Anda di halaman 1dari 40

KONSEP AGAMA ISLAM TENTANG KEMATIAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok

Mata kuliah :

Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengajar :

Wardatul Ilmi

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Ikhsan Maulana (P27901123073)


2. Kamilah Khoirunisa (P27901123073)
3. Meri Maherani (P27901123078)
4. Reza Supriatna (P27901123078)
5. Syahla Khoerunnisa (P27901123102)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Konsep Agama Islam Tentang Kematian”.
Dalam penyusunan makalah ini ditulis berdasarkan buku-buku dan jurnal
refensi yang berkaitan dengan konsep motivasi. Apabila didalam isi sebuah
makalah ini terdapat kekeliruan atapun kekurangan, kami memohon saran dan
kritik yang bersifat membangun dari dosen, rekan-rekan, dan pembaca untuk
menyempurnakan penulisan makalah ini.
Kami ucapkan terimakasih dari berbagai pihak yang telah mendukung dan
membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen yang telah
memberikan tugas sebagai penambah wawasan.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat juga memberi
wawasan bagi para pembaca mengenai Konsep Agama Islam Tentang
Kematian.

Serang, 22 Juli 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Manajemen Sakaratul Maut.......................................................................3
2.2 Hakikat Sakaratul Maut........................................................................................4
2.3 Hakikat Dan Makna Sakaratul Maut...................................................................5
2.4 Pendampingan Terhadap Anggota Keluarga Menjelang Ajal Pasien................6
2.5 Perawatan Jenazah................................................................................................7
2.6 Adab Terhadap Jenazah......................................................................................16
2.7 Tata Cara Merawat Jenazah...............................................................................18
2.8 Takziah..................................................................................................................23
2.9 Ziarah Kubur.......................................................................................................24
2.10 Doa-Doa Merawat Jenazah............................................................................25
BAB III PENUTUP 36
3.1 Kesimpulan.................................................................................................36
3.2 Saran............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA 36

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kematian merupakan suatu peristiwa keluarnya ruh dari jasad manusia.


Kematian menjadi sebuah awal pindahnya dari alam dunia ke alam barzakh (alam
kubur), ruh manusia yang sudah wafat akan tinggal di alam barzakh hingga saat
kiamat kelak. Kematian akan menjadi suatu permulaan menuju ke alam akhirat,
setelah kematian masih ada beberapa amalan yang dipertanggung jawabkan semua
pertanyaan yang akan malaikat tanyakan tentang perbuatan yang telah dilakukan
di dunia.

Kematian suatu peristiwa yang menakutkan bagi manusia di dunia ini. Maka
selalu jagalah diri selama menjalani dunia ini, jangan jadikan dunia sebagai tujuan
utama tetapi jadikanlah hidup didunia sebagai ladang paling utama untuk
beribadah kepada Allah SWT. Kehidupan didunia ini hanya sementara sedangkan
di akhirat kita hidup sesungguhnya, bukan harta dan juga tahta yang akan dibawa
diakhirat kelak akan tetapi amal perbuatan baik itu yang shalih atau pun tidak.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas untuk memudahkan kajian makalah yang
disusun, maka dibuatlah rumusan masalah berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen sakaratul maut?
2. Apa yang dimaksud dengan hakikat sakaratul maut?
3. Apa yang dimaksud dengan hakikat dan makna kematian?
4. Apa yang dimaksud dengan pendampingan terhadap anggota keluarga
menjelang ajal pasien?
5. Apa saja perawatan jenazah?
6. Bagaimana adab terhadap jenazah?
7. Bagaimana tata cara merawat jenazah?
8. Apa yang dimaksud dengan takziah?
9. Apa yang dimaksud dengan ziarah kubur?
10. Apa saja doa-doa perawatan jenazah?

1.3 Tujuan
Setelah memuat rumusan masalah, tujuan masalah yang ingin dicapai
adalah :
1. Mengetahui yang dimaksud dengan manajemen sakaratul maut
2. Mengetahui yang dimaksud dengan hakikat sakaratul maut
3. Mengetahui yang dimaksud dengan hakikat dan makna sakaratul maut
4. Mengetahui yang dimaksud dengan pendampingan terhadapat anggota
keluarga menjelang ajal pasien
5. Mengetahui apa saja perawatan jenazah
6. Mengetahui adab terhadap jenazah
7. Mengetahui tata cara merawat jenazah
8. Mengetahui yang dimaksud dengan takziah
9. Mengetahui yang dimaksud dengan ziarah kubur
10. Mengetahui apa saja doa-doa perawatan jenazah

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Sakaratul Maut
Kata 'sekarat' berasal dari bahasa Arab sakara yang bermakna 'mabuk.
Karena itu, istilah sakaratul maut sering juga diterjemahkan secara harfiah sebagai
mabuk menjelang kematian. Ya, sekarat' menunjuk kepada kondisi yang belum
mati benar. Melainkan menjelang kemati an. Ada orang yang proses sekaratnya
lama, ada pula yang cepat. Penyebab kematian yang berbeda, akan mengakibatkan
proses sakaratul maut.

Yang berbeda pula.Misalnya, orang yang mengalami serangan Jantung,


mati kecelakaan, dan mati karena usia tua tentu akan berbeda prosesnya.
Demikian pula lama- nya sakaratul maut yang dialami. Tetapi, pada prinsipnya
setiap manusia bakal mati, dan sebelum mati ia akan mengalami mabuk-kematian
itu. Dalam peristiwa sehari-hari kita menyak- sikan hal itu. Misalnya, orang yang
terkena serang- an jantung biasanya mengalami proses sakaratul maut secara
cepat. Biasanya dalam orde menit, tak lebih dari satu jam. Meskipun, dalam kasus
tertentu saya juga menyaksikan seorang kawan yang terkena serangan jantung
mengalami naza alias sakaratul maut selama berjam-jam.

Awalnya tersengal-sengal, kesulitan ber- nafas karena jantungnya


berdenyut tersendat- sendat. Kemudian merasakan sakit di dadanya, dan megap-
megap setelah beberapa jam kemudian. Akhirnya tidak sadar, sehingga mesti
dibantu dengan peralatan oksigen dan detektor jantung. Lantas, nafasnya pun
terhenti disertai gelombang jantung yang bergetar mendatar. Itu terjadi selama
beberapa jam, sampai ia dinyatakan meninggal oleh tim dokternya.

Demikian pula, orang yang mati karena ke- celakaan sehingga kehabisan
darah, atau karena penyakit kronis tertentu, bisa mengalami sakaratul maut selama
berjam-jam pula, atau bahkan ada yang sampai berhari-hari. Diantaranya, saya
pernah melihat seorang kawan yang meninggal dunia karena kanker hati. Saya

3
lihat, dia mengalami kesakitan selama berhari-hari. Mabuk kematiannya berjalan
sangat lama dan menerenyuhkan hati. Sampai kemudian, dia tidak mampu
bertahan lagi. Dan, meninggal.

Kematian pasti datang. Dan menjemput kita dengan beragam cara. Tetapi,
sebelum benar-benar dinyatakan meninggal setiap orang akan meng alami mabuk
kematian' alias sakaratul maut. Yakni, proses lepasnya nyawa dari jasad yang
telah sekian lama menjadi "rumahnya. Kini sang nyawa harus meninggalkan
rumah itu untuk selama- lamanya, sampai datangnya hari kebangkitan. dimana
Allah akan mengembalikan nyawa ke dalam jasadnya kembali..

Buku tentang sakaratul maut yang sedang Anda baca ini tidak
dimaksudkan untuk menakut- nakuti siapa pun sehingga malah ngeri terhadap
datangnya kematian. Melainkan sebaliknya, ingin menjelaskan segala sesuatu
yang terkait dengan proses kematian itu secara medis maupun spiritual agar kita
menjadi lebih siap menghadapinya.

Bukankah dengan semakin banyak informasi yang kita peroleh, kita akan
menjadi lebih tahu apa yang harus kita lakukan untuk menyambut datang- nya
peristiwa yang pasti akan kita alami itu? Dan lantas menyiapkan diri sebaik-
baiknya, agar kita tidak menderita karenanya. Namun, justru beroleh kebahagiaan
di dalamnya, maupun di kehidupan sesudahnya.Tak ada gunanya melarikan diri
dari maut. Karena, tidak ada satu pun makhluk hidup yang bisa terhindar darinya.
Setiap yang bernyawa pasti bakal mati, kata Allah, Karena, memang sudah
menjadi sunnatullah.

2.2 Hakikat Sakaratul Maut


Pengertian kembali ke sisi Allah Swt dan keluar dari kehidupan dunia
untuk memasuki kehidupan lain adalah maut (kematian) yang digambarkan Allah
Swt dalam kitab-Nya. Kematian ini bukan yang biasa kita pahami dan kita lihat
sehari-hari sebagai hilangnya fungsi indra, punahnya kemampuan beraktivitas,
dan lenyapnya kehidupan (fisik). Allah Swt berfirman: Dan datanglah sakaratul
maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak kamu hindari. (QS.
Qaf: 19)

4
Dari ayat ini, kita dapat memahami hakikat kematian yang digambarkan
oleh Allah Swt dengan ungkapan bil-Haqq, sehingga kematian bukanlah
ketiadaan, kesirnaan, atau kehilangan. Jadi, saat kematian adalah saat semua
manusia kembali kepada Allah Swt sekaligus saat penggiringan setiap makhluk ke
sisi-Nya. Rasulullah saw bersabda, “Kalian tidak diciptakan untuk kebinasaan,
tetapi untuk kekekalan, hanya saja kalian akan berpindah dari satu alam ke alam
lain.”

