Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PEMILIHAN UMUM

Dosen Pengampu : Yuyuk Tardimanto, S.Pd, M. Si.

Disusun Oleh :
Nowa Pil Afia : 203010216006
Vivie Wulandari : 203020216022
Aryaweda Pratama : 203030216049

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang menyertai kami
selaku kelompok enam bisa menyelesaikan tugas makalah. Rasa syukur dan terima kasih kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu memberikan karunia kesehatan dan limpahan kasih pada
kelompok enam.
Makalah dengan judul “PEMILIHAN UMUM (PEMILU)” yang telah dipercayakan keada
kelompok enam kiranya dapat menambah wawasan kita semua selaku mahasiswa baru
Universitas Palangka Raya. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Yuyuk
Tardimanto, S. Pd,M. Si selaku dosen pengampu Pendidikan Pancasila yang senantiasa mengajar
dan membimbing kami dalam pengerjaan tugas Makalah.
Kami selaku kelompok enam tidak akan dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa kerja
sama dan arahan, serta semangat dan dukungan dari orang-orang yang dengan tulus memberikan
kepada kelompok enam agar dapat menyelesaikan tugas makalah. Mungkin dalam penulisan
makalah ini banyak terdapat kesalahan yang tidak kami ketahui, kiranya kesalahan yang ada
dapat menjadi pelajaran kelompok enam untuk dapat memperbaikinya lagi dan kami mohon
maaf sebesar besarnya atas kesalahan kami. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan rezeki
yang melimpah oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Palangka Raya, Oktober 2020

ttd
Kelompok Enam
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi..............................................................................................................................................................i
BAB I Pendahuluan.............................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah..................................................................................................................2
BAB 2 Pembahasan............................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pemilu................................................................................................................................3
2.2 Tujuan Pemilu.....................................................................................................................................4
2.3 Manfaat Pemilu...................................................................................................................................5
2.4 Pemilu di Indonesia.............................................................................................................................5
2.4.1 Sejarah Pemilu di Indonesia........................................................................................................5
2.4.2 Landasan Hukum Pemilu di Indonesia.......................................................................................8
2.4.3 Sistem Pemilu di Indonesia........................................................................................................11
2.4.4 Asas-asas Pemilu di Indonesia...................................................................................................14
2.4.5 Pelaksanaan dan Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia............................................................16
BAB 3 Penutup....................................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................................19
3.2 Saran....................................................................................................................................................19
3.3 Sumber-Sumber...................................................................................................................................20

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan Negara Demokrasi, hak masyarakat ikut serta


dalam proses pemerintahan diupayakan untuk membangun Negara yang maju dan
makmur. Begitu pula dengan Pemilihan Umum (PEMILU) yang dilaksanakan
serentak mengambil dari pilihan masyarakat, hasil pemilihan umum yang
diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebesan berpendapat,
berpartisipasi dan mendapatkan kebebasan.
Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945. Karena pemilihan secara demokratis bukan sekedar lambang, melainkan
pemilihan yang harus kompetitif, berkala, inklusif (luas).
Adapun syarar-syarat agar bisa mengikuti pemilu dan pilkada ialah warga
negara indonesia, telah berusia 17 tahun ataupun sudah pernah menikah, sehat
jasmani dan rohani, dan tidak sedang terkasus pidana. Dalam penyelengaraan
pemilu ada beberapa tahapan yaitu: pendaftaran pemilih, pendaftaran peserta
pemilu,penetapan peserta pemilu, kampanye peserta pemilu serta pemungutan dan
penghitungan suara. Untuk lebih jelasnya disini pemakalah akan
membahas ,pengertian pemilu dan pilkada, sejarah pemilu dan pilkada di
indonesia, asas-asas pemilu dan pilkada, dan penyelenggaraan pemilu dan pilkada.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Pemilihan Umum (PEMILU)?


2. Apa manfaat dan fungsi dari Pemilihan Umum (PEMILU)?
3. Apa tujuan Pemilihan Umum (PEMILU)?
4. Bagaimana Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia?
5. Apa Asas dan Hukum Pemilihan Umum (PEMILU)?

1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH

1. Untuk mengetahui pengertian Pemilihan Umum (PEMILU).


2. Untuk mengetahui manfaat dan fungsi Pemilihan Umum (PEMILU).
3. Untuk mengetahui tujuan Pemilihan Umum (PEMILU).
4. Untuk mengetahui Asas- asas dan Hukum Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia.
5. Untuk mengetahui sejarah Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia.
6. Untuk mengetahui sistem jalannya Pemilihan Umum (PEMILU) di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemilu


Sesuai Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah pengertian pemilihan umum diuraikan secara detail.
Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945.
Secara teoritis pemilihan umum dianggap merupakan tahap paling awal dari
berbagai rangkaian kehidupan tata negara yang demokratis. Sehingga pemilu
merupakan motor penggerak mekanisme sistem politik Indonesia. Sampai sekarang
pemilu masih dianggap sebagai suatu peristiwa kenegaraan yang penting. Hal ini
karena pemilu melibatkan seluruh rakyat secara langsung. Melalui pemilu, rakyat
juga bisa menyampaikan keinginan dalam politik atau sistem kenegaraan.
 Pengertian Pemilu menurut para ahli:
1. Ali Moertopo
Menurut Ali Moertopo pengertian Pemilu sebagai berikut: “Pada hakekatnya,
pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankn kedaulatannya
sesuai dengan azas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Pemilu itu
sendiri pada dasarnya adalah suatu Lembaga Demokrasi yang memilih anggota-
anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR, DPRD, yang pada gilirannya
bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintah, menetapkan politik dan jalannya
pemerintahan negara”.

2. Morissan (2005:17)
Menurut Morissan, Pemilihan umum adalah cara atau sarana untuk mengetahui
keinginan rakyat mengenai arah dan kebijakan negara kedepan. Paling tidak ada
tiga macam tujuan pemilihan umum, yaitu memungkinkan peralihan pemerintahan

3
secara aman dan tertib untuk melaksanakan kedaualatan rakyat dalam rangka
melaksanakan hak asasi warga Negara.

3. Menurut Suryo Untoro


Pemilihan Umum (yang selanjutnya disingkat Pemilu) adalah suatu pemilihan yang
dilakukan oleh warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih, untuk memilih
wakil-wakilnya yang duduk dalam Badan Perwakilan Rakyat, yakni Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I dan
Tingkat II (DPRD I dan DPRD II)”.

4. Ramlan (1992)
Pemilu diartikan sebagai “ mekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau
penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercayai.

5. Pengertian Pemilu Secara Umum


Sedangkan pengertian Pemilu secara umum adalah sebagai sarana yang penting
dalam kehidupan suatu negara yang menganut azas Demokrasi yang memberi
kesempatan berpartisipasi politik bagi warga negara untuk memilih wakil-wakilnya
yang akan menyuarakan dan menyalurkan aspirasi mereka.

2.2 Tujuan Pemilihan Umum (PEMILU)

1. Tujuan pemilu untuk melaksanakan kedaulatan rakyat


2. Tujuan pemilu sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat
3. Tujuan Pemilu untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR, DPD dan
DPRD, serta memilih Presiden dan Wakil Presiden
4. Tujuan Pemilu untuk melaksanakan pergantian personal pemerintahan secara
damai, aman, dan tertib (secara konstitusional).
5. Tujuan pemilu untuk menjamin kesinambungan pembangunan nasional.

4
2.3 Manfaat Pemilu

 Implementasi Perwujudan Kedaulatan Rakyat


Pemilu merupakan implementasi perwujudan kedaulatan rakyat. Sistem demokrasi
mempunyai asumsi kalau kedaulatan terletak di tangan rakyat. 

 Sarana Membentuk Perwakilan Politik


Melalui pemilu, rakyat dapat memilih wakil-wakilnya yang dapat memperjuangkan
aspirasi dan kepentingannya. Semakin tinggi kualitas pemilu, semakin baik pula
kualitas para wakil rakyat yang bisa terpilih dalam lembaga perwakilan rakyat
ataupun kepala negara atau daerah.

 Sarana Penggantian Pemimpin


Pemilu  juga merupakan sarana untuk melakukan penggantian pemimpin secara
konstitusional. Pemilu bisa mengukuhkan pemerintahan yang sedang berjalan atau
untuk mewujudkan reformasi pemerintahan. Lewat pemilu, pemerintahan yang
aspiratif akan dipercaya rakyat untuk memimpin kembali. Sebaliknya, jika rakyat
tidak percaya maka pemerintahan itu akan berakhir dan diganti dengan
pemerintahan baru yang didukung oleh rakyat.

 Sarana Bagi Pemimpin Politik Memperoleh Legitimasi


Pemberian suara para pemilih dalam pemilu pada dasarnya merupakan pemberian
mandat rakyat kepada pemimpin yang dipilih untuk menjalankan roda
pemerintahan. Pemimpin politik yang terpilih berarti mendapatkan legitimasi
(keabsahan) politik dari rakyat.

 Sarana Partisipasi Masyarakat


Lewat pemilu, rakyat secara langsung dapat menetapkan kebijakan publik melalui
dukungannya kepada calon yang memiliki program-program yang dinilai aspiratif
dengan kepentingan rakyat. Selanjutnya, calon yang terpilih karena didukung
rakyat harus merealisasikan janji-janjinya ketika telah memegang pemerintahan.

2.4. Pemilu di Indonesia

2.4.1 Sejarah Pemilu di Indonesia

5
Di Indonesia sendiri diketahui bahwa Pemilu presiden diadakan selama 5 tahun
sekali, namun sebelum itu prosesnya sempat tidak seteratur sekarang. Pemilu
di

Indonesia dimulai sejak tahun, 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997,
1999, 2004, 2009, dan 2014.

