Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

” PENDAMPINGAN PASIEN SAKARATUL MAUT


DAN RERAWATAN JENAZAH ”

Disusun oleh :

Nama : Arinda Rizki Cahyati


Kelas : XII Keperawatan B
Mata Pelajaran : KDM
Pembimbing : Ibu Henny Selfia Thenu ,S.ST.MKM

SMK KESEHATAN DWI PUTRI HUSADA BOGOR

PROGRAM KEAHLIAN KEPERAWATAN


Jl. Kh.Sholeh Iskandar RT 01/04
Kel. Kayumanis Kec. Tanah Sareal
Kota Bogor
Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan informasi mengenai
Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas dan Latihan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang ” Pendampingan Pasien Sakaratul Maut Dan
Perawatan Jenazah ”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat menbangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan sertadalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa ridhai
segala usaha kita.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ .................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 1
C. TUJUAN ......................................................................................................................... 2
D. MANFAAT...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ............... ............................................................................................... 3

B. DESKRIPSI RENTANG POLA HIDUP SAMPAI MENJELANG KEMATIAN .......... 3

C. PERKEMBANGAN PERSEPSI TENTANGN KEMATIAN .......................................... 4

BAB III PERAWATAN JENAZAH

A. DEFINISI PERAWATAN JENAZAH .............................................................................. 6

B. TUJUAN PERAWATAN JENAZAH .............................................................................. 6.

C. PERSIAPAN ALAT ........................................................................................................... 6

D . PROSEDUR ...................................................................................................................... 7

E.PENDAMPINGAN DENGAN ALAT-ALAT


MEDIS...............................................................7

F.MORAL DAN ETIKA MENDAMPINGI PASIEN SAKARATUL MAUT .....................10

G.TANDA-TANDA KEMATIAN .........................................................................................11

BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN........................................................................................................................14
SARAN....................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sakaratul Maut (Dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi
kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
Sedangkan Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan
tekanan darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan
terhentinya aktivitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap.
”Bimbinglah orang yang hendak mati mengucapkan (kalimat/perkataan): “Tiada
Tuhan Selain Allah” (HR.Muslim).
Tak dapat dipungkiri kematian itu tak dapat dihindari dari kehidupan sehari-hari kita.
Kematian tidak pandang bulu, anak-anak, remaja maupun orang dewasa sekalipun
dapat mengalami hal ini. Kita tak tahu kapan kematian akan menjemput kita.
Kematian seakan menjadi ketakutan yang sangat besar di hati kita.
Proses terjadinya kematian diawali dengan munculnya tanda-tanda yaitu sakaratul
maut atau dalam istilah disebut dying. Oleh karena itu perlunya pendampingan pada
seseorang yang menghadapi sakaratul maut (Dying).
Sangat penting diketahui oleh kita, sebagai tenaga kesehatan tentang bagaimana cara
menangani pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari penanganan pasien yang
menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan perawatan yang tepat, seperti
memberikan perhatian yang lebih kepada pasien sehingga pasien merasa lebih sabar
dan ikhlas dalam menghadapi kondisi sakaratul maut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sakaratul maut, kematian, cabang ilmu yang berkaitan
dengan sakaratul maut (dying), dan penyakit terminal ?
2. Bagaimana mendeskripsikan rentang pola hidup sampai menjelang kematian?
3. Bagaimana perkembangan persepsi tentang kematian ?
4. Apa saja ciri-ciri pokok pasien yang akan meninggal ?
5. Bagaimana cara mendampingi pasien saat sakaratul maut ?
6. Bagaimana perubahan tubuh setelah kematian ?
7. Bagaimana moral dan etika dalam mendampingi pasien yang sakaratul maut?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sakaratul maut, kematian, cabang ilmu yang berkaitan
dengan sakaratul maut (dying), dan penyakit terminal.
2. Untuk mengetahui rentang pola hidup sampai menjelang kematian.
3. Untuk mengetahui perkembangan persepsi tentang kematian.
4. Untuk mengetahui ciri-ciri pokok pasien yang akan meninggal.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mendampingi pasien saat sakaratul maut dengan
menggunakan alat- alat medis dan bimbingan rohani.
6. Untuk mengetahui perubahan tubuh setelah kematian.
7. Untuk mengetahui moral dan etika dalam mendampingi pasien yang sakaratul maut.

