Oleh:
QURANIL FIRRIZKY (19.2600.041)
RIZKY RAMADHANA (19.2600.045)
GUSLINDAH (19.2600.050)
1
KATA PENGANTAR
Sekian, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan ilmu baru, manfaat
ataupun inspirasi pada pembaca.
Penyusun
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang dasar negara Republik Indonesia
tahun 1945 (UUD RI 1945) menentukan : “Kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.” Kedaulatan bermakna kekuasaan tertinggi,
yakni memilik wewenang tertinggi dalam mengambil keputusan. Didalam konstitusi tidak ada
satupun pasal yang menyatakan bahwa negara Republik Indonesia adalah suatu negara
demokrasi. Namun, karena Indonesia mengimplementasikan kedaulatan rakyat dan tidak lain
merupakan cerminan dari demokrasi, maka secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa negara
Republik Indonesia menganut negara demokrasi.
Pada prinsipnya “semua warga negara diundang untuk berkumpul di satu tempat” untuk
berdiskusi, dan mengambil keputusan ketika suatu negara atau pemerintah menghadapi masalah
besar, baik di bidang kenegaraan, hukum, politik, ekonomi, ekonomi sosial budaya. , agama, dll.
Salah satu bentuknya adalah pelaksanaan pemilihan umum (PEMILU) dengan partisipasi
aktif seluruh warga negara. Pengertian pemilu sendiri tidak diatur dalam undang-undang. Nomor
3 Tahun 1999 tentang Pemilu. Pemilu merupakan sarana untuk menegakkan kedaulatan rakyat
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Saat ini, konstitusi hampir semua negara di dunia menetapkan bahwa kedaulatan berada di
tangan rakyat. Ini berarti bahwa negara menganut prinsip kedaulatan rakyat, dan bahwa
kekuasaan pemerintah didasarkan pada kehendak rakyat. Prinsip dasar ini kemudian dikenal
sebagai prinsip demokrasi.
Berbagai negara pasti memiliki perbedaan sistem pemilihan umum, pemilihan umum di
negara lain berbeda dengan pemilihan umum yang ada dan berlaku di Indonesia, baik dari segi
sistem pemilihan, jenis pemilihan, tatacara pemilihan, prinsip pemilihan, penyelenggara
pemilihan, dll yang berkaitan dengan pemilihan umum. Maka dalam hal ini, kita akan membahas
bagaimana sistem pemilu Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Pemilihan Umum?
2. Bagaimana Sistem Pemilihan Umum di Indonesia?
1
3. Bagaimana Sistem Pemilihan Umum di Berbagai Negara ?
4. Bagaimana Perbandingan Sistem Pemilu di Indonesia dengan Sistem Pemilu di
Berbagai Negara ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pemilihan Umum dan Macam-Macam Sistem
Pemilihan Umum.
2. Untuk Mengetahui Sistem Pemilihan Umum di Indonesia.
3. Untuk Mengetahui Sistem Pemilihan Umum di Berbagai Negara .
4. Untuk Mengetahui Perbandingan Sistem Pemilu di Indonesia dengan Sistem Pemilu
di Berbagai Negara .
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Bila dijabarkan secara teknis sebagai berikut :
Dalam sistem ini di mana transfer perolehan suara lebih didasarkan pada distrik atau
daerah pemilihan. Oleh karena itu model ini pertama-tama akan membagai wilayah negara dalam
beberapa distrik yang mempertimbangka aneka aspek, terutama jumlah penduduk, faktor
sosiologis dan geografis.
Sistem ini mempunyai beberapa variasi diantaranya :
4
peserta pemilu mengikuti pemungutan suara putaran kedua. Biasanya hanya dua peserta dengan
jumlah suara tertinggi yang bisa masuk ke babak kedua. Adapun ukuran area, tidak hanya satu
member area, tetapi juga multiple member area;
3 ) The alternative vote ( AV ).
Sama seperti FPTP, sistem ini menggunakan zona anggota tunggal. Bedanya, pemilih
memiliki hak untuk menentukan preferensinya dengan mengurutkan kandidat yang ada, misalnya
preferensi kandidat C "1", preferensi kandidat E "2", preferensi kandidat A "3", dll. Tunggu.
Kandidat dengan preferensi terbanyak dari pemilihan menang.
4 ) Sistem block vote ( BV ) .
