“ ”
“ Disusun Oleh:”
NIM : 0201221023
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“RADIKALISME DALAM PANCASILA” dengan lancar. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan.
Dan saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
kewarganegaraan yang telah memberikan arahan dan bimbingan. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian dan apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini penulis mohon maaf sebesar-besarnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ....................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................. 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah ideologi negara yang memiliki sifat terbuka artinya dapat
menerima paham-paham dari luar sesuai dengan perkembangan zaman. Namun
bukan berarti paham dari luar dapat bebas masuk begitu saja ke Indonesia, paham
luar dibatasi oleh kelima asas dari Pancasila. Radikalisme adalah permasalahan
yang muncul akibat dari salah tangkap mengenai sebuah paham dari luar sehingga
masyarakat yang mempercayainya melupakan Pancasila dan memilih mendukung
ideologi luar dengan keras.1 Sejak beberapa tahun terakhir radikalisme sudah
merajalela di Indonesia bahkan sudah masuk ke dunia pendidikan dan kalangan
kaum muda. Di Indonesia telah terjadi peningkatan kasus radikalisme begitu pun
dengan meningkatnya riset dan kajian tentang masalah penting ini. Konsen dari
radikalisme ini biasanya pada perbedaan keyakinan dalam hal ini konflik-konflik
radikalisme yang terjadi selalu berkaitan dengan agama.
1
Rizal, dkk.( 2022).Penerapan Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-hari Sebagai Upaya
Menangkal Radikalisme. Jurnal Kewarganegaraan Vol.6 No.1
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah radikalisme?
2. Apa saja Faktor-faktor penyebab munculnya gerakan radikalisme?
3. Bagaimana Penguatan Nilai-nilai pancasila Dalam Mencegah
Radikalisme?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui sejarah radikalisme
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab munculnya gerakan radikalisme
3. Untuk mengetahui penguatan nilai-nilai pancasila dalam mencegah
radikalisme
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Radikalisme
2
Ibid ; hal.3
3
Taufiq, F. (2013). Menghalau Radikalisasi Kaum Muda: Gagasan dan Aksi Related papers. Maarif
Institute for Culture and Humanity, 8(1), 1-214.
3
dilaksanakan Komnas HAM menyebutkan bahwa ada beberapa narasi dalam
perekrutan kelompok-kelompok radikal yang harus dipahami oleh guru dan
siswa. 4 Pertama narasi politik, ketika anak-anak yang merasakan ketidakadilan,
mereka akan langsung terpanggil untuk jihad. Kedua narasi historis, pendidikan
sejarah itu bisa saja bukan membangkitkan wisdom, tetapi justru membangkitkan
dendam. Ketiga narasi psikologis, atau mengglorifikasikan tokoh-tokoh kekerasan
menjadi sebuah pahlawan. Keempat narasi instrumental atau menganggap
kekerasan itu sebagai solusi memecahkan masalah. Terakhir adalah narasi
keagamaan atau menggunakan ayat-ayat untuk merekrut anggota baru kelompok.
Selain di lingkungan pendidikan, radikalisme menyebar di lingkungan
masyarakat. Beberapa gerakan radikalisme yang muncul di masyarakat, misalnya
radikalisme yang dibangun berdasar kesamaan ideologi bernegara yang
berkembang di Indonesia adalah 4dea tau komunis (PKI). Selain itu, juga ada
yang dinamakan radikalisme agama, kondisi ini muncul akibat adanya politisasi
untuk menjadikan agama sebagai kekuatan demi memperoleh dukungan, bahkan
aksi terorisme sebagian didasari pemahaman agama yang salah. Radikalisme
agama merupakan pemikiran dan tindakan ekstrim yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dengan mengatasnamakan agama.
4
Franky Rengkung. J. P. L. (2020). Pentingnya Revitalisasi Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Untuk
Mencegah Mekarnya Radikalisme Pada Generasi Muda. Politico, 9(4), 1689-1699.
5
Deti, S., & Dewi, D. A. (2021). Pengimplementasian Nilai-Nilai Pancasila untuk Mencegah
Radikalisme di Indonesia. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 5(1), 557–564.
4
dari Allah SWT, dimana satu satunya harapan yaitu jalan selamat hanya kembali
pada agama. Sehingga dengan dua pemahaman ini akan melahirkan tindakan
radikal-destruktif yang melawan bagi bangsanya ataupun agama yang
dipercayainya. Kemudian ada faktor kedua yaitu faktor ekonomi, dimana adanya
ketertinggalan ekonomi yang menimbulkan seseorang yang perilakunya baik
menjadi seseorang yang kejam yang bisa melakukan hal apapun termasuk
melakukan hal apapun termasuk melakukan teror.6 Ketiga, adanya faktor politik.