Pemilu 1955
Pemilu 1955 diadakan dua kali berdasarkan amanat UU No. 7 Tahun 1953.
Keduanya dibedakan berdasarkan tujuannya; Pemilu pertama yang
dilaksanakan pada tanggal 29 September 1955 diadakan untuk memilih
anggota-anggota DPR. Pemilu kedua, 15 Desember 1955 untuk memilih
anggota-anggota Dewan Konstituante.
Pada pemilu pertama diikuti oleh 118 peserta yang tediri dari 36 partai
politik, 34 organisasi kemasyarakatan, dan 48 perorangan, sedangkan untuk
Pemilu kedua diikuti oleh 91 peserta yang terdiri dari 39 partai politik, 23
organisasi kemasyarakatan, dan 29 perorangan.

Pemilu 1971
Pemilihan Umum kedua ini terjadi pada Masa Orde Baru berasaskan UU
No.15 Tahun 1969. Dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 1971 dengan tujuan
pemilihan anggota DPR dengan sistem perwakilan berimbang (proporsional)
dengan stelsel daftar.
10 partai politik ikut dalam pemilu ini; Partai Nadhalatul Ulama, Partai
Muslim Indonesia, Partai Serikat Islam Indonesia, Persatuan Tarbiyah
Islamiiah, Partai Nasionalis Indonesia, Partai Kristen Indonesia, Partai
Katholik, Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Partai Murba dan
Sekber Golongan Karya.

Pemilu 1977-1997
Menggunakan sistem yang sama pada sistem yang digunakan pada Pemilu
1971, Pemilu yang terjadi di Masa Orde Baru ini diawali pada tanggal 2 Mei
1977. Berkat terjadinya fusi (peleburan) parpol peserta Pemilu, Pemilu 1977-
1997 diikuti hanya 3 peserta;
1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan fusi dari partai NU,
Parmusi, Perti, dan PSII.
2. Partai Golongan Karya (GOLKAR)

6
3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan fusi dari PNI, Parkindo,
Partai Katolik, Partai IPKI dan Partai Murba.

Pemilu 1999
Mengingat jaraknya yang berdekatan, persiapannyapun tergolong singkat,
pelaksanaan pemilu 1999 ini tetap dilakukan sesuai jadwal, yakni 7 Juni 1999.
Tidak seperti yang diprediksi dan dikhawatirkan banyak pihak sebelumnya,
ternyata Pemilu 1999 dapat terlaksana dengan damai, tanpa ada kekacauan
yang berarti.
Pemilu 1999 menandai pemilihan pertama pada Masa Reformasi. Dilakukan
serentak di seluruh Indonesia. Dari Pemilu 1999 inilah demokrasi di Indonesia
bangkit. Terbukti melalui jumlah peserta yang ikut dalam pemilihan. Terdapat
48 Partai Politik menjadi peserta pemilu saat itu.

Pemilu 2004
Pada Pemilu 2004, masyarakat dapat secara langsung memilih DPR, DPD,
DPRD serta Presiden dan Wakil Presiden. Pemilu 2004 diselenggarakan secara
serentak pada tanggal 5 April 2004 untuk memilih 550 anggota DPR, 128
Anggota DPD serta DPRD periode 2004-2009. Sedangkan untuk pemilihan
presiden dan wakil presiden dilaksanakan pada 5 Juli 2004 (putaran I) dan 20
September 2004 (putaran II). Pemilu 2004 menunjukan kemajuan dalam
demokrasi kita.
Pemilu 2009
Pemilu 2009 merupakan pemilihan umum kedua setelah Pemilu 2004 yang
diikuti pemilihan langsung presiden dan wakil presiden. Ketentuan dalam
pemilihan presiden dan wakil presiden ini ditentukan bahwa pasangan calon
terpilih adalah pasangan yang memperoleh suara lebih dari 50% dari jumlah
suara dengan sedikitnya 20% suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih
dari 50% jumlah provinsi di Indonesia. Peserta pemilu anggota DPR, DPD dan
DPRD tahun 2009 diikuti oleh 44 Partai Politik (Parpol), yang terdiri dari 38
partai nasional dan 6 partai lokal Aceh.

Pemilu 2014
Diadakan dua kali pada tanggal 9 April 2014 dengan tujuan pemilihan para
anggota legislatif, disusul 3 bulan setelahnya pada tanggal 9 Juli 2014 dengan
tujuan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.

7
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 2014 (biasa disingkat Pemilu
Legislatif 2014) untuk memilih 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
132 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota)


se-Indonesia periode 2014-2019.

