Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN MAKALAH/SEMINAR PENUGASAN

AGAMA
“PENDAMPINGAN MASA KRITIS “

Dosen pengampu :
Pandu wiranata S.Pd. I, M.Pd.I

Disusun oleh:
Kelompok 9

1. Salshabila tri marshanda ( 22031030)


2. Alvi muntaza ( 22031031)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANGTUAH PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul pendampingan masa kritis ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi bapak Pandu wiranata
S.Pd. I, M.Pd.I pada bidang studi agama. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan pembaca dan juga penulis tentang bagaimana cara kita memahami
pendampingan masa kritis dalam islam.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Pandu wiranata S.Pd. I, M.Pd.I selaku dosen
pembimbing kami yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuanya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang akan membangun kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini

pekanbaru, april 2023

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A.Latar belakang....................................................................................................................4
B.Rumusan masalah...............................................................................................................4
C.Tujuan.................................................................................................................................4
BAB 2.........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................4
A.Pengertian masa kritis.........................................................................................................4
B. Ciri-ciri pokok pasien yang sakaratul maut.......................................................................5
C. Pendampingan pasien sakaratul maut................................................................................5
BAB 3.........................................................................................................................................8
PENUTUP.................................................................................................................................8
A. Kesimpulan........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
Soal dan jawaban....................................................................................................................9
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

“Bimbinglah orang yang hendak mati mengucapkan (kalimat/perkataan): “Tiada Tuhan


Selain Allah” (HR.Muslim).
Tak dapat dipungkiri kematian itu tak dapat dihindari dari kehidupan sehari-hari kita.
Kematian tidak pandang bulu, anak-anak, remaja maupun orang dewasa sekalipun dapat
mengalami hal ini.  Kita tak tahu kapan kematian akan menjemput kita. Kematian seakan
menjadi ketakutan yang sangat besar di hati kita.
Proses terjadinya kematian diawali dengan munculnya tanda-tanda yaitu masa kritis atau
dalam istilah disebut dying. Oleh karena itu perlunya pendampingan pada seseorang yang
menghadapi masa kritis.

B.Rumusan masalah

Bagaimana cara pendampingan pasien yang mengalami masa kritis

C.Tujuan

Untuk memahami pendampingan masa kritis

BAB 2

PEMBAHASAN

A.Pengertian masa kritis

Masa kritis merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian,


yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian
merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya
respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau
terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Selain itu, dr. H. Ahmadi NH, Sp
KJ juga mendefinisikan kematian sebagai:

(a) Hilangnya fase sirkulasi dan respirasi yang irreversibel


(b) Hilangnya fase keseluruhan otak, termasuk batang otak
Dying dan death merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta
merupakan suatu fenomena tersendiri. Dying lebih ke arah suatu proses, sedangkan
death merupakan akhir dari hidup. (Eny Retna Ambarwati, 2010)

B. Ciri-ciri pokok pasien yang sakaratul maut

Ciri-ciri pokok pasien yang akan meninggal


Pasien yang menghadapi sakaratul maut akan memperlihatkan tingkah laku yang khas, antara
lain :
a. Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada
anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang
terasa dingin dan lembab
b. Kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat
c. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat
d. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes
e. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri
bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi
tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan
cemas nampak lebih pasrah menerima

C. Pendampingan pasien sakaratul maut

A. Pendampingan Pasien Sakaratul Maut Menurut Kesehatan


Perawatan kepada pasien yang akan meninggal oleh petugas kesehatan dilakukan dengan cara
memberi pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien meninggal. Tujuannya
yaitu, :
a. Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah pada pasien dan keluarganya
b. Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien disekitarnya.
c. Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal secara medis bisa dilihat dari
keadaan umum, vital sighn dan beberapa tahap-tahap kematian
Pendampingan dengan alat-alat medis
Memperpanjang hidup penderita semaksimal mungkin dan bila perlu dengan bantuan
alat-alat kesehatan adalah tugas dari petugas kesehatan. Untuk memberikan pelayanan yang
maksimal pada pasien yang hampir meninggal, maka petugas kesehatan memerlukan alat-alat
pendukung seperti :
1. Disediakan tempat tersendiri
2. Alat – alat pemberian O2
3. Alat resusitasi
4. Alat pemeriksaan vital sighnP
5. Pinset
6. Kassa, air matang, kom/gelas untuk membasahi bibir
7. Alat tulis
Adapun prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan oleh petugas dalam mendampingi pasien
yang hampir meninggal, yaitu :
a. Memberitahu pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Mendekatkan alat
c. Memisahkan pasien dengan pasien yang lain
d. Mengijinkan keluarga untuk mendampingi, pasien tidak boleh ditinggalkan sendiri
e. Membersihkan pasien dari keringat
f. Membasahi bibir pasien dengan kassa lembab, bila tampak kering menggunakan pinset
g. Membantu melayani dalam upacara keagamaan
h. Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital sign) terus menerus
i. Mencuci tangan
j. Melakukan dokumentasi tindakan