Ketakjuban terhadap sakaratul maut yang dibahas dalam pasal ini adalah
bagaimana memperoleh keselamatan tatkala sakratulmaut. Syarat apa yang di
perlukan untuk menghadapi sakratulmaut? Ada empat syarat. Yaitu ikhlas, rela
pada hukum Allah, merasa tidak memiliki, dan berserah diri pada kehendak Allah.

2.3 Hakikat Dan Makna Sakaratul Maut


Kematian merupakan keniscayaan mutlak bagi setiap makhluk yang
bernyawa. Kepercayaan akan kematian dan kehidupan pascakematian tentu sangat
berpengaruh terhadap kualitas kehidupan seseorang. Seperti halnya pemahaman
makna mati syahid bagi kelompok tertentu. Pemahaman tersebut memberikan
dampak terhadap kehidupan kelompok lain, seperti bom bunuh diri, menyerang
kelompok lain yang dianggap sesat. Selain itu, berbagai kepercayaan (agama) juga
memaknai kematian dan kehidupan setelahnya dengan penafsiran yang beragam.
Fokus kajian ini adalah penafsiran ayat kematian dalam Al-Qur’an.

Adapun Kematian merupakan tema kehidupan, yang pada umumnya orang


akan merasa takut dan ngeri untuk menghadapinya. Kematian juga sesuatu yang
menurut sebagian orang harus terus" dilawan", agar paling tidak dapat ditunda
waktunya. Ketika orang merasakan sakit, maka dia segera berupaya agar segera
sehat kembali, dan berharap bahwa penyakit yang ada tidak membawanya sampai
kepada kematian. Manusia juga sadar bahwa kematian tidak bisa dihindari, namun
mereka juga berusaha untuk bisa" menundanya".

Kemudian pada umumnya Kehidupan manusia di dunia menjadi persoalan


yang menarik untuk dikaji, ketika ternyata hal itu memiliki suatu keterkaitan yang
sangat erat dengan proses menuju kehidupan akhir. Di sinilah awal dari sebuah

5
misteri kematian, ketika manusia mengalami proses peralihan dari kehidupan
dunia menuju kehidupan akhirat yang abadi. Berbagai fenomena muncul dari
proses manusia dijemput oleh kematiannya. Ada berbagai spekulasi yang
berkembang bahwa jika manusia itu mengalami tandatanda kematian yang baik
maka sesungguhnya ia masuk ke dalam golongan khusnul khatimah.

Dan sebaliknya jika ada tanda-tanda dan fenomena tertentu yang buruk
terjadi menjelang kematian maka ia termasuk ke dalam golongan su’ul khatimah.
Ada asumsi bahwa tanda-tanda yang baik dan buruk itu sangat terkait dengan
perilaku seseorang ketika hidup di dunia. Itu artinya track record seseorang
menjadi salah satu variabel yang sangat menentukan dalam memunculkan
fenomena yang terjadi menjelang kematian. Oleh karena itu manusia perlu belajar
memahami arti hidup dan kehidupan yang sesungguhnya untuk memberikan
terapi psikologis agar manusia mampu mempersiapkan diri dengan optimisme
yang tinggi dalam menghadapi kematian.

2.4 Pendampingan Terhadap Anggota Keluarga Menjelang Ajal Pasien


Perawatan pasien yang akan meninggal dilakukan dengan cara memberi
pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien meninggal.

1. Tujuan :
a. Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah pada pasien
dan keluarganya
b. Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien disekitarnya.
c. Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal secara
medis bisa dilihat dari keadaan umum, vital sign dan beberapa tahap-
tahap kematian.
2. Persiapan alat :
a. Disediakan tempat tersediri
b. Alat-alat pemberian O2
c. Alat resusitasi
d. Alat pemeriksaan vital sign
e. Pinset

6
f. Kassa, air matang, kom/gelas untuk membasahi bibir
g. Alat tulis
3. Prosedur
a. Memberitahu pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Mendekatkan alat
c. Memisahkan pasien dengan pasien lain
d. Mengijinkan keluarga untuk mendampingi, pasien tidak boleh
ditinggalkan sendiri
e. Membersihkan pasien dari keringat
f. Mengusahakan lingkungan tenang, berbicara dengan suara lembut dan
penuh perhatian, serta tidak tertawa-tawa atau bergurau disekitar pasien
g. Membasahi bibir pasien dengan kassa lembab, bila tampak kering
menggunakan pinset
h. Membantu melayani dalam upacara keagamaan
i. Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital sign) terus menerus
j. Mencuci tangan
k. Melakukan dokumentasi tindakan

2.5 Perawatan Jenazah


Adapun hal-hal yang harus dilakukan terhadap orang yang sudah

meninggal adalah merawat jenazahnya yang dimulai sejak menyiapkannya,

memandikannya, mengkafaninya, menshalatkannya, hingga menguburkannya.

Merawat jenazah termasuk salah satu kewajiban umat Islam yang termasuk

dalam wajib kifayah, artinya kewajiban yang kalau dikerjakan oleh sebagian

umat Islam maka gugurlah kewajiban sebagian umat Islam lainnya. Hal-hal

yang harus dilakukan terhadap orang yang sudah meninggal adalah sebagai

berikut:

7
1. Segera memejamkan mata si mayat dan mendoakannya.
2. Menutup seluruh badan si mayat dengan pakaian (kain) selain pakaiannya,
kecuali bagi mayat yang sedang berihram.
3. Menyegerakan pengurusan mayat mulai dari memandikan, mengkafani
(membungkus), menshalatkan hingga menguburkannya.
4. Sebagian dari keluarganya juga hendaknya segera menyelesaikan hutang-
hutang si mayat.

Secara khusus Nabi memberikan tuntunan dalam perawatan jenazah ini

yang meliputi memandikan jenazah, mengkafani, menshalatkan, sampai

menguburkannya. Dalam hal ini Nabi tidak memberikan aturan yang rinci,

hanya ketentuan umum saja yang mempermudah kita umat Islam untuk

mengembangkannya sendiri di tengah masyarakat yang memiliki budaya yang

berbeda-beda. Namun secara khusus Nabi juga memberikan ranbu-ranbu mana

yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.

Berikutnya akan diuraikan satu-persatu mengenai perawatan jenazah

mulai dari memandikan, mengkafani, menshalatkan, dan menguburkan

jenazah. Uraian ini didasarkan pada penjelasan Nabi Saw. dalam hadits-

haditsnya.

1. Memandikan jenazah. Hukum memandikan mayat bagi orang Muslim yang hidup
adalah fardlu kifayah. Yang wajib dimandikan adalah mayat Muslim yang tidak
mati syahid, yaitu orang yang mati karena dalam pertempuran fi sabilillah
melawan orang kafir. Orang yang mati syahid tidak perlu dimandikan,
sebagaimana sabda Rasulullah Saw. tentang orang-orang yang gugur dalam
pertempuran Uhud:

8
“Jangan kamu mandikan mereka, karena sesungguhnya setiap luka dan darah
akan semerbak bau kesturi pada hari kiamat, dan tidak usah mereka dishalati”(HR.
Ahmad dari Jabir).
Orang yang memandikan mayat sebaiknya adalah keluarga terdekat dari si
mayat, kalau dia tahu cara memandikannya. Apabila mayat itu laki-laki
seharusnya yang memandikan juga laki-laki. Apabila mayat itu perempuan yang
memandikan juga perempuan. Kecuali untuk anak kecil, maka boleh dimandikan
oleh orang yang berlainan jenis kelamin. Nabi bersabda: “Apakah yang
menyusahkanmu seandainya engkau mati sebelum aku, lalu aku memandikanmu
dan mengkafani, kemudian aku menshalatkan dan menguburmu” (HR. Ahmad,
Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hiban, Ad-Daruquthni, dan Al-Baihaqi dari
‘Aisyah).

Alat-alat yang perlu disediakan untuk memandikan mayit di antaranya

adalah:

a. Tempat tidur atau meja dengan ukuran kira-kira tinggi 90 cm, lebar 90 cm,
dan panjang 200 cm, untuk meletakkan mayit.
b. Air suci secukupnya di ember atau tempat lainnya (6-8 ember).
c. Gayung secukupnya (4-6 buah).
d. Kendi atau ceret yang diisi air untuk mewudukan mayit.
e. Tabir atau kain untuk menutup tempat memandikan mayit.
f. Gunting untuk melepaskan baju atau pakaian yang sulit dilepas.
g. Sarung tangan untuk dipakai waktu memandikan agar tangan tetap bersih,
terutama bila mayitnya berpenyakit menular.
h. Sabun mandi secukupnya, baik padat maupun cair.
i. Sampo untuk membersihkan rambut.
j. Kapur barus yang sudah dihaluskan untuk dicampur dalam air.
k. Kalau ada daun bidara juga bagus untuk dicampur dengan air.
l. Tusuk gigi atau tangkai padi untuk membersihkan kuku mayit dengan
pelan.

