Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PERAN BAWASLU DALAM MEWUJUDKAN PEMILU YANG


BERINTEGRITAS

Oleh :

Disusun sebagai persyaratan mengikuti_______________

i
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

limpahan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada

halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan

karena keterbatasan yang penulis miliki. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Madiun, 2023

(___________)

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................................4
D. Manfaat...............................................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................................7
A. Pemilihan Umum................................................................................................7
B. Tujuan dan Fungsi Pemilihan Umum...............................................................10
C. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).................................................................11
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................16
A. Divisi Produksi (Production)............................................................................16
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN..........................................................................17
A. Kesimpulan.......................................................................................................17
B. Saran.................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara penganut paham demokrasi selalu

mengupayakan pelaksanaan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Salah

satu bentuk partisipasi politik rakyat dalam pemerintahan yang demokratis adalah

keikutsertaan anggota masyarakat dalam pemilihan umum (Nugroho dan

Sukmariningsih, 2020). Pemilu ini berfungsi untuk mengkonversi suara rakyat

menjadi suatu jabatan atau posisi di dalam lembaga negara. Pemilu sudah mulai

dilaksanakan pada tahun 1955. Akan tetapi pada masa itu yang masih berada

dalam Masa Orde Baru, penyelenggaraan pemilu tidak dilaksanakan dengan

benar-benar jujur dan adil (honest and fair). Selama Masa Orde Baru, rakyat

senantiasa dalam tekanan Pemerintah untuk menentukan hak pilihnya ketika

mengikuti pelaksanaan pemilu.

Pada masa ini, penyelenggaraan pemilu (the holding of elections)

dirasakan kurang demokratis yang tampak dari banyaknya penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi. Penyimpangan-penyimpangan tersebut antara lain

pemberlakuan kebijakan massa mengambang, politisasi birokrasi dan campur

tangan atau intervensi birokrasi pemerintah yang dominan dalam struktur

1
maupun proses pemilu sehingga mengintimidasi Hak Asasi Manusia dalam

memilih (Syamsi, 2000).

Pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia (human rights) selanjutnya

disingkat dengan HAM yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945

merupakan wujud nyata dianutnya prinsip esensial demokrasi. Segala bentuk

pengakuan dan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) membuktikan

bahwa Undang-Undang Dasar 1945 memberikan roh atas bangkitnya kebebasan

dan kesetaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Akhirnya

memberikan dampak pada penerapan prinsip prosedural yang diwujudkan dalam

pelaksanaan pemilu secara langsung dan prinsip pertanggungjawaban sehingga

memberikan nilai tambah bagi integritas pemilu yang diselenggarakan.

Pengkuan, perlindungan, dan penghormatan akan Hak Asasi Manusia

dalam pemilu harus diimbangi dengan proses dan hasil pemilu yang berasaskan

pada kejujuran dan keadilan. Nantinya setelah proses pemilu selesai, maka

pejabat yang telah terpilih bertanggung jawab dalam menjalankan kepemimpinan

yang di dapat dari suara rakyat. Sehingga pejabat tersebut tidak boleh

menjalankan pemerintahan secara otoriter dan harus mementingkan kehendak

rakyat. Maka dari itu melalui proses pemilu yang jujur dan adil akan

menghasilkan pemimpin yang benar-benar berada dipihak rakyat (Fahmi, dkk,

2020). Karena apabila proses pemilu tidak dilaksanakan secara jujur dan adil

maka suara rakyat akan disalahgunakan oleh pejabat pemerintahan yang dipilih

oleh rakyat itu sendiri.

2
Penyelenggaraan pemilihan umum secara langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh penyelenggara

pemilihan umum yang mempunyai profesionalitasme dan akuntabilitas.

Akuntabilitas berarti setiap pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilu

harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan kewenangannya kepada

publik baik secara politik maupun secara hukum.

