DI SD
Dosen Pengampu :
Dr. Firdaus, S.Pd.I., M.Pd.I.
Oleh :
Nama : Kemala Putri (226910392)
Sonia dwi Novalin (226910362)
Vernia Rosbiana (226913011)
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-NYA sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
“RADIKALISME DAN FENIMISME”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi
syarat nilai mata kuliah Pembelajaran IPA di SD. Sholawat serta salam tak lupa
pula tersurahkan kepada nabi besar kita yakni baginda Nabi Muhammad SAW.
yang syafaatnya kita nantikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dan penyusunan makalah ini. Tentunya tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Serta atas dukungan
moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yakni Bapak Dr. Firdaus,
S.Pd.I., M.Pd.I.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Pengertian Radikalisme...............................................................................4
B. Sebab Muncul Paham Radikalisme..............................................................7
C. Contoh Perilaku Radikal dalam Kehidupan Beragama................................8
D. Bahaya Faham Radikalisme dalam Kehidupan Beragama..........................8
E. Pengertian Fenimisme..................................................................................8
G. Contoh Perilaku Yang Menunjukkan Sikap Fenimisme..............................9
H. Pandangan Islam Terhadap Paham Fenimisme.........................................10
I. Bahaya Paham Fenimisme..........................................................................11
KESIMPULAN......................................................................................................12
Daftar Pustaka........................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Radikalisme berasal dari bahasa Latin radix yang berarti akar. Maksudnya
yakni berpikir secara mendalam terhadap sesuatu sampai ke akarakarnya.
Merupakan istilah yang digunakan pada akhir abad ke-18 untuk pendukung
gerakan radikal.1 Radikalisme merupakan suatu paham yang menghendaki adanya
perubahan, pergantian, dan penjebolan terhadap suatu sistem di masyarakat
sampai ke akarnya. Radikalisme menginginkan adanya perubahan secara total
terhadap suatu kondisi atau semua aspek kehidupan masyarakat. Tentu saja
melakukan perubahan (pembaruan) merupakan hal yang wajar dilakukan bahkan
harus dilakukan demi menuju masa depan yang lebih baik. Namun perubahan
yang sifatnya revolusioner sering kali “memakan korban” lebih banyak sementara
keberhasilannya tidak sebanding. Sebagian ilmuwan sosial menyarankan
perubahan dilakukan secara perlahanlahan, tetapi kontinu dan sistematik,
ketimbang revolusioner tetapi tergesagesa.2 Beberapa tahun belakangan ini marak
terjadi kasus yang berhubungan dengan ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria).
Problematika tersebut sudah memasuki kancah internasional dan sudah diliput
diberbagai media.
1
intelektual dalam menyikapi modernisasi. Akibatnya mereka menjadi marjinal,
baik secara ekonomi, sosial, pendidikan, maupun politik. Mereka menuduh ada
“konspirasi Barat” sehingga umat Islam tertinggal.4 Mark Juergensmeyer dalam
bukunya "Teror atas nama Tuhan", membandingkan kelompok teroris dalam
beberapa tradisi kepercayaan, ia menyimpulkan bahwa teroris agama berbagi
atribut berikut: Pertama, mereka menganggap bentuk kontemporer agama sebagai
versi melemah dari yang benar, iman yang otentik. Teroris mengajak lebih
menuntut, agama "keras" yang membutuhkan pengorbanan. Kedua, mereka
menolak untuk berkompromi dengan lembaga sekuler, mengkritisi agama "lunak"
untuk mudah menampung dengan budaya mainstream. Dengan demikian Islam
radikal menyerukan sikap lebih kuat terhadap pengaruh Barat. Akhirnya,
Juergensmeyer mencatat bahwa teroris agama menolak perpecahan publikswasta
dimana kepercayaan dianggap sebagai masalah pribadi untuk disimpan di luar
bidang politik. Beberapa bahkan berharap bahwa aksi mereka akan berkontribusi
pada runtuhnya negara sekuler, pada akhirnya mengarah pada pembentukan
teokrasi
2
1.2 Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Radikalisme
Istilah radikalisme sendiri diambil dari kata dasar radikal dalam bahasa
Latin yakni radix yang berarti akar. Roger Scruton mendefinisikan bahwa radikal
“...is one who wishes to take his political ideas to their roots, and to affirm in a
thoroughgoing way the doctrines that are delivered by that exercise” (Scruton,
2007:576-577). Menurutnya, radikal dikaitkan dengan orang yang ingin
membawa ide-ide politik ke akar-akarnya dan dipertegas dengan doktrin-doktrin
yang dihasilkan oleh usaha tersebut. Selanjutnya ia menyatakan bahwa radikal
cenderung memusuhi status quo dan ingin sekali mendesakkan perubahan. Jika
dikembalikan kepada istilah radikalisme adalah gerakan yang ingin membawa ide-
ide politik ke akar-akarnya dibarengi doktrindoktrin tertentu untuk mendesakkan
perubahan dalam suatu masyarakat.