D. Manfaat
Pemahaman dalam Moderasi Agama dapat menjadi pengetahuan dan wawasan bagi Siswa
Kelas XII Keperawatan B

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
1. Sakaratul Maut (Dying)
Sakaratul maut (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
2. Kematian (Death)
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta
hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau
terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Selain itu, dr. H. Ahmadi NH, Sp KJ
juga mendefinisikan Death sebagai :
a. Hilangnya fase sirkulasi dan respirasi yang irreversible
b. Hilangnya fase keseluruhan otak, termasuk batang otak
Dying dan death merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan suatu
fenomena tersendiri. Dying lebih ke arah suatu proses, sedangkan death merupakan akhir dari
hidup (Eny Retna Ambarwati, 2010)
3. Cabang Ilmu Yang Berkaitan Dengan Dying
a. Geriatri : Ilmu yg mempelajari penyakit pada lanjut usia (degeneratif).
b. Gerontologi : Disiplin ilmu diluar/cabang geriatri yang mempelajari aspek fisik, mental,
dan psikososial yang ada pada lanjut usia. Untuk menunjang pelayanan geriatri bagi penderita
lanjut usia. (dr. H. Ahmadi NH, Sp KJ,2009)
4. Penyakit Terminal
Penyakit yang sulit disembuhkan, seperti kanker stadium akhir, dan lain-lain.

B. Diskripsi Rentang Pola Hidup Sampai Menjelang Kematian


Pandangan pengetahuan tentang kematian yang dipahami oleh seseorang berbeda-beda.
Adapun seorang ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang deskripsi rentang pola hidup
sampai menjelang kematian adalah Martocchio. Menurut Martocchio, rentang pola hidup
sampai menjelang kematian sebagai berikut :
1. Pola puncak dan lembah.
Pola ini memiliki karakteristik periodik sehat yang tinggi (puncak) dan periode krisis
3
(lemah). Pada kondisi puncak, pasien benar-benar merasakan harapan yang tinggi/besar.
Sebaliknya pada periode lemah, klien merasa sebagai kondisi yang menakutkan sampai bisa
menimbulkan depresi.
2. Pola dataran yang turun.
Karakteristik dari pola ini adalah adanya sejumlah tahapan dari kemunduran yang terus
bertambah dan tidak terduga, yang terjadi selama/setelah perode kesehatan yang stabil serta
berlangsung pada waktu yang tidak bisa dipastikan.
3. Pola tebing yang menurun
Karakteristik dari pola ini adalah adanya kondisi penurunan yang menetap/stabil, yang
menggambarkan semakin buruknya kondisi. Kondisi penurunan ini dapat diramalkan dalam
waktu yang bisa diperkirakan baik dalam ukuran jam atau hari. Kondisi ini lazim detemui di
unit khusus (ICU)
4. Pola landai yang turun sedikit-sedikit
Karakteristik dari pola ini kehidupan yang mulai surut, perlahan dan hampir tidak teramati
sampai akhirnya menghebat menuju kemaut.

