MAKALAH
Disusun dan Diajukan guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Study Islam
Dosen Pengampu : Adnan Yusufi,M.Pd.I
Oleh:
Farkhan Tsaqif Hanan Alhadi NIM. 42422010
Retno Mulyani NIM. 42422018
Ahmad Faozi NIM. 42422021
Alin Sukmawati NIM. 42422030
Nirvana Pretty Ali NIM. 42422038
Salman Afif Awaludin NIM. 42422049
Abi Al Zamili NIM. 42422055
Lia Nur Cahyani NIM. 42422056
Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang telah memberikan
taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada The Spiritual Father, Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabat dan para pengikut jejaknya
hingga hari perhitungan nanti, semoga Allah SWT mengagungkan perjuangan
mereka.
Amma ba’du. Makalah yang berjudul“Bahaya Radikalisme”ini disusun
guna memenuhi tugas terstrukur kelompok pada mata kuliah Studi Islam yang
diampu oleh Adnan Yusufi, M.Pd.I, Prodi Informatika, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Peradaban. Penulisan makalah ini juga dimaksudkan
sebagai media untuk menggembangkan dan meningkatkan kemampuan dalam
penelitian serta penulisan karya ilmiah mahasiswa.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik moril maupun materiil. Untuk itu, tim penyusun
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhirnya, kritik dansaran dari pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan dimasa mendatang. Dan kiranya, makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Semoga Allah SWT berkenan menjadikan karya ilmiah ini sebagai amal
jariyah bagi tim penyusun serta pihak-pihak yang pandangannya dikutip dalam
makalah ini. Amin.
HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1
KATA PENGANTAR............................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 7
A. Pengertian radikalisme....................................................................... 7
B. Sejarah radikalisme............................................................................ 9
C. Karakteristik radikalisme.................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Radikalisme bisa diartikan suatu sikap atau paham yang secara ekstrim,
revolusioner dan militant untuk memperjuangkan perubahan dari arus utama yang
dianut masyarakat. Radikalisme tidak harus muncul dalam wujud yang berbau
kekerasan fisik. Ideologi pemikiran, kampanye yang masif dan demontrasi sikap
yang berlawanan dan ingin mengubah mainstream dapat digolongkan sebagai
sikapradikal.
Pada skala global, potret religious extrimism ini tergambar pada gerakan
radikalisme agama yang diarti kulasikan oleh Hamas (Palestina), Hizbullah
(Libanon), Kelompok Fundamentalisme Islam Iran, AlQeda dan Taliban
(Afganistan). Pada masyarakat Barat, fenomena religious extimism juga dapat
diamati dari gerakan kaum radikalis seperti kelompok ekstrim dan fundamentalis
Yahudi yang melakukan penembakan brutal ratusan warga muslim Palestina yang
tengah melaksanakan shalat subuh di masjid al-Khalil (Hebron), serangan
kamikaze Jepang terhadap gedung WTC, sekte-sekte agama fundamentalis di
Barat yang mengajak jama’ahnya melakukan bunuh diri massal, penembakan
massal, dan berbagai aktivitas radikalisme lainnya.
Pada saat sekarang ini banyak sekali di media sosial informasi mengenai
kekerasan atas nama agama semakin banyak dijumpai. Fenomena kekerasan
agama dapat dilihat melalui media elektronik maupun media cetak. Berbagai
demonstrasi, apakah itubermuatan politik, sosial, ekonomi dan budaya mewarnai
kehidupan masyarakat. Ada yang dipicu oleh persoalan politik, seperti pilkada,
pelaksanaan syariah di dalam bernegara, ada yang difasilitasi oleh persoalan sosial
beragama seperti merebaknya interaksi antar umat beragama, pluralisme dan
hubungan lintas agama, ada yang disebabkan oleh persoalan ekonomi seperti
kapitalisme yang semakin perkasa. Masalah-masalah ini cenderung direspon
dengan tindakan kekerasan, yang dalam banyak hal justru kontra- produktif. Salah
satu implikasinya adalah kekerasan agama yang dikonstruksi sebagai radikalisme
menjadi variabel dominant dalam berbagai tindakan kekerasan yang
mengatasnamakan agama.
