Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

” MODERASI AGAMA ”

Disusun oleh :

Arinda Rizki Cahyati

XII Keperawatan B

SMK KESEHATAN DWI PUTRI HUSADA BOGOR

PROGRAM KEAHLIAN KEPERAWATAN


Jl. Kh.Sholeh Iskandar RT 01/04
Kel. Kayumanis Kec. Tanah Sareal
Kota Bogor
Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan informasi mengenai
Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas dan Latihan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang ” MODERASI AGAMA ”

. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat menbangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan sertadalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa ridhai
segala usaha kita.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ .................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..................................................................................................... 1
B. TUJUAN ......................................................................................................................... 1
C. MANFAAT...................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI .................... ................................................................................................... 2

B. BENTUK MODERASI BERAGAMA............................................................................ 4

C. FUNGSI PENERAPAN MODERASI BERAGAMA ...................................................... 4

D. TOLAK UKUR MODERASI AGAMA........................................................................... 4

E. PENERAPAN MODERASI AGAMA................................................................................ 7

F. NILAI-NILAI MODERASI BERAGAMA ......................................................................... 7

BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN........................................................................................................... 8
SARAN....................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai sebuah negara yang memuat banyak sekali keberagaman yang
terdiri dari keberagaman suku, bangsa, bahasa, adat istiadat dan agama, dewasa ini
seringkali diterpa isu tentang radikalisme. Gerakan-gerakan yang mengatasnamakan
kelompok tertentu ini semakin hari semakin tumbuh dan secara terang-terangan
menyuarakan ideologi mereka. Aksi teror, penculikan, penyerangan, bahkan
pengeboman pun kian marak terjadi.

Dari berbagai macam keberagaman yang dimiliki negara Indonesia, keberagaman


agama menjadi yang terkuat dalam membentuk radikalisme di Indonesia. Munculnya
kelompok-kelompok ekstrem yang kian hari semakin mengembang sayapnya difaktori
berbagai hal seperti sensitifitas kehidupan beragama, masuknya aliran kelompok
ekstrem dari luar negeri, bahkan permasalahan politik dan pemerintahan pun turut
mewarnai. Maka ditengah hiruk-pikuk permasalahan radikalisme ini, muncul sebuah
istilah yang disebut “Moderasi beragama”.

B. Tujuan
Untuk membantu Siswa Kelas XII Keperawatan B dalam memahami Moderasi Agama .

C. Manfaat
Pemahaman dalam Moderasi Agama dapat menjadi pengetahuan dan wawasan bagi Siswa
Kelas XII Keperawatan B

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Pengertian Moderasi Beragama
1. Moderasi
a. Secara Bahasa
1) Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin Moderatio, yang berarti kesedangan (tidak
kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti penguasaan diri (dari sikap sangat
kelebihan dan kekurangan). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua
pengertian kata moderasi, yakni: 1. pengurangan kekerasan, dan 2. penghindaran
keekstreman. Jika dikatakan, “orang itu bersikap moderat”, kalimat itu berarti bahwa orang
itu bersikap wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrem.
2) Dalam bahasa Inggris, kata moderation sering digunakan dalam pengertian average (rata-
rata), core (inti), standard (baku), atau non-aligned (tidak berpihak). Secara umum, moderat
berarti mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan watak, baik ketika
memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika berhadapan dengan institusi
negara.
3) Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah,
yang memiliki padanan makna dengan kata tawassuth (tengah-tengah), i’tidal (adil), dan
tawazun (berimbang). Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wasith.
Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai “pilihan terbaik”. Apa pun kata
yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni adil, yang dalam konteks
ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem.
Kata wasith bahkan sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata 'wasit' yang
memiliki tiga pengertian, yaitu:
1) penengah, perantara (misalnya dalam perdagangan, bisnis)
2) pelerai (pemisah, pendamai) antara yang berselisih
3) pemimpin di pertandingan.

2
Menurut para pakar bahasa Arab, kata wasath itu juga memiliki arti “segala yang baik sesuai
dengan objeknya”. Misalnya, kata “dermawan”, yang berarti sikap di antara kikir dan boros,
atau kata “pemberani”, yang berarti sikap di antara penakut (al-jubn) dan nekad (tahawur),
dan masih banyak lagi contoh lainnya dalam bahasa Arab

2. Beragama
a. Secara Bahasa
1) Beragama berarti menganut (memeluk) agama. Contoh : Saya beragama Islam dan dia
beragama Kristen.
2) Beragama berarti beribadat; taat kepada agama; baik hidupnya (menurut agama). Contoh :
Ia datang dari keluarga yang beragama.
3) Beragama berarti sangat memuja-muja; gemar sekali pada; mementingkan (Kata
percakapan). Contoh: Mereka beragama pada harta benda.