Sistem ini menggunakan rumus kompleks di zona multi-anggota. Pemilih pada umumnya
bebas memilih kandidat individu dalam daftar pendek, terlepas dari afiliasi partai kandidat
tersebut.
5 ) Sistem Party block vote ( PBV ).
Prinsipnya sama seperti di dalam BV. Yang membedakan adalah, di dalam PBV yang
menjadi pijakan pilihan adalah daftar partai-partai yang ada, bukan calon individu.3
Surat Suara Tunggal (STV). Dalam sistem ini, pemilih memiliki kekuatan untuk menentukan
preferensi mereka, seperti di AV. Pemenang didasarkan pada penggunaan kuota.
3
Agus Riwanto, Hukum Partai Politik dan Hukum Pemilu di Indonesia, (Yogyakarta: Thafamedia, 2016), hlm. 55-
56.
5
Sistem pada dasarnya mencoba menggabungkan yang terbaik dari sistem mayoritas/mayoritas
dan proporsional. Ada dua sistem dalam sistem hybrid ini, yaitu;
Sistem Proporsi Anggota Campuran (MMP).
Dalam sistem ini, sistem proporsional digunakan untuk mengimbangi ketimpangan alokasi kursi
per daerah. Misalnya: ketika ada partai politik yang mendapat 10% suara secara nasional. Di
bawah sistem distrik, bagaimanapun, tidak ada pihak yang memenangkan kursi. Sebagai
kompensasi, sistem proporsional diperkenalkan, memungkinkan partai untuk mendapatkan kursi
tidak jauh dari jumlah suara yang diterimanya.
Sistem paralel,
Dalam sistem ini, sistem proporsional dan sistem regional beroperasi secara bersamaan.
Namun, proses penghitungan suara tidak digabungkan seperti MPP, melainkan berjalan sendiri-
sendiri. Namun, ketika kursi tidak diperoleh melalui sistem distrik, proses penghitungan suara
menggunakan sistem PR.4
2) Limited Vote ( LV ), di dalam sistem ini juga menggunakan multi member district,
sebagaimana SNTV. Bedanya, di dalam LV, para pemilih memiliki suara lebih dari satu
meskipun lebih kecil dari calon -calon yang bisa dipilih .
3) Borda Count ( BD ), di dalam sistem ini bisa digunakan sigle member district maupun
multimember district. Di dalam menentukan pilihannya, para pemilih menggunakan
sistem preferensial melalui nomor urut. Calon yang memperoleh preferensi tertinggi, itu
yang ditetapkan sebagai pemenang .5
6
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik,Pemerintahan
presidensial yang berdaulat atas rakyat Ini mempromosikan demokrasi dan semua aspek tunduk
pada hukum yang berlaku. Namun, demokrasi Indonesia tidak bisa dilepaskan dari istilah
pemilihan umum. (Pilihan). Menurut buku Ibnu Tricahyo, pemilihan umum adalah sarana
mewujudkan kedaulatan rakyat yang bermaksud membentuk pemerintahan yang sah serta sarana
aspirasi kepentingan rakyat.6
Pendapat lain yang mendefinisikan pemilu yang lebih luas dan universal dari Ibnu
Trikahyo, Rumidan Ravia, menyatakan bahwa pemilu adalah proses dimana pemilih memilih
orang untuk menduduki posisi politik tertentu.7
Dari tahun 1955 hingga 2019, 12 pemilihan umum diadakan selama periode kemerdekaan
Indonesia. Pertama, pemilihan umum diadakan untuk memilih anggota dari badan perwakilan
seperti DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Setelah Pasal 4 Amandemen UUD
1945 pada tahun 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden ditambahkan ke dalam rangkaian
tersebut. Pemilihan umum yang semula diselenggarakan oleh MPR untuk Presiden dan Wakil
Presiden, kini diselenggarakan langsung oleh rakyat Indonesia.8
Ketentuan lebih rinci mengenai pemilu Indonesia dapat ditemukan dalam Pasal 22E ayat
(1) sampai dengan (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Yang
0ada intinya menyatakan Dimana Pemilihan umum diselenggarakan setiap lima tahun sekali
secara langsung, universal, bebas, rahasia, jujur, dan adil.Dan diselenggarakan untuk memilih
anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, dan DPRD. Peserta pemilihan umum untuk
pemilihan anggota Kongres Rakyat dan Kongres Rakyat Nasional adalah partai politik.
