Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH HUKUM PEMILU

(PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM)

OLEH :
KELOMPOK 2

1. NURUL FADILLA 6. WIRAHADI KUSUMA


UTAMI (21909127) (21909017)
2. ISDAYANTI S. 7. FADLY RYANSYAH
(21909079) HIDAYAT (21909034)
3. HAENA (21909039) 8. MAFARDIN (21909069)
4. SULISTIAWATI 9. RAHUL (21909054)
(21909095)
10. LIKMAN(21909029)
5. MOH. DHANY DWI
11. HAENA (21909039)
ANUGRAH (21909053)
12. SULISTIAWATI (21909095)

PRODI ILMU HUKUM


JURUSAN HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang, Saya panjatkan puja dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat hidayah, dan inayah-Nya kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah saya susun dengan semaksimal dan mendapatkan bantuandari
berbagai pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki makalah ini yang berjudul “Penyelenggara Pemilihan
Umum.”

Kendari, 18 Juni 2022


Penulis,

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2

C. Tujuan Makalah ...................................................................................... 2

D. Manfaat .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4

A. Pengertian Pemilihan Umum................................................................... 4

B. Sistem Penyelenggaraan Pemilu.............................................................. 4

1. Sistem Pemilihan Umum ................................................................... 7

2. Badan Penyelenggara Pemilu ............................................................ 8

3. Tugas dan Wewenang Komisi Pemilihan Umum (KPU).................... 9

4. Standar Lembaga Penyelenggara ..................................................... 10

C. Kedudukan KPU dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia .................... 13

BAB III PENUTUP......................................................................................... 15

A. Kesimpulan .......................................................................................... 15

B. Saran .................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemiliham Umum atau Pemilu dalam negara-negara demokrasi termasuk di

Indonesia, merupakan suatu proses yang meletakkan kedaulatan rakyat sepenuhnya

ditangan rakyat itu sendiri melalui sistim pergantian kekuasaan secara damai yang

dilakukan secara berkala sesuai dengan prinsip-prinsip yang digariskan oleh

konstitusi. Prinsip-prinsip dalam pemilihan umum yang sesuai dengan konstitusi

antara lain prinsip kehidupan ketatanegaraan yang berkedaulatan rakyat

(demokrasi) ditandai bahwa setiap warga negara berhak ikut serta dan aktif dalam

setiap proses pengambilan keputusan kenegaraan.

Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara

persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations,

komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda

di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum,

teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakaioleh para kandidat atau

politikus selalu komunikator politik.

Pemilu langsung merupakan salah satu jalan terbaik dan dinilai paling

bijaksana untuk memilih perwakilan dalam sistem pemerintahan. Itu semua

berdasarkan dalam Pancasila sila ke 4 yang menjelaskan bahwa untuk ikut serta

dalam system pemerintahan maka kita harus menunjuk perwakilan. Perwakilan

tersebut dapat dipilih melalui Pemilu baik pemilihan Presiden maupun Kepala

Daerah masing-masing secara langsung dan sesuai hati nurani masing-masing

1
dengan harapan orang yang terpilih dapat menjadi wakil dalam system

pemerintahan untuk memperjuangkan aspirasi rakyat.

Dalam pelaksanaannya, Pemilu dilaksanakan dan diawasi oleh Komisi

Pemilihan Umum (KPU). KPU menjadi lembaga independent yang bertugas untuk

mengatur, mengawasi dan melaksanaan pemilu ini agar dapat terlaksana dengan

demokratis. Mulai dari seleksi bakal calon, persiapan kertas suara, hingga

pelaksanaan pemilu ini. Dalam pelaksanaan pemilu di lapangan banyak sekali

ditemukan penyelewengan-penyelewengan. Kecurangan ini dilakukan oleh para

bakal calon seperti money politik, intimidasi, pendahuluan start kampanye,

kampanye negatif, manipulasi data dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan pemilihan umum?

2. Bagaimanakah jalannya sistem penyelenggaraan pemilihan umum di

Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu pemilihan umum.

2. Untuk mengetahui jalannya sistem penyelenggaraan pemilihan umum di

Indonesia.

