Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ISU – ISU RADIKALISME DI DUNIA ISLAM


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pengantar Studi Islam
Dosen Pengampu :
Dadan Firdaus, M.Ag.,

Oleh :
Kelompok 4
Sinta Augina Yuliana (1215030230)
Siti Nurhasanah (1215030234)
Tegar Tri Surya Kencana (1215030242)
Vega Nanda Saputra (1215030248)
Viki Savira Nasyarin (1215030250)
Zahra Nursalsabila (1215030262)
Fariz Zhafir (1185030065)

KELAS F
PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul “Isu – Isu Radikalisme Di Dunia
Islam” ini dapat kami susun sampai dengan selesai guna memenuhi tugas kelompok dalam
mata kuliah pengantar studi islam.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak – pihak yang
telah banyak membantu dengan memberikan sumbangan baik pikiran, kritik, saran, maupun
doa sehingga makalah ini dapat selasai.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca tentang Isu Radikalisme Di Dunia Islam.

Bogor, 30 November 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB 1.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................................................1
BAB 2.........................................................................................................................................................2
PEMBAHSAN............................................................................................................................................2
A. Pengertian........................................................................................................................................2
B. Akar Radikalisme Islam Di Indonesia.............................................................................................3
C. Isu Radikal Di Dunia Islam.............................................................................................................6
D. Pandangan Islam Tehadap Radikal..................................................................................................8
E. Dalil.................................................................................................................................................9
F. Cara Penyelesaian............................................................................................................................9
BAB 3.......................................................................................................................................................12
PENUTUPAN...........................................................................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu – isu radikalisme yang masih kerap terjadi sampai saat ini jika dibiarkakan
dapat menyebabkan stabilitas dan kedamaian suatu negara terancam. Salah satu alasan kekerasan
dan radikalisme sering kali membawa nama agama. Hal ini menimbulkan masalah – masalah
baru antara Negara dan para rakyat beragama di negara tersebut, di tambah berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi yang juga sedang marak saat ini membuat banyak orang salah paham
akan suatu hal atau bahkan banyak yang mudah termakan berita palsu. Kita sebagai generasi
muda harus bijak dalam berpikir agar isu – isu radikal ini dapat terhindarkan.

B. Rumusan Masalah

1) Apa Itu Isu – Isu Radikalisme ?


2) Mengapa Isu – Isu Radikal Dapat Terjadi ?
3) Apa Isu Radikal Yang Terjadi Di Dunia Islam ?
4) Bagaimana Pandangan Islam Terhadap Radikal ?
5) Apa Dalil Yang Membahas Tentang Radikal ?
6) Bagaimana Cara Penyelesaiannya ?

C. Tujuan Penelitian

1) Mengetahui apa itu isu radikal.


2) Mengetahui apa sebab terjadinya isu radikal.
3) Mengetahui Isu Radikal Yang Terjadi Di Dunia Islam.
4) Mengetahui Pandangan Islam Terhadap Radikal.
5) Mengetahui Dalil Yang Membahas Tentang Radikal.
6) Mengetahui Cara Penyelesaian.

1
BAB 2

PEMBAHSAN

A. Pengertian

Radikalisme

Istilah radikal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia radikal berarti secara mendasar
(sampai kepada hal yang prinsip) atau amat keras menuntut perubahan dan maju dalam berpikir
atau bertindak. Menurut KBBI radikal memiliki tiga arti paham atau aliran yang radikal dalam
politik, kedua, paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan
politik dengan cara kekerasan atau drastis, dan ketiga, sikap ekstrem dalam aliran politik.

Istilah radikal bisa bermakna positif atau negatif tergantung pada konteks ruang dan
waktu sebagai latar belakang penggunaan istilah tersebut. Namun hingga saat ini, istilah ini
masih berpotensi untuk memunculkan kerancuan atau bias pemaknaan politik.

