Disusun Oleh :
M.INDRA – 22024014001
TEKNIK INFORMATIKA B1
FALKUTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2024
i
KATA PENGANTAR
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca khususnya buat kami tim penyusun. Amin ya Robbal alamin
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap orang dianjurkan untuk memperbanyak mengingat mati dan menyiapkan diri
untuk menyambutnya dengan bertobat dan istiqamah dalam beribadah kepada Allah
subhanahu wata‘ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Kematian adalah sebuah keniscayaan. Ia bisa menemui siapa saja baik tua maupun muda
tanpa bisa dimajukan atau dijadwal mundur. Orang yang masih muda ataupun mereka yang
sudah tua, yang masih dalam keadaan sehat maupun yang sedang mengalami sakit,
semuanya bisa saja menemui kematiannya tanpa dapat diduga-duga. Kematian tidak lebih
dekat kepada orang tua dari pada anak muda, pun tidak lebih dekat kepada orang yang sakit
dari pada orang yang sehat.
Berapa banyak kematian menghampiri seorang anak muda ketika ia sedang tenggelam
di dalam mimpi-mimpinya. Dan berapa banyak pula orang tua yang sudah begitu renta
justru masih panjang masa hidupnya padahal setiap harinya ia selalu berjaga-jaga jikalau
datang ajalnya.
Orang yang dalam keadaan sakit anjuran untuk mengingat kematian dan menyiapkan
diri untuknya menjadi lebih kuat baginya. Sedangkan bagi keluarga atau orang yang berada
di sekeliling orang yang telah terlihat adanya tanda-tanda datangnya ajal ada beberapa hal
yang mesti dilakukan.
2
Dr. Musthafa Al-Khin dalam kitabnya Al-Fiqhul Manhajî menyebutkan ada 4 (empat)
hal yang semestinya dilakukan seseorang terhadap anggota keluarga yang sedang
mengalami naza’ atau sakaratul maut. Keempat hal itu adalah:
4) Keempat, orang yang sedang mengalami sakit dan merasakan sudah adanya tanda-
tanda kematian ia dianjurkan untuk berbaik sangka (husnu dhan) kepada Allah.
Dalam keadaan seperti ini yang terbaik ia lakukan adalah membuang jauh-jauh
bayangan dosa dan kemaksiatan yang telah ia perbuat. Sebaliknya ia dianjurkan
untuk membayangkan bahwa Allah akan menerimanya dan mengampuni semua
dosa-dosanya.
Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim
Allah berfirman:
َ أَنَا ِع ْن َد َظ ِن
ع ْبدِي ِبي
Artinya: “Aku bersama prasangka hamba-Ku kepadaku.”
Para ulama mengajarkan ketika seseorang dalam keadaan sehat maka rasa
takutnya terhadap siksa Allah (khauf) dan harapannya terhadap rahmat Allah (rajâ)
3
mesti seimbang ada di dalam dirinya. Ada yang mengatakan rasa takutnya harus
lebih banyak dari pada harapannya. Namun ketika seseorang dalam keadaan sakit
dan telah dekat kematiannya maka harapan pada rahmat Allah mesti harus lebih
besar dari rasa takutnya atau bahkan hanya ada harapan saja di dalam dirinya kepada
rahmat Allah. Ia mesti yakin bahwa Allah akan mengampuninya dan melimpahkan
kasih sayang kepadanya. Wallâhu a’lam.
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab ( )جن ذحyang berarti tubuh mayat dan kata
جن ذyang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat
yang tertutup
Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin,
khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.
Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :
4
2.3. Memandikan Jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan
dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati
syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu
kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi
jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah
hadist Rasulullah SAW, yakninya:
Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang
perlu diperhatikan yaitu :
5
b. Untuk mayat perempuan
Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya,
keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
6
3. Mayat Yang Wajib Untuk Dimandikan
b. Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah
meninggal tidak dimandikan
b. Air secukupnya.
2) Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya
tidak kelihatan.
a. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
b. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.
c. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan
tekan perutnya perlahan-lahan.
4) Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut
jenazah, gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan.
7
6) Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir
dicampur dengan wangi-wangian.
9) Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai
badannya, wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas
kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu
saja.
10) Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan
menyulur kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan
handuk dan dikepang.
