A. Latar Belakang
Sakaratul Maut (Dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian,
yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Sedangkan Kematian
(death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya
respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau terhentinya
fungsi jantung dan paru secara menetap.
”Bimbinglah orang yang hendak mati mengucapkan (kalimat/perkataan): “Tiada Tuhan
Selain Allah” (HR.Muslim).
Tak dapat dipungkiri kematian itu tak dapat dihindari dari kehidupan sehari-hari kita.
Kematian tidak pandang bulu, anak-anak, remaja maupun orang dewasa sekalipun dapat
mengalami hal ini. Kita tak tahu kapan kematian akan menjemput kita. Kematian seakan
menjadi ketakutan yang sangat besar di hati kita.
Proses terjadinya kematian diawali dengan munculnya tanda-tanda yaitu sakaratul maut
atau dalam istilah disebut dying. Oleh karena itu perlunya pendampingan pada seseorang yang
menghadapi sakaratul maut (Dying).
Sangat penting diketahui oleh kita, sebagai tenaga kesehatan tentang bagaimana cara
menangani pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari penanganan pasien yang
menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan perawatan yang tepat, seperti
memberikan perhatian yang lebih kepada pasien sehingga pasien merasa lebih sabar dan
ikhlas dalam menghadapi kondisi sakaratul maut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sakaratul maut, kematian, cabang ilmu yang berkaitan dengan
sakaratul maut (dying), dan penyakit terminal ?
2. Bagaimana mendeskripsikan rentang pola hidup sampai menjelang kematian?
3. Bagaimana perkembangan persepsi tentang kematian ?
4. Apa saja ciri-ciri pokok pasien yang akan meninggal ?
5. Bagaimana cara mendampingi pasien saat sakaratul maut ?
6. Bagaimana perubahan tubuh setelah kematian ?
7. Bagaimana moral dan etika dalam mendampingi pasien yang sakaratul maut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sakaratul maut, kematian, cabang ilmu yang berkaitan dengan
sakaratul maut (dying), dan penyakit terminal.
2. Untuk mengetahui rentang pola hidup sampai menjelang kematian.
3. Untuk mengetahui perkembangan persepsi tentang kematian.
4. Untuk mengetahui ciri-ciri pokok pasien yang akan meninggal.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mendampingi pasien saat sakaratul maut dengan
menggunakan alat- alat medis dan bimbingan rohani.
6. Untuk mengetahui perubahan tubuh setelah kematian.
7. Untuk mengetahui moral dan etika dalam mendampingi pasien yang sakaratul maut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
1. Sakaratul Maut (Dying)
Sakaratul maut (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian,
yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
2. Kematian (Death)
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah
serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak
atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Selain itu, dr. H. Ahmadi NH, Sp KJ
juga mendefinisikan Death sebagai :
a. Hilangnya fase sirkulasi dan respirasi yang irreversible
b. Hilangnya fase keseluruhan otak, termasuk batang otak
Dying dan death merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan suatu
fenomena tersendiri. Dying lebih ke arah suatu proses, sedangkan death merupakan akhir dari
hidup. (Eny Retna Ambarwati, 2010)
3. Cabang Ilmu Yang Berkaitan Dengan Dying
a. Geriatri : Ilmu yg mempelajari penyakit pada lanjut usia (degeneratif).
b. Gerontologi : Disiplin ilmu diluar/cabang geriatri yang mempelajari aspek fisik, mental, dan
psikososial yang ada pada lanjut usia. Untuk menunjang pelayanan geriatri bagi penderita lanjut
usia. (dr. H. Ahmadi NH, Sp KJ,2009)
4. Penyakit Terminal
Penyakit yang sulit disembuhkan, seperti kanker stadium akhir, dan lain-lain.
B. Diskripsi Rentang Pola Hidup Sampai Menjelang Kematian
Pandangan pengetahuan tentang kematian yang dipahami oleh seseorang berbeda-beda.
Adapun seorang ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang deskripsi rentang pola hidup
sampai menjelang kematian adalah Martocchio. Menurut Martocchio, rentang pola hidup
sampai menjelang kematian sebagai berikut :
1. Pola puncak dan lembah.
Pola ini memiliki karakteristik periodik sehat yang tinggi (puncak) dan periode krisis
(lemah). Pada kondisi puncak, pasien benar-benar merasakan harapan yang tinggi/besar.
Sebaliknya pada periode lemah, klien merasa sebagai kondisi yang menakutkan sampai bisa
menimbulkan depresi.
2. Pola dataran yang turun.
Karakteristik dari pola ini adalah adanya sejumlah tahapan dari kemunduran yang terus
bertambah dan tidak terduga, yang terjadi selama/setelah perode kesehatan yang stabil serta
berlangsung pada waktu yang tidak bisa dipastikan.
3. Pola tebing yang menurun
Karakteristik dari pola ini adalah adanya kondisi penurunan yang menetap/stabil, yang
menggambarkan semakin buruknya kondisi. Kondisi penurunan ini dapat diramalkan dalam
waktu yang bisa diperkirakan baik dalam ukuran jam atau hari. Kondisi ini lazim detemui di unit
khusus (ICU)
4. Pola landai yang turun sedikit-sedikit
Karakteristik dari pola ini kehidupan yang mulai surut, perlahan dan hampir tidak teramati
sampai akhirnya menghebat menuju kemaut.
C. Perkembangan Persepsi tentang Kematian
Di dalam kehidupan masyarakat dewasa, kematian adalah sesuatu yang sangat
menakutkan. Sebaliknya, pada anak-anak usia 0-7 tahun kematian itu dalah sesuatu hal yang
biasa saja, yang ada di pikirannya kematian adalah sesuatu hal yang hanya terjadi pada orang
tua yang sakit. Mereka sangat acuh sekali dengan kematian.