Terdapat sepuluh Partai Politik yang mengikuti Pemilu 2014, yaitu : Partai
Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP),
Partai Demokrat, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Golongan
Karya (Golkar), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Keadilan Sejahtera
(PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Demokrat
(Nasdem) serta Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Pemilu Tahun 2019


Di tahun 2019 Indonesia kembali menyelenggarakan Pemilu. Dengan 16 partai
politik nasional yang berpartisipasi; Partai Kebangkitan Bangsa (PKB); Partai
Gerakan Indonesia Raya (Gerindra); PDI Perjuangan (PDIP); Partai Golkar;
Partai Nasdem; Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda); Partai Beringin
Karya (Berkarya); Partai Keadilan Sejahtera (PKS); Partai Persatuan Indonesia
(Perindo); Partai Persatuan Pembangunan (PPP); Partai Solidaritas Indonesia
(PSI); Partai Amanat Nasional (PAN); Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura);
Partai Demokrat; Partai Bulan Bintang (PBB); dan Partai Keadilan dan
Persatuan Indonesia (PKPI); ditambah 4 partai politik lokal di Aceh yaitu
Partai Aceh, Partai Sira, Partai Daerah Aceh, dan Partai Nangroe Aceh, yang
menjadi peserta Pemilu 2019.

2.4.2. Landasan Hukum di Indonesia

 Landasan Hukum Pemilu Tahun 1955


1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1953 tentang pemilihan Anggota
Konstituante dan   Anggota DPR sebagaimana diubah dengan UU Nomor
18 Tahun 1953.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1954 tentang Menyelenggarakan
Undang-Undang Pemilu.

8
3.  Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1954 tentang Cara Pencalonan
Keanggotaan DPR/Konstituante oleh Anggota Angkatan Perang dan
Pernyataan Non Aktif/Pemberhentian berdasarkan penerimaan
keanggotaan pencalonan keanggotaan tersebut, maupun larangan
mengadakan Kampanye Pemilu terhadap Anggota Angkatan Perang.

 Landasan Hukum Pemilu Tahun 1971


1. TAP MPRS No. XI/MPRS/1966
2. TAP MPRS No. XLII/MPRS/1966
UU Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-Anggota
Badan Permusyawaratan
/ Perwakilan Rakyat
3. UU Nomor 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR,
DPR, dan DPRD.

 Landasan Hukum Pemilu Tahun 1997


1. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tentang Garis-garis Besar
Haluan Negara Bidang Politik, Aparatur Pemerintah, Hukum dan
Hubungan Luar Negeri.
2. Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/1973 tentang Pemilihan Umum.
3. Undang-undang Nomor 3/1975 Tentang Partai Politik dan Golongan
Karya.
4. Undang-undang Nomor 5/1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di
daerah.
5. Undang-undang Nomor 8/1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
6. Undang-undang Nomor 5/1979 tentang Pemerintahan Desa.

 Landasan Hukum Pemilu Tahun 1982


1. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara dan Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/1978 Tentang
Pemilu.
2. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1980 tentang Pemilihan Umum.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1980 sebagai pengganti
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1976.
 Landasan Hukum Pemilu Tahun 1987
1. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1983 tentang GBHN dan Ketetapan
MPR Nomor III/MPR/1983 tentang Pemilihan Umum.

9
2. UU Nomor 1 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas UU Nomor 15 Tahun
1969 sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 4 Tahun 1975 dan UU Nomor 2 Tahun
1980.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1980 sebagai pengganti
Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 1976.
 Landasan Hukum Pemilu Tahun 1992
1. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1988 tentang GBHN dan Ketetapan
MPR Nomor III/MPR/1988 tentang Pemilu.
2. UU Nomor 1 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas UU Nomor 15 Tahun
1969 sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 4 Tahun 1975 dan UU Nomor 2 Tahun
1980.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1985
5. Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1990

 Landasan Hukum Pemilu Tahun 1997


1. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dan Ketetapan
MPR Nomor III/MPR/1993 tentang Pemilu.
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1996 tentang Pemilihan Umum.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan
Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1975 dan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1985.

 Landasan Hukum Pemilu Tahun 1999


1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik.
2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.
3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan
MPR, DPR dan DPRD.

 Landasan Hukum Pemilu Tahun 2004


1. Undang-undang No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik.
2. Undang-undang No. 12 Thn 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota
DPR, DPD dan DPRD.

10
3. Undang Undang Nomor 23 tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum
Presiden Dan Wakil Presiden

 Landasan Hukum Pemilu Tahun 2009


1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum;
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik;
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR,
DPD, dan DPRD;
4. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan
Wakil Presiden.

 Landasan Hukum Pemilu Tahun 2014


1. UU No. 42 tahun 2008 tentang pemilu Presiden dan Wakil Presiden;
2. UU No. 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD
3. UU No. 2 tahun 2011 tentang partai politik
4. UU No. 15 tahun 2011 tentang penyelenggara pemilu (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2011 No. 101, tambahan lembaran
Negara Republik Indonesia No. 5246);
5. UU No. 8 tahun 2012 tentang pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2012 No. 117, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia No. 5316).

