Mata kuliah :
Dosen Pengajar :
Wardatul Ilmi
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Konsep Agama Islam Tentang Kematian”.
Dalam penyusunan makalah ini ditulis berdasarkan buku-buku dan jurnal
refensi yang berkaitan dengan konsep motivasi. Apabila didalam isi sebuah
makalah ini terdapat kekeliruan atapun kekurangan, kami memohon saran dan
kritik yang bersifat membangun dari dosen, rekan-rekan, dan pembaca untuk
menyempurnakan penulisan makalah ini.
Kami ucapkan terimakasih dari berbagai pihak yang telah mendukung dan
membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen yang telah
memberikan tugas sebagai penambah wawasan.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat juga memberi
wawasan bagi para pembaca mengenai Konsep Agama Islam Tentang
Kematian.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Manajemen Sakaratul Maut.......................................................................3
2.2 Hakikat Sakaratul Maut........................................................................................4
2.3 Hakikat Dan Makna Sakaratul Maut...................................................................5
2.4 Pendampingan Terhadap Anggota Keluarga Menjelang Ajal Pasien................6
2.5 Perawatan Jenazah................................................................................................7
2.6 Adab Terhadap Jenazah......................................................................................16
2.7 Tata Cara Merawat Jenazah...............................................................................18
2.8 Takziah..................................................................................................................23
2.9 Ziarah Kubur.......................................................................................................24
2.10 Doa-Doa Merawat Jenazah............................................................................25
BAB III PENUTUP 36
3.1 Kesimpulan.................................................................................................36
3.2 Saran............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA 36
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian suatu peristiwa yang menakutkan bagi manusia di dunia ini. Maka
selalu jagalah diri selama menjalani dunia ini, jangan jadikan dunia sebagai tujuan
utama tetapi jadikanlah hidup didunia sebagai ladang paling utama untuk
beribadah kepada Allah SWT. Kehidupan didunia ini hanya sementara sedangkan
di akhirat kita hidup sesungguhnya, bukan harta dan juga tahta yang akan dibawa
diakhirat kelak akan tetapi amal perbuatan baik itu yang shalih atau pun tidak.
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas untuk memudahkan kajian makalah yang
disusun, maka dibuatlah rumusan masalah berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen sakaratul maut?
2. Apa yang dimaksud dengan hakikat sakaratul maut?
3. Apa yang dimaksud dengan hakikat dan makna kematian?
4. Apa yang dimaksud dengan pendampingan terhadap anggota keluarga
menjelang ajal pasien?
5. Apa saja perawatan jenazah?
6. Bagaimana adab terhadap jenazah?
7. Bagaimana tata cara merawat jenazah?
8. Apa yang dimaksud dengan takziah?
9. Apa yang dimaksud dengan ziarah kubur?
10. Apa saja doa-doa perawatan jenazah?
1.3 Tujuan
Setelah memuat rumusan masalah, tujuan masalah yang ingin dicapai
adalah :
1. Mengetahui yang dimaksud dengan manajemen sakaratul maut
2. Mengetahui yang dimaksud dengan hakikat sakaratul maut
3. Mengetahui yang dimaksud dengan hakikat dan makna sakaratul maut
4. Mengetahui yang dimaksud dengan pendampingan terhadapat anggota
keluarga menjelang ajal pasien
5. Mengetahui apa saja perawatan jenazah
6. Mengetahui adab terhadap jenazah
7. Mengetahui tata cara merawat jenazah
8. Mengetahui yang dimaksud dengan takziah
9. Mengetahui yang dimaksud dengan ziarah kubur
10. Mengetahui apa saja doa-doa perawatan jenazah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Sakaratul Maut
Kata 'sekarat' berasal dari bahasa Arab sakara yang bermakna 'mabuk.
Karena itu, istilah sakaratul maut sering juga diterjemahkan secara harfiah sebagai
mabuk menjelang kematian. Ya, sekarat' menunjuk kepada kondisi yang belum
mati benar. Melainkan menjelang kemati an. Ada orang yang proses sekaratnya
lama, ada pula yang cepat. Penyebab kematian yang berbeda, akan mengakibatkan
proses sakaratul maut.
Demikian pula, orang yang mati karena ke- celakaan sehingga kehabisan
darah, atau karena penyakit kronis tertentu, bisa mengalami sakaratul maut selama
berjam-jam pula, atau bahkan ada yang sampai berhari-hari. Diantaranya, saya
pernah melihat seorang kawan yang meninggal dunia karena kanker hati. Saya
3
lihat, dia mengalami kesakitan selama berhari-hari. Mabuk kematiannya berjalan
sangat lama dan menerenyuhkan hati. Sampai kemudian, dia tidak mampu
bertahan lagi. Dan, meninggal.
Kematian pasti datang. Dan menjemput kita dengan beragam cara. Tetapi,
sebelum benar-benar dinyatakan meninggal setiap orang akan meng alami mabuk
kematian' alias sakaratul maut. Yakni, proses lepasnya nyawa dari jasad yang
telah sekian lama menjadi "rumahnya. Kini sang nyawa harus meninggalkan
rumah itu untuk selama- lamanya, sampai datangnya hari kebangkitan. dimana
Allah akan mengembalikan nyawa ke dalam jasadnya kembali..
Buku tentang sakaratul maut yang sedang Anda baca ini tidak
dimaksudkan untuk menakut- nakuti siapa pun sehingga malah ngeri terhadap
datangnya kematian. Melainkan sebaliknya, ingin menjelaskan segala sesuatu
yang terkait dengan proses kematian itu secara medis maupun spiritual agar kita
menjadi lebih siap menghadapinya.