Dimana pada faktor ini kestabilan diimbangi oleh pertumbuhan ekonomi untuk
rakyatnya merupakan cita cita atau tujuan negara. Hadirnya pemimpin yang adil,
yang berpihak pada rakyat dan menjamin sebuah kebebasan akan hak haknya,
maka akan lahirlah suatu kebanggan sendiri warga negaranya dan akan selalu
membela juga memperjuangkan negaranya. Keempat, adanya faktor sosial. Yang
selalu muncul yaitu adanya pemahaman yang tidak sesuai atau menyimpang yaitu
adanya konflik atau perselisihan yang terjadi dalam masyarakat. Banyak terjadi
permasalahan permasalahan yang menyerap perhatian masyarakat yang akhirnya
mengarah kepada tindakan radikalisme, yang ujungnya menciptakan sekelompok
orang untuk saling bercerai belai dengan masyarakatnya. Awalnya sikap ini
menghindari kekacauan yang ada di masyarakat. Namun lambat laun berubah
menjadi sikap yang memusuhi masyarakatnya sendiri. Kelima, Faktor psikologis.
Salah satunya ada kepahitan semasa hidupnya, di lingkungan atau ditempat
pekerjaannya. Hal ini juga dapat mendorong perbuatanperbuatan yang melanggar
peraturan dan anarkis. Terjadi akibat kegagalan yang diderita semasa hidupnya,
dan akibatnya dia akan terisolasi dari masyarakat. Keenam, yaitu faktor
pendidikan. Meskipun pendidikan bukan faktor yang langsung dapat
memunculkan gerakan terorisme, tetapi pendidikan akan berdampak sangat
berbahaya jika pendidikannya keliru. Maka pendidikan agama harus lebih
diperhatikan, karena pendidikan agama ini mengajarkan toleransi, kesantunan, dan
membenci perselisihan.
6
Nur Khamid. (2016). Bahaya Radikalisme Terhadap NKRI. Jurnal of Islamic Studies and
Humanities. 1(1), 123-152
5
B. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Gerakan Radikalisme
tahun baru
7
Nur Aisyah, Paradoksal Radikalisme, (Yogyakarta, Tangga Ilmu, 2023), hal. 3
6
Faktor lain yang menyebabkan seseorang mudah bergabung atau rentan
terhadap radikalisme adalah kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan selfish,
kurang empatik, mudah galau, pemahaman literal, infiltrasi konten radikal online,
infiltrasi ustadz/ustadzah online.
7
pemeluk agama yang kuat untuk menjalankan perintah agama secara maksimal.
Dalam situasi tertentu, akibat salah paham memunculkan sikap radikal bahkan
dengan kekerasan karena terkait dengan upaya maksimal untuk melaksanakan
ajaran agama atau memperbaiki agama ketika agama dianggap telah menyimpang.
Munculnya radikalisme di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh faktor upaya
penerapan ajaran agama. Sedangkan radikalisme di luar Indonesia seperti Filipina
dan Thailand adalah karena upaya keras melestarikannya ketika agama mereka
diinjak-injak. Kesalahpahaman keyakinan agama ini kemudian melahirkan
fundamentalisme dan menjadi radikalisme. Selain diikuti dengan menguatnya
primordialisme, sikap yang menunjukkan kesadaran dan fanatisme. Padahal,
fanatisme dalam agama masyarakat tidak akan menghalangi mereka untuk
melakukan harmonisasi dengan agama lain. Namun dalam banyak kasus
primordialisme bergeser menjadi radikalisme, ketika perbedaan dipolitisasi,
perlakuan tidak adil oleh kelompok lain dan kasus lainnya. Ketidakadilan
Ketidakadilan merupakan salah satu faktor munculnya radikalisme di Indonesia.
Ketidakadilan selalu dipahami semena-mena dilakukan oleh seseorang terhadap
seseorang yang tidak menempatkan sesuatu sebagaimana mestinya. Ketidakadilan
berarti ada tuntutan rasa keadilan dalam kebijakan pemerintah, tetapi tidak
dirasakan oleh sekelompok orang. Ketidakmampuan pemerintah dalam bertindak
dan memperbaiki situasi daerah, seperti pemerataan pembangunan, penegakan
hukum dan lain-lain memicu radikalisme sebagai kritik sosial politik terhadap
pemerintah dan negara. Penegakan hukum, misalnya, selalu menjadi perhatian
bersama. Terkadang hukum selalu lebih tajam ke bawah, bukan ke atas.
Penegakan hukum selalu berada di pihak yang kuat, bahkan tidak tersentuh oleh
hukum, meskipun nyata-nyata melakukan kesalahan hukum. Keberpihakan hukum
pada yang lemah 8dea tau cukup lemah, sehingga mereka yang lemah dan tidak
berdaya selalu menjadi korban hukum. Realitas ini menjadi keprihatinan bahkan
disikapi secara radikal oleh kelompok-kelompok yang merasakan ketidakadilan.