Salah satu pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilu adalah

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Pengawasan pemilu ini baru muncul dalam

pelaksanaan pemilu tahun 1982, namanya adalah Panitia Pengawas Pelaksanaan

Pemilihan Umum (Panwaslak Pemilu), yang terbentuknya dilatarbelakangi oleh

ketidakpercayaan terhadap pemilu yang dianggap telah disetting oleh kekuatan

rezim penguasa (Bawaslu RI, 2017). Kemudian pada Pemilu tahun 1987, protes

terhadap pelanggaran dan kecurangan pemilih lebih banyak lagi, sehingga

pemerintah dan DPR yang ketika itu didominasi oleh Golkar dan Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia merespon hal ini dengan gagasan untuk

memperbaiki Undang-Undang yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

pemilu berikutnya. Pemerintah juga mengenalkan adanya badan baru yang akan

terlibat dalam urusan pemilu sebagai pendamping Lembaga Pemilihan Umum

(LPU). Saat ini lebih dikenal dengan istilah Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)

yang ada di tingkat Pusat, di tingkat Provinsi sampai Pembentukan Panitia

Pengawasan Pemilu di tingkat Kabupaten/ Kota yang awalnya adhoc saja maka

diusulkan agar menjadi permanen (Suswantoro, 2016: 62).

3
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) ini bertugas mengarahkan dan

mengawasi interaksi proses pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia agar penegakan hukum Pemilu dapat dijalankan lebih berkualitas,

efektif, efisien, dan berintegritas sehingga kredibilitas dan kualitas

penyelenggaraan pemilu dapat tercapai dengan baik sesuai dengan apa yang

dicita-citakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dirumuskan bagian

yang akan dikaji dan dianalisis sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Bawaslu dalam melakukan fungsi pengawasan pada

seluruh tahapan Pemilu?

2. Bagaimana peran Bawaslu dalam melakukan pencegahan dan penindakan

hukum terhadap pelanggaran dan sengketa proses Pemilu berdasarkan

wewenang yang dimiliki?

3. Bagaimana peranan ideal yang seharusnya dilakukan Bawaslu dalam

mewujudkan Pemilu yang berintegritas? 

C. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

4
1. Mengetahui pentingnya peranan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dalam

melaksanakan fungsi pengawasan yang dikaitkan dengan wewenang yang

dimiliki dalam menyelesaikan persoalan pelanggaran pemilu.

2. Mengetahui pentingnya peranan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dalam

melakukan pencegahan dan penindakan hukum terhadap pelanggaran dan

sengketa proses pemilu.

3. Mengetahui pentingnya peranan ideal yang dilakukan Bawaslu dalam

mewujudkan Pemilu yang berintegritas

D. Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan

ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kenegaraan khususnya

terkait dengan pengawasan penyelenggaraan pemilu di Indonesia sehingga

dengan adanya penulisan makalah ini dapat memberikan dorongan untuk

perbaikan sistem pengawasan pemilu yang akan datang.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dan tambahan ilmu pengetahuan tentang

proses dan hal-hal yang berkaitan dengan pemilu.

5
b. Bagi Masyarakat

Terselenggaranya pemilu sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945

yang menerapkan asas LUBER JURDIL (Langsung, Umum, Bebas,

Rahasia, Jujur, dan Adil).

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemilihan Umum

Ibnu Tricahyo (2009:6), mendefinisikan Pemilihan Umum sebagai

instrumen mewujudkan kedaulatan rakyat yang bermaksud membentuk

pemerintahan yang absah serta sarana mengartikulasikan aspirasi dan

kepentingan rakyat”. Menurut Sarbini (2015: 107) pemilu merupakan arena

pertarungan untuk mengisi jabatan politik di pemerintahan yang dilakukan

menggunakan cara pemilihan yang dilakukan oleh warga negara bersyarat.

Secara umum pemilu merupakan cara yang dilakukan oleh rakyat untuk

menentukan pimpinan atau wakil mereka di pemerintahan serta dapat dikatakan

sebagai hak masyarakat serta warga negara untuk memilih wakilnya di

pemerintahan.

Kedaulatan rakyat dijalankan oleh wakil-wakil rakyat yang duduk di

dalam lembaga perwakilan.Kedaulatan rakyat atas penyelenggaraan

pemerintahan dijalankan oleh presiden dan Kepala Daerah yang juga dipilih

secara langsung. Anggota legislatif maupun Presiden dan Kepala Daerah karena

telah dipilih secara langsung, maka semuanya merupakan wakil-wakil rakyat

yang menjalankan fungsi kekuasaan masing-masing. Kedudukan dan fungsi

wakil rakyat dalam siklus ketatanegaraan yang begitu penting dan agar wakil-

7
wakil rakyat benarbenar bertindak atas nama rakyat, maka wakil rakyat tersebut

harus ditentukan sendiri olehrakyat, yaitu melalui pemilihan umum.