 Landasan Hukum Pemilu Tahun 2019


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 ini menjadi dasar hukum
penyelenaggaraan Pemilu DPR, DPD, DPRD dan Pilpres tahun 2019 yang
diselenggarakan secara serentak.

2.4.3. Sistem Pemilu di Indonesia

 Sistem Pemilu Tahun 1955 (Masa Perlementer)


Pemilu 1955 adalah pemilu pertama kali diselenggarakan dalam sejarah
kemerdekaan bangsa Indonesia yang baru berusia 10 (sepuluh) tahun.
Pemilu 1955 dilaksanakan pada masa demokrasi perlementer pada
cabinet Burhanuddin Harahap. Pemungutan suara dilakukan 2 (dua) kali,
yaitu untuk memilih anggota DPR pada 29 september 1955 dan untuk
memilih anggota Dewan konstituante pada 16 Desember 1955.
 Sistem Pemilu Tahun 1971

11
Pemilu 1971 merupakan pemilu kedua yang diselenggarakan bangsa
Indonesia. Pemilu 1971 dilaksanakan pada pemerintahan Orde Baru,
tepatnya 5 tahun setelah pemerintahan ini berkuasa. Pemilu yang
dilaksanakan pada 5 Juli 1971 ini diselenggarakan untuk memilih
Anggota DPR.
SistemPemilu 1971 menganut sistem perwakilan berimbang
(proporsional) dengan sistem stelsel daftar, artinya besarnya kekuatan
perwakilan organisasi dalam DPR dan DPRD, berimbang dengan
besarnya dukungan pemilih karena pemilih memberikan su-aranya
kepada Organisasi Peserta Pemilu.

 Sistem Pemilu Tahun 1977


Pemilu kedua pada pemerintahan orde baru ini diselenggarakan pada
tanggal 2 Mei 1977. Sama halnya dengan Pemilu 1971, pada Pemilu
1977 juga menggunakan sistem perwakilan berimbang (proporsional)
dengan stelsel daftar.

 Sistem Pemilu Tahun 1982


Pemilu 1982 merupakan pemilu ketiga yang diselenggarakan pada
pemerintahan Orde Baru. Pemilu ini diselenggarakan pada tanggal 4 Mei
1982. Sistem Pemilu 1982 tidak berbeda dengan sistem yang digunakan
dalam Pemilu 1971 dan Pemilu 1977, yaitu masih menggunakan sistem
perwakilan berimbang (proporsional).

 Sistem Pemilu Tahun 1987


Pemilu keempat pada pemerintahan Orde Baru dilaksanakan pada tanggal
23 April 1987. Sistem Pemilu yang digunakan pada tahun 1987 masih
sama dengan sistem yang digunakan dalam Pemilu 1982, yaitu menganut
sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan stelsel daftar.

 Sistem Pemilu Tahun 1992


Pemilu kelima pada pemerintahan Orde Baru dilaksanakan pada tanggal
9 Juni 1992. Sistem Pemilu yang digunakan pada tahun 1992 masih sama
dengan sistim yang digunakan dalam Pemilu 1987, yaitu menganut
sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan stelsel daftar.

 Sistem Pemilu Tahun 1997


Pemilu keenam pada pemerintahan Orde Baru ini dilaksanakan pada
tanggal 29 Mei 1997. Sistem Pemilu yang digunakan pada tahun 1997
masih sama dengan sistem yang digunakan dalam Pemilu 1992, yaitu
12
menganut sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan stelsel
daftar.

 Sistem Pemilu Tahun 1999


Pemilu 1999 merupakan pemilu pertama pada masa reformasi.
Pemungutan suara dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999 secara serentak
di seluruh wilayah Indonesia. Sistem Pemilu 1999 sama dengan Pemilu
1997 yaitu sistem perwakilan berimbang (propor-sional) dengan stelsel
daftar.

 Sistem Pemilu Tahun 2004


Pemilu 2004 dilaksanakan dengan sistem yang berbeda dari pemilu-
pemilu sebelumnya. Pemilu untuk memilih Anggota DPR dan DPRD
(termasuk didalamnya DPRD Provinsi dan DPRD  Kabupaten/Kota)
dilaksanakan dengan sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan
sistem daftar calon terbuka. Partai politik akan mendapatkan kursi
sejumlah suara sah yang diperolehnya. Perolehan kursi ini akan diberikan
kepada calon yang memenuhi atau melebihi nilai BPP. Apabila tidak ada,
maka kursi akan diberikan kepada calon berdasarkan nomor urut. Pemilu
untuk memilih Anggota DPD dilaksanakan dengan sistem distrik
berwakil banyak.

 Sistem Pemilu Tahun 2009


Pemilu 2009 untuk memilih Anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD
Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan sistem perwakilan berimbang
(proporsional) dengan sistem daftar untuk menentukan sendiri wakilnya
yang akan duduk di lembaga perwakilan. Calon terpilih adalah mereka
yang memperoleh suara terbanyak. Untuk memilih Anggota DPD
dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil banyak. Dist rik disini
adalah provinsi, dimana setiap provinsi memiliki 4 (empat) perwakilan.