D. Manfaat

Adapun manfaat penulisan dalam makalah Hukum Pemilu, adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis Sebagai sumbangan pemikiran dan referensi yang dapat

menambah pengetahauan serta wawasan bagi mahasiswa khususnya dan

memperkaya pengetahuan mengenai pemilihan umum.

2
2. Manfaat Akademis Memberikan sumbangan pemikiran, pengetahuan, serta

literatur bagi masyarakat luas, mahasiswa, dan pembaca dalam

megembangkan serta menambah pemahaman berkaitan dengan

penyelenggaraan pemilihan umum.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pemilihan Umum

Pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk

memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota. Setelah amendemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan

presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati

untuk dilakukan langsung oleh rakyat dan dari rakyat sehingga pilpres pun

dimasukkan ke dalam rangkaian pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu

diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada)

juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu. Pada umumnya, istilah

"pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilihan anggota legislatif dan presiden.

Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif

(tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan publik,

komunikasi massa, lobi dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di

Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum,

teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai oleh para kandidat atau

politikus selalu komunikator politik.

Menurut teori demokrasi klasik pemilu merupakan suatu Transmission of

Belt sehingga kekuasaan yang berasal dari rakyat dapat beralih menjadi kekuasaan

negara yang kemudian menjelma dalam bentuk wewenang pemerintah untuk

memerintah dan mengatur rakyat. Berikut beberapa pernyataan beberapa para ahli

mengenai pemilu Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim : pemilihan umum tidak

4
lain adalah suatu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat. Dan karenanya bagi suatu

negara yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi, pemilihan umum itu

harus dilaksanakan dalam wakru-waktu tertentu. Bagir Manan : Pemilhan umum

yang diadakan dalam siklus lima tahun sekali merupakan saat atau momentum

memperlihatkan secara nyata dan langsung pemerintahan oleh rakyat.

Pada saat pemilihan umum itulah semua calon yang diingin duduk sebagai

penyelenggara negara dan pemerintahan bergantung sepenuhnya pada keinginan

atau kehendak rakyat.

B. Sistem Penyelenggaraan Pemilu

Penyelenggaraan Pemilu diadakan dengan adanya lembaga yang

menyelenggarakan Pemilu berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017,

yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan

Kehormatan Penyelenggaraa Pemilu sebagai satu keastuan dungsi penyelenggaraan

Pemilu. Sistem Pemilihan Umum merupakan metode yang mengatur serta

memungkinkan warga negara memilih/mencoblos para wakil rakyat diantara

mereka sendiri yaitu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan

Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah secara langsung oleh rakyat.

Anggota DPR RI periode 2019-2024 dilantik dan diambil sumpah pada

tanggal 1 Oktober 2019 oleh Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Hatta

Ali. DPR RI periode 2019-2024 memiliki 575 anggota yang dipilih dalam 80 daerah

pemilihan. Anggota DPRD provinsi berjumlah paling sedikit 35 (tiga puluh lima)

orang dan paling banyak 100 (seratus) orang dengan masa jabatan selama 5 (lima)

5
tahun dan berakhir pada saat anggota DPRD provinsi yang baru mengucapkan

sumpah/janji.

Metode berhubungan erat dengan aturan dan prosedur merubah atau

mentransformasi suara ke kursi di parlemen. Mereka sendiri maksudnya adalah

yang memilih ataupun yang hendak dipilih juga merupakan bagian dari sebuah

entitas yang sama. Dalam pemilu, pemilih biasanya dibedakan menjadi tiga

kategori pemilih. Kategori pemilih tersebut ialah pemilih tetap, pemilih

tambahan dan pemilih khusus. Pada tahun 2019 ketiga kategori ini digunakan

sebagai standar pemilu.

1) Pemilih tetap adalah pemilih yang sudah terdata di KPU dan terdata di DPT

(daftar pemilih tetap). Pemilih kategori ini sudah di coklit dan dimutakhirkan

oleh KPU dengan tanda bukti memiliki undangan memilih atau C6.

2) Pemilih tambahan adalah kategori pemilih yang pindah memilih ke TPS lain

dari TPS yang sudah ditentukan. Menurut UU NO.7 pasal 210 Tahun 2017,

pemilih tambahan wajib melapor paling lambat 30 hari sebelum pemungutan.