Awalnya istilah digunakan digunakan untuk masalah politik dengan cara menginginkan
pembaharuan atau perubahan dengan cara kekerasan. Dan, jika radikal dibarengi dengan
tindakan maka tindakan itu diebut terorisme. Radikal pun merupakan sikap ekstrim dalam
berpolitik maka menurut Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, MA radikal tidak ada hubungannya
dengan agama. Ustadz Syafiq Riza tidak setuju jika radikal dalam agama tidak ada kaitannya
dengan Islam tapi ada orang Islam yang radikal dan bukan hanya Islam, diagama lainpu ada
bentuk dari radikal.

Pemerintah Indonesia sendiri menggunakan istilah radikal dengan tujuan dan target
sebagai berikut. Pertama, ditujukan pada kelompok tertentu yang notabene bermaksud mengganti
Pancasila dan UUD 1945 dengan sistem lain, yaitu Sistem Khilafah.

Kedua, istilah ini digunakan untuk menyebut aktivitas politik kelompok tertentu yang
bersifat ekstrem, yang bukan saja tak segan menggunakan cara-cara kekerasan, memaksakan
kehendak, melainkan lebih jauh bahkan tak jarang juga melakukan praktik terorisme.

2
B. Akar Radikalisme Islam Di Indonesia

Akar radikalisme dapat ditilik dari beberapa penyebab, antara lain:

Pertama, adanya tekanan politik penguasa terhadap keberadaannya. Di beberapa belahan


dunia, termasuk Indonesia fenomena radikalisme atau fundamentalisme muncul sebagai akibat
otoritarianisme (Azyumardi Azra, 1996: 18). Dalam kasus Orde Baru, negara selalu membabat
habis yang diidentifikasi sebagai gerakan radikal. Baginya radikalisme adalah musuh nomer satu
dan dijadikan sebagai common enemy melalui berbagai media transformasi. Radikalisme kiri
dan kanan sama saja. Radikalisme kiri seperti Gerakan New Left, yang pernah berkembang di
Indonesia sekitar tahun 1980-an dan terus memperoleh momentum di tahun 1990-an melalui
Partai Rakyat Demokratik (PRD) merupakan eksponen organisasi yang dianggap sebagai musuh
negara.
Begitu kerasnya tekanan terhadap gerakan radikal kiri ini, banyak para tokohnya yang ditangkap,
disiksa, bahkan ada yang hilang tidak tentu rimbanya. Orde Baru juga sangat keras terhadap
radikalisme kanan. Di antara yang paling menonjol adalah isu Komando Jihad di pertengahan
tahun 1980-an. Banyak tokoh Islam yang diidentifikasi sebagai pemimpin atau anggota
Komando Jihad yang ditangkap dan ditahan. Usaha untuk memberangus gerakan-gerakan radikal
Islam itu pun terus berlangsung sampai periode munculnya Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia (ICMI) di pertengahan tahun 1990-an. Abdul Aziz Thaba membuat tipologi hubungan
antara Islam dan Negara dalam tiga kategori, yaitu hubungan antara Islam dan Negara yang
bercorak antagonistis, resiprokal kritis, dan hubungan antara Islam dan Negara yang saling
membutuhkan. Hubungan antagonistis terjadi di awal Orde Baru sampai awal tahun 1980-an dan
hubungan simbiosis terjadi di era tahun 1990an (Abdul Aziz Thaba, 1995). Di era reformasi, jika
gerakan radikal kiri berada dalam keadaan mati suri, tidak demikian halnya dengan gerakan
radikalisme kanan. Setelah kran-kran kebebasan demokrasi dibuka, tidak serta merta membuat
gerakan radikal ini surut, bahkan tumbuh subur, seperti munculnya Hizbut Tahrir Indonesia
(HTI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Front Pembela Islam (FPI), Gerakan Salafi, Laskar
Jundullah, Lasykar Jihad, Gerakan Islam Ahlussunnah wal Jamaah, Jamaah Ansharut Tauhid
(JAT), Negara Islam Indonesia (NII) dan berbagai agama bercorak lokal adalah sebuah potret
merebaknya gerakan-gerakan keagamaan ini.