Bukankah dengan semakin banyak informasi yang kita peroleh, kita akan
menjadi lebih tahu apa yang harus kita lakukan untuk menyambut datang- nya
peristiwa yang pasti akan kita alami itu? Dan lantas menyiapkan diri sebaik-
baiknya, agar kita tidak menderita karenanya. Namun, justru beroleh kebahagiaan
di dalamnya, maupun di kehidupan sesudahnya.Tak ada gunanya melarikan diri
dari maut. Karena, tidak ada satu pun makhluk hidup yang bisa terhindar darinya.
Setiap yang bernyawa pasti bakal mati, kata Allah, Karena, memang sudah
menjadi sunnatullah.
4
Dari ayat ini, kita dapat memahami hakikat kematian yang digambarkan
oleh Allah Swt dengan ungkapan bil-Haqq, sehingga kematian bukanlah
ketiadaan, kesirnaan, atau kehilangan. Jadi, saat kematian adalah saat semua
manusia kembali kepada Allah Swt sekaligus saat penggiringan setiap makhluk ke
sisi-Nya. Rasulullah saw bersabda, “Kalian tidak diciptakan untuk kebinasaan,
tetapi untuk kekekalan, hanya saja kalian akan berpindah dari satu alam ke alam
lain.”
Ketakjuban terhadap sakaratul maut yang dibahas dalam pasal ini adalah
bagaimana memperoleh keselamatan tatkala sakratulmaut. Syarat apa yang di
perlukan untuk menghadapi sakratulmaut? Ada empat syarat. Yaitu ikhlas, rela
pada hukum Allah, merasa tidak memiliki, dan berserah diri pada kehendak Allah.
5
misteri kematian, ketika manusia mengalami proses peralihan dari kehidupan
dunia menuju kehidupan akhirat yang abadi. Berbagai fenomena muncul dari
proses manusia dijemput oleh kematiannya. Ada berbagai spekulasi yang
berkembang bahwa jika manusia itu mengalami tandatanda kematian yang baik
maka sesungguhnya ia masuk ke dalam golongan khusnul khatimah.
Dan sebaliknya jika ada tanda-tanda dan fenomena tertentu yang buruk
terjadi menjelang kematian maka ia termasuk ke dalam golongan su’ul khatimah.
Ada asumsi bahwa tanda-tanda yang baik dan buruk itu sangat terkait dengan
perilaku seseorang ketika hidup di dunia. Itu artinya track record seseorang
menjadi salah satu variabel yang sangat menentukan dalam memunculkan
fenomena yang terjadi menjelang kematian. Oleh karena itu manusia perlu belajar
memahami arti hidup dan kehidupan yang sesungguhnya untuk memberikan
terapi psikologis agar manusia mampu mempersiapkan diri dengan optimisme
yang tinggi dalam menghadapi kematian.
1. Tujuan :
a. Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah pada pasien
dan keluarganya
b. Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien disekitarnya.
c. Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal secara
medis bisa dilihat dari keadaan umum, vital sign dan beberapa tahap-
tahap kematian.
2. Persiapan alat :
a. Disediakan tempat tersediri
b. Alat-alat pemberian O2
c. Alat resusitasi
d. Alat pemeriksaan vital sign
e. Pinset
6
f. Kassa, air matang, kom/gelas untuk membasahi bibir
g. Alat tulis
3. Prosedur
a. Memberitahu pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Mendekatkan alat
c. Memisahkan pasien dengan pasien lain
d. Mengijinkan keluarga untuk mendampingi, pasien tidak boleh
ditinggalkan sendiri
e. Membersihkan pasien dari keringat
f. Mengusahakan lingkungan tenang, berbicara dengan suara lembut dan
penuh perhatian, serta tidak tertawa-tawa atau bergurau disekitar pasien
g. Membasahi bibir pasien dengan kassa lembab, bila tampak kering
menggunakan pinset
h. Membantu melayani dalam upacara keagamaan
i. Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital sign) terus menerus
j. Mencuci tangan
k. Melakukan dokumentasi tindakan
Merawat jenazah termasuk salah satu kewajiban umat Islam yang termasuk
dalam wajib kifayah, artinya kewajiban yang kalau dikerjakan oleh sebagian
umat Islam maka gugurlah kewajiban sebagian umat Islam lainnya. Hal-hal
yang harus dilakukan terhadap orang yang sudah meninggal adalah sebagai
berikut:
7
1. Segera memejamkan mata si mayat dan mendoakannya.
2. Menutup seluruh badan si mayat dengan pakaian (kain) selain pakaiannya,
kecuali bagi mayat yang sedang berihram.
3. Menyegerakan pengurusan mayat mulai dari memandikan, mengkafani
(membungkus), menshalatkan hingga menguburkannya.
4. Sebagian dari keluarganya juga hendaknya segera menyelesaikan hutang-
hutang si mayat.
menguburkannya. Dalam hal ini Nabi tidak memberikan aturan yang rinci,
hanya ketentuan umum saja yang mempermudah kita umat Islam untuk
jenazah. Uraian ini didasarkan pada penjelasan Nabi Saw. dalam hadits-
haditsnya.