9
m. Kapas untuk membersihkan bagian tubuh mayit yang halus, seperti mata,
hidung, telinga, dan bibir. Kapas ini juga bisa digunakan untuk menutup
anggota badan mayit yang mengeluarkan cairan atau darah, seperti lubang
hidung, telinga, dan sebagainya.

Adapun cara memandikan jenazah secara singkat dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Menaruh mayat di tempat yang tinggi supaya memudahkan mengalirnya


air yang telah disiramkan ke tubuh mayat.
b. Melepaskan pakaian mayat lalu ditutup dengan kain agar auratnya tidak
terlihat, kecuali anak kecil.
c. Orang yang memandikan mayat hendaknya menggunakan sarung tangan,
terutama ketika menggosok aurat si mayat.
d. Mengurut perut si mayat dengan pelan untuk mengeluarkan kotoran-
kotoran yang ada dalam perutnya, kecuali perut perempuan yang hamil.
e. Memulai membasuh anggota badan si mayat sebelah kanan dan anggota
tempat wudlu.
f. Membasuh seluruh tubuh si mayat dengan rata tiga kali, lima kali, tujuh
kali, atau lebih dengan bilangan ganjil. Di antaranya dicampur dengan
daun bidara atau yang sejenisnya yang dapat menghilangkan kotoran-
kotoran di badan mayat, seperti sabun,sampo, dan sebagainya.
g. Menyiram mayit berulang-ulang hingga rata dan bersih dengan jumlah
ganjil. Waktu menyiram tutuplah lubang-lubang tubuh mayit agar tidak
kemasukan air.
h. Jangan lupa membersihkan rongga mulut mayit, lubang hidung, lubang
telinga, kukunya, dan sebagainya.
i. Yang terakhir, siramlah dengan larutan kapur barus atau cendana.
j. Untuk mayat perempuan setelah rambutnya diurai dan dimandikan
hendaknya dikeringkan dengan semacam handuk lalu dikelabang menjadi
tiga, satu di kiri, satu di kanan, dan satu di ubun-ubun, lalu ketiga-tiganya
dilepas ke belakang.

10
k. Setelah selesai dimandikan, badan mayat kemudian dikeringkan dengan
semacam handuk

2. Mengkafani jenazah

Hukum mengkafani jenazah atau mayat juga fardlu kifayah. Mengkafani

mayat berarti membungkus mayat dengan selembar kain atau lebih yang

biasanya berwarna putih, setelah mayat selesai dimandikan dan sebelum

dishalatkan serta dikubur. Mengkafani mayat sebenarnya sudah cukup dengan

satu lembar kain saja yang dapat menutup seluruh tubuh si mayat.

Namun kalau memungkinkan, hendaknya mengkafani mayat ini dilakukan

dengan sebaik-baiknya. Karena itu dalam mengkafani mayat ini ikutilah

petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Nabi Saw., di antaranya adalah sebagai

berikut:

a. Kafanilah mayat dengan sebaik-baiknya. Nabi Saw. bersabda: “Apabila


salah seorang dari kamu mengkafani saudaranya, maka hendaklah ia
mengkafaninya dengan baik” (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud dari
Jabir).
b. Pakailah kain kafan yang berwarna putih.
c. Kafanilah mayat laki-laki dengan tiga lapis dan mayat perempuan dengan
lima lapis. Lima lapis ini terdiri dari sarung, baju kurung, kerudung, lalu
pembungkus dan kemudian dibungkus satu lapis lagi.
d. Lulurlah mayat dengan semacam cendana, yaitu wangi-wangian yang
biasa untuk mayat, kecuali mayat yang sedang berihram.

11
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengkafani mayat adalah sebagai
berikut:

a. Jangan mengkafani mayat secara berlebihan.


b. Untuk mengkafani mayat yang sedang melakukan ihram, maka cukup
dikafani dengan kain yang dipakainya untuk ihram. Bagi laki-laki tidak
boleh ditutup kepalanya dan bagi perempuan tidak boleh ditutup mukanya
serta tidak boleh diberi wangi-wangian.
c. Bagi mayat yang mati syahid, cukup dikafani dengan kain yang menempel
di tubuhnya ketika dia meninggal, meskipun banyak darah yang menempel
di kainnya. Jika ada pakaian yang terbuat dari besi atau kulit, maka
hendaknya ditanggalkan.
d. Biaya kain kafan yang digunakan hendaknya diambil dari pokok harta
peninggalan si mayat.

Alat-alat perlu disiapkan untuk mengkafani mayat di antaranya adalah

seperti berikut:

a. Kain kafan kurang lebih 12 meter.


b. Kapas secukupnya.
c. Kapur barus yang telah dihaluskan.
d. Kayu cendana yang telah dihaluskan.
e. Sisir untuk menyisir rambut.
f. Tempat tidur atau meja untuk membentangkan kain kafan yang sudah
dipotong potong

3. Menshalatkan jenazah

Shalat jenazah adalah shalat yang dilakukan untuk mendoakan jenazah

(mayat) seorang Muslim. Dalam berbagai haditsnya Nabi Muhammad Saw.

memerintahkan kepada kita agar melakukan shalat jenazah ini jika di antara

saudara kita yang Muslim meninggal dunia. Dari hadits-hadits itu jelaslah

12
bahwa shalat jenazah itu sangat dianjurkan, meskipun anjuran untuk shalat

jenazah ini tidak sampai wajib atau fardlu ‘ain. Hukum menshalatkan jenazah

hanyalah fardlu kifayah.

Adapun yang diwajibkan untuk dishalatkan adalah jenazah orang Islam

yang tidak mati syahid (mati dalam peperangan melawan musuh Islam). Terkait

dengan hal ini Nabi bersabda: “Shalatkanlah olehmu orang yang

mengucapkan ”la Ilaha illallah’ (Muslim)” (HR. ad-Daruquthni). Dalam hadits

yang diriwayatkan dari Jabir, ia berkata: “Bahwa Nabi Saw. telah

memerintahkan kepada para shahabat sehubungan dengan orang-orang yang

mati dalam peperangan Uhud, supaya mereka dikuburkan beserta darah mereka,

tidak perlu dimandikan dan tidak pula dishalatkan”. (HR. al-Bukhari).

Hukum menshalatkan mayat adalah fardlu kifayah sebagaimana

memandikan dan mengkafaninya. Menshalatkan mayat memiliki keutamaan

yang besar, baik bagi yang menshalatkan maupun bagi mayat yang dishalatkan.

Keutamaan bagi yang menshalatkan mayat dinyatakan oleh Nabi Saw. dalam

salah satu haditsnya:“Barang siapa menyaksikan jenazah sehingga dishalatkan,

maka ia memperoleh pahala satu qirath. Dan barang siapa menyaksikannya

sampai dikubur, maka ia memperoleh pahala dua qirath. Ditanyakan: “Berapakah

dua qirath itu?” Jawab Nabi: “Seperti dua bukit yang besar” (HR. al-Bukhari dan

Muslim, dari Abu Hurairah).

13
Untuk shalat jenazah, perlu diperhatikan syarat-syarat tertentu. Syarat ini

berlaku di luar pelaksanaan shalat. Syarat-syaratnya seperti berikut:

a. syarat-syarat yang berlaku untuk shalat berlaku untuk shalat jenazah.


b. Mayat terlebih dahulu harus dimandikan dan dikafani.
c. Menaruh mayat hadir di muka orang Hi menshalatkannya.

Adapun rukun shalat jenazah (yang berlangsung selama pelaksanaan

shalat jenazah) adalah sebagai berikut:

a. Niat melakukan shalat jenazah semata-mata karena Allah.


b. Berdiri bagi orang yang mampu.
c. Takbir (membaca Allahu Akbar) empat kali.
d. Membaca surat al-Fatihah setelah takbir pertama.
e. Membaca doa shalawat atas Nabi setelah takbir kedua.
f. Berdoa untuk mayat dua kali setelah takbir ketiga dan keempat.
g. Salam

4. Mengubur jenazah

Mengubur jenazah merupakan prosesi terakhir dari perawatan jenazah.

Hukumnya juga fardlu kifayah seperti tiga perawatan sebelumnya. Waktunya

boleh siang dan boleh malam, asal tidak pas waktu matahari terbit, matahari

terbenam, atau matahari tepat di atas kita (tengah hari).