Menurut Jimly Asshidiqqie (2006:169-171) pentingnya penyelenggaraan

Pemilihan Umum secara berkala tersebut dikarenakan beberapa sebab

diantaranya sebagai berikut:

1. Pendapat atau aspirasi rakyat cenderung berubah dari waktu ke waktu;

2. Kondisi kehidupan masyarakat yang dapat juga berubah;

3. Pertambahan penduduk dan rakyat dewasa yang dapat menggunakan hak

pilihnya;

4. Guna menjamin regulasi kepemimpinan baik dalam cabang eksekutif dan

legislatif.

Pemilihan umum menjadi sarana untuk menyalurkan aspirasi rakyat. Kondisi

kehidupan rakyat yang cenderung berubah memerlukan adanya mekanisme yang

mewadahi dan mengaturnya yaitu melalui proses pemilihan umum. Setiap

penduduk dan rakyat Indonesia yang telah dewasa memiliki hak untuk

menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum. Regulasi kepemimpinan

baik cabang eksekutif maupun legislatif akan terlaksana secara berkala dengan

adanya pemilihan umum.

Asas pemilu menurut UU No.23 tahun 2003, tentang Pemilihan Presiden dan

Wakil Presiden dijelaskan sebagai berikut :

1. Langsung

8
Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan

suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa perantara.

2. Umum

Artinya semua warga negara yang telah berusia 17 tahun atau telah menikah

berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak dipilih dengan

tanpa ada diskriminasi.

3. Bebas

Artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tanpa ada

pengaruh, tekanan, atau paksaan dari siapa pun/dengan apa pun.

4. Rahasia

Artinya rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan diketahui oleh

pihak siapa pun dan dengan jalan apa pun siapa yang dipilihnya atau kepada

siapa suaranya diberikan.

5. Jujur

Dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggara pelaksana, perintah dan

partai politik peserta pemilu, pengawas dan pemantau pemilu, termasuk

pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus

bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Adil

Dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik peserta

pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak

9
manapun. Adapun selanjutnya tujuan pemilu menurut Pasal 4 Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dalam

pelaksanaannya memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis

b. Mewujudkan pemilu yang adil dan berintegritas

c. Menjamin konsistensi pengaturan sistem pemilu

d. Memberikan kepastian hukum dan mencegah duplikasi dalam pengaturan

pemilu

e. Mewujudkan pemilu yang efektif dan efisien

B. Tujuan dan Fungsi Pemilihan Umum

Tujuan Pemilihan Umum Menurut Prihatmoko (2003:19) yaitu sebagai

berikut:

1. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan

alternatif kebijakan umum (public policy).

2. Pemilu sebagai pemindahan konflik kepentingan dari masyarakat kepada

badan badan perwakilan rakyat melalui wakil wakil yang terpilihatau partai

yang memenangkan kursi sehingga integrasi masyarakat tetap terjamin.

10
3. Pemilu sebagai sarana memobilisasi, menggerakan atau menggalang

dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut serta

dalam proses politik.

Sedangkan Fungsi Pemilihan Umum sebagai alat demokrasi yang digunakan

untuk :

1. Mempertahankan dan mengembangkan sendi-sendi demokrasi di Indonesia.

2. Mencapai suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila

(Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia).

3. Menjamin suksesnya perjuangan orde baru, yaitu tetap tegaknya Pancasila

dan dipertahankannya UUD 1945.

C. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)

Penyelenggara dalam pemilu terdiri atas lembaga pengawas pemilu yaitu

Bawaslu. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) merupakan lembaga penyelenggara

pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilu di seluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Peraturan Bawaslu Nomor 8

Tahun 2018 Tentang Pengawasan kampanye Pemilihan Umum Pasal 1 Ayat 10

berbunyi: “Badan Pengawas Pemilu yang selanjutnya disebut Bawaslu adalah

lembaga Penyelenggara Pemilu yang mengawasi penyelenggaraan Pemilu di

11
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang tentang Pemilihan Umum”.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang

Pemilihan Umum Pasal 1 Ayat 7 menyebutkan bahwa: “Penyelenggara Pemilu

adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas Komisi

Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan

Penyelenggara Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi Penyelenggaraan Pemilu

untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan

Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah secara langsung oleh rakyat”.