1. Memandikan jenazah. Hukum memandikan mayat bagi orang Muslim yang hidup
adalah fardlu kifayah. Yang wajib dimandikan adalah mayat Muslim yang tidak
mati syahid, yaitu orang yang mati karena dalam pertempuran fi sabilillah
melawan orang kafir. Orang yang mati syahid tidak perlu dimandikan,
sebagaimana sabda Rasulullah Saw. tentang orang-orang yang gugur dalam
pertempuran Uhud:
8
“Jangan kamu mandikan mereka, karena sesungguhnya setiap luka dan darah
akan semerbak bau kesturi pada hari kiamat, dan tidak usah mereka dishalati”(HR.
Ahmad dari Jabir).
Orang yang memandikan mayat sebaiknya adalah keluarga terdekat dari si
mayat, kalau dia tahu cara memandikannya. Apabila mayat itu laki-laki
seharusnya yang memandikan juga laki-laki. Apabila mayat itu perempuan yang
memandikan juga perempuan. Kecuali untuk anak kecil, maka boleh dimandikan
oleh orang yang berlainan jenis kelamin. Nabi bersabda: “Apakah yang
menyusahkanmu seandainya engkau mati sebelum aku, lalu aku memandikanmu
dan mengkafani, kemudian aku menshalatkan dan menguburmu” (HR. Ahmad,
Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hiban, Ad-Daruquthni, dan Al-Baihaqi dari
‘Aisyah).
adalah:
a. Tempat tidur atau meja dengan ukuran kira-kira tinggi 90 cm, lebar 90 cm,
dan panjang 200 cm, untuk meletakkan mayit.
b. Air suci secukupnya di ember atau tempat lainnya (6-8 ember).
c. Gayung secukupnya (4-6 buah).
d. Kendi atau ceret yang diisi air untuk mewudukan mayit.
e. Tabir atau kain untuk menutup tempat memandikan mayit.
f. Gunting untuk melepaskan baju atau pakaian yang sulit dilepas.
g. Sarung tangan untuk dipakai waktu memandikan agar tangan tetap bersih,
terutama bila mayitnya berpenyakit menular.
h. Sabun mandi secukupnya, baik padat maupun cair.
i. Sampo untuk membersihkan rambut.
j. Kapur barus yang sudah dihaluskan untuk dicampur dalam air.
k. Kalau ada daun bidara juga bagus untuk dicampur dengan air.
l. Tusuk gigi atau tangkai padi untuk membersihkan kuku mayit dengan
pelan.
9
m. Kapas untuk membersihkan bagian tubuh mayit yang halus, seperti mata,
hidung, telinga, dan bibir. Kapas ini juga bisa digunakan untuk menutup
anggota badan mayit yang mengeluarkan cairan atau darah, seperti lubang
hidung, telinga, dan sebagainya.
berikut:
10
k. Setelah selesai dimandikan, badan mayat kemudian dikeringkan dengan
semacam handuk
2. Mengkafani jenazah
mayat berarti membungkus mayat dengan selembar kain atau lebih yang
satu lembar kain saja yang dapat menutup seluruh tubuh si mayat.
berikut:
11
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengkafani mayat adalah sebagai
berikut:
seperti berikut:
3. Menshalatkan jenazah
memerintahkan kepada kita agar melakukan shalat jenazah ini jika di antara
saudara kita yang Muslim meninggal dunia. Dari hadits-hadits itu jelaslah
12
bahwa shalat jenazah itu sangat dianjurkan, meskipun anjuran untuk shalat
jenazah ini tidak sampai wajib atau fardlu ‘ain. Hukum menshalatkan jenazah
yang tidak mati syahid (mati dalam peperangan melawan musuh Islam). Terkait
mati dalam peperangan Uhud, supaya mereka dikuburkan beserta darah mereka,
yang besar, baik bagi yang menshalatkan maupun bagi mayat yang dishalatkan.
Keutamaan bagi yang menshalatkan mayat dinyatakan oleh Nabi Saw. dalam
dua qirath itu?” Jawab Nabi: “Seperti dua bukit yang besar” (HR. al-Bukhari dan
13
Untuk shalat jenazah, perlu diperhatikan syarat-syarat tertentu. Syarat ini
4. Mengubur jenazah
boleh siang dan boleh malam, asal tidak pas waktu matahari terbit, matahari
a. Memperdalam galian lobang kubur agar tidak tercium bau si mayat dan
tidak dapat dimakan oleh burung atau binatang pemahan bangkai.
b. Cara menaruh mayat di kubur ada yang ditaruh di tepi lubang sebelah
kiblat kemudian di atasnya ditaruh papan kayu atau yang semacamnya
dengan posisi agak condong agar tidak langsung tertimpa tanah ketika
14
mayat ditimbuni tanah. Bisa juga dengan cara lain dengan prinsip yang
hampir sama, misalnya dengan menggali di tengah-tengah dasar lobang
kubur, kemudian mayit ditaruh di dalam lobang itu, lalu di atasnya ditaruh
semacam bata atau papan dari semen dalam posisi mendatar untuk
penahan tanah timbunan. Cara ini dilakukan bila tanahnya gembur. Cara
lain adalah dengan menaruh mayit dalam peti dan menanam peti itu dalam
kubur.
c. Cara memasukkan mayat ke kubur yang terbaik adalah dengan
mendahulukan memasukkan kepala mayat dari arah kaki kubur.
d. Mayat diletakkan miring ke kanan menghadap ke arah kiblat dengan
menyandarkan tubuh sebelah kiri ke dinding kubur supaya tidak terlentang
kembali.