Melalui peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang kini telah dihadapi oleh
seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Meningkatnya radikalisme dalam agama
Indonesia menjadi fenomena sekaligus bukti nyata yang tidak bisa begitu saja
diabaikan ataupun dihilangkan. Radikalisme keagamaan yang semakin meningkat
di Indonesia ini ditandai dengan berbagai aksi kekerasan dan terror. Aksi tersebut
telah menyedot banyak potensi atau energi kemanusiaan serta telah merenggut
hak hidup orang banyak termasuk orang yang sama sekali tidak mengerti
mengenai permasalahan ini. Meski berbagai seminar dan dialog telah digelar
untuk mengupas persoalan ini yaitu mulai dari pencarian sebab hingga sampai
pada penawaran solusi, namun tidak juga kunjungan memperlihatkan adanya
suatu titik terang.
Fenomena tindak radikalisme dalam agama memang bisa dipaham secara
beragama, namun secara ensensial, radikalisme agama umunya memang selalu
dikaitkan dengan pertentangan secara tajam anatara nilai-nilai yang diperjuangkan
kelompok agama tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku atau dipandang
mapan pada saat itu. Dengan demikian, adanya pertentangan, pergesekan ataupun
ketegangan, pada akhirnya menyebabkan konsep dari radikalisme selalu saja
dikonotasikan dengan kekerasan fisik. Apalagi realitas yang saat ini telah terjadi
dalam kehidupan masyarakat Indonesia sangat mendukung dan semakin
memperkuat munculnya pemahaman seperti itu.
B. RUMUSAN MASALAH
A. Apa itu radikalisme?
B. Pengeartian konstruktivisme sebuah penghampiran?
C. Radikalisme, penggunaaan media sosial pada masyarakat dan
bagaimana pencegahan paham radikalisme pada media sosial?
D. Apa yang dimaksud dengan Idiologi Pancasila?
E. Bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi
radikalisme?
C. TUJUAN
A. Untuk mengetahui tentang pengertian radikalisme.
B. Untuk mengetahui sejarah dan karakteristik radikalisme.
C. Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan tentang pengertian
radikalisme, penggunaan media sosial pada masyarakat dan
pencegahan paham radikalisme di media sosial.
D. Mengerti yang dimaksud dengan idiologi Pancasila.
E. Mengerti implementasi nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi
radikalisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PengertianRadikalisme
Radikalisme adalah suatau perubahan sosial dengan jalan kekerasan,
menyakinkan dengan satu tujuan yang dianggap benar tetapi dengan
menggunakan cara yang salah. Radikalisme dalam arti bahasa berarti paham atau
aliran yang mengingatkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan
cara kekerasan atau drastis.
Namun, dalam artian lain, ensensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa
dalam mengusung perubahan. Sementara itu radikalisme menurut pengertian lain
adalah inti dari perubahan itu cenderung menggunakan kekerasan. Yang dimaksud
dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandang kolot dan sering
menggunakan kekerasan dalam mengajarkan sikap berdamai dan mencari
perdamaian Islam tidak pernah membenarkan praktek penggunaan kekerasan
dalam menyabarkan agama, paham keagamaan serta paham politik.
(Hilmy, n.d.) Dawinsha mengemukakan definisi radikalisme menyamakan
dengan teroris. Tapi ia sendiri memakai radikalisme dengan membedakan antar
budaya. Radikalisme adalah kebijakan dan terorisme bagaian dari kebijakan radik
tersebut. Definisi Dawinsha lebih nyata bahwa radikalisme itu mengandung sikap
jiwa yang membawa kepada tindakan yang bertujuan melemahkan dan mengubah
tatanan kemampuan dan menggantinya dengan gagasan baru.
Makna yang terakhir ini, radikalisme adalah sebagai pemahaman negatif
dan bahkan bisa menjadi berbahaya sebagai ekstrim kiri dan kanan.
