DISUSUN OLEH :
MELANIA WULANSARI
220605501086
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Kasih karuniaNya sehingga Makalah Analisis Ilmu Politik Dalam
Pelaksanaan Pemilihan Bupati ini dapat saya selesaikan sebagaimana adanya.
Penyusunan makalah ini saya tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara, agar para mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami materi perkuliahan tentang ilmu politik di
Indonesia.
Penulis menyadari akan kekurangan penyususnan makalah ini, untuk itu saya
mengharapkan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan makalah ini dikemudian hari. Akhirnya, semoga makalah ini dapat
menjadi referensi dalam pembelajaran Ilmu Politik di dalam kelas.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan .............................................................................................................................................. 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Tahun 2008 tentang Pemilihan Kepala Daerah. Pemilihan kepala daerah atau pilkada
selalu didominasi oleh calon yang berasal dari partai politik. Hal ini membuat banyak
pihak memberikan tuntutan terhadap lahirnya peraturan bagi calon independen. Salah
satu bentuk wujud demokrasi adalah dengan calon independen. Dalam Pilkada tegas
mengatakan pasangan calon kepala dan wakil kepala daerah dapat diajukan secara
perseorangan apabila mereka dapat mengumpulkan dukungan berupa kartu identitas
penduduk (KTP) sebanyak 6,5 hingga 10 persen dari total jumlah Daftar Pemilih Tetap
(DPT) dalam Pilkada sebelumnya, Menurut keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada
29 September 2015, calon perorangan harus kumpulkan KTP 10% di daerah dengan
jumlah daftar pemilih tetap sampai 2.000.000 orang, 8,5% di daerah dengan DPT 4
antara 2.000.000 dan 6.000.000 orang, 7,5% di daerah denngan DPT antara 6.000.000-
12.000.000 orang, dan 6.5% di daerah dengan DPT di atas 12.000.000 orang, Pilkada
sendiri diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu).
3. Djamaluddin Maknun-Masykur
Dengan dukungan partai politik Adnan Purichta terpilih sebagai Bupati Gowa periode
2016-2021.
2
B. RUMUSAN MASALAH
Pada makalah ini, penulis mengajukan rumusan masalah terbatas sebagai berikut :
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui peran politik dalam pemilihan Kepala daerah di Kabupaten Gowa
3
BAB II
PEMBAHASAN
secara langsung oleh rakyat.17 Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No.8 Tahun 2015
menyebutkan, Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
serta Walikota dan Wakil Walikota, yang selanjutnya disebut Pemilihan adalah
memilih Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota
dan Wakil Walikota secara langsung dan demokratis. Pemilihan kepala daerah dan
wakil kepala daerah secara langsung oleh rakyat merupakan proses politik bangsa
bertanggung jawab.
menjalankan pemerintahan.”
Adapun menurut M. Rusli Karim, “Pemilu merupakan salah satu sarana utama
4
tujuan demokrasi.”
Senada dengan pendapat diatas menurut Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, juga
mengatakan, “Pemilu adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat
Oleh karena itu pemilu adalah suatu syarat yang mutlak bagi negara
Berbeda dengan pendapat para ahli hukum di atas menurut Parulian Donald,
hanya terletak pada pemilu. Tetapi bagaimanapun, pemilu memiliki arti yang
Dari sekian pendapat maupun pengertian yang ada terdapat kesamaan mengenai
pelaksanaan atau penegakkan hak asasi warga negara selaku kedaulatan rakyat dan
berlangsung melalui pemimpin yang dipilihnya. Selain itu juga sebagai sarana untuk
5
pemerintahan; (b) memperjuangkan cita-cita Parpol dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan; (c) membangun etika dan budaya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara. Sedangkan fungsi Parpol sebagai sarana untuk
pendidikan politik, penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa,
penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi masyarakat, partisipasi politik dan
rekrutmen politik. Jika disimak dari perspektif aturan (regulasi), maka peranan Parpol
selain sebagai wadah rekrutmen politik dalam arti menyiapkan calon-calon anggota
legislatif, juga adalah meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu dan
menciptakan iklim yang kondusif dalam proses Pemilu demi terjaganya persatuan dan
kesatuan bangsa.