3
Kedua, faktor emosi keagamaan. Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan
radikalisme adalah faktor sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya adalah solidaritas
keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Lebih tepat dikatakan hal itu
sebagai faktor emosi keagamaannya dan bukan agama (wahyu suci yang absolut), karena
gerakan radikalisme selalu mengibarkan bendera dan simbol agama seperti dalih membela
agama, jihad, dan mati sahid. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan emosi keagamaan
adalah agama sebagai pemahaman realitas yang sifatnya interpretatif, yakni nisbi dan subjektif.
Keterlibatan faktor emosi keagamaan ini nyata ditunjukkan dengan terjadinya kerusuhan massal
di awal reformasi, ratusan gereja dan tempat usaha etnis Cina dibakar, dirusak, dan dijarah. Pada
bulan Mei 1998 kerusuhan bernuansa SARA menewaskan lebih dari 1000 orang. Kerusuhan
Timor Timur, Poso, Ambon, Sambas, dan lainnya adalah sebagian dari daftar panjang kerusuhan
yang dilatari oleh konflik agama dan etnik (Budhy Munawar-Rahman, 2010: LVII). Kekerasan
yang baru saja terjadi misalnya kekerasan kelompok FPI dengan Ahmadiyah di Cikeusik,
kerusuhan di Temanggung, Lombok, dan kerusuhan Syiah dan NU di Madura yang berlatar
agama.
Ketiga, faktor kultural ini juga memiliki andil yang cukup besar yang melatarbelakangi
munculnya radikalisme. Hal ini wajar karena memang secara kultural, sebagaimana diungkapkan
Musa Asy'ari (Musa Asy'arie, 1992 :95), bahwa di dalam masyarakat selalu diketemukan usaha
untuk melepaskan diri dari jeratan jaring-jaring kebudayaan tertentu yang dianggap tidak sesuai.
Sedangkan yang dimaksud faktor kultural di sini adalah sebagai antitesis terhadap budaya
sekularisme. Budaya Barat merupakan sumber sekularisme yang dianggap sebagai musuh yang
harus dihilangkan dari bumi. Sedangkan fakta sejarah memperlihatkan adanya dominasi Barat
dari berbagai aspeknya atas negeri-negeri dan budaya Muslim. Peradaban Barat sekarang ini
merupakan ekspresi dominan dan universal umat manusia. Barat telah dengan sengaja
melakukan proses marjinalisasi seluruh sendi-sendi kehidupan Muslim sehingga umat Islam
menjadi terbelakang dan tertindas. Barat dengan sekularismenya sudah dianggap sebagai bangsa
yang mengotori budaya-budaya bangsa Timur dan Islam sekaligus dianggap bahaya terbesar dari
keberlangsungan moralitas Islam. Hal ini bisa dilihat dari perubahan- perubahan sehari-hari,
seperti semakin masifnya pola konsumsi umat beragama pada produk-produk Barat, misalnya
ATM, handphone, internet, dan produk global lainnya (Zuly Qodir, 2011:23). Gerakan radikal di
Indonesia disinyalir Yudi Latif karena mereka tidak menerima perbedaan. Perbedaan yang