Pada saat pemungutan suara pemilih tambahan membawa surat pindah memilih

(A5), KTP dan surat identitas lain (KK, paspor atau SIM).

3) Pemilih khusus adalah kategori pemilih yang tidak terdaftar di DPT(Daftar

Pemilih Tetap) dan DPTb (Daftar Pemilih Tambahan). Pemilih khusus dapat

ikut memilih dengan membawa KTP atau identitas lain ke TPS. Kelompok

Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) akan memberikan hak suara dengan

pertimbangan ketersediaan surat suara di TPS.

6
1. Sistem Pemilihan Umum

Sistem pemilihan umum terbagi 3 jenis yaitu:

1) Sistem distrik (plurality system), yaitu perhitungan sederhana yaitu calon

peserta politik mengumpulkan dalam jumlah suara terbanyak. Jenis

sistemnya:

a. Mayoritas multak (First Past The Post/FPTP)

b. Suara alternatif (Alternative Vote/AV)

c. Suara blok (Block Vote/BV)

d. Sistem dua putaran (Two Round System/TRS)

2) Sistem semi proporsional (semi proportional system), yaitu perhitungan

sistem distrik yang menjembatani proporsional. Jenis sistemnya:

a. Suara non dipindahtangankan tunggal (Single Non Transferable

Vote/SNTV)

b. Sistem paralel (Parallel system)

c. Suara terbatas (Limited vote)

d. Suara kumulatif (Cumulative vote)

3) Sistem proporsional (proportional system), yaitu perhitungan rumit yaitu

calon peserta politik mengumpulkan dengan menggunakan bilangan

pembagi pemilih. Jenis sistemnya:

a. Suara dipindahtangankan tunggal (Single Transferable Vote/STV)

b. Perwakilan proporsional (Proportional Representative/PR)

a) Rata-rata tertinggi/Divisor (Highest avarage)

b) Suara sisa terbanyak/Kuota (Largeset remainder)

c. Daftar partai (Party-list)

7
a) Daftar terbuka (Open-list)

b) Daftar tertutup (Close-list)

c) Daftar lokal (Local-list)

d. Anggota proporsional campuran (Mixed Member Proportional/MMP)

2. Badan Penyelenggara Pemilu

Penyelenggara pemilu meliputi KPU dan Bawaslu yang dalam

pelaksanaan tugasnya secara etis dikontrol oleh Dewan Kehormatan

Penyelenggara Pemiu (DKPP). KPU adalah lembaga negara yang

menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, bertanggung jawab atas

penyelenggaraan pemilu mulai dari pendataan pemilih, menerima dan

memvalidasi nominasi kontestan pemilu baik partai politik maupun kandidat,

melaksanakan pemilu, perhitungan suara dan rekapitulasi suara. Sementara

Bawaslu bertugas mengawasi pelaksanaan pemilu agar sesuai dengan asas

pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) terdiri dari 7

anggota yang berasal dari unsur KPU, Bawaslu dan tokoh masyarakat yang

diajukan oleh pemerintah dan DPR dan 201 Anggota Tim Pemeriksa Daerah

(TPD). Dalam pelaksanaan peran dan fungsi tersebut tentunya terkait banyak

aspek teknis pemilu dan manajemen pemilu yang harus dilakukan. Sistem

pemilu yang berbeda membutuhkan pengaturan dan persiapan serta

manajemen pemilu yang berbeda. Peluang terbesar dari penyelenggara pemilu

dengan dilaksanakannya pemilu serentak adalah efisiensi anggaran pemilu,

karena pemilu tidak lagi dilaksanakan berkali kali.