pemilihan umum DPRD dan Pemilihan umum diselenggarakan oleh panitia pemilihan yang tetap
dan independen secara nasional dan rincian pemilihan umum diatur dengan undang-undang.9
Selain itu, sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 6A (1) sampai
dengan (5) yang pada intinya menyatakan sebagai berikut. Pasangan calon presiden dan wakil
presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum
6
Ibnu Tricahyo, Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional dan Lokal, Malang: In Trans Publishing,
2009, h.6
7
Rumidan Rabi’ah, Lebih Dekat Dengan Pemilu di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo,
2009, h. 46
8
Miriam Budiarjo, dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009, h.461
9
Pasal 22E UUD NRI 1945.
7
sebelum pemilihan umum berlangsung. Dan pasangan calon presiden dan wakil presiden
mendapat paling sedikit 50%. Jumlah suara dalam pemilihan umum, termasuk paling sedikit
20% dari suara setiap negara bagian, yang didistribusikan ke lebih dari setengah negara bagian
Indonesia, akan dipilih sebagai presiden dan wakil presiden jika tidak ada pasangan calon. Jika
mencalonkan diri sebagai presiden dan wakil presiden terpilih, kedua kandidat akan dipilih
dengan suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum, yang dipilih langsung oleh
rakyat dan pasangan dengan suara terbanyak.Pengambilan sumpah Presiden dan Wakil Presiden
danpenyelenggaraan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-
undang. Berdasarkan Pasal 7 UUD 1945, Presiden dan Wakil Presiden menjabat selama lima
tahun, setelah itu hanya dapat dipilih kembali satu kali untuk jabatan yang sama.10
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, yang dimaksud pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagaimana juga ditentukan dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat
(2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tersebut, menyatakan bahwa (1) Pemilu untuk
memilih anggotaDPR, DPRD Provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem
proporsional terbuka, (2) Pemilu untuk memilih anggota DPD dilaksanakan dengan sistem
distrik berwakil banyak.
Sejak Indonesia merdeka, negara ini memperkenalkan berbagai sistem, baik sistem
proporsional daftar tertutup maupun sistem proporsional daftar terbuka, yang saat ini berlaku
atau diterapkan pada sistem pemilihan umum di Indonesia. Keterwakilan proporsional (banyak
daerah pemilihan) adalah sistem pemilihan berimbang di mana setiap daerah pemilihan memilih
banyak anggota. Di bawah sistem ini, persentase kursi di DPR dibagi di antara partai politik
sesuai dengan persentase suara yang diperoleh.
10
Prof. Dr. Marwan Mas, S.H., M.H, Hukum Konstitusi dan Kelembagaan Negara, (Depok: Rajawali Pers, Cet ke-2,
2019), hlm. 233.
8
Sistem presidensial adalah sistem pemerintahan Argentina. Bentuk Pemerintahan Seperti
Amerika Serikat (AS), Federal salah bentuk pemerintahan nya yang terdiri dari Distrik Federal,
Ciudad Autonoma de Buenos Aires atau Ibu Kota Federal, dan 23 negara bagian.
Pemerintahannya dilaksanakan di bawah Konstitusi Argentina 1853, yang diamandemen
pada tahun 1994, mengamanatkan pemisahan kekuasaan antara departemen administratif,
legislatif dan yudikatif di tingkat nasional dan negara bagian. Presiden dan wakil-wakilnya,
cabang eksekutif, dipilih langsung oleh rakyat. Hal ini sesuai dengan karakteristik pemerintahan
presidensial dan republik, yaitu kekuasaan ada di tangan rakyat.
Konstitusi Argentina memberikan kekuasaan besar kepada presiden sebagai kepala
negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan serta diberikan kekusaan untuk melantik anggota
kabinet dan, termasuk kuasa untuk mengubah undang - undang di bawah mandat presiden
dengan syarat " mendesak dan perlu " dan hak veto yang terbatas.