4
muncul dimasyarakat dianggap sebagai sebuah ancaman terhadap eksistensi kaum radikal.
Mereka berasumsi bahwa untuk menunjukkan eksistensi mereka maka mereka harus
mengeliminasi eksistensi orang lain. Teroris berani mati karena mereka menganggap perbedaan
adalah musuh dan ancaman yang harus dihancurkan. "Teroris berani mati, tetapi tidak berani
hidup, mereka adalah musuh kehidupan" (Mukhlisin, 9 Maret 2012).
Keempat, faktor ideologis antiwesternisme. Westernisme merupakan suatu pemikiran
yang membahayakan Muslim dalam mengaplikasikan syariat Islam, sehingga simbol-simbol
Barat harus dihancurkan demi penegakan syariat Islam. Walaupun motivasi dan gerakan anti-
Barat tidak bisa disalahkan dengan alasan keyakinan keagamaan tetapi jalan kekerasan yang
ditempuh kaum radikalisme justru menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam memosisikan
diri sebagai pesaing dalam budaya dan peradaban. Yudi Latif menandaskan, munculnya
terorisme disebabkan karena tidak berjalannya sense of conseption of justice. Teroris muncul
karena munculnya skeptisisme terhadap demokrasi. Demokrasi dianggap sebagai sistem negara
kafir (Mukhlisin, 9 Maret 2012) Kelima, faktor kebijakan pemerintah. Ketidakmampuan
pemerintah di negara- negara Islam untuk bertindak memperbaiki situasi atas berkembangnya
frustasi dan kemarahan sebagian umat Islam disebabkan dominasi ideologi, militer maupun
ekonomi dari negera-negara besar. Dalam hal ini elit-elit pemerintah di negeri- negeri Muslim
belum atau kurang dapat mencari akar yang menjadi penyebab munculnya tindak kekerasan
(radikalisme) sehingga tidak dapat mengatasi masalahatika sosial yang dihadapi umat. Hal yang
demikian oleh Mahathir Muhammad dalam sambutannya pada acara pertemuan negara-negara
OKI di Kuala Lumpur Malaysia tanggal 1-3 April 2002 (SOLOPOS, 2002: 4). Di negeri ini bisa
dilihat tidak tuntasnya penyelesaian masalah korupsi, aset negara yang banyak lari ke luar negeri,
pencaplokan wilayah Indonesia oleh Malaysia, dan disedotnya kekayaan negara oleh konspirator
politik. Di samping itu, faktor media massa (pers) Barat yang selalu memojokkan umat Islam
juga menjadi faktor munculnya reaksi dengan kekerasan yang dilakukan umat Islam.
Propaganda-propaganda lewat pers memang memiliki kekuatan dahsyat dan sangat sulit untuk
ditangkis sehingga sebagian besar "ekstrim" yaitu perilaku radikal sebagai reaksi atas apa yang
ditimpakan kepada komunitas Muslim.Lihat film Fitna, penggambaran tentang hari-hari (film
2012), dan lainnya.

5
C. Isu Radikal Di Dunia Islam

Radikalisme pada dasarnya merupakan paham atau aliran yang bertujuan mengadakan
perubahan atau pembaharuan secara drastis dan revolusioner dalam bidang sosial dan politik.
Berawal dari sebuah aliran, kemudian radikalisme muncul sebagai sebuah gerakan yang
seringkali menggunakan jargon-jargon khusus yang mengatas namakan agama, khususnya
Agama Islam. Istilah “jihad fi sabilillah”, “mati syahid”,“Khilafah” dan “Islamic State”
(negara Islam) kemudian menjadi isu populer dan sering diteriakkan untuk menggalang simpati,
merekrut anggota ekstrimis atau bahkan dimanfaatkan untuk kepentingan politik tertentu.

Dalam banyak hal, agama seringkali menjadi objek yang menarik dan dieksploitasi
sedemikian rupa untuk merealisasikan kepentingan yang sebenarnya.Sehingga radikalisme atas
nama agama semakin mencoreng nama Islam sebagai agama rahmatan li al-‘alamin.

Pandangan Martin E. Marty mencirikan ajaran kaum radikal Islam ditandai dengan empat gejala
pokok :

1. Oppositionalism faham perlawanan yang bersifat radikal terhadap ancaman yang


dipandang dapat membahayakan eksistensi agama, seperti modernitas, sekularisme dan
ajaran Barat pada umumnya.

2. Penolakan terhadap hermeneutika, teks agama harus dipahami secara literal, karena nalar
dipandang tidak mampu menginpretasi terhadap teks agama.

3. Penolakan terhadap pluralisme dan relativisme yang dipandang sebagai hasil pemahaman
yang salah terhadap teks suci dan lepas dari kendali agama.