e. Para ulama menganjurkan supaya ditaruh tanah di bawah pipi mayat
sebelah kanan setelah dibukakan kain kafannya dari pipi itu dan
ditempelkan langsung ke tanah. Simpul tali yang mengikat kain kafan
supaya dilepas.
f. Waktu memasukkan mayat ke liang kubur dan meletakkannya dianjurkan
membaca doa
g. Untuk mayat perempuan, dianjurkan membentangkan kain di atas
kuburnya pada waktu dimasukkan ke liang kubur. Sedang untuk mayat
laki-laki tidak dianjurkan.
h. Orang yang turun ke lobang kubur mayit perempuan untuk mengurusnya
sebaiknya orang-orang yang semalamnya tidak mensetubuhi isteri mereka.
i. Setelah mayat sudah diletakkan di liang kubur, dianjurkan untuk
mencurahinya dengan tanah tiga kali dengan tangannya dari arah kepala
mayit lalu ditimbuni tanah.
j. Di atas kubur boleh dipasang nisan sebagai tanda. Yang dianjurkan, nisan
ini tidak perlu ditulisi.
k. Setelah selesai mengubur, dianjurkan untuk mendoakan mayat agar
diampuni dosanya dan diteguhkan dalam menghadapi pertanyaan
malaikat.
15
l. Dalam keadaan darurat boleh mengubur mayat lebih dari satu dalam satu
lubang kubur.
m. Mayat yang berada di tengah laut boleh dikubur di laut dengan cara
dilempar ke tengah laut setelah selesai dilakukan perawatan sebelumnya.
16
b. Tutupkanlah matanya serta berdo’alah; Dari Ummu Salamah ia berkata;
Ketika Abu Salamah meninggal, Rasulullah ﷺdatang ke rumah kami
untuk menjenguk jenazahnya. Saat itu, mata Abu Salamah tengah
terbeliak, maka beliau pun menutupnya. Kemudian beliau bersabda,
“Apabila ruh telah dicabut, maka penglihatan akan mengikutinya dan
keluarganya pun meratap hiteris. Dan janganlah sekali-kali mendoakan
atas diri kalian kecuali kebaikan, sebab ketika itu malaikat akan
mengaminkan apa yang kalian ucapkan.” Setelah itu, beliau berdoa,
“ALLAHUMMAGHFIR LIABI SALAMAH WARFA’ DARAJATAHU
FIL MAHDIYYIIN WAKHLUFHU FI ‘AQIBIHI FIL GHAABIRIIN,
WAGHFIR LANAA WALAHU YAA RABBAL ‘ALAMIIN, WAFSAH
LAHU FII QABRIHI WA NAWWIR LAHU FIIHI (Ya Allah, ampunilah
Abu Salamah, tinggikan derajatnya di kalangan orang-orang yang
terpimpin dengan petunjuk-Mu dan gantilah ia bagi keluarganya yang
Muslim ditinggalkannya. Ampunilah kami dan ampunilah dia. Wahai
Rabb semesta alam. Lapangkanlah kuburnya dan terangilah dia di dalam
kuburnya).” (HR. Muslim)
c. Perempuan dilarang mengantarkan jenazah; Dari Ummu AL Hudzail dari
Ummu ‘Athiyyah radhiallahu’anha berkata, “Kami dilarang mengantar
jenazah namun beliau tidak menekankan hal tersebut kepada kami”. (HR.
Bukhari).
d. Berdo’alah dengan ikhlas untuk mayyit; Dari Abu Hurairah ia berkata;
saya mendengar Rasulullah ﷺbersabda, “Apabila kalian menshalatkan
mayit, maka ikhlaskanlah doa untuknya.” (HR. Abu Daud)
e. Segerakanlah penguburan jenazah; Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu
dari Nabi ﷺbersabda, “Bercepat-cepatlah membawa jenazah, karena bila
jenazah itu dari orang shalih berarti kalian telah mempercepat kebaikan
untuknya dan jika tidak, berarti kalian telah menyingkirkan kejelekan dari
pundak kalian”. (HR. Bukhari)
f. Mintakanlah ampunan kepada Allah untuk mayyit setelah selesai
penguburannya; Dari Utsman bin ‘Affan, ia berkata; Nabi ﷺapabila telah
17
selesai dari menguburkan mayit beliau berkata, “Mintakanlah ampunan
untuk saudara kalian, dan mohonkanlah keteguhan untuknya, karena
sesungguhnya sekarang ia sedang ditanya.” (HR. Abu Daud).
g. Jangan mencaci maki orang yang telah meninggal; Dari ‘Aisyah
radhiallahu’anha berkata; Nabi ﷺtelah bersabda, “Janganlah kalian
mencela mayat karena mereka telah sampai (mendapatkan) apa yang telah
mereka kerjakan”. (HR. Bukhari)
18
membakar kemenyan disekitar tempat memandikan guna menolak bau
yang dikeluarkan dari tubuh mayyit.
b. Air untuk memandikan, air yang digunakan untuk memandikan adalah air
Mutlaq (suci dan mensucikan)
c. Orang yang memandikan, Bila mayyit nya adalah laki-laki maka yang
harus memandikan juga laki-laki dan sebaliknya. Sebaiknya orang yang
memandikan tak lebih dari tujuh orang, tiga orang memangku mayit dan
empat orang ada yang menggosok tubuh mayyit, ada yang menyiram
tubuh dan ada yang membantu menyediakan hal-hal yang dibutuhkan saat
proses memandikan.