Dalam hubungannya dengan KPU, maka peran Parpol yang diharapkan adalah :
1. Bersinergi secara positif dengan KPU, dengan cara turut berpartisipasi aktif terhadap
setiap pelaksanaan tahapan Pemilu.
5. Membantu KPU dalam rangka pencermatan data pemilih, agar data pemilih benar-
benbar akurat, valid dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada.
Beberapa peran Parpol yang diharapkan terwujud dalam Pileg, tentulah dimaksudkan
agar Pileg tersebut selain nantinya melahirkan wakil-wakil rakyat yang berkualitas,
berintegritas dan berkomitmen pada rakyat. Juga Parpol tetap berupaya maksimal agar
Pileg berlangsung lancar, aman dan damai.
Untuk hal tersebut, kami mengharapkan agar peran Parpol dalam setiap tahapan Pemilu
dapat terlaksana secara aktif dan efektif. Sehingga KPU sebagai penyelenggara Pemilu,
merasakan sangat terbantu dengan poeran-peran tersebut.
6
2. Tingkat partisipasi pemilih di Sulsel juga perlu mendapatkan perhatian khusus.
3. Masih belum tertatanya dengan baik pemasangan alat peraga kampanye sesuai
dengan zona yang ditetapkan.
4. Penetapan Daftar pemilih tetap (DPT) yang sekarang ini masih menyisakan kerja
perbaikan NIK invalid, juga memerlukan perhatian dan partisipasi serius dari Parpol.
Pada tahun 2014 yang baru berselang, rakyat Indonesia kembali menyalurkan suara
dan kehendaknya melalui pemilu. Ada 10 partai peserta pemilu ditambah 3 partai lokal
(khususnya di daerah Istimewa Aceh). Harapan seluruh rakyat sesungguhnya tidaklah
muluk-muluk, mereka ingin menumpukan harapan-harapannya kepada wakil-wakil
legislatif terpilih. Para legislator ini diharapkan orang-orang yang mumpuni, nasionalis,
bersih dari korupsi dan konsisten membela kepentingan rakyat. Masalah negara ini
sudah begitu banyak, maka sejatinya para wakil rakyat ini haruslah pro kepentingan
rakyat. Para pemilih telah menunaikan hak pilihnya, semua prosedur telah ditempuh,
harga penyelenggaraan pemilu tidaklah murah, maka wakil rakyat terpilih haruslah
tanggap untuk membela rakyat disemua lini kehidupan.
Kedepan semua elemen rakyat harus turut serta untuk mengawasi kinerja para
wakilnya baik dipusat, propinsi, kabupaten dan kota, jangan berperilaku ekslusif apalagi
mengakibatkan tirani yang menghancurkan alam demokrasi itu sendiri. Kita
mengharapkan tugas pokok dan fungsinya berjalan dengan baik dan konsisten dalam
bidang legislasi, anggaran dan pengawasan terhadap roda pemerintahan. Semoga!
7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Di dalam negara demokrasi, pemilihan umum merupakan salah satu unsur yang sangat
vital, karena salah satu parameter mengukur demokratis tidaknya suatu negara adalah
dari bagaimana perjalanan pemilihan umum yang dilaksanakan oleh negara tersebut.
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan oleh rakyat. Implementasi dari
pemerintahan oleh rakyat adalah dengan memilih wakil rakyat atau pemimpin nasional
melalui mekanisme yang dinamakan dengan pemilihan umum. Jadi pemilihan umum
adalah satu cara untuk memilih wakil rakyat dan pemimpinnya. Kekuatan politik
merupakan aktor politik maupun lembaga-lembaga yang memainkan peranan dalam
kehidupan politik yang bertujuan untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan
politik. Penulis menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
namunpun demikian, penulis berharap ada manfaatnya bagi kita semua. Atas
kekurangan yang ada, penulis harapakan saran dan masukannya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, Harmen, Sun Tzu memenangkan Pilkada, Bandung : wilayah perbatasan 2015.
Suryadi, Budi, Kerangka Analisis Sistem Politik Indonesia, Yogjakarta : IRC 2006.