” MODERASI AGAMA ”
Disusun oleh :
XII Keperawatan B
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan informasi mengenai
Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas dan Latihan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang ” MODERASI AGAMA ”
. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat menbangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan sertadalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa ridhai
segala usaha kita.
I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................... 1
B. TUJUAN ......................................................................................................................... 1
C. MANFAAT...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
1. KESIMPULAN........................................................................................................... 8
SARAN....................................................................................................................... 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai sebuah negara yang memuat banyak sekali keberagaman yang
terdiri dari keberagaman suku, bangsa, bahasa, adat istiadat dan agama, dewasa ini
seringkali diterpa isu tentang radikalisme. Gerakan-gerakan yang mengatasnamakan
kelompok tertentu ini semakin hari semakin tumbuh dan secara terang-terangan
menyuarakan ideologi mereka. Aksi teror, penculikan, penyerangan, bahkan
pengeboman pun kian marak terjadi.
B. Tujuan
Untuk membantu Siswa Kelas XII Keperawatan B dalam memahami Moderasi Agama .
C. Manfaat
Pemahaman dalam Moderasi Agama dapat menjadi pengetahuan dan wawasan bagi Siswa
Kelas XII Keperawatan B
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pengertian Moderasi Beragama
1. Moderasi
a. Secara Bahasa
1) Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin Moderatio, yang berarti kesedangan (tidak
kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti penguasaan diri (dari sikap sangat
kelebihan dan kekurangan). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua
pengertian kata moderasi, yakni: 1. pengurangan kekerasan, dan 2. penghindaran
keekstreman. Jika dikatakan, “orang itu bersikap moderat”, kalimat itu berarti bahwa orang
itu bersikap wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrem.
2) Dalam bahasa Inggris, kata moderation sering digunakan dalam pengertian average (rata-
rata), core (inti), standard (baku), atau non-aligned (tidak berpihak). Secara umum, moderat
berarti mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan watak, baik ketika
memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika berhadapan dengan institusi
negara.
3) Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah,
yang memiliki padanan makna dengan kata tawassuth (tengah-tengah), i’tidal (adil), dan
tawazun (berimbang). Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wasith.
Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai “pilihan terbaik”. Apa pun kata
yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni adil, yang dalam konteks
ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem.
Kata wasith bahkan sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata 'wasit' yang
memiliki tiga pengertian, yaitu:
1) penengah, perantara (misalnya dalam perdagangan, bisnis)
2) pelerai (pemisah, pendamai) antara yang berselisih
3) pemimpin di pertandingan.
2
Menurut para pakar bahasa Arab, kata wasath itu juga memiliki arti “segala yang baik sesuai
dengan objeknya”. Misalnya, kata “dermawan”, yang berarti sikap di antara kikir dan boros,
atau kata “pemberani”, yang berarti sikap di antara penakut (al-jubn) dan nekad (tahawur),
dan masih banyak lagi contoh lainnya dalam bahasa Arab
2. Beragama
a. Secara Bahasa
1) Beragama berarti menganut (memeluk) agama. Contoh : Saya beragama Islam dan dia
beragama Kristen.
2) Beragama berarti beribadat; taat kepada agama; baik hidupnya (menurut agama). Contoh :
Ia datang dari keluarga yang beragama.
3) Beragama berarti sangat memuja-muja; gemar sekali pada; mementingkan (Kata
percakapan). Contoh: Mereka beragama pada harta benda.
b. Secara Istilah
Beragama itu menebar damai, menebar kasih sayang, kapanpun dimanapun dan kepada
siapapun. Beragama itu bukan untuk menyeragamkan keberagaman, tetapi untuk menyikapi
keberagaman dengan penuh kearifan. Agama hadir ditengah-tengah kita agar harkat, derajat
dan martabat kemanusiaan kita senantiasa terjamin dan terlindungi.
Oleh karenanya jangan gunakan agama sebagai alat untuk menegasi dan saling merendahkan
dan meniadakan satu dengan yang lain. Oleh karenanya, mari senatiasa menebarkan
kedamaian dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun. Beragama itu menjaga, menjaga hati,
menjaga perilaku diri, menjaga seisi negeri dan menjaga jagat raya ini.
Jadi Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni
memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan
maupun ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga
retaknya hubungan antarumat beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini
3
B. Bentuk Moderasi Beragama
Dapat ditunjukkan melalui sikap tawazun (berkeseimbangan), i'tidal (lurus dan tegas),
tasamuh (toleransi), musawah (egaliter), syura (musyawarah), ishlah (reformasi),
aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), tathawwur wa ibtikar (dinamis dan
inovatif).
Kemajemukan di Indonesia tidak bisa hanya disikapi dengan prinsip keadilan, melainkan juga
dengan prinsip kebaikan. Keadilan adalah keseimbangan dan ketidakberpihakan dalam
menata kehidupan dengan asas hukum dan kepastian di dalamnya. Akan tetapi, keadilan atas
adanya hukum formalitas hitam-putih secara rigid juga tidak cukup jika tidak dibarengi
dengan kebaikan, yaitu unsur yang juga melandasi prinsip keadilan.
Hukum bisa saja hanya menyentuh aspek permukaan dan tidak memenuhi rasa keadilan
sesungguhnya, sehingga perlu ada sentuhan kebaikan. Keadilan adalah dimensi hukum,
sedangkan kebaikan adalah dimensi etik. Dalam QS. al-Baqarah: 143, dijelaskan bahwa Allah
menyatakan bahwa kaum muslimin dijadikan ummatan wasathan.