Sistem pemerintahan Argentina juga menetapkan batas masa jabatan presiden dan wakil
presiden , yakni 4 tahun . Jadi setiap 4 tahun sekali.dilakukan pemihan presiden dan wakil
presiden11 dan diizinkan menjabat selama tidak lebih dua kali masa jabatan dan hanya diizinkan
ikut dalam kontestasi untuk kali ketiga setelah tidak aktif selama satu periode . Berdasarkan
Konstitusi Argentina calon presiden langsung terpilih jika meraup 45 persen suara atau 40 persen
suara , asal kan berselisih 10 persen dari saingan terdekatnya .
Anggota parlemen juga dipilih dalam pemilihan Argentina (parlemen nasional/pemilihan
parlemen). Argentina menggunakan 257 kursi DPR atau parlemen bikameral yang terdiri dari
Cámarade Diputados dan Senat atau Senado 72 kursi. Rakyat memilih setengah dari anggota
setiap dua tahun, dan anggota dipilih dengan sistem perwakilan proporsional. Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat yang terpilih menjabat untuk masa jabatan empat tahun
Setiap dia tahun diadakan pemilihan umum, untuk memilih senator. Sepertiga dari Senator,
dengan masing-masing negara bagian dan satu wilayah federal (Buenos Aries) mewakili tiga
orang. Orang yang terpilih sebagai senator akan menjalani masa jabatan enam tahun. .12Terdapat
kaum perempuan dengan jumlah Sepertiga dari semua calon yang diajukan oleh partai .13
11
Radis Bastian, Buku Pintar Terlengkap Sistem-Sistem Pemerintahan Sedunia, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), hlm.
120.
12
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Republik Indonesia (DKPP RI), Penyelenggara Pemilu di Dunia,
(Jakarta: CV. Net Communication, 2015), hlm. 95-96.
13
Agustinus, Perbandingan Coattail Effect Sistem Pemilihan Umum Serentak di Indonesia dan Argentina, 2019,
hlm. 25.
9
Afrika Selatan
Bentuk negara Afrika Selatan adalah negara kesatua merupakan negara demokrasi
konstitusional , republik adalah bentuk pemerintahannya dengan sistem semi-presidensial.
Legislatif dan eksekutif masing-masing terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu nasional, wilayah
dan pemerintahan lokal.
Pemilihan Umum di Afrika Selatan diadakan untuk Majelis Nasional , legislatif provinsi
dan dewan kota. Pemilihan Umum di Afrika Selatan diselenggarakan dalam lima tahun sekali ,
dengan pemilihan nasional dan provinsi diadakan secara bersamaan dan pemilihan kota diadakan
dua tahun kemudian. Sistem pemilihan didasarkan pada representasi proporsional daftar partai ,
yang berarti bahwa partai-partai diwakili secara proporsional dengan dukungan elektoralnya.
Untuk dewan kotamadya ada sistem anggota campuran di mana distrik memilih anggota dewan
individu di samping mereka yang disebutkan dari daftar partai.
Presiden Afrika Selatan memiliki dua posisi: Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan.
Dia terpilih ketika Majelis Nasional dan Dewan Nasional Provinsi bergabung. Biasanya,
presiden adalah pemimpin mayoritas parlemen. Majelis Nasional memiliki 400 anggota yang
dipilih oleh perwakilan proporsional. Dewan Provinsi Nasional menggantikan Senat pada tahun
1997 dan terdiri dari 90 anggota yang mewakili masing-masing dari sembilan provinsi, termasuk
kota-kota besar di Afrika Selatan. Selain itu, setiap provinsi di Afrika Selatan memiliki legislator
nasional dan dewan eksekutif yang diketuai oleh premier atau perdana menteri.
Pemilu terakhir terjadi pada Mei 2019, di mana partai ANC berhasil memenangkan
57,5% suara dengan 230 kursi dan partai oposisi utama termasuk Democratic Alliance (DA)
14
Desain sistem pemilu:Buku Panduan Baru Internasional IDEA , Stockholm: Pressens bild, 2016, Hlm 87
10
20,77% suara dengan 84 kursi, dan partai Economic Freedom Fighters (EFF) yang meraup
10,79% suara dengan 44 kursi.
Dalam pemilihan Majelis Nasional, setiap warga negara Afrika Selatan yang berusia 18
tahun ke atas dapat memilih, termasuk (sejak pemilihan 2014) penduduk di luar Afrika Selatan.