Adapun tugas dan wewenang Bawaslu secara umum ialah untuk mengelola

dan mengawasi tahapan penyelenggara Pemilu, mendapatkan laporan dugaan

pelanggaran peraturan perundang-undangan dan pedoman Pemilu,

menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU/KPU Provinsi/KPU

Kabupaten/Kota atau kepolisian dan lain-lain untuk ditindaklanjuti. Dan

selanjutnya mengatur tata cara yang terkait dengan pelaksanaan pemilihan umum

dan melakukan berbagai kewajiban yang telah diatur oleh undang-undang (Ja’far,

2018:65-66).

Sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 93 Bawaslu memiliki

tugas sebagai berikut:

1. Menyusun standar tata laksana pengawasan Penyelenggaraan Pemilu untuk

pengawas Pemilu di setiap tingkatan

12
2. Melakukan pencegahan dan penindakan terhadap:

a. Pelanggaran pemilu;dan

b. Sengketa proses pemilu

3. Mengawasi persiapan penyelenggaraan pemilu, yang terdiri atas:

a. Perencanaan dan penetapan jadwal tahapan pemilu;

b. Perencanaan pengadaan logistic oleh KPU;

c. Sosialisasi penyelenggaraan pemilu dan pelaksanaan persiapan lainnya

dalam penyelenggaraan pemilu sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

4. Mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan pemilu, yang terdiri atas:

a. Pemutakhiran data pemiliih dan penetapan daftar pemilih sementara serta

daftar pemilih tetap;

b. Penataan dan penetapan daerah pemilihan DPRD kabupaten/kota;

c. Penetapan Peserta Pemilu;

d. Pencalonan sampai dengan penetapan Pasangan Calon, calon anggota DPR,

calon anggota DPD, dan calon anggota DPRD sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

e. Pelaksanaan kampanye dan dana kampanye;

f. Pengadaan logistic pemilu dan pendistribusiannya;

g. Pelaksanaan pemungutan suara dan perhitungan suara hasil pemilu di TPS;

h. Pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara, dan sertifikat hasil

penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke PPK;

13
i. Rekapitulasi hasi penghitungan perolehn suara di PPK, KPU

kabupaten/kota, KPUProvinsi, dan KPU;

j. Pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, pemilu lanjutan,

dan pemilu susulan

k. Penetapan hasil pemilu

5. Mencegah terjadinya praktik politik uang;

6. Mengawasi netralitas aparatur sipil negara, netralitas anggota Tentara

Nasional Indonesia, dan netralitas anggota Kepolisian Republik Indonesia

7. Mengawasi pelaksanaan keputusan pemilu

8. Menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu kepada

DKPP

9. Menyampaikan dugaan tindak pidana pemilu kepada Penegak Hukum

Terpadu

10. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta melaksanakan

penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

11. Mengawasi pengawasan pemilu

12. Mengawasi pelaksanaan peraturan KPU

13. Melaksanak an tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Sedangkan wewenang dari Bawaslu dijelaskan sebagai berikut:

14
1. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan

adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan

yang mengahrr mengenai Pemilu;

2. Memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran, administrasi Pemilu;

3. Memeriksa, mengkaji, dan memuttrs pelanggaran politik uang;

4. Menerima, memeriksa, memediasi atau mengadjudikasi, dan memutus

penyelesaian sengketa proses Pemilu;

5. Merekomendasikan kepada instansi yang bersangkutan mengenai hasil

pengawasan terhadap netralitas aparatur sipil-negara, netralitas anggota

Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas anggota Kepolisian Republik

Indonesia;

6. Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban Bawaslu

Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota secara berjenjang jika Bawaslu

Provinsi dan Bawaslu Kabupaten Kota berhalangan sementara akibat dikenai

sanksi atau akibat lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan ;