C. Perkembangan Persepsi tentang Kematian


Di dalam kehidupan masyarakat dewasa, kematian adalah sesuatu yang sangat menakutkan.
Sebaliknya, pada anak-anak usia 0-7 tahun kematian itu dalah sesuatu hal yang biasa saja,
yang ada di pikirannya kematian adalah sesuatu hal yang hanya terjadi pada orang tua yang
sakit. Mereka sangat acuh sekali dengan kematian.
Seiring dengan perkembangan usianya menuju kedewasaan, mereka mengerti tentang apa itu
kematian. Karena itu berkembanglah klasifikasi tentang kematian menurut umur yang di
definisikan oleh Eny Retna Ambarwati, yaitu :
1. Bayi - 5 tahun. Tidak mengerti tentang kematian, keyakinan bahwa mati adalah
tidur/pergi yang temporer.
2. 5-9 tahun. Mengerti bahwa titik akhir orang yang mati dapat dihindari.
3. 9-12 tahun. Mengerti bahwa mati adalah akhir dari kehidupan dan tidak dapat dihindari,
dapat mengekspresikan ide-ide tentang kematian yang diperoleh dari orang tua/dewasa
lainnya.
4. 12-18 tahun. Mereka takut dengan kematian yang menetap, kadang-kadang memikirkan
tentang kematian yang dikaitkan dengan sikap religi
4.
5. 18-45 tahun. Memiliki sikap terhadap kematian yang dipengaruhi oleh religi dan
keyakinan.
6. 45-65 tahun. Menerima tentang kematian terhadap dirinya. Kematian merupakan puncak
kecemasan.
7. 65 tahun keatas. Takut kesakitan yang lama. Kematian mengandung beberapa makna :
terbebasnya dari rasa sakit dan reuni dengan anggota keluarga yang telah meninggal.

5
BAB III
PERAWATAN JENAZAH

A. DEFINISI PERAWATAN JENAZAH


Perawatan jenazah adalah tindakan medis, yaitu pemberian bahan kimia tertentu pada jenazah
untuk menghambat pembusukan dan menjaga penampilan luar jenazah tetap mirip dengan
kondisi sewaktu hidup.
B. TUJUANNYA :
1. Membersihkan dan merapikan jenazah
2.Memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah.
3.Menjalankan kewajiban hukum fardu a'in (Muslim)
C. PERSIAPAN ALAT :
1. Apd/Apron
2.Verban/kassa gulung
3.Sarung tangan/Handscoon
4.Pinset
5.Gunting perban
6.Bengkok
7.Baskom
8.Waslap
9.Kantong plastik kecil (tempat perhiasan)
10.Kartu identitas pasien
11.Kain kafan
12.Kapas lipat kering dalam komp.
13.Kapas alkohol dalam komp.
14.Bengkok lysol 2-3%
15.Alat tenun kotor
D.PROSEDUR :
1. Memberitahukan kepada keluarga pasien
2. Mempersiapkan peralatan dan dekatkan ke jenazah.
3.Mencuci tangan dengan sabun
4.Memakai APD
6
5.Memakai hands scoond.
6.Melepaskan perhiasan dan benda-benda berharga lain diberikan kepada keluarga pasien
(dimasukkan dalam kantong plastik kecil)
7.Melepaskan peralatan invasif (selang, kateter, NGT tube dll)
8.Membersihkan mata pasien dengan kassa, kemudian ditutup dengan kassa lembab.
9. Membersihkan bagian hidung dengan kassa, dan ditutup dengan kapas
10.Membersihkan bagian telinga dengan kassa, dan ditutup dengan kapas.
11.Membersihkan bagian mulut dengan kassa.
12. Merapikan rambut jenazah dengan sisir.
13. Mengikat dagu dari bawah dagu sampai ke atas kepala dengan verban gulung.
14. Menurunkan selimut sampai ke bawah kaki.
15. Membuka pakaian atas jenazah, taruh dalam ember.
16. Melipat tangan dan mengikat pada pergelangan tangan dengan verban gulung

E.PENDAMPINGAN DENGAN ALAT—ALAT MEDIS


Memperpanjang hidup penderita semaksimal mungkin dan bila perlu dengan bantuan alat-alat
kesehatan adalah tugas dari petugas kesehatan. Untuk memberikan pelayananyang maksimal
pada pasien yang hampir meninggal, maka petugas kesehatan memerlukan alat-alat
pendukung seperti:
a. Disediakan tempat tersendiri
b. Alat – alat pemberian O2
c. Alat resusitasi
d. Alat pemeriksaan vital sighn.
e. Pinset
f. Kassa, air matang, kom/gelas untuk membasahi bibir
g. Alat tulis

Adapun prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan oleh petugas dalam mendampingi pasien
yang hampir meninggal, yaitu :
a. Memberitahu pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakuka
b. Mendekatkan alat
c. Memisahkan pasien dengan pasien yang lain