8
3. Tugas dan Wewenang Komisi Pemilihan Umum (KPU)

a. Tugas KPU

1. Menjabarkan program dan melaksanakan anggaran;

2. Melaksanakan semua tahapan Penyelenggaraan Pemilu di provinsi

sesuai denganketentuan paraturan perundang-undangan;

3. Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan tahapan

PenyelenggaraanPemilu yang dilaksanakan oleh KPU kabupaten/kota;

4. Menerima daftar pemilih dari KPU kabupaten/kota, dan menyampaikan

kepada KPU;

5. Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data pemilih terakhir dengan

memperhatikan data kependudukan yang disiapkan dan disertakan oleh

pemerintah dan menetapkannya sebagai daftar pemilih;

6. Merekapitulasi hasil penghitungan suara pemilu anggota DPR dan

anggota DPD serta pemilu Presiden dan Wakil Presiden di provinsi

yang bersangkutan dan mengumumkannya berdasarkan berita acara

hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU Kabupaten/Kota;

7. Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat

penghitungan suara dan wajib menyerttakannya kepada saksi peserta

Pemilu, Bawaslu provinsi, dan KPU;

8. Mengumumkan calon anggota DPRD provinsi terpilih sesuai dengan

alokasi jumlah kursi setiap daerah pemilihan di provinsi yang

bersangkutan dan membuat berita acara;

9. Melaksanakan putusan Bawaslu provinsi, dan KPU;

10. Menyosialisasikan penyelenggaraan pemilu dan/atau yang berkaitan

9
dengan tugasdan wewenang KPU provinsi kepada masyarakat;

11. Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan

penyelenggaraan pemilu;dan

12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU dan/atau

ketentuan peraturanperundang-undangan

b. Wewenang KPU Provinsi:

1. Menetapkan jadwal pemilu di provinsi;

2. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara

pemilu anggotaDPRD provinsi berdasarkan hasil rekapitulasi di KPU

kabupaten/kota dengan membuat berita acara penghitungan suara dan

sertifikat hasil penghitungan suara;

3. Menerbitkan keputusan KPU provinsi untuk mengesahkan hasil pemilu

anggota DPRD provinsi dan mengumumkannya;

4. Menjatuhkan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan sementara

anggota KPU kabupaten/kota yang terbukti melakukan tindakan yang

mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan pemilu

berdasarkan putusan Bawaslu, putusan Bawaslu provinsi dan/atau

ketentuan peraturan perundang-undangan; dan;

5. Melaksanakan wewenang lain yang diberikan oleh KPU dan/atau

ketentuan peraturanperundang-undangan.

4. Standar Lembaga Penyelenggara

Pemilu adalah salah satu syarat berlangsungnya demokrasi. Namun, tidak

semua pemilu berlangsung secara demokratis. Robert A Dahl memberikan

ukuran-ukuran yang harus dipenuhi agar suatu pemilu memenuhi prinsip-

10
prinsip demokrasi: pertama, inclusiveness, artinya setiap orang yang sudah

dewasa harus diikutkan dalam pemilu; kedua, equal vote, artinya setiap suara

mempunyai hak dan nilai yang sama; ketiga, effective participation, artinya

setiap orang mempunyai kebebasan untuk mengekpresikan pilihannya;

keempat, enlightened understanding, artinya dalam rangka mengekspresikan

pilihan politiknya secara akurat, setiap orang mempunyai pemahaman dan

kemampuan yang kuat untuk memutuskan pilihannya; dan kelima, final control

of agenda, artinya pemilu dianggap demokratis apabila terdapat ruang untuk

mengontrol atau mengawasi jalannya pemilu.

Menurut RH Taylor, demokrasi hanya berarti jika rakyat punya

kesempatan untuk menerima atau menolak orang atau kelompok orang yang

akan memimpinnya. Kesempatan menerima atau menolak tersebut hanya bisa

dilakukan lewat pemilu. Karena itu, pemilu sesungguhnya merupakan syarat

mutlak (conditio sine qua non) bagi terselenggaranya pemerintahan yang

berdasarkan prinsip perwakilan. Karena itu juga, pemilu yang demokratis

memerlukan sejumlah persyaratan, yaitu:

a) adanya pengakuan terhadap hak pilih universal;

b) adanya keleluasaan untuk membentuk tempat penampungan bagi

pluralitas aspirasi masyarakat pemilih;

c) adanya mekanisme rekrutmen politik bagi calon-calon wakil rakyat yang

terbuka;

d) adanya kebebasan bagi pemilih untuk mendiskusikan dan menentukan

pilihannya;

e) adanya keleluasaan bagi peserta pemilu untuk berkompetisi secara sehat;

11
f) adanya penghitungan suara yang dilakukan secara jujur; g) adanya

netralitas birokrasi; dan,

g) adanya lembaga penyelenggara pemilihan yang independen.

