Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Di dalam
makalah ini terdapat penjelasan tentang peran pancasila dalam rangka membendung/mencegah
radikalisme dibidang agama, politik, sosial, dan pertahanan keamanan dikalangan pemuda,
dengan itu diharapkan para pembaca dapat memahami dan dapat menjadikan makalah ini sebagai
pedoman.
Semoga kami dapat memberikan sedikit pengetahuan. Dan kami berharap seluruh
generasi muda Indonesia menjadi penerus bangsa yang berwawasan luas dan siap bersaing di
negara lain. Dan makalah ini dapat selesai sesuai dengan rencana berkat bantuan dari semua
pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah terlibat secara langsung maupun tidak secara langsung sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat waktu.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
d. Manfaat.................................................................................................................... IV
Makna Radikalisme............................................................................................................ V
BAB IV Penutup
a. Kesimpulan.............................................................................................................. XI
PENDAHULUAN
Kita mengenal Indonesia sebagai negara pluralis, di mana kemajemukan hadir dan
berkembang di dalamnya. Sebut saja, suku, ras, budaya, bahkan agama. Kemajemukan yang
terjadi di Indonesia pun tidak terlepas dari kemajuan di berbagai bidang ilmu yang menyentuh
berbagai sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Kemajemukan itu telah membawa akibat yaitu
adanya perjumpaan yang semakin intensif antar kelompokkelompok manusia. Salah satunya
adalah pergesekan yang seringkali terjadi di antara agama-agama yang berbeda. Ketika
keyakinan terhadap suatu agama itu cenderung dimutlakkan maka akan sangat berpotensi pada
timbulnya pergesekan atau ketegangan. Apabila hal itu tidak segera diatasi maka semakin lama
akan terjadi benturan yang mengakibatkan terpecah belahnya serta perusakan-perusakan
kehidupan manusia serta mengancam kemajemukan yang telah ada. Ketika memfokuskan pada
agama, maka sesungguhnya ada fenomena yang menarik dalam hubungan antar umat beragama
di Indonesia. Fenomena menarik karena sebagian besar masyarakat Indonesia senantiasa
mengkondisikan dirinya dalam hubungan mayoritas-minoritas, apalagi ketika hal itu dikaitkan
dengan urusan agama. Hal itu sudah terbukti dalam sejarah perjalanan bangsa yang panjang serta
pengalaman-pengalaman konkrit yang hadir dalam realitas masyarakat Indonesia. Realitas itu
nampak kembali
melalui peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang kini tengah dihadapi oleh seluruh lapisan
masyarakat Indonesia. Meningkatnya radikalisme dalam agama di Indonesia menjadi fenomena
sekaligus bukti nyata yang tidak bisa begitu saja diabaikan ataupun dihilangkan. Radikalisme
keagamaan yang semakin meningkat di Indonesia ini ditandai dengan berbagai aksi kekerasan
dan teror. Aksi tersebut telah menyedot banyak potensi dan energi kemanusiaan serta telah
merenggut hak hidup orang banyak termasuk orang yang sama sekali tidak mengerti mengenai
permasalahan ini. Meski berbagai seminar dan dialog telah digelar untuk mengupas persoalan ini
yaitu mulai dari pencarian sebab hingga sampai pada penawaran solusi, namun tidak juga
kunjung memperlihatkan adanya suatu titik terang. Fenomena tindak radikalisme dalam agama
memang bisa dipahami secara beragam, namun secara esensial, radikalisme agama umumnya
memang selalu dikaitkan dengan pertentangan secara tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan
kelompok agama tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku atau dipandang mapan pada saat itu.
Dengan demikian, adanya pertentangan, pergesekan ataupun ketegangan, pada akhirnya
menyebabkan konsep dari radikalisme selalu saja dikonotasikan dengan kekerasan fisik. Apalagi
realitas yang saat ini telah terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia sangat mendukung dan
semakin memperkuat munculnya pemahaman seperti itu.
B. Tujuan
Tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila, dan juga untuk berbagi pengetahuan tentang betapa pentingnya mengetahui dan
mencegah radikalisme di kalangan anak muda.
C. Manfaat
Melalui makalah ini kami mengharapkan pembaca:
BAB II
TINJAUAN TEORI
Makna Radikalisme
Kata radikalisme ditinjau dari segi terminologis berasal dari kata dasar radix yang
artinya akar (pohon). Bahkan anak-anak sekolah menengah lanjutan pun sudah mengetahuinya
dalam pelajaran biologi. Makna kata tersebut, dapat diperluas kembali, berarti pegangan yang
kuat, keyakinan, pencipta perdamaian dan ketenteraman, dan makna-makna lainnya. Kata ini
dapatdikembangkan menjadi kata radikal, yang berarti lebih adjektif. Hingga dapat dipahami
secara kilat, bahwa orang yang berpikir radikal pasti memiliki pemahaman secara lebih detail
dan mendalam, layaknya akar tadi, serta keteguhan dalam mempertahankan kepercayaannya.