2. Mengkhafani
a. Jenis kafan, Semua jenis kain yang boleh (Halal) dipakai mayyit semasa
hidup boleh juga di buat kafan, sunnah nya adalah berwarna putih, kain
yang tidak berwarna putih hukum nya makruh (Husnan, 2008:10).
b. Ukuran kain kafan, Minimal satu lembar kain yang dapat menutupi
anggota tubuh mayyit, batas maksimal adalah tiga lapis dan yang ini lebih
utama. Bila mayyit nya laki-laki, maka boleh dibungkus dengan lima kain
terdiri dari 3 lembar kain ditambah qomis dan sorban, dan bila mayyit nya
adalah perempuan maka lima lembar terdiri dari 2 lembar kain du tambah
qomis dan kerudung.
2. Cara mengkhafani
a. Kain dipasaran ada yang berukuran lebar 92 cm ada yang 140 cm, untuk
mempermudah maka bila mayyit bertubuh kecil menggunakan yang
berukuran 92 cm, bila dewasa maka menggunakan yang berukuran 140
cm.
b. Kain dipotong menjadi 3 lembar, panjang mengukur tinggi mayyit,
kemudian ditambah +50 cm (apabila tinggi nya 150cm, ditambah 50 cm
19
menjadi 200cm) karena tubuh manusia lebih lebar keatas maka jika kurang
lebar boleh ditambahkan pinggir nya dengan cara dijahit.
c. Buatkan qomis dan surban dengan potongan sederhana asal berbentuk
qomis dan surban.
3. Menshalatkan
20
Rukun-rukun shalat jenazah:
a. Niat, niat dalam shalat jenazah sama halnya dengan shalat salat yang lain,
seperti harus bersamaan dengan takbiratul ihrom, menyebutkan
kefarduannya, dll.
b. Berdiri bagi yang mampu, Bila tidak mampu maka melaksanakan salat
dengan cara duduk, tidak mampu maka dengan cara berbaring. Takbir
empat kali dengan cara melakukan takbir yang diantaranya takbir itu
adalah takbiratul ihrom. Setiap takbir disunnahkan mengangkat tangan
lurus pundak dan meletakkan nya dibawah dada. Adapun rinciannya
sebagai berikut ;
Membaca surah Al-Fatihah, setelah takbiratul ihrom membaca surah Al-
Fatihah dengan lirih, tidak dianjurkan membaca doa iftitah dan surah,
kecuali apabila ma'mum selesai terlebih dahulu sebelum imamnya, maka
disusul membaca surah.
c. Membaca sholawat, setelah takbir yang kedua membaca sholawat,
minimal sholawat yang dibaca adalah 'allahumma sholli ala sayyidina
muhammad' Adapun sholawat yang paling sempurna terdapat pada
tasahud akhirnya sholat maktubah.
d. Membaca do'a untuk mayyit, setelah melakukan takbir yang ketiga maka
membacakan doa untuk mayyit, Adapun do'a paling pendek nya adalah
sebagai berikut :
● Allahummagfirlahu warhamhu waafihi wakfuanhu (untuk laki-laki).
● Allahummagfirlaha warhamha waafiha wakfuanha (untuk perempuan)
● Salam, bentuk salam yang terdapat dalam shalat jenazah adalah sama
dengan salam dalam shalat fardu, akan tetapi dianjurkan ditambah
dengan lafal 'wabarakatuhu'.
4. Menguburkan
21
a. Mayyit dibawa dengan menggunakan keranda dan dipikul oleh beberapa orang.
d. Sunnah yang mengantarkan jenazah adalah laki-laki dan makruh hukum nya
bagi perempuan (syahto, 1995 : 2/135).
e. Waktu penguburan, mengubur mayyit lebih utama di siang hari tetapi pada
malam hari juga diperbolehkan.
j. Ikatan kafan bagian kepala dibuka, lalu pipi mayyit ditempelkan ke tahan
sehingga isyarat bahwa dia sangat hina dan membutuhkan Allah SWT.
k. Sebelum ditimbun dengan tanah, tubuh mayyit wajib ditutupi dengan papan
kayu agar tanah timbunan tidak langsung mengenai tubuh mayyit.
1. Kemudian mayyit di adzani dan di iqomat, lalu lubang kubur ditimbun dengan
tanah dan ditinggikan kira-kira satu jengkal (25 cm).
22
m. Kuburan sunnah diberikan batu nissan, diletakkan disebelah kepala mayyit,
kuburan sunnah ditaburi bunga atau dedaunan hijau, sunah menyiramkan air ke
kuburan.
2.8 Takziah
Secara bahasa kata takziyah adalah bentuk mashdar dari azza-yu’azzi yang
artinya menyabarkan, menghibur dan menawarkan kesedihannya serta
memerintahkannya (menganjurkan) untuk bersabar. Dalam arti berduka cita atau
berbela sungkawa atas musibah yang menimpa. Dalam konteks muamalah Islam,
takziyah adalah mendatangi keluarga orang yang meninggal dunia dengan maksud
menyabarkannya dengan ungka- pan-ungkapan yang dapat menenangkan perasaan
dan menghilangkan kesedihan. Tak- ziah dapat dilakukan sebelum dan sesudah
jenazah dikuburkan hingga selam tiga hari. Namun demikian, takziah diutamakan
dilakukan sebelum jenazah dikuburkan.