Gerakan radikalisme sesungguhnya bukan sebuah gerakan yang muncul
begitu saja tetapi mempunyai latar belakang yang sekaligurs menjadi faktor
pendorong munculnya gerakan radikalisme.
1. Faktor Sosial-Politik
Gejala kekerasan “agama” lebih tepat dilihat sebagai gejala sosial-politik
daripada gejala keagamaan. Gerakan yang secara salah oleh Barat disebut sebagai
radikalisme itu lebih tepat dilihat akar permasalahannya oleh sudut konteks
sosialpolitik dalam kerangka historisitas manusia yang ada di masyarakat. Secara
historis kita bisa melihat bahwa konflik-konflik yang ditimbulkan oleh kalangan
radikal dengan seperangkat alat kekerasannya dalam menentang dan
membenturkan diri dengan kelompok lainnya ternyata lebih berakar pada masalah
sosial-politik.
Dengan membawa bahasa dan simbol serta slogan-slogan agama, kaum
radikalis mencoba menyentuh emosi keagamaan dan menggalang kekuatan untuk
mencapai tujuan “mulia” dari politiknya.
2. Faktor-faktor Emosi Keagamaan
Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme adalah faktor
sentiment keagamaan, termasuk didalamnya adalah solidaritas keagamaan untuk
kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu.
Tetapi hal ini lebih tepat dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya,
dan bukan agama (wahyu suci yang obsolut) walaupun gerakan radikalisme selalu
mengibarkan bendera dan simbol agama seperti dahil membela agama, jihad dan
mati syahid. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan emosi keagamaan adalah
agama sebagai pemahaman realitas yang sifatnya interpretative. Jadi sifatnya nisbi
dan subjektif.
3. Faktor-faktor Kultural
Ini juga memiliki andil yang cukup besar yang melatar belakangi
munculnya radikalisme. Hal ini wajar karena memang secara kultural didalam
masyarakat selalu ditemukan usaha untuk melepaskan diri dari jeratan jarring-
jaring kebudayaan tertentu yang dianggap tidak sesuai.
Sedangkan yang dimaksud faktor kultural disini adalah sebagai anti tesa
terhadap budaya sekularisme. Badaya barat merupakan sumber sakularisme yang
dianggap sebagai musuh yang harus dihilangkan dari bumi.
Sedangkan faktor sejarah memperlihatkan adanya dominasi Barat dari
berbagai aspeknya atas negara-negara dan budaya.
Peradaban barat sekarang ini merupakan ekspresi dominan dan universal
umat manusia yang telah dengan sengaja melakukan proses merjinalisasi seluruh
sendi-sendi kehidupan.
4. Faktor-faktor Ideologis Anti Westernisme
Motivasi dan gerakan anti Barat tidak bisa disalahkan dengan alasan
keyakinan keagamaan tetapi jalan kekerasan yang ditempuh kaum radikalisme
justru menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam memprosisikan diri sebagai
pesaing dalam budaya dan peradaban.
5. Faktor-faktor Kebijakan Pemerintah
Ketidakmampuan pemerintah di negara-negara Islam untuk bertindak
situasi atas berkembangnya frustasi dan kemarahan sebagai umat Islam
disebabkan dominasi ideologi, militer maupun ekonomi dari negara-negara besar.
Dalam hal ini elit-elit pemerintah di negara-negara belum atau kurang dapat
mencari akar yang menjadi penyebab munculnya tindak kekerasan (radikalisme)
sehingga tidak dapat mengatasi problematika sosial yang dihadapi umat.
Disamping itu, faktor media massa (pers) Barat yang selalu memojokkan umat
Islam juga menjadi faktor reaksi dengan kekerasan yang dilakukan.
B. Sejarah Radikalisme
Menurut ensiklopedi britanica kata radikalisme pertama kali digunakan
oleh charles james fox, pada tahun 1797, ia mendeklarasikan “ reformasi radikal “
sistem pemilihan, sehingga istilah ini digunakan untuk mengidentifikasi
pergerakan reformasi parlemen.