Memang terkesan tidak umum, hal inilah yang menimbulkan kesan menyimpang di masyarakat.
Setelah itu, penambahan sufiks –isme sendirri memberikan makna tentang pandangan hidup
(paradigma), sebuah faham, dan keyakinan atau ajaran. Penggunaannya juga sering
disambungkan dengan suatu aliran atau kepercayaan tertentu.
Ketua umum Dewan Masjid Indonesia, Dr. dr. KH. Tarmidzi Taher memberikan komentarnya
tentang radikalisme bemakna positif, yang memiliki makna tajdid (pembaharuan) dan islah
(peerbaikan), suatu spirit perubahan menuju kebaikan. Hingga dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara para pemikir radikal sebagai seorang pendukung reformasi jangka panjang.
Dari sini, dapat dikembangkan telisik makna radikalissme, yaitu pandangan / cara berfikir
seseorang yang menginginkan peningkatan mutu, perbaikan, dan perdamaian lingkungan
multidimensional, hingga semua lapisan masyarakatnya dapat hidup rukun dan tenteram.
BAB III
PEMBAHASAN
Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang mengingikan perubahan
atau pembaharuan social dan politikdengan cara kekerasan atau drastis. Namun, dalam artian
lain, esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Sementara itu
radikalisme menurut pengertian lain adalah inti dari perubahan itu cenderung menggunakan
kekerasan.
Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan sering
menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka. Sementara Islam merupakan
agama kedamaian yang mengajarkan sikap berdamai dan mencari perdamaian. Islam tidak
pernah membenarkan praktek penggunaan kekerasan dalam menyebarkan agama, paham
keagamaan serta paham politik.
Di tengah-tengah perdebatan Prancis terhadap suatu kecenderungan untuk melihat islam sebagai
agama asing, menempatkannya sebagai agama yang bertolak belakang dengan tradisi Yahudi-
Kristen. Sementara banyak orang menekankan proses asimilasi yang menyisakan hanya sedikit
ruang untuk pendekatan multikultural, sebagian yang lain berpendapat bahwa muslim harus
diizinkan untuk mengembangkan identitas muslim Prancis yang khas yang mencampur antara
nilai-nilai asli ke-Prancis-an, dengan akidah dan nilai-nilai islam.
Pancasila yang notabena merupakan pegangan hidup Bangsah Indonesia kini mulai
terkikis seiring pesatnya perkembangan Teknologi dan kuatnya arus Informasi di Era Globalisasi
saat ini. Pemerintah juga sekarang ini tengah sibuk terhadap masyarakat yang berpergian Ke
Sirya terkait ISIS. Padahahal seharusnya jika nilai-nilai Pancasila ini diserap baik oleh Bangsa
Indonesia maka tidak perlu takut terhadap faham-faham Radikalisme seperti ISIS, sebab
Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang bersifat fleksibel terhadap perkembangan zaman
namun tetap memiliki Cirikhas tersendiri.
Pancasila diera globalisasi merupakan tantangan baru bangsa ini. Arus informasi yang semakin
cepat sehingga paham-paham dunia barat USA dan Eropa sangat mudah diakses oleh masyarakat
Indonesia. Liberalisme yang dianut oleh dunia barat kini merambat ke tengah-tengah masyarakat
Indonesia sebagai dampak negative globalisasi.
Idiologi Pancasila sebenarnya dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, hanya saja
nilai-nilai yang terkandung didalamnya tidak terjiwai oleh masyarakat Indonesia itu sendiri.
Sehingga Paham Riberalis dan Radikalis bisa dengan mudahnya menembus pemikiran bangsa
ini. Banyak yang berpandangan bahwa Pancasila identik dengan Orde baru (Orba), maka setelah
runtuhnya Orba nilai luhur Pancasila juga ikut runtuh.
Padahal Pancasila sebagai idiologi bangsa ini sangatlah penting difahami dan dijiwai. Sebab
nilai-nilai yang secara tersirat maupun tersurat memiliki tujuan yang mulia dan dapat membawa
bangsa ini kedalam peradaban yang baik. Ketika kita mampu menjiwai Pancasila, tidak perlu
takut dengan faham radikal dan riberal yang meracuni pemikiran kita. Sebab Pancasila telah
merumuskan nilainya sendiri mengenai “MAU DIBAWA KEMANA BANGSA INI
KEDEPANNYA”.
Saat ini MPR tengah sibuk mensosialisasikan 4 Pilar Berkehidupan Berbangsa dan Bernegara
yang mana terdiri dari Pancasila, UU 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Ini memang harus
ditanamkan sejak dini kepada anak cucu bangsa ini kedepannya. Dan ini bukan hanya menjadi
tugas MPR, tetapi tugas kita bersama selaku warga Negara yang baik dan menjujung tinggi
Idiologi Pancasila.