Seiring dengan perkembangan usianya menuju kedewasaan, mereka mengerti tentang
apa itu kematian. Karena itu berkembanglah klasifikasi tentang kematian menurut umur yang di
definisikan oleh Eny Retna Ambarwati, yaitu :
1. Bayi - 5 tahun. Tidak mengerti tentang kematian, keyakinan bahwa mati adalah tidur/pergi yang
temporer.
2. 5-9 tahun. Mengerti bahwa titik akhir orang yang mati dapat dihindari.
3. 9-12 tahun. Mengerti bahwa mati adalah akhir dari kehidupan dan tidak dapat dihindari, dapat
mengekspresikan ide-ide tentang kematian yang diperoleh dari orang tua/dewasa lainnya.
4. 12-18 tahun. Mereka takut dengan kematian yang menetap, kadang-kadang memikirkan
tentang kematian yang dikaitkan dengan sikap religi.
5. 18-45 tahun. Memiliki sikap terhadap kematian yang dipengaruhi oleh religi dan keyakinan.
6. 45-65 tahun. Menerima tentang kematian terhadap dirinya. Kematian merupakan puncak
kecemasan.
7. 65 tahun keatas. Takut kesakitan yang lama. Kematian mengandung beberapa makna :
terbebasnya dari rasa sakit dan reuni dengan anggota keluarga yang telah meninggal.
H. Tanda-Tanda Kematian
Tanda-tanda kematian terbagi ke dalam tiga tahap yakni menjelang kematian, saat
kematian dan setelah kematian.
1. Mendekati/ Menjelang Kematian
Tanda-tanda fisik menjelang kematian yakni, meliputi:
a. Penurunan tonus otot
1) Gerakan ekstermitas berangsur-angsur menghilang, khususnya pada kaki dan ujung kaki
2) Sulit berbicara
3) Tubuh semakin lemah
4) Aktifitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
5) Otot rahang dan muka mengendur
6) Rahang bawah cenderung turun
7) Sulit menelan, reflek gerakan menurun
8) Mata sedikit terbuka
b. Sirkulasi melemah
1) Suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung pasien terasa dingin dan
lembab
2) Kulit ekstermitas dan ujung hidung tampak kebiruan, kelabu, atau pucat
3) Nadi mulai tidak teratur, lemah, dan cepat
4) Tekanan darah menurun
5) Peredaran darah perifer berhenti
c. Kegagalan fungsi sensorik
1) Sensasi nyeri menurun atau hilang
2) Pandangan mata kabur/ berkabut
3) Kemampuan indra berangsur-angur menurun
4) Sensasi panas, lapar, dingin, dan tajam menurun
d. Penurunan/ kegagalan fungsi pernafasan
1) Mengorok (death rattle ) bunyi nafas terdengar kasar
2) Pernafasan tidak teratur dan berlangung melalui mulut
3) Pernafasan Cheyne stokes
2. Saat Kematian
a. Terhentinya pernafasan, Nadi, tekanan darah, dan fungsi otak (tidak berfungsinya paru,
jantung dan otak)
b. Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
c. Hilangnya control atas sfingter kandung kemih dan rectum (inkontinensia) akibat peredaran
darah terhambat; kaki dan ujung hidung menjadi dingin
d. Hilangnya kemampuan panca indra; hanya indra pendengaran yang paling lama dapat
berfungsi
e. Adanya garis datar pada mesin elektroenselofgrafi menunjukan terhentinya aktifitas listrik otak
untuk penilaian pasti suatu kematian
3. Setelah kematian
Perubahan Tubuh Setelah Kematian, akan terjadi :
a. Rigor mortis (kaku) dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, karena adanya kekurangan
ATP (Adenosin Trypospat) yang tidak dapat disintesa akibat kurangnya glikogen dalam tubuh.
Proses rigor mortis dimulai dari organ-organ involuntery, kemudian menjalar pada leher,
kepala, tubuh dan bagian ekstremitas, akan berakhir kurang lebih 96 jam setelah kematian.
b. Algor mortis (dingin), suhu tubuh perlahan-lahan turun 1 derajat celcius setiap jam sampai
mencapai suhu ruangan.
c. Post mortem decompotion, yaitu terjadi livor mortis (biru kehitaman) pada daerah yang
tertekan serta melunaknya jaringan yang dapat menimbulkan banyak bakteri. Ini disebabkan
karena sistem sirkulasi hilang, darah/ sel-sel darah merah telah rusak dan terjadi pelepasan HB.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan kepada pasien yang menghadapi sakaratul maut (dying) oleh petugas
kesehatan dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum
pasien meninggal. Perawat atau Bidan memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis,
sosiologis, psikologis, dan spiritual pasien sakaratul maut dengan memperhatikan moral, etika
serta menumbuhkan sikap empati dan caring kepada pasien. Penanganan pasien perlu
dukungan semua pihak yang terkait, terutama keluarga pasien dan perlu tindakan yang tepat
dari perawat atau bidan.
B. Saran
Sebagai mahasiswi, bidan wajib mampu mengetahui dan menerapkan serta
mempraktikan pengetahuan tentang bagaimana cara mendampingi klien yang hampir
meninggal / sakaratul maut dalam memberikan pelayanan pada masyarakat sesuai dengan
prosedur dan cara kerja agar klien dapat merasa nyaman ketika kita memberikan pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eni Retna, at all.2009.KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi.Jogjakarta:Nuha Medika.
Musrifatul, Uliyah.2011.Buku Ajar Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK) untuk Pendidikan
Bidan.Surabya:Health books.
https://putriandinitanjung.blogspot.com/2019/03/makalah-mendampingi-klien-yang-hampir.html