7
d. Mengijinkan keluarga untuk mendampingi, pasien tidak boleh ditinggalkan sendiri
e. Membersihkan pasien dari keringat
f. Membasahi bibir pasien dengan kassa lembab, bila tampak kering menggunakan pinset
h. Membantu melayani dalam upacara keagamaan
i. Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital sign) terus menerus
j. Mencuci tangan
k. Melakukan dokumentasi tindakan
Pendampingan dengan bimbingan rohani
Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam
upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang komprehensif,
karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual
needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah
menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah
satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan
dokter, terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.
Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan
spiritual pasien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak penting oleh
perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang didiagnosa
harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal
karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat
disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari
(1977,53) “orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih
banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga
pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”.
Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk
mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup pasien meskipun harapannya
sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.
Dalam konsep Islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya seseorang
terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan dimintai
pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit.

8
Dan fase sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang
disebutkan Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh
yang bisa menghadapinya dengan tenang dan senang hati. Ini adalah petikan Al-Quran
tentang sakaratul maut,” Datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.”(QS.50:19).“
Alangkah dahsyatnya ketika orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan
sakaratul maut.” (QS. 6:93).
Dalam Al-hadits tentang sakaratul maut. Al-Hasan berkata bahwa Rasulullah SAW pernah
mengingatkan mengenai rasa sakit dan duka akibat kematian. Beliau bertutur, “Rasanya
sebanding dengan tiga ratus kali tebasan pedang.” (HR.Ibn Abi ad-Dunya) Begitu sakitnya
menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus membimbing pasien dengan cara-
cara,seperti ini:
a. Menalqin (menuntun) dengan syahadat. Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
b. Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata
yang baik.
Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda. Artinya :“Apabila kalian mendatangi orang yang sedang
sakit atau orang yang hampir mati, maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang
baik-baik karena para malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.”Maka perawat harus
berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih
dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua
matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya.
c. Berbaik Sangka kepada Allah
Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits
Bukhari“ Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada
Allah SWT.” Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi
pada kita karena Allah mengikuti perasangka umatNya.
d. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut Disunnahkan bagi orang-
orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut
dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan
kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang
menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata.
9
Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang
mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam
mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)
e. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat
Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah
kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw.,
hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih
melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana
menghadap kiblat :
a) Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan
kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah
kiblat.
b) Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat.
Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar.
Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut
berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.

F. Moral Dan Etika Dalam Mendampingi Pasien Sakaratul Maut


Perlu diketahui oleh petugas kesehatan tentang moral dan etika dalam pendampingan pasien
sakaratul maut. Moral dan etika inilah yang dapat membantu pasien, sehingga pasien akan
lebih sabar dalam mengahadapi sakit yang di deritanya.
Dalam banyak studi, dukungan sosial sering dihubungkan dengan kesehatan dan usia lanjut.
Dan telah dibuktikan pula bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan. Pemebrian
dukuangan sosial adalah prinsip pemberian asuhan. Perilaku petugas kesehatan dalam
mengeksperikan dukungan meliputi :
1. Menghimbau pasien agar Ridha kepada qadha dan qadarnya-Nya serta berbaik sangka
terhadap Allah Swt.
2. Menghimbau pasien agar tidak boleh putus asa dari rahmat Allah Swt.
3. Kembangkan empati kepada pasien.
4. Bila diperlukan konsultasi dengan spesialis lain.
5. Komunikasikan dengan keluarga pasien.
6. Tumbuhkan harapan, tetapi jangan memberikan harapan palsu.