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam rangka mengubur mayat

adalah sebagai berikut:

a. Memperdalam galian lobang kubur agar tidak tercium bau si mayat dan
tidak dapat dimakan oleh burung atau binatang pemahan bangkai.
b. Cara menaruh mayat di kubur ada yang ditaruh di tepi lubang sebelah
kiblat kemudian di atasnya ditaruh papan kayu atau yang semacamnya
dengan posisi agak condong agar tidak langsung tertimpa tanah ketika

14
mayat ditimbuni tanah. Bisa juga dengan cara lain dengan prinsip yang
hampir sama, misalnya dengan menggali di tengah-tengah dasar lobang
kubur, kemudian mayit ditaruh di dalam lobang itu, lalu di atasnya ditaruh
semacam bata atau papan dari semen dalam posisi mendatar untuk
penahan tanah timbunan. Cara ini dilakukan bila tanahnya gembur. Cara
lain adalah dengan menaruh mayit dalam peti dan menanam peti itu dalam
kubur.
c. Cara memasukkan mayat ke kubur yang terbaik adalah dengan
mendahulukan memasukkan kepala mayat dari arah kaki kubur.
d. Mayat diletakkan miring ke kanan menghadap ke arah kiblat dengan
menyandarkan tubuh sebelah kiri ke dinding kubur supaya tidak terlentang
kembali.
e. Para ulama menganjurkan supaya ditaruh tanah di bawah pipi mayat
sebelah kanan setelah dibukakan kain kafannya dari pipi itu dan
ditempelkan langsung ke tanah. Simpul tali yang mengikat kain kafan
supaya dilepas.
f. Waktu memasukkan mayat ke liang kubur dan meletakkannya dianjurkan
membaca doa
g. Untuk mayat perempuan, dianjurkan membentangkan kain di atas
kuburnya pada waktu dimasukkan ke liang kubur. Sedang untuk mayat
laki-laki tidak dianjurkan.
h. Orang yang turun ke lobang kubur mayit perempuan untuk mengurusnya
sebaiknya orang-orang yang semalamnya tidak mensetubuhi isteri mereka.
i. Setelah mayat sudah diletakkan di liang kubur, dianjurkan untuk
mencurahinya dengan tanah tiga kali dengan tangannya dari arah kepala
mayit lalu ditimbuni tanah.
j. Di atas kubur boleh dipasang nisan sebagai tanda. Yang dianjurkan, nisan
ini tidak perlu ditulisi.
k. Setelah selesai mengubur, dianjurkan untuk mendoakan mayat agar
diampuni dosanya dan diteguhkan dalam menghadapi pertanyaan
malaikat.

15
l. Dalam keadaan darurat boleh mengubur mayat lebih dari satu dalam satu
lubang kubur.
m. Mayat yang berada di tengah laut boleh dikubur di laut dengan cara
dilempar ke tengah laut setelah selesai dilakukan perawatan sebelumnya.

Beberapa larangan yang perlu diperhatikan terkait dengan mengubur

jenazah di antaranya adalah:

a. Jangan membuat bangunan di atas kubur


b. Jangan mengapuri dan menulisi di atas kubur
c. Jangan menjadikan tempat shalat di atas kubur
d. Jangan duduk di atas kubur dan jangan berjalan di sela-sela kubur dengan
memakai alas kaki
e. Jangan menyembelih binatang di sisi kubur
f. Jangan melakukan perbuatan-perbuatan di sekitar kubur yang didasari oleh
sisa kepercayaan-kepercayaan lama yang tidak ada kebenarannya dalam
islam.

2.6 Adab Terhadap Jenazah


Adab terhadap jenazah ini perlu dan penting untuk dipahami, hukum dari
mengurus jenazah sendiri adalah fardhu kifayah ( kewajiban kaum Muslim secara
keseluruhan ). Sehingga apabila ada yang meninggal, sebaiknya seluruh kaum
Muslim ikut melaksanakan nya. Apabila ada seorang muslim yang tidak mau
membantu mengurusi jenazah tersebut, maka seluruh muslim akan dianggap
bersalah. Lalu kita juga harus mengetahui bahwa adab bukan hanya untuk
manusia hidup, namun juga adab terhadap jenazah.

Berikut adab terhadap jenazah, yaitu :

a. Talqinkanlah pada saat sakaratul mautnya, Dari Abu Hurairah ia berkata;


Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Tuntunlahlah orang yang sedang berada di
penghujung ajalnya dengan kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH”. (HR.
Muslim)

16
b. Tutupkanlah matanya serta berdo’alah; Dari Ummu Salamah ia berkata;
Ketika Abu Salamah meninggal, Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke rumah kami
untuk menjenguk jenazahnya. Saat itu, mata Abu Salamah tengah
terbeliak, maka beliau pun menutupnya. Kemudian beliau bersabda,
“Apabila ruh telah dicabut, maka penglihatan akan mengikutinya dan
keluarganya pun meratap hiteris. Dan janganlah sekali-kali mendoakan
atas diri kalian kecuali kebaikan, sebab ketika itu malaikat akan
mengaminkan apa yang kalian ucapkan.” Setelah itu, beliau berdoa,
“ALLAHUMMAGHFIR LIABI SALAMAH WARFA’ DARAJATAHU
FIL MAHDIYYIIN WAKHLUFHU FI ‘AQIBIHI FIL GHAABIRIIN,
WAGHFIR LANAA WALAHU YAA RABBAL ‘ALAMIIN, WAFSAH
LAHU FII QABRIHI WA NAWWIR LAHU FIIHI (Ya Allah, ampunilah
Abu Salamah, tinggikan derajatnya di kalangan orang-orang yang
terpimpin dengan petunjuk-Mu dan gantilah ia bagi keluarganya yang
Muslim ditinggalkannya. Ampunilah kami dan ampunilah dia. Wahai
Rabb semesta alam. Lapangkanlah kuburnya dan terangilah dia di dalam
kuburnya).” (HR. Muslim)
c. Perempuan dilarang mengantarkan jenazah; Dari Ummu AL Hudzail dari
Ummu ‘Athiyyah radhiallahu’anha berkata, “Kami dilarang mengantar
jenazah namun beliau tidak menekankan hal tersebut kepada kami”. (HR.
Bukhari).
d. Berdo’alah dengan ikhlas untuk mayyit; Dari Abu Hurairah ia berkata;
saya mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Apabila kalian menshalatkan
mayit, maka ikhlaskanlah doa untuknya.” (HR. Abu Daud)
e. Segerakanlah penguburan jenazah; Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu
dari Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, “Bercepat-cepatlah membawa jenazah, karena bila
jenazah itu dari orang shalih berarti kalian telah mempercepat kebaikan
untuknya dan jika tidak, berarti kalian telah menyingkirkan kejelekan dari
pundak kalian”. (HR. Bukhari)
f. Mintakanlah ampunan kepada Allah untuk mayyit setelah selesai
penguburannya; Dari Utsman bin ‘Affan, ia berkata; Nabi ‫ ﷺ‬apabila telah

17
selesai dari menguburkan mayit beliau berkata, “Mintakanlah ampunan
untuk saudara kalian, dan mohonkanlah keteguhan untuknya, karena
sesungguhnya sekarang ia sedang ditanya.” (HR. Abu Daud).
g. Jangan mencaci maki orang yang telah meninggal; Dari ‘Aisyah
radhiallahu’anha berkata; Nabi ‫ ﷺ‬telah bersabda, “Janganlah kalian
mencela mayat karena mereka telah sampai (mendapatkan) apa yang telah
mereka kerjakan”. (HR. Bukhari)

2.7 Tata Cara Merawat Jenazah


Pengertian Tajhizul (Merawat ) Jenazah dalam islam ada beberapa cara
dalam memperlakukan mayyit, yang biasa disebut dengan Tajhizul Jenazah atau
merawat seseorang yang telah meninggal. Langkah yang dilakukan apabila
terdapat orang yang meninggal dunia didekatnya perlu melakukan perawatan
(Tajhizul jenazah) beberapa hal seperti menutup mata mayit, melemaskan seluruh
persendian, meletakkan sesuatu diatas perut agak tidak mengembung,
memandikan, mengkhafani dan lain sebagainya.

Tata Cara Pelaksanaan Merawat Jenazah (Tajhizul jenazah secara fardu


kifayah, hal-hal yang harus dilakukan orang islam saat dihadapkan pada kematian
seseorang berkisar pada empat hal (Husnan, 2008 : 6) Memandikan,
Mengkhafani, dan Menguburkan. Adapun yang berkewajiban melakukan proses
perawatan ada wali mayyit, yang dimaksud wali mayyit disini adalah orang yang
mempunyai tanggungan terhadap mayyit dan juga setiap orang yang mengetahui
kematiannya.

1. Memandikan mayyit sunnah dipercepat, bila ditunda tunda dikhawatirkan


tubuh mayyit akan segera rusak atau busuk maka dipercepat memandikan
mayyit hukum nya wajib. Adapun perincian memandikan jenazah sebagai
berikut :
a. Tempat memandikan, Dalam memandikan mayyit disunnahkan mencari
tempat yang sepi dan dalam keadaan tertutup, lebih diutamakan dilakukan
dibawah atap yang tidak ada celah dinding untuk mengintip. Dianjurkan

18
membakar kemenyan disekitar tempat memandikan guna menolak bau
yang dikeluarkan dari tubuh mayyit.
b. Air untuk memandikan, air yang digunakan untuk memandikan adalah air
Mutlaq (suci dan mensucikan)
c. Orang yang memandikan, Bila mayyit nya adalah laki-laki maka yang
harus memandikan juga laki-laki dan sebaliknya. Sebaiknya orang yang
memandikan tak lebih dari tujuh orang, tiga orang memangku mayit dan
empat orang ada yang menggosok tubuh mayyit, ada yang menyiram
tubuh dan ada yang membantu menyediakan hal-hal yang dibutuhkan saat
proses memandikan.