َو َك َٰذ ِلَك َج َعْلَناُك ْم ُأَّم ًة َو َس ًطا ِلَتُك وُنوا ُش َهَداَء َع َلى الَّناِس َو َيُك وَن الَّرُس وُل َع َلْيُك ْم َش ِه يًداۗ َو َم ا َج َعْلَن ا اْلِقْبَل َة اَّلِتي ُك ْنَت َع َلْيَه ا ِإاَّل
ِلَنْع َلَم َم ْن َيَّتِبُع الَّرُس وَل ِم َّم ْن َيْنَقِلُب َع َلٰى َع ِقَبْيِهۚ َو ِإْن َك اَنْت َلَك ِبيَر ًة ِإاَّل َع َلى اَّلِذ يَن َهَدى ُهَّللاۗ َو َم ا َك اَن ُهَّللا ِلُيِض يَع ِإيَم اَنُك ْم ۚ ِإَّن
َهَّللا ِبالَّناِس َلَرُء وٌف َرِح يٌم
Artinya : Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil
dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi
4
kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat,
kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-
nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
manusia”. (QS. al-Baqarah: 143)
6
E. Penerapan Moderasi Agama
Contoh dari ajaran moderasi beragama yang bisa diedukasi pada para siswa adalah dengan
keadilan. Tidak boleh ada diskriminasi, meski seseorang menjadi minoritas karena
keyakinannya berbeda. Semua murid wajib mendapatkan hak dan ajaran yang sama, dan
tidak boleh dirundung hanya karena keyakinannya berbeda.
- Penerapan dilingkungan masyarakat
Contohnya adalah Sikap toleransi yang biasa di lakukan masyarakat adalah
menghargai orang lain dalam memilih agama, menghargai agama lain dalam
merayakan hari raya
- Penerapan dilingkungan sekolah
Mengembangkan budaya lokal sekolah, misalnya kejujuran, saling menghargai, sopan
santun, dan lain-lain, yang merupakan perpaduan nilai-nilai, asumsi, pemahaman,
keyakinan, dan harapan yang diyakini oleh stakeholders sekolah serta dijadikan
pedoman perilaku dalam pemecahan masalah baik secara internal maupun eksternal
yang mereka hadapi. Sedangkan pengembangan budaya agama dalam komunitas
sekolah berarti mengembangkan ajaran agama wasathiyah (tengah-tengah) di sekolah
sebagai pijakan nilai, sikap, semangat, dan perilaku bagi para guru, tenaga
pendidikan, orang tua murid, dan murid itu sendiri.
- Penerapan di lingkungan rumah
Contohnya adalah menerapkan sikap toleransi. Sikap toleransi yang biasa di lakukan
masyarakat adalah menghargai orang lain dalam memilih agama, menghargai agama
lain dalam merayakan hari besar dengan tidak mengganggu atau membuat keributan,
dan tidak mengganggu orang lain saat sedang beribadah.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata “Moderasi” memiliki korelasi dengan beberapa istilah. Pada bahasa Inggris, kata
“moderasi” berasal dari kata moderation, yang memiliki arti sikap sedang, sikap tidak
berlebih-lebihan. Jadi, pada saat kata “moderasi” disandingkan dengan kata “beragama”,
menjadi “moderasi beragama”, maka istilah tersebut berarti merujuk pada sikap
mengurangi kekerasan, atau menghindari keekstreman pada praktik beragama. Gabungan
kedua kata tersebut menunjuk kepada sikap dan upaya menjadikan agama sebagai dasar
dan prinsip untuk selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem
(radikalisme) dan selalu mencari jalan tengah yang menyatukan dan membersamakan
semua elemen pada kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa Indonesia. Sikap
moderat dan moderasi merupakan suatu sikap dewasa yang baik dan begitu sangat
diperlukan. Radikalisasi dan radikalisme, kekerasan dan kejahatan, termasuk ujaran
kebencian/caci maki dan hoaks, terutama atas nama agama, merupakan kekanak-kanakan,
jahat, memecah belah, merusak kehidupan, patologis, tidak baik dan tidak perlu.
B. Saran
Untuk mencapai Moderasi Beragama dapat menerapkan sikap tasamuh (toleransi), tawazun
(berkeseimbangan), i'tidal (lurus dan tegas), musawah (egaliter), syura (musyawarah), ishlah
(reformasi), aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), tathawwur wa ibtikar (dinamis dan
inovatif).
8
DAFTAR PUSTAKA
Keagamaan, Vol. 13, No. 2, Februari-Maret 2019. Anis, Ibrahim dkk., Al-Mu‟jâm al-Wasîth,
t.t.: As-Syuruq al-Dauliyah, 2004. Arif, Khairan Muhammad, “Moderasi Islam (Wasathiyah
Islam) Perspektif AlQur‟an, As-Sunnah serta Pandangan Para Ulama dan Fuqaha”, Jurnal
AlRisalah, Vol. 11, No. 1, Tahun 2020. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
https://kbbi.web.id/. Bahri, Media Zainul, Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik
Ibn „Arabi, Rumi dan Al-Jili, Jakarta: Mizan Publika, 2011. al-Bukhari, Muhammad bin
Isma‟il, Shahih Bukhari, Kitab al-Maghâzî, Bab Ba‟atsa Abi Musa wa Mu‟adz ila al-Yaman
Qabla Hajjah al-Wada‟, Hadits no. 4341-4342, Beirut: Dar Ibnu Katsir, 2002. Cambridge
Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, Jakarta: Balitbangdik Kemenag RI, 2019. Khaira, Suci,
“Moderasi Beragama (Studi Analisis Kitab Tafsir Al-Muharrar AlWajîz Karya Ibnu „Athiyyah)”,
Skripsi, Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta, 2020. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an,
Moderasi Islam (Tafsir Al-Qur`an Tematik), Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2012.
Maghfuroh, Ulfatul, “Moderasi dalam Perspektif Al-Qur`an”, Skripsi, Jakarta: Institut Ilmu Al-Qur`an