 Sistem Pemilu Tahun 2014


Pada tahun 2014, Pileg dan Pilpres diselenggarakan secara terpisah. Saat
itu, Pileg digelar lebih dahulu pada 9 April 2014, sedangkan Pilpres
diselenggarakan 3 bulan setelahnya atau pada 9 Juli 2014. Pemilu diikuti
oleh 12 parpol nasional dan 3 parpol lokal Aceh. Pemilu 2014 memakai
metode BPP (Bilangan Pembagi Pemilih) atau Quote Harre dalam
menentukan jumlah kursi, maka pemilu kali ini akan menggunakan
teknik Sainte Lague untuk menghitung suara. Sumbangan dana pemilu
dari perseorangan maksimal Rp 1 miliar, sedangkan pada Pemilu 2019
13
dinaikkan menjadi Rp 2,5 miliar. Sementara, sumbangan dari badan
hukum atau korporasi pada Pemilu 2014 paling banyak Rp 7,5 miliar

 Sistem Pemilu Tahun 2019


ada Pemilu tahun 2019, Pileg dan Pilpres digelar secara serentak dalam
satu hari pada Rabu, 17 April 2019. Pemilu secara serentak ini dampak
dari putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam gugatan nomor 14/PUU-
XI/2013 yang diputus pada 23 Januari 2014. Dengan penyelenggaraan
Pemilu serentak 2019, nantinya para pemilih harus membawa 5 surat
suara sekaligus ke bilik suara untuk dicoblos. Lima surat suara itu untuk
memilih anggota DPRD tingkat kabupaten/kota, anggota DPRD tingkat
provinsi, anggota DPR, anggota DPD, serta calon presiden dan wakil
presiden. Pemilu 2019 diikuti oleh 16 partai politik nasional ditambah 4
partai politik lokal di Aceh.

2.4.4. Asas – Asas Pemilu di Indonesia

 Asas Pemilu Tahun 1955


Pemilu 1955 dilaksanakan dengan asas :
a. Jujur, artinya Bahwa Pemilu harus dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
b.     Umum, artinyan semua warga Negara yang telah memenuhi
persyaratan minimal  dalam usia, mempunyai hak memilih dan
dipilih.
c.      Berkesamaan, artinya bahwa semua warga Negara yang telah
memenuhi persyaratan minimal dalam mempunyai hak suara yang
sama, yaitu masing-masing satu suara.
d.     Rahasia, artinya bahwa pemilih dalam memberikan suara dijamin
tidak akan diketahui oleh siapapun dan dengan cara apapun mengenai
siapa yang dipilihnya.
e.      Bebas, artinya bahwa setiap pemilih bebas menentukan pilihannya
menurut hati nura-ninya, tanpa ada pengaruh, tekanan, paksaan dari
siapapun dan dengan cara apapun.
f.       Langsung, artinya bahwa pemilih langsung memberikan suaranya
menurut hati nura-ninya, tanpa perantara, dan tanpa tingkatan.

 Asas Pemilu Tahun 1971


Pemilu 1971 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, dan
rahasia (LUBER).
14
1. Langsung, artinya bahwa pemilih langsung memberikan suaranya
menurut hati nura-ninya, tanpa perantara, dan tanpa tingkatan.
2. Umum, artinya semua warga negara yang telah memenuhi
persyaratan minimal dalam usia, mempunyai hak memilih dan dipilih.
3. Bebas, artinya bahwa setiap pemilih bebas menentukan pilihannya
menurut hati nura-ninya, tanpa ada pengaruh, tekanan, paksaan dari
siapapun dan dengan cara apapun.
4. Rahasia, artinya bahwa pemilih dalam memberikan suara dijamin tidak
akan diketahui oleh siapapun dan dengan cara apapun mengenai siapa
yang dipilihnya.

 Asas Pemilu Tahun 1977


Pemilu 1977 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, dan
rahasia.

 Asas Pemilu Tahun 1982


Pemilu 1982 dilaksanakan dengan asas Langsung, Umum, Bebas, dan
Rahasia.

 Asas Pemilu Tahun 1987


Pemilu 1987 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, dan
rahasia.

 Asas Pemilu Tahun 1992


Pemilu 1992 dilaksanakan dengan asas Langsung, Umum, Bebas, dan
Rahasia.

 Asas Pemilu Tahun 1997


Pemilu 1997 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, dan
rahasia.

 Asas Pemilu Tahun 1999


Pemilu 1999 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil.

 Asas Pemilu Tahun 2004


Pemilu 2004 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil.

15
 Asas Pemilu Tahun 2009
Pemilu 2009 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil.

 Asas Pemilu Tahun 2014


Pemilu 2009 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil.

 Asas Pemilu Tahun 2019


Pemilu 2009 dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil.