Dalam pemilihan legislatif provinsi atau dewan kota, hanya penduduk di provinsi atau
kotamadya yang dapat memberikan suara. Semua pemilihan diselenggarkan oleh Komisi
Pemilihan Afrika Selatan , yang merupakan badan independen yang dibentuk oleh Konstitusi.15
Mesir
Setelah revolusi, Mesir menjadi republik dengan kepala negara sebagai presiden. Mesir
memiliki seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Namun dalam praktiknya, peran
perdana menteri kurang terlihat, dan banyak yang melihat posisi perdana menteri hanya sebagai
simbolis. Dalam proses pembangunan, Mesir masih mengangkat perdana menteri, namun peran
kepala pemerintahan masih didominasi oleh presiden. Situasi ini mempengaruhi badan
penyelenggara pemilu Mesir. Konstitusi juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu dan
dinamika di Mesir. Salah satu faktor yang berdampak besar pada proses pemilu adalah
pembentukan konstitusi baru setelah kudeta.
15
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Afrika_Selatan
16
DKPP RI, Praktik Pemilu di Negara Penganut Sistem Pemerintahan Presidensial, Semi-presidensial, dan
Parlementer, (Jakarta: Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu, 2015), h. 115.
11
Semi-presidensial, adalah sistem pemerintahan yang dianut Mesir, dengan perdana
menteri sebagai kepala pemerintahan. Kedudukan perdana menteri hanya formalitas karena
dalam praktiknya, peran perdana menteri tidak begitu jelas, .17
Menurut Artikel 139 Dustur Jumhuriat Misr Alearabiat 2014 (Konstitusi Republik Arab
Mesir Tahun 2014):
“Presiden adalah kepala kepala negara dan kepala cabang eksekutif pemerintah..”
Dan menurut Artikel 163 Dustur Jumhuriat Misr Alearabiat 2014 (Konstitusi Republik Arab
Mesir Tahun 2014) bahwa
Perdana menteri mengepalai pemerintah yang merupakan badan eksekutif dan administrasi
tertinggi negara. Pada perkembangannya, Mesir tetap mengangkat seorang perdana menteri
namun peran kepala pemerintahan pun masih didominasi oleh presiden. 18 Sistem unikameral
digunakan oleh parlemen Mesir, dan fungsi legislatif dilakukan oleh Maglis Al-Nowwab (Dewan
Perwakilan Rakyat) di Kairo. Majlis al-Syura (Dewan Tinggi). Kemudian Majlis al-Syura
(Dewan Tinggi) dicopot dan Majlis al-Sha'ab (Dewan Rendah/Rakyat) diganti namanya menjadi
Maglis Al-Nowwab (Dewan Perwakilan Rakyat).19
17
Redaksi Ensiklopedia Indonesia, Ensiklopedia Indonesia Seri Geografi, (Jakarta: PT. Intermasa, 1990), h. 168.
18
DKPP RI, Loc. Cit.
.
19
Middle East and North Africa International Foundation For Election System, Egypt’s
2014 Presidential Election Law, 15 Mei 2014, h. 2.
20
IFES, Egypt’s Presiden Election Law, Briefng Paper, 2014.
12
Pemilihan di Mesir dilakukan dengan menggunakan model two round system ( TRS )
atau sistem dua putaran21 adalah salah satu model sistem pluralitas/mayoritas dimana pemilihan
dilakukan dengan dua putaran jika tidak ada kandidat yang mencapai jumlah suara tertentu.
Hongaria
Orszaggyules (Majelis Nasional) merupakan nama Parlemen di Hongaria dan terdiri dari
199 kursi untuk masa jabatan 4 tahun. Majelis Nasional (Országgyűlés), sebuah parlemen satu
kamar dengan 386 anggota, adalah otoritas negara bagian tertinggi untuk mengusulkan dan
menyetujui undang-undang yang diprakarsai oleh Perdana Menteri. Pemilihan parlemen nasional
diadakan setiap empat tahun.23
Jangka waktu untuk memilih presiden setiap lima tahun sekali oleh parlemen dan
umumnya hanya memainkan peran seremonial, tetapi kekuasaannya juga termasuk menunjuk
perdana menteri. Menteri kabinet dipilih oleh perdana menteri dan memiliki hak eksklusif untuk
memberhentikannya. Setiap calon kabinet mengadakan dengar pendapat konsultasi publik di
hadapan satu atau lebih komite parlemen dan harus disetujui secara resmi oleh presiden.