B. Pendampingan dengan bimbingan rohani


Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang
komprehensif, karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual
( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ). Pentingnya bimbingan spiritual dalam
kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual)
merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena
itu dibutuhkan dokter, terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.
Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis,
dan spiritual pasien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak penting oleh
perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang didiagnosa
harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawat bisa
menjadi seperti apa yang dikemukakan oleh Henderson, “The unique function of the nurse is
to assist the individual, sick or well in the performance of those activities contributing to
health or its recovery (or to a peaceful death) that he would perform unaided if he had the
necessary strength will or knowledge”,maksudnya perawat akan membimbing pasien saat
sakaratul maut hingga meninggal dengan damai.
Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien
terminal karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak
dapat disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang
Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut
lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga
pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”.
Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk
mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup pasien meskipun harapannya
sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.

C. Pendampingan Pasien Sakratul Maut Menurut Islam


Dalam konsep Islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya
seseorang terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan dimintai
pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit. Dan fase
sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan
Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa
menghadapinya dengan tenang dan senang hati. Ini adalah petikan Al-Quran tentang
sakaratul maut,” Datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.”(QS.50:19).“ Alangkah
dahsyatnya ketika orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut.”
(QS. 6:93). Dalam Al-hadits tentang sakaratul maut. Al-Hasan berkata bahwa Rasulullah
SAW pernah mengingatkan mengenai rasa sakit dan duka akibat kematian. Beliau bertutur,
“Rasanya sebanding dengan tiga ratus kali tebasan pedang.” (HR.Ibn Abi ad-Dunya)
Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus membimbing
pasien dengan cara-cara,seperti ini:
1. Menalqin (menuntun) dengan syahadat. Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
2. Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata
yang baik.
Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda. Artinya : “Apabila kalian mendatangi orang yang sedang
sakit atau orang yang hampir mati, maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang
baik-baik karena para malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.” Maka perawat harus
berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih
dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua
matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya.
3. Berbaik Sangka kepada Allah
Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits
Bukhari“ Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada
Allah SWT.” Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi
pada kita karena Allah mengikuti perasangka umatNya.
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang
sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk
membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya
kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata.
Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang
mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam
mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)
5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat
Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah
kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw.,
hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih
melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana
menghadap kiblat :
a) Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan
kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah
kiblat.
b) Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke
kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar.
Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut
berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan kepada pasien yang menghadapi sakaratul maut (dying) oleh petugas
kesehatan dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmani dan rohani sebelum
pasien meninggal. Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis,
psikologis, dan spiritual pasien sakaratul maut dengan memperhatikan moral, etika serta
menumbuhkan sikap empati dan caring kepada pasien. Penanganan pasien perlu dukungan
semua pihak yang terkait, terutama keluarga pasien dan perlu tindakan yang tepat dari
perawat.
Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini agar ia
bertanggung jawab dan menyadari segala perbuatan yang telah dilakukannya. Sebab hanya
Allah swt yang dapat menciptakan makhluk hidup dan segala yang ada di bumi, kepada-Nya
pula kita kembali. Suatu proses dimana kehidupan dan kematian telah diatur oleh Sang
Pencipta, Allah swt.
Orang mukmin memiliki empat kewajiban terhadap mayit mukmin, yaitu :
Memandikan, mengkafani, menshalatkan, menguburkannya. Empat kewajiban ini hukumnya
fardhu kifayah.
Dengan demikian tugas sebagai orang muslim menjadi lengkap tatkala ia mampu peduli
kepada sesama muslim, sebab selain mengutamakan kewajiban kaum muslim juga bias
belajar dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang telah abadi.

DAFTAR PUSTAKA

Moh. Ali Aziz, dkk, 2012, Fiqih Medis, Surabaya : Imtiyaz


Basyir, Azhar, 1982, falsafah ibadah dalam islam, Jogjakarta : UII
M. Djaelani, Bisri,2009, Thibbun Nabi : Revolusi Medis Nabi Muhammad SAW ,
Jogjakarta : mirza media pustaka
Kisyik, Abdul Hamid. 1991. Mati Menebus Dosa. Jakarta: Gema Insani Press.
Potter dan Perry. 2002. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Soal dan jawaban

1. Definisi masa kritis?


Masa kritis pada pasien adalah perubahan dalam proses yang mengindikasikan hasilnya
sembuh atau meninggal,disini juga seseorang juga di uji oleh Allah agar lebih mendekat kan
diri kepada Allah.

2. Jelaskan apa itu pendampingan pada masa kritis?


Pendampingan masa kritis adalah sesorang pasien lagi dirawat di rumah sakit dan lagi di
rawat oleh perawat yang bertanggung jawab.dan selain itu ada juga nanti keluarga yang
apabilla sakratulmaut bisa di bantu mengucap kan dua kalimat syahadat, supaya husnul
khotimah…

3. Apakah peran dan fungsi perawat pada masa kritis?


Perawat pada masa kritis adalah perawat professional yang resmi yang bertanggung jawab
untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-keluarga mereka menerima
kepedulian optimal.
4. Apa prinsip yang di gunakan perawat untuk mengatasi masa kritis?
prinsip yang digunakan adalah melakukan pertolongan dengan memilih prioritas pasien mana
yang akan diberikan pelayanan keperawatan terlebih dahulu sesuai tingkat kegawatdaruratan
nya dimana pasien yang sangat terancam hidupnya harus diberi prioritas utama.