7. Meminta bahan keterangan yang dibuhrhkan kepada pihak terkait dalam

rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran administrasi, pelanggaran

kode etik, dugaan tindak pidana Pemilu, dan sengketa proses Pemilu;

8. Mengoreksi putusan dan rekomendasi Bawaslu Provinsi dan Bawaslu

Kabupaten/Kota apabila terdapat hal yang bertentangan dengan ketentuan

peraturan perundangundangan;

15
9. Membentuk Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/ Kota, dan Panwaslu

LN;

10. Mengangkat, membina, dan memberhentikan anggota Bawaslu Provinsi,

anggota Bawaslu Kabupaten/Kota, dan anggota Panwaslu LN; dan

11. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

16
BAB III

PEMBAHASAN

A. Peran Bawaslu dalam Melakukan Fungsi Pengawasan pada Seluruh

Tahapan Pemilu

Pemilu yang demokratis juga diatur dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 7

Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum adalah Pemilu dilaksanakan berdasarkan

asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Dalam Pasal 3 juga tertulis yaitu dalam menyelenggarakan Pemilu,

Penyelenggara Pemilu harus melaksanakan Pemilu berdasarkan pada asas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan penyelenggaraannya harus memenuhi

prinsip:

1. Mandiri

2. Jujur

3. Adil

4. Berkepastian hukum

5. Tertib

6. Terbuka

7. Proporsional

8. Profesional

9. Akuntabel

10. Efektif

17
11. Efisien

Terwujudnya pemilu yang demokratis, berintegritas, efektif dan efisien

adalah tujuan dari KPU itu sendiri. Sebagaimana diatur dalam Pasal 4

Undangundang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yaitu Pengaturan

Penyelenggaraan Pemilu bertujuan untuk:

1. Memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis;

2. Mewujudkan Pemilu yang adil dan berintegritas;

3. Menjamin konsistensi pengaturan sistem Pemilu;

4. Memberikan kepastian hukum dan mencegah duplikasi dalam pengaturan

Pemilu; dan

5. Mewujudkan Pemilu yang efektif dan efisien

Adapun peranan Bawaslu dalam menjalankan fungsi pengawasan Bawaslu

tentu saja membutuhkan dukungan dan partisipasi masyarakat dengan harapan

agar terwujudnya Pemilu yang berjalan luber jurdil (langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur dan adil). Dalam rangka mendukung hal tersebut, maka Bawaslu

pusat membuat tujuh program pengawasan partisipatif yaitu gowaslu, media

sosial, forum warga, gerakan sejuta relawan pengawas Pemilu, Satuan Karya

Pramuka Pemilu, KKN tematik pengawasan Pemilu, dan Pojok Pengawasan

Pemilu. Diharapkan dengan ketujuh program tersebut dapat terlaksananya

peranan Bawaslu dalam meningkatkan partisipasi pengawasan pada pemilu dan

18
ketujuh program tersebut dapat dilaksanakan sampai ke desa-desa agar lebih

banyak masyarakat yang memiliki edukasi tentang pengawasan pemilu.

B. Peranan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dalam melakukan pencegahan

dan penindakan hukum terhadap pelanggaran dan sengketa proses pemilu

Pengawasan bawaslu merupakan kebutuhan dasar dalam pemilu dan pilkada.

Pengawasan merupakan keharusan, bahkan merupakan elemen yang melekat

kuat pada setiap penyelenggara pemilu sehingga dalam menjalankan tugas

pokok dan fungsinya, bawaslu harus terus menigkatkan strategis kelembagaan

dalam merespon tantangan kekinian, karena mewujudkan pelaksanaan pemilu

maupun pilkada yang luber, jurdil dan berintegritas dimulai dengan

menyusun strategi dan perencanaan pengawasan, pencegahan dan penindak

yang baik.

Terdapat fungsi Bawaslu yang strategis dan signifikan, yakni bagaimana

menghindari potensi pelanggaran pemilu yang muncul dengan menjalankan

strategi pencegahan yang optimal. Bawaslu juga diharapkan mampu melakukan

penindakan tegas, efektif, dan menjadi hakim pemilu yang adil. Secara historis,

kelahiran Bawaslu diharapkan dapat mendorong dan memperkuat pengawasan

masyarakat dengan memberikan penguatan berupa regulasi, kewenangan, sumber

daya manusia, anggaran, serta sarana dan prasarana.