10
7. Bantu bila ia butuh pertolongan.
8. Mengusahakan lingkungan tenang, berbicara dengan suara lembut dan penuh perhatian,
serta tidak tertawa-tawa atau bergurau disekitar pasien
9. Jika memiliki tanggungan hak yang harus pasien penuhi, baik hak Allah Swt (zakat,
puasa, haji, dll) atau hak manusia (hutang, ghibah, dll). Hendaklah dipenuhi atau wasiat
kepada kepada orang yang dapat memenuhi bagi dirinya. Wasiat wajib atas orang yang
mempunyai tanggungan atau hak kepada orang lain.
G. Tanda-Tanda Kematian
Tanda-tanda kematian terbagi ke dalam tiga tahap yakni menjelang kematian, saat kematian
dan setelah kematian.
1. Mendekati/ Menjelang Kematian
Tanda-tanda fisik menjelang kematian yakni, meliputi:
a. Penurunan tonus otot
1) Gerakan ekstermitas berangsur-angsur menghilang, khususnya pada kaki dan ujung kaki
2) Sulit berbicara
3) Tubuh semakin lemah
4) Aktifitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
5) Otot rahang dan muka mengendur
6) Rahang bawah cenderung turun
7) Sulit menelan, reflek gerakan menurun
8) Mata sedikit terbuka
b. Sirkulasi melemah
1) Suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung pasien terasa dingin dan
lembab
2) Kulit ekstermitas dan ujung hidung tampak kebiruan, kelabu, atau pucat
3) Nadi mulai tidak teratur, lemah, dan cepat
4) Tekanan darah menurun
5) Peredaran darah perifer berhenti
c. Kegagalan fungsi sensorik
1) Sensasi nyeri menurun atau hilang
2) Pandangan mata kabur/ berkabut
3) Kemampuan indra berangsur-angur menurun
4) Sensasi panas, lapar, dingin, dan tajam menurun
11
d. Penurunan/ kegagalan fungsi pernafasan
1) Mengorok (death rattle ) bunyi nafas terdengar kasar
2) Pernafasan Cheyne stokes

2. Saat Kematian
a. Terhentinya pernafasan, Nadi, tekanan darah, dan fungsi otak (tidak berfungsinya
paru, jantung dan otak)
b. Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
c. Hilangnya control atas sfingter kandung kemih dan rectum (inkontinensia) akibat
peredaran darah terhambat; kaki dan ujung hidung menjadi dingin
d. Hilangnya kemampuan panca indra; hanya indra pendengaran yang paling lama dapat
berfungsi
e. Adanya garis datar pada mesin elektroenselofgrafi menunjukan terhentinya aktifitas
listrik otak untuk penilaian pasti suatu kematian
3. Setelah Kematian
1. Rigor mortis (kaku) dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, karena adanya
kekurangan ATP (Adenosin Trypospat) yang tidak dapat disintesa akibat kurangnya glikogen
dalam tubuh. Proses rigor mortis dimulai dari organ-organ involuntery, kemudian menjalar
pada leher, kepala, tubuh dan bagian ekstremitas, akan berakhir kurang lebih 96 jam setelah
kematian.
2. Algor mortis (dingin), suhu tubuh perlahan-lahan turun 1 derajat celcius setiap jam
sampai mencapai suhu ruangan.
3. livor mortis (Lebam mayat) terjadi setelah kematian klinis. Eritrosit akan menempati
tempat terbawah akibat gaya gravitasi, mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna
merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh, Livor mortis dimulai sekitar 20 menit
sampai 3 jam setelah kematian.
4. Tardieu's spot merupakan bintik-bintik perdarahan (petekie) akibat pelebaran kapiler darah
setempat. Lebam mayat cepat timbul, luas, dan lebih gelap karena terhambatnya pembekuan
darah dan meningkatnya fragilitas / permeabilitas kapiler
5. Tache noire
yaitu garis horizontal bewarna merah gelap yang muncul di mata ketika kelopak mata tidak
tertutup saat kematian