Pada tahun 1989 dipertemuan meja bundar Hongaria menjadi negara demokrasi . Meja
bundar ini bertujuan untuk melepaskan diri dari rezim lama dan membangun tatanan
21
https://id.wikipedia.org/wiki/Egyptian_Presidential_Election. Diakses pada tanggal 28 Mei 2022
22
Angga Nurdin , Faktor Domestik Kebijakan Pemerintah Hungaria Dalam Menangani Pengungsi Dan Migran
Dari Timur Tengah Periode 2015-2019, Jurnal Academia Praja Vol 4 No. 1,2021 hlm 33
23
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hongaria
13
kelembagaan baru dari pemerintahan yang demokratis. Namun transisi tersebut tidak membuat
Hongaria menjadi negara yang sepenuhnya demokratis. Demokrasi tidak sepenuhnya
dilaksanakan di Hongaria karena pada saat itu Hongaria lemah dalam proses negosiasi untuk
berkompromi dengan kelompok komunis Hongaria (Bozóki, 2000).
Meksiko
Pemerintah pertama Meksiko adalah sebuah kerajaan atau monarki yang dipimpin oleh
Augustin Iturbid dari 21 Juli 1822 hingga 19 Maret 1823. Sebagaimana dijelaskan, Kaisar Iturbid
digulingkan oleh Majelis Nasional. Setelah kehancuran kekaisaran, sistem pemerintahan
Meksiko adalah sistem presidensial, yang secara resmi didirikan pada 10 Oktober 1824. Presiden
pertama dipimpin oleh Guadalupe Victoria, yang mendukung Partai Liberal. Selain itu, dari
tahun 1824 hingga 1861, Meksiko mengalami 40 kali transisi presiden.
Pada Maret 1861 adalah Benito Juárez adalah presiden pertama Meksiko, yang
kemudian digulingkan karena ekspansi Prancis. Sistem pemerintahan berubah menjadi monarki
dan sistem parlementer, tetapi hanya sebentar karena perang saudara yang dilancarkan oleh kaum
liberal melawan kaum konservatif. Perang ini menyebabkan kekalahan kekaisaran Maximilian I
14
dan memulihkan sistem pemerintahan Meksiko menjadi republik presidensial, yang tetap ada
hingga hari ini.
Menurut Konstitusi Meksiko 1917, Bagian III menjelaskan pemilihan umum. Konstitusi
menyatakan bahwa pemilihan adalah satu-satunya cara yang paling legal dan efektif untuk
membentuk dan memperbarui cabang eksekutif legislatif federal dan negara bagian dan dewan
kota. Semua pemilihan di Meksiko bersifat langsung. Hanya dengan tidak adanya presiden yang
berkuasa (baik dengan pengunduran diri, pemakzulan atau kematian) PBB dapat menetapkan
dirinya sebagai badan pemilihan tertinggi yang memilih presiden sementara dengan mayoritas
mutlak.
Diadakan pemilihan presiden setiap enam tahun, kecuali dalam kasus luar biasa di mana
presiden tidak hadir. Pemilihan legislatif untuk Senat dijadwalkan akan diadakan setiap enam
tahun, diperbarui sepenuhnya dalam pemilihan yang bertepatan dengan pemilihan presiden, dan
Dewan Perwakilan diadakan setiap tiga tahun. Gubernur juga dipilih setiap enam tahun,
sementara legislatif negara bagian diperbarui setiap tiga tahun.
Konsep yang tertanam kuat dalam kehidupan politik Meksiko adalah "no reelection."
Teori ini diterapkan setelah Porfirio Díaz berhasil memonopoli kepresidenan selama lebih dari
25 tahun. Sehingga pada saat ini, dilakukan pembatasan untuk masa jabatan presiden selama
enam tahun.
Meksiko mempunyai pelembgaan dimana cabang eksekutif negara dipimpin oleh seorang
gubernur, yang dipilih langsung oleh mayoritas sederhana untuk masa jabatan enam tahun yang,
seperti presiden, tidak dapat diperbarui. Badan Legislatif Negara adalah unikameral, terdiri dari
Dewan Perwakilan Rakyat, yang mengadakan dua sesi reguler setahun, dengan sesi diperpanjang
dan sesi khusus jika diperlukan. Anggota melayani masa jabatan tiga tahun dan tidak dapat
dipilih kembali segera. Pengadilan Negeri dipimpin oleh Pengadilan Tinggi. Hakim Pengadilan
Tinggi diangkat oleh gubernur dan disetujui oleh badan legislatif negara bagian. Pada gilirannya,
hakim pengadilan tinggi mengangkat semua hakim pengadilan negara bagian yang lebih rendah.