b. Secara Istilah
Beragama itu menebar damai, menebar kasih sayang, kapanpun dimanapun dan kepada
siapapun. Beragama itu bukan untuk menyeragamkan keberagaman, tetapi untuk menyikapi
keberagaman dengan penuh kearifan. Agama hadir ditengah-tengah kita agar harkat, derajat
dan martabat kemanusiaan kita senantiasa terjamin dan terlindungi.
Oleh karenanya jangan gunakan agama sebagai alat untuk menegasi dan saling merendahkan
dan meniadakan satu dengan yang lain. Oleh karenanya, mari senatiasa menebarkan
kedamaian dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun. Beragama itu menjaga, menjaga hati,
menjaga perilaku diri, menjaga seisi negeri dan menjaga jagat raya ini.
Jadi Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni
memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan
maupun ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga
retaknya hubungan antarumat beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini

3
B. Bentuk Moderasi Beragama
Dapat ditunjukkan melalui sikap tawazun (berkeseimbangan), i'tidal (lurus dan tegas),
tasamuh (toleransi), musawah (egaliter), syura (musyawarah), ishlah (reformasi),
aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), tathawwur wa ibtikar (dinamis dan
inovatif).

C. Fungsi Penerapan Moderasi Beragama


Sangat diperlukan sebagai solusi, agar dapat menjadi kunci penting untuk
menciptakan kehidupan keagamaan yang rukun, harmoni, damai, serta keseimbangan,
baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat, bernegara maupun kehidupan
beragama

D. Tolak Ukur Moderasi Beragama

Kemajemukan di Indonesia tidak bisa hanya disikapi dengan prinsip keadilan, melainkan juga
dengan prinsip kebaikan. Keadilan adalah keseimbangan dan ketidakberpihakan dalam
menata kehidupan dengan asas hukum dan kepastian di dalamnya. Akan tetapi, keadilan atas
adanya hukum formalitas hitam-putih secara rigid juga tidak cukup jika tidak dibarengi
dengan kebaikan, yaitu unsur yang juga melandasi prinsip keadilan.

Hukum bisa saja hanya menyentuh aspek permukaan dan tidak memenuhi rasa keadilan
sesungguhnya, sehingga perlu ada sentuhan kebaikan. Keadilan adalah dimensi hukum,
sedangkan kebaikan adalah dimensi etik. Dalam QS. al-Baqarah: 143, dijelaskan bahwa Allah
menyatakan bahwa kaum muslimin dijadikan ummatan wasathan.

‫َو َك َٰذ ِلَك َج َعْلَناُك ْم ُأَّم ًة َو َس ًطا ِلَتُك وُنوا ُش َهَداَء َع َلى الَّناِس َو َيُك وَن الَّرُس وُل َع َلْيُك ْم َش ِه يًداۗ َو َم ا َج َعْلَن ا اْلِقْبَل َة اَّلِتي ُك ْنَت َع َلْيَه ا ِإاَّل‬
‫ِلَنْع َلَم َم ْن َيَّتِبُع الَّرُس وَل ِم َّم ْن َيْنَقِلُب َع َلٰى َع ِقَبْيِهۚ َو ِإْن َك اَنْت َلَك ِبيَر ًة ِإاَّل َع َلى اَّلِذ يَن َهَدى ُهَّللاۗ َو َم ا َك اَن ُهَّللا ِلُيِض يَع ِإيَم اَنُك ْم ۚ ِإَّن‬
‫َهَّللا ِبالَّناِس َلَرُء وٌف َرِح يٌم‬

Artinya : Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil
dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi

4
kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat,
kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-
nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
manusia”. (QS. al-Baqarah: 143)

Berikut adalah tolak ukur moderasi beragama yaitu :