12
6. Purge fluid
adalah cairan pembusukan yang keluar dari lubang pada tubuh, seperti mulut, hidung, saluran
kemih, dan anus
7. Pembusukan atau dekomposisi (decompotion) merupakan salah satu perubahan secara
kimia yang membuat objek, biasanya makhluk hidup yang mati dapat mengalami perusakan
susunan/struktur yang dilakukan oleh dekomposer atau media pembusukan (termasuk semut,
belatung, bakteri dan jamur).
Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja
bakteri. Mulai muncul 24 jam setelah kematian, berupa warna kehijauan dimulai dari daerah
sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena terbentuk gas-gas baru,
Tubuh akan membusuk 48 jam setelah kematian.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Defenisi Perawatan pasien yang akan meninggal dilakukan dengan cara memberi pelayanan
khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien meninggal.
Dengan tujuan :
1. Memberikan rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah pada pasien dan
keluarganya.
2. Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien disekitarnya
3. Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal secara medis bisa dilihat
dari keadaan umum, vital sighn dan beberapa tahap-tahap kematian.

B. Saran
Melakukan perawatan pasien setelah meninggal merupakan pelayanan penghormatan terakhir
kepada pasien.

Perawatan kolaboratif penuh kasih sayang juga perlu diterapkan di seluruh rumah sakit
karena dengan berkolaborasinya perawat dan keluarga mencerminkan kepuasan pasien
dengan “dikenal” oleh tim keperawatan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adhisty, Effendy, Setiyarini. (2016). Pelayanan Paliatif pada Pasien Kanker di RSUP Dr.
Sadjito Yogyakarta. Tesis. etd.repository.ugm.ac.id/.../95916/.../S2- 2016-352965- Ahmad
Naufal, I. S. (2018).Pengalaman Caregiver Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang
Mengalami Penyakit Ginjal Kronik . Jurnal Empati, Oktober 2018, Volume 7 (Nomor 4),
Halaman 185-190 , 185-190 Asano, R., Abshire, M., Dennison-Himmelfarb, C., & Davidson,
P. M. (2019). Barriers and facilitators to a ‘good death’in heart failure: an integrative review.
Collegian, 26(6), 651-665. Denney, A. S., & Tewksbury, R. (2013). How to write a literature
review. Journal of criminal justice education, 24(2), 218-234. Dewi, R. (2016).Pengalaman
Mahasiswa Dengan Penyakit Kronik Dalam Belajar Di Universitas Desa Unggul. Volume 1
Nomor 1, Maret 2016 , 67-74. Fahni Haris*, Y. A. (2020).Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Pasien Terpasang Alat Medis: Persepsi Pasien. urnalKeperawatanVolume12No1, Hal79-
84,Maret 2020 , 79-84 Farisi, M. A. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketaatan
Minum Obat pada Penyakit Kronik . Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(1),
Februari 2020, pp.277-280 , 277-280. Ferrell, B.R., Virani R., Paice, J.A., Malloy, P., &
Dahlin, C. (2010). Statewide efforts to improve palliative care. Critical Care Nurse, 30 (6).
Diakses dari http://www.ccnonline. Org Higgs, C. (2010). The Palliative care Handbook:
Advice on clinical Management 7th ed. Sanford: Hierographics Ltd. Hizrah Hanim Lubis.
(2019). Pengalaman Perawat Memberikan Perawatan Terminal Di Kota Medan. Tesis.
Magister Keperawatan. Universitas Sumatra Utara Lubis, H. H. (2019). Pengalaman Perawat
Memberikan Perawatan Terminal di Kota Medan. Meier, E. A., Gallegos, J. V., Thomas, L.
P. M., Depp, C. A., Irwin, S. A., & Jeste, D. V. (2016). Defining a good death (successful
dying): literature review and a call for research and public dialogue. The American Journal of
Geriatric Psychiatry, 24(4), 261-271. Meilita Enggune1, K. I. (2014). Persepsi Perawat
Neurosurgical Critical Care Unit terhadap Perawatan Pasien Menjelang Ajal. Volume 2
Nomor 1 April 2014, 35-42. Mekarisce, A. A. (2020). Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
pada Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan Masyarakat. JURNAL ILMIAH
KESEHATAN MASYARAKAT: Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat,
12(3), 145-151. Nursalam. (2020). Sosialisasi Panduan Penyusunan Skripsi Bentuk Literature
Review dan Systematic Review.

15

Anda mungkin juga menyukai