ها جر نا سع ر سو ل ا هلل صلى ا هلل عليه و سلم كلتمس و جه ا هلل فو قع ا جرنا على هللا
فمنا من ما ت لم يأ كل من ا جر ه شأ منهم مصعب ا بن عمير قتل يو م ا حد فلم نجد ما
و ا ذا غطينا بها ر جليه حر ج, ا ذا غطينا بها ر أ سه خر جت ر جال ه,لكفنه ا ال بر د ة
ر أ سه فأ مر نا ا لنبي صلى ا هلل عليه و سلم ا ن نغطي ر أ سه و ا ن نجعل على
8
ر جليه من ا ال ذ خر رواه ا لبخا ر ى
Artinya : “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan keridhaan Allah
SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara
kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga.
Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak
ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup,
akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka
tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh kami untuk menutupi
kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.”
(H.R Bukhari)
a. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih
dan menutupi seluruh tubuh mayat.
a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih
lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
9
d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung
lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi
selembar dengan cara yang lembut.
f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka
tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup
dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan
kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang
ada.
d. Pakaikan sarung.
10
g. Pakaikan kerudung.
Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah fardhu kifayah.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi :
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah,
yaitu :
b. Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah, sedangkan
apabila jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan pinggang
jenazah.
c. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut,
kemudian berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.
11
1. Orang Paling Utama Untuk Melaksanakan Shalat Jenazah Yaitu:
a. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli
bid’ah.
e. Keluarga terdekat.
12
اb. Untuk mayat perempuan
ا ما ما هلل تعا لى/صلى على هذ اا لميتة ار بع تكبير ا ت فر ض كفا ية مأ مو ما
“Sengaja aku berniat shalat atas mayat perempuan empat takbir fardhu kifayah
menjadi makmun/imam karena Allah ta’ala”
2. Takbir 4 kali
Artinya:
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang,
5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat.
13
c. Takbir ketiga dan membaca do’a untuk si mayat
(ا للحم ا غفر له )ها( و ا ر حمه )ها( و عا فه)ها( و ا عف عنه )ها( و ا كر م نز له )ها
ووسع مد خله )ها( و ا غسله )ها( بما ء و ثلج و بر د و نقه )ها( من ا لخطا يا كم ينقى ا
(لثو ب من ا لد نس و ا بد له )ها( دا را خيرا من دا ر ه )ها( و ا هال خيرا من ا هله )ها
.و ادخله )ها( ا لجنة و ا عنذ ه )ها( من عذا ب ا لقبر و عذا ب ا لنا ر
Artinya : “Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia dan
sentosakanlah dia, muliakan tempatnya, lapangkanlah kuburnya,
sucikanlah dia dengan air embun dan es, sucikanlah dia dari
kesalahannya, sebagaimana sucinya kain putih dari kotoran.
Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada
rumahnya, dan gantikan keluarganya dengan keluarga yang lebih
baik, masukkan ia kedalam syurga, dan jauhkan ia dari siksa
kubur dan siksa neraka.”
ا
(للحم ال تحر منا ا جر ه )ها( وال تفتنا بعد ه )ها( و ا غفر لنا و له )ها
Artinya : “Ya Allah janganlah Engkau tahan untuk kami pahalanya dan
janganlah engkau tinggalkan fitnah untuk kami
setelah kepergiannya”
14
Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.
“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita (non
muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam
“Ahkamul Janaaiz” hal. 145)
Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar kubur
pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya (membentuk
huruf U memanjang).
Langkah-Langkah :
➢ Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.
15
➢ Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.
16
Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan
jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya
selain tali kepala dan kedua kaki.
➢ Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya,
sebab tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap
wajahnya, kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram
sebagaimana yang telah dijelaskan.
➢ Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain
kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata
atau papan kayu/bambu dari atasnya (agak samping).
17
➢ Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.
➢ Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan
diperciki air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam
(dalam masalah ini terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat
“Irwa’ul
Ghalil” II/206). Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah
dikenali.
18
➢ Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula
menulisi batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya
serta bersandar padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah
melarang dari hal tersebut. (HR. Muslim)
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan
oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah :
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain :
20
3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, saya berharap
agar makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca untuk selalu ingat akan kematian
dan mempersiapkan diri dengan baik dalam menyambut kematian. Selain itu, semoga
pembahasan ini juga dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya tata
cara pengurusan jenazah dalam Islam.
21
DAFTAR PUSTAKA
a) Al-Qur'an.
d) Tata Cara Pengurusan Jenazah dalam Islam oleh KH. M. Anwar Abbas.
e) https://fadhlihsan.wordpress.com/2011/08/01/tata-cara-pengurusan-jenazah-
f) https://islam.nu.or.id/jenazah/lakukan-4-hal-ini-saat-menghadapi-orang-sakaratul-
22