1. Seberapa kuat kembalinya penganut agama kembali pada inti pokok ajaran, yaitu nilai
kemanusiaan. Melalui kemanusiaan maka perbedaan agama di tengah masyarakat bukan
menjadi persoalan mengganggu keharmonisan.
2. Kesepakatan bersama. Melalui kesepakatan bersama menunjukkan kerja sama di antara
sesama manusia yang beragam.
Karena bagaimanapun manusia memiliki keterbatasan sehingga keragaman itu akan saling
menutupi kekurangan. Keragaman diciptakan Tuhan Yang Maha Esa untuk membuat sesama
manusia saling menyempurnakan. Keragaman itu adalah kehendak Tuhan karena manusia
yang beragam membutuhkan kesepakatan. Inti pokok ajaran agama bagaimana setiap kita
tunduk dan taat terhadap kesepakatan bersama.
3. Ketertiban umum. Manusia yang beragam latar belakang agar bisa tertib yang bisa memicu
suasana beragama yang moderat. Tujuan agama dihadirkan agar tercipta ketertiban umum di
tengah kehidupan bersama yang beragam.
Hal yang dapat dilakukan dalam ber-moderasi beragama di lingkungan sekolah adalah
sekolah perlu menerapkan beberapa aksi, antara lain :
Pertama
Mengembangkan budaya lokal sekolah, misalnya kejujuran, saling menghargai, sopan santun,
dan lain-lain, yang merupakan perpaduan nilai-nilai, asumsi, pemahaman, keyakinan, dan
harapan yang diyakini oleh stakeholders sekolah serta dijadikan pedoman perilaku dalam
pemecahan masalah baik secara internal maupun eksternal yang mereka hadapi. Sedangkan
pengembangan budaya agama dalam komunitas sekolah berarti mengembangkan ajaran
agama wasathiyah (tengah-tengah) di sekolah sebagai pijakan nilai, sikap, semangat, dan
perilaku bagi para guru, tenaga pendidikan, orang tua murid, dan murid itu sendiri.
Kedua
Untuk membangun rasa saling pengertian sejak dini antara peserta didik yang mempunyai
keyakinan keagamaan yang berbeda, maka sekolah harus berperan aktif mengadakan dialog
5
keagamaan atau dialog antar umat beragama yang tentunya tetap berada dalam bimbingan
guru-guru dalam sekolah tersebut. Dialog antar umat beragama semacam ini merupakan salah
satu upaya yang efektif agar peserta didik dapat membiasakan diri melakukan dialog dengan
penganut agama yang berbeda.
Ketiga
Hal lain yang penting dalam penerapan moderasi beragama yaitu kurikulum dan buku-buku
pelajaran yang dipakai, diterapkan di sekolah sebaiknya kurikulum yang memuat nilai-nilai
pluralisme (ke-Bhinneka Tunggal Ika-an) dan toleransi beragama. Buku-buku agama yang
dipakai di sekolah juga sebaiknya buku-buku yang dapat membangun wacana serta pemikiran
peserta didik tentang pemahaman keberagaman yang inklusif dan moderat.
Keanekaragaman budaya (multikulturalisme) adalah peristiwa alami yang disebabkan oleh
pertemuan budaya yang berbeda, interaksi banyak individu dan kelompok yang berbeda
dengan perilaku budaya yang berbeda, dan gaya hidup yang berbeda.
Bahkan, antar warga desa yang satu dengan yang lain saja terdapat perbedaan, baik itu
perbedaan tradisi atau kepercayaan terhadap sesuatu. Pahamilah bahwa Indonesia itu sangat
kaya akan budayanya, setiap budaya memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan
budaya satu dengan yang lainnya.
Fenomena kehidupan damai dan harmonis ternyata tidak selalu terjadi di Indonesia,
masyarakat multikultural di Indonesia tidak selamanya dapat hidup berdampingan
sebagaimana yang diharapkan.
Ketegangan dan konflik sering muncul pada masyarakat Indonesia yang memiliki keragaman
kultur, agama, bahasa, ras dan tradisi yang berbeda
Seharusnya kita sebagai bangsa yang baik harus bisa menjadikan perbedaan sebagai kekuatan
bukan permusuhan. Oleh karena itu, toleransi itu sangat penting.
Dengan terciptanya toleransi dan juga kerukunan maka masing-masing umat beragama dapat
memperlakukan orang lain secara terhormat, menerima perbedaan dan hidup bersama secara
damai.
Misalnya, ada orang islam yang meninggal dunia maka umat dari agama lain tidak dilarang
untuk berbela sungkawa, jangan sampai kita berpikir kalau umat dari agama lain tidak
diperbolehkan untuk berbela sungkawa. Sebagai umat beragama yang baik kita harus
mempunyai sikap toleran yang tinggi supaya terciptanya keharmonisan antar umat beragama.

