)
Setelah berdiri sebagaimana mestinya, maka:
a. Berdiri menghadap kiblat, Jika jumlah yang melakukan shalat itu banyak,
jadikan 3 saf dan dapat lebih.
b. Berniat dengan lafal niatnya: Untuk jenazah laki-laki : "Ushalli 'alaa haadzal
mayyiti arba 'a takbiiraatin fardhu kifaayati ma'muuman/imaaman lillahi
ta'aalaa, Allahu akbar "(sengaja aku niat shalat atas mayat laki-laki empat
takbir fardhu kifayah menjdi makmum atau imam karena Allah ta’ala).
Untuk jenazah perempuan : "Ushalli 'alaa haadzihil mayyitati arba 'a
takbiiraatiin fardhu kifaayati ma'muuman/imaaman lillahi ta 'aalaa, Allaahu
akbar "
c. Takbiratul Ihram (takbir yang pertama) kemudian membaca surat Al
Fatihah.
11

d. Takbir kedua kemudian membaca shalawat atas Rasulullah SAW minimal :


"Allahumma Shalli 'alaa Muhammadin" artinya : "Yaa Allah berilah salawat
atas nabi Muhammad".
e. Takbir ketiga kemudian membaca do'a untuk jenazah minimal:
"Allahhummaghfir lahu warhamhu wa'aafihi wa'fu anhu" yang artinya :
"Yaa Allah ampunilah dia, berilah rahmat,kesejahteraan dan ma'afkanlah
dia".
Apabila jenazah yang disalati itu perempuan, maka bacaan Lahuu diganti
dengan Lahaa. Jadi untuk jenazah wanita bacaannya menjadi:
"Allahhummaghfir laha warhamha wa'aafiha wa'fu anha". Jika mayatnya
banyak maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahum. Jadi untuk jenazah
banyak bacaannya menjadi: "Allahhummaghfir lahum warhamhum
wa'aafihim wa'fu anhum.
f. Takbir ke empat, membaca do’a minimal sebagai berikut:
“Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfir lanaa
wa lahu.” Yang artinya: Ya Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai
kepada kami ( janganlah Engkau melupakan kami akan pahalanya), dan
janganlah Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya dan ampunilah
kami dan dia.

2.5 Mengubur Jenazah


Mengubur jenazah merupakan prosesi terakhir dari perawatan jenazah,
dalam meletakkan jenazah kedalam liang kubur, hendaknya membaringkan jenazah
dengan posisi lambung kanan dibawah dan wajahnya menghadap kearah kiblat.
kedua kakinya bertumpu pada sisi kanan dan menghadap kiblat. bagi orang yang
mengantar jenazah ke pemakaman untuk melemparkan tiga kali genggaman tanah
dengan kedua tangannya usai penutupan liang lahatnya.
Hal-hal yang disunahkan sesudah pemakaman jenazah adalah seperti
berikut:
a. Meninggikan kuburan sekadar sejengkal dari permukaan tanah dan tidak
diratakan dengan tanah, agar dikenali makamnya dan tidak ditelantarkan.
b. Hendaknya gundukan tanah lebihan dibentuk seperti punuk.
12

c. Hendaknya memberi tanda pada makam dengan batu,kayu papan atau


sejenisnya agar diketahui bagi keluarganya.
d. Hendaklah salah seorang berdiri di samping kuburan jenazah untuk
memohonkan kemantapan dalam menjawab setiap tanya dalam kubur dan
ampunan bagi jenazah, seraya menyuruh kepada yang hadir untuk
melakukan hal yang sama.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Islam telah mengingatkan kita semua bahwa setiap insan yang bernyawa
pasti mengalami kematian. Setiap muslim memiliki kewajiban terhadap saudaranya
muslim yang meninggal dunia. Kewajiban ini bersifat kolektif karena itu
dimasukkan sebagai suatu jenis ibadah yang hukumnya fardu kifayah, artinya
kewajiban bagi seluruh umat muslim, tetapi apabila sudah dilaksanakan oleh
beberapa orang yang melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban itu bagi seluruh
umat muslim. Kewajiban-kewajiban terhadap orang yang meninggal adalah
memandikan,mengkafani,menyalatkan, dan menguburkannya.

3.2 Saran
Demikian uraian makalah ini tentang pengurusan jenazah yang dapat kami
sampaikan,semoga bermanfaat. kami sangat menyadari tentunya masih banyak
kekurangannya, untuk itu kami mengharapkan pembaca memberikan kritik juga
sarannya kepada kami sehingga ke depannya kami dapat memperbaiki dalam
pembuatan makalah sehingga hasilnya lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sarwat Ahmad, Lc. MA. 2018. Fiqih Shalat Jenazah. Rumah Fiqih
Publishing. Jaksel.
Pulungan Sahmiar. Sahliah. Sarudin. 2020. Peningkatan Keterampilan
Pengurusan Jenazah di MTs Ulumul Qur’an Medan. Jurnal Pendidikan, Sosial dan
Agama. Vol 12 No.1.
Riyadi Agus. 2013. Upaya Pemberdayaan dan Peningkatan Keterampilan
Pemulasaraan Jenazah di Wilayah Kecamatan Mijen Kota Serang. Vol. 13 No.2.

Anda mungkin juga menyukai