PENDIDIKAN PANCASILA
PANCASILA DAN RADIKALISME
DI SUSUN OLEH :
Kelompok 15
EKA ROHMA DHANI 2030 2021 6023
HADI CAHYONO 2030 3021 6015
JENY ANGELINA RENATHA 2030 3021 6050
CHOIRULLOH IRFAN M. 2030 3021 6056
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan pada
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas Rahmat dan Hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Pancasila dan Radikalisme tepat waktu.
Makalah Pancasila dan Radikalisme disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Pendidikan Pancasila di Universitas Palangka Raya. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Pancasila dan Radikalisme.
S.Pd., M.Si. selaku dosen Pendidikan Pancasila. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami. Kami juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 15
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
A. RADIKALISME………………………………………………………………………………
a) Definisi Radikalisme……………………………………………………………
b) Faktor Penyebab adanya Radikalisme………………………………..
c) Asal munculnya Radikalisme………………………………………………
a) Ideologi Pancasila……………………………………………………………….
b) Implementasi Nilai- nilai Pancasila menghadapi Radikalisme..
c) Membentengi Pemuda dari Radikalisme…………………………….
A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, Indonesia dihadapkan dengan berbagai persoalan dan
ancanan radikalisme, terorisme dan separatism yang semuanya bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD’45. Radikalisme merupakan ancaman
terhadap ketahanan ideologi. Jika Ideologi negara sudah tidak kokoh maka
akan berdampak terhadap ketahanan nasional.
Radikalisme bisa diartikan suatu sikap atau paham yang secara ekstrim,
revolusioner dan militant untuk memperjuangkan perubahan dari arus
utama yang dianut masyarakat. Radikalisme tidak harus muncul dalam
wujud yang berbau kekerasan fisik. Ideologi pemikiran, kampanye yang
masif dan demontrasi sikap yang berlawanan dan ingin mengubah
mainstream dapat digolongkan sebagai sikap radikal.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Radikalisme?
2. Apa yang dimaksud dengan Idiologi Pancasila?
3. Bagaimana implementasi nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi
radikalisme?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengerti yang dimaksud dengan radikalisme
2. Mengerti yang dimaksud dengan idiologi Pancasila
3. Mengerti implementasi nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi
radikalisme
BAB II
PEMBAHASAN
A. RADIKALISME
1. DEFINISI RADIKALISME
Pertama, bentuknya takfiri dan ini dikaitan dengan agama. Dalam model ini,
selalu mengatakan ke orang yang berbeda adalah kafir.
Pengertian kedua adalah jihadi. Radikal dalam pengertian ini adalah yang
suka membunuh dan mengebom orang lain.
Faktor Pemikiran
Faktor Ekonomi
Faktor Sosial
Faktor Psikologis
Peristiwa pahit dalam hidup seseorang juga dapat menjadi faktor penyebab
radikalisme. Masalah ekonomi, masalah keluarga, masalah percintaan, rasa
benci dan dendam, semua ini berpotensi membuat seseorang menjadi radikalis.
Faktor Pendidikan
Faktor Kultural
Ini juga memiliki andil yang cukup besar yang melatar belakangi
munculnya radikalisme. Hal ini wajar karena memang secara kultural,
sebagaimana diungkapkan Musa Asy’ari 12 bahwa di dalam masyarakat
selalu diketemukan usaha untuk melepaskan diri dari jeratan jaring-jaring
kebudayaan tertentu yang dianggap tidak sesuai. Sedangkan yang dimaksud
faktor kultural di sini adalah sebagai anti tesa terhadap budaya sekularisme.
Budaya Barat merupakan sumber sekularisme yang dianggab sebagai musuh
yang harus dihilangkan dari bumi. Sedangkan fakta sejarah memperlihatkan
adanya dominasi Barat dari berbagai aspeknya atas negeri- negeri dan
budaya Muslim. Peradaban barat sekarang ini merupakan ekspresi
dominan dan universal umat manusia yang telah dengan sengaja melakukan
proses marjinalisasi seluruh sendi-sendi kehidupan muslim sehingga umat
Islam menjadi terbelakang dan tertindas.
Faktor internal
Faktor eksternal
Nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI 1945 yang harus tetap diimplementasikan
itu adalah :
Kebangsaan dan persatuan
Kemanusiaan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia
Ketuhanan dan toleransi
Kejujuran dan ketaatan terhadap hukum dan peraturanDemokrasi dan
kekeluargaan
Akhirnya, dapat dikatakan bahwa Indonesia lahir dari kebulatan tekad para
pemuda untuk menyatukan ragam perbedaan dalam tujuan yang sama
kemerdekaan Republik Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika. Demikian komitmen ini
menjadi semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga saat ini.