4. penolakan terhadap perkembangan historis dan sosiologis, yang menurut kelompok


radikalisme dapat membawa umat semakin jauh dari kebenaran doktrin literal agama.

6
Radikalisme Islam dan Isu-Isu pokoknya :

• Radikalisme bisa lahir dari ajaran ideologi dan agama, termasuk dalam agama Islam,
radikalisme bisa berbentuk pemikiran maupun praktek gerakan.

• Radikalisme pemikiran didasarkan pada keyakinan tentang nilai, ide, dan pandangan
yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang dinilainya sebagai yang paling benar
dan menganggap yang lain salah, dan harus ditentang (dilawan). Sedangkan dalam
gerakan aktivitas untuk mencapai misi dengan tindakan radikal (teror, bom,
penyanderaan, baiat dan pembunuhan).

• Konteks ideologi radikalisme memiliki dua makna, pertama, radikalisme sebagai ideologi
non-kompromis berkaitan dengan penerimaan pembangunan, perubahan, dan konsep
kemajuan. Kedua, radikalisme dalam gerakan merupakan pendekatan non-kompromis
terhadap persoalan sosial politik dan ekonomi yang ditandai oleh ketidakpuasan yang
sangat tinggi terhadap status quo, dengan adanya perubahan secara cepat dengan cara-
cara ekstrem, dengan agenda perubahan secara fundamental dalam masyarakat dan
kepemimpinan.

Aksi terorisme yang bersumber dari paham radikal merupakan sebuah fenomena global yang
termasuk ke dalam kategori kejahatan luar biasa (extraordinary crime).

Contoh :

Video ajakan berjihad bersama ISIS yang diunggah oleh akun Abu Mujahid, yang
berdurasi 4 menit 33 detik dengan judul Tahridhul Hijrah Wal Jihad pada Juni 2014.
Dalam video tersebut tampil Salim Mubarok, WNI turunan Yaman yang sudah hijrah ke
Suriah menjadi anggota pasukan militer ISIS. Hanya berselang 6 bulan, tampil kembali
ajakan berjihad bersama ISIS yang dilakukan oleh Abu Jandal, pemuda Malang
keturunan Yaman, yang menyatakan ancamannya terhadap TNI, Polri dan Banser
(Barisan Ansor Serbaguna) NU.

7
D. Pandangan Islam Tehadap Radikal

Radikalisme dalam Islam kenyataannya mendapat perlawanan dari internal penganut atau
pelaku sosial yang terdahulu. Ini muncul akibat dari ketiadaan keserasian antara ideologi yang
baru dengan ideologi yang terdahulu, atau ketiadaan keserasian antara ideologinya dengan
kenyataan yang ada di dalam internal kelompok Islam.

Seperti pergerakan radikal atas ketidakserasian antara idealisme dan realisme pada masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib ra. Diterangkan bahwa, pada tanggal 14 Ramadhan tahun 40 H,
beberapa orang anggota Khawarij yaitu Am bin Bakr, Al-Barak bin Abdullah, dan Abdul
Rahman bin Muljam, mereka tidak puas dengan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib ra, akhirnya
menyusun rencana membunuh Ali bin Abi Thalib ra.

Memahami adanya perbedaan antara idealisme lama dengan realisme uang baru daru deskripsi
keterangan ini, maka muncul suatu permasalahan dalam bentuk rumusan, apakah radikalisme,
indikasi, faktor-faktor penyebab pergerakan radikalisme Islam dan implikasinya dalam
kehidupan di masyarakat.

Radikalisme dalam Islam adalah suatu pergerakan yang mengandung enam unsur, yaitu
perilaku, sasaran, tujuan (arah), materi pergerakan, tempat tertentu, dan kesempatan. Indikasi
radikalisme meliputi:

1. Respon terhadap kondisi yang sedang berlangsung dalam bentuk evaluasi penolakan.
2. Penolakan terhadap tatanan,
3. Memiliki keyakinan yang kuat pada suatu ideologi. Bentuk penyebab radikalisme Islam
adalah adanya interaksi sosial meliputi faktor sosial politik, emosi keagamaan, kultural,
ideologis anti weternisasi (sekuler), dan kebijakan pemerintah.