Agar berperan efektif, setiap laporan pengawasan dapat lebih tajam dan

menjadi fakta hukum yang dapat ditindaklanjuti sesuai mekanisme regulasi yang

19
ada serta mampu memberikan efek jera bagi upaya mengurangi potensi

pelanggaran sehingga tujuan keadilan pemilu dapat tercapai. Bawaslu harus hadir

menjadi solusi terhadap berbagai tuntutan untuk melakukan pengawasan dan

penindakan atas berbagai pelanggaran pemilu yang dilakukan oleh siapa pun,

termasuk kepada penyelenggara pemilu karena mereka tidak luput dari potensi

melakukan pelanggaran. Terlebih jika integritasnya tidak cukup baik, tentu

mereka tidak akan mampu menghadapi godaan dari berbagai pihak.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum juga

memperkuat wewenang Bawaslu. Lembaga ini tak lagi sekadar pemberi

rekomendasi, tetapi sebagai eksekutor atau pemutus perkara. Hal itu sesuai

ketentuan Pasal 461 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang

Pemilihan Umum, di mana Bawaslu, Bawaslu provinsi/kabupaten/kota memiliki

wewenang menerima, memeriksa, mengkaji, dan memutuskan pelanggaran

administrasi Pemilu. Namun, seiring dinamika tinggi dalam masyarakat, pada sisi

lain regulasi yang ada belum mampu mengakomodasi dinamika tinggi tersebut.

Termasuk makin "canggihnya" modus dan bentuk pelanggaran serta kompetisi

pemilu yang mulai tidak sehat, terutama penggunaan kampanye hitam, kampanye

negatif dan "penyiasatan aturan" pelanggaran pemilu yang berpotensi

menimbulkan beragam pelanggaran pemilu ke depan, Bawaslu harus mendorong

partisipasi masyarakat secara optimal. Bawaslu harus mampu bekerja sinergis

bersama seluruh elemen bangsa untuk mengawasi dan menegakkan hukum

pemilu secara tegas dan adil. Keadilan pemilu dapat diwujudkan jika Bawaslu

20
bekerja secara terbuka, profesional,imparsial, akuntabel, dan berintegritas. Dalam

melakukan upaya pencegahan, Bawaslu harus memiliki strategi pengawasan

yang tepat berdasarkan pemahaman akan potensi pelanggaran yang dipotret

dengan benar.

Bawaslu juga harus peka memahami potensi timbulnya penggunaan isu

suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dalam proses pelaksanaan Pilkada

2018, Pemilu 2019, dan Pilpres 2019. Dari rangkaian pemilu dan pilkada yang

pernah digelar selama ini, belum seluruh problematika pemilu dapat dipecahkan

secara memuaskan oleh penyelenggara pemilu termasuk Bawaslu. Masih terdapat

beragam persoalan, misalnya pemutakhiran daftar pemilih, sistem pemilu, politik

uang, akuntabilitas penyelenggaraan, netralitas aparatur sipil negara, serta

integritas proses dan hasil pilkada, pemilu dan pilpres. Keberhasilan atau

kegagalan pemilu, pilkada, dan pilpres sesungguhnya ditentukan oleh banyak

faktor dan aktor.

Proses penyelenggaraannya, khususnya dalam pengawasan, harus

melibatkan seluruh elemen, baik unsure masyarakat maupun pemangku

kepentingan. Proses itu dilaksanakan secara transparan, akuntabel, kredibel, dan

partisipatif, agar semua tahapan dapat berjalan baik sesuai koridor aturan yang

berlaku. Terbentang ke depan tantangan akan eksistensi dan peran strategis bagi

Bawaslu berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan

Umum sehingga memiliki kewenangan besar, tidak hanya sebagai pengawas,

sekaligus sebagai eksekutor dan pemutus perkara untuk membuktikan peran dan

21
eksistensinya mengawal pemilu yang berintegritas bagi kemajuan bangsa. Tentu,

peran konstruktif dan aktif dari kita semua diperlukan demi terwujudnya pemilu

berintegritas.