Tak bisa dimungkiri, pemuda adalah aset bangsa yang sangat berharga. Masa depan
negeri ini bertumpu pada kualitas mereka. Namun ironisnya, kini tak sedikit kaum muda yang
justru menjadi pelaku terorisme. Serangkaian aksiterorisme mulai dari Bom Bali-1, Bom Gereja
Kepunton, bom di JW Marriot dan Hotel Ritz-Carlton,hingga aksi penembakan Pos Polisi
Singosaren di Solo dan Bom di Beji dan Tambora, melibatkan pemuda. Sebut saja, Dani Dwi
Permana, salah satu pelaku Bom di JW Marriot dan Hotel Ritz-Carlton, yang saat itu berusia 18
tahun dan baru lulus SMA.
Fakta di atas diperkuat oleh riset yang dilakukan Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian
(LaKIP). Dalam risetnya tentang radikalisme di kalangan siswa dan guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) di Jabodetabek, pada Oktober 2010-Januari 2011, LaKIP menemukan sedikitnya
48,9 persen siswa menyatakan bersedia terlibat dalam aksi kekerasan terkait dengan agama dan
moral. Bahkan yang mengejutkan, belasan siswa menyetujui aksi ekstrem bom bunuh diri
tersebut.
Rentannya pemuda terhadap aksi kekerasan dan terorisme patut menjadi keprihatinan kita
bersama. Banyak faktor yang menyebabkan para pemuda terseret ke dalam tindakan terorisme,
mulai dari kemiskinan, kurangnya pendidikan agama yang damai, gencarnya infiltrasi kelompok
radikal, lemahnya semangat kebangsaan, kurangnya pendidikan kewarganegaraan, kurangnya
keteladanan, dan tergerusnya nilai kearifan lokal oleh arus modernitas negatif. Apapun faktor
yang melatari, adalah tugas kita bersama untuk membentengi mereka dari radikalisme dan
terorisme. Untuk membentengi para pemuda dan masyarakat umum dari radikalisme dan
terorisme, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menggunakan upaya
pencegahan melalui kontra-radikalisasi (penangkalan ideologi). Hal ini dilakukan dengan
membentuk Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di daerah, Pelatihan anti radikal-
terorisme bagi ormas, Training of Trainer (ToT) bagi sivitas akademika perguruan tinggi, serta
sosialiasi kontra radikal terorisme siswa SMA di empat provinsi.
Di atas upaya-upaya kongkrit di atas, sejatinya ada beberapa hal yang patut dikedepankan dalam
pencegahan terorisme di kalangan pemuda.
· Kedua, mengarahkan para pemuda pada beragam aktivitas yang berkualitas baik di bidang
akademis, sosial, keagamaan, seni, budaya, maupun olahraga. Kegiatan-kegiatan positif ini akan
memacu mereka menjadi pemuda yang berprestasi dan aktif berorganisasi di lingkungannya
sehingga dapat mengantisipasi pemuda dari pengaruh ideologi radikal terorisme.
· Ketiga, memberikan pemahaman agama yang damai dan toleran, sehingga pemuda tidak
mudah terjebak pada arus ajaran radikalisme. Dalam hal ini, peran guru agama di lingkungan
sekolah dan para pemuka agama di masyarakat sangat penting. Pesan-pesan damai dari ajaran
agama perlu dikedepankan dalam pelajaran maupun ceramah-ceramah keagamaan.
· Keempat, memberikan keteladanan kepada pemuda. Sebab, tanpa adanya keteladanan dari
para penyelenggara negara, tokoh agama, serta tokoh masyarakat, maka upaya yang dilakukan
akan sia-sia. Para tokoh masyarakat harus dapat menjadirole model yang bisa diikuti dan
diteladani oleh para pemuda.
Berbagai upaya dan pemikiran di atas penting dan mendesak untuk dilakukan. Kita tidak bisa
hanya mengandalkan penegakan hukum terhadap para pelaku terorisme semata. Tapi, kita patut
bersyukur, upaya-upaya tersebut telah dan sedang dilakukan, baik pemerintah maupun
masyarakat sipil seperi tokoh agama, akademisi, pemuda, organisasi masyarakat, serta media
massa.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Kasnawir, Apriawan. “Peran Idiologi Pancasila Untuk membentengi diri dari Radikalisme”.
2015.
http://edukasi.kompasiana.com/2015/04/03/peran-idiologi-pancasila-untuk-membentengi-diri-
dari-radikalisme-isis--716190.html
Media Pusat, Damai. “Membentengi Pemuda dari Radikalisme dan Terorisme”. 2013.
http://damailahindonesiaku.com/membentengi-pemuda-dari-radikalisme-dan-terorisme.html