15
Dalam masalah legislatif, hak prerogatif dimiliki oleh presiden untuk secara bebas
mengangkat dan memberhentikan pejabat kabinet, hampir semua pegawai eksekutif. Di bawah
persetujuan Senat tradisional dan rutin, Presiden mengangkat duta besar, konsul jenderal, hakim
agung dan walikota Distrik Federal. Presiden juga menunjuk hakim ke Mahkamah Agung distrik
federal, yang harus disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Penunjukan presiden juga meluas
ke bawah melalui birokrasi federal ke berbagai kantor tingkat menengah di Sekretariat, lembaga
tingkat kabinet lainnya, lembaga semi-otonom, dan perusahaan parastatal (lihat Daftar Istilah).
Presiden dipilih dengan suara pluralitas. Presiden menjabat untuk masa jabatan enam
tahun, tidak diangkat dan dipilih kembali. Ini mencegah presiden dari mengakar dalam
kekuasaan, tetapi juga mengurangi akuntabilitas mereka kepada pemilih tidak lagi. Mengingat
akar ideologis dan simbolis di balik larangan pemilihan kembali presiden.
Meksiko memiliki sistem bikameral, dengan masa jabatan tiga tahun di Dewan
Perwakilan Rakyat dan masa jabatan enam tahun di Senat (berdasarkan masa jabatan presiden).
Kedua ruangan tersebut dipilih melalui sistem hybrid, menggunakan daftar FPTP dan PR (Mixed
Membership Proportion (MMP)).
DPR memiliki 500 anggota, 300 di antaranya dipilih oleh FPTP di daerah pemilihan satu
anggota (SMD) dan 200 di lima daerah pemilihan dengan 40 anggota yang dipilih oleh daftar
PR. 300 kursi FPTP dibagi menjadi negara bagian secara proporsional dengan populasi tanpa
batas. Beberapa negara bagian mungkin memiliki kurang dari dua kursi.24
Berdasakan konstitusi Negara bagian Meksiko dibagi menjadi tiga puluh satu negara
bagian, termasuk ibu kota negara bagian atau Mexico City, Aguascalientes, Baja California,
Campeche, Coahuila, Colima, Chiapas, Chihuahua, Durango, Guanajuato, Guerrero, Hidalgo,
Jalisco, Mexico, Michoacán, Morelos , Nayarit, Nuevo Leon, Oaxaca, Puebla, Queretaro, San
Luis Potosi, Sinaloa, Sonora, Tabasco, Tamaulipas, Tlaxcala, Veracruz, Yucca Tanzania,
Zacatecas, Distrik Federal, Baja California Sur dan Quintana Lutheran.25
24
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Republik Indonesia (DKPP RI), Penyelenggara Pemilu di Dunia,
(Jakarta: CV. Net Communication, 2015), hlm. 122.
25
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Mexico
16
D. Perbandingan Sistem Pemilu di Indonesia dengan Sistem Pemilu di Negara Lain
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pemilu merupakan seperangkat variabel yang mengatur kontestasi perebutan
kekuasaan. Beragam Sistem pemilihan umum , antara lain : Pertama, Sistem Pluralitas /
Mayoritas (Sistem Distrik) dengan variasinya yaitu First past the post ( FPTP ), Two round
system ( TRS ), The alternative vote ( AV ), Sistem block vote ( BV ), dan Sistem Party block
vote ( PBV ).; Kedua, Sistem Proporsional dengan variasinya yaitu List proporsional
representation ( List PR ) dan, Single tranferable vote ( STV ) ; Ketiga Sistem Campuran ( Mixed
System ) dengan variasinya yaitu Sistem mixed member proportional ( MMP ) dan, Sistem
Paralel ( paralel system ) ; Keempat Sistem-sistem laiinya antara lain; Single nontransferable
system ( SNTV ), Limited Vote ( LV ) dan, Borda Count ( BD ).