Dalam hal ini adapun peran dari Badan Pengawas Pemilihan Umum

(BAWASLU) yang terdapat di wilayah Kabupaten/Kota menurut ketentuan dari

suatu isi pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum,

diperlukan kebutuhan sesuai dengan tindak lanjut penanganan pelanggaran

Pemilu, Bawaslu, Kabupaten/Kota dapat melakukan investigasi. Dalam hal ini

pula Bawaslu Kabupaten/Kota dapat wajib memutusterhadap penyelesaian

pelanggaran administratif Pemilu paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah

temuan dan laporan diterima dan diregistrasi. Adapun Putusan Bawaslu

Kabupaten/Kota dalam penyelesaian pelanggaran administratif Pemilu berupa :

1. Perbaikan administrasi terhadap tata cara, prosedur, atau mekanisme sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

2. Teguran tertulis;

3. Tidak diikutkan pada tahapan tertentu dalam Penyelenggaraan Pemilu; dan

4. Sanksi administratif lainnya sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang

ini.

Selain itu Bawaslu juga menyelesaikan sengketa terkait dengan sengketa

proses Pemilu. Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Badan Pengawas Pemilu

(Perbawaslu) Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Badan

Pengawas Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Tata Cara

22
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan Umum, yang dimaksud objek sengketa

proses Pemilu yang ditangani oleh Bawaslu ini meliputi keputusan KPU,

keputusan KPU Provinsi, atau keputusan KPU Kabupaten/Kota. Keputusan yang

dimaksud tersebut adalah berbentuk Surat Keputusan dan atau Berita Acara.

Perbawaslu ini menjadi batasan yang memperjelas kewenangan kompetensi

absolut Bawaslu dalam proses quasi yudisial. Selain mengatur mengenai objek

sengketa, Peraturan Badan Pengawas Pemilu (Perbawaslu) Nomor 18 Tahun

2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum

Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Penyelesaian. Sengketa Proses

Pemilihan Umum, mengatur pula pihak-pihak yang memiliki legal standing

untuk melakukan permohonan/laporan di Bawaslu. Pihak-pihak tersebut, sesuai

rincian pada Pasal 7 ayat (1), terdiri dari partai politik calon Peserta Pemilu yang

telah mendaftarkan diri sebagai Peserta Pemilu di KPU, Partai Politik Peserta

Pemilu, calon anggota DPR dan DPRD yang tercantum dalam Daftar Calon

Tetap (disingkat DCT), bakal calon Anggota DPD yang telah mendaftarkan diri

kepada KPU, calon anggota DPD, bakal Pasangan Calon, dan Pasangan Calon.

Pasal 7 ayat (2) menyebutkan bahwa terdapat kekhususan bagi partai politik

calon Peserta Pemilu yang telah mendaftarkan diri sebagai Peserta Pemilu di

KPU, calon anggota DPD, dan bakal Pasangan Calonyang mana ketiganya dapat

mengajukan Permohonan penyelesaian sengketa proses Pemilu sampai dengan

tahapan penetapan Partai Politik Peserta Pemilu, penetapan DCT anggota DPR

dan DPRD, penetapan daftar calon anggota DPD, dan penetapan Pasangan

23
Calon. Selain aturan khusus yang termaktub di dalam Perbawaslu, Bawaslu

sendiri secara prinsip, dalam menangani sebuah perkara, Bawaslu bertindak pasif

(stelsel pasif). Penanganan perkara yang dilakukan oleh Bawaslu adalah perkara

yang dihadirkan kepadanya. Sebagai lembaga yang memiliki double power, atau

kewenangan ganda yakni pengawasan dan quasi peradilan, Bawaslu pun

melakukan penilaian, sebelum memutuskan, dengan terlebih dahulu

mempertimbangkan posita atau fundamentum petendi dan melihat permohonan

putusan penggugat (petitum). Selama perkara tersebut tidak menyalahi aturan

kewenangan, baik absolute bevoegdheid maupun relative bevoegdheid, maka

Bawaslu harus menindaklanjuti perkara tersebut. Kenyataan ini menggugurkan

anggapan bahwa Bawaslu telah bertindak melampaui kewenangannya.