Pertarungan 8dea tau8 adalah panggilan mulia yang harus dilakukan meskipun
bertentangan dengan hukum dan merugikan banyak hal. Oleh karena itu
ketidakadilan ini harus menjadi perhatian negara untuk memastikan warganya
8
mendapatkan keadilan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Keadilan yang
terjamin akan membantu terciptanya keharmonisan dalam masyarakat dan negara.
Ketidakadilan berarti ada tuntutan rasa keadilan dalam kebijakan pemerintah,
tetapi tidak dirasakan oleh sekelompok orang. Ketidakmampuan pemerintah
dalam bertindak dan memperbaiki situasi daerah, seperti pemerataan
pembangunan, penegakan hukum dan lain-lain memicu radikalisme sebagai kritik
sosial politik terhadap pemerintah dan negara. Penegakan hukum, misalnya, selalu
menjadi perhatian bersama. Terkadang hukum selalu lebih tajam ke bawah, bukan
ke atas. Penegakan hukum selalu berada di pihak yang kuat, bahkan tidak
tersentuh oleh hukum, meskipun nyata-nyata melakukan kesalahan hukum.
b. Budaya
8
Nuhrison, M. N. (2009). Faktor-faktor Penyebab Munculnya Faham atau Gerakan Islam Radikal
di Indonesia. Jurnal Harmoni, 8(30).
9
(2). Sikap menghargai hasil orang lain dan keinginan untuk maju.
9
Daman, Rozikin. 1995. Pancasila Dasar Falsafah Negara. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
10
radikalisme maupun separatisme di kalangan anak muda, di mana terdapat 5 sila
yang pada dasarnya ialah nilai yang bersifat umum sebagai berikut :
10
Suybagyo, A. (2020). Implementasi Pancasila Dalam Menangkal Intoleransi, Radikalisme, Dan
Terorisme. Jurnal Rontal Keilmuan Pkn, 6 (1), 18-21.
11
ikut serta dalam bela negara serta menganjurkan untuk lebih melakukan bela
agamanya sendiri, seperti sikap yang merendahkan nilai kemanusiaan dengan
mengintimidasi pemeluk agama lain, merusak tempat ibadah, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, sebagai generasi muda kita harus senantiasa menghormati maupun
menghargai setiap orang tanpa membeda-bedakannya.
11
Darmodiharjo, Darji (ed). 1995. Santiaji Pancasila: Suatu Tinjauan Filosofis Historis dan Yuridis
Konstitusional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
12
musyawarah. Jalan kekerasan seperti mengebom dan aksi terorisme lainnya
merupakan salah satu pengingkaran terhadap musyawarah mufakat, di mana kita
seharusnya menyelesaikan masalah, perbedaan pendapat, menangani beda
keyakinan harus diselesaikan melalui jalan damai. Radikalisme/separatisme ialah
suatu jalan di mana sekelompok orang tidak mau mengatasi suatu perbedaan,
permasalahan dengan cara damai, tetapi menempuhnya dengan cara kekerasan
dan bisa mengahalalkan berbagai cara untuk kepentingannya sendiri.
Sila ini menyatakan bahwa manusia menyadari akan hak dan kewajiban
yang sama dalam menciptakan suatu keadilan sosial, yang artinya bahwa
tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah maupun
batiniah. Oleh sebab itu, sila ke-5 ini harus dapat direalisasikan dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, akan tetapi kenyataannya saat ini nilai keadilan masih tidak
dapat diterapkan, seperti masih adanya pemisah antara orang miskin dengan orang
kaya, antara yang kuat dan juga yang lemah, ketimpangan sosial maupun
pendapatan di dalam masyarakat, seperti kemiskinan, pengangguran, dan
kemelaratan yang mana hal tersebut dapat menjadi salah satu potensi yang
mendorong adanya radikalisme maupun separatisme.
12
Rengkung, F. d. (2020). Pentingnya Revitalisasi Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Untuk
Mencegah Maraknya Radikalisme Pada Generasi Muda. 4-5.