Sementara itu, IDEA (Institute for Democracy and Electoral Assistance)

merumuskan sejumlah standar internasional yang bisa menjadi tolok ukur

demokratis tidaknya suatu pemilu. Standar internasional ini merupakan syarat

minimal bagi kerangka hukum atau undang-undang untuk menjamin pemilu

yang demokratis. Adapun sumber utama standar internasional pemilu

demokratis itu adalah berbagai deklarasi dan konvensi internasional maupun

regional, seperti Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948, Perjanjian

Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik 1960, Konvensi Eropa 1950

untuk Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Asasi, juga Piagam

Afrika 1981 tentang Hak Manusia dan Masyarakat.

Berdasarkan dokumen-dokumen tersebut, dirumuskan 15 aspek pemilu

demokratis, yaitu: a) penyusunan kerangka hukum; b) pemilihan sistem

pemilu; c) penetapan daerah pemilihan; d) hak untuk memilih dan dipilih; e)

pendaftaran pemilih dan daftar pemilih; f) akses kertas suara bagi partai politik

dan kandidat; g) kampanye pemilu yang demokratis; h) akses ke media dan

kebebasan berekspresi; i) pembiayaan dan pengeluaran; j) pemungutan suara;

k) penghitungan dan rekapitulasi suara; l) peranan wakil partai dan kandidat;

m) pemantauan pemilu; n) kepatuhan terhadap hukum; o) penegakan peraturan

pemilu; dan p) lembaga penyelenggara pemilu.

Khusus tentang lembaga penyelenggara pemilu, standar internasional

pemilu demokratis menegaskan perlu adanya jaminan hukum, bahwa lembaga

12
tersebut bisa bekerja independen. Independensi penyelenggara pemilu

merupakan persoalan penting, karena mesin-mesin penyelenggara pemilu

membuat dan melaksanakan keputusan yang dapat mempengaruhi hasil

pemilu. Oleh karena itu, lembaga tersebut harus bekerja dalam kerangka

waktu yang cukup, memiliki sumberdaya yang mumpuni, dan tersedia dana

yang memadai. Undang-undang pemilu harus mengatur ukuran, komposisi,

dan masa kerja anggota lembaga penyelenggara pemilu. Juga mengatur

hubungan antara lembaga penyelenggara pemilu pusat dan lembaga-lembaga

pemilu tingkat yang lebih rendah, serta hubungan antara semua lembaga

pemilu dengan lembaga eksekutif. Undang-undang harus membuat ketentuan

tentang mekanisme untuk memproses, memutuskan, dan menangani keluhan

dalam pemilu secara tepat waktu.

C. Kedudukan KPU dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia

Kajian mengenai kedudukan KPU dalam sistem ketatanegaraan Indonesia

berarti mengkaji kedudukan KPU dalam perspekif kelembagaan negara di

Indonesia. Menurut Titik Triwulan Tutik, UUD 1945 menetapkaan 4 (empat)

kekuasaan dan 7 (tujuh) lembaga negara, yakni:

1. Kekuasaan eksaminatif (inspektif) yaitu Badan Pemeriksa Keuangan

2. Kekuasaan legislatif yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang

tersusun atas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan

Daerah (DPD)

3. Kekuasaan eksekutif (pemerintahan negara) yaitu Presiden dan Wakil

Presiden

13
4. Kekuasaan Kehakiman (yudikatif) yaitu Mahkamah Agung dan Mahkaman

Konstitusi.

Kedudukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai lembaga negara

ditinjau menurut fungsi kelembagaan, merupakan lembaga penunjang/lembaga

negara bantu (auxliary state organ) dalam ranah kekuasaan eksekutif yang secara

hierarkis merupakan organ lapis kedua lembaga negara bantu (state auxiliary

bodies) yang sifatnya independen (independent regulatory agencies).