23
Ta’ziyah merupakan suatu perbuatan yang terpuji, sebab orang yang telah
ditinggal mati dalam keadaan sedih, maka kita sebaiknya datang untuk menghibur
dan memberi- kan nasehat untuk memberikan kekuatan mental agar keluarga yang
dtitinggal tetap tabah dalam menerima ujian. Firman Allah QS. Al Baqarah : 156-
157, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
«Inna lillaahi wa innaa ilaihi raajiu’un (Sesungguhnya Kami adalah milik Allah
dan kepada- Nya-lah Kami kembali). 157. mereka Itulah yang mendapat
keberkatan yang sempur- na dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Artinya: "sungguh aku dahulu telah melarang kamu ziarah kubur, maka
sekarang kamu (muhammad saw) telah diizinkan untuk berziarah ke kubur
ibundanya, maka ziarahlah kamu karena sesungguhnya ziarah kubur itu
mengingatkan akan akhirat" (H.R Tirmidzi).
24
2. Tidak duduk di atas kuburan, serta tidak menginjaknya berdasarkan sabda Nabi
Saw. yang artinya “Janganlah kalian shalat (memohon) kepada kuburan, dan
janganlah kalian duduk di atasnya.” (HR. Muslim).
3. Tidak melakukan thawaf sekeliling kuburan atau kegiatan lainnya dengan niat
untuk bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah Swt.) karena hal itu tidak
pernah diajarkan oleh Nabi Saw.
4. Tidak melakukan thawaf sekeliling kuburan atau kegiatan lainnya dengan niat
untuk bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah Swt.) karena hal itu tidak
pernah diajarkan oleh Nabi Saw.
1. Mengingat kematian.
2. Dapat bersikap zuhud (menjauhkan diri dari sifat keduniawian).
3. Selalu ingin berbuat baik sebagai bekal kelak di alam kubur dan hari akhir.
4. Mendoakan si mayat yang muslim agar diampuni dosanya dan diberi
kesejahteraan di akhirat.
2.10 Doa-Doa Merawat Jenazah
1. Orang Islam
3. Tidak meninggal dalam keadaan syahid, yakni mati dalam peperangan atau
membela agama Islam
4. Manusia sempurna, bukan mayat bayi yang keguguran dan lahir tidak
bernyawa
25
6. Bila kondisi mayat tidak memungkinkan untuk dimandikan dengan air, maka
boleh ditayamumkan.
2. Orang-Orang Terpercaya
Tata cara mewudhukan jenazahnya sama seperti wudhu orang yang masih
hidup, sebagai berikut:
26
10. Membaca doa setelah wudhu.
َاللَّهُ َّم اجْ َع ْلنِي َوِإيَّاهُ ِمنَ التَّوَّابِ ْينَ َو ِمنَ ْال ُمتَطَه ِِّر ْين
Artinya: "Ya Allah Jadikanlah saya dan dirinya (jenazah pria) termasuk
orang yang bertaubat dan orang yang bersuci."
َاللَّهُ َّم اجْ َع ْلنِي َوِإيَّاهَا ِمنَ التَّوَّابِ ْينَ َو ِمنَ ْال ُمتَطَه ِِّر ْين
Artinya: "Ya Allah jadikanlah saya dan dirinya (jenazah wanita) termasuk
orang yang bertaubat dan orang yang bersuci."
a. Laki-laki
Artinya: Aku berniat untuk memandikan mayat laki-laki ini karena Allah
Ta'ala.
b. Perempuan
Artinya: Aku berniat untuk memandikan mayat perempuan ini karena Allah
Ta'ala.
27
ت (هَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة ) فرض كفاية هلِل ِ تَ َعالَى
ِ ِّْت تَكفيْن هَ َذا ْال َمي
ُ نَ َوي.ِبِس ِْم هللاِ َو َعلَى ِملَّ ِة َرسُو ِل هللا
1. Jenazah Laki-laki
a. Gelar sehelai tikar.
b. Letakkan 5 utas tali, yakni 3 panjang dan 2 pendek. Sebanyak 3 tali
panjang digunakan untuk sikut, pinggang, dan lutut, sedangkan 2 tali
pendek untuk mengikat ujung kepala/pocong dan ujung kaki.
c. Gelar kain ke-1 (kain pembungkus seluruh tubuh) di atas kelima utas
tali tadi. Sehingga, nantinya setelah jenazah diletakkan di atasnya, kain
tersebut terletak di bagian kanan jenazah.
d. Gelar kain ke-2 (pembungkus seluruh tubuh) di sebelah kain ke-1
selebar punggung jenazah dan ditumpangkan di atas tepi kain ke-1.
Sehingga, ketika jenazah diletakkan di atasnya, kain tersebut terletak di
bagian kiri badan jenazah.
e. Hamparkan kain ke-3 di atas kedua lembar kain yang sebelumnya, dan
letakkan pada bagian pinggang sampai kaki jenazah.
f. Taruhlah hamparan kapas, serbuk kayu cendana, dan wewangian lain
di atas susunan kain tersebut.
g. Kemudian, angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan yang telah
disiapkan tadi.
h. Tutuplah dahi, hidung, dua telapak tangan, lutut, jari-jari kaki jenazah
dengan kapas. Termasuk lubang dubur, lubang hidung, dan kedua
telinga.
i. Mulailah membungkus jenazah dengan diawali dari kain yang ke-3
(yang paling atas atau sarungnya) lalu disusul kain ke-2 dan ke-1
secara berurutan.