24
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari paparan yang telah dijelaskan, maka kesimpulan yang dapat diambil

sebagai berikut:

1. Peranan Bawaslu dalam melakukan fungsi pengawasan dalam pemilu

dilakukan dengan membuat tujuh program pengawasan partisipatif yaitu

gowaslu, media sosial, forum warga, gerakan sejuta relawan pengawas

Pemilu, Satuan Karya Pramuka Pemilu, KKN tematik pengawasan

Pemilu, dan Pojok Pengawasan Pemilu. Diharapkan dengan ketujuh

program tersebut dapat terlaksananya peranan Bawaslu dalam

meningkatkan partisipasi pengawasan pada pemilu.

2. Peranan Bawaslu dalam melakukan pencegahan dan penindakan hukum

terhadap pelanggaran dan sengketa proses pemilu meliputi pelanggaran

administratif yang dilakukan dengan: perbaikan administrasi terhadap

tata cara, prosedur, atau mekanisme sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan, teguran tertulis, tidak mengikutkan pada tahapan

tertentu dalam penyelenggaraan Pemilu, dan sanksi administratif lainnya

yang sesuai dengan Undang-Undang. Selain itu dalam penyelesaian

pelanggaran dan sengketa yang ada Bawaslu berpedoman pada Pasal 4

ayat (1) Peraturan Bawaslu Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas

25
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 18 Tahun 2017 Tentang

Tata Cara Penyelesaian Sengketa Proses Pemilihan Umum.

B. Saran

1. Agar Bawaslu dapat berperan lebih efektif, seharusnya setiap laporan

pengawasan dapat lebih tajam untuk ditelusuri secara mekanisme yang setiap

regulasinya mampu memberikan efek jera bagi para pelanggar

penyelenggaraan Pemilu sehingga dapat mengurangi potensi pelanggaran

pemilu kedepannya.

2. Bawaslu memiliki keharusan proaktif untuk mencegah atas terjadinya suatu

tindakan praktik yang tergolong kedalam tindak pidana money politics, yang

mana dalam hal ini memiliki perlu adanya suatu pencegahan-pencegahan dini

yang dilakukan dengan berupa suatu cara yang mensosialisasikan kepada para

masyarakat yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia maupun

juga kepada para calon-calon yang mencalonkan diri sebagai Pemimpin yang

duduk di Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk

menyatakan adanya bahaya money politics, serta mensosialisasikan bahwa

money politics terdapat sanksi-sanksi pidana bagi para pelakunya, sebab hal

ini tersebut merupakan suatu pelanggaran kejahatan yang tergolong ke dalam

suatu tindak pidana.

26
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. 2006. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta:
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.

Bawaslu. (2017). Bimbingan Teknis bagi Bawaslu Provinsi dalam rangka Pemilihan
Gubernur, Bupati danWalikota Tahun 2015. Diakses pada http://ppid.
bawaslu.go.id/sites/default/files/ dokumen%20berkala/1.%20MODUL-
PEMILUKADA-2015.pdf. 19 Februari 2018.

Fahmi, K., Amsari, F., Azheri, B., & Kabullah, M. I. (2020). Sistem Keadilan Pemilu
dalam Penanganan Pelanggaran dan Sengketa Proses Pemilu Serentak 2019 di
Sumatera Barat. Jurnal Konstitusi, 17(1), 001-026.

Nugroho, D.A. & Sukmariningsih, R.M. 2020. Peranan Komisi Pemilihan Umum
Dalam Mewujudkan Pemilu Yang Demokratis. Jurnal Penelitian, Vol. 01,
No.01. hal.22-32

Sarbini. 2015. Demokratisasi dan Kebebasan Memilih Warga Negara Dalam


Pemilihan Umum. Jurnal Inovatif, Volume III Nomor 1. Hal. 107.

Suswantoro, G. (2016). Pengawasan Pemilu Partisipatif. Penerbit : Erlangga


Syamsi. 2000. Landasan Menuju Indonesia yang Demokratis. Jakarta, hal. 12
Tricahyo, Ibnu. (2009). Reformasi pemilu menuju pemisahan pemilu nasional dan
lokal. Malang: In Trans Publishing.

27

Anda mungkin juga menyukai