2. Mengkhafani

Proses kedua adalah membungkus (Mengkhafani) mayyit dengan rincian


sebagai berikut :

a. Jenis kafan, Semua jenis kain yang boleh (Halal) dipakai mayyit semasa
hidup boleh juga di buat kafan, sunnah nya adalah berwarna putih, kain
yang tidak berwarna putih hukum nya makruh (Husnan, 2008:10).
b. Ukuran kain kafan, Minimal satu lembar kain yang dapat menutupi
anggota tubuh mayyit, batas maksimal adalah tiga lapis dan yang ini lebih
utama. Bila mayyit nya laki-laki, maka boleh dibungkus dengan lima kain
terdiri dari 3 lembar kain ditambah qomis dan sorban, dan bila mayyit nya
adalah perempuan maka lima lembar terdiri dari 2 lembar kain du tambah
qomis dan kerudung.
2. Cara mengkhafani
a. Kain dipasaran ada yang berukuran lebar 92 cm ada yang 140 cm, untuk
mempermudah maka bila mayyit bertubuh kecil menggunakan yang
berukuran 92 cm, bila dewasa maka menggunakan yang berukuran 140
cm.
b. Kain dipotong menjadi 3 lembar, panjang mengukur tinggi mayyit,
kemudian ditambah +50 cm (apabila tinggi nya 150cm, ditambah 50 cm

19
menjadi 200cm) karena tubuh manusia lebih lebar keatas maka jika kurang
lebar boleh ditambahkan pinggir nya dengan cara dijahit.
c. Buatkan qomis dan surban dengan potongan sederhana asal berbentuk
qomis dan surban.

Cara menyiapkan kain kafan :

a. Siapkan tali terlebih dahulu.


b. Bentangkan 3 kain yang sudah dipotong dan sudah diberi tambahan
dengan cara selang seling.
c. Bentangkan qomis yang sudah dipotong.
d. Siapkan surban nya.
e. Kemudian mayyit diangkat dan diletakkan di atas kain kafan dalam posisi
telentang serta kedua tangan diletakkan diatas dada seperti ketika sholat.
f. Kedua pantat mayyit dibuatkan pengikat semacam sempak yang
sebelumnya sudah diberi kapur barus dan duburnya ditutupi dengan kapas
untuk menjaga keluarnya kotoran.
g. Anggota tubuh yang berlubang dan anggota sujud sunnah ditempeli kapas
yang sudah diberi kerikan kayu cendana atau olesan minyak wangi.
h. Kemudian kain dilipat satu persatu.
i. Lantas kafan diikat dengan menggunakan potongan kain kafan yang sudah
disiapkan.
j. Mayyit siap untuk disholatkan

3. Menshalatkan

Shalat jenazah boleh dikerjakan oleh laki-laki atau perempuan, namun


selagi masih ada orang laki-laki, maka fardu kifayah itu hanya bisa digugurkan
oleh laki-laki sekalipun masih kecil. Namun bila ditempat itu hanya ada
perempuan saja, maka kewajiban bisa digugurkan oleh perempuan.

20
Rukun-rukun shalat jenazah:

a. Niat, niat dalam shalat jenazah sama halnya dengan shalat salat yang lain,
seperti harus bersamaan dengan takbiratul ihrom, menyebutkan
kefarduannya, dll.
b. Berdiri bagi yang mampu, Bila tidak mampu maka melaksanakan salat
dengan cara duduk, tidak mampu maka dengan cara berbaring. Takbir
empat kali dengan cara melakukan takbir yang diantaranya takbir itu
adalah takbiratul ihrom. Setiap takbir disunnahkan mengangkat tangan
lurus pundak dan meletakkan nya dibawah dada. Adapun rinciannya
sebagai berikut ;
Membaca surah Al-Fatihah, setelah takbiratul ihrom membaca surah Al-
Fatihah dengan lirih, tidak dianjurkan membaca doa iftitah dan surah,
kecuali apabila ma'mum selesai terlebih dahulu sebelum imamnya, maka
disusul membaca surah.
c. Membaca sholawat, setelah takbir yang kedua membaca sholawat,
minimal sholawat yang dibaca adalah 'allahumma sholli ala sayyidina
muhammad' Adapun sholawat yang paling sempurna terdapat pada
tasahud akhirnya sholat maktubah.
d. Membaca do'a untuk mayyit, setelah melakukan takbir yang ketiga maka
membacakan doa untuk mayyit, Adapun do'a paling pendek nya adalah
sebagai berikut :
● Allahummagfirlahu warhamhu waafihi wakfuanhu (untuk laki-laki).
● Allahummagfirlaha warhamha waafiha wakfuanha (untuk perempuan)
● Salam, bentuk salam yang terdapat dalam shalat jenazah adalah sama
dengan salam dalam shalat fardu, akan tetapi dianjurkan ditambah
dengan lafal 'wabarakatuhu'.

4. Menguburkan

Membawa jenazah minimal tidak ada unsur penghinaan kepada mayyit,


semisal dibawa dalam keadaan miring dikhawatirkan akan jatuh. Dalam
pemberangkatan jenazah harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

21
a. Mayyit dibawa dengan menggunakan keranda dan dipikul oleh beberapa orang.

b. Ketika diberangkatkan posisi mayyit diletakkan didepan sebagaimana ketika


bayi dilahirkan.

c. Disunnahkan untuk mempercepat langkah kaki, yang memikul adalah laki-laki


sekalipun mayyit nya perempuan.

d. Sunnah yang mengantarkan jenazah adalah laki-laki dan makruh hukum nya
bagi perempuan (syahto, 1995 : 2/135).

e. Waktu penguburan, mengubur mayyit lebih utama di siang hari tetapi pada
malam hari juga diperbolehkan.

f. Lubang kuburan, batas minimal didalam mengubur adalah menggali tanah


yang bisa menyimpan tersebar nya bau busuk mayyit dan aman dari binatang
buas.

g. Meletakkan mayyit kedalam kuburan, keranda diletakkan diarah lubang


kuburan, kemudian mayyit diangkat dan dimasukkan dengan pelan-pelan dari
arah kepala, sedangkan yang menerima adalah laki-laki sekalipun mayyit nya
adalah perempuan.

h. Mayyit diletakkan di tempat yang sudah disediakan, menidurkan pada sisi


kanan (berbaring) serta wajib menghadap kiblat.

i. Wajah mayyit dan kedua kaki sunnah disandarkan ke dinding kuburan,


sehingga mirip orang rukuk, dan diberi penyangga dengan batu atau lainnya
agar tidak terlentang.

j. Ikatan kafan bagian kepala dibuka, lalu pipi mayyit ditempelkan ke tahan
sehingga isyarat bahwa dia sangat hina dan membutuhkan Allah SWT.

k. Sebelum ditimbun dengan tanah, tubuh mayyit wajib ditutupi dengan papan
kayu agar tanah timbunan tidak langsung mengenai tubuh mayyit.

1. Kemudian mayyit di adzani dan di iqomat, lalu lubang kubur ditimbun dengan
tanah dan ditinggikan kira-kira satu jengkal (25 cm).

22
m. Kuburan sunnah diberikan batu nissan, diletakkan disebelah kepala mayyit,
kuburan sunnah ditaburi bunga atau dedaunan hijau, sunah menyiramkan air ke
kuburan.

n. Setelah proses mengkuburkan selesai, mayyit sunnah dibacakan taqlin dengan


orang yang membacanya menghadap kearah mayyit.

o. setelah proses pemakaman telah sempurna, disunnahkan bagi pengiring tidak


langsung pulang, akan tetapi diam terlebih dahulu guna membaca Al-Quran
dan mendoakan mayyit.

2.8 Takziah
Secara bahasa kata takziyah adalah bentuk mashdar dari azza-yu’azzi yang
artinya menyabarkan, menghibur dan menawarkan kesedihannya serta
memerintahkannya (menganjurkan) untuk bersabar. Dalam arti berduka cita atau
berbela sungkawa atas musibah yang menimpa. Dalam konteks muamalah Islam,
takziyah adalah mendatangi keluarga orang yang meninggal dunia dengan maksud
menyabarkannya dengan ungka- pan-ungkapan yang dapat menenangkan perasaan
dan menghilangkan kesedihan. Tak- ziah dapat dilakukan sebelum dan sesudah
jenazah dikuburkan hingga selam tiga hari. Namun demikian, takziah diutamakan
dilakukan sebelum jenazah dikuburkan.