Indonesia bukan sekedar tentang saya, kamu dan kita, tetapi tentang
kesadaran dan wawasan bernegara dan berbangsa yang menjamin dan
melindungi seluruh tumpah darah dan masyarakat yang menghuni dalam NKRI.
Inilah barangkali pentingnya sumpah pemuda yang mengilhami perjuangan
kemerdekaan pada saat itu untuk direvitalisasi untuk menjaga persatuan bangsa.
Sebuah kesamaan nasib dari ragam perbedaan penduduk yang menghuni
nusantara untuk menentukan nasibnya sendiri dan untuk bermimpi memiliki
negaranya sendiri
Fakta di atas diperkuat oleh riset yang dilakukan Lembaga Kajian Islam dan
Perdamaian (LaKIP). Dalam risetnya tentang radikalisme di kalangan siswa dan
guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Jabodetabek, pada Oktober 2010-Januari
2011, LaKIP menemukan sedikitnya 48,9 persen siswa menyatakan bersedia
terlibat dalam aksi kekerasan terkait dengan agama dan moral. Rentannya
pemuda terhadap aksi kekerasan dan terorisme patut menjadi keprihatinan
kitabersama. Banyak faktor yang menyebabkan para pemuda terseret ke dalam
tindakan terorisme, mulai dari kemiskinan, kurangnya pendidikan agama yang
damai, gencarnya infiltrasi kelompok radikal, lemahnya semangat kebangsaan,
kurangnya pendidikan kewarganegaraan, kurangnya keteladanan, dan
tergerusnya nilai kearifan lokal oleh arus modernitas negatif.
Untuk membentengi para pemuda dan masyarakat umum dari radikalisme
dan terorisme, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menggunakan
upaya pencegahan melalui kontra-radikalisasi (penangkalan ideologi). Hal ini
dilakukan dengan membentuk Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di
daerah, Pelatihan anti radikal-terorisme bagi ormas, Training of Trainer (ToT) bagi
sivitas akademika perguruan tinggi, serta sosialiasi kontra radikal terorisme siswa
SMA di empat provinsi.
Ada beberapa hal yang patut dikedepankan dalam pencegahan terorisme
di kalangan pemuda :
1. Memperkuat pendidikan kewarganegaraan (civic education) dengan
menanamkan pemahaman yang mendalam terhadap empat pilar
kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Melalui pendidikan kewarganegaraan, para pemuda didorong untuk
menjunjung tinggi dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur yang sejalan
dengan kearifan lokal seperti toleransi antar-umat beragama, kebebasan
yang bertanggung jawab, gotong royong, kejujuran, dan cinta tanah air
serta kepedulian antar-warga masyarakat.
2. Mengarahkan para pemuda pada beragam aktivitas yang berkualitas baik di
bidang akademis, sosial, keagamaan, seni, budaya, maupun olahraga.
3. Memberikan pemahaman agama yang damai dan toleran, sehingga
pemuda tidak mudah terjebak pada arus ajaran radikalisme. Dalam hal ini,
peran guru agama di lingkungan sekolah dan para pemuka agama di
masyarakat sangat penting.
4. Memberikan keteladanan kepada pemuda. Sebab, tanpa adanya
keteladanan dari para penyelenggara negara, tokoh agama, serta tokoh
masyarakat, maka upaya yang dilakukan akan sia-sia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Radikalisme adalah suatu perubahan sosial dengan jalan
kekerasan, meyakinkan denngan satu tujuan yang dianggap benar
namun dengan menggunakan cara yang salah. Radikalisme merupakan
gerakan yang berpandang kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam
mengajarkan sikap, berdamai dan mencari perdamaian. Soekarno
menawarkan suatu ideologi yang sesuai dengan dasar kebiasaan yang ada
di Indonesia. Soekarno sepertinya dapat melihat bahwa akan terjadi
berbagai gerakan yang dapat merusak atau mengancam negara Indonesia
salah satunya adalah Radikalisme. Dengan mengamalkan nilai-nilai dalam
ideologi Pancasila, suatu bangsa dapat menjalankan proses hidup
dalam berbangsa dan bernegara tanpa ada ancaman dari gerakan yang
mengancam keutuhan negara.
B. SARAN
http://abdurrahman001.blogspot.co.id/2015/05/peran-sertaa-pancasila-untuk-
mencegah.html
http://aribherzi020696.blogspot.co.id/2015/04/makalah-radikalisme.html
http://2beahumanbeing.blogspot.com/2012/06/makalah-radikalisme-pengertian-
konsep.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Radikalisme
Hilmy, M. (n.d.)., (117), RADIKALISME AGAMA DAN POLITIK DEMOKRASI DI
INDONESIA PASCA-ORDE BARU 407–425
Wisnu Dewantara, A. (2015). PANCASILA DAN MULTIKULTURALISME INDONESIA,
15(2), 1–14.