Implikasi radikalisme, munculnya suatu sugesti yang dapat membentuk suatu pergerakan dengan
kekerasan, dan suksesi pergerakan radikalisme baru dalam bentuk kekuasaan.

Radikalisme dalam Islam sesungguhnya adalah pemahaman, sikap dan tindakan yang tidak
sesuai dengan substansi ajaran Islam

8
E. Dalil

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ ُل ِم ْن‬Q‫ا تَْأ ُك‬Qَ‫ َوالَ ِه َى تَ َر َك ْته‬، ‫ ْتهَا‬Q‫قَ ْتهَا ِإ ْذ َحبَ َس‬Q‫ا َوالَ َس‬Qَ‫ط َع َم ْته‬
ْ ‫ الَ ِه َى َأ‬، ‫ا النَّا َر‬Qَ‫ت فِيه‬ ْ ‫ت ا ْم َرَأةٌ فِى ِه َّر ٍة َس َجنَ ْتهَا َحتَّى َمات‬
ْ َ‫ فَ َد َخل‬، ‫َت‬ ِ َ‫ُع ِّذب‬
ِ ْ‫اش اَألر‬
‫ض‬ ِ ‫خَ َش‬

Artinya: “Ada seorang perempuan disiksa karena seekor kucing yang dikurungnya hingga mati
karena tindakannya tersebut ia masuk neraka. Wanita itu tidak memberi kucing tersebut makan,
tidak pula minum ketika ia mengurungnya. Juga kucing tersebut tidak dibolehkan untuk
memakan serangga-serangga di tanah” (HR. Bukhari no. 3482 dan Muslim no. 2242).

F. Cara Penyelesaian

Penyelesaian Radikalisme

Radikalisme adalah paham perubahan dengan jalan kekerasan sehingga banyak ditentang
masyarakat Indonesia bahkan dunia. Karena itulah harus diadakannya berbagai macam cara
pencegahan dan penyelesaian dalam radikalisme. Adapun caranya yaitu :

1. Memahami Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindak terorisme
ialah memahamkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Setelah memperkenalkan ilmu
pengetahuan dilakukan dengan baik dan benar, langkah berikutnya ialah tentang bagaimana cara
untuk memahamkan ilmu pengetahuan tersebut.

Karena tentunya tidak hanya sebatas mengenal, pemahaman terhadap yang dikenal juga
diperlukan. Sedemikian sehingga apabila pemahaman akan ilmu pengetahuan, baik ilmu umum
dan ilmu agama sudah tercapai, maka kekokohan pemikiran yang dimiliki akan semakin kuat.
Dengan demikian, maka tidak akan mudah goyah dan terpengaruh terhadap pemahaman

9
radikalisme sekaligus tindakan terorisme dan tidak menjadi penyebab lunturnya bhinneka
tunggal ika sebagai semboyan Indonesia.

2. Mengatasi Radikalisme Dan Terorisme Di Lingkungan Kampus

Instrumen pertama menurut Profesor Firmanzah, Rektor Universitas Paramadina, adalah


dengan instrumen instruksi.Maksudnya adalah ada struktur komando dari Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi kepada rektor di perguruan tinggi yang dilanjutkan kepada
dosen terkait pencegahan gerakan radikal.Namun, instrumen ini tidak bersifat otoriter, melainkan
mengedepankan dialog.

Instrumen kedua adalah pemilihan dan pembenahan kurikulum di kampus. Antara lain,
kewarganegaraanm pancasila, serta bela negara.

Instrumen ketiga adalah perlu diadakannya kegiatan-kegiatan di luar kelas yang bisa
memperkuat persatuan dan kesatuan.Kegiatan ini bersifat lintas universitas dan didukung pula
oleh pemerintah.Terakhir yaitu perlu adanya strategi budaya.Dengan memiliki modal besar
berupa kearifan lokal, Indonesia mampu menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan.