Tujuan takziah adalah menghibur keluarga yang ditinggal agar tidak


meratapi kema- tian dan musibah yang diterimanya. Apabila jika tidak dihibur
maka keluarga almarhum bisa menangis dan susah. Keadaan demikian, menurut
satu riwayat, akan memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap
almarhum/almarhumah. Takziah juga merupakan mau’izah (nasihat) bagi pelaku
takziah agar mengingat kematian dan bersiap-siap men- cari bekal hidup di akhirat
karena maut datang tanpa memandang umur dan waktu. Kedatangannya tak dapat
ditunda atau diajukan.

23
Ta’ziyah merupakan suatu perbuatan yang terpuji, sebab orang yang telah
ditinggal mati dalam keadaan sedih, maka kita sebaiknya datang untuk menghibur
dan memberi- kan nasehat untuk memberikan kekuatan mental agar keluarga yang
dtitinggal tetap tabah dalam menerima ujian. Firman Allah QS. Al Baqarah : 156-
157, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
«Inna lillaahi wa innaa ilaihi raajiu’un (Sesungguhnya Kami adalah milik Allah
dan kepada- Nya-lah Kami kembali). 157. mereka Itulah yang mendapat
keberkatan yang sempur- na dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.

2.9 Ziarah Kubur


Ziarah kubur adalah mengunjungi kuburan dengan maksud untuk
mengambil pelajaran terkait dengan kematian dan kehidupan akhirat serta
mendoakan mayit agar dosa-dosa nya diampuni oleh Allah SWT. Hukumnya
ziarah kubur bagi laki-laki yaitu sunnah sedangkan bagi wanita hukumnya mubah.
Seperti dalam hadist Rasulullah saw berkata:

Artinya: "sungguh aku dahulu telah melarang kamu ziarah kubur, maka
sekarang kamu (muhammad saw) telah diizinkan untuk berziarah ke kubur
ibundanya, maka ziarahlah kamu karena sesungguhnya ziarah kubur itu
mengingatkan akan akhirat" (H.R Tirmidzi).

Adapun adab ketika berziarah kubur sebagai berikut:

1. Ketika masuk area kuburan, disunnahkan mengucapkan salam kepada ahli


kubur, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Seperti dalam hadist
yang diajarkan kepada para sahabatnya Artinya: “Semoga keselamatan
dicurahkan atasmu wahai para kubur dari orang-orang yang beriman dan
orang-orang Islam. Dan kami, jika Allah menghendaki, akan menyusulmu.
Aku memohon kepada Allah agar memberikan keselamatan kepada kami dan
kamu sekalian (dari siksa).” (HR Muslim).

24
2. Tidak duduk di atas kuburan, serta tidak menginjaknya berdasarkan sabda Nabi
Saw. yang artinya “Janganlah kalian shalat (memohon) kepada kuburan, dan
janganlah kalian duduk di atasnya.” (HR. Muslim).

3. Tidak melakukan thawaf sekeliling kuburan atau kegiatan lainnya dengan niat
untuk bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah Swt.) karena hal itu tidak
pernah diajarkan oleh Nabi Saw.

4. Tidak melakukan thawaf sekeliling kuburan atau kegiatan lainnya dengan niat
untuk bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah Swt.) karena hal itu tidak
pernah diajarkan oleh Nabi Saw.

5. Disunnahkan untuk ziarah kubur dengan tujuan mengambil pelajaran dan


mengingat kematian.

Adapun hikmah berziarah kubur diantaranya:

1. Mengingat kematian.
2. Dapat bersikap zuhud (menjauhkan diri dari sifat keduniawian).
3. Selalu ingin berbuat baik sebagai bekal kelak di alam kubur dan hari akhir.
4. Mendoakan si mayat yang muslim agar diampuni dosanya dan diberi
kesejahteraan di akhirat.
2.10 Doa-Doa Merawat Jenazah

Syarat-syarat dari jenazah yang dikenai hukum untuk dimandikan. Beberapa


syarat yang dimaksud di antaranya yakni:

1. Orang Islam

2. Ada tubuhnya meskipun sedikit

3. Tidak meninggal dalam keadaan syahid, yakni mati dalam peperangan atau
membela agama Islam

4. Manusia sempurna, bukan mayat bayi yang keguguran dan lahir tidak
bernyawa

5. Tersedia air bersih untuk memandikannya

25
6. Bila kondisi mayat tidak memungkinkan untuk dimandikan dengan air, maka
boleh ditayamumkan.

Orang yang Berhak Memandikan Jenazah:

1. Suami atau Istri Jenazah yang Menjadi Muhrimnya.

2. Orang-Orang Terpercaya

3. Ditayamumkan dengan Situasi Tertentu

Tata cara mewudhukan jenazahnya sama seperti wudhu orang yang masih
hidup, sebagai berikut:

1. Berniat sebelum mewudhukan mayat.


a. Niat mewudhukan jenazah laki-laki
‫ال‬ ِ ِّ‫ْت ْال ُوضُوْ َء لِهَ َذا ْال َمي‬
َ ‫ت هَّلِل ِ تَ َع‬ ُ ‫َوي‬
Artinya: "Saya niat wudhu untuk jenazah laki-laki ini karena Allah Ta'ala."
b. Niat mewudhukan jenazah perempuan
‫ْت ْال ُوضُوْ َء لِهَ ِذ ِه ْال َميِّتِ ِة هَّلِل ِ تَ َعالَى‬
ُ ‫نَ َوي‬
Artinya: "Saya niat wudhu untuk jenazah perempuan ini karena Allah
Ta'ala."

2. Membasuh kedua telapak tangan juga sela-selanya sebanyak 3x.

3. Berkumur 3x, sambil membersihkan mulut jenazah.

4. Memasukkan air ke dalam hidungnya kemudian dikeluarkan, sekaligus


membersihkannya.

5. Membasuh wajah mayat 3x.

6. Membasuh kedua tangan hingga siku jenazah sebanyak 3x.

7. Mengusap kepala 3x.

8. Mengusap kedua telinga jenazah 3x.

9. Mencuci kakinya sampai mata kaki 3x.

26
10. Membaca doa setelah wudhu.

a. Doa setelah mewudhukan jenazah laki-laki

َ‫اللَّهُ َّم اجْ َع ْلنِي َوِإيَّاهُ ِمنَ التَّوَّابِ ْينَ َو ِمنَ ْال ُمتَطَه ِِّر ْين‬

Artinya: "Ya Allah Jadikanlah saya dan dirinya (jenazah pria) termasuk
orang yang bertaubat dan orang yang bersuci."

b. Doa setelah mewudhukan jenazah perempuan

َ‫اللَّهُ َّم اجْ َع ْلنِي َوِإيَّاهَا ِمنَ التَّوَّابِ ْينَ َو ِمنَ ْال ُمتَطَه ِِّر ْين‬

Artinya: "Ya Allah jadikanlah saya dan dirinya (jenazah wanita) termasuk
orang yang bertaubat dan orang yang bersuci."

Adapun tata cara untuk memandikan jenazah sebagai berikut:

1. Mengangkat Kepala Jenazah Hingga Mendekati Posisi Duduk.

2. Niat memandikan jenazah

a. Laki-laki

ِ ِّ‫ْت ْال ُغ ْس َل لِهَ َذا ْال َمي‬


‫ت هَّلِل ِ تَ َعالَى‬ ُ ‫نَ َوي‬

Artinya: Aku berniat untuk memandikan mayat laki-laki ini karena Allah
Ta'ala.

b. Perempuan

‫ْت ْال ُغس َْل لِهَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة هَّلِل ِ تَ َعالَى‬


ُ ‫ن ََوي‬

Artinya: Aku berniat untuk memandikan mayat perempuan ini karena Allah
Ta'ala.

2. Membasuh Kepala dan Membasuh Bagian Kanan Tubuh Jenazah

Tata cara mengkafani jenazah :

1. Niat Mengkafani Jenazah


a. Bacaan niat mengkafani jenazah baik laki-laki maupun perempuan.

27
‫ت (هَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة ) فرض كفاية هلِل ِ تَ َعالَى‬
ِ ِّ‫ْت تَكفيْن هَ َذا ْال َمي‬
ُ ‫نَ َوي‬.ِ‫بِس ِْم هللاِ َو َعلَى ِملَّ ِة َرسُو ِل هللا‬

Artinya: "Dengan menyebut nama Allah dan agama Rasulullah. Saya


niat mengkafani jenazah laki-laki (wanita) ini, fardhu kifayah, karena
Allah Ta'ala. Ya Allah, mohon Engkau mandikan dia dengan air, salju,
dan embun."