Sedangkan radikalisme dalam konteks agama islam dimulai dari
muhammad bin abdul wahab, sejarah tentang kehidupan nya banyak ditulis oleh
sejarawan yang sejaman denganya atau setelahnya, sekte yang dibuat oleh
muhammad bin abdul wahab sering disebut juga wahabi atau wahabiyah, sering
kali bertentangan dengan mayoritas kaum muslimin yang lainya, yang sejak dulu
berpandangan ahlusunnah wal jamaah, dengan mengatakan tinggalkan segala
bentuk kesyirikan dan kekafiran seperti tawasul kepada nabi atau orang soleh
yang sudah wafat, mereka juga sering berteriak dengan lantang untuk
meninggalkan bid’ah dan sebagainya, mereka sering mengkafir kafirkan sesama
muslim jika tidak sejalan dengan pandangan nya, tetapi jika dari kalangan mereka
sendiri ada ulama yang bertentangan mereka menganggap bahwa itu adalah ijtihad
ulama.
Pada suatu waktu pandangan jahiliah menggangap bahwa hubungan yang
mengikat seseorang dengan yang lain itu adalah darah keturunan ,pada waktu
yang lain tanah air dan negeri, pada waktu yang lain lagi kaum dan\ bangsa , pada
waktu yang lain lagi warna kulit dan bahasa , pada waktu yang lain lagi jalinan
hubungan itu ditetntukan oleh profesi dan tingkatan (kelas sosial ekonomi) .
Dan ,pada waktu yang lain mengganggap bahwa tali hubungannya adalah
kesamaan kepentingan ,kesamaan sejarah, atau kesamaan tujuan .Semua itu
adalah pandangan-pandangan jahiliah ,baik semua pandangan itu secara terpisah
maupun secara keseluruhan yang bertentangan secara mendasar dengan pokok
pandangan islam.
C. Karakteristik radikalisme
1. Mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan kelompok lain yang tidak
sependapat.
2. Mempersulit tata cara Islam yang dianut, bahwa sejatinya ajaran Islam
bersifat samhah atau toleran dengan menganggap perilaku, hukum dan
ibadah.
3. Bersikap berlebihan dalam menjalankan ritual agama yang tidak pada
tempatnya.
4. Mutlak dalam berinteraksi, keras dalam berbicara terutama terkait apa yang
diyakininya dan emosional dalam berdakwah atau menyampaikan pendapat.
5. Mudah berburuk sangka kepada orang lain di luar golongannya yang tidak
sepaham.
6. Mudah mengafirkan atau memberi label takfiri
Babak kedua dari gerakan Islam adalah transformasi dari gerakan politik
praktis ke gerakan dakwah (mindest, wacana, dan pemikiran) yang pada periode
ini melahirkan dua kelompok besar, yaitu kelompok Islam substansialistik dan
kelompok Islam legal-formalistik setelah arus politik Islam dipinggirkan oleh
Orde Baru muncul.
20
B. LAMPIRAN
A.PENGERTIAN
E. UPAYA
PEMERINTAH
MENANGGULANGI B.SEJARAH
PAHAM RADIKAL
BAHAYA
RADIKALISME
D. IDEOLOGI
PANCASILA vs C.KARAKTERISITIK
RADIKALISME
21
DAFTAR PUSTAKA
References
Abdullah, M. A. (2000). Mencari Islam, Studi Islam. Yogyakarta: Tiara.
Arief, A. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
Ciputat Pers.
Azhary, D. S. (2015). Islam Radikal. Mesir: Dar al - faqih.
Azhary, D. U. (2015). Islam Radikal. Mesir: Dar al -faqih.
Hidayatulloh, M. (2015). Islam Radikal. Uni Emirat Arab: Dar al-Faqih .
Hilmy, M. (. (2019). RADIKALISME AGAMA DAN POLITIK DEMOKRASI DI.
Surabaya: Ferdi Budiman.
Wisnu Dewantara, A. (2015). PANCASILA DAN MULTIKULTURALISME
INDONESIA,. Jakarta.
Wisnu Dewantara, A. (2017). DISKURSUS FILSAFAT PANCASILA DEWASA
INI. Jakarta: Kanisius.
22