3. Menyaring Informasi Yang Didapatkan

Menyaring informasi yang didapatkan juga merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Hal ini dikarenakan
informasi yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus diikuti, terlebih dengan adanya
kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di mana informasi bisa datang dari mana saja.

Sehingga penyaringan terhadap informasi tersebut harus dilakukan agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman, di mana informasi yang benar menjadi tidak benar dan informasi yang tidak
benar menjadi benar.Oleh karena itu, kita harus bisa menyaring informasi yang didapat sehingga
tidak sembarangan membenarkan, menyalahkan, dan terpengaruh untuk langsung mengikuti
informasi tersebut.

10
4. Meminimalisir Kesenjangan Sosial Di Masyarakat

Kesenjangan sosial yang terjadi juga dapat memicu munculnya pemahaman radikalisme
dan tindakan terorisme.Sedemikian sehingga agar kedua hal tersebut tidak terjadi, maka
kesenjangan sosial haruslah diminimalisir.Apabila tingkat pemahaman radikalisme dan tindakan
terorisme tidak ingin terjadi pada suatu Negara termasuk Indonesia, maka kesenjangan antara
pemerintah dan rakyat haruslah diminimalisir.

Caranya ialah pemerintah harus mampu merangkul pihak media yang menjadi
perantaranya dengan rakyat sekaligus melakukan aksi nyata secara langsung kepada rakyat.
Begitu pula dengan rakyat, mereka harusnya juga selalu memberikan dukungan dan kepercayaan
kepada pihak pemerintah bahwa pemerintah akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik
sebagai pengayom rakyat dan pemegang kendali pemerintahan Negara.

11
BAB 3

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dari papran di atas, tampak jelas pengertian dan beberapa contoh isu – isu radikalisme.
Islam sendiri sudah menjelaskan berbedaan jihad, radikalisme, dan terorisme merupakan
melarang prilaku yang tidak terpuji dan jangan sampai perilaku tidak terpuji tersebut dengan
alasan jihad atau mengatas namakan agama. Karena pada dasarnya sudah jelas bahwa umat Islam
tidak dibolehkan melakukan tindakan radikal maupun teror. Keduanya merupakan tindakan yang
berlebihan dan kejam. Apalagi bila dilakukan kepada sesama manusia. Demikian selain
bertentangan dengan agama, juga menyalahi kemanusiaan.

B. Saran
Kita sebagai generasi muda penerus bangsa yang saat ini seharusnya sudah lebih melek
terhadap Pendidikan dan ilmu pengetahuan jangan sampai terbawa pada ajaran yang membuat
kita semakin jauh dari agama yang kita percaya. Dengan kecanggihan teknologi saat ini harus
membuat kita lebih teliti lagi dalam memahami informasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/18118-ID-akar-radikalisme-islam-di-indonesia.pdf
http://eprints.umm.ac.id/36153/3/jiptummpp-gdl-taufiqurra-47495-3-babii.pdf

https://unmabanten.ac.id/2019/11/16/radikalisme-dan-terorisme-adaah-fitnah-bagi-islam/

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.staimadiun.ac.id/
index.php/annuha/article/download/185/pdf%25201/
&ved=2ahUKEwiosZifnLv0AhU_S2wGHf6yAzsQFnoECBIQAQ&usg=AOvVaw3bnoME7JU
XhPVL3f7Gqwj_

https://www.youtube.com/watch?v=CU_3EPvr54s

https://www.youtube.com/watch?v=f0txIywmV0I

https://beritadiy.pikiran-rakyat.com/citizen/pr-701614110/apa-itu-radikal-berikut-penjelasan-
dan-cara-menyikapinya

https://kbbi.web.id/radikal

https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-radikalisme

https://m.kapanlagi.com/plus/radikalisme-adalah-paham-perubahan-dan-pembaharuan-dengan-
jalan-kekerasan-ini-sejarah-beserta-ciri-cirinya-425151.html

13

Anda mungkin juga menyukai