1. Jenazah Laki-laki
a. Gelar sehelai tikar.
b. Letakkan 5 utas tali, yakni 3 panjang dan 2 pendek. Sebanyak 3 tali
panjang digunakan untuk sikut, pinggang, dan lutut, sedangkan 2 tali
pendek untuk mengikat ujung kepala/pocong dan ujung kaki.
c. Gelar kain ke-1 (kain pembungkus seluruh tubuh) di atas kelima utas
tali tadi. Sehingga, nantinya setelah jenazah diletakkan di atasnya, kain
tersebut terletak di bagian kanan jenazah.
d. Gelar kain ke-2 (pembungkus seluruh tubuh) di sebelah kain ke-1
selebar punggung jenazah dan ditumpangkan di atas tepi kain ke-1.
Sehingga, ketika jenazah diletakkan di atasnya, kain tersebut terletak di
bagian kiri badan jenazah.
e. Hamparkan kain ke-3 di atas kedua lembar kain yang sebelumnya, dan
letakkan pada bagian pinggang sampai kaki jenazah.
f. Taruhlah hamparan kapas, serbuk kayu cendana, dan wewangian lain
di atas susunan kain tersebut.
g. Kemudian, angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan yang telah
disiapkan tadi.
h. Tutuplah dahi, hidung, dua telapak tangan, lutut, jari-jari kaki jenazah
dengan kapas. Termasuk lubang dubur, lubang hidung, dan kedua
telinga.
i. Mulailah membungkus jenazah dengan diawali dari kain yang ke-3
(yang paling atas atau sarungnya) lalu disusul kain ke-2 dan ke-1
secara berurutan.

28
j. Ikat bagian siku, pinggang, lutut, kaki, dan atas kepalanya dengan tali
yang telah disiapkan tadi.
k. Sebaiknya tali pocong diikat ketika jenazah akan diberangkatkan ke
pemakaman.
2. Jenazah Perempuan
a. Gelar sehelai tikar.
b. Letakkan 5 utas tali, yakni 3 panjang dan 2 pendek. Sebanyak 3 tali
panjang digunakan untuk sikut, pinggang, dan lutut, sedangkan 2 tali
pendek untuk mengikat ujung kepala/pocong dan ujung kaki.
c. Gelar kain ke-1 (kain pembungkus seluruh tubuh).
d. Gelar kain ke-2 (pembungkus seluruh tubuh) di sebelah kain ke-1.
Buatlah baju kurung tidak berjahit dengan kain ke-3. Caranya dengan
mengukur panjang badan jenazah dari punggung hingga kaki, lalu
ambil kain kafan 2 kali lipatnya.
e. Lipat kain tersebut hingga menjadi 2 lapisan. Buatlah lubang pas di
tengah lipatan kain, selebar kepala jenazah. Lalu, buka lipatan tersebut
dan letakkan di atas kain ke-1 dan ke-2 sebelumnya.
f. Gelar kain ke-4 (untuk sarung) dan letakkan di bagian pinggang
sampai kaki jenazah.
g. Buatlah celana dalam tak berjahit (seperti popok bayi) dan letakkan di
atas kain ke-4 searah alat kelaminnya.
h. Taruhlah sedikit kain yang cukup untuk membuat kerudung di atas
kain ke-3 atau baju kurung searah kepalanya.
i. Taruhlah hamparan kapas, serbuk kayu cendana, dan wewangian lain
di atas susunan kain tersebut.
j. Kemudian, angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan yang telah
disiapkan tadi.
k. Tutuplah dahi, hidung, dua telapak tangan, lutut, jari-jari kaki jenazah
dengan kapas. Termasuk lubang dubur, lubang hidung, dan kedua
telinga.

29
l. Mulailah membungkus jenazah dengan diawali dari mengenakan
celana dalamnya, lalu membungkus dengan sarungnya, mengenakan
kerudungnya, memasang baju kurungnya dengan memasukkan kepala
jenazah pada lubang baju kurung dan menutupkan kembali baju
kurung yang telah dibuka bagian depannya. Lalu, bungkus dengan kain
ke-2 dan disusul kain ke-1.
m. Ikat bagian siku, pinggang, lutut, kaki, dan atas kepalanya dengan tali
yang telah disiapkan tadi.
n. Letakkan 5 utas tali, yakni 3 panjang dan 2 pendek. Sebanyak 3 tali
panjang digunakan untuk sikut, pinggang, dan lutut, sedangkan 2 tali
pendek untuk mengikat ujung kepala/pocong dan ujung kaki.
o. Doa setelah Mengkafani Jenazah
Mengutip Kitab Majmu' Syarif karya Muiz al Bantani, berikut bacaan
doa mengkafani jenazah.

ُ ‫ َو َج ِّم ْلهُ بِ ُدفَا ٍن َما َدفَ ْن‬,‫اس التَقَوى‬


‫ت ِإلَ ْي ِه‬ ِ َ‫طهِّرْ هُ َك َما طَهَ َر هَ َذا ال ُد ْفنُ َو َأ ْلبِ ْسهُ بِلِب‬
َ ‫اللَّهُ َّم‬

Artinya: "Ya Allah, sucikanlah jenazah ini dari dosa sebagaiman

sucinya kain kafan ini, dan berilah ia pakaian dengan pakaian taqwa

dan indahkan dia dengan pakaian yang aku pakaikan kepadanya."

Tata cara Mensholatkan jenazah :

1. Niat sholat jenazah


a. Niat sholat jenazah untuk pria

َ ‫ُأ‬
ِ ِّ‫صلِّي َعلَى هَ َذا الـ َمي‬
‫ت فَرْ ضًا هللِ تَ َعالَى‬

Artinya: "Saya niat shalat atas mayat laki-laki ini fardu karena Allah SWT"

b. Niat sholat jenazah untuk wanita

َ ‫ُأ‬
‫صلِّي َعلَى هَ َذا الـ َميِّتَ ِة فَرْ ضًا هللِ تَ َعالَى‬

Artinya: "Saya niat sholat atas mayat perempuan ini fardu karena Allah
SWT"

30
2. Takbir dan membaca surat Al-Fatihah

Setelah niat, ketika imam menyuarakan takbir pertama, makmum mengikuti


dan disambung dengan membaca surah al-Fatihah.

3. Takbir kedua dan diteruskan dengan membaca sholawat Nabi

َ ‫اللَّهُ َّم‬
ِ ‫ َو َعلَى‬،‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬

Artinya: "Ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada junjungan kami Nabi


Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad."

Kemudian sholawat nabi dilanjutkan dengan bacaan berikut:

‫ َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا‬،‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ ِ َ‫ َوب‬،‫ ِإنَّكَ َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد‬،‫ َو َعلَى آ ِل ِإ ْب َرا ِهي َم‬،‫صلَّيْتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِهي َم‬
َ ‫َك َما‬
‫ك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد‬َ َّ‫ فِي ْال َعالَ ِمينَ ِإن‬،‫ َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِهي َم‬،‫ار ْكتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِهي َم‬
َ َ‫ َك َما ب‬،‫ُم َح َّم ٍد‬

Artinya: "Ya Allah berilah (tambahkanlah) sholawat (sanjungan) kepada


Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah
memberi sholawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim."

"Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia. Ya Allah, berilah


(tambahkanlah) berkah kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad,
sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan kepada
keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia."

4. Adapun bacaan doa jenazah setelah takbir ketiga adalah sebagai berikut.

a. Jenazah laki-laki

‫ج َو ْالبَ َر ِد َونَقِّ ِه‬


ِ ‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ َوارْ َح ْمهُ َوعَافِ ِه َواعْفُ َع ْنهُ َوَأ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ َو َو ِّس ْع ُم ْد َخلَهُ َوا ْغ ِس ْلهُ بِ ْال َما ِء َوالثَّ ْل‬
‫َار ِه َوَأ ْهالً خَ ْيرًا ِم ْن َأ ْهلِ ِه‬ ِ ‫َس َوَأ ْب ِد ْلهُ دَارًا َخ ْيرًا ِم ْن د‬ ِ ‫ض ِمنَ ال َّدن‬ َ َ‫ب اَأل ْبي‬
َ ْ‫ِمنَ ْالخَ طَايَا َك َما نَقَّيْتَ الثَّو‬
ِ ‫ب ْالقَب ِْر َأوْ ِم ْن َع َذا‬
ِ َّ‫ب الن‬
‫ار‬ ِ ‫َو َزوْ جًا خَ ْيرًا ِم ْن َزوْ ِج ِه َوَأ ْد ِخ ْلهُ ْال َجنَّةَ َوَأ ِع ْذهُ ِم ْن َع َذا‬

31
Artinya: "Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Selamatkan dan
maafkanlah dia. Berilah kehormatan terhadapnya, luaskanlah tempat
kuburnya. Mandikanlah dia (mayit) dengan air, salju, dan embun.
Bersihkanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan
baju putih dari kotoran. Gantikanlah untuknya rumah yang lebih baik dari
rumahnya, juga istri yang lebih baik dari istrinya. Dan peliharalah
(lindungilah) ia dari azab kubur dan neraka."

b. Untuk jenazah perempuan

‫ج َو ْالبَ َر ِد‬
ِ ‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهَا َوارْ َح ْمهَا َوعَافِهَا َواعْفُ َع ْنهَا َوَأ ْك ِر ْم نُ ُزلَهَا َو َو ِّس ْع ُم ْد َخلَهَا َوا ْغ ِس ْلهَا بِ ْال َما ِء َوالثَّ ْل‬
‫َارهَا َوَأ ْهالً خَ ْيرًا ِم ْن‬ ِ ‫َس َوَأ ْب ِد ْلهَا دَارًا خَ ْيرًا ِم ْن د‬ ِ ‫ض ِمنَ ال َّدن‬ َ َ‫ب اَأل ْبي‬
َ ْ‫َونَقِّهَا ِمنَ ْالخَ طَايَا َك َما نَقَّيْتَ الثَّو‬
ِ ‫ب ْالقَب ِْر َأوْ ِم ْن َع َذا‬
ِ َّ‫ب الن‬
‫ار‬ ِ ‫َأ ْهلِهَا َو َزوْ جًا خَ ْيرًا ِم ْن َزوْ ِجهَا َوَأ ْد ِخ ْلهَا ْال َجنَّةَ َوَأ ِع ْذهَا ِم ْن َع َذا‬.