28
j. Ikat bagian siku, pinggang, lutut, kaki, dan atas kepalanya dengan tali
yang telah disiapkan tadi.
k. Sebaiknya tali pocong diikat ketika jenazah akan diberangkatkan ke
pemakaman.
2. Jenazah Perempuan
a. Gelar sehelai tikar.
b. Letakkan 5 utas tali, yakni 3 panjang dan 2 pendek. Sebanyak 3 tali
panjang digunakan untuk sikut, pinggang, dan lutut, sedangkan 2 tali
pendek untuk mengikat ujung kepala/pocong dan ujung kaki.
c. Gelar kain ke-1 (kain pembungkus seluruh tubuh).
d. Gelar kain ke-2 (pembungkus seluruh tubuh) di sebelah kain ke-1.
Buatlah baju kurung tidak berjahit dengan kain ke-3. Caranya dengan
mengukur panjang badan jenazah dari punggung hingga kaki, lalu
ambil kain kafan 2 kali lipatnya.
e. Lipat kain tersebut hingga menjadi 2 lapisan. Buatlah lubang pas di
tengah lipatan kain, selebar kepala jenazah. Lalu, buka lipatan tersebut
dan letakkan di atas kain ke-1 dan ke-2 sebelumnya.
f. Gelar kain ke-4 (untuk sarung) dan letakkan di bagian pinggang
sampai kaki jenazah.
g. Buatlah celana dalam tak berjahit (seperti popok bayi) dan letakkan di
atas kain ke-4 searah alat kelaminnya.
h. Taruhlah sedikit kain yang cukup untuk membuat kerudung di atas
kain ke-3 atau baju kurung searah kepalanya.
i. Taruhlah hamparan kapas, serbuk kayu cendana, dan wewangian lain
di atas susunan kain tersebut.
j. Kemudian, angkat jenazah dan letakkan di atas kain kafan yang telah
disiapkan tadi.
k. Tutuplah dahi, hidung, dua telapak tangan, lutut, jari-jari kaki jenazah
dengan kapas. Termasuk lubang dubur, lubang hidung, dan kedua
telinga.
29
l. Mulailah membungkus jenazah dengan diawali dari mengenakan
celana dalamnya, lalu membungkus dengan sarungnya, mengenakan
kerudungnya, memasang baju kurungnya dengan memasukkan kepala
jenazah pada lubang baju kurung dan menutupkan kembali baju
kurung yang telah dibuka bagian depannya. Lalu, bungkus dengan kain
ke-2 dan disusul kain ke-1.
m. Ikat bagian siku, pinggang, lutut, kaki, dan atas kepalanya dengan tali
yang telah disiapkan tadi.
n. Letakkan 5 utas tali, yakni 3 panjang dan 2 pendek. Sebanyak 3 tali
panjang digunakan untuk sikut, pinggang, dan lutut, sedangkan 2 tali
pendek untuk mengikat ujung kepala/pocong dan ujung kaki.
o. Doa setelah Mengkafani Jenazah
Mengutip Kitab Majmu' Syarif karya Muiz al Bantani, berikut bacaan
doa mengkafani jenazah.
sucinya kain kafan ini, dan berilah ia pakaian dengan pakaian taqwa
َ ُأ
ِ ِّصلِّي َعلَى هَ َذا الـ َمي
ت فَرْ ضًا هللِ تَ َعالَى
Artinya: "Saya niat shalat atas mayat laki-laki ini fardu karena Allah SWT"
َ ُأ
صلِّي َعلَى هَ َذا الـ َميِّتَ ِة فَرْ ضًا هللِ تَ َعالَى
Artinya: "Saya niat sholat atas mayat perempuan ini fardu karena Allah
SWT"
30
2. Takbir dan membaca surat Al-Fatihah
َ اللَّهُ َّم
ِ َو َعلَى،ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد
آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد
َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا،ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِ َ َوب، ِإنَّكَ َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد، َو َعلَى آ ِل ِإ ْب َرا ِهي َم،صلَّيْتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِهي َم
َ َك َما
ك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌدَ َّ فِي ْال َعالَ ِمينَ ِإن، َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِهي َم،ار ْكتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِهي َم
َ َ َك َما ب،ُم َح َّم ٍد
4. Adapun bacaan doa jenazah setelah takbir ketiga adalah sebagai berikut.
a. Jenazah laki-laki
31
Artinya: "Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Selamatkan dan
maafkanlah dia. Berilah kehormatan terhadapnya, luaskanlah tempat
kuburnya. Mandikanlah dia (mayit) dengan air, salju, dan embun.
Bersihkanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan
baju putih dari kotoran. Gantikanlah untuknya rumah yang lebih baik dari
rumahnya, juga istri yang lebih baik dari istrinya. Dan peliharalah
(lindungilah) ia dari azab kubur dan neraka."
ج َو ْالبَ َر ِد
ِ اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهَا َوارْ َح ْمهَا َوعَافِهَا َواعْفُ َع ْنهَا َوَأ ْك ِر ْم نُ ُزلَهَا َو َو ِّس ْع ُم ْد َخلَهَا َوا ْغ ِس ْلهَا بِ ْال َما ِء َوالثَّ ْل
َارهَا َوَأ ْهالً خَ ْيرًا ِم ْن ِ َس َوَأ ْب ِد ْلهَا دَارًا خَ ْيرًا ِم ْن د ِ ض ِمنَ ال َّدن َ َب اَأل ْبي
َ َْونَقِّهَا ِمنَ ْالخَ طَايَا َك َما نَقَّيْتَ الثَّو
ِ ب ْالقَب ِْر َأوْ ِم ْن َع َذا
ِ َّب الن
ار ِ َأ ْهلِهَا َو َزوْ جًا خَ ْيرًا ِم ْن َزوْ ِجهَا َوَأ ْد ِخ ْلهَا ْال َجنَّةَ َوَأ ِع ْذهَا ِم ْن َع َذا.