13
luhur. Hal tersebut bertujuan supaya Pancasila tidak dihancurkan oleh oknum
yang bisa menceraikan kedaulatan bangsa Indonesia. Dengan demikian, untuk
menangkal diri dari kehancuran akibat upaya-upaya memecah bangsa, seperti
radikalisme dan separatisme. Maka yang harus dilakukan oleh seluruh generasi
muda ialah pertama, Pancasila dijadikan sebagai way of life, generasi muda harus
memperkuat nilai dasar yang terdapat dalam Pancasila, seperti memperkuat rasa
kebersamaan maupun nasionalisme, sikap menghormati perbedaan, sikap
persatuan, dan rela berkorban. Di mana Pancasila harus dijadikan way of life
seluruh generasi muda disegala aspek. Kedua, melalui pendekatan budaya dengan
penguatan nilai- nilai Pancasila melalui pendekatan budaya ialah suatu upaya
dalam menangkal radikalisme dan separatisme di kalangan anak muda, di mana
saat ini anak muda cenderung meninggalkan kebudayaan yang ada. Kebudayaan
yang lahir di Indonesia ini mampu menjadi benteng perlawanan terhadap
penyebaran paham radikalisme maupun separatisme dikarenakan paham tersebut
lahir dari kekhawatiran atas lingkungan sosial maupun psikologi sosial. Hal
tersebut dapat diterapkan dengan membentuk pos budaya atau pun fasilitas
disemua ruang lingkup dalam hal pengembangan maupun pelestarian budaya
lokal.13 Ketiga, penguatan nilai-nilai Pancasila di bidang pendidikan, yang mana
di dalam menerapkan nilai Pancasila seharusnya bukan lagi dilakukan pengajaran
secara formal dengan tampilan yang kaku. Poin pentingnya ialah bahwa pada
dasarnya harus selalu dijaga dan diamalkan dengan baik yang dalam
pengimplementasiannya diperlukan sinergisme lintas kelembagaan yang secara
bergotong-royong menerapkan Pancasila dengan sistem dan dinamika yang
modern.14 Kampus maupun sekolah memegang peran utama dalam
mengimplementasikan nilai Pancasila kepada anak muda supaya tidak ada
indikasi perkembangan paham lain. Generasi muda wajib menjadi garda terdepan
dalam menangkal paham yang bertolakbelakang dengan Pancasila supaya tidak
bisa masuk ke kampus maupun sekolah, sehingga masa depan pendidikan dan
nasib generasi penerus bangsa ke depan tidak berada di jalan yang salah, di mana
13
Setyowati, A. (2019). Strategi Menyelamatkan Pancasila. Jakarta : Kompas
14
Darmodiharjo, Darji, dan Shidarta. 1996. Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem Hukum
Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
14
arah dan perjalanan bangsa Indonesia saat ini berada di tangan generasi muda.
Kemudian yang keempat, membangun komitmen dan kesadaran bersatu di segala
aspek, baik itu melalui pendidikan, memperdalam pendidikan karakter melalui
penanaman pemahaman terkait dengan 4 pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, kepada seluruh generasi muda,
sehingga tidak mudah terperangkap dalam arus yang salah. Kemudian yang
kelima, melakukan sosialisasi penguatan Pancasila melalui media sosial.
Sosialisasi dan juga edukasi penguatan dan penerapan Pancasila wajib juga
dilakukan di media online, sehingga dapat meminimalisir informasi mengenai
paham radikal maupun separatis yang saat ini berkembang supaya anak muda
lebih berhati-hati dalam mendapatkan informasi dan harus selalu menyaring
informasi yang diperoleh.15 Selain itu, salah satu cara yang dapat
diimplementasikan oleh anak muda untuk membendung paham radikalisme ialah
dengan selalu menyaring berbagai informasi yang diperoleh karena tidak
selamanya informasi yang diperoleh itu benar.
15
Purnomo, E. (2020). Praktek Nilai Pancasila Dalam Menekan Tindakan Radikalisme. 13 (2), 247-
249.
15
(religiusitas) yang terintegrasi dengan wawasan kebangsaan. 16 Di Indonesia, di era
global ini berbagai fenomena sosial, termasuk gerakan berbasis keagamaan
dengan segala bentuk manifestasi dan kompleksitas permasalahannya semakin
marak terjadi. Radikalisme kerap memicu polemik serta pro kontra di tengah
masyarakat. Masih ada sebagian masyarakat yang memandang seolah-olah
radikalisme berbasis keagamaan adalah suatu kejadian atau kondisi yang sengaja
diciptakan dan direkayasa oleh pihak-pihak tertentu. Paham radikal di Indonesia
sekarang ini semakin berkembang dan saat ini telah memasuki di dunia
pendidikan ialah perguruan tinggi.
16
Dauff, Y. L., & Dike, I. G. A. A. (2019). Perkembangan Pengaturan Paham Radikal Terorisme di
Indonesia. Kertha Wicara: Journal Ilmu Hukum, 8(5), 1-15.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, dimana kedepannya
penulis akan lebih fokus dan teliti dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber yang lebih banyak. Tak lupa penulis memohon maaf apabila ada
penulisan yang kurang benar dan penulis meminta kririk yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Darmodiharjo, Darji (ed). 1995. Santiaji Pancasila: Suatu Tinjauan Filosofis
Historis dan Yuridis Konstitusional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
20