Keberadaaan KPU sebagai lembaga negara yang menyelenggarakan Pemilihan

Umum di Indonesia ditegaskan delam Pasal 22E Ayat 5 UUD 1945, yang

kemudian diatur lebih lanjut dengan Undang-Undang (UU), terakhir dengan UU

Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum.

Ketentuan Pasal 22E UUD 1945 dan UU Nomor 7 Tahun 2017 semakin

menegaskan bahwa kedudukan KPU sebagai komisi negara yang independen

dengan tindakan kelembagaan yang kuat karena Kedudukan KPU dalam sistem

ketatanegaraan Republik Indonesia adalah sebagai lembaga negara independen

yang pada prinsipnya berperan sebagai auxiliary state organ dari kekuasaan

eksekutif yaitu untuk membantu presiden dalam menyelenggarakan pemilu.

Sedangkan dikatkan dengan fungsi legislatif KPU diberikan kewenangan

mengenani tata cara pemilihan umum. Namun, kekhawatiran terhadap kecurangan

kewenangan akhirnya diambil alih oleh DPR, hingga saat ini KPU masih

mempunyai kewajiban unruk merumuskan kode etik pelaksanaan pemilu yang

mengikat dalam internal KPU saja. KPU tidak memiliki kewenangan di bidang

yudikatif tetapi dapat menjadi pihak termohon dalam perselisihan hasil pemilihan

umum di Mahkamah Konstitusi.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komisi Pemilihan Umum meupakan lembaga negara yang

menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi Pemilihan

Umum Anggota DPR/DPD/DPRD, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden, serta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Komisi Pemilihan Umum tidak dapat disejajarkan kedudukannya dengan

lembaga-lembaga negara yang lain yang kewenangannya ditentukan dan

diberikan oleh UUD 1945. Adapun yang dimaksud dengan Badan Pengawas

Pemilu yang selanjutnya disingkat Bawaslu adalah lembaga penyelenggara

Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Badan Pengawas Pemilihan Umum

(disingkat Bawaslu) adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bertugas

mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Peran KPU dalam Pemilu di Indonesia mendorong peningkatan partisipasi

masyarakat dalam pemilu dan pemilihan KPU karena dengan melakukan

pendataan pemilih yang akurat, juga bekerjasama dengan para pihak dalam

menyosialisasikan dan memberikan pendidikan pemilih yang intensif kepada

kelompok spesifik, kerjasama dan koordinasi dengan pemerintah dan

stakeholder terkait baik pusat maupun daerah untuk meningkatkan partisipasi

pemilih. Peran Bawaslu yang begitu penting dalam mencegah terjadinya praktik

politik uang di wilayah kabupaten/kota, mengawasi netralitas semua pihak yang

15
dilarang ikut serta dalam kegiatan kampanye sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang, dan juga mengawasi pelaksanaan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu di

wilayah kabupaten/kota, mengevaluasi pengawasan Pemilu di wilayah

kabupaten/kota serta melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

B. Saran

Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) agar

bisa menunjukkan keadilan serta dapat menjalankan Penyelenggara Pemilihan

Umum yang Mandiri, Professional, dan Berintegritas untuk Terwujudnya Pemilu

yang LUBER dan JURDIL dalam menjalankan tugas administratifnya sebagai

penyelenggara Pemilu.

16
DAFTAR PUSTAKA

A. Mukthie Fadjar, Pemilu yang Demokratis dan Berkualitas: Penyelelesaian Hukum

Pelanggaran Pemilu dan PHPU, Jurnal Konstitusi, Vol 6 No 1. April 2009.

Achmad Zubaidi dan Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan, Paradigma, Yogyakarta,

2007.

Affan Ghafar, Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2000.

Georg Serensen, Demokrasi dan Demokratisasi, PustakaPelajar. Yogyakarta, 2003.

Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara Dan Pilar-Pilar Demokrasi, Konstitusi Press,

Jakarta, 2005.

Molnar Pabotinggi, Sistem Pemilihan Umum di Indonesia, Sebuah Laporan Penelitian,

Pustaka Sinar barapan, Jakarta, 1998.

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu Peraturan

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Pengawasan Pemilihan Umum

17

Anda mungkin juga menyukai