Artinya: "Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Selamatkan dan


maafkanlah dia. Berilah kehormatan terhadapnya, luaskanlah tempat
kuburnya. Mandikanlah dia (mayit) dengan air, salju, dan embun.
Bersihkanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan
baju putih dari kotoran. Gantikanlah untuknya rumah yang lebih baik dari
rumahnya, juga istri yang lebih baik dari istrinya. Dan peliharalah
(lindungilah) ia dari azab kubur dan neraka."

5. Bacaan doa setelah takbir keempat adalah sebagai berikut.


a. Doa untuk jenazah laki-laki

ُ‫َحر ْمنا َأجْ َرهُ والتَ ْفتِنّا بَع َده‬


ِ ‫اللهُ ّم الت‬

Artinya: "Ya Allah, janganlah jadikan pahalanya tidak sampai kepada


kami (janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya), dan janganlah
Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan
dia."

32
b. Doa untuk jenazah perempuan

‫َحر ْمنا َأجْ َرها والتَ ْفتِنّا بَعدَها‬


ِ ‫اللهُ ّم الت‬

Artinya: "Ya Allah, janganlah jadikan pahalanya tidak sampai kepada


kami (janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya), dan janganlah
Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan
dia."

6. Mengucapkan salam

Setelah melaksanakan sholat jenazah, selesaikan dengan mengucap salam


sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Posisi salam ini berbeda dengan sholat
fardu lainnya, sebab salam pada sholat jenazah dilakukan dengan posisi berdiri.

Tata cara menguburkan jenazah :

1. Mempersiapkan Lubang Kubur


Sebelum jenazah dikuburkan, tentunya harus mempersiapkan lubang kuburnya.
Dalam Islam, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat
lubang kubur, antara lain:

a. Lubang Harus Dalam

Kedalaman lubang kubur harus setinggi orang yang berdiri di dalam dengan
tangan melambai ke atas. Sedangkan untuk lebarnya harus berukuran satu hasta
lebih satu jengkal, setara dengan 50 cm.

Lubang kubur yang dalam mencegah bau tidak sedap dari jenazah yang
akan tercium saat proses pembusukan terjadi. Selain itu juga aman dari longsor
akibat aliran air hujan.

b. Bentuk Lubang

Panjang lubang harus cukup untuk jenazah yang pastinya melebihi tinggi
badannya. Jika tanahnya keras, disunahkan untuk membuat liang lahat dalam
lubang kubur. Maksud liang lahat yaitu lubang yang dibuat di dinding kubur
sebelah kiblat, ukurannya cukup untuk meletakkan jenazah. Jenazah ditaruh di

33
liang lahat tersebut dan ditutup menggunakan batu pipih, namun di Indonesia
masyarakat lebih sering menggunakan papan kayu sebagai gantinya.

2. Menguburkan di Pemakaman Muslim

Jika seorang muslim meninggal dunia, alangkah baiknya jika ia dikuburkan di


pemakaman khusus bagi muslim. Namun, jika tidak ada dan mengingat waktu
yang singkat untuk menguburkan jenazah, maka dianggap tidak masalah.

3. Waktu Menguburkan Jenazah

Terkait waktu menguburkan jenazah ada beberapa hal yang perlu diketahui.
Hal ini dikarenakan akan berdampak pada proses pemakaman dan ketersediaan
warga yang membantu menguburkan. Waktu yang disarankan dihindari saat
menguburkan jenazah yaitu saat matahari terbit hingga naik, saat matahari berada
di tengah tengah dan saat matahari hampir terbenam atau benar benar terbenam.

4. Menguburkan Jenazah

Jika semua sudah dipersiapkan dengan baik, maka selanjutnya yaitu


langsung kepada intinya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat
menguburkan jenazah.

a. Meletakkan jenazah di tepi lubang atau liang kubur sebelah kiblat, lalu ditaruh
papan kayu dengan posisi agak miring. Tujuannya agar jenazah tidak langsung
tertimpa tanah.
b. Letakkan jenazah dengan memasukkan kepalanya dari arah kaki kubur, atau
dari posisi selatan.
c. Posisi jenazah yakni miring ke kanan, menghadap kiblat dengan tubuh yang
ditopang dengan batu pipih atau papan kayu. Tujuannya agar jenazah tidak
telentang.
d. Para ulama menyarankan untuk meletakan tanah di bawah pipi jenazah sebelah
kanan setelah kain kafan dan semua tali di buka.
e. Saat jenazah dimasukkan ke liang kubur, dianjurkan membaca doa berikut:

34
ُ‫اب ال َّس َما ِء لِرُو ِح ِه َوَأ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ َو َو ِّس ْع َم ْد َخلَهُ َو َو ِّس ْع لَه‬
َ ‫ اللَّهُ َّم ا ْفتَحْ َأب َْو‬، ِ‫ ُسنَّ ِة َرسُو ِل هللا‬/‫بِس ِْم هللاِ َو َعلَى ِملَّ ِة‬
‫فِي قَب ِْر ِه‬

Artinya: Dengan nama Allah dan atas agama rasul-Nya. Ya Allah, bukalah
pintu-pintu langit untuk roh jenazah, muliakanlah tempatnya, luaskanlah
tempat masuknya, dan lapangkanlah alam kuburnya.

f. Khusus jenazah perempuan disarankan untuk membentangkan kain di atas


kuburnya pada waktu dimasukkan ke liang kubur. Sedangkan bagi jenazah laki
laki tidak dianjurkan.
g. Jenazah perempuan sebaiknya yang mengurus adalah laki laki yang tidak
dalam keadaan junub atau tidak menyetubuhi istri mereka pada malam
sebelumnya.
h. Setelah jenazah diletakkan di lubang kubur, disarankan untuk menaburkan
tanah tiga kali dari arah kepala mayit, baru kemudian ditimbuni tanah.
i. Membaca doa setelah selesai menguburkan jenazah. Doa tersebut dibaca
sebanyak 3 kali, bacaan doanya antara lain :

ُ‫اللَّهُ َّم ا ْغـفِـرْ لَــه‬

Artinya: Ya Allah, ampunilah dia

ُ‫اللَّهُ َّم ثَـــبـِّـــ ْته‬

Artinya: Ya Allah, berilah keteguhan kepadanya.

35
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya kematian adalah takdir seluruh makhluk hidup, seperti
hewan, manusia, jin dan makhluk-makhluk lainnya yang diberi nyawa oleh Allah
SWT. Tercantum dalam firman Allah yang berbunyi “Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dimasukkan ke dalam surga, maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanya kesenangan
yang memperdaya.”(Q.S Ali-Imran : 185)

Semua yang bernyawa akan mati sesuai ajalnya dan atas izin, takdir juga
ketetapan-Nya. Sebab siapa pun yang ditakdirkan mati kapan pun itu ia kapan
mati, dan siapa pun yang dikehendaki untuk tetap hidup ia pasti akan hidup. Tidak
ada satu pun umat yang bisa menyangkanya karena ajal akan menjemputmu
dimana pun kau berada baik itu laki-laki, perempuan, yang tua dan yang muda,
sakit atau pun tidak sakit, apabila ajal menjemput seorang pun tidak bisa
menjauhinya.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini juga banyak yang perlu kami perbaiki. Oleh karena itu mohon
untuk berikan saran dan kritik yang membangun supaya bisa menjadi bahan
evaluasi dan semoga makalah ini bisa bermanfaat juga menambah wawasan
bagi pembaca.

36
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Marzuki, M.Ag (2022). Perawatan Jenazah https://www.google.com/url?
q=http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-marzuki-mag/dr-marzuki-
mag-perawatan-jenazah.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjyu9j-
1JqAAxUFpekKHWAfAIEQFnoECBQQAQ&usg=AOvVaw0QJ0Z83QZVKzQt
E2AMqMko

Ustadz Fairuuz Faatin (2021). Adab terhadap jenazah


https://pesantrenmaqi.net/hadits/adab-terhadap-jenazah-2/

nur (2022). pengertian ziarah kubur, dasar hukum, adab dan hikmah https://an-
nur.ac.id/pengertian-ziarah-kubur-dasar-hukum-adab-dan-hikmah-ziarah-kubur/

Dedi E Kusmayadi (2015). Hakikat sakaratul maut dan penjelasannya

https://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/kalam-islam/hakikat-kematian/

M. Tatam Wijaya (2020). Hakikat, tujuan, dan keutamaan takziah

https://islam.nu.or.id/jenazah/hakikat-tujuan-dan-keutamaan-takziyah-SzjO0

37

Anda mungkin juga menyukai