2.4.5. Pelaksanaan & Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia

 Pelaksanaan Pemilu Tahun 1955


Berdasarkan amanat UU No.7 Tahun 1953, Pemilu 1955 dilakukan dua
kali.
Pemilu pertama dilaksanakan pada 29 September 1955 untuk memilih
anggota-anggota DPR. Pemilu kedua, 15 Desember 1955 untuk memilih
anggota-anggota Dewan Konstituante. Pemilu 1955 menggunakan sistem
proposional. Pemilihan umum sistem proposional adalah dimana kursi
yang tersedia dibagikan kepada partai politik (organisasi peserta pemilu)
sesuai dengan imbangan perolehan suara yang didapat oleh partai politik
itu. Oleh karena itu sistem ini disebut juga dengan sistem berimbang.
Dalam sistem ini wilayah negara adalah daerah pemilihan, akan tetapi
karena terlalu luas maka dibagikan berdasarkan daerah pemilihan dengan
membagi sejumlah kursi dengan perbandingan jumlah penduduk.

 Penyelenggaraan Pemilu Tahun 1971


Sangat membedakan dengan Pemilu 1955 adalah para pejabat negara
pada Pemilu 1971 diharuskan bersikap netral.
Tetapi pada praktiknya, pada Pemilu 1971 para pejabat pemerintah
berpihak kepada salah satu peserta pemilu yaitu Golkar.
Berkaitan dengan pembagian kursi, cara pembagian yang digunakan
dalam Pemilu 1971 berbeda dengan pemilu 1955.
Dalam Pemilu 1971, yang menggunakan UU No.15 Tahun 1969 sebagai
dasar, semua kursi terbagi habis di setiap daerah pemilihan.

16
 Penyelenggaraan Pemilu Tahun 1977 – 1997
Pasca Pemilu 1977, pemilu berikutnya selalu terjadwal dalam 5 tahun.
Satu hal yang membedakan adalah bahwa sejak Pemilu 1977 pesertanya
jauh lebih sedikit, yaitu dua parpol, dan satu Golkar.
Selain memiliki kesamaan kontestan dari tahun ke tahun, dalam pemilu
tersebut juga hasilnya selalu sama.Golkar selalu menjadi pemenang,
sedangkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi
Indonesia (PDI) menjadi pelengkap atau sekedar ornamen.
Golkar bahkan sudah menjadi pemenang sejak 1971

 Penyelenggaraan Pemilu Tahun 1999


Meskipun masa persiapannya tergolong singkat, pelaksanaan
pemungutan suara 1999 ini bisa dilakukan sesuai jadwal, yakni pada 7
Juni 1999.
Tidak seperti yang diprediksi dan dikhawatirkan banyak pihak
sebelumnya, ternyata Pemilu 1999 dapat terlaksana dengan damai, tanpa
ada kekacauan yang berarti.
Cara pembagian kursi hasil pemilihan kali ini tetap memakai sistem
proposional dengan mengikuti varian Roget. Dalam sistem ini sebuah
partai memperoleh kursi seimbang dengan suara yang diperolehnya di
daerah pemilihan.
Namun, cara penetapan calon terpilih berbeda dengan pemilu
sebelumnya, yakni dengan menentukan peringkat perolehan suara suatu
partai di dapil.
Apabila sejak Pemilu 1977 calon nomor urut pertama dalam daftar calon
partai otomatis terpilih apabila partai itu mendapat kursi.
Kini calon terpilih ditetapkan berdasarkan suara terbesar atau terbanyak
dari daerah tempat seseorang dicalonkan.

 Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2004


Pemilihan kali ini merupakan pemilihan yang diikuti banyak partai.
Ada dua macam pemilihan umum, yang pertama pemilihan untuk
memilih anggota parlemen yang partainya memenuhi.
Partai politik yang memenuhi ambang batas masuk menjadi anggota
parlemen dan partai politik yang berada di luar gedung parlemen.
Yang kedua melakukan pemilihan presiden, dan ternyata pada calon
presiden tahun 2004 dilakukan dua putaran.

17
Dalam Pemilu 2004, ada perbedaan sistem bila dibandingkan dengan
pemilu periode sebelumnya, khususnya dalam sistem pemilihan
DPR/DPRD, sistem pemilihan DPD, dan pemilihan presiden-wakil
presiden yang dilakukan secara langsung dan bukan lagi melalui anggota
MPR seperti pemilu sebelumnya. Pemilu 2004 menunjukan kemajuan
dalam demokrasi kita.

 Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2014


Tahun 2014 merupakan pemilu keempat yang dilaksanakan pada masa
reformasi. Penyelenggaraan pemilu ini secara umum dapat dikatakan
berjalan dengan lancar dan aman. Namun demikian, terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam upaya evaluasi untuk perbaikan
penyelenggaraan pemilu ke depan. Salah satu hal yang patut dikritisi
adalah terkait dengan tujuan pemilu sebagai upaya legal untuk
penyederhanaan sistem kepartaian. Secara legalitas hal tersebut
diupayakan dengan cara menaikkan Parliamentary Threshold (PT)
menjadi 3,5%. Namun fakta yang terjadi justru Pemilu 2014
menghasilkan 10 partai politik di parlemen. Hal ini sangat kontras
dengan Pemilu 2009 dengan PT 2,5% yang menghasilkan 9 partai politik
di parlemen. Di sisi lain, Pemilu 2014, baik Pemilu Legislatif maupun
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, justru menghasilkan kegaduhan
hubungan politik antara eksekutif dan legislatif. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa peristiwa politik di awal-awal masa pemerintahan hasil Pemilu
2014. Kegaduhan pemilihan pimpinan DPR dan MPR merupakan gejala
awal dari hiruk-pikuknya politik di parlemen. Di samping itu, kegaduhan
lainnya adalah terkait dengan proses pencalonan Kapolri yang menyita
waktu dan energi panjang. Kondisi demikian merupakan cerminan dari
efektifitas sistem presidensiil kita yang sangat dipengaruhi oleh sistem
pemilu dan sistem kepartaian yang ada.

 Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019


Pilpres 2019 menjadi bagian dari pemilihan umum (Pemilu) serentak
pertama di Indonesia dalam sejarah. Selain memilih Presiden dan Wakil
Presiden, Pemilu 2019 juga menjadi momen bagi rakyat Indonesia untuk
memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota. Sejarah digelarnya pemilu serentak berawal dari aksi
Effendi Ghazali dan Koalisi Masyarakat untuk Pemilu Serentak. Pada
2013, peraih gelar Ph.D., dalam bidang komunikasi politik dari Radboud
Nijmegen University Belanda ini menggugat Undang-Undang (UU)
Nomor 42/2008 tentang Pilpres ke Mahkamah Konstitusi (MK). Pemilu
18
serentak semula dianggap lebih efisien, baik dari sisi waktu juga
anggaran dana. dengan pemilu serentak, uang negara yang berasal dari
pembayar pajak dan hasil sumber daya alam serta sumber daya ekonomi,
dapat lebih dihemat dalam pembiayaannya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kelompok dalam menyimpulkan pambahasan ini mengenai Pemilihan
umum yang merupakan salah satu sarana bagi partisipasi masyarakat.
Masyarakat diberikan kesempatan untuk menentukan siapa yang akan
mereka pilih dalam lembaga legislatif dan eksekutif, baik ditingkat daerah
maupun tingkat nasional. Dalam pemilihan umum, calon yang akan dipilih
oleh masyarakat berasal dari partai politik. Partai politik merupakan salah
satu ciri pada sebuah negara demokrasi, selain ciri lainnya, yakni pemilihan
umum yang langsung, umum, bebas dan rahasia serta jujur dan adil. Melalui
partai politik, aspirasi rakyat diformulasikan secara sistematis dan
diartikulasikan untuk menjadi keputusan-keputusan politik yang
mempengaruhi penyelenggaraan negara atau kebijakan publik lainnya.
Dalam sejarahnya, pemilu di Indonesia di laksanakan dari tahun 1955, 1972,
1977, 1982, 19987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, 2014 dan 2019. Setiap
periode pemilu memiliki asas, landasan hukum, sistem dan penyelenggaran
yang berbeda.

3.2 Saran
Kami kelompok menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki

19
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
tentang pembahasan makalah diatas.

20
Daftar Pustaka

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/15/113000169/pemilu-pengertian-alasan-fungsi-
asas-dan-tujuan?page=all
file:///C:/Users/Acer/Downloads/KONSEP.pdf
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/15/113000169/pemilu-pengertian-alasan-fungsi-
asas-dan-tujuan?page=all
https://www.silontong.com/2018/07/07/pengertian-pemilu/
https://www.merdeka.com/jatim/5-tujuan-pemilu-bagi-negara-indonesia-wajib-diketahui-
kln.html?page=2
https://beritabaik.id/read?editorialSlug=indonesia-baik&slug=1554170278075-5-manfaat-
pemilihan-umum-yang-perlu-kamu-tahu
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/09/06/sejarah-pemilu-di-indonesia
http://plb13.blogspot.com/2014/09/landasan-hukum-pemilu-di-indonesia-dari.html
https://ppid.bawaslu.go.id/sites/default/files/informasi_publik/Kajian%20Sistem%20Kepartaian
%2C%20Sistem%20Pemilu%2C%20dan%20Sistem%20Presidensiil.pdf
https://www.kpujepara.go.id/inilah-undang-undang-yang-menjadi-dasar-pemilu-2019/
https://kumparan.com/kumparannews/7-perbedaan-pemilu-2014-dan-2019-
1542626775313123571/full
https://tirto.id/pilpres-2019-sejarah-pemilu-serentak-pertama-di-indonesia-dmTm

21

Anda mungkin juga menyukai