4
Konsep Radikalisme sendiri, kadang dimaknai berbeda diantara kelompok
kepentingan. Dalam lingkup keagamaan, radikalisme diartikan sebagai
gerakangerakan keagamaan yang berusaha merombak secara total tatanan sosial
dan politik yang ada dengan menggunakan jalan kekerasan (Rubaidi, 2007:33).
Sedangkan radikalisme agama, bertolak dari gerakan politik yang mendasarkan
diri pada suatu doktrin keagamaan yang paling fundamentalis, secara penuh dan
literal bebas dari kompromi, penjinaan, dan reinterpretasi (penafsiran) (Azra,
1993:4). Bila dicermati secara mendalam, radikalisme berpangkal pada ideologi.
Stephen Crook kemudian menyatakan bahwa radikalisme dapat dijodohkan
dengan radikalisme politik, karena titik pangkalnya konflik adalah ideologi
(Crook, 1991:4). Agus Surya Bakti menilai faktor ideologi ini tidak berdiri
sendiri, ia bersahutan dengan faktor pemicu yang multivariabel. Terdapat rumusan
bahwa jika ideologi tidak bertemu dengan faktor pemicu (trigger) yang serba
kompleks ini, maka niscaya aksi terorisme akan sulit untuk terjadi. Artinya,
radikalisme muncul dengan berbagai penyebab.
5
diperlukan, karena bicara tentang radikalisme akan sangat mudah berkonotasi
fundamentalisme, militant atau Islamist. (Hadiz, 2008). Penelitian Alexander R.
Arifianto tentang radikalisme di kampus-kampus di Indonesia memperlihatkan
bahwa radikalisme ada pada tataran ide, tetapi tidak dalam tataran implementasi.
Arifianto membenarkan bahwa sejumlah aktifis kampus dan lembaga didalamnya
sudah dijangkau oleh Hizbut Tahir Indonesia (HTI). politik. Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) menjadi perpanjangan dakwah dari
Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Arifianto mengungkapkan kegiatan kampus
yang diduga radikal, ternyata agendanya tetap moderat dan menolak kekerasan.
Radikalisme dalam pemahaman tidak terwujudkan dalam agenda aksi (Arifianto,
2018:1-20). Hikam menyebut, gerakan terorisme dapat muncul sebagai akibat
ketidakadilan dan kesenjangan ekonomi. Munculnya fenomena terorisme,
semakin muncul ketika negara sedang mengalami kesulitan ekonomi, atau bahkan
wilayahnya sedang mengalami kesejahteraan yang tidak merata (Hikam,
2016:64). Kenyataan ini diperkuat oleh temuan yang memperlihatkan radikalisme
dapat disebabkan oleh kegagalan bangsa-bangsa tertentu melakukan modernisasi
(Siva, 2003:28). Penduduk perdesaan masuk ke kota-kota dan tidak berhasil
mendapatkan pekerjaan yang memuaskan. Mereka hidup di daerah-daerah kumuh
yang rawan penyakit, di mana pemerintah menyediakan hanya sedikit, kalau ada,
pendidikan, layanan sosial, dan sanitasi bagi mereka. Mereka tidak mendapatkan
manfaat-manfaat modernisasi dengan memadai, lantas lahirlah anomi. Situasi
seperti ini dengan mudah dapat memunculkan protes sosial dan penggunaan
kekerasan dalam masyarakat.