Berdasarkan penjelasan mengenai perbandingan sistem pemilu di indonesia dengan sistem
pemilu di beberapa negara, maka dapat disimpulkan bahwasanya sistem pemilu di Indonesia
dengan sistem pemilu di beberapa negara dalam hal ini ada yang sistemnya sama ada juga yang
berbeda . Sistem pemilihan umum yang digunakan di Indonesia ialah sistem proporsional. Sama
dengan sistem pemilihan umum yang digunakan di Argentina maupun di Afrika selatan. Adapun
sistem pemilu Indonesia dengan Mesir, Hongaria dan Meksiko berbeda, Indonesia menggunakan
sistem proporsional sedangkan Mesir dengan sistem pluralitas/mayoritasnya ( two round
system(TRS ) ), Hongaria dan Meksiko dengan sistem Sistem Campurannya ( Mixed System )
First Past the Post (FPTP) dan Proportional representation.
Dari perbandingan ini kemudian kami menganalisa bahwasanya memang sistem
pemerintahan suatu negara mungkin menjadi salah satu hal yang mempengaruhi sistem pemilu
misalnya saja Indonesia dengan Argenrtina yang keduanya menganut sistem pemerintahan yang
sama dan sistem pemilu yang sama namun, jika kita bandingkan dengan Meksiko yang
menggunakan sistem pemerintahan yang sama yakni presidensial nyatanya sistem pemilu yang
digunakan berbeda, ini menandakan bahwasanya sama atau tidaknya suatu sistem pemerintahan
suatu negara tidak menjadi hal yang mutlak dipilihnya sistem pemilu, menurut kami yang
19
mempengaruhi sama atau tidaknya sistem pemilu suatu negara adalah dari sisi historis,
sosiologis, dan politis
B. Saran
Inilah tulisan kelompok kami, dan walaupun tulisan ini jauh dari kata sempurna,
setidaknya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Masih banyak kesalahan dalam penulisan
kelompok kami karena kami manusia adalah tempat kesalahan dan dosa: dalam hadits “al insanu
minal khotto wannisa” kami juga membutuhkan saran/kritik agar dapat menjadi pendorong untuk
menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
20
DAFTAR PUSTAKA
Wasis Susetyo, (2015). Laporan Akhir Pengkajian Nakum Tentang Tinjauan Terhadap Efisiensi
Pelaksanaan Pemilu Di Indonesia , Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum
Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI, ,
Agus Riwanto, (2016). Hukum Partai Politik dan Hukum Pemilu di Indonesia.Yogyakarta:
Thafamedia.
Ibnu Tricahyo, (2009). Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional dan Lokal.
Malang: In Trans Publishing.
Rumidan Rabi’ah, (2009). Lebih Dekat Dengan Pemilu di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Miriam Budiarjo, (2009). Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Marwan Mas, (2019). Hukum Konstitusi dan Kelembagaan Negara. Depok: Rajawali Pers..
Mega Putri Rahayu, dkk. (2017). Sistem Proporsional dalam Pemilihan Umum Legislatif di
Indonesia, Diponegoro. Law Journal..
Moh. Kusnadi dan Harmaily Ibrahim, (1988). Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia.
Jakarta: Sinar Bakti Fakultas Hukum UI.
21
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Republik Indonesia (DKPP RI), (2015).
Penyelenggara Pemilu di Dunia. Jakarta: CV. Net Communication.
Agustinus, (2019). Perbandingan Coattail Effect Sistem Pemilihan Umum Serentak di Indonesia
dan Argentina.
Desain sistem pemilu: Buku Panduan Baru Internasional IDEA , (2016). Stockholm: Pressens
bild.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Afrika_Selatan
DKPP RI, (2015). Praktik Pemilu di Negara Penganut Sistem Pemerintahan Presidensial,
Semi-presidensial, dan Parlementer. Jakarta: Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu.
Redaksi Ensiklopedia Indonesia, (1990). Ensiklopedia Indonesia Seri Geografi. Jakarta: PT.
Intermasa.
Middle East and North Africa International Foundation For Election System, Egypt’s
Angga Nurdin , (2021). Faktor Domestik Kebijakan Pemerintah Hungaria Dalam Menangani
Pengungsi Dan Migran Dari Timur Tengah Periode 2015-2019, Jurnal Academia Praja.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hongaria
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_Parlemen_Hongaria_2018.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Mexico
22