5. Apa yang dilakukan perawat ketika pasien masuk/dirawat diruang intensif yang dimana
pasien pada umumnya terintubasi dan tidak sadarkan diri?
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling lama berada didekat pasien memiliki
kewajiban untuk membantu terpenuhinya kebutuhan dasar pasien,khususnya kebutuhan
spiritual pasien atau bisa disebut aspek penting spiritual yaitu dengan melakukan doa.
FORMAT PENILAIAN SEMINAR

Nama Mahasiswa
No Deskripsi Penilaian Skor Nilai
1 Aktivitas & Kreativitas
Menanggapi informasi, 31-40
memberikan ide
penyelesaian masalah
Ide bagus, tapi kurang aktif 21-30
mengemukakan ide
Mengkritik tanpa ada 11-20
penyelesaian masalah
Mengikuti diskusi tanpa ada 1-10
ide yang disampaikan

2 Sikap dalam Diskusi


Menghargai sikap dan 16-20
berinteraksi dengan baik
Mampu mengemukakan 11-15
pendapat tapi tidak
memfasilitasi teman untuk
berpendapat
Mampu berinteraksi tapi 6-10
sering menyalahkan
pendapat orang lain
Tidak serius dan 1-5
menghambat proses diskusi

3 Relevansi dengan Tujuan Pembelajaran


Relevan 90 – 100% 16-30
Relevan 70 – 80% 11-15
Relevan 50 – 60% 1-10
Di luar tujuan pembelajaran 0

4 Penjelasan Presenter
Pembicara tenang, intonasi 8-10
tepat, kontak mata baik,
tidak bergantung pada
catatan
Pembicara tenang, suara 6-7
datar, cukup sering
bergantung pada catatan
Suara monoton, tidak ada 3-5
ide di luar catatan, kontak
mata kurang
Pembicara cemas, audien 1-2
diabaikan, hanya membaca
berbagai catatan daripada
berbicara
TOTAL

Pekanbaru, .......................2022
Penilai

(…………………………)
FORMAT PENILAIAN MAKALAH
Dimensi Sangat Memuask Cukup Kurang Di Skor
Memuaskan an Memuaskan Bawah
Standar
Konteks Bahasa/isi Bahasa/isi Bahasa/isi Informasi dan Tidak
bahasa/isi menggugah menambah deskriptif, data yang ada hasil
pembaca informasi tidak terlalu disampaikan
untuk pembaca menambah tidak menarik
mencari tahu pengetahuan dan
konsep lebih membingung
dalam kan

(9 – 10) (7 – 8) (4 – 6) (2 – 3) (0 – 1)
Kerapian Paper dibuat Paper Dijilid biasa Dijilid namun Tidak
dengan sangat cukup kurang rapi ada hasil
menarik dan menarik,
menggungah walau
semangat tidak
pembaca terlalu
mengunda
ng

(9 – 10) (7 – 8) (4 – 6) (2 – 3) (0 – 1)
Referensi Berasal dari Berasal Berasal dari Berasal dari Tidak
sumber dari buku dan sumber ada hasil
buku/jurnal sumber sumber internet
dan penulisan buku/jurnal internet (bukan jurnal)
sesuai dengan dan (bukan jurnal) dan penulisan
format APA penulisan serta tidak sesuai
tidak penulisan dengan APA
sesuai tidak sesuai
dengan dengan APA
APA

(9 – 10) (7 – 8) (4 – 6) (2 – 3) (0 – 1)

Nilai Akhir = total skor x 100 Pekanbaru, ..................2022


30 Penilai
(…………………………)

INSTRUMEN EVALUASI SOFTSKILL

Mata Kuliah : .................................


Pertemuan Ke / Topik : ................/................
Hari/Tanggal : .................................
Nama Mahasiswa :…………………….

No. Aspek Penilaian 0 1 2 3 Ket


1 Disiplin
2 Berpenampilan bersih dan rapi
3 Jujur dan berprilaku professional
4 Berperilaku caring dan komunikasi efektif
Mengutamakan etika dan moral dalam
5 interaksi
6 Kerjasama tim
7 Tanggung jawab
8 Kreatif dan inovatif
9 Berpikir kritis
10 Kepemimpinan
TOTAL

Nilai : Total Skor x 100 = ..................................


30
Ket : 3 = Dilakukan dengan sempurna
2 = Dilakukan, masih ada aspek yang kurang sempurna
1 = Masih ada aspek yang tidak dilakukan
0 = Tidak dilakukan sama sekali

Dosen Pengajar,

( ........................................ )

Anda mungkin juga menyukai