Selain faktor-faktor tersebut di atas, maka ada faktor lain yang penting
untuk dicermati sebagai faktor penting pencegahan dan penangkalan terhadap
berkembangnya radikalisme, yakni faktor kebudayaan. Bisa disebut, bahwa faktor
budaya sangat penting dalam rangka untuk pintu masuk jalan menuju program
deradikalisasi. Dalam hal ini, strategi kebudayaan dapat dimanfaatkan untuk
menekan potensi radikalisme. Kebudayaan di suku bangsa Indonesia sendiri,
menurut Bakti, berumur lebih tua dari agama-agama yang ada. Salahsatu ciri khas
yang ada di semua suku di Indonesia adalah penekanannya yang menonjol pada
6
aspek keselarasan atau harmoni. Ini menjadi satu pilar penting bagi
pengembangan deradikalisasi terorisme dari perspektif nilai-nilai tradisi dan
kearifan local (Bakti, 2008:182).
7
Paham ini memandang agama dari satu arah yaitu tekstual, tanpa melihat dari
sumber lain. Faktor kedua berasal dari kondisi eksternal diluar umat Islam yang
menjadi pendukung untuk melakukan penerapan syari`at Islam dalam sendi-sendi
kehidupan (Kammami 2002).
E. Pengertian Feminisme.
8
untuk laki-laki dan perempuan yang bertakwa dan beramal sholih. Islam
mendudukkan wanita dan laki-laki pada tempatnya. Tak dapat dibenarkan
anggapan para orientalis dan musuh islam bahwa islam menempatkan wanita pada
derajat yang rendah atau di anggap masyarakat kelas dua. Dalam Islam,
sesungguhnya wanita dimuliakan. Banyak sekali ayat Al-qur’an ataupun hadis
nabi yang memuliakan dan mengangkat derajat wanita. Baik sebagai ibu, anak,
istri, ataupun sebagai anggota masyarakat sendiri. Tak ada diskriminasi antara
laki-laki dan perempuan dalam islam, akan tetapi yang membedakan keduanya
adalah fungsionalnya, karena kodrat dari masing-masing (Hassan, Riffat, Jurnal
Ulumul Qur’an No. 4/1991: 65-66).
9
2. Perempuan dan laki-laki diciptakan dari unsur tanah yang sama dan dari
jiwa yang satu (Q.S. al-A’raf: 189).
3. Proses dan fase pembentukan janin laki-laki dan perempuan tidak berbeda
(Q.S. al-Qiyamah: 37-39)
4. Islam menjamin kebahagian di dunia dan akherat bagi perempuan bila
komitmen dengan iman dan menempuh jalan yang saleh, seperti halnya
dengan laki-laki (Q.S. al-Nahl: 97).
5. Perbuatan yang dilakukan perempuan setara dengan apa yang dilakukan
laki-laki, amal masing-masing dihargai Allah (Q.S. Ali Imron: 195).
6. Islam tidak menilai perempuan adalah penghalang kemajuan (Q.S. al-
Ahzab: 35)
7. Diluar peran kodrati seperti dalam politik, sosial budaya, ekonomi, pranata
sosial lainnya, Islam memberikan ajaran tanggung jawab dan bahu
membahu antara laki-laki dan perempuan sebagai mitra sejajar (Q.S al-
Taubah: 71).
10
anggapan seperti ini mulai pudar namun tidak jarang kebanyakan kaum adam,
khususnya dalam pergaulan rumah tangga menganggap secara mutlak bahwa laki-
laki adalah pemimpin bagi wanita. juga anggapan bahwa Wanita tugasnya 3M
(macak, manak, masak) ataupun pandangan bahwa wanita akan ikut menanggung
perbuatan suaminya (surga nunut neraka katut).
11
KESIMPULAN
12
Daftar Pustaka
https://www.nu.or.id/opini/feminisme-dalam-islam-s8Pvn
Bahtiar Effendy dan Soetrisno Hadi, Agama dan Radikalisme di Indonesia, (ttp:t.p,t.t),
hlm.228.
Bahtiar Effendy dan Soetrisno Hadi, Agama dan Radikalisme…, hlm. 235.
Daftar pustaka: Junaidi, H., Abdul Hadi, "GENDER DAN FEMINISME DALAM
ISLAM", diakse melalui (GENDER DAN FEMINISME DALAM
ISLAM - Neliti https://media.neliti.com/media/publications/153164-
ID-gender-dan-feminisme-dalam-islam.pdf?shem=ssc), pada tanggal
02 Desember 2023.
13