6
E. Penerapan Moderasi Agama
Contoh dari ajaran moderasi beragama yang bisa diedukasi pada para siswa adalah dengan
keadilan. Tidak boleh ada diskriminasi, meski seseorang menjadi minoritas karena
keyakinannya berbeda. Semua murid wajib mendapatkan hak dan ajaran yang sama, dan
tidak boleh dirundung hanya karena keyakinannya berbeda.
- Penerapan dilingkungan masyarakat
Contohnya adalah Sikap toleransi yang biasa di lakukan masyarakat adalah
menghargai orang lain dalam memilih agama, menghargai agama lain dalam
merayakan hari raya
- Penerapan dilingkungan sekolah
Mengembangkan budaya lokal sekolah, misalnya kejujuran, saling menghargai, sopan
santun, dan lain-lain, yang merupakan perpaduan nilai-nilai, asumsi, pemahaman,
keyakinan, dan harapan yang diyakini oleh stakeholders sekolah serta dijadikan
pedoman perilaku dalam pemecahan masalah baik secara internal maupun eksternal
yang mereka hadapi. Sedangkan pengembangan budaya agama dalam komunitas
sekolah berarti mengembangkan ajaran agama wasathiyah (tengah-tengah) di sekolah
sebagai pijakan nilai, sikap, semangat, dan perilaku bagi para guru, tenaga
pendidikan, orang tua murid, dan murid itu sendiri.
- Penerapan di lingkungan rumah
Contohnya adalah menerapkan sikap toleransi. Sikap toleransi yang biasa di lakukan
masyarakat adalah menghargai orang lain dalam memilih agama, menghargai agama
lain dalam merayakan hari besar dengan tidak mengganggu atau membuat keributan,
dan tidak mengganggu orang lain saat sedang beribadah.

F. Nilai-nilai Moderasi Beragama :


(1) Kemanusiaan (6) Kemaslahatan Umum
(2) Adil (7) Berimbang
(3) Taat Konstitusi (8) Komitmen Kebangsaan
(4) Toleransi (9) Anti Kekerasan
(5) Penghormatan kepada Tradisi.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata “Moderasi” memiliki korelasi dengan beberapa istilah. Pada bahasa Inggris, kata
“moderasi” berasal dari kata moderation, yang memiliki arti sikap sedang, sikap tidak
berlebih-lebihan. Jadi, pada saat kata “moderasi” disandingkan dengan kata “beragama”,
menjadi “moderasi beragama”, maka istilah tersebut berarti merujuk pada sikap
mengurangi kekerasan, atau menghindari keekstreman pada praktik beragama. Gabungan
kedua kata tersebut menunjuk kepada sikap dan upaya menjadikan agama sebagai dasar
dan prinsip untuk selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem
(radikalisme) dan selalu mencari jalan tengah yang menyatukan dan membersamakan
semua elemen pada kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa Indonesia. Sikap
moderat dan moderasi merupakan suatu sikap dewasa yang baik dan begitu sangat
diperlukan. Radikalisasi dan radikalisme, kekerasan dan kejahatan, termasuk ujaran
kebencian/caci maki dan hoaks, terutama atas nama agama, merupakan kekanak-kanakan,
jahat, memecah belah, merusak kehidupan, patologis, tidak baik dan tidak perlu.

B. Saran
Untuk mencapai Moderasi Beragama dapat menerapkan sikap tasamuh (toleransi), tawazun
(berkeseimbangan), i'tidal (lurus dan tegas), musawah (egaliter), syura (musyawarah), ishlah
(reformasi), aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), tathawwur wa ibtikar (dinamis dan
inovatif).

8
DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, Agus, “Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia”, Jurnal Diklat

Keagamaan, Vol. 13, No. 2, Februari-Maret 2019. Anis, Ibrahim dkk., Al-Mu‟jâm al-Wasîth,

t.t.: As-Syuruq al-Dauliyah, 2004. Arif, Khairan Muhammad, “Moderasi Islam (Wasathiyah

Islam) Perspektif AlQur‟an, As-Sunnah serta Pandangan Para Ulama dan Fuqaha”, Jurnal

AlRisalah, Vol. 11, No. 1, Tahun 2020. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Kemendikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, diakses melalui

https://kbbi.web.id/. Bahri, Media Zainul, Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik

Ibn „Arabi, Rumi dan Al-Jili, Jakarta: Mizan Publika, 2011. al-Bukhari, Muhammad bin

Isma‟il, Shahih Bukhari, Kitab al-Maghâzî, Bab Ba‟atsa Abi Musa wa Mu‟adz ila al-Yaman

Qabla Hajjah al-Wada‟, Hadits no. 4341-4342, Beirut: Dar Ibnu Katsir, 2002. Cambridge

University Press, Cambridge Dictionary Online, diakses melalui

https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/. Dhiba, Setia Farah, “Belajar Cara

Memanusiakan Manusia dari Buku (Kemanusiaan dan Agama)

Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, Jakarta: Balitbangdik Kemenag RI, 2019. Khaira, Suci,

“Moderasi Beragama (Studi Analisis Kitab Tafsir Al-Muharrar AlWajîz Karya Ibnu „Athiyyah)”,

Skripsi, Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta, 2020. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an,

Moderasi Islam (Tafsir Al-Qur`an Tematik), Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2012.

Maghfuroh, Ulfatul, “Moderasi dalam Perspektif Al-Qur`an”, Skripsi, Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur`an

Anda mungkin juga menyukai