32
b. Doa untuk jenazah perempuan
6. Mengucapkan salam
Kedalaman lubang kubur harus setinggi orang yang berdiri di dalam dengan
tangan melambai ke atas. Sedangkan untuk lebarnya harus berukuran satu hasta
lebih satu jengkal, setara dengan 50 cm.
Lubang kubur yang dalam mencegah bau tidak sedap dari jenazah yang
akan tercium saat proses pembusukan terjadi. Selain itu juga aman dari longsor
akibat aliran air hujan.
b. Bentuk Lubang
Panjang lubang harus cukup untuk jenazah yang pastinya melebihi tinggi
badannya. Jika tanahnya keras, disunahkan untuk membuat liang lahat dalam
lubang kubur. Maksud liang lahat yaitu lubang yang dibuat di dinding kubur
sebelah kiblat, ukurannya cukup untuk meletakkan jenazah. Jenazah ditaruh di
33
liang lahat tersebut dan ditutup menggunakan batu pipih, namun di Indonesia
masyarakat lebih sering menggunakan papan kayu sebagai gantinya.
Terkait waktu menguburkan jenazah ada beberapa hal yang perlu diketahui.
Hal ini dikarenakan akan berdampak pada proses pemakaman dan ketersediaan
warga yang membantu menguburkan. Waktu yang disarankan dihindari saat
menguburkan jenazah yaitu saat matahari terbit hingga naik, saat matahari berada
di tengah tengah dan saat matahari hampir terbenam atau benar benar terbenam.
4. Menguburkan Jenazah
a. Meletakkan jenazah di tepi lubang atau liang kubur sebelah kiblat, lalu ditaruh
papan kayu dengan posisi agak miring. Tujuannya agar jenazah tidak langsung
tertimpa tanah.
b. Letakkan jenazah dengan memasukkan kepalanya dari arah kaki kubur, atau
dari posisi selatan.
c. Posisi jenazah yakni miring ke kanan, menghadap kiblat dengan tubuh yang
ditopang dengan batu pipih atau papan kayu. Tujuannya agar jenazah tidak
telentang.
d. Para ulama menyarankan untuk meletakan tanah di bawah pipi jenazah sebelah
kanan setelah kain kafan dan semua tali di buka.
e. Saat jenazah dimasukkan ke liang kubur, dianjurkan membaca doa berikut:
34
ُاب ال َّس َما ِء لِرُو ِح ِه َوَأ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ َو َو ِّس ْع َم ْد َخلَهُ َو َو ِّس ْع لَه
َ اللَّهُ َّم ا ْفتَحْ َأب َْو، ِ ُسنَّ ِة َرسُو ِل هللا/بِس ِْم هللاِ َو َعلَى ِملَّ ِة
فِي قَب ِْر ِه
Artinya: Dengan nama Allah dan atas agama rasul-Nya. Ya Allah, bukalah
pintu-pintu langit untuk roh jenazah, muliakanlah tempatnya, luaskanlah
tempat masuknya, dan lapangkanlah alam kuburnya.
35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya kematian adalah takdir seluruh makhluk hidup, seperti
hewan, manusia, jin dan makhluk-makhluk lainnya yang diberi nyawa oleh Allah
SWT. Tercantum dalam firman Allah yang berbunyi “Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dimasukkan ke dalam surga, maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanya kesenangan
yang memperdaya.”(Q.S Ali-Imran : 185)
Semua yang bernyawa akan mati sesuai ajalnya dan atas izin, takdir juga
ketetapan-Nya. Sebab siapa pun yang ditakdirkan mati kapan pun itu ia kapan
mati, dan siapa pun yang dikehendaki untuk tetap hidup ia pasti akan hidup. Tidak
ada satu pun umat yang bisa menyangkanya karena ajal akan menjemputmu
dimana pun kau berada baik itu laki-laki, perempuan, yang tua dan yang muda,
sakit atau pun tidak sakit, apabila ajal menjemput seorang pun tidak bisa
menjauhinya.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini juga banyak yang perlu kami perbaiki. Oleh karena itu mohon
untuk berikan saran dan kritik yang membangun supaya bisa menjadi bahan
evaluasi dan semoga makalah ini bisa bermanfaat juga menambah wawasan
bagi pembaca.
36
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Marzuki, M.Ag (2022). Perawatan Jenazah https://www.google.com/url?
q=http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-marzuki-mag/dr-marzuki-
mag-perawatan-jenazah.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjyu9j-
1JqAAxUFpekKHWAfAIEQFnoECBQQAQ&usg=AOvVaw0QJ0Z83QZVKzQt
E2AMqMko
nur (2022). pengertian ziarah kubur, dasar hukum, adab dan hikmah https://an-
nur.ac.id/pengertian-ziarah-kubur-dasar-hukum-adab-dan-hikmah-ziarah-kubur/
https://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/kalam-islam/hakikat-kematian/
https://islam.nu.or.id/jenazah/hakikat-tujuan-dan-keutamaan-takziyah-SzjO0
37